ANALISIS IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Pengawas Sekolah Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian ... 16

1. Fokus Kajian Penelitian... 16

2. Pertanyaan Penelitian ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

1. Teoritis ... 19

2. Praktis ... 19

E. Metode Penelitian ... 20

F. Struktur Organisasi Desertasi ... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Supervisi dalam Administrasi Pendidikan ... 26

1. Konsep Administrasi Pendidikan ... 26

2. Konsep Supervisi Akademik dalam Administasi Pendidikan ... 36

a. Prinsip Supervisi Akademik ... 51

b. Dimensi dimensi subtansi Supervisi Akademik ... 56

c. Tujuan Supervisi Akademik ... 60

d. Fungsi Supervisi Akademik ... 62

e. Sasaran Supervisi Akademik ... 64

f. Teknik Supervisi Akademik ... 65

3. Program Supervisi Akademik ... 67

4. Penilaian Dalam Supervisi Akademik ... 77

5. Akuntabilitas Supervisi Akademik ... 79

B. Tinjauan Pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 96

1. Konsep pendidikan Kejuruan ... 96


(2)

b. Tujuan ... 101

2. Peran SMK dalam Sistem Pendidikan Nasional ... 103

3. Peran SMK dalam Pembangunan Kewilayahan ... 114

4. Kompetensi Lulusan SMK ... 117

C. Mutu Pembelajaran pada Pendidikan Kejuruan ... 130

1. Konsepsi Mutu ... 130

2. Mutu Pendidikan ... 133

3. Mutu Pembelajaran ... 138

4. Strategi Pemberdayaan Guru dalam Pelaksanan Supervisi Akademik ... 140

D. Peranan Pengawas Dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 148

1. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah ... 148

2. Peranan Pengawas Sekolah dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ... 153

E. Kerangka Pemikiran ... 160

BAB III METODA PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 164

B. Langkah langkah Penelitian ... 166

C. Desain Penelitian ... 168

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 169

1. Lokasi Penelitian ... 169

2. Waktu Penelitian ... 170

E. Subjek Penelitian ... 170

F. Data dan Sumber Data Penelitian ... 171

1. Data ... 171

2. Sumber Data ... 171

G. Tahapan dan Teknik Pengumpul Data ... 172

1. Tahapan Pengumpulan Data ... 172

2. Teknik Pengumpulan Data ... 173

H. Prosedur Analisis Data Penelitian ... 174

1. Reduksi Data ... 175

2. Display Data ... 176

3. Analisa Data... 176

4. Mengambil Kesimpulan ... 177

I. Pengujian Tingkat Validitas Data ... 177

1. Kredibiliatas ( Validitas Internal) ... 178

2. Transferbilitas ... 179

3. Dependabilitas ... 179

4. Konfirmabilitas ... 180

J. Rancangan Inquiri ... 180

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 183

1. Program Supervisi Akademik dalam rangka Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 184 2. Pelaksanaan Supervisi Akademik dalam rangka Peningkatan


(3)

Mutu Pembelajaran ... 218

3. Penilaian dan Tindak Lanjut Supervisi Akademik ... 244

4. Strategi Pemberdayaan Guru dalam Supervisi Akademik ... 262

5. Dampak Pelaksanaan Supervisi Akademik Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 264

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 268

1. Program Supervisi Akademik dalam rangka Meningkatkan Mutu Pembelajaran ... 269

2. Pelaksanaan Supervisi Akademik Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pembelajaran ... 280

3. Penilaian dan Tidak Lanjut Sepervisi Akademik ... 286

4. Strategi Pemberdayaan Guru dalam Supervisi Akademik ... 295

5. Dampak Pelaksanaan Supervisi Akademik Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran ... 304

C. Model Hipotetik Pengembangan Supervisi Akademik ... 313

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 350

B. Rekomendasi ... 352

DAFTAR PUSTAKA ... 356

RIWAYAT HIDUP ... 365 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Supervisi Akademik ... 60

Tabel 2.2 Tugas Pokok Pengawas... 150

Tabel 3.1 Rancangan Inquiri ... 181

Tabel 4.1 Pemahaman Pengawas Terhadap Program Kerja Supervisi Akademik…... 186

Tabel 4.2 Rasionalisasi Program Kerja Supervisi Akademik .………..……... 189

Tabel 4.3 Komponen Program Supervisi Akademik... 191

Tabel 4.4 Prosedur Penyusunan Program Supervisi Akademik (Ruang Lingkup Program) ………...………..………. 193

Tabel 4.5 Prosedur Penyusunan Program Supervisi Akademik ( Prinsip Penyusunan Program)... 195

Tabel 4.6 Prosedur Penyusunan Program Supervisi Akademik ( Tahapan Penyusunan Program)... 197

Tabel 4.7 Pedoman Satuan Tugas Pengawas SMK dalam kegitan Supervisi Akademik... 199

Tabel 4.8 Model Format Program Kepengawasan ... 207

Tabel 4.9 Bentuk Kegiatan Supervisi ………..….212

Tabel 4.10 Permasalahan Dalam Proses Penyusunan Program Supervisi Akademik……….. 215

Tabel 4.11 Tujuan Supervisi Akademik………...…. 219

Tabel 4.12 Sasaran Supervisi Akademik ...…. 224

Tabel 4.13 Prinsip Pelaksanaan Supervisi Akademik...….. 226

Tabel 4.14 Strategi Pemberdayaan Guru dalam Kegiatan Supervisi Akademik Yang Dilakukan Pengawas Sekolah……….… 232

Tabel 4.15 Strategi Pelaksanaan Supervisi Akademik...….. 234

Tabel 4.16 Prosedur Supervisi Akademik...…. 235

Tabel 4.17 Teknik Supervisi Akademik ………237

Tabel 4.18 Pendekatan dalam Supervisi Akademik ...….. 240

Tabel 4.19 Sasaran Penilaian Supervisi Akademik...…... 245

Tabel 4.20 Tujuan Penilaian Supervisi Akademik ...…. 246

Tabel 4.21 Strategi Penilaian Kegiatan Supervisi Akademik...….. 247

Tabel 4.22 Indikator Keberhasilan Supervisi Akademik (P1,P2)...…. 248

Tabel 4.23 Indikator Keberhasilan Supervisi Akademik (P3)...…. 250

Tabel 4.24 Instrumen Penilaian Supervisi Akademik...…. 253

Tabel 4.25 Rambu Rambu Pemilihan Instrumen Pengumpulan Data Kepengawasan…………... 255

Tabel 4.26 Tindak Lanjut Hasil Penilaian Supervisi kademik….…………... 256

Tabel 4.27 Strategi Pemberdayaan Guru dalam Supervisi Akademik ... 263

Tabel 4.28 Dampak Supervisi akademik Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru ... 265

Tabel 4.29 Dampak Supervisi Akademik Terhadap Mutu Proses Pembelajaran ... 267


(5)

Tabel 4.31 Deskripsi Tuntutan Kompetensi Guru Berkesesuaian Dengan Sasaran Kegiatan Supervisi Akademik... 325 Tabel 4.32 Indikator Keberhasilan supervisi Akademik ... 342


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Perilaku Supervisi, Prilaku Mengajar

Prilaku Belajar dan Hasil Belajar...59

Gambar 2.2 Alur Kinerja, Motivasi dan Kemampuan Guru...148

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran. ………... 163

Gambar 3.1 Desain Kegiatan Penelitian……… 168 Gambar 3.2 Prosedur Analisis Data …………..……….. 177

Gambar 4.1 Cakupan Progran Kegiatan Pengawasan Sekolah...202

Gambar 4.2 Siklus Kegiatan Pengawasan Sekolah...204

Gambar 4.3 Alur Proses Penyusunan Program Pengawasan Tahunan ...206

Gambar 4.4 Alur Proses Penyusunan Program Pengawasan Semester...……… 207

Gambar 4.5 Langkah-langkah dalam Pendekatan Supervisi Akademik...241

Gambar 4.6 Siklus Alamiah Dan Evaluasi Formatif Dari Supervisi Akademik..289

Gambar 4.7 Peran Pemberdayaan Guru Dalam Supervisi Akademik...303

Gambar 4.8 Komponen Sasaran Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran…...310

Gambar 4.9 Hubungan antara Model, Strategi, Metode Pembelajaran dan Skil Mengajar ………...313

Gambar 4.10 Model Umum Pengembangan Pelaksanaan Supervisi Akademik...………...329 Gambar 4.11 Model Khusus Tahap Pra-Supervisi Akademik...….330 Gambar 4.12 Model Khusus Tahap Pelaksanaan Supervisi Akademik….…...332

Gambar 4.13 Model Khusus Tahap Pasca-Evaluasi Supervisi Akademik ...333

Gambar 4.14 Model Prosedur Implementasi Supervisi Akademik ………... ...334 Gambar 4.15 Strategi Komunikasi Terbuka...….335


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara dan Observasi ... 2. Transkrip hasil penelitian P1 ... 3. Transkrip hasil penelitian P2 ... 4. Transkrip hasil penelitian P3 ... 5. Matrik hasil reduksi data penelitian 1 ... 6. Matrik hasil reduksi data penelitian 2 ... 7. Matrik hasil reduksi data penelitian 3 ... 8. Matrik hasil reduksi data penelitian 3 ... 9. Matrik hasil reduksi data penelitian 5 ... 10.Reduksi Hasil Penelitian... 11.Catatan Lapangan

12.Jadwal Aktual Lapangan

13.SK Direktur Pascasarjana tentang Pembimbing Penulisan Disertasi ... 14.Permohonan izin melakukan observasi/penelitian dari Direktur SPS UPI ... 15.Surat keterangan penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung ... 16.Surat keterangan penelitian dari SMKN 1 Katapang ... 17.Surat keterangan penelitian dari SMKN 2 Baleendah ... 18.Surat keterangan penelitian dari SMKN 3 Baleendah ...


