PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP CAHAYA DI SMP.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Hipotesis Penelitian... 11

F. Definisi Operasional... 11

BAB II. E-LEARNING, MOODLE, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN DESKRIPSI MATERI A. E-Learning... 14

B. Penguasaan Konsep... 20

C. Keterampilan Berpikir Kritis... 23

D. Mata Pelajaran IPA SMP/MTs... 26

E. Deskripsi Konsep Cahaya dalam e-learning... 27

F. Uraian Materi Cahaya SMP... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian... 45

B. Desain Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel... 46

D. Instrumen Penelitian... 46

E. Prosedur Penelitian... 55

F. Teknik Analisis Data... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63

A. Hasil Penelitian... 63

1. Penguasaan Konsep... 63

2. Keterampilan Berpikir Kritis... 67

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika Menggunakan e-learning berbasis Moodle... 71


(2)

B. Pembahasan... 72 1. Peningkatan penguasaan konsep siswa... 72 2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis siswa... 74 3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika

menggunakan e-learning berbasis Moodle... 75 4. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran konsep cahaya

Menggunakan e-learning berbasis Moodle... 76 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 78 B. Saran... 79 DAFTAR PUSTAKA... 80


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Keterampilan berpikir kritis dalam konsep cahaya... 25

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 46

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal ... 49

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 50

Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal ... 51

Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes ... 53

Tabel 3.6. Klasifikasi N-Gain ... 60

Tabel 4.1. Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran topik cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle ... 72


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alur proses pembelajaran berbasis web ... 18

Gambar 2.2. Garis besar program e-learning berbasis Moodle ... 30

Gambar 2.3. Cahaya merambat lurus ... 33

Gambar 2.4. Gambar umbra dan penumra ... 34

Gambar 2.5. Pembentukan bayangan pada cermin cekung ... 36

Gambar 2.6. Pembentukan bayangan pada cermin cembung ... 37

Gambar 2.7. Jalannya sinar pada kaca planparalel ... 38

Gambar 2.8. Jalannya sinar pada prisma ... 39

Gambar 2.9. Lensa cembung bersifat konvergen ... 40

Gambar 2.10 Pembentukan bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 3 ... 41

Gambar 2.11. Melukis bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 2 ... 41

Gambar 2.12. Melukis bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 1 ... 41

Gambar 2.13. Lensa cekung bersifat divergen ... 42

Gambar 2.14. Melukis bayangan pada lensa cekung ... 43

Gambar 2.15. Peristiwa dispersi ... 44

Gambar 3.1. Alur penelitian ... 59

Gambar 4.1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-Gain penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63

Gambar 4.2. Perbandingan skor rata-rata penguasaan konsep untuk setiap label konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 64

Gambar 4.3. Perbandingan N-Gain penguasaan konsep untuk setiap label konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 65


(5)

Gambar 4.4. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-Gain keterampilan berpikir kritis

kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 68 Gambar 4.5. Perbandingan persentase skor rata-rata

Keterampilan Berpikir Kritis untuk setiap indikator... 69 Gambar 4.6. Perbandingan N-Gain keterampilan berpikir kritis

untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ... 84

Lampiran B: Instrumen Penelitian ... 127

Lampiran C: Hasil ujicoba dan Pendapat Ahli ... 141

Lampiran D: Data tes dan N-gain... 161

Lampiran E: Analisis Angket dan Observasi... 182

Lampiran F: Uji Statistik ... 186


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan dibidang fisika material melalui penemuan piranti elektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.

Pada tingkat SMP/MTs, fisika dipandang penting untuk diajarkan karena merupakan bagian dari IPA yang mempelajari aspek fisis yang memfokuskan diri pada benda tak hidup mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, terdapat beberapa pertimbangan pentingnya diajarkan ilmu fisika. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu


(8)

pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

Pentingnya peranan fisika tersebut mengharuskan guru untuk mempersiapkan siswanya dalam proses pembentukan dan pengembangan kemampuan dalam bidang sains, khususnya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan memasuki dunia teknologi dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang aktif. Siswa sebagai penerus kelangsungan hidup bangsa harus dibentuk dan dipersiapkan untuk memahami berbagai konsep, prinsip, proses sains, dan aplikasinya melalui pengalaman belajar langsung yang pada akhirnya diharapkan dapat mengaplikasikan sains dalam situasi dunia nyata. Jadi proses belajar siswa harus dirancang dalam suasana yang menarik, menyenangkan, dan mendorong siswa untuk dapat belajar secara mandiri.

Namun realita di lapangan memperlihatkan kondisi yang jauh dari harapan kurikulum, pembelajaran fisika di kelas terkesan kaku, siswa lebih diperlakukan sebagai objek pembelajaran, siswa tidak terlibat langsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya sehingga penyampaian materi cenderung monoton. Pembelajaran lebih bermakna jika dalam prosesnya siswa merupakan subjek dalam pembelajaran dan orientasi proses berada di pihak siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum (Kaswan, 2004), ternyata metode ceramah dengan guru menulis di papan tulis merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata pelajaran fisika dianggap sebagai bahan hafalan yang menyebabkan siswa tidak menguasai konsep sehingga


(9)

perlu dipikirkan penerapan pembelajaran yang lebih melibatkan siswa pada proses belajar.

