HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI Kecerdasan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Tidak setiap remaja beruntung dalam menapaki hidupnya. Beberapa remaja
Hindu yang ada di kota Mataram dihadapkan pada pilihan bahwa remaja harus
berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti menjadi yatim piatu, tidak
memiliki sanak keluarga yang mau atau mampu mengasuh, dan terlantar. Hal ini
mengakibatkan kebutuhan psikologis remaja menjadi kurang dapat terpenuhi dengan
baik, terutama jika tidak adanya orang yang dapat dijadikan panutan atau untuk
diajak berbagi, bertukar pikiran dalam menyelesaikan masalah. Dalam proses
perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja
membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya
terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
fungsi keluarga adalah memberikan rasa aman, nyaman dan kasih sayang, maka
dalam masa perkembangan ini remaja sungguhsungguh membutuhkan realisasi
fungsi tersebut dari keluarganya, terutama orangtua yang dianggap sebagai contoh
untuk membantunya dalam mengatasi masa-masa sulit yang mungkin muncul dalam
masa perkembangan tersebut.

Dalam setiap kehidupan yang dijalani, manusia pasti menemui banyak sekali
rintangan atau kemalangan, baik yang ringan maupun yang berat. Bagi remaja, yang
masih membutuhkan bimbingan dari kedua orang tuanya, rintangan yang dilalui
dapat membentuk karakter, perilaku dan sifatnya dalam menjalani kehidupannya ke
depan. Menurut Tugade & Frederickson (2005) setiap orang membutuhkan resiliensi,
yaitu suatu kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau
setelah mengalami tekanan yang berat, karena satu hal yang harus kita ingat bahwa
hidup penuh dengan rintangan dan cobaan. Faktanya, orang yang paling resilien
mencari pengalaman baru dan menantang karena mereka telah mempelajari bahwa
hanya melalui perjuangan, dengan memaksa diri mereka sendiri ke batas yang paling
maksimal, maka mereka akan menambah batasan hidup mereka sendiri (Reivich &
Chatte, 2002).

2

Kehidupan remaja tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan yang ada
dalam setiap tahap perkembangannya. Permasalahan yang ada tersebut dapat
bersumber dari berbagai macam faktor seperti dari dalam diri sendiri, keluarga,
teman sepergaulan atau lingkungan sosial. Masalah-masalah yang dihadapi
memberikan suatu bentuk ujian bagi para remaja agar mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitar mereka. Hal ini dikarenakan oleh berbagai macam
pertimbangan pada masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif,
dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Menurut periode perkembangan manusia,
masa remaja merupakan periode yang akan dilalui sebelum memasuki periode masa
dewasa. Dalam masa remaja, individu memasuki tahapan masa remaja awal terlebih
dahulu. Masa remaja awal menurut Hurlock (1994) berada pada rentang usia 13
hingga 16 atau 17 tahun, sedangkan Monks (2006) menyatakan bahwa masa remaja
awal berusia 12-15 tahun. Pada masa ini kontrol terhadap dirinya bertambah sulit dan
mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia
sekitarnya (Ali & Asrori, 2011). Cara-cara yang kurang wajar tersebut dapat terjadi
seperti misalnya perilaku yang lebih agresif, memberontak, menunjukkan kemarahan
dengan emosi yang meledak-ledak (Ali & Asrori, 2011).
Semua permasalahan remaja yang terjadi baik yang mengalami permasalahan
berat, sedang dan ringan ataupun yang berperilaku benar, sedang dan paling benar
mulia) bersumber pada pikiran, pikiran menentukan kata-kata serta pikiran dan katakata akan menentukan perbuatan/perilaku. Demikianlah secara umum munculnya
proses perilaku. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari tidaklah selalu konsisten
seperti itu. Ada pula pikiran yang tidak diwujudkan dalam kata-kata, ada juga pikiran
dan kata-kata tidak diwujudkan dalam perilaku Orang yang berpendidikan dan
beragama hendaknya selalu menguatkan pikiran (daya nalar / wiweka) karena

kebenaran konsep pikiran akan menentukan kebenaran kata- kata, dan kebenaran
kata-kata akan menentukan kebenaran perbuatan. Kalau ketiga hal itu bisa konsisten
maka dialah orang utama, inilah konsep ajaran Tri Kaya Parisudha, yaitu : tiga gerak
perilaku manusia yang harus disucikan. Menurut Bhagawan Dwija (2009) ada 10
(sepuluh) larangan Tri Kaya Parisudha yaitu:
Manacika Parisudha:

