PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENUGASAN E-LEARNING MENGGUNAKAN MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SUHU DAN KALOR SISWA KELAS X SMA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR HAK CIPTA... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... v

KATA PENGANTAR... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Variabel Penelitian... 10

F. Definisi Operasional... 10

G. Hipotesis... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 14


(2)

C. Tutor Sebaya... 18

D. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing denganPenugasan E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle... 20

E. Penguasaan Konsep... 21

F. Berpikir Kritis... 26

G. Konsep Suhu dan Kalor... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian... 42

B. Subjek Penelitian... 44

C. Prosedur Penelitian... 44

D. Instrumen Penelitian... 44

E. Analisis Tes... 46

F. Tehnik Pengolahan Data... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian... 54

1. Pelaksanaan Penelitian... 54

2. Keterlaksanaan Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Aplikasi Moodle... 55

3. Penguasaan Konsep Siswa... 57

4. Keterampilan Berpikir Kritis... 63

5. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Moodle... 67


(3)

B. Temuan dan Pembahasan... 68

1. Pelaksanaan Penelitian………. .. 68

2. Penguasaan Konsep... 69

3. Keterampilan Berpikir Kritis... 71

4. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapana Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-learning Menggunakan Moodle... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75

B. Saran... 76


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil-hasil Penelitian Relevan ……….. 4

Tabel 2.1 Aspek Kognitif Bloom Yang Direvisi (Anderson & Krathwool , 2001)……… 23

Tabel 2.2 Analisis Keterkaitan Antara Sintaks Dalam Pembelajaran Inkuiri Tembimbing Dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis……….. 28

Tabel 3.1 Kategori Validitas Butir Soal……….. 47

Tabel 3.2 Kategori Reliabilitas Butir Soal……….. 48

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran……… 49

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda……….. 49

Tabel 3.5 Kategori Tingkat N Gain……… 50

Tabel 4.1 Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Aplikasi Moodle……….. 56

Tabel 4.2 Data Distribusi Normal Penguasaan Konsep……….. 62

Tabel 4.3 Data Distribusi Normal Keterampilan Berpikir Kritis……. 66

Tabel 4.4 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dengan Penugasan e-learning


(5)

menggunakan aplikasi moodle………... 67

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Grafik kalor terhadap massa... 31

Gambar 2.2 Alur proses perubahan wujud zat……..………... 32

Gambar 2.3 Alur Perubahan wujud es menjadi uap air……....………... 40

Gambar 3.1 Desain Penelitian………... 42

Gambar 3.2 Alur Proses Penelitian………... 43

Gambar 4.1. Diagram Batang Rata-rata Nilai Tes Awal, Rata-rata Nilai Tes Akhir, dan Rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………... 58

Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Gain <g> pada Setiap Aspek Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen………... 60

Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-rata Tes Awal, rata-rata Tes Akhir, dan Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen………... 63

Gambar 4.4 Perbandingan Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Setiap Aktivitas Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 65


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Perangkat Pembelajaran

A. 1. RPP Pertemuan 1... 80

A.2. RPP Pertemuan 2 ... 97

A.3. RPP Pertemuan 3... 111

A.4. RPP Pertemuan 4 ... 129

Lampiran B Instumen Penelitian B.1. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep... 140

B.2. Kisi Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis... 160

B.3.Soal tes awal- tes akhir... 175

B.3 Hasil Judgemen soal oleh Pakar... 181

Lampiran C Lembar Pengamatan dan Angket C.1. Lembar Pengamatan Pembelajaran... 189

C.2. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran... 191

Lampiran D Analisis Uji Coba Instrumen D. 1 . Hasil Analisis Penguasaan Konsep... 194

D.2. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Kritis... 203

D.3. Rekap Soal... 212 Lampiran E


(7)

E.1. Analisis Penguasaan Konsep... 214

E.2. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis... 236

E.3.Hasil Uji Normalitas dan Homognitas ... 256

E.4. Analisis Pengamatan Pembelajaran... 262

E.5. Analisis Angket Siswa... 270

Lampiran F F.1. Jadual Penelitian... 275

F.2. Foto Pelaksanaan Pembelajaran... 276

F.3. Tampilan Moodle ... 279

F.4. Surat Izin Penelitian dari UPI... 283

F.5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 284


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan berperan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM. Pengembangan SDM yang mampu mengembangkan sains sesuai karakternya. Sains sebagai proses merujuk langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut meliputi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi, artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran Fisika di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 3) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi; 4) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan berpikir kritis sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdiknas, 2006).

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang menjadi dasar perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang Fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronik memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, Fisika juga memberikan pelajaran yang


(9)

baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang Fisika (Wiyono, 2009).