Banyak upaya yang telah dilakukan pihak terkait untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran di kelas. Diantaranya dengan menerapkan variasi beberapa model/metode/pendekatan pembelajaran sampai melengkapi sarana pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada pembelajaran fisika, pemanfaatan teknologi komputer dalam menghadirkan pembelajaran fisika yang lebih menyenangkan, mudah dipahami, dan lebih membuat siswa aktif sangat memungkinkan untuk dilaksanakan. Melalui berbagai tampilan teks, suara, gambar, film, video, animasi, simulasi, membuat konsep-konsep yang semula abstrak, dan sulit dipelajari menjadi relatif lebih mudah.

Menghadirkan konteks di kelas dapat dilakukan secara virtual melalui media pembelajaran berbasis teknologi komputer. Penggunaan komputer untuk menciptakan alat bantu merupakan bentuk aplikasi multimedia interaktif misalnya, tidak lagi menjadi suatu yang mahal dan sulit dilakukan. Dukungan perangkat lunak yang melimpah dan mudah didapatkan, telah menjadi tantangan tersendiri bagi praktisi pendidikan, diantaranya penulis sendiri, untuk memanfaatkan teknologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. English (2002) menyarankan agar akses terhadap teknologi dalam lingkungan pembelajaran ditingkatkan, dan jika sumber-sumber teknologi telah tersedia, kekuatan dan kemampuannya harus dieksploitasi untuk kepentingan pendidikan.


(10)

fisika berbasis TIK. Perlengkapan laboratorium komputer lengkap, infokus tersedia di tiap-tiap kelas, jaringan internet yang dapat diakses siswa di sekolah, didukung dengan adanya sebagian siswa yang telah memiliki laptop pribadi dan modem, bahkan untuk kelas VII mulai tahun ajaran 2010/2011 masing-masing siswa sudah memiliki laptop (satu siswa satu laptop), membuat pembelajaran berbasis TIK direncanakan dapat berjalan sesuai harapan.

Tetapi dukungan sarana pembelajaran berbasis TIK saja belumlah cukup untuk membuat program pembelajaran fisika berbantuan komputer di SMP “Y” tanpa masalah. Dari hasil studi kasus di lapangan, terdapat beberapa keluhan guru diantaranya; (1) belum semua guru mahir dalam mendukung pembelajaran berbasis TIK, (2) sulitnya mendapatkan perangkat lunak pembelajaran (courseware) fisika gratis yang bermutu dan sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah, (3) Guru merasakan kesulitan dalam membuat bahan ajar fisika berbasis TIK, (4) belum diberdayakannya web sekolah untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK secara terpadu sehingga guru harus mengembangkan pembelajaran berbasis TIK secara individu.

Belum maksimalnya proses Pembelajaran fisika juga dapat dilihat dari data hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2008/2009 yang menunjukkan bahwa terdapat 14% siswa berada di bawah rata-rata kelulusan minimal 5,50. Hal ini memprihatinkan mengingat SMP “Y” merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.

Jadi secara umum dari proses pembelajaran fisika berbasis TIK di SMP “Y” belum memenuhi fungsi dan tujuan pembelajaran fisika, untuk itu perlu dicarikan penyelesaiannya. Penyelesaian yang penulis ajukan untuk masalah


(11)

tersebut adalah dengan menerapkan Learning Management System berbasis Moodle.

Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) merupakan Software yang open source untuk melakukan pembelajaran mandiri dengan tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh Moodle antara lain: modul bacaan, modul penugasan, modul chatt, modul forum, modul pilihan, modul kuis, dan sebagainya (Prakoso, 2005). Moodle dapat dijalankan menggunakan komputer dengan memakai program linux maupun Window.

Manfaat dari pengunaan LMS menggunakan Moodle secara online sangat penting, diantaranya adalah mengatasi keterbatasan frekuensi tatap muka antara siswa dengan guru. Dengan adanya bahan pembelajaran secara online tersebut siswa dapat belajar secara mandiri dan tidak terlalu menggantungkan belajar dari catatan saja. Bahan pembelajaran dapat dibuat dengan berbagai bentuk antara lain bahan pembelajaran yang ditulis dalam bentuk buku seperti modul dan bahan pembelajaran yang ditampilkan ke dalam media audio visual melalui jaringan internet dan atau intranet.

Beberapa pertimbangan pemilihan materi cahaya dalam penelitian ini adalah pertama rata-rata hasil belajar siswa pada konsep cahaya di SMP “Y” belum memuaskan. Kedua, karakteristik materi yang bersifat abstrak sehingga sulit dipahami dengan nalar akibatnya siswa-siswi cenderung menghapal. Ketiga, karakteristik isi materi yang hampir sama sehingga membingungkan dan sulit dihapalkan. Keempat, menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk


(12)

memahaminya sehingga diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajarannya agar materi dapat masuk di akal.