3

1)

Tidak iri kepada milik orang lain (tan adengkya ri drwianing len)

2)

Percaya kepada hukum karma phala (mamituhwa ri hananing karma phala)

3)

Kasih sayang kepada semua mahluk (asih ring sarwa sattwa)


Wacika Parisudha:
4)

Jangan berbicara kasar (ujar apergas)

5)

Jangan berbohong atau membual (tan ujar ahala)

6)

Jangan mempitnah (tan ujar pisuna)

7)

tidak mengingkari janji (satya wacana)

Kayika Parisudha:
8)


Jangan menyakiti semua mahluk (ahimsa)

9)

Jangan mencuri (tan mamandung)

10) Jangan

berzina (tan paradara).

Masa remaja merupakan masa yang sangat riskan dengan permasalahanpermasalahan yang muncul, baik permasalahan yang muncul dari dalam maupun
dari luar. Di lain sisi remaja mau tidak mau harus berhadapan dengan permasalahan
bagaimana mewujudkan cita-citanya untuk menghadapi masa depan. Pola-pola
kehidupan yang berada di sekitarnya juga merupakan tantangan yang harus dihadapi.
Oleh karena itu, remaja di tuntut untuk bisa menyelesaikan tantangan atau masalah
ini dengan mandiri. Kemandirian merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki oleh
remaja kuhususnya remaja Hindu yang ada di Kota Mataram. Orang yang memiliki
sifat kemandirian yang tinggi tentu saja akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Selain itu ia juga cenderung bersifat kritis terhadap hal-hal yang muncul

dihadapannya. Selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar
dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan psikologis sang remaja di masa mendatang.
Sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan
intelektual dan emosional remaja.
Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai
macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah. Mereka telah
dibanjiri

berbagai

informasi,

pengertian-pengertian,

serta

konsep-konsep

pengetahuan melalui media massa (televisi,video, radio, dan film) yang semuanya

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Permasalahan yang

4

sering terjadi pada kehidupan remaja Hindu yang ada di Kota Mataram adalah
tawuran/ perkelahian, Remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng.
Perilaku anarki selalu dipertontonkan ditengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah
tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu
ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut
dengangeng/kelompoknya. Selain itu, balapan liar remaja sekarang ini lebih menuruti
ego-nya dari pada keselamatan dirinya, sekarang ini banyak dijumpai remaja muda
sekolah dari SMP sampai SMA melakukan kegiatan balapan liar sepeda motor,
kegiatan ini bisa dibilang sebagai hobby oleh mereka, penuh tantangan dan
sportifitas yang mereka rasakan. Tidak jarang dari kegiatan yang mereka lakukan ini
berawal dari rasa iseng atau persaingan untuk memperoleh sesuatu hal, mengadu
kecepatan motor yang dimilikinya, berebut pacar atau uang yang dipertaruhkan
sebagai tujuan dari kegiatan lomba liar ini. Usia muda yang belum sampai berpikir
dua kali akan sebab dan akibatnya jika terjadi pada diri mereka, Kehamilan pada
remaja yang juga bisa disebabkan adanya situs porno yang menjadikan banyak
remaja hamil di luar nikah. Segi fisik, para remaja sekarang juga cukup terpelihara

dengan baik sehingga mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi
mempuyai emosi yang masih seperti remaja kecil. Terhadap kondisi remaja yang
demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya berhadapan dengan masalah
membesarkan dan mendewasakan remaja-remaja di dalam masyarakat yang
berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan dunia di masa remaja
mereka dulu.
Menurut Clemes dkk (1995) remaja memasuki masa remaja dengan berbagai
sikap perasaan, keterampilan, dan ketergantungan atas kehidupan awalnya. Maka
diharapkan remaja akan keluar dari tahap masa remaja-remaja dengan kesiapan
penuh untuk menanggulangi sebagai orang yang bertanggung jawab dalam dunia
orang dewasa. Banyak remaja menghabiskan sebagian dari dua puluh tahun pertama
yang mengisi keterampilan, pengatahuan diri, dan kepercayaan diri. Kenyataanya
masih ada masalah-masalah negatif pada remaja yang muncul akhir-akhir ini antara
lain, penyalahgunaan obat dan alkohol, reaksi emosional yang berlebihan, judi dan
berbagai perilaku yang mengarah pada tindak kriminal. Dalam dunia pendidikan
gejala-gejala negatif yang tampak adalah kurang mandiri dalam belajar, kebiasaan

