PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Tesis ... 6

BAB II PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH ... 8

A. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 8

B. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13

C. Penguasaan Konsep ... 16

D. Analisis Materi Sistem Peredaran Darah ... 18

1. Komponen Darah ... 18

2. Alat-alat Peredaran Darah ... 21

3. Mekanisme Peredaran Darah ... 24

4. Golongan Darah ... 25

5. Kelainan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Sistem Peredaran Darah ... 26

E. Penelitian yang Relevan ... 27

F. Asumsi ... 28

G. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 31


(2)

D. Definisi Operasional ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 41

2. Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 46

3. Korelasi Berpikir Kritis dengan Penguasaan Konsep ... 50

4. Tanggapan Siswa terhadap Strategi Pembelajaran Berbasis Inkuiri .... 51

5. Tanggapan Guru terhadap Strategi Pembelajaran Berbasis Inkuiri .... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 54

2. Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 58

3. Korelasi Berpikir Kritis dengan Penguasaan Konsep ... 61

4. Tanggapan Siswa terhadap Strategi Pembelajaran Berbasis Inkuiri .... 62

5. Tanggapan Guru terhadap Strategi Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Petunjuk pencapaian pembelajaran model inkuiri dengan strategi

5E ... 11

3.1. Desain kelompok kontrol pretes-postes ... 31

3.2. Kategori validasi butir soal ... 35

3.3. Kategori reliabilitas butir soal ... 35

3.4. Kategori tingkat kesukaran ... 35

3.5. Kategori daya pembeda ... 36

3.6. Skor jawaban alasan ... 37

3.7. Skor skala sikap ... 37

3.8. Kategori perolehan skor N-gain ... 38

3.9. Kategori nilai korelasi ... 39

3.10. Kriteria interpretasi skor ... 40

4.1. Statistik deskriptif nilai pretes dan postes keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 42

4.2. Hasil N-gain ternormalisasi berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 43

4.3. Hasil uji rata-rata berpikir kritis siswa kelas eksperimen, kelas kontrol dan N-gain ternormalisasi ... 44

4.4. Statistik deskriptif nilai pretes dan postes penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 46

4.5. Indeks N-gain ternormalisasi penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47

4.6. Hasil uji rata-rata penguasaan konsep siswa kelas eksperimen, kelas kontrol dan N-gain ternormalisasi ... 48


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Darah yang mengendap dan terbagi menjadi dua bagian. Tiap bagian memiliki peran yang sangat penting ... 18 2.2. Penyusun darah ... 21 2.3. Struktur pembuluh darah ... 23 4.1. Perbandingan rata-rata nilai berpikir kritis sebelum

pembelajaran dan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 42 4.2. Kenaikan tiap indikator berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol ... 45

4.3. Perbandingan rata-rata nilai penguasaan konsep sebelum

pembelajaran dan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47 4.4. Kenaikan penguasaan konsep tiap jenjang kognitif pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol ... 49 4.5. Persepsi siswa terhadap model pembelajaran berbasis inkuiri ... 51 4.6. Minat dan motivasi siswa terhadap model pembelajaran berbasis

inkuiri ... 52 4.7. Tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis inkuiri ... 53


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Perangkat pembelajaran ... 70

2 Instrumen penelitian ... 112

3 Analisis uji coba instrumen ... 152

4 Hasil pretes, postes, N-gain, kuesioner kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep ... 155

5 Pengolahan data keterampilan berpikir kritis siswa ... 170

6 Pengolahan data penguasaan konsep siswa ... 183


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Untuk menyongsong abad XXI diperlukan generasi muda yang luwes, kreatif dan proaktif yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang terjadi secara cepat sangat bergantung pada kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan berdasarkan penalaran, analisis dan sintesis informasi (Galyam dan Le Grange, 2005). Sekolah sebagai suatu institusi penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dalam hal ini, proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas. Oleh sebab itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan yang penting pada saat ini, sebab membantu dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah (Inch & Warnick, 2006). Dengan demikian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan benar yang sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan zaman.

Namun proses pembelajaran di kelas pada umumnya hanya diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa melibatkan keterampilan berpikir (Sanjaya, 2008). Demikian pula halnya dengan model dan pendekatan pembelajaran IPA yang masih bersifat menghafal informasi tanpa menuntut pemahaman aplikatif dari dasar teori yang dipelajari ke arah terapannya. Salah satu contohnya adalah: pada materi sistem pernapasan siswa telah mempelajari peranan oksigen sebagai oksidator untuk memecahkan makanan sehingga menghasilkan energi, sedangkan energi sangat diperlukan untuk berbagai macam aktivitas hidup. Pada materi sistem peredaran darah siswa mempelajari peranan darah sebagai media transportasi yaitu diantaranya adalah mengangkut oksigen,


(7)

sirkulasi oksigen oleh darah erat kaitannya dengan fungsi kerja jantung. Jantung akan memompa lebih cepat jika diperlukan oksigen untuk menghasilkan energi yang lebih banyak, karena aktivitas yang tinggi. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, kebanyakan siswa memahami bahwa ada hubungan kerja jantung dengan berbagai macam aktivitas, namun mereka tidak mampu menjelaskan keterhubungan antar sistem yang bekerja di dalam tubuh. Hal ini disebabkan belum terasahnya keterampilan bernalar, sehingga siswa belum mampu mengkaitkan konsep lama yang sudah dipelajari dengan konsep yang baru.

