PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI

KULTUR PESANTREN

(Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh

ASHLAHUL ARIFIN

NIM 111-12-125

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI

KULTUR PESANTREN

(Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh

ASHLAHUL ARIFIN

NIM 111-12-125

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016 Dr. M. Gufron, M.Ag. Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Dengan Hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Ashlahul Arifin NIM : 111-12-125 Judul :

  PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga). dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Salatiga, 14 September 2016 Pembimbing

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb Dr. M. Gufron, M.Ag.

KEMENTERIAN AGAMA

  Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email

  

SKRIPSI

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI

KULTUR PESANTREN

(Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

disusun Oleh:

  

ASHLAHUL ARIFIN

NIM: 111-12-125

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag Sekretaris Penguji : Dr. M. Gufron, M.Ag. Penguji I : Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag Penguji II : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd

  Salatiga, 30 September 2016 Dekan Suwardi, M.Pd.

  NIP. 19670121 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Ashlahul Arifin NIM : 11112125 Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga,14 September 2016 Penulis Ashlahul Arifin 111-12-125 M O T T O

ىُجْرَي َىاَك ْيَوِل ٌةَنَسَح ٌةَىْسُأ ِهَّللا ِلىُسَر يِف ْنُكَل َىاَك ْدَقَل

َريِثَك َهَّللا رَكَذَو َرِخآْلا مْىَيْلاَو َهَّللا

  Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al Ahzab, 33:21)

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada:

  1. Kedua orang tua saya Bapak Sarno dan Ibu Karsiyah yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan sepenuh hati, dengan segala pengorbanan dan kasih sayang yang takkan pernah bisa terganti.

  2. Kakak tersayang Mbak Mir’atun Khasanah bersama keluarga kecilnya, Mas Ihwan dan dek Dika, terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

  3. Calon Istriku tercinta Mbak Ayu Ratnasari yang senantiasa mendampingi dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Kyai/ pengasuh serta para santri pondok pesantren salafiyah pulutan yang telah memotivas dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  5. Semua teman-teman PAI D Unyu-Unyu Bathok angkatan 2012 IAIN Salatiga, terima kasih atas semangat belajar dan motivasinya.

KATA PENGANTAR

  Maha suci Allah atas segala karunianya, seraya berserah diri kepada-Nya, Dzat yang telah mengerakan hati dan fikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  “PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

  ” dapat disimpulkan. “Apalah arti diriku tanpamu, Apalah arti ilmuku tanpa ridhomu, dan engkaulah yang mengajariku dengan perantara guru- guruku. Wahai Dzat Yang satu-satunya tempat hamba bersandar, berikan aku jalan keselamatan.”

  Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada cahaya diatas cahaya, yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Tidak lupa kepada para kolega beliau dari Anbiyaa dan Mursaliin, juga Auliyaa Allah yang sama-sama menegakan kalimat laa ilaaha illa Allah. Begitu juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’at, ulama mu’tabarah, hujjaj kiyai, guru, santri juga para cendikiawan muslim dan para pelajar yang selalu siaga untuk menebar rahmat, melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan panji-panji Islam. Semoga penulis dan pembaca termasuk ke dalam golongan tersebut. Amiin

  Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan perjuangan. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih juga penghargaan yang sebesar-besarnya dengan penuh rasa tadzim kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini, terlebih kepada:

  1. Bapak Dr.Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku ketua jurusan Progdi PAI.

  4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag., selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian Akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan pada saya.

  6. Bapak Drs. KH. Abdul Basyit, M.Pd.I, selaku pengasuh pondok pesantren Salafiyah Pulutan Sidorejo Salatiga yang telah mengasuh, mendidik, dan membimbing kepada penulis.

  7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

  Penulis bermunajat kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah dilakukan. Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Akhirnya, semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis juga bagi pembaca umumnya. Amin.