5

belajar yang kurang baik tidak tahan lama dan baru belajar setelah menjelang ujian,

membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal ujian. Problem remaja tersebut
merupakan perilaku reaktif, semakin meresahkan jika dikaitkan dengan situasi masa
depan remaja yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan.
Tantangan kompleksitas masa depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah
kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Pilihan yang akan dilakukan
tentunya pada alternatif kedua, yaitu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Pentingnya usaha mempersiapkan diri bagi masa depan remaja, karena remaja
sedang mencari jati diri, mereka juga berada pada tahap perkembangan yang sangat
potensial. Melihat potensi remaja, menjadi penting dan sangat menguntungkan jika
usaha pengembangannya difokuskan pada hal-hal positif pada remaja daripada
menyoroti sisi negatifnya. Usaha mempersipkan remaja menghadapi masa depan
yang serba kompleks, salah satunya dengan mengembangkan kemandirian. Pada
umumnya semua orang tua menginginkan remaja-remaja untuk lebih bersikap
mandiri, memiliki tanggung jawab pada diri sendiri dan tidak tergantung pada orang
lain dalam bekerja dan bertingkah laku.
Pengembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin
terlihat gejala-gejala negatif seperti yang dipaparkan oleh Karta Dinata (dalam Ali
dan Asrori, 2004) antara lain, ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan karena
niat sendiri yang ikhlas, perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku
formalistik dan ritualistik serta tidak konsisten. Kedua, sikap tidak peduli terhadap

lingkungan gejala perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian remaja
masih rendah. Ketiga, sikap hidup konformistik dengan mengorbankan prinsip,
gejala mitos bahwa segala sesuatunya bisa diatur yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat, merupakan petunjuk ketidak jujuran berpikir dan bertindak serta
kemandirian yang masih rendah. Gejalagejala tersebut merupakan sebagian kendala
utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mampu yang mampu
mengarungi kehidupan masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh
tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan remaja perlu diikhtiarkan secara serius,
sistematis, dan terprogram.
Bahwa keinginan yang kuat untuk mandiri berkembang pada awal masa remaja
dan mencapai puncaknya menjelang periode ini berakhir. Pada masa remaja seorang

6

individu sudah mencapai tingkat kematangan baik secara kognitif maupun emosi,
sehingga muncul keinginan dalam diri remaja untuk mandiri dan lepas dari orang tua.
Hal ini senada dengan pendapat Mussen dkk (dalam Sunarno, 1991) mengungkapkan
bahwa tugas utama yang harus diselesaikan oleh remaja adalah mandiri dan lepas
dari keterikatan orang tua dan keluarga. Menurut Erikson, kemandirian akan
mempengaruhi pembentukan identitas remaja (dalam Thomas dalam Suparmi dan

Sumijati, 2005). Pencapaian identitas dimungkinkan hanya apabila pada diri remaja
terdapat perasaan bahwa dia dapat dan mampu mengatur hidupnya sendiri. Bahwa
orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu
mengambil keputusan, percaya diri, dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak
kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan
aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas (Cronbach dalam Suparmi
dan Sumijati, 2005) serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi
dengan teman sebaya, percaya diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan
diri (Johnson dan Medinnus dalam Suparmi dan Sumijati, 2005). Schaefer dan
Millman (dalam Suparmi dan Sumijati, 2005) berpendapat bahwa tidak adanya
kemandirian pada remaja akan menghasilkan berbagai macam problem perilaku,
misalnya rendahnya harga diri, pemalu, tidak punya motivasi sekolah, kebiasaan
belajar yang jelek, perasaan tidak aman, kecemasan, dan lain sebagainya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian pada seseorang adalah
dukungan sosial merupakan salah satu berperan di dalam membentuk keman dirian
seseorang. Dukungan sosial termasuk sebagai faktor lingkungan. Baron dan Byrne
(2005) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik &
psikologis yang diberikan oleh teman/anggota keluarga. Dukungan sosial juga dapat
dilihat dari banyaknya kontak sosial yang terjadi atau yang dilakukan individu dalam
menjalin hubungan dengan sumber-sumber yang ada di lingkungan. House (Smet,
1994) menyatakan empat aspek dukungan sosial yaitu, dukungan emosional,
penghargaan, instrumental, dan informatif. Menurut Johnson & Johnson(1991)
dukungan sosial berasal dari orang-orang penting yang dekat (significantothers) bagi
individu yang membutuhkan bantuan misalnya di sekolah seperti guru dan temantemannya. Menurut Johnson (1991) ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu
dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas,