Untuk memahami konsep-konsep abstrak, secara umum dibutuhkan kemampuan penalaran yang tinggi. Kemampuan penalaran tingkat tinggi siswa perlu dibiasakan dengan cara belajar yang menuntut penggunaan penalaran. Dengan terlatih menggunakan kemampuan penalarannya maka dalam proses memahami konsep-konsep fisika siswa tidak hanya menggunakan pengalaman empiris, tetapi juga terbiasa memahami konsep melalui penalaran. Agar siswa terbisa menggunakan penalarannya sehingga dapat mencapai penalaran tingkat tinggi, dibutuhkan suatu model, metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mempermudah memahami dan menguasai konsep fisika dengan baik.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa karena melalui keterampilan berpikir kritis, siswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda (Scriven dan Paul, 2007 dalam Sutarno, 2010). Pendidikan perlu mengembangkan potensi peserta didik agar mampu mengembangkan keterampilan hidup diantaranya berpikir kritis agar peserta didik memiliki kemampuan bersikap dan berprilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif. Pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran memerlukan keahlian guru. Keahlian dalam memilih media/model pembelajaran


(13)

yang tepat adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan keterampilan berpikir siswa.

Salah satu solusi yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kompleks adalah melalui visualisasi konsep-konsep fisika yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif yang dapat disajikan secara ofline ataupun online menggunakan teknologi internet. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran diantaranya adalah proses pembelajaran dapat berjalan lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja, serta kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan (Heinich, 1996).

Pemanfaatan web dalam pembelajaran sudah banyak dilakukan dalam rangka memperkaya sumber belajar yang dapat diakses siswa/mahasiswa di luar perkuliahan. Banyak penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan fasilitas pembelajaran melalui web sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran/perkuliahan tatap muka antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kayler & Weller (2007), Gulberg (2007), dan Matusov, Hayes, & Pluta (2005). Dalam penelitian mereka, fasilitas web digunakan bertujuan memberikan materi pendalaman yang isinya dapat berupa soal beserta solusinya, materi pelajaran, virtual praktikum, ujian, tugas, dan diskusi. Mereka menyatakan bahwa mahasiswa yang sering melakukan log on pada web memiliki hasil belajar di atas rata-rata, tetapi tidak dapat memantau apakah hasil belajar itu memang dipengaruhi oleh seringnya mahasiswa mengakses web. Lebih lanjut mereka menyatakan dalam diskusi


(14)

online, jenis pertanyaan yang menarik mendapat respon lebih baik dari mahasiswa.

Mendesain pembelajaran berbantuan web juga telah banyak diteliti oleh para peneliti antara lain oleh Chang et all, (2006), Capus et all, (2006) dan Liu (2005). Desain pengajaran yang mereka buat berisi latihan-latihan dan penyelesaiannya dengan tujuan agar mahasiswa lebih aktif dan termotivasi belajar lebih banyak di luar kelas.

Mubarrak (2009), telah melakukan penelitian penerapan model pembelajaran berbasis web pada konsep fluida dinamis. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis dapat meningkatkan pengusaan konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA baik ditinjau secara keseluruhan maupun ditinjau sesuai tingkat kemampuan siswa (rendah, sedang, tinggi).

Sutarno (2010) telah melakukan penelitian dengan mengaplikasikan model pembelajarfan berbasis web untuk meningkatkan pengetahuan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis mahasiswa dalam materi Medan Magnet. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Pembelajaran medan magnet menggunakan online interactive multimedia dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sain dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Perbedaan prinsip antara penelitian ini dengan penelitian e-learning berbasis web sebelumnya adalah 1) Penggunaan Courseware, pada penelitian ini courseware yang digunakan adalah Learning Management Sistem berbasis Moodle yang mampu mengorganisasi semua kegiatan pembelajaran seperti


(15)

modul, kuis, chatting, dalam sebuah sistem terpadu, 2) Sarana pembelajaran, pada penelitian ini siswa sudah menggunakan laptop sehingga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja. 3) tempat penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada RSBI dengan karakteristik siswa yang sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya. 4) Subyek penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan pada Perguruan tinggi atau SMA, sedangkan penelitian ini di lakukan di SMP.

Berdasarkan kenyataan tersebut dicoba menerapkan e-learning berbasis Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep cahaya di SMP.

B. Masalah

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan pada latar belakang, maka perlu adanya upaya memperbaiki proses belajar berbasis TIK di SMP “Y” untuk meningkatkan penguasaan konsep yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika. Oleh karena itu, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan e-learning berbasis Moodle dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep Cahaya dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?”

Rumusan masalah di atas kemudian dipaparkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapat penerapan e-learning berbasis Moodle dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?


(16)

2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapat penerapan e-learning berbasis Moodle dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan e-learning berbasis Moodle?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pembelajaran fisika pada konsep cahaya dengan memanfaatkan e-learning berbasis Moodle seta menjajaki penggunaannya di SMP untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran menggunakan e-learning berbasis Moodle dapat melatih siswa untuk belajar, kreatif, inovatif, dan dapat melatih siswa menjadi pembelajar mandiri yang dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi pendidikan.

2. Bagi guru, penerapan pembelajaran mengggunakan e-learning berbasis Moodle dalam pembelajaran fisika dapat menjadi alternatif dalam mengembangkan pembelajaran fisika berbantuan komputer ditengah kesibukan dan keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan guru berada di kelas.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran fisika berbantuan komputer.