Hal lain dari proses pembelajaran di kelas umumnya adalah masih menekankan pada paradigma content transmision atau pemindahan informasi dari guru ke siswa. Data ini diperkuat dengan hasil pengamatan yang dilakukan pada bulan April 2013 terhadap proses pembelajaran IPA di kelas VIII ditemukan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru masih menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) dan cenderung pasif, guru menjelaskan materi terkadang dengan bantuan media powerpoint sedangkan siswa hanya berperan sebagai pemerhati saja, pertanyaaan sesekali yang dilontarkan guru tidak direspon baik oleh siswa, hal itu terbukti dengan tidak adanya siswa menjawab secara sukarela namun harus ditunjuk atau diberi giliran oleh guru, jawaban yang diberikan siswa pun cenderung mengulang yang dikatakan oleh guru (recall) dan jika diminta untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan alasan, siswa belum mampu menjelaskan kearah sasaran yang ditanyakan. Dengan proses pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas siswa hanya menerima materi yang diajarkan, tanpa menelaah lebih dalam dan berkelanjutan sehingga membatasi proses berpikirnya.

Proses-proses pembelajaran yang telah di kemukakan di atas tidak selaras dengan tujuan pembelajaran IPA. Standar isi mata pelajaran IPA mengharapkan pendidikan IPA dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri dan alam sekitar, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Berdasarkan permendiknas RI no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk


(8)

satuan pendidikan dasar dan menengah, pembelajaran IPA bertujuan diantaranya agar siswa memiliki kemampuan mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

Seiring dengan adanya permasalahan dan tuntutan pembelajaran IPA ke arah yang lebih baik, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA adalah memilih desain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Disain pembelajaran yang mengacu pada teori konstruktivisme sangat cocok untuk mengatasi pembelajaran IPA dewasa ini.

Teori konstruktivisme mendasari pemahaman bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Artinya guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi membantu siswa dalam membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswanya ke pemahaman lebih tinggi, dengan syarat siswa itu sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 1998). Piaget (Rustaman et al., 2003) menyatakan belajar sain merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga peran guru berubah dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosa dan fasilitator belajar siswa.

Salah satu desain pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa adalah strategi pembelajaran berbasis inkuiri. Pada strategi pembelajaran inkuiri terdapat suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan kemapuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pengetahuannya dengan rasa percaya diri (Trianto, 2007). National Research Council (1999), menyatakan inkuiri sebagai penggunaan dan pengembangan Higher order thinking pada


(9)

kegiatan kerja ilmiah. Inkuiri juga merupakan aktivitas eksperimental untuk menguji suatu hipotesis (Joyce et al., 2009). Dimyati (2009) menegaskan bahwa tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.

Dari penjelasan di atas, pembelajaran inkuiri sangat cocok diterapkan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran dewasa ini, karena siswa terlibat aktif untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri pengetahuannya. Dengan strategi pembelajaran inkuiri siswa dilatih berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah sehingga dapat beradaptasi dalam

menghadapi tantangan serta perubahan zaman. Dengan strategi

pembelajaran inkuiri, konsep yang didapat lebih lama diingat karena diperoleh melalui pengalaman langsung.

Penguasaan konsep sangat penting dalam proses pembelajaran karena kompetensi dasar dalam pembelajaran memuat konsep-konsep yang harus dicapai, sangat tidak mungkin pembelajaran tanpa konsep. Rustaman et al., (2003) menyatakan bahwa konsep merupakan dasar bagi keilmuan, konsep dasar merupakan konsep yang dibutuhkan bagi pengembangan konsep-konsep lainnya, konsep-konsep juga mengandung aplikasi yang tinggi artinya konsep yang dipelajari dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa mulai dari aspek pemahaman, analisis, sintesis atau mengevaluasi suatu program yang akan merangsang pengembangan berpikir siswa. Oleh sebab itu pada penelitian ini penguasaan konsep menjadi tujuan yang akan diteliti.

Adapun materi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu tentang sistem peredaran darah. Pengambilan materi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa materi sistem peredaran darah sangat lah unik, ada konsep yang bersifat konkrit dan mudah dalam pemaknaannya seperti pada topik komposisi darah, ada pula konsep yang bersifat abstrak dan lebih komplek yang menuntut siswa untuk lebih menggunakan kemampuan berpikirnya seperti pada topik macam-macam sirkulasi darah dan proses transfusi darah, selain itu membahas


(10)

konsep-konsep yang lebih aplikatif seperti pada kelainan dan penyakit pada sistem peredaran darah. Oleh sebab itu pada proses pembelajarannya pun diperlukan pemahaman yang cukup mendalam yang mendorong ke arah penalaran, sistematis, logis serta mudah diterapkan pada situasi baru. Proses pembelajaran berbasis inkuiri sangat cocok untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.

Memperhatikan uraian di atas mendorong untuk dilakukan penelitian yang memfokuskan pada penerapan strategi pembelajaran berbasis inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep pada materi sistem peredaran darah di Sekolah Menengah Pertama.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penerapan strategi pembelajaran berbasis inkuiri untuk meningkatkan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa SMP pada topik sistem peredaran darah.