Pembelajaran Fisika pada tingkat SMA, dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika bertujuan untuk membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006).

Hasil pengamatan di lapangan, banyak ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran kurang variatif, memiliki kecenderungan pada metode tertentu dan kadang-kadang tidak memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang disampaikan. Siswa kurang aktif dalam proses belajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami konsep yang sebenarnya dan hal inipun terjadi pada bidang pelajaran sains. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (Depdiknas, 2002).

Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di lapangan sangat berbeda dengan yang diharapkan dalam KTSP SMA. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di salah satu SMA di Cianjur ditemukan kenyataan bahwa:

1. Proses pembelajaran Fisika yang terjadi di kelas secara umum adalah masih berpusat pada guru. Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru


(10)

memberikan materi dengan metode ceramah dan penugasan (latihan soal) serta textbook oriented. Hal ini kurang melibatkan siswa dalam KBM, akibatnya Fisika dianggap sulit, menakutkan, membosankan yang akhirnya membuat siswa sulit memahami dan mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan, sehingga berimplikasi pada kurangnya penguasaan konsep dan rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai UAS Fisika yang diperoleh siswa pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012 hanya mencapai 56. Nilai ini berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh kurikulum yaitu 70.

2. Secara umum, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung masih bersifat tradisional dimana siswa hanya berperan sebagai penerima informasi. Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnnya keberanian siswa untuk bertanya. Sikap siswa yang pasif dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya menyebabkan siswa tidak bisa mengungkapkan ide dan gagasannya dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan berpikir siswa.

3. Fasilitas Teknologi Informatika dan Telekomunikasi yang dimiliki sekolah tidak dimanfaatkan secara maksimal baik oleh guru maupun siswa. Hal ini disebabkan guru merasa perlunya waktu khusus dalam pemanfaatan web sekolah. Disisi lain guru juga memiliki keterbatasan pengetahuan dalam Teknologi Informatika dan Komunikasi.

Atas dasar pertimbangan hasil studi pendahuluan tersebut, maka masalah penelitian ini difokuskan pada penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa yang masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara mengatasi permasalahan yang terjadi adalah memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menetapkan model pembelajaran serta pemanfaatan fasilitas sekolah dengan lebih baik, yang efektif dan effisien, sebagai alternatif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam KBM sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan kemampuan siswa dalam memahami konsep Fisika.


(11)

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran inkuiri, pembelajaran mempergunakan e-learning dan pembelajaran dengan aplikasi moodle:

Tabel 1.1. Hasil-hasil Penelitian Relevan

No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian

1 Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of

Computers in

Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.

Teknologi instruksional memiliki potensi untuk memainkan peran penting sebagai alat pengajaran yang memungkinkan guru ilmu pengetahuan untuk merancang, merencanakan, dan melakukan penyelidikan ilmiah. Selain itu, menyediakan kerangka untuk guru sains mulai berpikir tentang tindakan mereka dapat mengambil tanggapan terhadap kebutuhan yang berkembang untuk mempersiapkan anak-anak muda bersikap ilmiah dan melek teknologi.

2 Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for technology-supported Collective inquiry: a national case study, Computers and Education 45 337-356, www.

Elsivier.com/lecate/comp edu

Beberapa guru bertujuan untuk meningkatkan penyelidikan dalam desain pedagogis mereka, tetapi mereka tidak tahu metode yang baik. Para guru sekolah dasar lebih cerdik mendukung struktur dalam proses penyelidikan siswa, sedangkan guru-guru sekolah menengah mengandalkan kemampuan siswa. Mungkin mereka awalnya percaya bahwa siswa tingkat menengah telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk penyelidikan, dan melihat kebutuhan selama proses tersebut.

3 Zhank, Zhou, Briggs, Nunamker Jr, Inctructional video in e-learning : Asessing the impact o inteactive video on learning effectiveness, 2006, Information and Management, 43, 15-27, www.elsevier.com/locate /dsw

Adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pelajar dengan mempergunakan e-learning video instruksional interaktif dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya.

Adanya perbedaan kepuasan belajar pada siswa yang signifikan antara pelajar denganmempergunakan e-learning video instruksional interaktif dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya.


