Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Realitas Mental Accounting: studi Pada Perlakuan Pendapatan Pemerintah Daerah Atas Pbb-P2 T2 932012003 BAB V
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil uji regresi menunjukan bahwa terdapat keterkaitan antara perubahan
PBB-P2 terhadap perubahan Belanja PAD. PBB-P2 dievaluasi secara berbeda
dan terpisah dari pos pendapatan sebelumnya, sehingga dialokasikan untuk pos
belanja yang berbeda pula. PBB-P2 sebagai pendapatan yang semula digunakan
untuk mendanai pos-pos belanja transfer, kini digunakan untuk mendanai
belanja PAD karena perubahan pos pendapatannya. Hasil olah data yang
menggunakan 95 data LKPD di Indonesia yang telah diaudit oleh BPKD dan
mencakup tahun 2011-2013 ini menunjukan PBB-P2 berpengaruh positif
terhadap perubahan belanja PAD, ini menunjukan adanya mental accounting di
Pemda Indonesia.
Ada dua keterbatasan yang utama pada penelitian ini yang pertama
fluktuasi data relatif tinggi, pemda yang memiliki wilayah luas dengan
perekonomian maju memiliki kebutuhan belanja yang jauh lebih besar
ketimbang pemda dengan wilayah kecil. hal tersebut sejalan dengan penerimaan
PBB-P2 nya, sehingga secara nominal belanja PAD dan PBB-P2 tiap daerah
dapat terpaut cukup jauh. Keterbatasan kedua adalah tidak memisahkan antara
pemda yang besar dan kecil, baik dalam hal potensi PBB-P2 maupun kebutuhan
belanja operasionalnya.
Saran
Penelitian selanjutnya dapat menguji keterkaitan variable perubahan
belanja operasional dan perubahan PBB-P2 dalam bentuk perubahan persentase
(%) sehingga fluktuasi perubahan variabel secara nominal antara pemda dengan
belanja besar dan kecil dapat terakomodir. Peneliti selanjutnya dapat
menggunakan persentase perubahan belanja PAD terhdapat total belanja
pemda, dan persentase perubahan PBB-P2 terhadap PAD. Lebih lanjut, peneliti
selanjutnya dapat memisahkan atau mengelompokan pemda yang memiliki
karakter yang sama sehingga pengujian dapat dilakukan secara terpisah pada
masing-masing kelompok pemda.
22
Kesimpulan
Hasil uji regresi menunjukan bahwa terdapat keterkaitan antara perubahan
PBB-P2 terhadap perubahan Belanja PAD. PBB-P2 dievaluasi secara berbeda
dan terpisah dari pos pendapatan sebelumnya, sehingga dialokasikan untuk pos
belanja yang berbeda pula. PBB-P2 sebagai pendapatan yang semula digunakan
untuk mendanai pos-pos belanja transfer, kini digunakan untuk mendanai
belanja PAD karena perubahan pos pendapatannya. Hasil olah data yang
menggunakan 95 data LKPD di Indonesia yang telah diaudit oleh BPKD dan
mencakup tahun 2011-2013 ini menunjukan PBB-P2 berpengaruh positif
terhadap perubahan belanja PAD, ini menunjukan adanya mental accounting di
Pemda Indonesia.
Ada dua keterbatasan yang utama pada penelitian ini yang pertama
fluktuasi data relatif tinggi, pemda yang memiliki wilayah luas dengan
perekonomian maju memiliki kebutuhan belanja yang jauh lebih besar
ketimbang pemda dengan wilayah kecil. hal tersebut sejalan dengan penerimaan
PBB-P2 nya, sehingga secara nominal belanja PAD dan PBB-P2 tiap daerah
dapat terpaut cukup jauh. Keterbatasan kedua adalah tidak memisahkan antara
pemda yang besar dan kecil, baik dalam hal potensi PBB-P2 maupun kebutuhan
belanja operasionalnya.
Saran
Penelitian selanjutnya dapat menguji keterkaitan variable perubahan
belanja operasional dan perubahan PBB-P2 dalam bentuk perubahan persentase
(%) sehingga fluktuasi perubahan variabel secara nominal antara pemda dengan
belanja besar dan kecil dapat terakomodir. Peneliti selanjutnya dapat
menggunakan persentase perubahan belanja PAD terhdapat total belanja
pemda, dan persentase perubahan PBB-P2 terhadap PAD. Lebih lanjut, peneliti
selanjutnya dapat memisahkan atau mengelompokan pemda yang memiliki
karakter yang sama sehingga pengujian dapat dilakukan secara terpisah pada
masing-masing kelompok pemda.
22