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan unsur paling strategis dalam pembangunan nasional dan sekaligus menjawab berbagai tantangan, hal ini disebabkan karena peningkatan kualitas manusia yang menjadi subyek pembangunan hanya dapat dilahirkan melalui pendidikan. Melalui pendidikan di samping diberikan bekal pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat. Dalam perspektif global pendidikan berperan: 1) pengembangan diri peserta didik (personal

development), 2) pengembangan ketrampilan kerja (employability or work skills development), 3) pengembangan kewarganegaraan (citizenship), dan 4) transmisi

dan transformasi budaya (transsmision and transformation culture), diolah dari Wibawa (2005:74)

Paradigma pendidikan yang diasumsikan sesuai untuk menghadapi tantangan globalisasi adalah pendidikan yang berorientasi pada dunia teknologi dan ekonomi dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan dukungan sarana yang memadai serta sesuai. Salah satunya untuk menjawab tantangan di atas adalah pengembangan pendidikan kejuruan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa : “Pendidikan kejuruan adalah merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Ditegaskan pula dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun 2004 bahwa peran SMK adalah menyiapkan


(9)

siswa dengan kemampuan dan keterampilan bidang tertentu agar setelah lulus dapat bekerja pada bidang tertentu baik secara mandiri (wiraswasta) maupun untuk mengisi lowongan yang ada. Sesuai dengan pernyataan di atas, maka lulusan SMK dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya. Keberhasilan SMK dalam menyelenggarakan pendidikannya tidak dapat diukur dari jumlah siswa yang lulus maupun berprestasi, akan tetapi seberapa besar lulusan SMK tersebut dapat tersalurkan untuk mengisi dunia kerja.

Bagi SMK mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan adalah salah satu kunci utama dalam mempersiapkan lulusan yang siap untuk diterjunkan ke dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut lembaga pendidikan kejuruan diharapkan mampu memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kualitas lulusan yang benar benar memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi budaya bangsa.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan subsistem pendidikan nasional yang tujuan utamanya adalah menyiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja dan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Dikembangkannya kurikulum SMK tahun 1994, hampir bersamaan dengan waktu digelarnya kebijakan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) oleh Mendikbud waktu itu, yang kemudian pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dilaksanakan dalam bentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang pada saat sekarang dinamakan Dual Based Program. Program pendidikan sistem ganda terdiri dari gabungan sub sistem pendidikan di sekolah dan sub sistem pendidikan di dunia kerja/industri. Program pendidikan sistem ganda merupakan program


(10)

pendidikan yang secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan profesional. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan dunia kerja/industri dipadukan secara sistematis dan sinkron sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Permasalahan yang penting disikapi dalam pelaksanaan pendidikan pada jenjang SMK adalah bagaimana memenuhi kebutuhan dunia kerja dan industri tersebut dengan kekuatan lembaga pendidikan yang secara khusus mempersiapkan satu atau beberapa keterampilan teknis yang benar-benar berkesesuaian dengan kebutuhan seperti teknologi dan rekayasa, bisnis dan manajemen, pertanian, kesenian dan pariwisata.

Namun demikian sejalan dengan pengembangan SMK, berbagai pihak menyatakan bahwa program yang dilaksanakan di SMK belum sesuai dengan kondisi nyata di dunia kerja, belum mencapai kompetensi yang diharapkan, sehingga banyak menyebabkan terjadinya pengangguran. Data Departemen Pendidikan Nasional (2009) menyebutkan bahwa lulusan SMK masih menjadi penyumbang pengangguran terbuka terbesar di DKI Jakarta selama 2009. Jumlah lulusan SMK yang menganggur sekitar 170.000 orang, sedangkan lulusan SMA yang menganggur sekitar 130.000 orang. Fakta ini menunjukkan mungkin saja adanya ketidaksesuaian (mismatch) sehingga perlu adanya strategi pengembangan SMK yang memperkuat kemandirian lulusan yang berbasis pada program keahliannya. Ketidaksesuaian (mismatch) ini telah menjadi isu utama yang menyebabkan polemik berkepanjangan antara dunia usaha, dunia industri dan dunia pendidikan. Dalam penyelenggaraan programnya SMK masih


(11)

mengalami beberapa kendala, sehingga efektivitasnya masih diragukan, bahkan eksistensi pendidikan kejuruan sebagai salah satu jalur unggulan dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing SDM masih dipertanyakan. Hasil penelitian Sulipan (2004) menyatakan bahwa sekolah kejuruan belum mampu memberdayakan (empowering) semua potensi dan sumberdaya yang ada di lingkungannya. Jika siswa hanya diberi kesempatan mengembangkan diri berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh sekolah, maka kualitas pemahaman siswa tidak akan maksimal. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan alat dan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sangat terbatas.

Di samping kehawatiran tentang kondisi di atas, berdasarkan kajian empiris di wilayah penelitian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraannya terutama menyangkut kualitas lulusan yang ingin dihasilkan khususnya di Kabupaten Bandung. Dari hasil studi Kebutuhan SMK Berbasis Lokal dan Universal tahun 2009 yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Bandung ditemukan hal-hal yang masih harus dipikirkan dan dicari solusinya, hal tersebut menyangkut:

1. Masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak di SMK, sehingga membludaknya animo lulusan SMP/MTs ke SMK tidak seimbang dengan daya tampung yang tersedia pada SMK;

2. Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah yang bervariasi, tidak berdasarkan standarisasi. 3. Masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga


(12)

4. Masih kurangnya guru untuk beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SMK kekurangan guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, Lingkungan Hidup dan BP;

5. Kurikulum SMK yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang kontekstual, sehingga kurang memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup (life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni budaya lokal, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter bangsa sering terabaikan;

6. Masih sulitnya mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional maupun untuk pasar kerja internasional;

7. Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan SMK masih didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak didasarkan pada perhitungan satuan biaya operasional (SBO) secara faktual berdasarkan karakteristik SMK;

8. Masih lemahnya kemampuan administratif dan manajerial para pengelola SMK (kepala sekolah, tata usaha sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah); 9. Partisipasi dunia usaha terhadap pembiayaan program-program pendidikan

SMK yang disalurkan melalui pemerintah masih rendah. Partisipasi yang baru dilakukan hanya disalurkan sendiri terhadap lembaga-lembaga „binaan‟ dunia usaha itu sendiri.

Di samping itu kinerja guru dirasakan masih rendah dan kurang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya hingga terdapat banyak permasalahan di


(13)

seputar kinerja mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya, pada saat diskusi panel bertajuk Profesionalisme dan Pendidikan Guru, Selasa, 24 Januari 2006 di Yogyakarta, rendahnya kinerja guru mengemuka, bahkan dikaitkan dengan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru, sehingga tanpa memperbaiki kinerja guru, semua upaya untuk membenahi pendidikan akan kandas. Kurikulum yang baik, perpustakaan yang lengkap, laboratorium canggih, ketersediaan komputer dan internet nyaris tidak ada artinya untuk memperbaiki mutu pendidikan bila guru-gurunya tidak bermutu dan tidak mencintai profesinya.

Kondisi pembelajaran yang banyak terjadi dewasa ini adalah guru hanya memberikan ilmu sebagai suatu produk dengan memindahkan teori-teori dari para ahli kedalam otak anak didik untuk dihafalkan. Persoalan bagaimana teori itu ditemukan dengan berbagai pendekatan, metodologinya dan pengujian untuk mengungkap fakta, jarang disampaikan ke dalam pikiran anak didik. Akibatnya, anak didik kita tidak pandai untuk menghubungkan teori yang mereka dapat di kelas dengan realitas yang mereka temukan di lingkungan mereka. Dari pengalaman di lapangan banyak dijumpai pendidikan anak menjadi rusak karena guru mengabaikan tanggung jawabnya. Misalnya, guru meninggalkan kelas seenaknya, guru tidak mempersiapkan pelajaran dengan baik, dan lain-lain.