(12)

No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian

4 Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended and face to face learning environtmet : Implication for Sustainable Edycation Delivery. International Education Studies. Vol. 3No.3

www.ccsenet.org/ies

Sarjana maupun mahasiswa pascasarjana di berbagai disiplin ilmu umumnya lebih suka belajar mengajar onsite dari pada campuran atau online. Namun, data menunjukkan bahwa siswa sarjana cenderung memilih campuran daripada secara online, sementara mahasiswa pascasarjana umumnya lebih suka online dari pada campuran. Selain itu, ada kecenderungan mahasiswa sarjana maupun pascasarjana umumnya nilai penyampaian dengan onsite adalah yang tertinggi.

5 Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning Courseware and

face-to-face Instruction in Fundamental Physics Faculty of Animal

Sciences and

Agricultural Technology, Silpakorn University, Thailand

Nilai keseluruhan dari e-learning MPEX kelompok siswa (43,3%) kurang dari kelompok siswa tatap muka (46,4%), namun hasil menunjukkan bahwa Courseware e-learning instruksi tidak berbeda dari tatap muka dalam mempengaruhi harapan siswa dan keyakinan tentang fisika dan pembelajaran di Universitas Silpakorn.

6 Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed According To

7eModel Of

Constructivist

Learning On Physics

Student Teachers„

Achievement,

Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3

Instruksi bantuan komputer yang dirancang sesuai dengan 7E model pembelajaran konstruktivis telah membantu dalam meningkatkan tingkat pemahaman konsep yang berhubungan dengan elektrostatik. Hal ini menunjukkan bahwa komputer membantu pengajaran dirancang sesuai dengan 7E lebih efektif di bawah domain kognitif siswa. Efek Komputer membantu pengajaran positif pada tingkat keberhasilan di semua tingkat pendidikan.

Metode instruksi tidak mengubah sikap siswa dalam waktu singkat. Hal ini juga dinyatakan oleh banyak peneliti lainnya bahwa sikap mahasiswa terhadap program tidak dapat berubah dalam waktu yang singkat. Meskipun, CAI7E tidak mengubah sikap siswa terhadap fisika, tetapi mengembangkan persepsi self-efficacy mereka, dan mereka dapat menghubungkan antara kehidupan sehari-hari dan fisika lebih efektif.


(13)

No Peneliti, Tahun, Judul Hasil Penelitian

Instruksi termasuk simulasi virtual memberikan arti kepada siswa tentang hubungan antara fisika dan kehidupan sehari-hari.

Setting atau pengaturan pertanyaan dari metode ini dapat mengurangi masalah.

7 Marzani, 2011, Penerapan e-learning Berbasis moodle Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan

Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan e-learning berbasis moodle tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan perasaan senang dengan pembelajaran fisika yang menggunakan e-learning berbasis moodle (84%), tertarik dengan tampilan moodle dan fasilitas dalam website (86%), kesungguhan mempelajari materi fisika menggunaka e-learning berbasis moodle (84 %).

Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan Web-Based Education (WEB) atau kadang disebut e-learning (electronic learning) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar yang dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiataan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web atau e- learning (Rusman, 2010).

Konten materi dalam e-learning memungkinkan adanya animasi-animasi yang menarik dan dapat menujukkan konsep-konsep Fisika yang abstrak, sehingga konsep Fisika dapat difahami dengan lebih mudah. Akibatnya minat siswa untuk belajar Fisika akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul. G. Paris (2004) yang menyatakan bahwa siswa lebih berminat melakukan pembelajaran Online Web Assisted Learning (OWAL) dibandingkan dengan Paper Assisted Learning. Disamping itu, harus diperhatikan pula multimedia seperti animasi, film, grafis dan sinkron suara dalam pemilihan aplikasi yang akan digunakan.


(14)

Salah satu aplikasi yang dapat digunakan dalam e-learning adalah moodle. Dengan menggunakan aplikasi moodle memungkinkan terjadinya kegiatan belajar di luar kelas, terjadi komunikasi antara siswa dan guru kapanpun. Guru dapat memberikan materi pelajaran, latihan soal, tugas, dan tes secara online. Siswa dapat kapan saja mengakses moodle, sehingga hal ini memudahkan kedua belah fihak. Siswa dapat kapan saja mengakses materi pelajaran dan lain sebagainya yang disediakan oleh guru di dalam aplikasi moodle, sehingga hal ini memberi kesempatan siswa untuk belajar mandiri. Akibatnya siswa dapat memahami konsep lebih baik karena dapat melakukannya secara berulang. Hal ini sesuai dengan pendapat Marzani (2011), siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle menunjukkan peningkatan penguasaan konsep lebih tinggi dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran Fisika secara konvensional, sedangkan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle tidak berbeda secara berarti dibandingkan dengan siswa yan mengikuti pembelajaran Fisika secara konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Aplikasi moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Konsep Suhu dan Kalor Siswa Kelas X SMA”.

