PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP (SALAH SATU PONDOK PESANTREN MODERN).
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKANMULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN
HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP (SALAH
SATU PONDOK PESANTREN MODERN)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Rizki Hadiwijaya Z 1102635
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKANMULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN
HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP (SALAH
SATU PONDOK PESANTREN MODERN)
Oleh
Rizki Hadiwijaya Z
S.Pd UPI Bandung, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika
© Rizki Hadiwijaya Z 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in Hybrid-online Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas VIII SMP (Salah Satu Pondok Pesantren Modern)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013 Yang membuat pernyataan
(4)
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN
PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP (SALAH SATU PONDOK PESANTREN MODERN)
Oleh :
Rizki Hadiwijaya Z NIM. 1102635
DISETUJUI OLEH:
Pembimbing I,
Dr. Wawan Setiawan, M.Si NIP. 196601011991031005
Pembimbing II,
Dr. Johar Maknun, M.Si NIP. 196803081993031002
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195807121983032002
(5)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji sudah selayaknya penulis panjatkan kepada Illahi Robbi, karena berkat nikmat dan karuania-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, shahabat-shahabatnya, para thabi’in dan juga para pengemban dakwah yang selalu berjuang menegakan syariat islam dimuka bumi.
Tesis ini berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) In Hybrid-online Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas VIII SMP (Salah Satu Pondok Pesantren Modern)”. Penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan Pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan MLMs dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada konsep cahaya. Selain itu tesis ini juga memberikan gambaran kepada guru fisika yang akan menggunakan pembelajaran ini sebagai alternatif pembelajaran fisika di sekolah.
Penulis sadar tesis ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fisika disekolah.
Bandung, Juni 2013
(6)
iii
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penyusunan tesis ini tak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, baik itu bersifat moril maupun materil. Hanya berkat rahmat Allah SWT yang senantiasa membimbing hamba-Nya untuk selalu sabar dalam menyelesaikan tesis ini. Selain itu dalam pembuatan dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Mamah dan Papah tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga saat ini. Terimakasih atas kasih sayang dan do’a yang selalu diberikan yang senantiasa menjadi kekuatan penulis serta kerja keras yang tak pernah lelah selalu mendukung dan memberikan kepercayaan kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini.
2. Kakak, adik dan adinda Nur Amalia tercinta terimakasih atas segala do’a, kasih sayang, harapan, motivasi dan semangat serta bantuan baik berupa moril maupun materil yang telah diberikan pada penulis. Terimakasih atas segalanya.
3. Ibu Prof. Ana Permanasari, M.Si sebagai Ketua Program Studi Pendidikan IPA konsentrasi fisika yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama penulis menjadi mahasiswa fisika.
4. Bapak Dr. Wawan Setiawan, M.Kom dan Dr. Johar Maknun, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, saran, ilmu, perhatian serta keyakinan kepada penulis bahwa dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
5. Ibu Dr, Setya Utari, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
(7)
iv
6. Ibu Dr. Ida Kaniawati, M.Si, Dr. Ida Hamidah, M.Si, Dr. Lilik Hasanah dan bapak Dr. A Rusli, M.Si yang telah bersedia menjadi pen-judgement instrumen penelitian.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi fisika, terimakasih atas segala ilmu, inspirasi, dan semangat yang telah diberikan.
8. Bapak Iyan Supiandi, S.Pd yang telah membantu peneliti dalam membuat rancangan aplikasi multimedia learning modules (MLMs).
9. Bapak Sahri Ramdan, S.Pd dan seluruh staf pengajar dan staf tata usaha sekolah tempat penelitian, terimakasih atas segala bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10.Mas Dimas yang telah menyediakan tempat tinggal/wisma ketika penelitian berlangsung.
11.Teman-teman seperjuangan pendidikan IPA konsentrasi fisika 2011 yang telah berkomitmen untuk cepat-cepat menyelesaikan studi di kampus UPI tercinta demi menata masa depan yang gemilang.
12.Siswa-siswa Kelas VIII kelas penelitian, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian ini.
13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebaikan dan dibalas oleh Allah SWT. Aamiin ya Robbalalamin.
(8)
i
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN
HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS VIII SMP (SALAH
SATU PONDOK PESANTREN MODERN)
Rizki Hadiwijaya Z NIM. 1102635
Pembimbing I : Dr. Wawan Setiawan, M.Kom
Pembimbing II : Dr. Johar Maknun, M.Si
Program Studi Pendidikan IPA Konsentarasi Fisika ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengujicoba penggunaan multimedia learning modules (MLMs) secara hybrid-online melalui pembelajaran berbasis masalah pada konsep cahaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa Pontren modern. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain the randomized pretest-posttest control group design. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP (setara dengan kelas 2 Pontren) salah satu Pontren modern kabupaten Tangerang pada tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui tes untuk keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep, lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran, dan angket untuk menjaring tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan MLMs. Rerata N-gain keterampilan berpikir kritis 0,73 dengan kriteria tinggi untuk kelas eksperimen dan 0,60 dengan kriteria sedang untuk kelas kontrol, rerata N-gain penguasaan konsep cahaya 0,80 dengan kriteria tinggi untuk kelas eksperimen dan 0,59 dengan kriteria sedang untuk kelas kontrol. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran berbasis masalah tanpa menggunakan MLMs. Tanggapan siswa yang dijaring melalui angket menunjukkan respon positif terhadap penggunaan multimedia learning modules (MLMs) secara hybrid-online melalui pembelajaran berbasis masalah.
Kata Kunci : Pembelajaran Berbasis Masalah, Multimedia Learning Modules (MLMs), Hybrid-online, Keterampilan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep.