Kustono (dalam Suryadi : 2009), melalui makalah seminar nasional yang berjudul Urgensi Sertifikasi Guru dalam rangka Dies Natalis UNY yang ke-43 tanggal 5 Mei 2007 di Yogyakarta, mengaitkan kinerja guru yang rendah dengan kualitas guru yang rendah pula. Ia mengemukakan bahwa kualitas guru di


(14)

Indonesia masih tergolong relatif rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualifikasi pendidikan minimal terutama bila mengacu pada amanat UU RI No 14/2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), dan PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas menunjukkan terdapat 1.646.050 (69,45%) guru SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal. Kualifikasi guru dimaksud masing-masing sebagai berikut: guru TK terdapat 91,54%, SD terdapat 90,98%, SMP terdapat 48,05%, dan SMA/SMK terdapat 28,84% yang belum memiliki kualifikasi pendidikan S1/D4, khusus untuk guru SMK dari total guru sebanyak 157.844 orang yang terdiri dari 120.725 berpendidikan S1 dan 37.119 berpendidikan di bawah S1 (Kustono, 2007). Sulistyo (dalam Suryadi, 2009) mengatakan bahwa kemampuan guru mempersiapkan pembelajaran di kelas masih lemah, guru kurang memiliki gambaran apa yang harus dilakukannya di kelas. Menurutnya, penting untuk menumbuhkan kesadaran internal guru sendiri tentang perbaikan dan perubahan kinerja, guru perlu mengetahui persis kewajiban dan penguasaan kompetensi secara maksimal. Oleh karena itu menurutnya, persoalan peningkatan mutu guru tidak dapat ditawar-tawar lagi, sudah mutlak harus dilakukan, tanpa peningkatan mutu guru, upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kucuran anggaran besar-besaran sia-sia belaka. Sulistiyo (dalam Suryadi, 2009) mengemukakan semua ini didasarkan pada disertasi hasil penelitiannya dengan menyebar kuesioner, observasi dalam kelas, wawancara mendalam, serta tes psikologi mengenai kemampuan metakognisi guru dalam mempersiapkan pembelajaran, yakni


(15)

bagaimana guru merancang, memikirkan, dan mengelola bahan ajar. (Mutu Guru

Sudah Mutlak, Pemerintah Harus Bantu Memperluas Wawasan Guru). (http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/06/1035533/mutu.guru.sudah).

Masalah lain yang dihadapi SMK bahwa kelemahan Pendidikan Kejuruan menurut Indra Jati (2001:111-112)...Guru kejuruan tidak memiliki pengalaman kerja industri; ... dilihat dari tradisi banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya salah.

Sesuai data dan gambaran di atas menunjukan bahwa kondisi profesionalisme guru masih relatif rendah, kemungkinan sikap dan kondisi itu diakibatkan oleh karena guru kurang mampu mengembangkan diri melalui penambahan pengetahuan baru karena kualitas profesionalnya tidak pernah ditingkatkan. Menurut Sagala (2010:172) bahwa faktor yang menjadi penyebab rendahnya profesional guru yaitu bantuan supervisi pengawas sekolah yang tidak memadai, bantuan supervisi kepala sekolahnya yang juga tidak membantu, disamping itu juga tidak ada rekan sejawat guru yang tepat untuk berbagi pengalaman. Padahal ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap kualitas sumber daya manusia, yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagaimana yang diungkapkan Wardiman Djoyonegoro yang dilansir Kompas (2010).

Guru menjadi figur yang penting di tengah derasnya dinamika dan tuntutan perubahan kebijakan menyangkut peningkatan mutu pendidikan saat ini. Sebab


(16)

apapun perubahan di bidang pendidikan, pada akhirnya akan ditentukan oleh guru melalui pekerjaan profesinya di ruang-ruang kelas. Di sisi lain, di tengah tuntutan reformasi bidang pendidikan guru pun menjadi sosok yang patut diperhitungkan. Guru pada SMK dituntut memiliki kompetensi yang mampu mengubah status siswa dari status beban menjadi aset bangsa, mampu mengembangkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan dan kempeten. Dari sisi kompetensi pribadi, guru SMK seyogyanya memiliki kemampuan mengaktulisasikan dirinya sebagai pribadi yang baik, bertanggung jawab, terbuka dan terus mau belajar. Seluruh tugas pendidikan dan pembelajaran yang menyangkut perkembangan anak didik tidak dapat dilakukan seenaknya oleh guru, tapi perlu direncanakan dan dilakukan dengan rasa tanggung jawab. Meski tugas guru lebih sebagai fasilitator, tetapi tetap punya tanggung jawab penuh terhadap perkembangan anak didik. Disamping itu guru juga dituntut memiliki kemampuan bidang keahlian atau program keahlian yang memadai. Kemampuan ini memuat pemahaman akan karakteristik dan isi bahan ajar, mengusai konsepnya, mengenal metodologinya dan memahami konteks bahan yang diajarkan serta kaitannya dengan kebutuhan dunia industri. Dengan kompetensi keahlian yang baik, maka guru akan mengajarkan ilmu sebagai sebuah proses dan bukan sebagai produk. Dengan demikian, semangat untuk terus belajar dan semangat untuk maju mesti terus dikedepankan oleh seorang guru. Kegandrungan seorang guru untuk terus mencari informasi lewat berbagai literatur baik cetak maupun elektronik, interaksi dengan teman se profesi dan terlibat dalam berbagai diskusi maupun seminar tentang pendidikan akan membuat guru paham akan proses pendidikan mulai dari tataran


(17)

filosofi sampai pada tataran operasionalnya. Walaupun kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang masa (life long learning process), namun ini menjadi suatu tantangan bahwa para guru yang notabenenya sebagai tenaga pengajar di sekolah harus mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam mengajar. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa guru harus betul-betul memahami secara matang bahan ajar yang akan diajarkan kepada siswa.

Para guru perlu dibantu dalam meningkatkan kualitas profesionalnya agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada anak didik. Guru mengharapkan agar pengawas menggunakan sebagian besar waktunya untuk perbaikan dan peningkatan pengajaran. Pengawas SMK berfungsi sebagai supervisor pengajaran di SMK binaannya. Dia bertanggung jawab mengkoordinasikan dan membina program pengajaran. Oleh sebab itu, pengawas SMK hendaknya memiliki kompetensi kepemimpinan pengajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor. Dia hendaknya memiliki pemahaman tentang cara yang tepat dalam melaksanakan supervisi. Pendekatan tersebut bertolak dari kenyataan, bahwa pada dasarnya proses supervisi adalah proses belajar. Dalam proses supervisi, hubungan antara pengawas SMK analog dengan hubungan antara guru dan siswa. Guru dalam melayani siswa memiliki kewajiban untuk memhamami semua karakteristik siswa. Demikian pula, pengawas SMK dalam melakukan supervisi pada para guru, hendaknya guru diperhatikan sebagai individu, karena adanya perbedaan perbedaan individual guru dalam perkembangan manusiawinya. Perlakuan seperti itu sangat diperlukan, lebih-lebih


(18)

guru dituntut untuk terlibat secara langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi akademik perlu didasarkan atas perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Sahertian (2008:20) menyatakan, bahwa supervisi akdemik yang mampu memperbaiki kualitas mengajar guru, adalah yang dilaksanakan berdasarkan data dan fakta yang obyektif. Keberhasilan supervisi akdemik juga ditunjang dengan hubungan kesejawatan yaitu hubungan yang dibangun dengan akrab dan hangat.

Namun demikian, diisinyalir bahwa pengawasan kurang berjalan dengan baik, termasuk supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah kepada guru. Penelitian Willis (Satori, 1989 : 100), yang menemukan bahwa kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan pekerjaan kantor dan menghadiri rapat-rapat yang sifatnya berisi masalah-masalah administratif. Pernyataan lainnya disampaikan oleh Eriyadi (2008) yang dimuat dalam harian Radar Semarang : Secara teoritis kepala sekolah telah banyak menyusun perencanaan supervisi guru di kelas, namun dengan dalih kesibukan tugas pokok lainnya, pelaksanaan supervisi belum banyak dilakukan. Kemudian hasil riset yang dilakukan Samsudi (2009), sebanyak 47,06 persen pengelola SMK di Jawa Tengah memprioritaskan pada pembangunan fisik sekolah. Mereka tidak berpikir ke depan untuk mengembangkan mutu pendidikan.

Di samping hasil kajian dan penelitian lain, hasil studi pendahuluan, tinjauan pustaka dan survei di Kabupaten Bandung bahwa akibat dari pengembangan SMK yang begitu pesat maka pengembangannya masih berorientasi pada pengembangan secara fisik, orientasi pengembangan terhadap


(19)

mutu pembelajaran menjadi kurang mendapat perhatian. Pelaksanaan pengawasan terhadap mutu masih terfokus pada pengawasan administrasi, kegiatan supervisi akademik yang merupakan rangkaian dalam penjaminan mutu pendidikan, sering terabaikan. Kondisi masalah ini diperkuat dengan rasio antara pengawas dengan jumlah SMK menjadi tidak seimbang disertai dengan latar belakang pendidikan pengawas yang tidak dipersiapkan untuk menempatkan posisi sebagai pegawas. Disamping itu ditemukan pula bahwa terjadi rekruitmen pengawas yang didasarkan pada senioritas atau memperpanjang usia pensiun bagi birokrat. Jabatan pengawas sekolah masih dipandang sebagai tempat isolasi bagi mereka yang berfikiran kritis dan inovatif. Belum adanya perhatian yang serius dalam pembinaan karir pengawas sekolah. Dalam penyelenggaraan tugasnya belum didukung oleh sarana prasarana dan alokasi pembiayaan yang memadai. Kemudian pada tingkat sekolah khususnya pada SMK bahwa kepala sekolah masih jarang melakukan supervisi proses pembelajaran mencakup tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian hasil pembelajaran. Pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi pun jarang dilakukan oleh kepala sekolah maupun guru senior terbukti dengan tidak memiliki catatan hasil konsultasi atau diskusi. Kepala sekolah jarang melakukan evaluasi proses pembelajaran karena jarang sekali mensupervisi guru melalui kunjungan kelas. Kepala sekolah jarang melaporkan hasil supervisi proses pembelajaran kepada Dinas Pendidikan. Kepala sekolah tidak membuat program dan jarang melakukan tindak lanjut terhadap hasil supervisi proses pembelajaran ( diolah dari hasil studi


(20)

pendahuluan melalui observasi dan wawancara dengan 7 orang guru SMK Kabupaten Bandung).