Materi Fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi Kalor dan pengaruhnya terhadap zat. Peneliti memilih materi ini untuk diterapkan dalam model pembelajaran inkuiri terrbimbing karena materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa masih banyak kesulitan dalam memahami konsep dan memecahkan permasalahan yang timbul.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini “Bagaimana penerapan pembelajaran inkuiri


(15)

terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada konsep suhu dan kalor siswa kelas X SMA”.

Rumusan masalah di atas secara spesifik dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep untuk kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya pada konsep suhu dan kalor siswa kelas X SMA?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tutor sebaya pada konsep suhu dan kalor siswa kelas X SMA?

3. Bagaimana tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dalam konsep kalor siswa kelas X SMA. Selain itu juga dapat diketahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing bebasis e-learning dengan aplikasi moodle melalui angket yang diberikan kepada siswa.


(16)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa terhadap pelajaran Fisika. b. Meningkatkan penguasaan, keterampilan dan kreativitas siswa terhadap

pembelajaran Fisika.

c. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap masalah Fisika. 2. Bagi guru

a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan penguasaan konsep belajar Fisika siswa kelas X SMA khususnya pada konsep suhu dan kalor. b. Pengembangan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi

pembelajaran.

c. Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan belajar mengajar Fisika sehingga dapat diketahui kemajuan yang telah dicapai siswa.

3. Bagi Lembaga (sekolah)

a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dalam rangka pembinaan terhadap guru-guru terutama dalam kegiatan supervisi.

b. Salah satu upaya dalam pengoptimalisasi pemanfaatan sarana dan prasana yang telah ada.

4. Bagi peneliti

a. Dapat dijadikan landasan berpijak untuk meneliti lebih lanjut tingkat keberhasilan siswa dengan menggunakan banyak strategi dan media yang bervariasi.

b. Menjadi bukti empirik tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle pada konsep suhu dan kalor dalam pengembangan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan dengan hasil studi ini.


(17)

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa, yang akan dibandingkan antara siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan moodle dengan siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

F. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut : 1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

aplikasi moodle, yaitu proses pembelajaran inkuiri terbimbing di dalam kelas dan dilakukan penugasan di luar kelas melalui tugas tugas yang diberikan melalui web sekolah dengan aplikasi moodle. Dalam aplikasi ini siswa diberikan tugas, setelah menjawab pertanyaan yang diberikan dalam tugas tersebut siswa dapat mengetahui nilainya dan dapat pula mengetahui jawaban yang benar dan cara pengerjaannya. Setelah kegiatan tersebut terlaksana, kembali guru di dalam kelas akan mengulas soal yang dianggap sulit dalam tugas tersebut.

Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle yaitu:

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan langkah-langkah:

 Orientasi

 Merumuskan masalah

 Mengajukan Hipotesis

 Mengumpulkan Data

 Menguji Hipotesis


(18)

b. Penugasan dilakukan di luar jam pelajaran menggunakan web sekolah dengan aplikasi moodle yang telah diisi materi pelajaran serta latihan-latihan soal. Siswa diberikan tugas untuk mengerjakan soal soal yang telah disediakan pada halaman guru, siswa dapat pula melihat langsung benar atau salah jawaban siswa tersebut. Guru memberikan penjelasan jawaban di dalam apa bila siswa telah memberikan jawabannya.

c. Pada pertemuan berikutnya guru melakukan refleksi tentang tugas yang telah diberikan secara online melalui moodle.

Keterlaksanaan pembelajaran diamati melalui lembar observasi.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya adalah proses pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan di dalam kelas dan dilakukan penugasan di luar kelas melalui tugas tugas yang diberikan. Tugas ini dikerjakan siswa dengan cara tugas kelompok, dimana kelompok dibagi secara heterogen dari sisi kemampuan siswa. Siswa dengan prestasi yang baik diharapkan untuk membantu siswa dengan prestasi yang kurang.

Ada tiga tahap dalam kegiatan pembelajaran inkuiri dengan penugasan tutor sebaya yaitu:

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan langkah-langkah:

 Orientasi

 Merumuskan masalah

 Mengajukan Hipotesis

 Mengumpulkan Data

 Menguji Hipotesis

 Merumuskan kesimpulan

b. Penugasan dilakukan dengan memberikan tugas secara kelompok dan diharapkan terjadi diskusi kelompok dipimpin tutor sebaya. Kelompok dibagi secara heterogen berdasarkan nilai akademik (prestasi belajar). c. Pada pertemuan berikutnya guru melakukan reflesi tentang tugas yang

telah diberikan yang dikerjakan secara tutor sebaya.