Masalah ini dapat disajikan lebih rinci menjadi beberapa submasalah yaitu: 1. Bagaimanakah peningkatan strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada topik

sistem peredaran darah terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Bagaimanakah peningkatan strategi pembelajaran berbasis inkuiri terhadap penguasaan konsep siswa pada topik sistem peredaran darah?

3. Bagaimanakah korelasi antara keterampilan berpikir kritis siswa dengan penguasaan konsep?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap strategi pembelajaran berbasis inkuiri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada topik sistem peredaran darah.


(11)

inkuiri terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP.

D. Manfaat Penelitian

Proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis, proses dan hasil penilitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai teori-teori atau prinsip-prinsip dasar keilmuan yang berkaitan dengan berpikir kritis, penguasaan konsep, serta strategi pembelajaran berbasis inkuiri. Hal ini berguna sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPA, dan digunakan sebagai percontohan untuk topik-topik pembelajaran lainnya.

2. Secara praktis, proses dan hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran IPA yang mengarah pada pengalaman pembelajaran yang melibatkan siswa lebih aktif dalam berpikir dengan melakukan investigasi dan inkuiri terhadap permasalahan yang nyata di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang mereka pelajari.

3. Bagi guru menambah wawasan tentang strategi pembelajaran yang inovatif yang dapat diterapkan di kelas, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini disusun dengan organisasi sebagai berikut. Bab satu yaitu pendahuluan, pada bab ini dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.

Bab dua adalah tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Pada bab ini pustaka yang dikaji meliputi strategi pembelajaran


(12)

berbasis inkuiri, berpikir kritis, penguasaan konsep serta analisis materi sistem peredaran darah.

Bab tiga adalah tentang metode penelitian. Pada bab ini membahas lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik dan pengumpulan data, serta analisis data.

Bab empat mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab empat

hasil penelitian dijelaskan tersendiri kemudian dilanjutkan dengan

pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan yang dikaji meliputi: data hasil berpikir kritis siswa, data hasil penguasaan konsep siswa, korelasi berpikri kritis dengan penguasaan konsep, data hasil tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran berbasis inkuiri serta data hasil tanggapan guru terhadap strategi pembelajaran inkuiri.

Bab lima adalah tentang kesimpulan dan saran. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran tentang implementasi strategi pembelajaran berbasis inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMPN Kota Cimahi - Jawa Barat. 2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah kelompok besar yang diminati oleh peneliti, kelompok tersebut diharapkan dapat digeneralisasikan hasilnya dalam sebuah penelitian (Fraenkel & Wallen, 2007). Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII, karena berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan materi sistem peredaran darah di ajarkan di kelas VIII. Populasi pada penelitian ini sebanyak 9 kelas siswa SMPN di Kota Cimahi - Jawa Barat, tahun ajaran 2013/2014.

b. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Fraenkel & Wallen (2007) menyatakan bahwa sampel penelitian adalah menunjukkan kepada beberapa kelompok individu yang memiliki informasi yang dibutuhkan Menurut Suharsimi Arikunto (2010) bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain sampel harus representatif.

Penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kelompok yang sudah ada, karena tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mengambil secara acak siswa yang dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan alasan pembatasan administratif (Fraenkel & Wallen, 2007). Dalam penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak kelas. Sampel yang diambil adalah siswa kelas VIII A


(14)

sebanyak 26 orang sebagai kelas eksperimen dan VIII C sebanyak 27 orang sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Bentuk desain penelitian yang digunakan adalah “Pretest-Postest Control

Group Design” yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. berikut ini Tabel 3.1. Desain kelompok kontrol pretes-postes

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Keterangan :

O = Instrumen tes tertulis

X1 = Perlakuan berupa startegi pembelajaran inkuiri terbimbing X2 = Perlakuan berupa strategi pembelajaran langsung (konvensional)

(Fraenkel & Wallen, 2007) Pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok belajar, yaitu kelompok yang diberi perlakuan dengan memberikan strategi pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada kelompok eksperimen dan strategi pembelajaran langsung (konvesional) pada kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan pretes serta postes yang diharapkan dapat mengukur keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep sistem peredaran darah sebelum dan sesudah mendapat perlakuan.

C. Metode Penelitian

Dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi sampel secara acak karena sampel secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh yaitu kelas oleh sebab itu metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quassy experiment), yaitu penelitian berupa pemberian perlakuan kepada sekelompok sampel yang dipilih tidak secara acak (Fraenkel & Wallen, 2007). Penelitian


(15)

dilakukan pada dua kelas yang memiliki kemampuan setara, satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol, diajarkan oleh satu orang guru.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem peredaran darah, sehingga pada pelaksanaannya akan mengukur efektifitas keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa setelah mengalami pembelajaran materi sistem peredaran darah melalui strategi pembelajaran berbasis inkuiri. Selain itu akan diukur juga korelasi berpikir kritis dengan

penguasaan konsep setelah mengalami pembelajaran melalui strategi

pembelajaran berbasis inkuiri.

