Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2 T2 932012003 BAB IV

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) di Indonesia yang telah memungut PBB-P2 antara tahun 2011-2013.
Pemda yang telah melakukan pemungutan PBB-P2 sendiri pada rentan waktu
tersebut ada 123 Pemda. Adapun Pemda-pemda tersebut, terlampir.
Data pada penelitian ini (n) sebanyak 95, dari LKPD Tahun 2011 hingga
2013, 96 data LPKD telah dinyatakan Audited oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Daerah (BPKD) dan diinventarisir oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI). Lebih lanjut, terdapat satu data (LKPD Jakarta) yang
memiliki nilai ekstrim, yakni perubahan belanja PAD Kota Jakarta jauh lebih
besar (lebih kurang sepuluh kali lipat) ketimbang pemda yang lain. Hal itu
sangat dimungkinkan karena pertumbuhan infrastruktur yang pesat, pusat
pemerintah berada disana, wilayah Jakarta relatif luas dan padat penduduk.
Oleh karena itu, data Kota Jakarta dikeluarkan dari objek penelitian. Data
LKPD yang digunakan adalah laporan yang mencantumkan data-data mengenai
semua pos sumber pendapatan, pendanaan dan belanja daerah yang telah di
audit.
Statistik Deskriptif
Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai PBB-P2 dan Belanja
PAD Pemda se-Indonesia tahun 2011-2013, maka statistik deskriptif yaitu

minimum, maksimum, mean,dan standar deviasi variabel penelitian adalah
sebagai berikut:

B_Opeasi

PBB

Periode
2011
2012
2013
2011
2012
2013

TABEL 2. Statistik Deskriptif
(dalam jutaan rupiah)
N
Minimum
Maximum

1
326.780
326.780
5
1.100
157.000
89
3.230
306.000
1
498.640
498.640
5
3.610
111.000
89
776
280.000

Mean

326.780
47.029
72.560
498.640
48.660
23.317

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013.

Hasil pengujian pada tabel 2, diketahui bahwa satu Pemda yang telah tiga
tahun (2011-2013), lima Pemda yang telah dua tahun (2012-2013) dan 89
Pemda yang baru setahun (2013) menerapkan pemungutan PBB-P2 dan datanya
telah di audit. Pemda yang telah siap memungut PBB-P2 pertama kali di tahun
2011 adalah Kota Surabaya dengan jumlah 498.640 juta rupiah, nilai ini
meningkat signifikan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah
Kota Surabaya memang menyadari potensi daerahnya dan memaksimalkan
pemungutan PBB langsung di lapangan, antara lain melalui polling PBB dan
mobil keliling.

17


Belanja operasional yang didanai dari PAD oleh Pemda yang memulai
pungutan PBB-P2 tahun 2012 dan 2013 secara berturut-turut sebagai berikut :
sedikitnya 1.100 juta rupiah dan 3,230juta rupiah. Paling banyak 157.000 juta
rupiah dan 306.000 juta rupiah, dengan nilai rata-rata sebesar 47.029 juta rupiah
di tahun 2012 dan 72.560 juta rupiah di tahun 2013, terlihat bahwa ada
peningkatan kebutuhan Belanja Operasi ditahun 2013 dibandingkan tahun
sebelumnya.
Dalam hal variabel PBB-P2 yang mulai dipungut tahun 2012 dan 2013
secara berturut-turut, sedikitnya 3.610 juta rupiah dan 776 juta rupiah. Paling
banyak 111.000 juta rupiah dan 280.000 juta rupiah. Lebih dari itu, data
menunjukan nilai rata-rata sebesar 48.660 juta rupiah tahun 2012 dan 23.317
juta rupiah tahun 2013. Dapat diasumsikan bahwa pada tahun 2013, baik Pemda
yang memiliki potensi kecil maupun besar telah memulai memungut sendiri
PBB-P2.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian selanjutnya adalah uji asumsi klasik pada data. Uji asumsi klasik
yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji Kolmogorov
Smirnov, dan uji heteroskedasitas. Berikut ini adalah hasil uji asumsi klasik.
Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan cara melakukan uji one
sample tes Kolmogrov-Smirnov. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos
normalitas apabila nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
0,05 (Ghozali, 2006).
Tabel 3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
LnB_Operasi
Ln_PBB
N
95
95
Kolmogorov-Smirnov Z
1,176
0,506
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,126
0,960
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013