(9)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 7
C.Batasan Masalah ... 8
D.Variabel Penelitian ... 9
E.Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
G.Kerangka Pemikiran ... H.Hipotesis Penelitian ... 11
I. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 11
BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DANMULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN HYBRID-ONLINE ... 16
A.Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 16
B.Multimedia Learning Modules (MLMs) in Hybrid-Online ... 21
C.Kemampuan yang Dibangun ... 23
1)Keterampian Berpikir Kritis... 23
2) Penguasaan Konsep ... 32
D.Hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan MLMs in Hybrid-online Dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep ... 36
(10)
vi
Rizki Hadiwijaya, 2013
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
A.Desain Penelitian ... 49
B.Populasi dan Sampel ... 51
C.Prosedur Penelitian... 51
a. Tahap Perencanaan ... 51
b. Tahap Pelaksanaan ... 52
c. Tahap Akhir ... 53
D.Instrumen Penelitian ... 54
E.Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Teknik Analisis Data ... 56
1) Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 56
2) Pengolahan Data Hasil Tes ... 60
G.Hasil Ujicoba Instrumen ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Hasil Penelitian ... 70
1) Pelaksanaan Penelitian ... 70
a) Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) ... 72
2) Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 75
3) Peningkatan Penguasaan Konsep Cahaya ... 76
4) Uji Hipotesis ... 77
a) Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (Pree-Test)... 78
b) Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-Test) ... 82
c) Analisis Data Gain yang Dinormalisasi (N-gain) ... 84
B. Pembahasan Hasil Penlitian ... 88
1) Deskripsi Pembelajaran ... 89
2) Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 91
3) Peguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Cahaya ... 93
4) Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Menggunaka Multimedia Learning Modules (MLMs) in Hyrbri-Online ... 96
(11)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... A. Studi Pendahuluan ... 104
B. Perangkat Pembelajaran ... 116
C. Instrumen Penelitian ... 167
D. Analisis Tes Uji Coba & Data Hasil Penelitian ... 229
E. Analisis Statistik ... 274
(12)
viii
Rizki Hadiwijaya, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1. Komponen Keterampilan Berpikir Kritis (Abilities) ... 27
2.2. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diteliti... 30
2.3. Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan MLMs in Hybrid-Online Terhadap Keterampilan berpikir kritis dan Penguasaan Konsep ... 37
2.4. Perjanjian Tanda Untuk Cermin Cembung dan Cermin Cekung ... 45
3.1. The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design ... 50
3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.3. Interpretasi Validitas ... 57
3.4. Interpretasi Reliabilitas ... 58
3.5. Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal ... 59
3.6. Interpretasi Daya Pembeda ... 60
3.7. Interpretasi Skor Gain yang Dinormalisasi ... 61
3.8. Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis... 66
3.9. Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep ... 67
3.10.Analisis Reliabilitas Instrumen KBK dan PK ... 69
4.1. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) oleh Guru ... 73
4.2. Hasil Uji Normalitas Pree-test Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79
4.3. Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pree-test Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa... 80
4.4. Hasil Uji Kesamaan Dua Nilai Rata-rata Pree-test Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan konsep Siswa ... 82
4.5. Hasil Uji Normalitas Post-test Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83
4.6. Rekapitulasi Hasil Uji Mann-Whitney Post-Test Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa... 84
(13)
4.7. Hasil Uji Normalitas N-gain Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85 4.8. Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor N-gain Keterampilan Berpikir
Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa... 86 4.9. Hasil Uji Kesamaan Dua Nilai Rata-rata N-gain Keterampilan Berpikir
Kritis dan Penguasaan konsep Siswa ... 88 4.10.Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan PBM Menggunakan
(14)
x
Rizki Hadiwijaya, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Simulasi flash dari MLMs ... 21 3.1. Alur Penelitian ... 53 4.1. Gambaran Aktivitas Online Siswa Melalui Database... 74 4.2. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rerata Tes Awal (Pree-test), Tes
Akhir (Post-test), dan Gain yang Dinormalisasi ... 76 4.3. Diagram Batang Perbandingan Persentase Nilai Rerata Tes Awal
(Pree-test), Tes Akhir (Post-(Pree-test), dan Gain yang Dinormalisai (N-gain) ... 77 4.4. Persentase Siswa Menjawab Tanggapan Tentang Model PBM
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.Studi Pendahuluan A.2 Hasil Wawancara
A.2.a.Hasil Wawancara dengan Guru ... 109
A.2.b. Hasil Wawancara dengan Wakasek Bidang Kurikulum ... 111
A.2.c. Hasil Observasi Kelas ... 114
A.2.d.Hasil Angket Siswa ... 115
B. Perangkat Pembelajaran ... 116
B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) B.1.a RPP Seri I ... 117
B.1.b RPP Seri II ... 128
B.1.c RPP Seri III ... 142
B. 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) B.2.a LKS Seri I ... 153
B.2.b LKS Seri II ... 156
B.2.c LKS Seri III ... 162
C. Instrumen Penelitian ... 167
C.1.Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis C.1.a Kisi-KisiTes ... 168
C.1.b Soal ... 184
C.1.c Lembar Judgement ... 189
C.2 Instrumen Tes Penguasaan Konsep C.2.a Kisi-KisiTes ... 193
C.2. b Soal ... 210
C.2. c Lembar judgement ... 214
C.3. Format Observasi Keterlaksanaan Prosedur Pembelajaran Oleh Guru C.4.a Seri I ... 217
(16)
xii
Rizki Hadiwijaya, 2013
C.4.b Seri II ... 219
C.4.c Seri III ... 221
C.4. Angket Tanggapan Siswa ... 223
C.5. Antar Muka Multimedia Learning Modules (MLMs) ... 224
D. Analisis Tes Uji Coba dan Data Hasil Penelitian... 229
D.1.Hasil Analisis Uji Coba ... 230
D.2 Hasil Data Siswa D.2.a Hasil LKS Siswa ... 233
D.2.b Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 236
D.3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model (Seri I, Seri II, danseri III )... 237
D.4 Beberapa Data Online Siswa ... 243
D.5 Hasil Judgment Dosen Ahli ... 245
D.6 Tugas Terstruktur ... 271
E. Analisis Statistik ... 274
E.1 Rekapitulasi Nilai Siswa, Pretest, Posttest, dan N-gain E.1.a. Nilai Keterampilan Berpikir Kritis ... 275
E.1.b.Nilai Penguasaan Konsep ... 276
E.2 Uji Kesamaan Dua Rerata Pretest E.2.a.Uji Kesamaan Dua Rerata Pretest Keterampilan Berpikir Kritis ... 277
E.2.b.Uji Kesamaan Dua Rerata Pretest Penguasaan Konsep ... 278
E.3 Uji Kesamaan Dua Rerata Posttest E.3.a.Uji Kesamaan Dua Rerata Posttest Keterampilan Berpikir Kritis ... 279
E.3.b.Uji Kesamaan Dua Rerata Posttest Penguasaan Konsep ... 280
E.4 Uji Hipotesis E.4.a.Uji Hipotesis N-gain Keterampilan Berpikir Kritis... 281
E.4.b.Uji Hipotesis N-gain Penguasaan Konsep ... 282
E.5 Analisis Tanggapan Siswa ... 283
F. Dokumentasi Penelitian ... 284
F.1 Hasil Tes ... F.1.a.Hasil Ulangan Harian Siswa (Data Studi Pendahuluan)... 285
(17)
F.2 Dokumen Surat-Surat Penelitian ... 288 F.3 Beberapa Dokumen Hasil Penelitian ... 291 F.4 Foto-foto penelitian ... 296
(18)
1
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pondok merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis agama islam yang menitik beratkan pada aturan sunah Rosul (sunah pondok). Pondok yang sering kita kenal merupakan tempat belajar yang serba berkecukupan dengan menggunakan metode tradisionalnya (tanpa diikut sertakan pada kurikulum Diknas), tetapi berbeda halnya dengan salah satu pondok di Tangerang provinsi Banten. Pondok tersebut merupakan sekolah boarding school dimana aktivitas belajar mengajarnya bisa berlangsung hampir sampai 24 jam. Pondok ini telah berkembang menjadi pondok modern, bahkan menjadi salah satu pelopor sekolah RSBI dilingkungannya. Dengan memasukan kurikulum pendidikan nasional (KTSP 2006) tetapi tidak membuang ciri khas dari kepondokannya (sunah pondok), akibatnya dalam pondok tersebut memiliki kurikulum yang padat sehingga jumlah mata pelajaran yang diajarkan pun menjadi lebih banyak.
Jumlah mata pelajaran yang diajarkan dalam pondok ini kurang lebih berjumlah 24 mata pelajaran setiap semester dengan jumlah total 41 jam setiap minggu nya, imbasnya alokasi waktu yang ditetapkan dari Diknas berkurang guna menggapai mata pelajaran lainnya. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembelajaran fisika. Alokasi waktu yang relatif sedikit mengakibatkan pembelajaran fisika menjadi kurang optimal sehingga berdampak pada keterampilan befikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa. Rendahnya keterampilan berpikir kristis siswa tercermin dari hasil tes standar (lampiran A.3.b) yang diperoleh dari studi pendahuluan. Dari hasil tes standar tersebut mengindikasikan bahwa pada umumnya keterampilan berpikir kritis siswa rendah. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir yang harus dibangun oleh siswa. Sebagai mana yang tersurat dalam salah satu poin dari tujuan kurikulum KTSP yang diterbitkan oleh pusat
(19)
2
kurikulum balitbang depdiknas (2006: 377), menyatakan bahwa salah satu
tujuan pembelajaran IPA adalah “…untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah…, Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA….”