(19)

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami persamaan dan hukum-hukum dasar secara alamiah dalam hal ini pada materi suhu dan kalor. Indikator penguasaan konsep dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis yaitu (1) aspek pengetahuan (C1), (2) aspek pemahaman (C2), (3) aspek penerapan (C3), dan (4) aspek analisis (C4). Pada penelitian ini, aspek penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur dengan tes penguasaan konsep yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.

4. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan berpikir kompleks yang dimilikisiswa meliputi Memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik pada konsep suhu dan kalor.Pada penelitian ini, aspek keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur dengan tes keterampilan berpikir kritis yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda.

5. Tanggapan siswa dalam penelitian ialah informasi tentang respon siswa terhadap penerapan Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle. Informasi tentang tanggapan siswa diukur melalui angket tanggapan siswa.

G. HIPOTESIS

Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:

1. H0 : µxa = µya

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor antara siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dibanding pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya. 2. H1 : µxa> xya

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan


(20)

penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya. 3. H0 : µxb = µyb

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan keterampilan berpikir kritis pada pokok bahasan suhu dan kalor antara siswa yang mendapat pembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

4. H1 : µxb> xyb

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya

Keterangan :

µxa = rata rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle

µya = rata rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

µxb = rata rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle

µyb = rata rata keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimen, yakni pretest-posttest non equivalent groups design, dengan desain penelitian berbentuk:

Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test

Eksperimen O X O

Kontrol O Y O

Gambar 3.1. Desain Penelitian

Keterangan:

X :perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan moodle

Y : perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya

O : pre-test dan pos-test

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMAN di Cianjur. Secara garis besar tahap-tahap penelitian dikelompokkan menjadi lima langkah yaitu studi pendahuluan, memilih masalah yang akan dikaji, studi literatur, penyusunan instrumen, implementasi pendekatan Strategi Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan penugasan moodle dan tutor sebaya, terakhir adalah analisis data dan kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.


(22)

Gambar 3.2. Alur Proses Penelitian

Observasi Keterlaksanaan Uji Coba, Revisi, Validasi

Tes Awal (pre-test)

Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan penugasan

e-learning menggunakan aplikasi moodle pada kelas eksperimen Pembelajaran Inkuiri

dengan Penugasan tutor sebaya pada

kelas kontrol

Angket Tanggapan Siswa Pengolahan dan

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan Penyusunan Instrumen

1. Tes penguasaan konsep 2. Tes berpikir kritis 3. Angket siswa 4. Lembar observasi

Studi Literatur: Pembelajaran inkuiri terbimbing, moodle, Tutor Sebaya, Penguasaan Konsep, Keterampilan berpikir kritis serta konsep suhu dan kalor

Penyusunan Rencana Pembelajaran Inkuiri Perumusan Masalah

Kesimpulan Studi Pendahuluan

TesAkhir (Pos-test)


(23)

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Cianjur pada siswa kelas X semester 2 tahun akademik 2011/2012. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Teknik random sampling inimerupakan teknik penyampelan yang diambil secara acak.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Perencanaan a. Studi pendahuluan

b. Merumuskan permasalahan dari hasil studi pendahuluan c. Studiliteratur

d. Membuat instrument penelitian dan penyusunan rencana pembelajaran e. Melakukan validasi seluruh instrument, merevisi/memperbaiki

instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan tes awal, proses pembelajaran, observasi keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle, tes akhir dan pemberian angket.

3. Tahap akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrument pengumpul data yaitu, tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, lembar observasi dan angket. 1. Tes Penguasaan Konsep


(24)

Tes ini kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, berguna untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Syaodih, 2005). Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan jumlah pilihan (option) sebanyak lima pilihan jawaban.

Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam konsep-konsep suhu dan kalor. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual. Indikator penguasaan konsep yang diharapkan tercapai setelah proses pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle.

Penguasaan konsep siswa dalam penelitian ini diukur sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes penguasaan konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator penguasaan konsep. Tes penguasaan konsep yang dilakukan sebelum konsep suhu dan kalor diajarkan bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap konsep suhu dan kalor, dan tes akhir setelah pembelajaran konsep suhu dan kalor selesai dilaksanakan bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebagai hasil penggunaan model pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat diketahui tingkat gain penguasaan konsep sebagai hasil dari penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle.