  Salatiga, 14 September 2016 Penulis

  Ashlahul Arifin NIM. 11112125

  

ABSTRAK

  Arifin, Ashlahul. 2016. 11112125. Pembentukan Akhlaq Santri Melalui Kultur

  Pesantren (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

  

Kata kunci : Kultur Pendidikan Pesantren, Akhlak, Pondok Pesantren

Pulutan Salatiga

  Penelitian ini memfokuskan korelasi antara kultur pendidikan pesantren terhadap pembentukan akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga. Kemudian juga mencari adakah keterkaitan antara kultur pesantren dengan pembentukan akhlak santri dan santriwati. Karena kultur adalah budaya pesantren yang mempengaruhi pola pikir, mental, karakter, kebiasaan serta akhlak para santri yang menggunakan sistem asrama dengan pengawasan para ustadz. Diharapkan kultur pendidikan pesantren bisa membentuk pribadi yang unggul yaitu pribadi yang berakhlaqul karimah. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga? (2) Apa saja kegiatan yang dilakukan santri Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga? (3) Bagaimana hubungan kultur pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga dengan pembentukan akhlak para santri?

  Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analisis, korelasi, menggunakan dokumen perpustakaan (library research), ataupun diluar perpustakaan atau wawancara dalam pengumpulan data.

  Hasil penelitian ini penulis dapat membatasi masalah yaitu kultur pendidikan pesantren dan pembentukan akhlak santri. Berdasarkan hasil penelitian, korelasi antara kultur pendidikan pesantren terhadap pembentukan akhlak santri dapat dikatakan sangat berhubungan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil korelasi variabel kultur pendidikan akhlak santri (variabel X) dengan Pembentukan akhlak santri (variabel Y). Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur pendidikan di pesantren dapat membina karakter santri, pembentukan mental, kebiasaan beribadah, konsepsi diri, sikap yang mulia bagi para santri, sehingga mampu membentuk akhlaqul karimah. Semoga dengan berakhlaqul karimah maka dapat memberikan dampak baik bagi santri, baik terhadap Allah, orang lain maupun lingkungannya.

  

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix

ABSTRAK .............................................................................................................xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 6 F. Metode Penelitian .................................................................................... 9

  1. Jenis Penelitian .................................................................................... 9

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 10

  3. Subyek Penelitian .............................................................................. 11

  4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 13

  5. Teknik Analisis Data ......................................................................... 15

  G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Akhlaq ................................................................................ 18

  1. Pengertian Akhlaq ............................................................................. 18

  2. Metode Pembentukan Akhlaq ........................................................... 19

  3. Sumber-sumber ajaran Akhlaq .......................................................... 25

  4. Tujuan pembinaan Akhlaq ................................................................. 26

  5. Pembagian Akhlaq ............................................................................. 27

  6. Metode Pembentukan Akhlaq di pesantren ....................................... 28

  a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlaq ............. 28

  b. Metode Pesantren dalam membentuk perilaku santri .................. 24

  c. Pengaruh Kiai terhadap santri ...................................................... 36

  d. Peran Pesantren dalam pembentukan akhlaq ................................ 41

  B. Pesantren ............................................................................................... 42

  1. Pengertian Pesantren .......................................................................... 42

  2. Ciri-ciri khusus dan karakteristik khusus pesantren .......................... 43

  3. Kultur Pesantren ................................................................................ 45

  a. Pengertian Kultur ......................................................................... 45

  b. Budaya Sekolah ........................................................................... 49

  c. Kultur Pesantren ............................................................................ 54

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data ......................................................................................... 61

  1. Letak strategis pondok pesantren salafiyah pulutan .......................... 61

  2. Profil pondok pesantren salafiyah pulutan ........................................ 62

  3. Visi, Misi, Motto, Academic Distinctiveness, aturan dan etika santri ............................................................................................................... 64

  4. Keadaan ustadz dan santri ................................................................. 66

  5. Sejarah berdirinya pondok pesantren dan silsilah pengasuh ............ 68

  6. Kronologi pembangunan dan bentuk fisik pondok pesantren .......... 72

  7. Kondisi keagamaan masyarakat sekitar pondok pesantren ............... 74

  8. Kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren salafiyah pulutan ... 74

  B. Temuan Penelitian ................................................................................. 77

  1. Kultur pendidikan pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga ....... 77

  2. Aktifitas sehari-hari yang dilakukan dalam usaha pembentukan akhlak .................................................................................................... 75

  3. Hubungan kultur pendidikan ponpes dengan pembentukan akhlak para santri ............................................................................................... 79

  BAB IV PEMBAHASAN A. Kultur pondok pesantren terhadap pembentukan akhlak para santri di

  pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga .............................. 86