Pengalokasian waktu yang minim juga berdampak pada penguasaan konsep fisika siswa. Rendahnya penguasaan konsep fisika siswa tercermin dari nilai ulangan hariannya (lampiran A.3.c). Rerata nilai ulangan harian fisika yang dimiliki oleh siswa berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Data dari hasil studi pendahuluan dari salah satu kelas tingkat SMP di Pondok ini menunjukkan sekitar 75% siswa memiliki nilai ulangan harian yang berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan (70 dari sekala 100), hal tersebut menandakan bahwa tingkat penguasaan konsep siswa pada umumnya rendah.
Minimnya pengalokasian waktu untuk pembelajaran fisika sesuai dengan pendapat siswa dan guru dalam realita yang terjadi di lapangan. Berdasarkan pendapat siswa yang diperoleh dari angket (lampiran A.3.d), 80% siswa menyatakan bahwa dengan banyaknya jumlah mata pelajaran yang ditempuh, mengakibatkan siswa tidak memiliki banyak kesempatan untuk belajar dan mendiskusikan permasalahan ketika dikelas (pembelajaran terjadi satu arah saja/teacher centered). 73% menyatakan pembelajaran kurang berpariatif sehingga kurang menarik, metode yang digunakan pada umumnya ceramah, meskipun sesekali ada kegiatan demonstrasi, tetapi hal tersebut dilakukan sangat singkat sehingga banyak pengetahuan yang tidak siswa pahami. 83,3% siswa menyatakan bahwa siswa belajar dengan cara menghafal rumus dan soal-soal yang telah diberikan, akibatnya siswa tidak memahami dan menuguasai konsep dari materi yang diajarkan.
Selain itu, berdasarkan pendapat guru dari hasil wawancara di lapangan (lampiran A.2.a), menyatakan bahwa dengan pengalokasian waktu dua jam pelajaran dalam seminggu menjadi salah satu permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Berkurangnya kegiatan tatap muka ketika di kelas cukup menyulitkan bagi guru dalam mengatur dan merencanakan kegiatan
(20)
3
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING pembelajaran. Dampaknya banyak langkah dalam kegiatan pembelajaran yang terlewat (misalkan bagaimana suatu perumusan dapat terbentuk), akibatnya beberapa konsep dasar/esensial yang menjadi pondasi pemikiran bagi siswa tidak dapat tersampaikan dengan baik. Disamping hal tersebut, minimnya pengalokasian waktu menyulitkan guru dalam mengeksplor kemampuan siswa. Pembelajaran yang dilakukan pada umumnya lebih bersifat sebagai penyampaian informasi pengetahuan (teacher centered) meskipun sesekali menggunakan metode demonstrasi, tetapi hal tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik. Hal tersebut dilakukan guna menggapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sebagai acuan yang telah ditetapkan oleh kurikulum.
Bertolak dari permasalahan tersebut, penulis menganggap perlu melakukan suatu inovasi kegiatan pembelajaran serta teaching material yang dapat dikemas dalam waktu yang fleksibel serta dapat menunjang aktivitas siswa dan membantu guru dalam menghadirkan fenomena fisika, sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih bervariatif dan menarik. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in hybrid-online.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau yang dikenal dengan Problem Base Learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah atau masalah sebagai titik tolaknya. Melalui pembelajaran ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelsaikan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dan Tandogen, 2006). Lepinski (2005) menyatakan bahwa problem based learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran atau pelatihan yang memiliki karakteristik pengunaan masalah sebagai konteks individu atau seseorang dalam mempelajari keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan. PBM dalam penelitian ini dihubungkan dengan penggunaan MLMs in hybrid-online.
(21)
4
Materi yang diajarkan ketika di kelas hanya merupakan konsep esensial sedangkan pembelajaran lebih mendetail, siswa dapat mengakses nya melalui MLMs ketika diluar jam pelajaran.
Multimedia Learning Modules (MLMs) merupakan multimedia yang dikembangkan oleh the University of Illinois at Urbana Champaign (UIUC) dan Physic Education Research (PER) yakni kombinasi dari berbagai media dalam program komputer tunggal streamning online. Konsep pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran ini dikenalkan melalui simualasi animasi flash. MLMs ini tidak hanya menyediakan fenomena fisika melalui grafik, animasi, film, dan narasi saja, tetapi juga menyediakan simulasi interaktif dalam memvisualisasikan konsep-konsepnya dimana setiap konsepnya saling berhubungan dan membentuk satu konsep yang utuh. Dengan demikian dapat mengefektifkan waktu yang tersedia. Dalam MLMs ini didesain memiliki tombol play, pause, next, dan prev sehingga hal ini memungkinkan siswa untuk mengatur instruksi penggunaannya dalam pembelajaran. Pemanfaatan modul multimedia dalam penelitian ini menggunakan sistem hybrid-online.
Sistem hybrid-online merupakan peralihan dari sistem pembelajaran tradisional ke sistem komputasi online (melalui koneksi internet) dengan tidak menghilangkan sistem tradisionalnya (kegiatan tatap muka di kelas). Dengan sistem komputasi online maka keterbatasan waktu, tempat, tidak lagi menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran. Siswa memiliki kebebasan dalam mencari atau mengakses informasi/pengetahuan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif (siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran), dengan demikian siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran meskipun di luar jam pelajaran. Selain itu, Mc.Neal dan D’Avanzo (1996) mengatakan bahwa, “in a real classroom, a few students may dominate the discussions, and shy individuals don’t stand a chance. By contrast, both the shy and pushy can speak up on-line.” Melalui pembelajaran yang dilakukan secara on-line, setiap peserta didik dapat merasakan adanya kebebasan untuk mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat atau pemikiran tanpa diiringi oleh perasaan takut dipermalukan. Iklim pembelajaran yang kondusif seperti ini
(22)
5
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan kadar interaksinya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar menjadi lebih optimal.
Hasil penelitian Homeyra R. Sadaghiani (2011) menyatakan bahwa “We found that despite reduced class time, student-learning outcomes were not hindered; in fact, the implementation of the UIUC MLMs resulted in a positive effect on student performance on conceptual tests and classroom discussion questions”, kami menemukan meskipun waktu jam pelajaran dalam kelas berkurang, kegiatan pembelajaran tidak terhalang dengan terbatasnya waktu, bahkan dengan penggunaan MLMs yang dikembangkan UIUC ini menghasilkan dampak yang positif terhadap peningkatan kinerja, diskusi pertanyaan dan tes konseptual siswa.