2. Tes Keterampilan berpikir kritis

Tes keterampilan berpikir kritis dikonstruksi dalam bentuk tes pilihan ganda yang diadopsi dari indicator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diharapkan tercapai setelah proses pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle adalah keterampilan merumuskan masalah, memilih kriteria untuk mempertimbangkan penyelesaian, keterampilan menerapkan prinsip, menggunakan strategi logis, dan mengidentifikasi kesimpulan pada konsep suhu dan kalor serta keterampilan melaporkan hasil. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pre-tes sebelum konsep suhu dan kalor diajarkan, yang bertujuan untuk


(25)

melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa terhadap konsep suhu dan kalor, dan pada saat pos-test setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.

3. Angket

Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dalam pengajaran suhu dan kalor. Dalam angket dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, pandangan, tanggapan dan harapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle, seperti apakah siswa menganggap baru, merasa senang, merasa tertarik, termotivasi, merasa memudahkan, merasa memfasilitasi penguasaan dan kerjasama, merasa menambah keberanian dalam mengemukakan pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain dengan cara ini. Angket ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran oleh Guru

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman aktivitas guru dalam melakukan keterlaksanaan model selama proses pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle berlangsung untuk melihat keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran.

E. Analisis Tes

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan seyogyanya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

1. Validitas tes

Validitas tes bertalian dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Salah satu persamaan yang dapat


(26)

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product moment Pearson seperti berikut; (Arikunto, 2003).

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy            (3.1) Keterangan: xy

r = koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X dan Y X = Skor butir soal

Y = Skor total N = jumlah siswa

Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80<rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60<rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40<rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20<rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

xy

r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut; (Sudjana, 2002)

2 1 2 xy xy r N r t    (3.2) Keterangan:

t = koefisien validitas dari uji t N = Jumlah siswa

rxy = Koefisien korelasi 2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Perhitungan koefisien


(27)

reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2002)       2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r (3.3) Keterangan: 11

r = koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan 2

1 2 1

r = koefesien korelasi antara soal ganjil dan genap

Harga dari 2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan skor soal nomor ganjil dan skor nomor genap, menggunakan rumus korelasi product moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurutArikunto (2002) adalah sebagai berikut;

Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80<r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40<r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20<r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11

r ≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) 3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2002)

N B P

(3.4) Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = Jumlah seluruh siswa peserta tes


(28)

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut; Arikunto, 2003)

Tabel 3.3.Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

P < 0,30 Soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 Soal mudah 4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau Daya Pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

B A B B

A

A P P

J B J B

D   

(3.5) Keterangan:

J = Banyaknya peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik. Peningkatan yang terjadi sebelum dan


(29)

sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N Gain) sebagai berikut; (Meltzer, 2002)

pre maks pre post S S S S g    (3.6) Keterangan: post

S = Skor tes akhir (pos-test) pre

S = Skor tes awal (pre-test) maks

S = Skor maksimum

Kriteria tingkat N Gain adalah sebagai berikut; (Meltzer, 2002)

Tabel 3.5 Kategori Tingkat N Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g< 0,3 rendah

Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik berupa uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian data sebagaiberikut : a. Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test.

b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik (Ruseffendi, 1998) yaitu :

2 2 2 1 s s F  (3.7) Keterangan F = Nilai hitung

2 1

s = Varians terbesar 2

2

s = Varians terkecil

c. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep dan berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t dua ekor dengan � = 0,05) jika sebaran data


(30)

berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal.

Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:

H0 : µxa = µya

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor denganpembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

H1 : µxa> xya

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya H0 : µxb = µyb

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pokok bahasan suhu dan kalor dengan pembelajran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya.

H1 : µxb> xyb

Penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor dibanding penggunan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan tutor sebaya Keterangan :

µxa = rata rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen µya = rata rata penguasaan konsep pada kelas kontrol

µxb = rata rata keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen µyb = rata rata keterempilan berpikir kritis pada kelas kontrol


(31)

1. Analisis Tanggapan Siswa

Untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan aplikasi moodle, dilakukan dengan memberikan angket skala sikap model Likert kepada siswa. Setiap jawaban siswa terhadap pernyataan yang ditanyakan, dikelompokkan atas sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Jawaban yang telah dikelompokkan tersebut dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut;

(3.8) Keterangan:

T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap. N = jumlah siswa

Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut;

(3.9) Keterangan:

R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan S = skor setiap kelompok

N = jumlah siswa

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dibuat digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan

%) 100 ( N J T

N S x J R


(32)

oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi berupa pertanyaan biner (ya-tidak). Hasil observasi dianalisis secara kualitatif.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada konsep suhu dan kalor dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen 0,43 (kriteria sedang) dan kelas kontrol 0,16 (kriteria rendah) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen 0,17 (kriteria rendah) dan kelas kontrol 0,04 (kriteria rendah) menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle tidak lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

3. Siswa memberikan tanggapan baik terhadap pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle. Model pembelajaran ini mempermudah siswa dalam memahami konsep suhu dan kalor.