  1. Pentinnya pendidikan yang diterapkan pondok pesantren ................ 86

  2. Kultur pendidikan dalam pembentukan akhlak ................................. 86

  B. Aktifitas sehari-hari yang dilakukan dalam usaha pembentukan akhlak ................................................................................................................................ 87

  1. Kegiatan pendidikan harian di pesantren ........................................... 87

  2. Metode pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren ................ 90

  C. Hubungan kultur pendidikan ponpes dengan pembentukan akhlak para santri ...................................................................................................................... 94

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 96 B. Saran-saran ............................................................................................ 98 C. Penutup ................................................................................................ 100

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel I Nama-nama responden dalam penelitian ............................................... 11

  2. Tabel II Manifestasi Budaya .............................................................................. 57

  3. Tabel III Daftar nama ustadz pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga ....... 66

  4. Tabel IV Nama-nama santri pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga ........ 67

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Daftar Pustaka

  2. Daftar Riwayat Hidup

  3. Kisi-kisi wawancara

  4. Pedoman wawancara

  5. Daftar Responden

  6. Surat ijin penelitian

  7. Surat keterangan penelitian

  8. Lembar konsultasi pembimbing

  9. Laporan SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam non-formal

  yang ada di Indonesia. Peranan pesantren dalam syiar Islam di Indonesia sangatlah penting dan terasa sekali manfaatnya. Islam adalah agama yang mengatur semua aspek kehidupan, baik berkaitan dengan urusan ketuhanan maupun urusan yang berkaitan dengan duniawi atau kemanusiaan.

  Pada masa ini kebudayaan semakin berkembang pesat. Akan tetapi justru akhlaq dan moral generasi bangsa semakin mengalami kemerosotan. Jika tidak dibekali dengan ilmu dan iman yang kuat, maka generasi muda yang akan datang menjadi generasi lemah. Dari segi akhlaqya, para pemuda saat ini mengalami krisis akhlaqul karimah. Sikap tawadhu’ yang seharusnya dimiliki, justru menjadi sebaliknya. Yang paling bertanggung jawab terhadap degradasi moral bangsa adalah umat islam. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam. Nilai-nilai keislaman harus ditanamkan sejak kecil.

  Pengetahuan tentang agama dapat diperoleh di lembaga formal maupun lembaga non-formal. Di lembaga formal yaitu sekolah diberikan mulai dari pendidikan paling rendah sampai jenjang tertinggi. Sedangkan pada lembaga non-formal pendidikan agama diperoleh melalui Madrasah Diniyyah maupun pondok pesantren.

  Pondok Pesantren merupakan tempat mempelajari pengetahuan islam secara matang. Dalam kesehariaannya, pondok pesantren memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi secara umum, pada pondok pesantren mengajarkan pengetahuan keislaman, kedisiplinan dan kebiasaan yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan dipondok pesantren inilah yang nantinya akan dilakukan pula oleh para santri setelah lulus dari pondok.

  Berbekal ilmu yang dimiliki, para santri dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat.

  Dengan perubahan itu diharapkan santri mampu memahami ilmu-ilmu umum sekaligus agama secara berimbang. Semboyan salah seorang pengasuh Pesantren Darul Ulum, Musta’in Romli (1930-1985), yaitu santri harus “berotak London dan berhati Masjidil Haram” merupakan gagasan yang menarik. “Berotak London” menggambarkan keluasan penguasaan ilmu pengetahuan, dan “Berhati Masjidil Haram” menggambarkan kedalaman pemahaman dan pengamalan keagamaan santri. Semua itu akan menggambarkan keseimbangan antara kekuatan pikir dan dzikir dalam diri santri. Santri yang kelak mampu berpartisipasi dalam kemajuan jaman dengan tetap selalu dekat dengan Allah.

  Orangtua memasukkan anaknya ke pondok pesantren biasanya disertai dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang bagus, berakhlaq mulia dan memahami hukum-hukum Islam. Selama ini tidak ada kekhawatiran bahwa dengan menuntut ilmu di pesantren akan menjauhkan kasih-sayang orangtua terhadap anak. Anak yang tinggal di pondok pesantren dalam waktu cukup lama tetap bisa beridentifikasi kepada kedua orangtuanya. Dengan menjalin komunikasi secara intens dan teratur diharapkan anak tidak akan kehilangan figur orangtua.