(17)

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak untuk menindaklanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle lebih tinggi dibanding dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis siswa yang mengikuti pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap definisi operasional, maka perlu dirumuskan pengertiannya sebagai berikut:

1. E-learning berbasis Moodle dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika interaktif yang dikemas dalam bentuk e-learning dan dipublikasi melalui web yang dikembangkan menggunakan LMS berbasis Moodle yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri, mendownload materi pelajaran, melihat tugas, mengerjakan kuis, dan chatting secara online melalui jaringan internet. E-learning dapat diakses siswa pada saat jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran yang disediakan di www.fisikaupi.org. Untuk melihat keterlaksanaan Pembelajaran menggunakan e-learning berbasis Moodle ini, dilakukan


(18)

kegiatan online, chatting, berdiskusi dalam forum diskusi, mengikuti kuis online, download materi.

2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model yang biasa digunakan oleh guru fisika di SMP “Y” Pangkalpinang. Pembelajaran konvensional ini didominasi metode ceramah, menggunakan slide powerpoint dengan bantuan ilustrasi gambar statis. Pada pembelajaran guru lebih aktif sebagai sumber informasi, sementara siswa cendrung pasif dalam menerima materi pelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional dalam pembelajaran ini diawali infomasi dari guru, menampilkan slide powerpoint untuk menjelaskan sebuah konsep, siswa mencatat materi yang dijelaskan guru, guru memeriksa pemahaman siswa, selanjutnya guru memberikan soal untuk dikerjakan siswa, dan diakhiri dengan pemberian tugas dalam bentuk pekerjaan rumah. Untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran konvensional ini digunakan lembar observasi pembelajaran meliputi:

a) Lembar kegiatan guru seperti menyampaikan tujuan, memotivasi siwa, mengajukan dan menjawab pertanyaan, membimbing siswa dan lain-lain. b) Lembar kegiatan siswa meliputi, memperhatikan penjelasan guru, menjawab

dan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep cahaya baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain (C1) pengetahuan, seperti: menyebutkan, mengidentifikasi, memilih; (C2) pemahaman, seperti: menjelaskan,


(19)

menguraikan, merumuskan, memberi contoh, menjelaskan, menginterpretasikan grafik, menginterpretasikan tabel/gambar; (C3) aplikasi, seperti: menghitung, menentukan, membuktikan. Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda. 4. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

kemampuan berpikir kompleks yang dimiliki siswa. Dari 12 indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1996), yang dapat dilatih melalui e-learning berbasis Moodle pada topik cahaya adalah: (1) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; (2) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; (3) Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi. Keterampilan berpikir kritis diukur dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis yang standar (Cornel Critical Thinking Test) (Ennis, 2005).

5. Tanggapan siswa pada penelitian ini adalah pendapat siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan e-learning berbasis Moodle yang dijaring melalui angket tanggapan siswa berisi pernyataan-pernyataan yang akan diisi siswa dengan beberapa pilihan (Sangat setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju).


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan pada penggunaan e-learning berbasis Moodle pada pembelajaran Cahaya dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen. Menurut Suryabrata (1983: 29), penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan membandingkan hasil dari kelompok yang dikenakan perlakuan (eksperimen) dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi yang diperlukan.

Penelitian ini membutuhkan dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas kontrol dan kelas lainnya dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang pembelajaran fisikanya menggunakan e-learning berbasis Moodle. Sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang pembelajaran fisikanya konvensional. Desain penelitian berbentuk Pre-test Post-test Control Group Design dan digambarkan pada tabel 3.1.


(21)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen Kontrol

O1 O1

X1 X2

O2 O2 Keterangan:

X1 : Perlakuan dengan penerapan e-Learning berbasis Moodle. X2 : Pembelajaran konvensional dengan powerpoint

O1 : Tes Awal

O2 : tes Akhir (Ningrat, K. 1993)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri “Y” Pangkalpinang yang terdiri 6 kelas. Penelitian ini menggunakan dua kelas, Yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan teknik cluster random sampling.

Pada penelitian ini dari 6 kelas yang ada diambil saatu kelas eksperimen secara acak dengan menggunakan teknik pengundian yang jatuh pada kelas V111B dan kelas kontrol jatuh pada V111A.

D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berisi komponen-komponen yang terdiri dari kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, alat, sumber, metode, dan evaluasi yang disusun dalam skenario yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran pada konsep cahaya.


(22)

b. Sofware Pembelajaran (Courseware)

Sofware pembelajaran (Courseware) dalam penelitian ini menggunakan courseware pembelajaran fisika konsep cahaya yang dikembangkan sesuai dengan SK dan KD pada KTSP SMP “Y” yang berisi SK, KD, Tujuan pembelajaran, materi (berupa teks pembelajaran, gambar, animasi yang berhubungan dengan materi cahaya), kuis, jawaban, dan sistem penilaian.