(34)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada konsep suhu dan kalor peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar, dan merancang pembelajaran yang telah disusun kemudian diujicobakan sehingga pada saat pelaksanaannya setiap fase pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle dapat terlaksana sesuai dengan rencana.

2. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penelitian tentang keterampilan berpikir kritis, karena keterampilan berpikir kritis tidak dapat meningkat melalui proses pembelajaran yang terlalu pendek.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., dan Bloom, B.S.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara

Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.

Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended and face to face learning environtmet : Implication for Sustainable Edycation Delivery. International Education Studies. Vol. 3No.3

www.ccsenet.org/ies.

Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.

Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar dan Pembelaran, Jakarta: Erlangga. Ennis, R.H. (1987). An Elaboration Of A Cardinal Goal Of Science Instruction,

Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34

Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar Mengajar CBSA. Sinar Baru. Bandung.

Hidayat, (2008) Model Pembelajaran inkuiri pada subtopik pembiasan cahaya oleh lensa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA, Tesis UPI Bandung : tidak diterbtitkan.

Karim, S., dkk (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan.

Karim, S, (1990). Dasar Dasar Praktikum Fisika 1-2-3 SMA. Humaniora Utama Press. Bandung


(36)

Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed According To 7e Model Of Constructivist Learning On Physics Student

Teachers‘ Achievement, Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And

Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3

Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for technology-supported Collective inquiry: a national case study, Computers and Education 45 337-356, www. Elsivier.com/lecate/compedu

Liliasari. (1997). Beberapa Pola Berpikir Dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia Oleh Siswa SMA. Disertasi. PPS IKIP Bandung

Marzani, 2011, Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan

Meltzer. (2002). The Relationship Between mathematics preparation and

conceptual learning Gain in Physics: ”Hidden Variable in Diagnostic

Pretest Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : ALFABETA.

Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Rajawali Pers. Jakarta.

Nursyamsudin, (2008). Panduan Praktikum Terplih. Active Smart. Erlangga. Jakarta.

Paris, G. Paul. 2004. E-Learning: A study on Secondary Students’Attitudes towards Online Web Assisted Learning. International Edication Journal, vol 5, No. 1, 2004

Purwanto, B. (2011). Theory and Aplication of Physics for Grade X of Senior High School 1. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Semarang.

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.

Priyadi.(2005).BerpikirKritis.Wikipedia.

http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/berpikir kritis

Peraturan Mendiknas No. 22. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.


(37)

Ruggiero dan Ryan V. (2004). Berpikir Kritis. [online]. Tersedia:

http://www.mitra.net.id/cgi-bin/interaktif/listerspons.cgi?idtitle=151 [27

Oktober 2011]

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online].Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30

Oktober 2011]

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning Courseware and face-to-face Instruction in Fundamental Physics, Faculty of Animal Sciences and Agricultural Technology, Silpakorn University, Thailand

Suparno, 2007, Metodologi Pembelajaran FISIKA. Kunstruktivistik dan Menyenangkan.Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Universitas Pendidikan Indonesa. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wiyono, Ketang. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Relativitas Khusus. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.

Zhank, Zhou, Briggs, Nunamker Jr, Inctructional video in e-learning : Asessing the impact o inteactive video on learning effectiveness, 2006, Information and Management, 43, 15-27, www.elsevier.com/locate,dsw


(1)

Nikki Anisa Rizki, 2013

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA

oleh guru. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi berupa pertanyaan biner (ya-tidak). Hasil observasi dianalisis secara kualitatif.


(2)

Nikki Anisa Rizki, 2013

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, dan keterampilan berpikir kritis

siswa SMA pada konsep suhu dan kalor dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep suhu dan kalor siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen 0,43 (kriteria sedang) dan kelas kontrol 0,16 (kriteria rendah) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen 0,17 (kriteria rendah) dan kelas kontrol 0,04 (kriteria rendah) menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle tidak lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

3. Siswa memberikan tanggapan baik terhadap pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle. Model pembelajaran ini mempermudah siswa dalam memahami konsep suhu dan kalor.


(3)

Nikki Anisa Rizki, 2013

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan

Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis

siswa SMA pada konsep suhu dan kalor peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan dasar dalam mengajar, dan merancang pembelajaran yang telah disusun kemudian diujicobakan sehingga pada saat pelaksanaannya setiap fase pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penugasan e-learning menggunakan Moodle dapat terlaksana sesuai dengan rencana.

2. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penelitian tentang keterampilan berpikir kritis, karena keterampilan berpikir kritis tidak dapat meningkat melalui proses pembelajaran yang terlalu pendek.


(4)

Nikki Anisa Rizki, 2013

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., dan Bloom, B.S.(2001). A Taxonomy for

Learning, Teaching and Assesing. New York: Longman.

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara

Capobianco, Lehman, 2005, Integrating technology to Foster Inquiry in an

Elementary Science Methods Course : An Action Research study of one Teacher Education Initiatives in a PT3 Project, Journal of Computers in

Mathematics and Science Teaching 25 (2), 123-146.

Caslte, McGuire, 2010. An analysis of student self-assesment of online, blended

and face to face learning environtmet : Implication for Sustainable Edycation Delivery. International Education Studies. Vol. 3No.3

www.ccsenet.org/ies.

Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed).

Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria

: ASCD. 54-57.

Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar dan Pembelaran, Jakarta: Erlangga.

Ennis, R.H. (1987). An Elaboration Of A Cardinal Goal Of Science Instruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34

Hamalik, Oemar. 1991. Strategi Belajar Mengajar CBSA. Sinar Baru. Bandung.

Hidayat, (2008) Model Pembelajaran inkuiri pada subtopik pembiasan cahaya oleh lensa untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA, Tesis UPI Bandung : tidak diterbtitkan.

Karim, S., dkk (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal

Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan.

Karim, S, (1990). Dasar Dasar Praktikum Fisika 1-2-3 SMA. Humaniora Utama Press. Bandung


(5)

Nikki Anisa Rizki, 2013

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA

Kocakaya, 2010, The Effects Of Computer-Assisted Instruction Designed

According To 7e Model Of Constructivist Learning On Physics Student

Teachers‘ Achievement, Concept Learning, Self-Efficacy Perceptions And

Attitudes, TOJDE, Volume 11 : 3

Lakkala, Lallima, Hakkanrainen, 2005, Teachers pedagogical designs for

technology-supported Collective inquiry: a national case study, Computers

and Education 45 337-356, www. Elsivier.com/lecate/compedu

Liliasari. (1997). Beberapa Pola Berpikir Dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia Oleh Siswa SMA. Disertasi. PPS IKIP Bandung

Marzani, 2011, Penerapan E-Learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya Di SMP. Tesis UPI Bandung, tidak di terbitkan

Meltzer. (2002). The Relationship Between mathematics preparation and

conceptual learning Gain in Physics: ”Hidden Variable in Diagnostic

Pretest Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : ALFABETA.

Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Rajawali Pers. Jakarta.

Nursyamsudin, (2008). Panduan Praktikum Terplih. Active Smart. Erlangga. Jakarta.

Paris, G. Paul. 2004. E-Learning: A study on Secondary Students’Attitudes

towards Online Web Assisted Learning. International Edication Journal,

vol 5, No. 1, 2004

Purwanto, B. (2011). Theory and Aplication of Physics for Grade X of Senior

High School 1. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Semarang.

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis SPs. UPI : Tidak diterbitkan.

Priyadi.(2005).BerpikirKritis.Wikipedia.

http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/berpikir kritis

Peraturan Mendiknas No. 22. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar


(6)

Nikki Anisa Rizki, 2013

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Penugasan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas X SMA

Ruggiero dan Ryan V. (2004). Berpikir Kritis. [online]. Tersedia: http://www.mitra.net.id/cgi-bin/interaktif/listerspons.cgi?idtitle=151 [27 Oktober 2011]

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana

Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online].Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30 Oktober 2011]

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Suparnaphet, - , The Comparison of Student Expectations on e-Learning

Courseware and face-to-face Instruction in Fundamental Physics, Faculty

of Animal Sciences and Agricultural Technology, Silpakorn University, Thailand

Suparno, 2007, Metodologi Pembelajaran FISIKA. Kunstruktivistik dan

Menyenangkan.Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Universitas Pendidikan Indonesa. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wiyono, Ketang. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif

Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Relativitas Khusus. Tesis SPs.

UPI : Tidak diterbitkan.

Zhank, Zhou, Briggs, Nunamker Jr, Inctructional video in e-learning : Asessing

the impact o inteactive video on learning effectiveness, 2006, Information


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI.

0 0 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

0 6 30

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ALKANA.

0 0 31

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

0 1 44

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ALKANA.

0 1 36

PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP CAHAYA DI SMP.

1 1 43

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Materi dan Berpikir Kritis Siswa SMA Materi Perpindahan Kalor.

0 1 1

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR

0 2 6