  Seperti kita ketahui bahwa sumber identifikasi seorang anak tidak hanya kedua orangtuanya, tetapi bisa juga kepada figur-figur tertentu yang dianggap dekat dan memiliki pengaruh besar bagi anak. Keberadaan Kiai, pembimbing, ustad maupun teman sebaya juga bisa mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.

  Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan. Dengan segala keterbatasannya pesantren mampu menampilkan diri sebagai lembaga pembelajaran yang berlangsung terus-menerus hampir 24 jam sehari.

  Aktivitas dan interaksi pembelajaran berlangsung secara terpadu yang memadukan antara suasana keguruan dan kekeluargaan. Kiai sebagai figur sentral di pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan strategis yang menentukan perkembangan santri dan pesantrennya. Kepribadian Kiai yang kuat, kedalaman pemahaman dan pengalaman keagamaan yang mendalam menjadi jaminan seseorang dalam menentukan pesantren pilihannya.

  Salah satu pesantren yang ikut berperan dalam pendidikan islam adalah Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga. Pondok pesantren salafiyah memberi nuansa yang menarik pada proses pembelajarannya. Dimana semua santri yang mukin di pondok pesantren adalah mahasiswa, baik yang berasal dari IAIN Salatiga atau UKSW. Para asatid yang ada dipondok pesantren juga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang berasal dari pendidikan lokal (pesantren salaf) dan ada juga yang pernah menjalani pendidikan di luar negeri. Tentunya masih-masing ustad akan memiliki cara- cara yang berbeda dalam penyampaian materinya. Semua kegiatan belajar- mengajar di pondok pesantren, harapannya akan dapat membentuk karakter dari para santri. Karena semua kegiatan pembelajaran berkesinambungan dan dilakukan rutin sehingga menjadi kebiasaan.

  Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlaq adalah kebiasaan atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan. Harapan yang bisa mungkin terjadi adanya kebiasaan atau kultur pesantren yang positif menjadikan seseorang melakukan hal yang sama, meskipun sudah tidak dilingkungan pondok pesantren. Tentunya hal ini berkesinambungan dengan pembentukan akhlaq seseorang.

  Dari uraian di atas menarik penulis untuk meneliti tentang apakah ada pengaruh kultur pendidikan dipesantren terhadap pembentukan akhlaq para santri.

  Dalam penulisan skripsi ini peneliti tertarik untuk mengangkat skripsi dengan judul Pembentukan Akhlaq Santri Melalui Kultur Pesantren (Study

  

kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga ). Dengan harapan, peneliti

  dapat mendapatkan data dan informasi yang ada tentang pendidikan akhlaq di pondok pesantren serta dampak yang dirasakan bagi santri.

  B. Rumusan Masalah

  Dari pemaparan di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini:

  1. Bagaimana kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga?

  2. Apa saja kegiatan yang dilakukan santri santri Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga?

  3. Bagaimana hubungan kultur pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga dengan pembentukan akhlaq para santri? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga.

  2. Mengetahui kegiatan yang dilakukan santri di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga

  3. Mengetahui adakah hubungan kultur pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga dengan pembentukan akhlak para santri.

  D. Manfaat Hasil penelitian

  1. Praktis

  a. Diharapkan dapat memberikan wawasan para santri tentang pentingnya mendapatkan pendidikan di pesantren khususnya di sekitar salatiga.

  b. Diharapkan dapat menambah wawasan kepada orang tua dalam memilih lembaga pendidikan yang menitik beratkan pada pendekatan pembentukan budi pekerti santri yang berahklaqul karimah. c. Diharapkan dapat dijadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pertimbangan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yang menyangkut masalah pendidikan tentang pembentukan akhlaqul karimah.

  d. Diharapkan menambah pengetahuan bagi penulis khususnya tentang korelasi kultur pendidikan di pesantren dalam pembentukan akhlaqul karimah para santri.

  2. Teoretik

  a. Dapat menyumbangkan wacana baru bagi orang tua tentang pendidikan akhlaq sebagai pedoman mengenai kultur pendidikan pembentukan akhlaq santri melalui peran pendidikan di pesantren.

  b. Dapat menjadi panduan dalam mendidik akhlaq santri yang sesuai dengan ajaran islam.