Secara konsepsional untuk membangun dan memecahkan permasalahan di atas perlu digunakan pendekatan pemberdayaan guru melalui bantuan profesional. Bantuan profesional yang dimaksudkan adalah bantuan-bantuan yang dapat memfasilitasi guru untuk tumbuh dan berkembang dalam profesinya terutama kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukannya di dalam kelas yairu supervisi akademik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimbal Willes bahwa ”Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar -mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik” (Arikunto, 2004 : 11). Burton berpendapat bahwa ”Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors which effects child

growth and development” (Purwanto, 2002 : 77). Jadi supervisi akademik terkait dengan kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran. Supervisi akademik merupakan salah satu dimensi standar kompetensi pengawas sekolah/madrasah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, BSNP, 2007,3,10) yang perlu diketahui pelaksanaannya. Gurulah yang paling menyaksikan (melihat), mendengar, dan merasakan sendiri bagaimana pengawas melakukan supervisi akademik kepada mereka secara aktual (empiris) di sekolah tempat mereka bekerja. Melalui supervisi, seorang pengawas diharapkan dapat memberi bimbingan, motivasi, dan arahan agar guru dapat meningkatkan profesionalismenya. Ciri utama supervisi adalah perubahan dalam ke arah yang


(21)

lebih baik, positif proses belajar mengajar lebih nefektif dan efisien (Syaefudin, 2010: 106). Berkenaan dengan pendapat di atas maka supervisi akademik diharapkan menjadi alat dalam memberikan jaminan mutu pelaksanaan pembelajaran di kelas. Akuntabilitas pelaksanaan pembelajaran diharapkan akan terbangun melalui akuntabilitas supervisi akademik. Akuntabilitas supervisi akademik dibangun melalui kekuatan program-program yang dikembangkan oleh supervisor; proses need assessment, perencanaan program dan tindakan aksi dalam pelaksanaan program serta alat evaluasi yang akurat sehingga tindak lanjut dapat dilakukan secara konsisten. Hal lainnya yang menjadi perhatian utama yaitu bagaimana pengawas mampu menjalankan supervisi yang baik sehingga muncul perubahan pada guru yang disupervisi. Kapasitas guru SMK muncul dalam bentuk-bentuk kemampuan, pengetahuan, dan sikap yang diperlihatkan dengan dukungan kompetensi dan komitmen dalam peningkatan mutu pembelajaran. Supervisi akademik seyogyanya berperan dalam rangka menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Melalui implementasi supervisi akademik diharapkan pula proses dan mutu pembelajaran akan meningkat.

Pemikiran yang perlu dipecahkan guna membangun kinerja supervisi akademik adalah bagaimana pengembangan program supervisi yang berbasis kebutuhan nyata guru-guru di sekolah. Selanjutnya, apakah pelaksanaannya dapat membangkitkan semangat guru-guru untuk merubah sikap dan perilakunya untuk lebih profesional dalam pekerjaannya.


(22)

Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada pada SMK sebagaimana telah diuraikan di atas, maka pada penelitian ini difokuskan pada masalah implementasi supervisi akademik yang mampu memberdayakan guru dan meningkatkan mutu pembelajaran yang meliputi aspek : (1) program supervisi akademik yang disusun; (2) pelaksanaan supervisi akademik dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran serta (3) penilaian dan tindak lanjut kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh para pengawas khususnya pengawas yang membina SMK wilayah Kabupaten Bandung.

Dari data penugasan pengawas Satuan Pendidikan Dalam Pembinaan Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan di Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Kabupaten Bandung terdapat 19 orang pengawas SMA/SMK. Dilihat dari pembagian sekolah binaannya sebagian besar pengawas membina SMA merangkap membina SMK. Dari penugasan tersebut sebagai unit analisis penelitian dipilih tiga orang pengawas yang khusus membina SMK. Sekolah yang menjadi binaan masing pengawas tersebut ini diantaranya termasuk sekolah yang berkatagori terbaik dan menjadi pavorit di wilayang kabupaten Bandung yaitu salah satu binaan pengawas satu (P1) yaitu SMKN 1 Katapang berstatus sekolah RSBI dan penjaminan mutu ISO 2009 - 9001 yang memiliki peringkat penilaian sebagai berikut: Sekolah Katagori Mandiri (SKM), Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal (PBKL), Pusat Sumber Belajar (PSB) katagori Standar II (5 komponen: Standar isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian bernilai 3,5 dengan aspek pelaksanaan proses pada standar proses minimal bernilai 2,5 dan


(23)

komponen lainnya minimal 2) PBKL Sangat baik (4), PSB Cukup (3,92) berstatus RSBI dan penjaminan mutu melalui ISO 2009 - 9001. Salah satu binaan pengawas dua (P2) yaitu SMKN 2 Baleendah status SSN/Mandiri penjaminan mutu ISO 2009 - 9001 : Sekolah Katagori Mandiri (SKM), Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal (PBKL), Pusat Sumber Belajar (PSB) Standar I (5 komponen: Standar isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian bernilai < 3 dengan aspek pelaksanaan proses pada standar proses minimal bernilai < 2 dan komponen lainnya bernilai < 2. Salah satu binaan pengawas tiga (P3) yaitu SMKN 3 Baleendah 3 status Sekolah Potensial : Sekolah Katagori Mandiri (SKM), Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal (PBKL), Pusat Sumber Belajar (PSB) Standar I (5 komponen Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan,Standar Penilaian bernilai < 3 dengan aspek pelaksanaan proses pada standar proses minimal bernilai < 2 dan komponen lainnya bernilai < 2).

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian 1. Fokus Kajian Penelitian

Sebagaimana paparan latar belakang penelitian di atas, pada hakekatnya penelitian ini mengkaji tentang permasalahan pokok berkenaan dengan kinerja pengawas dalam supervisi akademik yang ditujukan untuk peningkatan mutu pembelajaran SMK. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka fokus kajian dalam penelitian di antaranya mengkaji tentang beberapa permasalahan berikut :


(24)

a. Upaya peningkatan mutu pembelajaran sebaiknya memiliki jaminan mutu terhadap peningkatan mutu lulusan, terlebih dengan pendekatan upaya supervisi akademik yang dilakukan pihak pengawas. Untuk pengkajian tersebut, diperlukan kajian terhadap program kerja supervisi akademik yang disusun oleh pengawas dalam pelaksanaan tugasnya;

b. Proses perbaikan kegiatan supervisi akademik yang berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan sistem penilaian dan tindak lanjut pelaksanaan progran supervise akademik yang efektif dan efesien;

c. Untuk mengkaji kebermaknaan supervisi akademik, maka dibutuhkan kajian pemberdayaan sumber daya guru secara khusus ;

d. Kajian selanjutnya berkenaan dengan dampak pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah dan kaitannya dengan mutu pembelajaran;

2. Pertanyaan Penelitian

Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini, seperti dipaparkan di atas, kemudian dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : Bagaimanakah implementasi supervisi akademik tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di Kabupaten Bandung? Untuk memudahkan proses pengkajian, maka perumusan masalah tersebut, diuraikan menjadi lima pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana program supervisi akademik yang disusun tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah binaannya?


(25)

b. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatan mutu pembelajaran di sekolah binaannya?

c. Bagaimana penilaian dan tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK di sekolah binaannya ?

d. Bagaimana Strategi pemberdayaan guru dalam pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK agar mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah binaannya ?

e. Bagaimana dampak pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah binaannya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk memperoleh gambaran mengenai imlementasi supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah binaannya di Wilayah Kabupaten Bandung. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisa tentang :

1. Program supervisi akademik yang disusun tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran;

2. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran;

3. Penilaian dan tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran;


(26)

4. Strategi pemberdayaan guru dalam pelaksanaan supervisi akademik agar mampu meningkatkan mutu pembelajaran;

5. Dampak pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan tiga orang pengawas SMK terhadap peningkatan mutu pembelajaran;

6. Pengembangan model hipotetik pengembangan supervisi akademik untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk mengembangkan dan mempertajam teori dan konsep administrasi pendidikan khususnya supervisi pendidikan;

b. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan khasanah dan wawasan keilmuan khususnya dalam pengembangan manajemen pengawasan terkait dalam rangka menyelaraskan program supervisi pendidikan sesuai tujuan pendidikan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian dan pengembangan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia industri d. Diharapkan diperoleh suatu model pengembangan supervisi akademik; 2. Praktis

a. Secara praktis manfaat penelitian ini, berguna bagi para pengambil kebijakan di tingkat mikro, messo maupun makro dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan;