2. Instrumen Pengumpulan data

Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrumen pengumpulan data yaitu, tes pemahaman konsep, tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi, dan angket.

a. Tes Penguasaan Konsep

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda dengan jumlah pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 15 butir soal. Setiap soal dibuat untuk menguji pnguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam materi Cahaya. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat sebelum proses pembelajaran (tes awal), yang bertujuan untuk melihat penguasaan konsep awal siswa dan pada saat setelah proses pembelajaran dilaksanakan (tes akhir), yang bertujuan mengukur penguasaan konsep siswa setelah implementasi model pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat ditentukan peningkatan penguasaan konsep siswa.


(23)

b. Tes keterampilan berpikir kritis

Tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes standar yaitu Cornell Critical Thinking Tes Level X Fifth Edition (Ennis, 2005) sebanyak 76 butir soal. Tes dilakukan dua kali, yaitu untuk tes awal, yang bertujuan untuk melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa dan untuk tes akhir, yang bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa setelah implementasi e-learning berbasis Moodle.

c. Lembar observasi keterlaksanaan RPP

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi keterlaksanaan RPP pada kelas ekperimen dan kelas kontrol yang meliputi keterlaksanaan kegiatan pendahuluan, keterlaksanaan kegiatan inti, keterlaksanaan kegiatan penutup.

d. Angket

Angket digunakan untuk menjaring tanggapan siswa terhadap penerapan e-learning berbasis Moodle dalam pembelajaran konsep Cahaya. Angket ini menggunakan skala P.likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 5, S = 4, KS = 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, KS = 3, TS = 4 dan STS = 5.


(24)

3. Analisis Instrumen

Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi tingkat kemudahan, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Item soal yang tidak memenuhi salah satu kriteria (kualitas rendah) maka soal tersebut direvisi.

a. Tingkat kemudahan soal

Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah, dengan menggunakan persamaan 3.1 (Arikunto, 2007):

P =

� ...(3.1) Dengan P adalah indek kemudahan, B adalah banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan J adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal

P Klasifikasi

0,0 ≤ TK < 0,3 0,3 ≤ TK < 0,7 0,7 ≤ TK < 1,0

Soal sukar Soal sedang Soal mudah

Dari 15 butir soal Penguasaan konsep yang dipakai, sebanyak 5 soal (33%) kategori sukar, 8 soal (53%) kategori sedang dan 2 soal (13%) kategori mudah.


(25)

b. Daya pembeda soal

Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan 3.2 (Arikunto, 2007):

ID =

� - � ...(3.2) Dengan ID merupakan indeks daya pembeda, BA adalah banyak peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA merupakan banyaknya peserta tes kelompok atas, dan JB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda (ID)

ID Kualifikasi

0,0 ≤ ID < 0,2 0,2 ≤ ID < 0,4 0,4 ≤ ID < 0,7 0,7 ≤ ID < 1,0

Negatif

Jelek Cukup

Baik Baik sekali

Tidak baik, harus dibuang

Dari 15 butir soal Penguasaan konsep yang dipakai, 3 soal (20%) kategori Cukup, 11 soal (73,3%) kategori Baik dan 1 soal (6,6%) kategori Baik sekali.

c. Uji Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan


(26)

besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2008):

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy       

...(3.3) rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan varibel Y

X = Skor item Y = Skor total N = Jumlah skor

Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai + 1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008).

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,800 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,600 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,200 < rxy ≤ 0,40 Rendah


(27)

Dari hasi ujicoba 30 butir tes penguasaan konsep, didapat nilai validitas tes penguasaan konsep dihasilkan 15 butir soal yang berada dalam kategori valid yang kemudian digunakan untuk tes penguasaan konsep cahaya dan 15 butir soal yang tidak valid dibuang.

d. Uji Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke pengukuran lainnya (Supranata, 2004). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan dihitung dengan koefisien reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Sperman Brown: (Arikunto, 2008).

r11 =

2 1 2 1 2 (1+ 1 2 1 2

) ...(3.4)

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

r½½ = koefisein korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga diari r½½ dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson seperti pada persamaan 3.3.

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        


(28)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor item ganjil

Y = skor item genap N = jumlah sampel

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.4 (Arikunto, 2008).

Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,800 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < r11 ≤ 0,80 Tinggi

0,400 < r11 ≤ 0,60 Cukup 0,200 < r11 ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

Dari hasil ujicoba reliabilitas tes penguasaan konsep didapati nilai reliabilitas tes penguasaan konsep sebesar 0,74 (kategori Tinggi).

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) Studi pendahuluan, (2) Studi literatur, (3) tahap persiapan, (4) tahap pelaksanaan, dan (5) pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:


(29)

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pembelajaran IPA di sekolah yang akan diteliti berkaitan dengan media/model pembelajaran yang digunakan dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas dan mewawancarai guru dan siswa. Selanjutnya, temuan tersebut digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle.

2. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang bekaitan dengan penggunaan e-learning berbasis Moodle, penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis dan materi pada konsep cahaya SMP. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, hasil studi literatur ini digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan e-learning dan website pembelajaran berbasis Moodle.

3. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, terbagi dalam dua langkah besar yaitu kegiatan pengembangan RPP dan instrumen, pembuatan e-learning, pembuatan website. a. Pengembangan RPP dan instrumen penelitian

Dalam tahap ini RPP yang dikembangkan adalah RPP untuk kelas ekperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis web dengan penggunaan e-learning Berbasis Moodle. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan RPP yang telah ada dan dikembangkan oleh guru di sekolah tempat penelitian yang


(30)

menggunakan media powerpoint dalam pembelajarannya. RPP untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran A.

Instrumen penelitian yang dibuat berupa tes tertulis untuk mengukur penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, lembar observasi, dan angket tanggapan siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada lampiran B.

b. Pembuatan Modul e-learning

E-learning yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa modul pembelajaran konsep Cahaya yang dikembangkan menggunakan bahasa program HTML. Bahasa program HTML dipilih mengingat aplikasi ini dapat memuat tulisan, gambar, seta dapat menjalankan animasi dan simulasi dalam lembar yang sama sehingga memungkinkan untuk membuat modul bacaan dan LKS. Langkah-langkah membuat modul e-learning sebagai berikut:

1) Membuat garis besar program Media (GBPM), dalam kegiatan ini berisi identifikasi terhadap program. Melalui identifikasi program tersebut dapat ditentukan: judul, sasaran, tujuan dan pokok-pokok materi yang akan dituangkan dalam e-learning.

2) Membuat flowchart. Flowcart adalah alur program yang dibuat mulai dari menu, isi, hingga link ke lembar berisi materi terkait.

3) Membuat Storyboard. Storiboard adalah uraian yang berisi teks, gambar, animasi, simulasi dari masing-masing alur dalam flowcart. Satu kolom dalam storyboard mewakili satu tampilan di layar monitor.


(31)

4) Mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi sajian modul e-learning. Bahan-bahan yang disiapkan antara lain: materi pelajaran, animasi, gambar, dan simulasi.

5) Programming. Programming adalah merangkaikan semua bahan-bahan yang ada dan sesuai dengan tuntutan modul pelajaran yang diharapkan. Kegiatan ini berakhir dengan dihasilkannya modul e-learning dalam bentuk HTML.

6) Finishing. Pada kegiatan ini dilakukan reviu dan uji keterbacaan program sesuai dengan target yang diharapkan.

c. Pembuatan Web

Modul e-learning yang dikembangkan sebelumnya akan dipublikasikan dan disampaikan pada siswa melalui web. Dalam web inilah siswa dapat mendownload, atau membuka Modul e-learning, chatting, mengerjakan quis, menanggapi permasalahan melalui forum diskusi, atau mengumpulkan tugas berupa file yang di upload ke dalam web.

Langkah-langkah pembuatan wesite adalah:

1) Membeli hosting account dan domain account yang akan diguanakan sebagai alamat URL website. Alamat URL yang digunakan dalam penelitian ini adalah

http://fisikaupi.org/

2) Melakukan instalasi Moodle pada hosting account melalui cpanel.

3) Melakukan editing tampilan dan fasilitas yang diinginkan dalam web sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fasilitas pendukung yang digunakan dalam web adalah fasilitas forum diskusi, download, upload, link-link ke situs lain,


(32)

4) Meng-upload modul e-learning yang telah dibuat sebelumnya ke dalam web dan mengembangkan skenario pembelajaran dalam website.

5) E-learning berbasis Moodle pada konsep cahaya SMP siap diujicobakan.

d. Ujicoba soal tes dan e-learning berbasis Moodle

Setelah soal tes dan e-learning berbasis Moodle yang telah dibuat disetujui oleh pembimbing, soal tes dan e-learning berbasis Moodle tersebut kemudian dinilai (di-judgement) oleh 2 orang dosen ahli. Hasil penilaian dari expert judgement dapat dilihat pada lampiran C. Hasil penilaian dan pertimbangan kemudian dijadikan bahan acuan dalam proses perbaikan butir soal dan e-learning berbasis Moodle yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah selesai proses perbaikan dan persetujuan dosen pembimbing, soal tes dan e-learning yang digunakan siap diujicobakan di lapangan.

Ujicoba soal tes, keterbacaan e-learning, dan kemudahan mengakses website Berbasis Moodle, dilakukan pada siswa kelas 3 di salah satu SMP RSBI di propinsi Bangka Belitung tahun ajaran 2010/2011. Hasil uji coba berupa saran dan masukan dari siswa ini dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan kembali. Hasil uji coba keterbacaan dan kemudahan akses web dapat dilihat pada lampiran C. Hasil ujicoba butir soal digunakan untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir tes. Pengolahan data hasil ujicoba butir soal dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil pengolahan data, sebanyak 15 soal penguasaan konsep yang memenuhi kriteria. Sedangkan untuk tes keterampilan berpikir kritis menggunakan tes standar jadi hanya perlu di judgment oleh ahli bahasa dan ahli psikologi.


(33)

4. Tahap Implementasi

Produk e-learning berbasis Moodle yang dihasilkan kemudian diimplementasikan pada pembelajaran Cahaya di SMP “Y” Pangkalpinang. Adapun prosedur yang ditempuh pada tahap ini yaitu: (1) Melaksanakan tes awal penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa. (2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran konsep Cahaya. Pada setiap kegiatan pembelajaran dilakukan observasi untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan memperoleh informasi mengenai kendala yang terjadi. (3) penilaian hasil belajar (tes akhir) penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa serta menyebar angket tanggapan siswa. (4) Analisis dan interpretasi data.

