HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efikasi Diri Guru Agama Islam (Ustadz) Dalam Pembelajaran Di Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI

PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama Islam

Oleh: RIDHO ISLAMI F 100 070 107/ G 000 070 153

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI

PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama Islam

Oleh : RIDHO ISLAMI F 100 070 107/ G 000 070 153

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

v ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI

PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Ridho Islami

Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

islamirido@yahoo.co.id

Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam klasik. Rendahnya pengalaman guru agama Islam dalam menyajikan pembelajaran yang variatif akan mudah membuat para santri mengantuk. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan tentang Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009, menunjukan ketidaksiapan memakai strategi tersebut dan lebih memilih strategi yang simple yaitu ceramah. Ketidakmampuan guru agama Islam (ustadz) dalam mengelola kelas, menunjukan rendahnya keyakinan diri atau efikasi diri sebagai pengajar. Salah satu faktor yang membuat efikasi diri rendah yaitu keadaan emosional pengajar. Kemampuan memahami keadaan emosional sering diistilahkan dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam (ustadz) dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali. Hipotesis yang penulis ajukan adalah ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam (ustadz) dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah boyolali.

Populasi penelitian adalah guru agama Islam di pesantren Darusy Syahadah yang berjumlah 32 orang. Metode penelitian ini yaitu kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah nalisis product moment untuk menunjukan hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri.

Hasil analisis data menunjukkan ada koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam di pesantren Darus Syahadah yang ditunjukan (r) sebesar 0,732 dengan nilai Sig. 0,000 (p < 0,01). Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap efikasi diri guru sebesar 53,5%, sisanya yaitu 46,5%. Analisis kategorisasi diketahui variabel kecerdasan emosional memiliki rerata empirik sebesar 53,00 dan rerata hipotetik sebesar 42,5 yang berarti tergolong tinggi. Pada variabel efikasi diri diketahui rerata empirik sebesar 54,53 dan rerata hipotetik sebesar 42,5 yang berarti tinggi.

Kesimpulan hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali.


(6)

1 Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia. Konsep pesantren sekarang dimaknai sebagai asrama dan tempat murid-murid mengaji, khususnya dengan tujuan meningkatkan kekuatan keagamaan (religious power) Islam. Pengalaman guru agama Islam yang rendah, dalam menyajikan pembelajaran yang variatif dapat mudah membuat para santri kurang semangat belajar hingga sering mengantuk saat belajar di kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2009) tentang Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali, menunjukan ketidaksiapan memakai strategi tersebut dan lebih memilih strategi yang simpel yaitu ceramah.

Guru agama Islam yang kurang siap dalam mengelola kelas, menunjukan rendahnya kompetensi pengajar. Muchtar (2005), mengemukakan kompetensi guru adalah segala kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik

(misalnya persyaratan, sifat kepribadian) sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan benar. Melba (Santrock, 2009), menambahkan bahwa guru yang tidak memiliki kepercayaan dalam kemampuan mereka untuk mengelola kelas memiliki efikasi diri rendah (low self effiacacy).

Ormrod (2009), menyatakan bahwa secara umum efikasi diri adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu. Bandura (Feist. 2010), faktor yang mempengaruhi efikasi diri antara lain yaitu, pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi sosial serta keadaan emosional. Keadaan emosional merupakan reaksi dari rangsangan dari luar maupun dalam individu yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional peranannya banyak ditentukan oleh gejolak emosi akan dapat mempengaruhi keyakinan diri guru dalam proses pembelajaran. Melba (Santrock, 2009), mengemukakan bahwa guru yang memiliki efikasi diri rendah cenderung tertekan dan marah pada


(7)

2 perilaku buruk siswa, bersikap pesimitis terhadap kemampuan siswa untuk maju dan sering memilih model pendisiplinan restruktif. Sebaliknya guru yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung percaya diri dalam mengelola kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah “Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali?, Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam (ustadz) dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali”.

Tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini untuk mengetahui:

1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali. 2. Tingkat kecerdasan emosional

guru agama Islam dalam

pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah di Boyolali. 3. Tingkat efikasi diri pada guru

agama Islam dalam

pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali. 4. Sumbangan efektif kecerdasan

emosional terhadap efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi direktur pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pikiran untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pengembangan efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pondok pesantren Darusya Syahadah Boyolali yang berkaitan dengan kecerdasan emosional.

2. Bagi guru agama Islam pesantren Darusy Syahadah Boyolali. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru agama Islam


(8)

3 dalam pembelajaran di pesantren Darusya Syahadah untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar dapat menguasai dan memahami situasi kelas sehingga efikasi dirinya dalam menyampaikan materi saat pembelajaran mudah diterima dan menyenangkan para santri.

3. Bagi psikolog pendidikan, penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dalam mengembangkan bidang psikologi pendidikan terutama pengembangan kecerdasan emosional bagi guru agama Islam di pesantren Darusy Syahadah Boyolali dalam proses pembelajaran agama Islam. 4. Bagi fakultas psikologi,

penelitian ini dapat menambah refrensi penelitian dalam bidang psikologi pendidikan.

5. Bagi fakutas agama Islam terutama jurusan Tarbiyah, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh guru agama Islam untuk memiliki efikasi diri

dalam mengajar siswa terutama di pesantren.

6. Bagi penelitian lain, penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dan digunakan sebagai wacana

pengembangan serta

pembanding dalam melakukan penelitian dengan tema yang sama.

LANDASAN TEORI A. Efikasi diri

Ormrod (2009), menyatakan bahwa secara umum efikasi-diri adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Bandura (Santrok, 2009) mengemukakan bahwa efikasi-diri merupakan keyakinan seseorang dapat menguasai situasi dan menciptakan hasil yang positif. Lebih lanjut, Bandura (Santrok, 2009), mengatakan bahwa efikasi-diri mempunyai pengaruh yang kuat pada perilaku. Bandura (Woolfolk, 2009), efikasi-diri adalah keyakinan seseorang akan kapibilitasnya untuk

mengorganisasikan dan


(9)

4 yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa efikasi diri adalah penilaian dan keyakinan seseorang atas kemampuan dirinya dalam

mengorganisasikan dan

melaksanakan rangkaian tindakan untuk menguasai situasi dan menciptakan hasil yang positif. Guru Agama Islam

Sagala (2009), menyatakan bahwa guru adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengelola kegiatan belajar dan mengajar yang lebih efektif melalui transformasi. Naim (2009), mengemukakan bahwa dalam konsepsi pengajaran pendidikan agama Islam, seorang guru agama Islam (ustadz) juga harus memiliki beberapa kompetensi yang lebih filosofis dan fundamental. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agama islam (ustadz) diantaranya adalah:

1. Kompetensi personal-religius yaitu memiliki kepribadian berdasarkan islam. Di dalam dirinya melekat nilai-nilai yang

dapat di internalisasikan kepada peserta didik seperti jujur, adil, suka musyawarah, disiplin dan sebagainya.

2. Kompetensi sosial-religius yaitu memiliki kepedulian terhadap persoalan-persoalan sosial yang selaras dengan ajaran Islam, sikap tolong menolong, gotong royong dan lain-lain. Komptensi ini merupakan sikap yang harus dimiliki pendidik yang dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.

3. Kompetensi professional-religius yaitu memiliki kemampuan menjalankan tugasnya secara professional yang didasarkan atas ajaran Islam.

Al-Nahlawi (Djamarah, 2004), menyimpulkan bahwa tugas yang harus dimiliki oleh seorang guru agama Islam (ustadz) berdasarkan surat al-baqarah ayat 129 ada dua macam tugas yaitu :

1. Tugas Penyucian adalah guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan


(10)

5 diri kepada Allah, menjauhkannya dari keburukan dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.