Dari pernyataan di atas didapatkan dua variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis inkuiri. Startegi pembelajaran inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan siklus belajar 5E (engagement, exploration, explanation, alaboration, dan evaluation). Adapun variabel dependennya adalah keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep. Ada beberapa istilah yang sering muncul pada penelitian ini, sehingga diperlukan definisi secara operasional dari istilah tersebut, berikut adalah istilah yang sering digunakan pada penelitian ini:

1. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri

Strategi pembelajaran berbasis inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar penemuan secara ilmiah, yang melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannnya. Dalam penelitian ini metode pembelajaran inkuiri yang dipilih adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan menerapkan siklus pembelajaran 5E (engagement, exploration, explanation, alaboration, dan evaluation). Pada tahapan pembelajaran guru masih memberikan proses bimbingan atau petunjuk, petunjuk yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing,


(16)

gambar-gambar dan audio visual atau melalui lembar kerja siswa sehingga membantu siswa dalam membangun pengetahuannya.

2. Berpikir kritis merupakan proses mental secara mendalam berdasarkan pada penalaran untuk memperoleh argumen yang benar sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam penelitian ini, aktifitas berpikir kritis diukur menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda beralasan yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis dari Paul dan Elder yaitu: menggunakan informasi dari data, fakta, observasi dan pengalaman, menginterpretasi dan menarik kesimpulan, menggunakan konsep, teori, definisi aturan-aturan, dan kaidah-kaidah, menggunakan asumsi memahami implikasi dan konsekuensi.

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa untuk menguasai pelajaran yang telah diberikan sehingga dapat memaknai pengetahuan tersebut secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada dimensi proses kognitif Anderson (2010), yaitu kategori proses memahami (C2), menerapkan (C3), menguraikan (C4). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan jamak yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan dijadikan data utama dalam mengolah penelitian, sedangkan data pelengkapnya diperoleh melalui kuesioner..

Tes tertulis pada penelitian ini berupa pilihan ganda beralasan, karena soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur penguasaan konsep (knowledge). Hal ini sesuai dengan pernyataan Stiggins (1994) Selected response test items can be used to test student mastery of subject matter knowledge”. Dari soal pilihan ganda beralasan diperoleh dua data penelitian yaitu berupa option jawaban terbatas (tes objektif) yang digunakan untuk mengukur indikator


(17)

penguasaan konsep, dan data uraian jawaban alasan (tes subjektif/asesmen esay) yang digunakan untuk mengukur indikator keterampilan berpikir kritis. Asesmen esay sangat potensial untuk mengukur penalaran atau alasan yang dapat menggambarkan keterampilan berpikir kritis. Stiggins (1994) menyatakan guru dapat meminta siswa untuk menganalisis, membandingkan membuat kesimpulan dan atau berpikir kritis secara jelas melalui asesmen penalaran atau asesmen esay.

.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pada proses pengembangan instrumen, dilakukan penyusunan tes tertulis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun kisi-kisi soal, format soal beserta kunci jawaban. Gambaran lebih jelas dari kisi-kisi soal, format soal dan kunci jawaban terlampir di Lampiran 2.

2. Soal dan kunci jawaban (termasuk penskoran jawaban alasan) yang telah disusun di “judgement” oleh dosen pembimbing dan dosen ahli, hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

3. Melakukan uji coba soal yang telah di “judgement” kepada siswa yang telah menerima materi sistem peredaran darah. Sebelum digunakan dalam penelitian, soal terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Cimahi untuk mengetahui tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, daya pembeda, juga keterbacaan soal serta waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal secara keseluruhan. Dari 35 soal yang diujicobakan, maka dipilih 30 soal dan digunakan dalam penelitian. Gambaran lebih jelas dari format soal yang di digunakan terlampir di Lampiran 2.

4. Menghitung validasi tes, validasi item, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal menggunakan program Anates V4 untuk Windows. (Hasil uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal terlampir di Lampiran 3)


(18)

a. Validasi Butir Soal

Besarnya koefisien korelasi setiap butir soal diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori validasi butir soal

Batasan Katagori

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah (kurang)

rxy ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) (Arikunto, 2010)

b. Uji Reliabilitas Soal

Kategori reliabilitas butir soal ditampilkan pada Tabel 3.3. di bawah ini: Tabel 3.3. Kategori reliabilitas butir soal

Batasan Katagori

0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah (kurang)

r11 ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) (Arikunto, 2010) c. Tingkat Kesukaran

Pada Tabel di bawah ini menunjukkan kategori tingkat kesukaran dari setiap butir soal

Tabel 3.4. Kategori tingkat kesukaran

Batasan Katagori

P 0,00 - 0,30 Soal sukar

P 0,31 - 0,70 Soal mudah

P 0,71 - 1,00 Soal mudah


(19)

d. Daya Beda Soal

Kategori daya pembeda tiap butir soal ditampilkan pada Tabel 3.5. di bawah ini

Tabel 3.5. Kategori daya pembeda

Batasan Katagori

D 0,00 - 0,20 Jelek

D 0,21 - 0,40 Cukup

D 0,41 – 0,70 Baik

D 0,71 - 1,00 Baik sekali

Arikunto (2012)

Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada sistem peredaran darah maka disusun skala sikap yang berisi sejumlah pernyataan yang harus ditanggapi siswa dan guru dengan cara memberikan ceklis pada salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Langkah penyusunan angket tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran adalah menyusun kisi-kisi angket dan konsultasi dengan pembimbing. Konsultasi dengan pembimbing dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator dengan butir pernyataan tanggapan siswa dan guru dan aspek bahasa. Pernyataan dalam angket siswa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi persepsi siswa terhadap pembelajaran inkuiri, minat dan motivasi siswa tentang pembelajaran inkuiri, sedangkan untuk angket guru dalam penelitian ini meliputi persepsi guru terhadap pembelajaran inkuiri. Angket diberikan kepada kelas eksperimen setelah seluruh materi sistem peredaran darah dipelajari.