Prosedur penelitian secara garis besar ditunjukkan melalui diagram alir pada gambar 3.1.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap skor tes awal dan skor tes akhir siswa dalam tes penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, serta terhadap angket tanggapan siswa. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan meliputi:

1. Penghitungan N-Gain

Gain dalam penelitian ini merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran pada konsep cahaya. Gain yang diperoleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus G faktor


(34)

Gb. 3.1. Alur Penelitian Masalah

Studi Pendahuluan

Studi Penguasaan Konsep

Konsep Cahaya Studi Keterampilan

berpikir kritis

Studi E-Learning berbasis Moodle

Analisis Konsep Materi Cahaya

Analisis Indikator Penguasaan konsep

Analisis Indikator Ket. Berpikir Kritis

Pembuatan RPP dan Instrumen Pembelajaran

Pembuatan Modul E-Learning dan Website

E-Learning berbasis Moodle Validasi dan uji coba

Pretes Tes Pretes

PBM model konvensional (Ceramah

+ powerpoint)

PBM dengan E-Learning berbasis

Moodle Observasi

Postes Angket Postes

Data


(35)

N-Gain = � −� �

���� −� � x 100

Nilai N-Gain yang diperoleh digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle dan pembelajaran konvensional. Nilai N-Gain dikelompokkan dalam kategori tinggi, sedang dan rendah seperti disajikan pada tabel 3.2

Tabel 3.6. Klasifikasi N-Gain

Kategori Perolehan N-gain Keterangan

0,70 > N-Gain 0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70

N-Gain < 0,30

Tinggi Sedang Rendah

2. Uji Prasarat a. Uji normalitas

Normalitas gain merupakan prasarat kebanyakan prosedur statistika inferential. Pada penelitian ini normalitas gain dieksplorasi menggunakan uji normalitas Kormogorov-Smirnof melalui SPSS 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

Ho : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, ktriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho berdasarkan nilai Sig. Adalah jika Sig. < α maka Ho ditolak dan jika Sig. ≥ α


(36)

b. Uji Homogenitas Varian Data

Uji Homogenitas Varians gain dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. Apabila nilai dari sig > α maka H1 diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.

3. Uji Perbandingan Dua Rerata

Uji statistik parametrik dilakukan jika gain kedua kelompok terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah:

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( N N N N S N S N M M t

dengan M1 adalah rata-rata skor gain kelompok eksperimen , M2 adalah rata-rata skor gain kelompok kontrol, N1 sama dengan N2 adalah jumlah siswa, s21 adalah

varians skor kelompok eksperimen, dan s22 adalah varians skor kelompok kontrol.

Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel.

Uji statistik non-parametrik yang akan digunakan jika asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah uji Mann-Whitney U. Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig < ½ α, dengan α = 0,05, maka Hi diterima (Walpole, 1995).


(37)

4. Analisis data angket

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, kurang setju (KS) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif kategori STS diberi skor tertinggi, makin menuju ke SS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Setelah diubah ke dalam bentuk skala kuantitatif, tanggapan siswa dianalisis dengan menghitung prosentase rata-rata keseluruhan aspek tanggapan siswa yang kemudian dikonversi kedalam kriteria sebagai berikut: 0% ≤ sangat tidak baik < 20%; 20% ≤ kurang baik < 40%; 40% ≤ cukup < 60%; 60% ≤ Baik < 80%; 80% ≤ Sangat Baik ≤ 100%. (Riduwan, 2008).


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerapan pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

3. Siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap penerapan pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle. Siswa menunjukkan perasaan senang, aktif mengikuti kusi online, dan menyukai modul e-learning yang dapat dipelajari kapan saja sesuai dengan keinginan siswa.


(39)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan e-learning berbasis Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir pada konsep cahaya SMP, peneliti menyarankan:

1. Pada penelitian selanjutnya, untuk melihat pengaruh penggunaan e-learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa hendaknya dilakukan penelitian dengan selang waktu yang relatif lebih lama dan terdiri dari beberapa Kompetensi Dasar.

2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk indikator-indikator keterampilan berpikir kritis lainnya yang memungkinkan dapat dikembangkan melalui e-learning berbasis moodle.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

menggunakan metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta:

Depdikbud.

ANTA. (2003). Definition of key terms used in e-learning (version 1.00).

Retrieved 7 October, 2005, from http://www.flexiblelearning.net.au/guides/ keyterms.pdf

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Reineka Cipta.

_________ . (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, N. (2004). Media Pembelajaran Jakarta: PT Grafindo Persada.

Balacheff, N. Dan Kaput, J. J. (1996). “Computer-Based Learning Environments

in Mathematics”, dalam Elliot. (1996), Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Berg, Euwe van den (ED). (1991). Miskonsepsi fisika dan Remidiasi. Universitas Kristen Satya wacana UKSW-FPMIPA. Salatiga: Yogyakarta.