7

meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan
rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri serta mengurangi
stres, meningkat-kan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap
stress & tekanan. Dukungan sosial menjadi hal yang diduga dapat mempengaruhi
kemandirian. Orang yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi maka akan
banyak mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental,dan informatif
dari keluarga, teman dan lingkungan. Apabila dukungan emosional tinggi, individu
akan merasa mendapatkan dorongan yang tinggi dari anggota keluarga. Apabila
penghargaan untuk individu tersebut besar, maka akan meningkatkan kepercayaan
diri. Apabila individu memperoleh dukungan instrumental, akan merasa dirinya
mendapat fasilitas yang memadai dari keluarga. Apabila individu memperoleh
dukungan informatif yang banyak, akan inidvidu itu merasa memperoleh perhatian
dan pngetahuan. Hal tersebut berdampak pada kemandirian individu seseorang.
Selain dukungan sosial, kecerdasan emosi juga memberikan peran terhadap
terbentuknya sikap mandiri. Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage
our

emotional

life

with

intelligence);

menjaga

keselarasan

emosi

dan

pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial. Kecerdasan emosi merupakan proses pribadi yang terus
berusaha mencapai tingkatan emosi yang sehat intrafisik dan intrapersonal. Remaja
yang matang secara emosional pasti memiliki kematangan dalam kemandiriannya,
terlihat dengan kepentingan dengan orang lain, mampu mengekspresiakn emosi
degan spontan. Individu yang cerdas secara emosi dapat menentukan dengan tepat
kapan dan sejauh mana perlu terlibat dalam masalah sosial, serta dapat turut serta
memberikan jalan keluar atau solusi yang diperlukan. kecerdasan emosi dapat
mengkondisikan individu merasa bebas mengekpresikan emosi secara tepat,
bertindak lugas, spontan, memiliki rasa humor, dan mampu mengatasi stres (Garlow;
Logo, dan Haryono dalam Muawana 2012).
Selain dukungan sosial dan kecerdasan emosional, efikasi diri (self-efficacy)
merupakan faktor dari terbentuknya kemandirian dari seseorang, sebagaimana ini
diungkapkan oleh Myers (Carlos, dkk, 2006) bahwa individu dengan tingkat self-

8

efficacy yang tinggi akan memperlihatkan sikap yang lebih gigih, tidak cemas dan
tidak mengalami tekanan dalam menghadapi suatu hal. Efikasi-diri diperlukan
remaja untuk menghadapi tantangan, seperti misalnya menyelesiakan tugas di
perguruan tinggi, pekerjaan, meniti karir, maupun menemukan, dan membina
hubungan yang baik dengan pasangan hidup. Remaja yang mampu menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadapi dari satu masalah ke masalah yang lainnya akan
memperoleh rasa puas dan memperteguh keyakinan diri untuk menghadapi dan
menyelesaikan

pemasalahan-permasalahan

yang

akan

dihadapi

kemudian.Pengalaman sukses dari satu masalah ke masalah yang lainnya akan
mentranformasi efikasi diri pada tugas khusus pada tugas lebih umum.Berarti
semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki, semakin besar kesempatan yang dimiliki
untuk berhasil dan mandiri.
Dari pemaparan permasalahan di atas dapat di ketahui bahwa tingkat
kemandirian yang dimiliki oleh setiap remaja yang khususnya beragama Hindu di
kota Mataram masih banyak memiliki kekurangan. Itu dapat dilihat dengan masih
banyaknya terjadi perkelahian antar geng, perjudian, nikah di bawah umur, bolos
sekolah, yang semata-mata hanya memperlihatkan ego dan gengsi dari masingmasing remaja tanpa memperhatikan sebab dan akibatnya. Maka dari itu peneliti
ingin mengetahui ada atau tidaknya Hubungan antara dukungan sosial, kecerdasan
emosional dan efikasi diri dengan kemandirian pada remaja Hindu di Kota mataram.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran (deskrifsi) dari dukungan sosial, kecerdasan emosional, dan
efikasi diri dengan kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram ?
2. Adakah hubungan langsung yang signifikan antara dukungan sosial dengan
kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram ?
3. Adakah hubungan langsung yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram ?
4. Adakah hubungan langsung yang signifikan antara efikasi diri dengan
kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram ?