G. Teknik dan Pengumpulan data

Teknik dan pengumpulan data utama pada penelitian ini diperoleh dari tes awal sebelum pembelajaran dan tes akhir setelah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pretes tersebut didapatkan 4 data hasil


(20)

penelitian yaitu 2 data tes objektif yaitu berupa option pilihan ganda dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dan 2 data tes subjektif berupa alasan jawaban dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, begitu pula dengan data postes.

Untuk option jawaban pilihan ganda, jawaban pilihan benar diberi skor 1 sedangkan jawaban pilihan salah dibeiri skor 0. Keseluruhan jumlah jawaban benar digunakan sebagai data untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Untuk aturan pemberian skor jawaban alasan ditentukan berdasarkan pedoman penskoran seperti yang tersaji dalam Tabel 3. 6.

Tabel 3.6. Skor jawaban alasan

Kategori Skor Indikator

Skor tinggi 3 Alasan yang diberikan benar, lengkap,

jelas (fokus dan akurat), serta sistematis

Skor sedang 2

Alasan yang diberikan benar, kurang lengkap dan kurang jelas (kurang fokus) serta tidak sistematis

Skor rendah 1

Alasan yang diberikan kurang benar, tidak jelas (tidak fokus) serta tidak sistematis

Skor sangat rendah 0 Alasan yang diberikan salah

Jumlah kesuluruhan jawaban alasan digunakan sebagai data untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

Teknik dan pengumpulan data pelengkap pada penelitian ini diperoleh dari tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran berbasis inkuiri setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran sistem peredran darah. Kriteria penilaian ditentukan seperti pada Tabel 3.7. berikut:

Tabel 3.7. Skor skala sikap

Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3


(21)

Jumlah kesuluruhan skor tanggapan (dari siswa ataupun dari guru) digunakan sebagai data untuk mengetahui persepsi tentang pembelajaran inkuiri.

H. Analisis Data

Data utama yang dipakai untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa adalah data hasil tes awal (pre test) maupun tes akhir (post test). Data tersebut dianalisis untuk menghitung N-gain antara tes awal dan tes akhir. Untuk menghitung N-gain dapat digunakan rumus Hake (Meltzer, 2002)

S post S pre N-gain =

S maks S pre Keterangan :

S post = nilai post-test

S pre = nilai pre-test

S maks = nilai maksimum ideal

Kriteria perolehan skor N-gain dapat dilihat pada Tabel 3.8. berikut. Tabel 3.8. Kategori perolehan skor N-gain

Persentase Kategori

% <g>> 70,0 Tinggi

30,0 ≤<g>≤ 70,0 Sedang

% <g>< 30,0 Rendah

Hake (Meltzer, 2002)

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 16.0. Sebelum dilakuka uji perbedaan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi data dan homogenitas varians data kedua kelompok. Pengujian normalitas distribusi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov 1 sampel pada program SPSS Versi 16, sedangkan uji homogenitas varians data dilakukan dengan Levene Test pada descriptive satistic. Untuk menghitung perbedaan hasil test kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji t (t independent samples


(22)

T test) karena sampel kurang dari 30. Jika salah satu syarat uji t tidak terpenuhi (distribusi tidak normal dan atau uji selisisih rerata variansnya tidak sama) maka untuk menghitung perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep pada penelitian ini diuji dengan uji nonparametrik yaitu Uji Mann-Whitney.

Untuk menghitung korelasi berpikir kritis dengan penguasaan konsep atau sebaliknya maka digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (r) karena data dari kedua variabel adalah data kuantitatif (data rasio) dan sumber data dua variabel adalah sama. Koefisien korelasi merupakan angka yang menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar -1≤ r ≤ +1. Besarnya koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.9. Kategori nilai korelasi

Batasan Katagori

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah (kurang)

rxy ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) (Arikunto, 2010)

Selanjutnya menentukan koefisien determinasi (R2) untuk memberikan gambaran secara visualisasi yaitu apakah variabel berpikir kritits merupakan prediktor untuk variabel penguasaan konsep. Kemudian dilakukan uji regresi linier untuk mengetahui hubungan fungsional antar variabel.

Data angket respon siswa diolah secara deskriptif kuantitatif untuk memaparkan hasil respon siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis inkuiri. Lembar angket respon siswa disusun berdasarkan kriteria penilaian skala Likert (Riduwan, 2008).

Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus persentase respon yaitu : F

P = X 100% N


(23)

Keterangan :

P : Persentase jawaban responden F : Jumlah jawaban responden N : Jumlah Responden.

Dari hasil persentase respon tersebut, selanjutnya dimasukkan ke data kriteria interpretasi respon, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 3.10. di bawah ini.