Nilai K-S untuk variabel Belanja Operasi 1,176 dengan probabilitas
signifikansi 0,126 dengan nilai lebih besar >=0,05 hal ini berarti data

terdistribusi normal. Nilai K-S variabel PBB 0,506 dengan probabilitas
signifikansi 0,960 yang berarti data terdistribusi normal.
Hasil Uji Heterokedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas
atau tidak terjadi Heteroskedisitas karena data crossection mengandung
berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2006).

18

Di dalam pengujian heteroskedasitas pada penelitian ini didasarkan pada
Uji Glejser. Berdasarkan pengujian dengan SPSS, data menunjukan nilai
signifikansi variabel Ln_PBB terhadap absolut residual sebesar 0.946 dimana
nilai ini lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung masalah heteroskedastisitas.
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows adalah

sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi

Hasil nilai R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya
perubahan belanja PAD yang dipengaruhi oleh variabel bebasnya. Data
menunjukkan bahwa bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai R
Square sebesar 0,145 hal ini berarti 14,5% variasi Belanja PAD dapat
dijelaskan oleh variasi dari variabel independen yaitu PBB-P2. Sedangkan
sisanya (100% - 14,5% = 85,5 %) dijelaskan sebab yang lain diluar model.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara
keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
variabel terikat. Hasil pengolahan data menunjukkan hasil perhitungan statistik
uji F sebesar 15.801 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih
kecil dari 0,05 yang berarti secara simultan seluruh variabel independen PBBP2 berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Belanja PAD. Dengan
demikian model regresi ini dapat menjelaskan PBB-P2 berpengaruh terhadap
Belanja PAD.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Untuk menentukan pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap
variabel tergantung di gunakan uji t. Dari hasil pengujian analisis regresi
sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut :
Model
(Constant)
Ln_PBB

Tabel 4. Uji T
Koefisien
17,648
0,301

t
10,032
3,975

Sig.
0,000
0,000


Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013

Hasil perhitungan statistik tersebut menunjukkan bahwa variabel PBB-P2
yang dimasukkan dalam model signifikan mempengaruhui Belanja PAD.
Variabel tersebut menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih
kecil dari tingkat signifikan 0,05.

19

Hasil estimasi model dapat ditulis dalam persamaan di bawah ini:
Perubahan Belanja PAD = 17,648 + 0,301PBB
Persamaan tersebut dapat di artikan:


Nilai konstanta sebesar 17.648 merupakan nilai logaritma natural.
Setelah dilakukan antiLn, diperoleh nilai sebesar 46.176.802,94. Hal ini
menyatakan bahwa jika tidak ada variabel independen ( =0), maka minimal
perubahan Belanja PAD tiap daerah sebesar Rp 46.176.802,94.

Koefisien regresi PBB bertambah positif sebesar 0,301, artinya

apabila terjadi perubahan PBB-P2 sebesar 1% akan menaikkan perubahan
Belanja PAD sebesar 0,301 atau 3,01%.
Penelitian ini meneliti gagasan bahwa faktor perilaku dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan, khususnya mental accounting melalui data sekunder
berupa LKPD yang telah diaudit BPKD. Inovasi dari metode penelitian yang
digunakan akan memberikan sudut pandang yang baru dalam memahami
mental accounting, dimana perilaku mental accounting dilihat berdasarkan hasil
dari perilaku pemda dalam mengalokasikan pos-pos pendapatannya kedalam
pos-pos pengeluarannya yang tercermin dari angka-angka dalam LKPD.
Alasan utama dari mempelajari mental accounting adalah meningkatkan
pemahaman mengenai psikologi pilihan. Secara umum, pemahaman mengenai
proses mental accounting membantu pelaku ekonomi memahami pilihan karena
ketidak sepadanan yang terjadi dalam perilaku mental accounting. Proses
kategorisasi atau memberikan label merupakan komponen dari mental
accounting. Thaler (1999) menyatakan uang umumnya diberi label pada tiga
tingkatan: pengeluaran dikelompokkan ke dalam anggaran (misal: makanan,
perumahan, dan lain-lain); kekayaan dialokasikan ke rekening (misal:
pemeriksaan, pensiun); dan pendapatan dibagi menjadi kategori (missal: rutin
atau hibah). Hal ini terjadi karena mental accounting menentukan titik referensi
dalam pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh keengganan untuk rugi