Pada penelitian ini penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan MLMs in hybrid-online diaplikasikan pada meteri cahaya (kelas VIII SMP). Pemilihan materi cahaya dalam penelitian ini dikarenakan materi tersebut memiliki konsep yang cukup sulit bagi siswa. Banyak konsep abstrak yang sukar dijelaskan secara teoritik, tetapi dengan menggunakan bantuan multimedia, konsep tersebut dapat tervisualisasikan sehingga dapat dipahami siswa dengan mudah. Penelitian ini mengembangkan pembelajaran PBM dengan menggunakan MLMs. MLMs merupakan suatu modul elektronik/penyusunan bahan ajar yang dihubungkan dengan multimedia (video, simulasi, animasi) yang dapat memvisualisaikan suatu konsep yang abstrak atau susah dijelaskan secara teoritik sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. Dengan demikian kesulitan materi cahaya tersebut diharapkan dapat teratasi melalui pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang permasalahan serta pernyataan yang telah dijelaskan, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa kelas VIII SMP (salah satu pondok pesantren modern)”.
(23)
6
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dibandingkan dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online pada materi cahaya?”.
Agar lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online?
2) Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada materi cahaya antara kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online?
3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online pada materi cahaya?
C. BATASAN MASALAH
Berhubung aspek yang berkaitan dengan penelitian cukup kompleks dan mengingat keterbatasan peneliti serta untuk lebih memfokuskan pembahasannya, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1) Peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dimaksud adalah perubahan yang ditunjukan oleh perolehan gain yang dinormalisasi (N-gain) dari nilai pretest dan posttest yang dilakukan sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in hybrid-online pada masing-masing aspek
(24)
7
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING keterampilan berpikir kritis yang diteliti. Hasil analisis nilai gain yang dinormalisasi kemudian diinterpretasikan menurut Hake (2001).
2) Peningkatan penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan penguasaan konsep siswa pada ranah kognitif yang diperoleh berdasarkan selisih hasil tes pada sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah dilakukan pembelajaran (posttest) dan kemudian diolah dengan menggunakan gain yang dinormalisasi (N-gain). Skor gain yang dinormalisasi yaitu perbandingan gain rata-rata aktual dengan gain rata-rata maksimum.
D. VARIABEL PENELITIAN
Pada penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in hybrid-online dan dua variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep.
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1) Perbandingan peningkatan berpikir kritis siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. 2) Perbandingan peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada materi cahaya antara kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
3) Tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online pada materi cahaya.
(25)
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa khususnya pada mata pelajaran fisika. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dan peneliti:
1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi strategi pembelajaran bervariasi sehingga memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas serta membantu guru menciptakan kegiatan belajar yang menarik, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa.
2) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pembelajaran fisika melalui pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in hybrid-online dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa.
G. KERANGKA PEMIKIRAN
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada permasalahan atau masalah sebagai titik tolak pembelajaran, permasalahan yang dikaji pada umumnya merupakan permasalahan yang berada dalam dunia nyata. Melalui pembelajaran ini siswa belajar bagaimana cara memecahakan suatu permasalahan, sehingga proses berpikir siswa dapat terbangun dengan baik (learning by process).
PBM dalam penelitian ini dihubungkan dengan penggunaan multimedia learning modules (MLMs) secara hybrid-online. MLMs merupakan modul elektronik dimana di dalamanya tersesusun suatu materi yang dilengkapi dengan multimedia (gambar, video, animasi, dsb) yang dapat memvisualisasikan suatu konsep abstrak atau tidak dapat dijelaskan secara teoritis sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajarinya secara mandiri. MLMs ini dihubungkan dengan sistem komputasi online, sehingga penggunaannya lebih fleksibel tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Dengan
(26)
9
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING demikian, melalui pembelajaran ini siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan mudah dan lebih efktif.
H. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan pada rumusan masalah, hipotesis penelitian ini adalah: 1) Hipotesis alternatif satu
Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. 2) Hipotesis alternatif dua
Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa pada materi cahaya dibandingkan dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
I. DEFINISI OPERASIONAL VERIABEL PENELITIAN
Agar terdapat kesamaan persepsi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, istilah-istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Pembelajaran berbasis masalah menggunakan Multimedia Learning Modules (MLMs) in hybrid-online merupakan kombinasi dari pemanfaatan MLMs dengan pembelajaran bebasis masalah (PBM). Dalam penelitian ini, modul di buat sedimikian rupa sehingga siswa dapat mempelajari suatu konsep secara mandiri ketika diluar jam pelajaran. Kegiatan pembelajaran tatap muka dikelas hanya digunakan untuk penyampaian konsep yang esensial sedangkan lebih detailnya siswa dapat mengakses melalui MLMs secara online. Adapun tahapan pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari lima tahapan, pertama siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, guru membimbing siswa untuk dapat mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya. Ketiga, siswa diarahkan untuk mengakses MLMs dan mempelajari konsep yang terdapat di dalamnya guna mendapatkan
(27)
10
informasi yang tepat serta mencari penjelasan terkait dengan solusi permasalahan yang diajukan. Keempat, guru membimbing siswa melalui pembelajaran yang disusun melalui MLMs, dalam MLMs berisikan multimedia (video, simulasi, animasi, dsb) sehingga dapat memudahkan siswa dalam memvisualisasikan suatu konsep dalam suatu permasalahan dan menyampaikan terhadap rekannya. dan kelima, Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan. Pembelajaran ini bersifat fleksibel bisa berlangsung di kelas dan di luar jam pelajaran. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran ini diukur dengan format observasi dan informasi yang masuk ke database.
2) Keterampilan berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Robert Ennis dalam Fisher, 2009: 4). Selanjutnya Robert Ennis (Costa, 1985: 54) membagi keterampilan berpikir kritis menjadi lima kategori, setiap kategori terdiri dari sub-keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari aspek-aspek keterampilan berpikir kritis. Dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis yang ditinjau terdiri dari 7 aspek sesuai dengan karakteristik masing-masing sub-keterampilan berpikir kritis. Ke-7 aspek tersebut adalah 1) mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin, 2) mengidentifikasi kesimpulan, 3) mencari persamaan dan perbedaan, 4) berhipotesis, 5) mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum, dan asas), 6) mempertimbangkan alternatif untuk solusi, dan 7) mendefinisikan masalah. Pemilihan aspek keterampilan berpikir kritis ini disesuaikan dengan aspek keterampilan berpikir kritis yang cenderung kurang berdasarkan hasil analisis studi pendahuluan serta disesuaikan dengan aspek keterampilan berpikir kritis yang dapat dilatih melalui tahapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs). Ketercapaian keterampilan berpikir kritis siswa diukur melalui tes pilihan ganda (PG)
(28)
11
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING yang sebelumnya telah dilakukan judgment oleh empat dosen ahli dan ujicoba validitas instrumen di lapangan.
3) Penguasaan konsep adalah tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep fisika, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru dan mampu memberikan interpretasi serta mengklasifikasikannya (Benyamin Bloom, 1971). Penguasaan konsep yang dimaksud adalah kemampuan kognitif menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson & Kratwohl, 2001) yang hanya meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3) dan diukur dengan tes pilihan ganda.
4) Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah atau masalah sebagai titik tolaknya. Masalah yang dikaji terkait dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan, diantaranya; 1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, 2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti, 3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok, 4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, dan 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Keterlaksanaan pembelajaran ini diukur melalui lembar observasi.
5) Tanggapan terhadap suatu kegiatan adalah pendapat atau pandangan terhadap suatu kegiatan sesuai dengan apa yang diterima oleh pancaindra (Poerwadarminta, 1996). Tanggapan ini diukur dengan menggunakan angket berupa pilihan berjenjang yang dilaksanakan setelah semua pembelajaran selesai.