Tabel 3.10. Kriteria intrerpretasi skor Persentase Respon (%) Interpretasi

0 % - 20 % Sangat Lemah

21% - 40 % Lemah

41% - 60 % Cukup

61% - 80 % Kuat

81% - 100 % Sangat Kuat


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada materi sistem peredaran darah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Peningkatan penguasaan konsep siswa melalui strategi pembelajaran berbasis inkuiri secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung pada materi sistem peredaran darah. Terdapat korelasi positif yang sangat tinggi (r = 0,877) antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep pada materi sistem peredaran darah. Keterampilan berpikir kritis siswa signifikan dalam memprediksi penguasaan konsep pada materi sistem peredaran darah, dengan persamaan regresi Y = 36,605 + (0,752) X.

Sebagian besar tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada materi sistem peredaran darah sangat baik. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri lebih menarik dan memotivasi siswa sehingga perlu diterapkan pada materi-materi yang lain.

Sebagian besar tanggapan guru terhadap strategi pembelajaran berbasis inkuiri sangat baik. Namun pada pelaksanaannya menuntut kerja keras guru dalam mengelola kelas, agar suasana belajar lebih baik dan bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan strategi pembelajaran berbasis inkuiri terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem perdaran darah, disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa melalui strategi pembelajaran berbasis inkuiri lebih


(25)

unggul dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Dengan demikian para guru hendaknya dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis inkuiri dalam proses belajar mengajarnya.

2. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri, pada pelaksanaannya memerlukan perencanaan, persiapan, dan pengelolaan kelas yang matang, supaya tetap fokus ke arah tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran ini menggunakan waktu yang relatif lama, sehingga sebaiknya secara cermat diperhitungkan waktunya, agar pembelajaran dapat dilakukan lebih efektif.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J., dan DeRosa D. A. (2010) Teaching Children Science a Discovery Approach (seventh ed.). Boston. Allyn and Bacon.

Alberta. (2004) Focus on Inquiry a teacher’s guide to implementing inquiry -based learning. Canada.

Anderson, L. W. dan Krathwolh, D. (2010) Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran Dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2012) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizmalayeri, K., Jafari, E.M., Sharif, M., Asgari, M (2012) The impact of guided inquiry methods of teaching on the critical thinking of high school students. Maboud Omidi Journal of Education and Practice. 3 (10).

Bass, J.E. Constant, T.L., dan Carin, A.A. (2009) Teaching Science as Inquiry (eleventh Ed.). Boston: Merill.

Bilgin, I. (2009) The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach an University Student Achievement of Acid and Base Concepts and Attitude toward Guided Inquiry Instruction. Scienific Research and Essay, 4 (10), hlm. 1038-1046.

Campbell, et al. (2008) Biologi jilid 3 (edisi ke-8). Jakarta: Erlangga.

Carin, A. dan Sund, B. (1982) Teaching Science Through Discovery (Fourth ed.). Columbus: Charles E. Merill Publishing Company

Dahar, R.W. (2011) Teori-teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. (2004) Pelajaran Pengetahuan Alam Kelas VII Semester 2 SMP

(Edisi ke-2). Jakarta: Depdiknas.

Dick, W., Carey L., dan Carey J.O. (2005) The Systematic Design of Instruction (Sixth ed.). United States of America: Pearson.

Dimyati dan Mudjiono. (2009) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Epstein, R. L., dan Kernberger, C. (2006) Critical Thinking (third ed.).


(27)

Evren, A., Bati, K., dan Yilmaz, S. (2012) The Effect of Using V- diagrams in Science and Technology Laboratory Teaching on Preservice Teachers’ Critical Thinking Dispotitio. Procedia - Social and Behavioral Science, 46, hlm. 2267- 2272.

Fisher, Alec. (2002) Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fraenkel, J. R., dan Wallen, N. E. (2007) How to Design and Evaluate Research in Education (sixth ed). New York: McGraw-Hill.

Galyam, N., dan Le Grange, L. (2005) Improving Thinking Skill in Science of Learners with (dis)abilities. South African Journal of Education, 25 (4), hlm. 239–246.

Hanson, M. (2005) Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities (second ed.). Stony Brook: Pacific Crest.

Ibrahim, M. dkk. (2004) Sains (Cetakan Pertama). Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.

Ikhsaniati, R.N. (2013) Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X pada Materi Ekosistem. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Inch, E.S., Warnick, B., dan Endres, D. (2006) Critical Thinking and Communication the Use of Reason in Argument (fifth ed.). United States of America: Pearson.

Joice, B., dan Weil, M. (2009) Model of Teaching (eighth ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Kamaei, A., dan Weisani, M. (2013) The Relationship between Achievement Motivation, Critical Thinking and Creative Thinking with Academic Performance. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Science, 3 (4), hlm. 121-127.

Kwan, L.P., dan Lam, E.Y.K. (2007) G.C.E.‘O’Level Biology Matters Textbook. Singapura: Marshall Cavendish.

Lawson, A.E., Abraham, M.R., dan Renner J.W. (1989) A Theory of Instruction: Using the Learning Cycle to Teach Science Concepts and Thinking Skill [Monograph 1]. Kansas: National Association for Research in Science Teaching.


(28)

McBride, J.W., Bhatti, M.I., Hannan, M.A., dan Martin, F. (2004) Using Inquiry Approach to teach Science to Secondary school science Teachers. IOP Journal, 39 (5), hlm.1-6.