E. Penegasan Istilah

  1. Kultur Pendidikan Pesantren

  a. Kultur Secara sederhana, Deal (1985: 605) mendefinisikan kultur sekolah sebagai satuan pendidikan dengan “cara kita berbuat di sini.‟ Jika ditransformasi ke pesantren, maka definisi ini dapat kita kemukakan menjadi, cara kita berprilaku di dalam atau sekitar pesantren (Sulton dan Khusnurdilo, 2005:26).

  Konteks kultur dalam skripsi ini adalah mengenai kultur atau kebiasaan positif yang dilakukan oleh pondok pesantren yang diteliti yang memiliki pengaruh baik terhadap santri.

  b. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim; UU Sisdiknas, 2007:3).

  Sedangkan pendidikan yang dimaksud oleh penulis ialah bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan oleh asatid terhadap pembentukan moral dan akhlaq menuju kepribadian yang baik dan beriman.

  c. Pesantren Pesantren menurut John berasal dari bahasa Tamil, -santri yang berarti guru mengaji. C.C Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari kata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu.

  Kata shastri berasal dari kata shastra, yang berarti buku-buku suci, buku- buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (pendidikan islam integratif hal. 155)

  Berdasarkan konsep tersebut dapatlah dipahami bahwa pesantren berasal dari India dan dipergunakan secara umum untuk pendidikan dan pengajaran agama hindu di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil alih oleh Islam. Sekarang pesantren dimaknai sebagai sarana dan tempat murid-murid mengaji, khususnya dengan tujuan meningkatkan kekuatan keagamaan (religous power) Islam.

  Pesantren adalah model lembaga pendidikan islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak saja mengandung makna keislaman tetapi juga keaslian indonesia. Seperti dikatakan A. Malik Fadjar (1998:21), pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki watak indigenous (pribumi) yang ada sejak kekuasaan Hindu-Budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha mengadaptasikan (meng- Islamkan)-nya.

  Dari uraian diatas akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa kultur pesantren itu mengandung nilai-nilai, perilaku, pembiasaan, yang dengan sengaja dibentuk atau diciptakan oleh pengasuh pesantren dalam pembinaan dan pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh lembaga pendidikan dalam pesantren tersebut.

  2. Pembentukan Akhlaq Akhlaq adalalah bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologi ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan manusi degan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta (Azmi, 2006:40).

  Secara termologi akhlaq (budi pekerti) yang terdiri dari kata budi dan pekerti, “budi“ ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dengan tingkah laku manusia (Djatmiko, 1996:26).

  Menurut Al Ghozali, bahwa akhlaq yang baik itu hanya dapat dicapai dengan empat syarat yaitu “ tenaga, ilmu, tenaga amarah, tenaga syahwat (keinginan), dan tenaga keadilan antara ketiga tersebut (Nasirudin,

  2010:33).

  Sedangkan akhlaq yang dimaksud oleh penulis ialah tingkah laku atau akhlaq yang mulia yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan mahluk, baik diri sendiri maupun orang lain.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Dalam membahas permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu: data atau informasi yang terkumpul berbentuk kata kata atau gambar, tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan informasi untuk memberikan ilustrasi dan mengisi isi laporan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih menitik beratkan kepada gejala proses dari pada hasil dari proses tersebut.

  Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain;

  a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika berhadapan dengan kenyataan jamak.

  b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.

  c. Metode ini lebih peka lebih menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.(Moleong, 1999:9-10)

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiyah

  Pulutan Kecamatan Sidorejo, Salatiga. Penulis memilih lokasi tersebut karena merupakan salah satu pondok pesantren yang letaknya strategis di daerah yang dekat dengan wilayah kota Salatiga. Sedangkan letaknya berada di desa Pulutan yang terdiri dari perkampungan penduduk. Adapun waktu penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih 3 bulan (Juni-Agustus) dari proses pengumpulan data hingga selesai penelitian.

  3. Subjek Penelitian Secara keseluruhan santri pondok pesantren salafiyah pulutan berjumlah 37 santri, terdiri dari 11 santri putra dan 26 santri putri. Peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan- pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2013:172).