2. Tugas Pengajaran adalah guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didiknya untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupan

Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa guru agama Islam adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi dan memiliki berbagai macam kompetensi personal religius, sosial religius, serta professional religius dalam mengelola kegiatan belajar dan mengajar yang lebih efektif melalui transformasi serta bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah

untuk menyempurnakan,

membersihkan, mensucikan dan membawakan hati untuk mendekat kepada Allah swt.

B. Kecerdasan Emosional

Patton (Casmini, 2007), mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. Woolfok (2007), mengemukakan bahwa kecerdasan emosi mencakup empat kemampuan yaitu merasakan, mengintegrasikan, memahami, mengelola emosi. sementara itu, Agustian (2008), berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk merasa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah bagian dari kecerdasan sosial yang mencangkup kemampuan untuk memantau, merasakan, memahami mengintegrasikan perasaan diri sendiri dan orang lain, serta mampu dalam mengelola emosi secara efektif dalam membangun hubungan yang produktif untuk mencapai tujuan dan keberhasilan.

C. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : ada hubungan positif antara kecerdasan


(11)

6 emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel

Variable penelitian yang akan diteiti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variable tergantung : efikasi diri.

b.Variabel bebas: kecerdasan emosional.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik korelasi. Widiyanto (2010), mengemukakan bahwa analisis korelasi merupakan studi yang membahas tentang derajat keeratan hubungan antar variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi. Adapun analisis korelasi yang digunakan adalah teknik analisis korelasi (product moment). (Hadi, 2004).

Hasil analisis dan Pembahasan 1. Uji asumsi

a. Uji normalitas sebaran Hasil uji normalitas sebaran memakai teknik One-sampel Kolmogrov-Smirnov Test.

Dari hasil analisis maka diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki sebaran yang normal dengan nilai signifikansi sebesar 0,736 (p>0,05). Sedangkan efikasi diri memiliki sebaran yang normal dengan nilai signifikansi sebesar 0,527 (p > 0,05). Berdasarkan keterangan dari data di atas menunjukan bahwa variabel kecerdasan emosional dan efikasi diri memiliki sebaran normal.

b. Uji lineritas hubungan. Uji linieritas hubungan digunakan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Hasil uji linieritas hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri diperoleh nilai F beda sebesar 34,577 dengan p > 0,05 yang menunjukkan korelasinya linier.

2. Uji hipotesis.

Hasil analisis data menunjukkan ada koefisien korelasi antara


(12)

7 kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam di pesantren Darus Syahadah adalah (r) sebesar 0,732 dengan nilai Sig. 0,000 (p <0,01), yang artinya ada hubungan postif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri. 3. Sumbangan efektif.

Sumbangan efektif dapat dilihat pada koefisien determinan, yaitu R Square di tabel model summary and parameter estimates. Pada tabel. model summary and parameter estimates di dapatkan R Square sebesar 0,535. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali sebesar 53,5%, sedangkan sisanya yaitu 46,5%.

4. Kategorisasi.

Hasil Analisis kategorisasi diketahui variabel kecerdasan emosional memiliki rerata empirik sebesar 53,00 dan

rerata hipotetik sebesar 42,5 yang berarti kecerdasan emosional pada subjek penelitian tergolong tinggi. Sedangkan variabel efikasi diri diketahui rerata empirik sebesar 54,53 dan rerata hipotetik sebesar 42,5. Hal ini menunjukan bahwa yang berarti efikasi diri pada subjek penelitian tergolong tinggi.

Hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan ada korelasi antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,732 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di Pesantren Darusy Syahadah. Semakin tinggi atau positif kecerdasan emosional maka akan semakin tinggi efikasi diri, dan sebaliknya semakin rendah atau negatif kecerdasan emosional maka semakin rendah efikasi diri. Dengan demikian variabel kecerdasan emosional dapat dijadikan prediktor dari efikasi diri. Hal tersebut sejalan


(13)

8 dengan pendapat yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Feist. 2010), yang menyatakan bahwa keyakinan diri (self efficacy) dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu, pengalaman keberhasilan (mastery experiences), pengalaman orang lain (vicarious experiences), persuasi sosial (social persuation), keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotinoal states). Dimana keadaan emosional merupakan reaksi dari rangsangan dari luar maupun dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali yang berada dalam klasifikasi sangat rendah sebesar 0%, sedang sebanyak 5 orang dengan prosentase sebesar 15,62%, tinggi sebanyak 20 orang dengan prosentase sebesar 62,5%, dan sangat tinggi sebanyak 7 orang dengan prosentasi sebesar 21,87%. Pada efikasi diri guru agama Islam

dalam pembelajaran yang berada dalam klasifikasi sangat rendah sebesar 0%, sedang sebanyak 7 orang dengan prosentase sebesar 21,87%, tinggi sebanyak 15 orang dengan prosentasi sebesar 48,67%, sangat tinggi sebanyak 10 orang dengan prosentasi sebesar 31,25%.

Pada variabel kecerdasan emosional mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 53,00 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada subjek penelitian tergolong tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa para guru agama Islam dalam pembelajaran di Pesantren Darusy Syahadah memiliki penilaian yang positif akan kemampuannya pada kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial. Pada variabel efikasi diri mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 54,53 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri pada subjek penelitian tergolong tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa subyek dalam penelitian ini memiliki penilaian yang positif pada


(14)

9 kemampuannya terutama dalam menghadapi kesulitan tugas-tugas yang dilakukannya (magnitude), kemampuannya dalam memiliki efikasi diri pada saat yang tepat (generality), dan kemampuannya dalam menghadapi hambatan-hambatan (strength).

Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap efikasi diri pada subyek penelitian dilihat dari koefisien determinan (R2) adalah sebesar 0,535 yang dapat diartikan bahwa sumbangan efektif atau peranan kecerdasan emosional terhadap efikasi diri sebesar 53,5%. Sedangkan sisanya yaitu 46,5% berasal dari variabel lain yang mempengaruhi efikasi diri misalnya, kurangnya pengetahuan tentang berbagai macam metode pembelajaran, minimnya pengembangan kemampuan mengajar melalui pelatihan-pelatihan mengajar, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam dalam

pembelajaran, namun generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian ini dilakukan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam (ustadz) yang ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi sebesar (r) = 0,732 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali sebesar 0,732. Ada hubungan positif yang sangat signifikan artinya semakin tinggi kecerdasan emosional maka efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran akan mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula efikasi diri


(15)

10 guru agama Islam dalam pembelajaran.

2. Kecerdasan emosional pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukan dengan rerata empirik (RE) sebesar 53,00 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5.

3. Efikasi diri pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukan dengan rerata empirik (RE) sebesar 54,53 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5.

4. Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali sebesar 53,5%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran yang bersifat membangun diantaranya yaitu:

1. Bagi pimpinan pesantren, dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai pentingnya kecerdasan emosional sehingga dapat memberi kontribusi untuk

meningkatkan efikasi diri guru agama islam (ustadz) dalam pembelajaran.

2. Bagi guru agama Islam (ustadz) di pesantren Darusy Syahadah diharapkan dapat sebagai informasi mengenai keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk mematangkan kemampuan dalam menyediakan berbagai macam metode pembelajaran. 3. Bagi Psikologi pendidikan, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi

dalam pengembangan

kecerdasan emosional bagi guru agama Islam di pesantren untuk meningkatkan efikasi diri dalam pembelajaran.

4. Bagi fakultas psikologi, hasil penelitian ini diharapkan bisa untuk memperkaya refrensi penelitian terutama dalam bidang psikologi pendidikan. 5. Bagi fakultas Agama Islam

terutama jurusan Tarbiyah, diharapkan dapat melatih mahasiswanya untuk memiliki


(16)

11 kecerdasan emosional yang baik sehingga memiliki keyakinan diri yang baik jika menjadi pengajar agama Islam.

6. Bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud mengambil tema yang sama, hendaknya memperbanyak lagi jumlah subyek penelitian. Agar hasil penelitian bisa digeneralisasikan secara luas. Selain itu skala penelitian sebaiknya tidak dibawa pulang subyek penelitian agar peneliti dapat memantau proses selama mengisi skala. Daftar Pustaka

Agustian, A. G.(2008). The ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARG Publishing. Casmini. (2007). Emotional

Parenting: Dasar-dasar Pengasuhan Emosi Anak.Yogyakarta: P-Idea. Djamarah. S.B. (2004). Pola

Komunikasi Orang Tua dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Feist, J. dan Gregory. J. F. (2010).(Terjemahan) Teori Kepribadian. Buku ke dua. Jakarta: Salemba Humanika. Hadi, S. (2004). Metodologi

Research. Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset.

Muchtar. H.J. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Naim, N. (2009). Menjadi guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. (Tejemahan). jilid 1.Edisi ke enam. Jakarta: Erlangga.

______, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. (terjemahan). jilid 2. Edisi ke enam.Jakarta: Erlangga.

Sagala, S. (2009). Kemampuan dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Santrok. (2009). Psikologi Pendidikan. Jilid 1. Jakarta: Salemba Humanika.

______. (2009). Psikologi Pendidikan. Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiawan,Y. (2009). Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi Tidak diterbitkan. Surakarta. Fakultas Fai Jurusan Tarbiyah UMS.

Woolfook, A. (2009). Educational Psychology.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

________, A. (2007). Educational psychology. Tenth editiond. Pearson International Edition: United States of America. Widiyanto, J. 2010. SPSS For

Windows. Surakarta: Bp-fkip Ums


(1)

6 emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel

Variable penelitian yang akan diteiti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variable tergantung : efikasi diri.

b.Variabel bebas: kecerdasan emosional.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik korelasi. Widiyanto (2010), mengemukakan bahwa analisis korelasi merupakan studi yang membahas tentang derajat keeratan hubungan antar variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi. Adapun analisis korelasi yang digunakan adalah teknik analisis korelasi (product moment). (Hadi, 2004).

Hasil analisis dan Pembahasan 1. Uji asumsi

a. Uji normalitas sebaran Hasil uji normalitas sebaran memakai teknik One-sampel Kolmogrov-Smirnov Test.

Dari hasil analisis maka diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki sebaran yang normal dengan nilai signifikansi sebesar 0,736 (p>0,05). Sedangkan efikasi diri memiliki sebaran yang normal dengan nilai signifikansi sebesar 0,527 (p > 0,05). Berdasarkan keterangan dari data di atas menunjukan bahwa variabel kecerdasan emosional dan efikasi diri memiliki sebaran normal.

b. Uji lineritas hubungan. Uji linieritas hubungan digunakan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Hasil uji linieritas hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri diperoleh nilai F beda sebesar 34,577 dengan p > 0,05 yang menunjukkan korelasinya linier.

2. Uji hipotesis.

Hasil analisis data menunjukkan ada koefisien korelasi antara


(2)

7 kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam di pesantren Darus Syahadah adalah (r) sebesar 0,732 dengan nilai Sig. 0,000 (p <0,01), yang artinya ada hubungan postif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri. 3. Sumbangan efektif.

Sumbangan efektif dapat dilihat pada koefisien determinan, yaitu R Square di tabel model summary and parameter estimates. Pada tabel. model summary and parameter estimates di dapatkan R Square sebesar 0,535. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali sebesar 53,5%, sedangkan sisanya yaitu 46,5%.