McNeill, K.L., dan Krajcik, J. (2011) Claim, Evidence and Reasoning: Supporting Middle School Students in Evidence Based Scientific

Explanations [Online]. Avaliable at:

http://www.katherinelmcneill.com/workshops.html [21 Januari 2014] Meltzer, D.E. (2002) The Relationship between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible Hidden Variabel in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics, 70 (12), hlm. 1259-1258.

NRC. (1996) National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.

NRC (National Research Council). (2001) Inquiry and the National Science Education Standarr: Guide for Teaching and Learning, Washington: National Academic Press

Nur, M. (1998) Psikologi Pendidikan Fondasi untuk Pengajaran. Surabaya: IKIP Ortleb, E., dan Zike, D. (2005) Human Body System. United States of America:

The McGraw-Hill Companies.

Paul, R., dan Elder, L. (2005) Critical Thinking Competency Standards [Online]. Avaliable at: http//www.criticalthinking.org [10 Oktober 2013]. Qarareh, A. O. (2012) The Effect of Using the Learning Cycle Method in

Teaching Science on the Educational Achievement of the Sixth Grader. Education Science Faculty, Tafila Technical University, Jordan, 4 (2), hlm. 123-132.

Qing, Z., Jing, G., Yazhuan. L., Ting. W., Junping. M. (2010) Promoting

Preservice Teachers’ Critical Thinking Disposition by Inquiri-based Chemical Experimen. Procedia - Social and Behavioral Science, 9, hlm. 1429-1436.

Quitadamo, I. J., Faiola, C.L., Johnson, J. E., Kurtz, M.J. (2008) Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in General Education Biology. CBE Life Sci Educ, 7 (3), hlm. 327–337.


(29)

Rustaman, dkk. (2004) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala, S. (2011) Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Cetakan ke-9). Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stiggins, R.J. (1994) Student-Centered Classroom Assessment. NewYork: Macmillan College Publishing Company.

Sund, R.B., dan Trowbridge, L.W. (1973) Teaching Science by Inquiry in the Secondary School (Second ed.). Columbus: Charles E.Merill Publishing Company.

Susanti, D. (2013) Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa SMA melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Alkana. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Witt, C. (2010) The Impact of Inquiry-Based Learning on the Academic Achievement of Middle School Students. Dalam Western AAAE Research Conference Proceedings [Online] 269.

Tersedia: https://www.academia.edu /724764/ [20 Januari 2014] ,


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada materi sistem peredaran darah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Peningkatan penguasaan konsep siswa melalui strategi pembelajaran berbasis inkuiri secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung pada materi sistem peredaran darah. Terdapat korelasi positif yang sangat tinggi (r = 0,877) antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep pada materi sistem peredaran darah. Keterampilan berpikir kritis siswa signifikan dalam memprediksi penguasaan konsep pada materi sistem peredaran darah, dengan persamaan regresi Y = 36,605 + (0,752) X.

Sebagian besar tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran berbasis inkuiri pada materi sistem peredaran darah sangat baik. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri lebih menarik dan memotivasi siswa sehingga perlu diterapkan pada materi-materi yang lain.

Sebagian besar tanggapan guru terhadap strategi pembelajaran berbasis inkuiri sangat baik. Namun pada pelaksanaannya menuntut kerja keras guru dalam mengelola kelas, agar suasana belajar lebih baik dan bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan strategi pembelajaran berbasis inkuiri terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem perdaran darah, disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa melalui strategi pembelajaran berbasis inkuiri lebih


(2)

unggul dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Dengan demikian para guru hendaknya dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis inkuiri dalam proses belajar mengajarnya.

2. Strategi pembelajaran berbasis inkuiri, pada pelaksanaannya memerlukan perencanaan, persiapan, dan pengelolaan kelas yang matang, supaya tetap fokus ke arah tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran ini menggunakan waktu yang relatif lama, sehingga sebaiknya secara cermat diperhitungkan waktunya, agar pembelajaran dapat dilakukan lebih efektif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J., dan DeRosa D. A. (2010) Teaching Children Science a Discovery Approach (seventh ed.). Boston. Allyn and Bacon.

Alberta. (2004) Focus on Inquiry a teacher’s guide to implementing inquiry -based learning. Canada.

Anderson, L. W. dan Krathwolh, D. (2010) Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran Dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2012) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizmalayeri, K., Jafari, E.M., Sharif, M., Asgari, M (2012) The impact of guided inquiry methods of teaching on the critical thinking of high school students. Maboud Omidi Journal of Education and Practice. 3 (10).

Bass, J.E. Constant, T.L., dan Carin, A.A. (2009) Teaching Science as Inquiry (eleventh Ed.). Boston: Merill.

Bilgin, I. (2009) The Effect of Guided Inquiry Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach an University Student Achievement of Acid and Base Concepts and Attitude toward Guided Inquiry Instruction. Scienific Research and Essay, 4 (10), hlm. 1038-1046.

Campbell, et al. (2008) Biologi jilid 3 (edisi ke-8). Jakarta: Erlangga.