(27)

b. Bagi pengambil kebijakan terutama Dinas Pendidikan, dari hasil studi ini dapat mereposisi hasil-hasil kepengawasan yang dilaporkan oleh pengawas sebagai bahan dalam mempertimbangkan bentuk-bentuk pemberdayaan guru yang dapat dilakukan;

c. Bagi pengawas SMK, studi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengukur tingkat pelaksanaan layanan profesional yang telah diberikan kepada guru-guru.

d. Bagi sekolah/kepala sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan guru-guru dalam pembelajaran yang dilakukannya.

e. Bagi guru, hasil penelitian yang dilakukan ini dapat mengukur tingkat ketercapaian dalam ukuran kebermutuan perencanaan pembelajaran yang dilakukan dan pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. E. Metode Penelitian

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengungkapkan hubungan antara variabel melalui studi korelasi atau regresi dan menguji hipotesis tertentu. Pengkajian masalah dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dalam upaya memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui komunikasi yang intensif dengan sumber data. Dalam prosesnya, peneliti

menggunakan kemampuan “conceptual framework”, artinya peneliti

menggunakan kemampuan dan pemahaman terhadap suatu konsepsi atau teori supervisi. Konsepsi ini merupakan prespektif teoritik yang dijadikan pedoman proses “inquiry”. Berdasarkan pada sekumpulan data yang diperoleh, hasil


(28)

temuan penelitian diungkapkan guna menjelaskan isu dan fokus masalah penelitian.

Pendekatan penelitian ini dikenal sebagai “qualitative reseach”. Menurut

Creswell (Satori, 2009: 24) bahwa yang dimaksud dengan qualitative reseach : “…..is an inquiry process of understanding based on distinct, methodelogical tradition of inquiry that explore social or human problem. The reseacher building complex, Holistic picture, analyis word, report detailed view of informants, and

conduct the study in a natural setting”.

Pendapat ini menggambarkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses inkuiri tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah. Peneliti membangun suatu komplek, gambaran holistik, meneliti fakta-fakta, laporan-laporan, pandangan-pandangan dari penutur asli dan melakukan studi di suatu pengaturan yang alami.

Berkenaan dan karakteristik dari penelitian kualitatif yang digunakan sesuai dengan yang dikemukakan Satori (2009: 19) bahwa :

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik berikut :

(1) Objektivitas berarti tidak memihak atau teguh pada fakta yang sesungguhnya;

(2) Akurat artinya valid dan reliabel dalam pengukuran dan analisa;

(3) Verifikasi, hasil suatu penelitian bukan sesuatu yang bersifat kekal abadi akan tetapi dapat dikonfirmasikan atau direvisi melalui penelitian lain; (4) Penjelasan yang hemat/singkat dan memiliki nilai ilmiah yang tinggi; (5) Empirisme, suatu penelitian adalah usaha mengungkap fakta yang nyata; (6) Penalaran logis, yakni merupakan proses ilmiah yang memerlukan

penalaran logis;

(7) Kesimpulan kondisional, yakni hasil penelitian tidak absolut, sehingga kesimpulannya juga tidak bersifat absolut melainkan kondisional melalui probabilitas tertentu.


(29)

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative reseach) dalam penelitian ini adalah :

(1) Mengingat peneliti sendiri, berusaha untuk mendapatkan data nyata tentang pelaksanan supervisi akademik secara langsung dari sumber sesuai lokasinya, maka peneliti sendiri merupakan instrumen inti atau utama (human

instrument);

(2) Peneliti akan mencoba memahami makna atau meaning dari apa yang diteliti selama pelaksanaan supervisi akademik;

(3) Kerangka penelitian penulis, disusun dalam bentuk “pertanyaan penelitian” (reseach questions) yang pada dasarnya didesain secara lengkap atau terperinci menurut keseluruhan pelaksanaan proses supervisi secara ideal, sebab penjabaran ke dalam bentuk lembar pengamatan dan pedoman wawancara hanya digunakan oleh peneliti sebagai rambu-rambu untuk mengeksplorasi data yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti;

(4) Data yang diperoleh akan dianalisis secara induktif berdasarkan masukan terhadap pertanyaan penelitian. Teori dikembangkan atas dasar pemahaman secara sederhana dari data yang paling mendasar;

(5) Penelitian diakhiri dengan penjelasan dan uraian hasil penelitian yang bersifat deskriptif atas dasar perolehan data maupun diseminasi dari penemuan-penemuan maupun teori penunjang, serta penelitian tentang implementsi supervisi akademik yang lebih ditekankan pada proses dari pada hasil atau produk.


(30)

Sebagai peneliti kualitatif, peneliti menaruh perhatian untuk memahami perilaku, pendapat, persepsi, sikap dan lainnya. Berdasarkan pandangan sumber subjek yang ditelitinya. Oleh karena itu, peneliti mengumpulkan datanya melalui kontak langsung dengan para pengawas di sekolah binaannya di mana pengawas sehari-hari berada dan bisa melakukan kegiatannya.

Mengingat supervisi akademik merupakan suatu realita yang tidak terlepas dari situasi dan kondisi, maka interpretasi dari kesan kesan upaya peningkatan mutu pembelajaran pada SMK bagi setiap pengamat sangat tergantung dari pikiran perorangan yang beranekaragam yang akan berubah menurut waktu, situasi, dan latar belakangnya. Namun demikian objektivitas tetap harus diusahakan dalam arti faktual atau konfirmasi kesepakatan antar berbagai sumber informasi. Dari delapan jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen/teks (document studies), observasi alami (natural observation), wawancara terpusat (focused interviews), fenomenologi (phenomenology), grounded theory, studi sejarah (historical research). Maka penelitian ini, termasuk kepada jenis penelitian studi kasus (Case Studies) pelaksanaan supervisi akademik, yakni : Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah komunitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.


(31)

Penelitian ini dilakukan dengan teknis deskriptif eksploratif kualitatif dan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah produk penelitian yang akan digunakan sebagai bahan pengembangan dengan alasan yakni kegiatan supervisi akademik merupakan salah satu tugas pengawas sekolah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas sehari hari.

Sekalipun penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, tetapi hasil penelitian ini dapat pula ditindaklanjuti dengan penelitian pengembangan (research and development). Alasan pemakaian pendekatan tersebut adalah karena pendekatan ini dapat digunakan untuk menghasilkan produk dan dapat dilanjutkan dengan menguji keefektifan produk yang dihasilkan tersebut, produk yang dimaksud hasil penelitian ini adalah rekomendasi berupa pengembangan model supervisi akademik pada SMK berkenaan dengan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas SMK.

F. Struktur Organisasi Desertasi.

1. BAB I. Pendahuluan, bab ini akan membahas gambaran umum yang dapat memberikan Informasi kepada pembaca tentang apa yang dibahas dalam desertasi ini yang berisi tentang Latar Belakang Penelitian, Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Pendekatan Penelitian dan Struktur organisasi desertasi.

2. BAB II Kajian Pustaka, dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori-teori yang relevan dengan kajian yang akan dibahas yaitu Konsep Supervisi dalam Administrasi Pendidikan, Tinjauan Pendidikan Pada Sekolah Menengah


(32)

Kejuruan, Mutu Pembelajaran Pada Pendidikan Kejuruan, Peranan Pengawas dalam Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Paradigma Penelitian.

3. BAB III Metoda Penelitian, yang merupakan bab inti desertasi ini, yang akan menganalisis dan membuktikan serta menjawab pertanyaan penelitian dengan bertitik tolak dari teori dan kebijakan yang digunakan. Penyajiannya terdiri dari Metoda dan Pendekatan Penelitian, Langkah langkah Penelitian, Desain Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelaitian, Subjek Penelitian

4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini penulis akan mengemukakan Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian serta Rumusan Model Hipotetik Pengembangan Supervisi akademik sebagai kristalisasi dari hasil penelitian.

5. BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi, menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian, serta rekomendasi dalam pelaksanaan supervisi akademik guna peningkatan yang lebih berarti dalam pencapaian tujuan.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metoda dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui studi deskriptif analitis kualitatif. Fokus penelitian dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk melalukan komunikasi yang intensif dengan sumber data dalam rangka eksplorasi mengenai program supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik, efektivitas pelaksanaan program dan tindak lanjut supervisi akademik, pemberdayaan guru dalam supervisi dan dampak implementasi supervisi akademik pada mutu pembelajaran. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami dan mendeskripsikan fenomena dan gejala-.gejala yang terjadi tentang implementasi supervisi dan mutu pembelajaran dan menemukan pengembangan model supervisi akademik dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut McMillan and Schumacher (2001 : 15) pendekatan kualitatif didasarkan pada konstruktifisme (constructionism) dengan asumsi multiplerealities yang secara sosial dibangun melalui persepsi individu dan kolektif pada saat melihat situasi yang sama.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.” (Bogdan dan Talyor dalam Lexy J. Moleong, 1998: 3). Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1998:3) mendefinisikan bahwa ”metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang orang


(34)

dan perilaku yang dapat diamati” . Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan”.