4. Kategorisasi.

Hasil Analisis kategorisasi diketahui variabel kecerdasan emosional memiliki rerata empirik sebesar 53,00 dan

rerata hipotetik sebesar 42,5 yang berarti kecerdasan emosional pada subjek penelitian tergolong tinggi. Sedangkan variabel efikasi diri diketahui rerata empirik sebesar 54,53 dan rerata hipotetik sebesar 42,5. Hal ini menunjukan bahwa yang berarti efikasi diri pada subjek penelitian tergolong tinggi.

Hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan ada korelasi antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,732 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di Pesantren Darusy Syahadah. Semakin tinggi atau positif kecerdasan emosional maka akan semakin tinggi efikasi diri, dan sebaliknya semakin rendah atau negatif kecerdasan emosional maka semakin rendah efikasi diri. Dengan demikian variabel kecerdasan emosional dapat dijadikan prediktor dari efikasi diri. Hal tersebut sejalan


(3)

8 dengan pendapat yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Feist. 2010), yang menyatakan bahwa keyakinan diri (self efficacy) dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu, pengalaman keberhasilan (mastery experiences), pengalaman orang lain (vicarious experiences), persuasi sosial (social persuation), keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotinoal states). Dimana keadaan emosional merupakan reaksi dari rangsangan dari luar maupun dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali yang berada dalam klasifikasi sangat rendah sebesar 0%, sedang sebanyak 5 orang dengan prosentase sebesar 15,62%, tinggi sebanyak 20 orang dengan prosentase sebesar 62,5%, dan sangat tinggi sebanyak 7 orang dengan prosentasi sebesar 21,87%. Pada efikasi diri guru agama Islam

dalam pembelajaran yang berada dalam klasifikasi sangat rendah sebesar 0%, sedang sebanyak 7 orang dengan prosentase sebesar 21,87%, tinggi sebanyak 15 orang dengan prosentasi sebesar 48,67%, sangat tinggi sebanyak 10 orang dengan prosentasi sebesar 31,25%.

Pada variabel kecerdasan emosional mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 53,00 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada subjek penelitian tergolong tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa para guru agama Islam dalam pembelajaran di Pesantren Darusy Syahadah memiliki penilaian yang positif akan kemampuannya pada kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial. Pada variabel efikasi diri mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 54,53 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri pada subjek penelitian tergolong tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa subyek dalam penelitian ini memiliki penilaian yang positif pada


(4)

9 kemampuannya terutama dalam menghadapi kesulitan tugas-tugas yang dilakukannya (magnitude), kemampuannya dalam memiliki efikasi diri pada saat yang tepat (generality), dan kemampuannya dalam menghadapi hambatan-hambatan (strength).

Sumbangan efektif

kecerdasan emosional terhadap efikasi diri pada subyek penelitian dilihat dari koefisien determinan (R2) adalah sebesar 0,535 yang dapat diartikan bahwa sumbangan efektif atau peranan kecerdasan emosional terhadap efikasi diri sebesar 53,5%. Sedangkan sisanya yaitu 46,5% berasal dari variabel lain yang mempengaruhi efikasi diri misalnya, kurangnya pengetahuan tentang

berbagai macam metode

pembelajaran, minimnya

pengembangan kemampuan

mengajar melalui pelatihan-pelatihan mengajar, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam dalam

pembelajaran, namun generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian ini dilakukan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri guru agama Islam (ustadz) yang ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi sebesar (r) = 0,732 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri pada guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali sebesar 0,732. Ada hubungan positif yang sangat signifikan artinya semakin tinggi kecerdasan emosional maka efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran akan mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula efikasi diri


(5)

10 guru agama Islam dalam pembelajaran.

2. Kecerdasan emosional pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukan dengan rerata empirik (RE) sebesar 53,00 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5.

3. Efikasi diri pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukan dengan rerata empirik (RE) sebesar 54,53 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 42,5.

4. Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap efikasi diri guru agama Islam dalam pembelajaran di pesantren Darusy Syahadah Boyolali sebesar 53,5%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran yang bersifat membangun diantaranya yaitu:

1. Bagi pimpinan pesantren, dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai pentingnya kecerdasan emosional sehingga dapat memberi kontribusi untuk

meningkatkan efikasi diri guru agama islam (ustadz) dalam pembelajaran.

2. Bagi guru agama Islam (ustadz) di pesantren Darusy Syahadah diharapkan dapat sebagai informasi mengenai keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk mematangkan kemampuan dalam menyediakan berbagai macam metode pembelajaran. 3. Bagi Psikologi pendidikan, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi

dalam pengembangan

kecerdasan emosional bagi guru agama Islam di pesantren untuk meningkatkan efikasi diri dalam pembelajaran.

4. Bagi fakultas psikologi, hasil penelitian ini diharapkan bisa untuk memperkaya refrensi penelitian terutama dalam bidang psikologi pendidikan. 5. Bagi fakultas Agama Islam

terutama jurusan Tarbiyah, diharapkan dapat melatih mahasiswanya untuk memiliki


(6)

11 kecerdasan emosional yang baik sehingga memiliki keyakinan diri yang baik jika menjadi pengajar agama Islam.

6. Bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud mengambil tema yang sama, hendaknya memperbanyak lagi jumlah subyek penelitian. Agar hasil penelitian bisa digeneralisasikan secara luas. Selain itu skala penelitian sebaiknya tidak dibawa pulang subyek penelitian agar peneliti dapat memantau proses selama mengisi skala. Daftar Pustaka

Agustian, A. G.(2008). The ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARG Publishing. Casmini. (2007). Emotional

Parenting: Dasar-dasar Pengasuhan Emosi Anak.Yogyakarta: P-Idea. Djamarah. S.B. (2004). Pola

Komunikasi Orang Tua dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Feist, J. dan Gregory. J. F. (2010).(Terjemahan) Teori Kepribadian. Buku ke dua. Jakarta: Salemba Humanika. Hadi, S. (2004). Metodologi

Research. Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset.

Muchtar. H.J. (2005). Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

Naim, N. (2009). Menjadi guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. (Tejemahan). jilid 1.Edisi ke enam. Jakarta: Erlangga.

______, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. (terjemahan). jilid 2. Edisi ke enam.Jakarta: Erlangga.

Sagala, S. (2009). Kemampuan dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Santrok. (2009). Psikologi Pendidikan. Jilid 1. Jakarta: Salemba Humanika.

______. (2009). Psikologi Pendidikan. Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiawan,Y. (2009). Penerapan Strategi Active Learning Dalam Pembelajaran Akidah Di Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi Tidak diterbitkan. Surakarta. Fakultas Fai Jurusan Tarbiyah UMS.

Woolfook, A. (2009). Educational Psychology.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

________, A. (2007). Educational psychology. Tenth editiond. Pearson International Edition: United States of America. Widiyanto, J. 2010. SPSS For

Windows. Surakarta: Bp-fkip Ums


Dokumen yang terkait

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa Di Sma Martia Bhakti Bekasi

0 16 149

Hubungan antara pembelajaran pendidikan agama islam terhadap kecerdasan emosional peserta didik di SMPN 226 Jakarta Selatan

0 7 0

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU MENYONTEK Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Menyontek.

0 11 20

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP EFIKASI DIRI GURU Hubungan Kompetensi Pedagogik Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Efikasi Diri Guru.

0 1 19

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI GURU AGAMA ISLAM (USTADZ) DALAM PEMBELAJARAN DI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efikasi Diri Guru Agama Islam (Ustadz) Dalam Pembelajaran Di Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efikasi Diri Guru Agama Islam (Ustadz) Dalam Pembelajaran Di Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

0 1 11

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Efikasi Diri Guru Agama Islam (Ustadz) Dalam Pembelajaran Di Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KONTROL DIRI PADA MANTAN WANITA TUNA SUSILA Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kontrol Diri pada Mantan Wanita Tuna Susilo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI Kecerdasan

0 0 123