Carin, A. dan Sund, B. (1982) Teaching Science Through Discovery (Fourth ed.). Columbus: Charles E. Merill Publishing Company

Dahar, R.W. (2011) Teori-teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. (2004) Pelajaran Pengetahuan Alam Kelas VII Semester 2 SMP

(Edisi ke-2). Jakarta: Depdiknas.

Dick, W., Carey L., dan Carey J.O. (2005) The Systematic Design of Instruction (Sixth ed.). United States of America: Pearson.

Dimyati dan Mudjiono. (2009) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Epstein, R. L., dan Kernberger, C. (2006) Critical Thinking (third ed.).


(4)

Evren, A., Bati, K., dan Yilmaz, S. (2012) The Effect of Using V- diagrams in Science and Technology Laboratory Teaching on Preservice Teachers’ Critical Thinking Dispotitio. Procedia - Social and Behavioral Science, 46, hlm. 2267- 2272.

Fisher, Alec. (2002) Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fraenkel, J. R., dan Wallen, N. E. (2007) How to Design and Evaluate Research in Education (sixth ed). New York: McGraw-Hill.

Galyam, N., dan Le Grange, L. (2005) Improving Thinking Skill in Science of Learners with (dis)abilities. South African Journal of Education, 25 (4), hlm. 239–246.

Hanson, M. (2005) Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities (second ed.). Stony Brook: Pacific Crest.

Ibrahim, M. dkk. (2004) Sains (Cetakan Pertama). Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.

Ikhsaniati, R.N. (2013) Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X pada Materi Ekosistem. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Inch, E.S., Warnick, B., dan Endres, D. (2006) Critical Thinking and Communication the Use of Reason in Argument (fifth ed.). United States of America: Pearson.

Joice, B., dan Weil, M. (2009) Model of Teaching (eighth ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Kamaei, A., dan Weisani, M. (2013) The Relationship between Achievement Motivation, Critical Thinking and Creative Thinking with Academic Performance. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Science, 3 (4), hlm. 121-127.

Kwan, L.P., dan Lam, E.Y.K. (2007) G.C.E.‘O’Level Biology Matters Textbook. Singapura: Marshall Cavendish.

Lawson, A.E., Abraham, M.R., dan Renner J.W. (1989) A Theory of Instruction: Using the Learning Cycle to Teach Science Concepts and Thinking Skill [Monograph 1]. Kansas: National Association for Research in Science Teaching.


(5)

McBride, J.W., Bhatti, M.I., Hannan, M.A., dan Martin, F. (2004) Using Inquiry Approach to teach Science to Secondary school science Teachers. IOP Journal, 39 (5), hlm.1-6.

McNeill, K.L., dan Krajcik, J. (2011) Claim, Evidence and Reasoning: Supporting Middle School Students in Evidence Based Scientific

Explanations [Online]. Avaliable at:

http://www.katherinelmcneill.com/workshops.html [21 Januari 2014] Meltzer, D.E. (2002) The Relationship between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible Hidden Variabel in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics, 70 (12), hlm. 1259-1258.

NRC. (1996) National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.

NRC (National Research Council). (2001) Inquiry and the National Science Education Standarr: Guide for Teaching and Learning, Washington: National Academic Press

Nur, M. (1998) Psikologi Pendidikan Fondasi untuk Pengajaran. Surabaya: IKIP Ortleb, E., dan Zike, D. (2005) Human Body System. United States of America:

The McGraw-Hill Companies.

Paul, R., dan Elder, L. (2005) Critical Thinking Competency Standards [Online]. Avaliable at: http//www.criticalthinking.org [10 Oktober 2013]. Qarareh, A. O. (2012) The Effect of Using the Learning Cycle Method in

Teaching Science on the Educational Achievement of the Sixth Grader. Education Science Faculty, Tafila Technical University, Jordan, 4 (2), hlm. 123-132.

Qing, Z., Jing, G., Yazhuan. L., Ting. W., Junping. M. (2010) Promoting

Preservice Teachers’ Critical Thinking Disposition by Inquiri-based Chemical Experimen. Procedia - Social and Behavioral Science, 9, hlm. 1429-1436.

Quitadamo, I. J., Faiola, C.L., Johnson, J. E., Kurtz, M.J. (2008) Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in General Education Biology. CBE Life Sci Educ, 7 (3), hlm. 327–337.


(6)

Rustaman, dkk. (2004) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala, S. (2011) Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Cetakan ke-9). Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stiggins, R.J. (1994) Student-Centered Classroom Assessment. NewYork: Macmillan College Publishing Company.

Sund, R.B., dan Trowbridge, L.W. (1973) Teaching Science by Inquiry in the Secondary School (Second ed.). Columbus: Charles E.Merill Publishing Company.

Susanti, D. (2013) Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa SMA melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Alkana. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Witt, C. (2010) The Impact of Inquiry-Based Learning on the Academic Achievement of Middle School Students. Dalam Western AAAE Research Conference Proceedings [Online] 269.

Tersedia: https://www.academia.edu /724764/ [20 Januari 2014] ,


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI.

0 0 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

0 6 30

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP CAHAYA DI SMP.

1 1 43

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM DAN ASESMENNYA PADA KONSEP SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA.

1 1 57

PEMBELAJARAN SISTEM SARAF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN GENERIK SAINS, DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 3 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA - repository UPI S FIS 1102059 Title

0 0 4

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH - repository UPI T IPA 1204746 Title

0 0 3

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

0 0 7