Ada berbagi ciri dari penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Moleong (1998:4) ada sebelas karakteristik penelitian kualitatif yang terdiri dari : a) Latar Alamiah; (b) Manusia sebagai Alat (Instrumen); (c) Metode Kualitatif; (d) Analisis Data secara induktif; (e) Teori dari Dasar (grounded theory); (f) Deskriptif; (g) Lebih mementingkan Proses daripada Hasil; (h) Adanya ”Batas” yang ditentukan oleh ”Fokus”; (i) Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data; (j) Disain yang Bersifat Sementara; (k) Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama” Demikian pula menurut Patton (1990 : 9),dalam pendekatan penelitian kualitatif setting yang dipilih dibiarkan alamiah (naturalistic), dalam arti peneliti tidak melakukan perlakuan (treatment) atau experiment apapun terhadap jalannya maupun hasil program yang dicapai. Ketika didapatkan data yang bersifat kualitatif, dilakukan analisis secara kuantitatif sederhana sebelum dilakukan analisis kualitatif secara keseluruhan, sehingga pendekatan kuantitatif digunakan hanya sebagai pelengkap (complement) pada pendekatan kualitatif sebagai pendekatan utama dalam penelitian ini. Namun dalam penelitian ini tidak menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed method approach), karena dalam penelitian ini data dikumpulkan secara simultan, lengkap dan mendalam untuk memahami permasalahan penelitian dengan baik (Cresswell, 2002 : 181).


(35)

Berdasarkan dari karakteristik yang dijabarkan di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kesemuanya itu dilakukan dengan maksud agar diperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan sering disebut inquiri naturalistic (Bogdan & Biklen, 1992:3 ) artinya proses pengkajian yang dilakukan pada situasi lapangan yang alami (bukan di laboratorium), menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, peneliti berinteraksi secara alami dengan subjek penelitian.

B.Langkah-Langkah Penelitian

Dalam memperoleh data empirik yang sesuai dengan rumusan masalah, maka dilakukan berbagai langkah yang sesuai dengan proses penelitian kualitatif. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini melalui tiga tahap sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (2003:33) yaitu: (1) Studi persiapan/orientasi, (2) Tahap eksplorasi, dan (3) Tahap member check. Dalam penelitian ini langkah-langkah operasional yang dilakukan secara rinci sebagai berikut:

1. Menentukan fokus penelitian; peneliti berusaha menguraikan latar belakang permasalahan yang hendak dipecahkan, mengindentifikasi phenomena yang menunjukkan realitas permasalahan dan kemudian menentukan fokus penelitian yang memiliki fungsi sebagai pedoman peneliti ketika melakukan eksplorasi data;

2. Menentukan paradigma penelitian yang sesuai dengan keadaan lapangan. Seperti halnya penelitian kuantitatif,peneliti kualitatif juga dianjurkan menggali


(36)

landasan teori dari berbagai sumber informasi dan kemudian membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang dimaksud; 3. Menentukan kesesuaian antara paradigma dengan teori yang dikembangkan

sehingga peneliti tetap yakin terhdapa kebenarannya karena teori yang dibangun masih saling berkaitan erat dengan paradigma yang dikembangkan; 4. Menentukan sumber data yang dapat digali dari masyarakat yang diteliti. Unsur

ini penting bagi peneliti bahwa prinsip berbasah kaki dan berinteraksi dengan responden dapat dilaksanakan dengan benar;

5. Menentukan tahap-tahap penelitian. Tahapan penelitian pada umumnya mencakup langkah-langkah yang secara sistematis direncanakan oleh peneliti; 6. Mengembangkan instrumen penelitian. Seorang peneliti perlu menuangkan

secara tertulis sebagai fungsi pertanggung jawaban, ketika peneliti lain menanyakan proses yang berkaitan erat dengan pengambilan data;

7. Merencanakan pengumpulan data dan pencatatannya, termasuk di dalamnya garis besar teknik pengumpulan data yang dipilih agar memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan;

8. Rencana analisis data, termasuk tindakan setelah peneliti megumpulkan data dari para responden, melakukan refleksi dan menampilkannya untuk menuju penyusunan teori; 9. Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian, yang di dalamnya

mencakup bagaimana peneliti melakukan pengambilan data agar memperoleh data yang valid dan reliabel dengan permasalahan yang diteliti;

10. Merencanakan lokasi dan tempat penelitian, lokasi di mana responden berada adalah tempat yang perlu diperhitungkan, sehingga peneliti akan memperoleh informasi dari tangan pertama yaitu orang yang mempunyai informasi;

11. Menghormati etika penelitian, termasuk perhatian peneliti untuk selalu menghormati hak responden, tidak memaksa dan tidak membahayakan posisi responden;

12. Mempersiapkan laporan penulisan dan penyelesaian penelitian. Komponen ini termasuk di dalamnya usaha peneliti untuk memperoleh laporan hasil penelitian yang didukung dengan bukti pengambilan data, analisis data dan diseminasi melalui penulisan jurnal maupun artikel yang relevan.


(37)

C. Desain Penelitian

Berkenaan dengan pendekatan, teknik pengambilan data penelitian, unit analisis kajian, prosedur dan teknik analisis data penelitian yang dilakukan, maka desain penelitian yang dilakukan digambarkan pada bagan berikut :

Tidak

Literatur Tetapkan Fokus dan lokasi

ya

Triangulasi

Alat Penelitian

Sumber : Satori (2009: 83)

Gambar 3.1

Desain Kegiatan Penelitian Penelaahan Paradigma dan Pengkajian Data-data Pendukung Penetapan Topik dan Fokus Kajian

Penelitian

Studi Pustaka Penetapan Fokus

Kajian Pra Survey

Pengembangan Unit Analisis dan Sub Unit Analisis (Indikator)

Pengembangan Instrumen atau pedoman pengambilan data

Wawancara Observasi dan dokumentas i

Lapangan Proses Penggalian/ Pengumpulan dan

Pengambilan Data dari Lapangan

Pengumpulan Data Penelitian : a) Reduksi data; b) Display Data; c) Pemeriksanaan Data dan d) Analisis

Deskripsi, Pembahasan dan Analisis serta temuan Penelitian Periksa Kebasahan Data


(38)

Keduabelas komponen langkah penelitian seperti dipaparkan di atas, tergambarkan secara jelas pada gambar 3.1 di atas. Dengan demikian maka penelitian ini dilakukan sesuai dengan pendekatan, prosedur dan disain kualitatif dimulai dengan identifikasi permasalahan hingga sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan lokasi penelitian adalah (1) menyebutkan tempat, (2) mengemukakan alasan adanya fenomena sosial atau peristiwa yang terjadi dilokasi, (3) mengemukakan adanya kekhasan lokasi yang akan diteliti (Hamidi, 2004 : 69). Sehubungan dengan hal tersebut maka lokasi penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten Bandung, dimana Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung memiliki visi ”Terselenggaranya layanan prima pendidikan dalam membentuk insan kamil yang mengedepankan nilai-nilai budaya lokal dengan berorientasi global” dengan beberapa potensi pendidikan yang dimilikinya. Dalam upaya melihat dan mengawal layanan prima khususnya dalam hal peningkatan layanan mutu pendidikan terdapat 19 orang pengawas SMA dan SMK dengan rata rata setiap pengawas membina 11 sekolah. Khusus untuk informan dalam terkait dengan Implementasi supervisi akademik maka peneliti menetapkan tiga orang pengawas yang khusus membina SMK sedangkan pengawas yang lainnya membina SMK dan SMA.


(39)

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan semester ganjil dan genap tahun ajaran 2010/2011, direncanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Februari 2011 dilaksanakan penelitian kualitatif sebagai tahap kegiatan pengumpulan informasi untuk identifikasi program kegiatan. Sementara pada Bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011 dilakukan pengkajian dan evaluasi program serta pengembangan alternatif program selanjutnya.

E. Sujek Penelitian

Istilah sampel dalam penelitian kualitatif jarang digunakan, dan jika digunakan konsep atau makna yang terkandung di dalamnya berbeda dengan diartikan dalam penelitian kuantitatif (Sukaryana, 1992: 13). Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan istilah subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah orang, sumber atau informasi yang dapat memberikan data atau informasi kepada peneliti. Penentuan subjek penelitiannya dilakukan secara purposif, hal ini didasarkan pada ciri-ciri pengambilan subjek secara purposif, yaitu 1) Rancangan subjek penelitian yang timbul tidak dapat ditentukan lebih dahulu; 2) Penentuan subjek secara berurutan 3) Penyesuaian berkelanjutan dari subjek, dan 4) Pemilihan berakhir jika telah terjadi pengulangan (Moleong, 1993;165-166). Dalam penelitian ini memusatkan perhatian pada:

1. Komponen manusia, yaitu tiga orang pengawas yang membina SMK.

2. Sumber data tertulis berupa program supervisi akademik, laporan kegitan kepengawasan dan pembelajaran, arsip-arsip tentang kepengawasan dan pembelajaran.


(40)

3. Sumber data tak tertulis berupa tindakan dalam pemberian pelayanan profesional oleh pengawas, kegiatan-kegiatan pembelajaran guru dan usaha-usaha penjaminan mutu pembelajaran.