6) Konsep cahaya dalam pembelajaran tingkat SMP merupakan salah satu konsep yang sangat penting yang harus di ajarkan. Konsep ini termasuk
(29)
12
pada standar kompetensi (SK) memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari dan kompetensi dasar (KD) menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai cermin dan lensa. Adapun untuk melihat katercapaian dari pembelajaran tentang konsep ini, diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda (PG) yang terdiri dari dua kategori yakni tes penguasaan konsep dan tes keterampilan berpikir kritis.
(30)
41
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kristis dan penguasaan konsep fisika siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online dengan PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang diadapsi dari penelitian sebelumnya, dengan menerapkan pembelajaran yang berbeda serta menyesuaikan kondisi objek penelitian yang dilakukan sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (eksperimen semu). Adapun variabel komparasi dalam penelitian ini adalah berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa kelas VIII SMP (setara dengan kelas 2 Pondok pesantren).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “The randomized pretest-posttest control group design” (Frankel & Wallen, 2006). Dengan menggunakan desain ini subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok, satu kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan MLMs in hybrid-online, dan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. Desain penelitian tersebut digambarkan dalam tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1
The randomized pretest-posttest kontrol group design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1, O2 X1 O1,O2
Kontrol O1, O2 X2 O1, O2
Keterangan:
(31)
42
O2 : Tes penguasaan konsep fisika siswa.
X1 : Perlakuan terhadap kelas eksperimen, yaitu implementasi pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online.
X2 : Perlakuan terhadap kelas kontrol, yaitu implementasi pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
Penjelasan desain penelitian di atas:
1). Tes awal (pretest) dilakukan sebelum proses pembelajaran, tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa pada materi cahaya. Tes ini diberikan pada kedua kelas dalam waktu bersamaan.
2). Perlakuan (treatment) terhadap subjek penelitian diberikan dengan mengimplementasikan pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online pada kelas eksperimen dan implementasi pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online pada kelas kontrol. 3). Observasi keterlaksanaan pembelajaran PBM menggunakan MLMs
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan diluar jam pelajaran (yang dilihat dari laporan database, lampiran D.4).
4). Tes akhir (posttest) dilakukan setelah seluruh pembelajaran selesai, tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa tentang keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa pada materi cahaya. Tes ini diberikan pada kedua kelas dalam waktu bersamaan.
5). Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online diperoleh melalui angket yang diberikan setelah seluruh pembelajaran selesai.
B. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 (sebanyak 6 kelas) semester 2 (setara dengan kelas VIII SMP) di Ponpes modern X kabupaten Tangerang, Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dari dua kelas yang dipilih secara random (acak) dari keseluruhan populasi.
(32)
43
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING
C. PROSEDUR PENELITIAN
a. Tahap Perencanaan
1) Studi pendahuluan dengan melakukan wawancara pada guru Fisika, wakasek bagian kurikulum, kepala sekolah dan angket siswa (terdapat dalam lampiran A.2).
2) Identifikasi masalah
3) Studi literatur terhadap jurnal, buku-buku dan laporan penelitian pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan penggunaan multimedia learning modules (MLMs) yang didalamnya terdapat media simulasi komputasi, video, demonstrasi, dsb. Menganalisis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) Fisika dan materi pelajaran Fisika kelas VIII.
4) Penentuan materi pembelajaran yaitu materi cahaya.
5) Mendesain dan membuat software pembelajaran multimedia learning modules (MLMs) dengan sistem hybrid-online, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengumpulka materi pembelajaran terkait dengan materi penelitian.
b) Mengumpulkan atau membuat animasi dan video.
c) Mengelompokkan animasi dan video sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
d) Menata animasi dan video dalam bentuk MLMs. e) Penilaian multimedia oleh dosen pembimbing. 6) Penyusunan skenario pembelajaran.
7) Membuat instrumen penelitian. 8) Judgement instrumen penelitian. 9) Uji coba instrumen penelitian.
10)Melakukan validasi seluruh instrumen. 11)Merevisi/memperbaiki instrumen.
12)Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Penentuaan populasi penelitian dan sampel penelitian. 2) Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(33)
44
3) Pelaksanaan tes awal (pretest) bagi kedua kelompok sampel.
4) Pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.
5) Pelaksanaan tes akhir (posttest) pada kedua sampel.
c. Tahap Akhir
1) Mengolah data hasil penelitian.
2) Menganalisis dan membahas temuan penelitian. 3) Menarik kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya, alur penelitian dapat digambarkan dalam gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1
Pembelajaran PBM Pembelajaran PBM dengan menggunakan
(34)
45
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa: 1) Satu set tes penguasaan konsep
2) Satu set tes keterampilan berpikir kritis
3) Satu set lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan model pembelajaran PBM menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online
4) Satu set angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online.
5) Tugas dan kuis yang terdapat pada modul secara online.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan ada dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
1) Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi:
(a). Aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBM menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online. Data ini diperoleh melalui observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi. (b). Tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika melalui pembelajaran
berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online. Data diperoleh melalui angket.
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini berupaskor tes siswa, yang terdiri dari skor tes awal (pretest) dan skor tes akhir (posttest). Tes ini merupakan tes untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa.
(35)
46
Berdasarkan paparan di atas, terdapat tiga macam cara pengumpulan data dalam penelitian ini, yakni melalui observasi, tes, dan angket. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data
No. Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1 Guru Keterlaksanaan pembelajaran PBM menggunakan MLMs
Observasi/pe ngamatan
Pedoman observasi aktivitas guru selama pembelajaran
berlangsung sesuai dengan RPP
2 Siswa Tanggapan siswa terhadap PBM menggunakan MLMs in hybrid-online
Kuisioner Angket yang memuat pernyataan-pernyataan yang dapat menjaring tanggapan siswa terhadap PBM menggunakan MLMs in hybrid-online 3 Siswa Keterampilan
berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan
Pretest dan posttest
Butir soal pilihan ganda (PG) yang memuat keterampilan berpikir kritis
4 Siswa Penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan
Pretest dan posttest
Butir soal pilihan ganda (PG) yang memuat penguasaan konsep siswa
F. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka diadakan uji coba instrumen, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen sehingga ketika instrumen itu diberikan pada kelas penelitian, instrumen tersebut telah valid dan reliabel.
a. Analisis Validitas Instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2008: 65). Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (Content
(36)
47
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING Validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh empat orang dosen ahli.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu:
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N rxy
(Arikunto, 2008: 72)
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal.