9

5. Adakah hubungan langsung yang signifikan antara dukungan sosial dengan efikasi
diri remaja Hindu di Kota Mataram ?
6. Adakah hubungan langsung yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
efikasi diri remaja Hindu di Kota Mataram ?
7. Adakah hubungan yang simultan dan signifikan antara dukungan sosial, dan
kecerdasan emosional dengan kemandirian pada remaja Hindu di kota Mataram ?
8. Adakah hubungan yang simultan dan antara dukungan sosial dan kecerdasan
emosional dengan efikasi diri pada remaja Hindu di Kota Mataram ?
9. Adakah hubungan yang simultan dan signifikan antara dukungan sosial,
kecerdasan emosional, dan efikasi diri dengan kemandirian pada remaja Hindu di
kota Mataram ?
10. Adakah hubungan yang tidak langsung dan signifikan antara dukungan sosial
dengan kemandirian melalui efikasi diri pada remaja Hindu di Kota Mataram ?
11. Adakah hubungan yang tidak langsung dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan kemandirian melalui efikasi diri pada remaja Hindu di Kota
Mataram ?
1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui gambaran (deskrifsi) dari dukungan sosial, kecerdasan
emosional, dan efikasi diri dengan kemandirian pada remaja Hindu di Kota
Mataram.
2. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan langsung yang signifikan antara
dukungan sosial dengan kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram.
3. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan langsung yang signifikan antara
kecerdasan emosional dengan kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram.
4. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan langsung yang signifikan antara
efikasi diri dengan kemandirian pada remaja Hindu di Kota Mataram.
5. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan langsung yang signifikan antara
dukungan sosial dengan efikasi diri remaja Hindu di Kota Mataram.
6. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan langsung dan signifikan antara
kecerdasan emosional dengan efikasi diri remaja Hindu di Kota Mataram.

10

7. Untuk mengetahui Ada atau tidaknya hubungan yang simultan dan signifikan
antara dukungan sosial, dan kecerdasan emosional dengan kemandirian pada
remaja Hindu di kota Mataram
8. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang simultan dan signifikan antara
dukungan sosial, kecerdasan emosional, dengan efikasi diri pada remaja Hindu di
Kota Mataram.
9. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang simultan dan signifikan antara
dukungan sosial, kecerdasan emosional, dan efikasi diri dengan kemandirian pada
remaja Hindu di kota Mataram.
10. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang tidak langsung dan signifikan
antara dukungan sosial dengan kemandirian melalui efikasi diri pada remaja
Hindu di Kota Mataram.
11. Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang tidak langsung dan signifikan
antara kecerdasan emosional dengan kemandirian melalui efikasi diri pada remaja
Hindu di Kota Mataram.
1.4

Manfaat Penelitian

A. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi para tokoh/pemuka agama
Hindu termasuk orang tua dalam upaya memberikan pengetahuan yang lebih baik
bagi para remaja atau siswa tentang pemahaman Dukungan sosial, kecerdasan
emosional, dan efikasi diri demi membentuk kemandirian yang matang pada
remaja-remaja Hindu yang ada di kota Mataram.
B. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat berkontribusi positif terhadap kehidupan
masyarakat kota Mataram khususnya para remaja Hindu di Kota mataram demi
mencapai tingkat kematangan baik secara kognitif maupun emosi, sehingga
muncul keinginan dalam diri remaja untuk mandiri.
1.5

Ruang Lingkup Penelitian

a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian pada remaja Hindu di kota
mataram sangat banyak, dalam penelitian ini dibatasi pada tiga faktor sebagai

11

variabel independen yang diteliti yaitu a) dukungan sosial,

b) kecerdasan

emosional. Dan c) efikasi diri.
b. Tempat penelitian di kota Mataram ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.
c. Data penelitian tentang a) dukungan sosial, b) kecerdasan emosional, c) efikasi
diri dan d) Kemandirian Pada remaja Hindu di Kota Mataram.

12

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan Fitria Sedjati dengan judul “ Hubungan Antara
Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Kebermaknaan Hidup Pada enderita
Tuberkulosis Paru Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta”.
Hasil menunjukkan : (1) ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan
dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup dengan R = 0,702 dengan p = 0,000
(p