F. Data dan Sumber Data Penelitian 1. Data

Data primer dan data sekunder adalah dua jenis data dalam penelitian ini. Data primer diperoleh dalam bentuk verbal berupa ucapan lisan dan perilaku dari subjek (informan). Data primer dijaring melalui observasi dan wawancara antara lain beberapa program-program supervisi akademik, pelaksanaan program supervisi akademik yang mampu memberdayakan guru, dampak program supervisi akademik pada mutu pembelajaran, dan fenomena lainnya yang sesuai dengan fokus penelitian.

Data sekunder dalam penelitian ini dijaring melalui dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Karakteristik data sekunder tersebut berbentuk : tulisan-tulisan, rekaman-rekaman, gambar-gambar atau foto-foto yang berhubungan dengan fokus penelitian ini. Dalam konteks penelitian ini, peneliti menjaring data skunder, seperti : (1) Pengawas yang membina SMK Kabupaten Bandung, (3) Program Supervisi dan data laporan tahunan program supervisi akademik; (4) Kurikulum kegiatan belajar dan mengajar.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian diperoleh secara langsung oleh peneliti melalui interaksi di lokasi dengan subjek penelitian. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber, yakni manusia dan non manusia. Sumber data yang


(41)

diperoleh melalui sumber manusia berfungsi sebagai subyek atau informan kunci

(key informants). Menurut Yin (1996:101) “...ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data studi kasus, hal itu mencakup penggunaan berbagai bukti sumber yaitu bukti dari dua atau lebih sumber tetapi menyatu dengan serangkaian fakta atau temuan yang sama” Sesuai dengan paradigma, masalah, dan tujuan penelitian ini, maka sumber data penelitian adalah tiga orang pengawas yang membina SMK di Kabupaten Bandung. Sebagai sumber data pelengkapnya adalah kepala sekolah dan guru pada sekolah binaannya. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumen-dokumen program, dokumen laporan tahunan supervisi akademik, dokumen nilai akademik di sekolah binaannya, prestasi guru dan dokumen-dokumen yang relevan dan berkaitan dengan fokus penelitian sebagimana yang dijelaskan di atas.

G. Tahapan dan Tehnik Pengumpulan Data 1. Tahapan Pengumpulan Data

Setelah persiapan penelitian dilakukan, pengumpulan data pada sample dari populasi yang telah dipilih. Dengan tidak adanya suatu pola yang pasti dalam prosedur pengumpulan data pada penelitian kualitatif, maka keefektifannya akan ditentukan oleh peranan peneliti sebagai “human instrument”. Adapun langkah -langkah pengumpulan data dalam pendekatan kualitatif meliputi:

a. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting).

b. Penentuan sumber data dilakukan secara purposif: Jumlah sumber data sangat tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang dibutuhkan atau untuk memperoleh informasi tertentu, sumber data dapat


(42)

diteruskan sampai tercapainya taraf reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; ”aksudnya dengan menggunakan responden berikutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti” (Nasution, 1988:32-33). c. Peneliti sebagai instrumen inti pokok: Pengambilan data langsung dilakukan

oleh peneliti sehingga “instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang tinggi; bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-rubah, dapat memperluas pertanyaan yang berguna untuk tujuan penelitian” (Nasution, 1988:54-55).

d. Penelitian lebih menekankan pada proses daripada produk atau hasilnya (bersifat deskriptif analitis): Menurut Miles dan Hubermen (1992: 15) “Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, cenderung berbentuk uraian kata-kata dari pada angka-angka; demikian juga hasil analisisnya.”

e. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik: Bersifat idiografik artinya, penelitian ini lebih mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu di balik data yang dikumpulkan.

f. Mengutamakan makna (meaning) di balik data. 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Nasution (1988: 56) “catatan lapangan tersebut melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi”. Ketiga teknik tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang atau melengkapi model pengembangan karir widyaiswara. Adapun


(43)

instrumen penelitiannya adalah diri peneliti sendiri (human instrument). Untuk itu dilakukan melalui teknik:

a. Observasi: merupakan aktivitas yang sistematis terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Pengamatan terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan proses layanan profesional yang dilakukan oleh pengawas dalam supervisi akademik dan proses pembelajaran.

b. Wawancara: peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permasalahan penelitian. c. Studi Dokumentasi : Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data

diperoleh dari sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara, akan tetapi belum cukup lengkap perlu adanya penguatan atau penambahan data dari sumber lain yaitu dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. H. Prosedur Analisis Data Penelitian

Kegiatan ini dilakukan guna memberi makna terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan yang dilaksanakan secara kontinu dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi atau penafsiran ini dlakukan dengan merujuk kepada landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan berdasarkan “consensus judgment”. Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini

belum ada prosedur baku yang dijadikan pedoman para ahli.

Analisis data merupakan proses kegiatan yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Proses pengumpulan data dan analisis data penelitian


(44)

kualitatif dalam praktiknya merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Kedua proses kegiatan di atas kadang-kadang dikerjakan secara bersamaan, artinya analisis data seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data, kemudian dilanjutkan kembali setelah selesai (Bogdan & Biklen, 1982; Spradly,1980; Williams, 1988; Miles dan Huberman, 1984).

Namun demikian penelitian ini, peneliti mengikuti langkah-langkah seperti yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1992: 21) yaitu: ”reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan dan verifikasi.”

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Dalam konteks penelitian ini reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan lapangan (transkrip) dan studi dokumentasi. Telaah ini dilakukan untuk menemukan hal-hal pokok atau penting berkenaan dengan fokus penelitian yakni implementasi supervisi akademik mampu meningkatkan mutu pembelajaran SMK di Kabupaten Bandung.


(45)

2. Display Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu: 1) Analisis Kompensional, teknik ini termasuk kedalam teknis analisis yang cukup menarik dan paling mudah dilakukan karena menggunakan pendekatan kontras antar elemen, akan tetapi secara keseluruhan memiliki kesamaan kerja dengan teknik analisis taksonomi, hal yang membedakannya adalah hanya pada pendekatan yang dipakai oleh masing-masing teknik. Teknik ini digunakan untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara lebih terperinci. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang kontras akan dipilah oleh peneliti dan selanjutnya akan dicari term-term yang dapat mewadahinya, dan 2) Analisis isi, Analisis konten mencakup upaya-upaya klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria-kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisi tertentu dalam membuat prediksi. Analisis ini sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi dengan prosedur analisis seperti berikut ini:


(46)

Gambar 3.2 Prosedur Analisis Data 4. Mengambil Kesimpulan

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah diproses atau ditransfer ke dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan.

I. Pengujian Tingkat Validitas Data

Maksud dari pemeriksanaan keabsahan hasil penelitian yaitu cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan dari hasil penelitian. Lincoln & Guba (1985:301-321) dalam tulisannya yang berkaitan dengan penelitian kualitatif,

Prosedur

Visualisasi Data

Pengelolaan Data Membaca dan

mengatur Data Menjelaskan dan mengintrepretasikan


(47)

mengatakan bahwa tingkat kepercayaan (validitas) data dalam penelitian kualitatif ini berpegang kepada empat prinsip atau kriteria, yaitu : (1) credibility, (2)

dependability, (3) confirmability, dan (4) transferability. Prinsip-prinsip tersebut

dijelaskan sebagai berikut :

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Kredibilitas hasil penelitian akan menunjukkan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kredibilitas dilakukan kegiatan triangulasi, penggunaan bahan referensi dan mengadakan member check. Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:

a. Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan; b. Pengamatan secara terus menerus;

c. Triangulasi

d. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber data dengan data yang diperoleh dari sumber data lainnya tentang fokus yang sama, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan dengan menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 2003). e. Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik

dalam proses penelitian;

f. Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan, copy-an, dll. g. Membercheck, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna

perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.


(1)

359

Hamrin. (2011). Sukses Menjadi Pengawas Sekolah. Tips dan Strategi Jitu Melaksanakan Tugas. Yogyakarta: Samudra Biru.

Headington Rita. (2000). Monitoring, Assesment, Recording, reporting and Accountability, Meeting the Standards. London: David Fulton Publishers. Hoy, Wayne K dan Cecil G. Miskel, (2001), Educational Administration: Theory,

Research and Practice, Toronto: Random House, Inc.

Iain Nixon, Kevyn Smith, Rob Stafford and Steve Camm, (2009). Work-based learning Illuminating the higher education landscape, (KSA Partnership) Imren Markes. (2006). A review of literature on employability skill needs in

engineering. European Journal of Engineering Education Vol. 31, No. 6, December 2006, 637–650. http://www.tandf.co.uk/journals

James W Ainsworth; Vincent J Roscigno, (2005). Stratification, School-Work Linkages and Vocational Education Social Forces; Sep 2005; 84, 1; ProQuest Education Journals pg. 257

Johnson, David W; Roger T Johnson and Edythe Johnson Holubec, (2010), Colaborative Learning : Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama, diterjemahkan dari The Ne Circle of Learning, Penerjemah : Narulita Yusron, Bandung : Penerbit Nusa Indah

Josipa Roksa, (2006). Does the Vocational Focus of Community Colleges Hinder

Students’ Educational Attainment?. The review of Higher Education Summer 2006, volume 29, No. 4, pp. 449-526. Association for the Study of Higher Education.

Juran, JM. (2000). Kepemimpinan Mutu (Pedoman Peningkatan Mutu Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif), penerjemah Edi Nugroho, Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo.