N = jumlah siswa. Berikut ini tabel 3.3 interpretasi validitas:
Tabel 3.3
Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria validitas
0,80 < r 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r 0,80 Tinggi 0,40 < r 0,60 Cukup 0,20 < r 0,40 Rendah 0,00 < r 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2008:72) b. Analisis Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang
(37)
48
digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) atas-bawah karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
r11 =
) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1 2 1 r r
(Arikunto, 2008: 93)
Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen r
2 1 2
1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes dengan r11 yaitu reliabilitas instrumen, r 12
2
1 yaitu korelasi antara skor-skor setiap belahan tes. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
0,81 r 1,00 Sangat Tinggi 0,61 r 0,80 Tinggi 0,41 r 0,60 Cukup 0,21 r 0,40 Rendah 0,00 r 0,20 Sangat Rendah
( Arikunto, 2008 :93)
c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 2008: 207). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan :
P = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
JS B
(38)
49
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh, digunakan tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5
Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal
Nilai TK Tingkat Kesukaran
1,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2008:210) d. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuanya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu:
B B
A A
J B J B
DP (Arikunto, 2008: 213)
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda dalam tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
(39)
50
Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
0,20 – 0,40 Sedang (satisfactory) 0,40 – 0,70 Baik (good) 0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2008: 218)
2. Pengolahan Data Hasil Tes
Data dari hasil pretest dan posttest dianalisis dengan langkah-langkah: a. Pemberian Skor
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :
S = ∑ R dengan :
S = Skor siswa,
R = Jawaban siswa yang benar
b. Menghitung Skor Gain Dinormalisasi (N-gain)
Efektivitas pembelajaran fisika dapat diketahui dengan cara menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-gain). Menurut Hovland (1944), Gery (1972), dan Hake (Mulyadi, 2006: 44) gain yang dinormalisasi “N-gain” didefinisikan sebagai <g> = gain/gain maksimum. Secara matematik gain yang dinormalisasi dapat ditulis sebagai berikut:
i i f
T SI
T T g
Keterangan :
<g> = gain yang dinormalisasi SI = skor ideal Tf = skor posttest Ti = skor pretest
Besar gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria efektivitas pembelajaran fisika dengan kriteria sebagai berikut:
(40)
51
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING Interpretasi Gain Skor Dinormalisasi
Nilai gain dinormalisasi<g> Kriteria
0,7 Tinggi
0,3 ≤ (<g>) < 0,7 Sedang
< 0,3 Rendah
(Hake, 1998) c. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah pembelajaran PBM dengan menggunakan MLMs in hybrid-online secara signifikan lebih meningkatkan keterampilan berpikir kristis dan penguasaan konsep fisika siswa dibandingkan dengan pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
Berikut adalah keterangan dari uji hipotesis tersebut:
1. Hipotesis satu (H α 1); (µ1< µ2; α = 0.05)
Hα1 : Penerapan pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
H01 : Penerapan pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online tidak dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
2. Hipotesis dua (H α 2); (µ3< µ4; α = 0.05)
Hα2 : Penerapan pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa dibandingkan dengan pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
H02 : Penerapan pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online tidak dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa dibandingkan dengan pembelajaran PBM
(41)
52
tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online. keterangan:
µ1 = Rerata nilai gain yang dinormalisasi (N-gain) keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
µ2 = Rerata nilai gain yang dinormalisasi (N-gain) keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online.
µ3 = Rerata nilai gain yang dinormalisasi (N-gain)penguasaan konsep siswa pada pembelajaran PBM tanpa menggunakan MLMs in hybrid-online.
µ4 = Rerata nilai gain yang dinormalisasi (N-gain)penguasaan konsep siswa pada pembelajaran PBM menggunakan MLMs in hybrid-online.
Pada umumnya pengujian terhadap hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan uji parametrik dan non-parametrik.
Uji parametrik dapat dilakukan jika asumsi-asumsi penelitian parametrik dipenuhi, antara lain jika data dalam pengujian hipotesis ini, data yang dimaksud ialah gain yang dinormalisasi (N-gain) yang dicapai kedua kelas bersifat normal dan memiliki varians yang homogen. Jika asumsi-asumsi penelitian parametrik tersebut tidak terpenuhi, maka pengujian terhadap hipotesis harus dilakukan dengan uji non-parametrik. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengujian statistik mana yang tepat, sebelumnya perlu diketahui normalitas dan homogenitas dari gain kedua kelas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan software pengolahan data SPSS for windows versi 17.0.
1) Uji Nomalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-smirnov (dibantu SPSS 17) dengan taraf signifikansi α =
(42)
53
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING 0,05. Apabila nilai sig. > α maka H0 diterima, atau H1 ditolak dengan
kata lain bahwa data tersebut berdistribusi normal, dengan α = 0,05.
2) Uji Homogenitas Varians
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene test (dibantu SPSS 17) dengan taraf signifikansi α = 0,05. Pengujian diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah:
H0: variansi pada tiap kelompok homogen H1: variansi pada tiap kelompok tidak homogen
Apabila nilai dari sig. > α maka H0 diterima, atau H1 ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.
Uji statistik parametrik akan dilakukan jika gain kedua kelompok terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Pengujian parametrik dalam peneltian ini menggunakan Compare Mean Independent Samples Test melalui program pengolahan data SPSS 17.0 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Sig.(1-tailed) < α = 0,05. Menurut Whidiarso (2007) hubungan nilai signifikansi uji satu arah dan dua arah dari output ialah Sig.(1-tailed) = ½ Sig.(2-Sig.(1-tailed).
Uji statistik non-parametrik yang akan digunakan jika asumsi parametrik tidak terpenuhi, artinya apabila datanya tidak berdistribusi normal, baik itu memiliki variansi homogen ataupun tidak homogen. Pengujian non-parametrik dalam penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney U melalui program SPSS 17.0. Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig < ½ α, dengan α = 0,05, maka H1 diterima.
(43)
54
Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online. Untuk observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:
Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
e. Data Angket
Angket ini berisi pernyataan siswa yang menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak Setuju (STS). Angket siswa ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika melalui pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online.
G. HASIL UJI COBA INSTRUMEN
Pengujian instrumen secara empirik dilakukan agar instrumen benar-benar dapat mengukur keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa. Sebelum diuji coba, instrumen tersebut di-judegment terlebih dahulu oleh beberapa orang dosen ahli (disini ada empat dosen ahli). Instrumen yang telah judgement kemudian diperbaiki. Setelah di-judgement, kemudian dilakukan uji coba di salah satu kelas IX (telah menguasai materi yang diujikan) pada sekolah yang setara dengan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dilaksanakan. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya
(44)
55
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING instrumen tes dipakai dalam penelitian. Lembar judgement untuk instrumen tes keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep dapat dilihat pada lampiran D.5.
Adapun analisis data hasil uji coba instrumen meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes. Pengolahan data hasil uji coba instrumen untuk tiap seri pembelajaran dapat dilihat pada lampiran-lampiran D.1.
Data hasil uji coba instrumen penelitian untuk instrumen keterampilan berpikir kritis yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Ket Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,631 Tinggi 0,460 Baik 0,690 Mudah Dipakai 2 0,059 Sangat Rendah 0,150 Buruk 0,310 Sedang Dibuang 3 0,424 Cukup 0,310 Sedang 0,310 Sedang Dipakai 4 0,660 Tinggi 0,540 Baik 0,580 Sedang Dipakai 5 0,670 Tinggi 0,620 Baik 0,540 Sedang Dipakai 6 0,480 Cukup 0,460 Baik 0,460 Sedang Dipakai 7 0,610 Tinggi 0,540 Baik 0,420 Sedang Dipakai 8 0,650 Tinggi 0,540 Baik 0,270 Sukar Dipakai 9 0,490 Cukup 0,380 Sedang 0,350 Sedang Dipakai 10 0,687 Tinggi 0,690 Baik sekali 0,420 Sedang Dipakai 11 0,669 Tinggi 0,620 Baik 0,540 Sedang Dipakai 12 0,490 Cukup 0,380 Sedang 0,650 Sedang Dipakai 13 0,560 Cukup 0,380 Sedang 0,190 Sukar Dipakai 14 0,600 Tinggi 0,540 Baik 0,580 Sedang Dipakai 15 0,470 Cukup 0,230 Sedang 0,350 Sedang Dipakai 16 0,527 Cukup 0,310 Sedang 0,230 Sukar Dipakai Berdasarkan tingkatan validitas dari tabel di atas, tampak bahwa terdapat satu soal yang termasuk kategori sangat rendah, 7 soal kategori cukup, dan 8 soal kategori tinggi. Berdasarkan daya pembeda terdapat satu soal kategori buruk, 6 soal kategori sedang, 8 soal kategori baik dan satu soal kategori baik sekali. Sedangkan berdasarkan tingkat kesukaran terdapat satu soal kategori mudah, 12 soal kategori sedang dan 3 soal kategori sukar.