  Responden dalam penelitian ini adalah Pengawas, pengasuh, Kiai, 2 santri pengurus, 5 santri putra dan 5 santri putri. Responden dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2010:124). Santri yang menjadi responden adalah mereka yang sudah menjalani pendidikan di pondok pesantren selama 4 tahun. Berikut nama-nama responden dalam penelitian ini.

  Tabel 1 Nama-nama Responden dalam penelitian.

  No. Kode Nama 1. AB Drs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I.

  2. SR KH. Shonwasi Ridwan

  3. ZU H. Zunaedi, BA.

  4. HE Sholihul Hadi

  5. WK Wawan Kurniawan

  6. WNF Wahyu Najib Fikri

  7. BPD Bangkit Putra Dewandaru

  8. MAR Muhammad Abdul Rasyid

  9. ABI Ahmad Abidin

  10. AR Arif Ridho

  11. TI Titik Isniatus Salihah

  12. RS Risa Suryani

  13. KZ Khuzaimah

  14. RT Retna Tri Susanti

  15. AN Siti Maskanah

  4. Metode Pengumpulan Data

  a. Observasi Observasi adalah sebagai pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunkan seluruh alat indra

  (Arikunto, 1998:146).

  Metode observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat bantu untuk mendapatkan data-data antara lain: data tentang sosio kultural yang meliputi, kegiatan keagamaan di Podok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga. Dan data tentang keadaan lokasi Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga.

  b. Wawancara Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara dan digunakan untuk menilai keadaan seseorang mencari data tentang variabel latar belakang orang tua, pendidikan, perhatian sikap terhadap sesuatu (Arikunto, 1998:145)

  Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang pentingnya mendalami ilmu pengetahuan tentang agama islam di pondok pesantren yang salah satu tujuannya adalah untuk pembentukan akhlaqul karimah bagi para santrinya. Metode wawancara ini ditujukan kepada para responden yang ada, yaitu adalah pengasuh pondok pesantren, pengurus, ustad, santri (yang sudah melakukan study lebih dari 4 tahun) dan wali santri. Wawancara yang akan dibahas yaitu mengenai peran pendidikan pesantren, pembentukan akhlaqul karimah. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).

  Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi pondok pesantren, sejarah berdirinya pondok pesantren, tempat beribadah yang ada di lingkungan pesantren, dan situasi belajar mengajar di pondok pesantren salafiyah pulutan.

  5. Teknik analisis data Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan uraian dan hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan data dan sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan kepada tema dan hipotesisi kerja itu.

  Jadi analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Meleong, 1999:280). a. Deduktif Deduktif adalah proses pendekan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan meggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi). Dengan kata lain deduktif berarti menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak berdasarkan generalisasi yang sudah ada. (Azwar, 2007:40)

  Pendekatan deduktif adalah berfikir dari suatu keadaan yang abstrak kepada yang kongkret. Dengan kata lain deduktif adalah kaidah umum dengan mengambil kesimpulan khusus.

  Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini yaitu membantu menyimpulkan hal-hal yang bersifat umum menjadi khusus atau kongkret dalam penelitian ini untuk menyimpulkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan.

  b. Induktif Induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi (Syaifuddin Azwar, 2007:40).

  Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema- tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Pendekatan ini jelas dalam analisis data kualitatif.

  Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan antara lain: 1) Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyatan jamak sebagai yang terdapat dalam kata.

  2) Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan penelitian responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel.

  3) Analisis demikian lebih dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya.

  4) Analisis induksi lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.

  5) Analisis demikian dapat mempehitungkan nilai-nilai secara eksplisif sebagai bagian dari struktur analisis (Meleong,1999:10).

  Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada santri Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga tahun 2016.

  c. Reduksi Reduksi data adalah proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan sesuai dengan tema yang diteliti. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci (Nasution, 2003:129).

  Pada mulanya data yang diperoleh dikumpulkan dan diidentifikasi secara sederhana yang sesuai dengan data yang diperoleh yaitu tentang indikasi mengenai akhlaq yang dimiliki santri Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga. Kemudian data tersebut disusun secara teliti, sistematis dan terperinci dalam bentuk uraian atau laporan.

  d. Sintesis Sintesis yaitu mengintegrasikan semua unsur baik dan menyisihkan atau melengkapi semua unsur yang tidak memadai. Sintesis itu tidak menambah pemahaman serba baru, melainkan menyeimbangkan semua yang telah ditentukan (Bakker dan Zubair, 1994:100).