(loss aversion) dan melanggar fungibility, karena pendapatan dalam satu
rekening tertentu yang bukan merupakan pengganti yang sempurna untuk
pendapatan di rekening lain. Dalam konteks penelitian ini, mental accounting
menentukan titik acuan berapa banyak uang Pemda akan dibelanjakan untuk
belanja operasional dan belanja modal dari masing-masing sumber pendapatan.
Karena hal itulah, mental accounting menjadi penting.
Sebagai gambaran umum, hasil uji statistik deskriptif memberi paparan
bahwa rata-rata perubahan kebutuhan Belanja Operasional Pemda yang didanai
PAD cenderung meningkat. Namun, rata-rata perubahan pendapatan PBB-P2
relatif turun. Hal tersebut dapat disebabkan oleh potensi pajak Pemda yang
memungut PBB-P2 pada tahun 2012 berbeda dengan tahun 2013. Terlihat
bahwa nilai perubahan PBB-P2 terkecil di tahun 2013 sebesar 776 juta rupiah,
paling kecil bila dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi perubahan PBB-P2
2013 juga lebih besar, terpaut 169.000 juta rupiah dari tahun 2012. Hal ini
menunjukan bahwa tahun 2013 Pemda yang telah memungut PBB-P2 lebih

20

bervariasi dalam hal potensi pajak nya. Dilihat dari total perubahan PBB-P2
dari tahun 2011-2013 cenderung terus meningkat, hal ini sejalan dengan
penelitian yang disampaikan oleh Slamet (2013).
Hasil uji regresi memberikan bukti, setelah pengalihan PBB-P2 dari dana
bagi hasil menjadi PAD, PBB-P2 diperlakukan sebagaimana perlakuan
terhadap PAD pada Pemda di Indonesia. Tiap perubahan PBB-P2 sebesar 1%
akan menaikkan perubahan Belanja PAD sebesar 3,01%. Variabel PBB-P2
mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan belanja PAD (α=5%). Hal
ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara perubahan belanja PAD dan
perubahan PBB-P2 terbukti pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil uji statistik menjelaskan kerangka teoritis secara lebih baik. Sejalan
dengan Bruno dan Frank (1998), mental accounting menyebabkan bias
terhadap titik referensi, meskipun budget line tidak terpengaruh karena pajak
hanya menginduksi pergeseran sepanjang garis anggaran awal. Namun, alokasi
“optimal” anggaran untuk belanja modal dan belanja operasional berubah,
perubahan penerimaan pajak menginduksi pergeseran mental ke titik yang baru,
keputusan pemda mengalokasikan berapa banyak untuk belanja operasional dan
belanja modal juga berubah. Khususnya pada pos belanja operasional yang
didanai oleh PAD. PBB-P2 yang diperlakukan secara berbeda karena berpindah
pos pendapatan, tidak lagi diberi label sebagai komponen dana bagi hasil yang
digunakan untuk membiayai belanja modal dan belanja pegawai, tetapi
diperlakukan sebagai PAD dan digunakan untuk mendanai belanja operasional
menjadi penjelasan atas terjadinya mental accounting pada Pemda di Indonesia.

21

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Budaya sebagai Instrumen Pembangunan Daerah T2 092013011 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2 T2 932012003 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2 T2 932012003 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2 T2 932012003 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB IV

0 1 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mental Accounting : Perilaku Boros Versus Self-Control T2 912010008 BAB IV

0 1 25

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV

0 0 4

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB IV

0 1 4