(45)
56
Dari hasil analisis uji instrumen tes keterampilan berpikir kritis terdapat 15 soal instrumen yang sudah tentu digunakan sebagai instrumen penelitian dan satu soal instrumen yang dibuang karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk dijadikan bahan tes dalam penelitian. Penghitungan validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes keterampilan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1.
Sedangkan data hasil ujicoba instrumen penelitian untuk instrumen penguasaan konsep yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep No.
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Ket Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,641 Tinggi 0,540 Baik 0,650 Sedang Dipakai 2 0,277 Rendah 0,230 Sedang 0,580 Sedang Dibuang 3 0,713 Tinggi 0,690 Baik sekali 0,580 Sedang Dipakai 4 0,405 Cukup 0,150 Buruk 0,310 Sedang Dibuang 5 0,663 Tinggi 0,620 Baik 0,540 Sedang Dipakai 6 0,548 Cukup 0,460 Baik 0,460 Sedang Dipakai 7 0,390 Rendah 0,150 Buruk 0,310 Sedang Dibuang 8 0,637 Tinggi 0,460 Baik 0,230 Sukar Dipakai 9 0,566 Cukup 0,690 Baik sekali 0,420 Sedang Dipakai 10 0571 Cukup 0,460 Baik 0,230 Sukar Dipakai 11 0,654 Tinggi 0,620 Baik 0,620 Sedang Dipakai 12 0,467 Cukup 0,230 Sedang 0,420 Sedang Dipakai 13 0,390 Rendah 0,380 Sedang 0,650 Sedang Dibuang 14 0,312 Rendah 0,380 Sedang 0,500 Sedang Dibuang 15 0,815 Sangat tinggi 0,620 Baik 0,380 Sedang Dipakai 16 0,437 Cukup 0,460 Baik 0,690 Mudah Dipakai 17 0,506 Cukup 0,310 Sedang 0,230 Sukar Dipakai 18 0,548 Cukup 0,620 Baik 0,460 Sedang Dipakai 19 0,670 Tinggi 0,540 Baik 0,500 Sedang Dipakai 20 0,600 Tinggi 0,540 Baik 0,580 Sedang Dipakai 21 0,680 Tinggi 0,460 Baik 0,310 Sedang Dipakai 22 0,160 Sangat rendah 0,000 Buruk 0,230 Sukar Dibuang
Berdasarkan tingkatan validitas dari tabel di atas, tampak bahwa terdapat satu soal yang termasuk kategori sangat rendah, 4 soal kategori rendah, 8 soal kategori cukup, 8 soal kategori tinggi dan satu soal kategori sangat tinggi. Berdasarkan daya pembeda terdapat 3 soal kategori buruk, 5 soal kategori
(46)
57
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING sedang, 12 soal kategori baik dan 2 soal kategori baik sekali. Sedangkan berdasarkan tingkat kesukaran terdapat satu soal kategori mudah, 17 soal kategori sedang dan 4 soal kategori sukar.
Dari hasil analisis uji instrumen tes penguasaan konsep ini terdapat 16 soal instrumen yang sudah tentu digunakan sebagai instrumen penelitian dan 6 soal instrumen yang dibuang karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk dijadikan bahan tes dalam penelitian. Penghitungan validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes penguasaan konsep selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1.
Adapun untuk nilai koefisien reliabilitas instrumen pada instrumen keterampilan berpikir kritis (KBK) dan penguasaan konsep (PK) ditunjukkan dalam tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10
Analisis Reliabilitas Instrumen KBK dan PK
Reliabilitas Instrumen r11 Kriteria
Keterampilan Berpikir
Kritis 0,870 Sangat Tinggi
Penguasaan Konsep 0,872 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kedua instrumen (instrumen keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep) dinyatakan reliabel dengan kriteria sangat tinggi.
(47)
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diajukan berdasarkan temuan dari pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Lebih jelasnya diuraikan berikut ini:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas VIII SMP (setara dengan kelas 2 Pontren) di salah satu pondok pesantren modern kabupaten Tangerang mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa pada pokok bahasan cahaya, diperoleh kesimpulan:
1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) secara signifikan lebih meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) tanpa menggunakan MLMs.
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) secara signifikan lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) tanpa menggunakan MLMs.
3. Pada umumnya 38,67% siswa memberi tanggapan sangat setuju, 54,46% siswa memberi tanggapan setuju, serta 6,87% kurang setuju jadi siswa memberi tanggapan posistif terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs). Selain itu, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan skala rikert diperoleh hasil sebesar 4,32 yang mengindikasikan siswa setuju dengan diterapkannya pembelajaran PBM menggunakan MLMs.
(1)
Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online. Untuk observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:
Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
e. Data Angket
Angket ini berisi pernyataan siswa yang menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak Setuju (STS). Angket siswa ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika melalui pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online.
G. HASIL UJI COBA INSTRUMEN
Pengujian instrumen secara empirik dilakukan agar instrumen benar-benar dapat mengukur keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa. Sebelum diuji coba, instrumen tersebut di-judegment terlebih dahulu oleh beberapa orang dosen ahli (disini ada empat dosen ahli). Instrumen yang telah di-judgement kemudian diperbaiki. Setelah di -judgement, kemudian dilakukan uji coba di salah satu kelas IX (telah menguasai materi yang diujikan) pada sekolah yang setara dengan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dilaksanakan. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya
(2)
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen tes dipakai dalam penelitian. Lembar judgement untuk instrumen tes keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep dapat dilihat pada lampiran D.5.
Adapun analisis data hasil uji coba instrumen meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes. Pengolahan data hasil uji coba instrumen untuk tiap seri pembelajaran dapat dilihat pada lampiran-lampiran D.1.
Data hasil uji coba instrumen penelitian untuk instrumen keterampilan berpikir kritis yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis No.
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Ket
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,631 Tinggi 0,460 Baik 0,690 Mudah Dipakai
2 0,059 Sangat Rendah 0,150 Buruk 0,310 Sedang Dibuang
3 0,424 Cukup 0,310 Sedang 0,310 Sedang Dipakai
4 0,660 Tinggi 0,540 Baik 0,580 Sedang Dipakai
5 0,670 Tinggi 0,620 Baik 0,540 Sedang Dipakai
6 0,480 Cukup 0,460 Baik 0,460 Sedang Dipakai
7 0,610 Tinggi 0,540 Baik 0,420 Sedang Dipakai
8 0,650 Tinggi 0,540 Baik 0,270 Sukar Dipakai
9 0,490 Cukup 0,380 Sedang 0,350 Sedang Dipakai
10 0,687 Tinggi 0,690 Baik sekali 0,420 Sedang Dipakai
11 0,669 Tinggi 0,620 Baik 0,540 Sedang Dipakai
12 0,490 Cukup 0,380 Sedang 0,650 Sedang Dipakai
13 0,560 Cukup 0,380 Sedang 0,190 Sukar Dipakai
14 0,600 Tinggi 0,540 Baik 0,580 Sedang Dipakai
15 0,470 Cukup 0,230 Sedang 0,350 Sedang Dipakai
16 0,527 Cukup 0,310 Sedang 0,230 Sukar Dipakai
Berdasarkan tingkatan validitas dari tabel di atas, tampak bahwa terdapat satu soal yang termasuk kategori sangat rendah, 7 soal kategori cukup, dan 8 soal kategori tinggi. Berdasarkan daya pembeda terdapat satu soal kategori buruk, 6 soal kategori sedang, 8 soal kategori baik dan satu soal kategori baik sekali. Sedangkan berdasarkan tingkat kesukaran terdapat satu soal kategori mudah, 12 soal kategori sedang dan 3 soal kategori sukar.