  Penerapan sintesis dalam penelitian ini yaitu menggabungkan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan mengenai akhlaq para remaja saat ini, dari hasil data-data yang telah disusun secara sistematis yaitu tentang kondisi sosio kultural, persepsi pendidikan pesantren, dan variabel pembentukan akhlaq para santri. Kemudian data-data tersebut digabungkan dengan pengetahuan- pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan tentang pembentukan akhlaqul karimah para santri.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran umum akan dibahas dalam skripsi ini yang terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II Kajian Pustaka berisi tentang landasan teori yang membahas tentang kultur pendidikan di pesantren, pembentukan akhlaqul karimah dan korelasi kultur pendidikan pesantren dengan pembentukan akhlaq

  Bab III Paparan data dan temuan penelitian berisi tentang paparan data temuan penelitian yang meliputi kultur pendidikan di pesantren, pembentukan akhlaqul karimah dan korelasi kultur pendidikan pesantren dengan pembentukan akhlaq

  Bab IV Pembahasan berisi tentang pendidikan di pesantren, pembentukan akhlaqul karimah. Bab V Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Akhlaq

  1. Pengertian Akhlaq Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlaq ialah bentuk jamak dari khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at

  (Mustofa,1997:11). Akhlaq disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluk merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluk ini disamakan dengan kata

  ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.

  Dilihat dari sudut istilah (terminologi) para ahli berbeda pendapat, namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat pendapat ahli dihimpun sebagai berikut;

  a. Menurut Ibnu Maskawih dalam bukunya, Tahdzibul-akhlaq

  watathhirul-araq

  memberikan definisi akhlaq sebagai berikut: “Akhlak itu adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih dahulu)” (Chabib Thoha, 1999:110).

  b. Menurut Nasirudin akhlaq adalah sesuatu yang telah tercipta atau terbentuk melalui sebuah proses (Nasirudin, 2009:31). Karena sudah terbentuk, akhlaq disebut juga dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah tindakan yang tidak lagi banyak memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Kebiasaan adalah sebuah perbuatan yang muncul dengan mudah.

  c. Menurut Syaikh Muhamad bin Ali as-Syarif al-Jurjani mengartikan akhlaq sebagai stabilitas sikap jiwa yang melahirkan tingkah laku dengan mudah tanpa melakukan proses berpikir (Nasirudin, 2009:32).

  d. Menurut Imam Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulum al-Din mendefinisikan akhlaq sebagai berikut: Akhlaq merupakan ungkapan tentang keadaan yang melekat pada jiwa dan darinya timbul perbuatan- perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan kepada pemikiran dan pertimbangan (Nasirudin, 2009:32).

  Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlaq adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan.

  2. Metode Pembentukan akhlak

  a. Melalui Teladanan yang Baik (Uswah Hasanah) Kehidupan ini sebahagian terbesar dilalui dengan meniru atau mencontoh oleh manusia yang satu pada manusia yang lain. Sesuatu yang dicontoh itu mungkin bersifat baik dan mungkin pula bernilai keburukan. Bagi umat islam keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat di dalam diri dan pribadi Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana difirmankan Allah di dalam surat Al-Ahzab ayat 21. Firman tersebut mengatakan sebagai berikut:

  

َرَكَذَو َرِخآْلا مْىَيْلاَو َهَّللا ىُجْرَي َىا َك ْيَوِل ٌةَنَسَح ٌةَىْسُأ ِهَّللا ِلىُسَر يِف ْنُكَل َىاَك ْدَقَل

اًريِثَك َهَّللا

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 85

METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN (Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 121

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP ORANG TUA KAJIAN SURAT AL ISRA’ AYAT 23-24 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 110

PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM KESEHATAN MENTAL SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 98

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 124

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 170

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

UPAYA PEMBINAAN KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFIYAH NURUL YAQIIN, KELURAHAN BEJEN, KECAMATAN KARANGANYAR, KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 124

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF IBNU KHALDUN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 80