Kande F (2008). Akuntabilitas dalam Manajemen Berbasis Sekolah, (Online), (http://akuntabilitas-dalam-manajemen-berbasis-sekolah.html, diakses 2 Maret 2010)

Kaufman and Thomas, (1980), Needs Assessment, Concept and Aplications, New Jersey: Englewood Clifts, Educational Technology Publications.

Kaye Bowman and Peter Kearns, (2009). The Impact of E-learning on Employability Skills Development, Australian Flexible Learning Framework, Department of Education, Employment and Workplace Relations, , Canberra

Keputusan Mendiknas nomor 053/U/2001. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan, Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah

Kir Haryana, (1996). Pengembangan unit usaha di lembaga pendidikan, Dalam Journal of Technology and Vocational Education No. 6/V/Juni 1996. 9 -13


(2)

360

Lincoln, IS. Dan Guba, EG. (1984). Naturalistic Inquiry. New Yor: Sage Publication. Makmur, (2007). Filsafat Administrasi, Jakarta : Bumi Aksara

Mantja, W. (2000). Model Pembinaan Supervisi Pengajaran, Buku Ajar Tidak Diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang.

Margana, H.A, (2008). Studi Tentang Organisasi Pembelajaran dan Konstribusinya Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran (Analisis Konstribusi Organisasi Pembelajaran, Peranserta MGMP, Peranserta Komite Sekolah, Pengawas Mata Pelajaran, terhadap Efektivitas Pelatihan BPG dan Dampaknya terhadap Kinerja Guru SMAN di Provinsi Jawa Barat), Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Maryono. (2011). Dasar Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

McMillan James H. and Schumacher, Sally. (2001), Research in Education : A Conceptual Introduction, New York : Addison Westley Longman Inc.

Miles, Matthew B dan Huberman A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta : UI Press

Muchlas Samani. (1998). Pendidikan Kejuruan Menyongsong Millenium III, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam bidang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknik Kejuruan Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Surabaya pada hari Senin, 14 Desember 1998.

Muliati A.M, A. (2008), Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu

Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai

Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan tahun 2005/2007) Diambil dari situs : (http:/pages-yourfavorite.com/ppsupi/disertasi2004.html.08-2006).

Moleong, L. J. (2006) “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng, (2000). Kebijakan dan Perencanaan Sosial. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Telaah Cross Discipline. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

______________. (2003). Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation Research. Integrasi Penelitian, Kebijakan dan Perencanaan. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

____________, (2003). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.


(3)

361

Mulyasa. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyati, Teti (2007) Persepsi Guru Tentang Produktivitas Kerja, Analisis Persepsi Pengaruh Kompensasi dan Pengembangan Kemampuan Profesional Terhadap Produktivitas Kerja Guru SMP Swasta di Kabupaten Bandung, Thesis Master pada FPS UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Muslim, Sri Banun. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesional Guru, Bandung: Penerbit Alfabeta

Nancy S Thompson; Elisabeth M Alford; Changyong Liao; Robert Johnson; Michael A. Mathews, (2005). Integrating Undergraduate Research into Engineering: A Communications Approach to Holistic Education. Journal of Engineering Education; Jul 2005; 94, 3; Research Library pg. 297

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung

Nawawi, Hadari, (2003). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Neagley. R.L dan Evan, N.D. (1980) Handbook for effective Supervision of Instruction, New Jersey: Englewood Cliffs Prentice Hall Inc.

Pan Maoyuan. (2007). The Important Position of the Issue of Higher Vocational Education in Pedagogy. Chinese Education and Society, vol. 40, no. 3, May/June 2007, pp. 11-26. M.E. Sharpe, Inc.

Patton, M. Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.). Newbury Park, CA: Sage Publications, Inc.

Pavlova, M. (2009). Technology and vocational education for sustainable development: Empowering individuals for the future. Australia: Springer. Pidarta, Made. (1995). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. Pratomo, Petrus. (2007) Manajemen Pendidikan Politeknik Berwawasan Kebutuhan

Pasar Kerja Industri : Studi Kasus tentang Manajemen Pendidikan Diploma 3 di Politeknik Negeri Bandung. Desertasi, Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI, tidak diterbitkan.

Purwoko, Bambang Setiyo Hari, (2010). Mengembangkan Budaya Kerja Profesional Melalui Sekolah Menengah Kejuruan, Makalah Seminar Nasional

“Pendidikan Karakter pada Pendidikan Kejuruan” FT-UNY, Yogyakarta, 22 Mei 2010

Purwanto, Ngalim (2006), Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara


(4)

362

Purwanto, Ngalim (2010), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Rosenbaum Mark S. (2006). Exploring commercial friendships from employees’

perspectives, Journal of Services Marketing 23/1 (2009) 57–67, Emerald

Group Publishing Limited [ISSN 0887-6045],

www.emeraldinsight.com/0887-6045.htm

Sagala, Syaiful. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Penerbit Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta

Sahertian, A.P. dan Mataheru, F (1982) Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional

Sahertian, A.P. (2008) Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta Rineka Cipta.

Sallis Edward, (2007) “Total Quality Management in Education.” London: Kogan Page

Samsudi. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotof). Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan . (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Penerbit Alpha Beta

--- (2010). Supervisi Akademik dan Penjaminan Mutu Persekolahan, Program Studi Administrasi Pendidikan SPS UPI, tidak dipubliksikan

Sedarmayanti,. (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama

Sergiovani , Thomas J., Martin Burlingame, Fred S. Coombs, Paul W Thurston, (1993), Educational Governance and Administration, 2nd Edition, Prentice Hall Inc, New Jersey

Siagian, Sondang P, (2008). Manajemen Stratejik, Jakarta : Penerbit PT. Bumi Aksara

Sinem Somunoglu; Demet Unalan; Elif Dikmetas; Ramazan Erdem, (2009). New Perspectives on The Education and Career of The Student of The Healt Service Vocational College, Education; Spring 2009; 129, 3; ProQuest Education Journals pg. 448

Slamet PH (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. (Makalah Disampaikan pada Seminar dan Temu Alumni Fakultas Ilmu Sosial,


(5)

363

Universitas Negeri Yogyakarta dengan Tema: "Pendidikan yang Berwawasan Pembebasan: Tantangan Masa Depan" pada Tanggal 27 Mei 2000 di Ambarukmo Palace Hotel, Yogyakarta.

Smith, Sumarno, (2008). Employability Skills dan Pengaruhnya Terhadap Penghasilan Lulusan SMK Teknologi dan Industri, Jurnal Kependidikan Lembaga Penelitian UNY, Tahun XXXVIII, Nomor 1, Mei 2008, Yogyakarta: LLPM UNY,

Steven Hodge (2007), The origins of competency-based training, Australian Journal of Adult Learning; Jul 2007; 47, 2; ProQuest Education Journals, pg. 179 Sudjana, Nana. (2010). Kompetensi Pengawas Sekolah. Dimensi dan Indikatornya.

Bekasi: Binamitra Publishing.

___________. (2011). Supervisi Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah, Bekasi: Binamitra Publishing.

Sulipan, (2004). Pengelolaan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan. Abstrak Disertasi. Bandung : PPS-UPI.

Diambil dari situs :

(http:/pages-yourfavorite.com/ppsupi/disertasi2004.html.08-2006).

Suryadi, Ace (1996) Peningkatan Profesionalisasi Jabatan Guru, Jakarta: Pusat Informatika Depdikbud.

Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah, (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional (Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik), Bandung : Widya Aksara Press.

Sutarsih , Cicih, (2010) Supervisi Pendidikan Sebagai Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di Sekolah, Studi terhadap Upaya Penguatan Akuntabilitas Profesional Guru Peningkatan Mutu Manajemen Sekolah dan Penciptaan Sekolah sebagai Organisasi Belajar di SMAN 3, SMA Plus Muthahari, dan SMA Santa Angela Kota Bandung, Desertasi, Bandung PPS UPI, tidak diterbitkan

Sutisna (2002). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suyanto, (2007), “Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global”, Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.

______, (2008), Dialog Interaktif Tentang Pendidikan (dari konseptual menggelitik sampai yang ringan dan ringan sekali), Multi Pressindo, Yogyakarta.

Syaefudin, Udin (2010), Pengembangan Profesi Guru. Bandung, Alfabeta

Tilaar, H.A.R (1997), Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi, Grasindo, Jakarta, Cetakan Pertama.


(6)

364

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Asokadikta dan Durat Bahagia.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung. UPI Press.

Usman, Husaini, (2006) Manajemen Pendidikan, Penerbit Rosdakarya : Bandung Uwe Lauterbach, (2008). Evaluating progress of European vocational education and

training systems: indicators in education, Journal of European Industrial Training Vol. 32 No. 2/3, 2008 pp. 201-220, Emerald Group Publishing Limited, www.emeraldinsight.com/0309-0590.htm

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah (BSNP, 2007 b),

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 63 Tahun 2007 tentang Standar Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Wibawa Basuki, (2005). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Manajemen dan Implementasinya di Era Otonpmi), Surabaya : Kerja Jaya Media

Wiles, Kimbal (1960) Supervision for Better School, New York: Prentice-Hall.

Yin, Robert K, (1995), Case Study Research, Design and Methods, SAGE Publication, Inc