(3)
Dari hasil analisis uji instrumen tes keterampilan berpikir kritis terdapat 15 soal instrumen yang sudah tentu digunakan sebagai instrumen penelitian dan satu soal instrumen yang dibuang karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk dijadikan bahan tes dalam penelitian. Penghitungan validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes keterampilan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1.
Sedangkan data hasil ujicoba instrumen penelitian untuk instrumen penguasaan konsep yang telah dianalisis validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep No.
Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Ket
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,641 Tinggi 0,540 Baik 0,650 Sedang Dipakai
2 0,277 Rendah 0,230 Sedang 0,580 Sedang Dibuang
3 0,713 Tinggi 0,690 Baik sekali 0,580 Sedang Dipakai
4 0,405 Cukup 0,150 Buruk 0,310 Sedang Dibuang
5 0,663 Tinggi 0,620 Baik 0,540 Sedang Dipakai
6 0,548 Cukup 0,460 Baik 0,460 Sedang Dipakai
7 0,390 Rendah 0,150 Buruk 0,310 Sedang Dibuang
8 0,637 Tinggi 0,460 Baik 0,230 Sukar Dipakai
9 0,566 Cukup 0,690 Baik sekali 0,420 Sedang Dipakai
10 0571 Cukup 0,460 Baik 0,230 Sukar Dipakai
11 0,654 Tinggi 0,620 Baik 0,620 Sedang Dipakai
12 0,467 Cukup 0,230 Sedang 0,420 Sedang Dipakai
13 0,390 Rendah 0,380 Sedang 0,650 Sedang Dibuang
14 0,312 Rendah 0,380 Sedang 0,500 Sedang Dibuang
15 0,815 Sangat tinggi 0,620 Baik 0,380 Sedang Dipakai
16 0,437 Cukup 0,460 Baik 0,690 Mudah Dipakai
17 0,506 Cukup 0,310 Sedang 0,230 Sukar Dipakai
18 0,548 Cukup 0,620 Baik 0,460 Sedang Dipakai
19 0,670 Tinggi 0,540 Baik 0,500 Sedang Dipakai
20 0,600 Tinggi 0,540 Baik 0,580 Sedang Dipakai
21 0,680 Tinggi 0,460 Baik 0,310 Sedang Dipakai
22 0,160 Sangat rendah 0,000 Buruk 0,230 Sukar Dibuang
Berdasarkan tingkatan validitas dari tabel di atas, tampak bahwa terdapat satu soal yang termasuk kategori sangat rendah, 4 soal kategori rendah, 8 soal kategori cukup, 8 soal kategori tinggi dan satu soal kategori sangat tinggi. Berdasarkan daya pembeda terdapat 3 soal kategori buruk, 5 soal kategori
(4)
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sedang, 12 soal kategori baik dan 2 soal kategori baik sekali. Sedangkan berdasarkan tingkat kesukaran terdapat satu soal kategori mudah, 17 soal kategori sedang dan 4 soal kategori sukar.
Dari hasil analisis uji instrumen tes penguasaan konsep ini terdapat 16 soal instrumen yang sudah tentu digunakan sebagai instrumen penelitian dan 6 soal instrumen yang dibuang karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk dijadikan bahan tes dalam penelitian. Penghitungan validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas tes penguasaan konsep selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.1.
Adapun untuk nilai koefisien reliabilitas instrumen pada instrumen keterampilan berpikir kritis (KBK) dan penguasaan konsep (PK) ditunjukkan dalam tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10
Analisis Reliabilitas Instrumen KBK dan PK
Reliabilitas Instrumen r11 Kriteria
Keterampilan Berpikir
Kritis 0,870 Sangat Tinggi
Penguasaan Konsep 0,872 Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kedua instrumen (instrumen keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep) dinyatakan reliabel dengan kriteria sangat tinggi.
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diajukan berdasarkan temuan dari pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Lebih jelasnya diuraikan berikut ini:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas VIII SMP (setara dengan kelas 2 Pontren) di salah satu pondok pesantren modern kabupaten Tangerang mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan multimedia learning modules (MLMs) in hybrid-online untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep fisika siswa pada pokok bahasan cahaya, diperoleh kesimpulan:
1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) secara signifikan lebih meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) tanpa menggunakan MLMs.
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs) secara signifikan lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) tanpa menggunakan MLMs.
3. Pada umumnya 38,67% siswa memberi tanggapan sangat setuju, 54,46% siswa memberi tanggapan setuju, serta 6,87% kurang setuju jadi siswa memberi tanggapan posistif terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBM) menggunakan multimedia learning modules (MLMs). Selain itu, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan skala rikert diperoleh hasil sebesar 4,32 yang mengindikasikan siswa setuju dengan diterapkannya pembelajaran PBM menggunakan MLMs.
(6)
Rizki Hadiwijaya, 2013
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA LEARNING MODULES (MLMs) IN HYBRID-ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kenyataan yang diperoleh dari penelitian ini, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Pada saat pelaksanaan online, hendaknya siswa telah memiliki program yang menunjang MLMs yang disajikan. Seperti program flash, karena dalam MLMs ini disajikan beberapa animasi yang hanya bisa dibuka dengan menggunakan program flash.
2. Bagi peneliti lebih lanjut, diharapakan untuk program animasi lebih dimodifikasi lagi sehingga lebih bersifat fleksibel dan dapat dibuka oleh siswa melalui program lain selain menggunakan program flash.
3. Kapasitas bandwith pada jaringan internet hendaknya diperbesar, sehingga pembelajar dan pengajar dapat mengakses materi ajar pada website dengan cepat.
4. Database dalam program ini lebih dimodifikasi sehingga dapat menghasilkan data yang lebih mendetail tidak hanya berupa cuplikan laporan kegiatan pembelajaran saja. Dengan demikian arahan analisis data dapat lebih fokus terhadap aktivitas online yang dilakukan siswa pada program MLMs.
5. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol untuk penelitian lebih lanjut diharapkan menggunakan rancangan modul elektronik sesuai dengan kelas eksperimen, hal yang membedakan dari kedua kelas tersebut adalah dari segi kegiatan online ketika diluar jam pelajaran.
6. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan juga dengan mengunakan media pembelajaran online yang berbeda, misalkan dengan e-learning, JITT, dsb. Hal tersebut guna mengetahui keefektivitasan MLMs yang diujikan.
7. Penggunaan MLMs in hybrid-online ini bersifat adaptif, sehingga hanya berlaku pada materi dan kondisi tertentu.