Brown, I.T.J. (2002). Individual and Technological Factors Affecting Perceived Ease of Use of Web-Based Learning Technologies in A Developing Country. Electronic Journal of Information System in Developing Countries.

Capus, L, Curvat, F, Leclair, O and Tourigny, N. (2006). A Web environment to encourage students to do exercises outside the classrom: A case study. Dalam Educational Technology & Society [online], Vol 9 (3), 9 Halaman. Tersedia:

http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Chang, KE, Sung, Ty, Hou, HT. (2006). Web-based tools for Designing and Developing Teaching Materials for Integration of Information Technology into Instruction. Educational Technology & Society [online], Vol 9 (4), 10 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Cheng, K.K., et al. (2004) Using an online homework system enhances students’

learning of physics concepts in an introdutory physics course. Journal American Association of Physic Teacher, Vol 72 (11).

Clark, R. (2002). Six Principles of effective e-learning: what works and why. The


(41)

www.elearningguild.com/”title=”http://www.elearningguild.com/”target=

_blank”http://www.elearningguild.com.

Costa, A.L. (1985). Goals for a critical thinking curriculum. Developing mind: A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.

Devi, P.K. (2001). Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan eksperimen dan non eksperimen. Proceeding National Seminar On Science and Mathematics Education. Bandung: UPI

English, L. D. (2002). “Priority Themes and Issues in Internaational Research in

Mathematics Education”, dalam L. D. English. (2002), Handbook of

International Research in Mathematics Educational. New Jersey: Lawrence Erlbraum Associates, Publishers.

Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river. Ennis, H. Robert. (2005). Cornell Critical Thinking Test Level X Fifth Edition.

http//www.Critical Thingking.com.

Exline. (2004). Workshop: Inquiry-based Learning. [online]. Tersedia: http: //www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub2.html.

Gilbert, & Jones, M. G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3), 66-82.

Gulberg, K. & Pilkington, R. (2007). Tutor Roles in Facilitating Reflection on Practice Through Online Discussion. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http:// lists.asu.edu/cgi-bin/waA2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.

ILRT. (2005). Institute for learning & research technology of Bristol University. Retrieved 7 October 2005, from http://www.ilrt.bris.ac.uk/projects/elearning Isnawar. (2005). Pembelajaran Pesawat sederhana dengan Model Siklus Belajar


(42)

Jujun, S & Sumantri, S. (1984). Ilmu dalam Perspektif (Sebuah kumpulan karangan tentang hakekat Ilmu). Jakarta: Gramedia.

Karim, S. dkk. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Kayler, M & Weller, K., (2007). Pedagogy, Self-Assessment, and Online Disccussion groups. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Lawson, AE. (1979). A teo of teaching for conceptual understanding, rational thought and creativity, in ae. Lawson (ed). 1980. Aets. Yearbook the psicology of teaching for thinking ang creatifity. Ohio: Clearing House. 104-149.

Mubarrak, L. (2009). Model pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Liu TC., (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving

Pre-service Teachers’ Performances and Attitudes towards Instructional Planing:

Design and Field Experiment. Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Mudrikah, Ahmad. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Matusov, E, Hayes, P. & Pluta, L. (2005). “Using Discussion Webs to Develop an

Academic Community of Learners.” Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 23 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Nasution. S. (1985). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.

Ningrat, K. (1993). Metodelogi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the

digital age. New York: McGraw-Hill.


(43)

Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Smaldino, S.E., et. All (2005). Instructional Technology and Media For Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sohn, B. (2005). E-learning and primary and secondary education in Korea. Korea Education & Research Information Service, 2(3), 6-9.

Surjono, Herman. (2006). Development and evaluation of an adaptive hypermedia system based on multiple student characteristics. Unpublished doctoral dissertation. Southern Cross University.

Suryabarata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UGM.

Sutarno. (2010). Pembelajaran medan magnet menggunakan online interactive multimedia untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis mahasiswa. Tesis SPS UPI : tidak diterbitkan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerapan pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

3. Siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap penerapan pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle. Siswa menunjukkan perasaan senang, aktif mengikuti kusi online, dan menyukai modul e-learning yang dapat dipelajari kapan saja sesuai dengan keinginan siswa.


(2)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan e-learning berbasis Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir pada konsep cahaya SMP, peneliti menyarankan:

1. Pada penelitian selanjutnya, untuk melihat pengaruh penggunaan e-learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa hendaknya dilakukan penelitian dengan selang waktu yang relatif lebih lama dan terdiri dari beberapa Kompetensi Dasar.

2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk indikator-indikator keterampilan berpikir kritis lainnya yang memungkinkan dapat dikembangkan melalui e-learning berbasis moodle.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta: Depdikbud.

ANTA. (2003). Definition of key terms used in e-learning (version 1.00).

Retrieved 7 October, 2005, from http://www.flexiblelearning.net.au/guides/ keyterms.pdf

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Reineka Cipta.

_________ . (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, N. (2004). Media Pembelajaran Jakarta: PT Grafindo Persada.

Balacheff, N. Dan Kaput, J. J. (1996). “Computer-Based Learning Environments in Mathematics”, dalam Elliot. (1996), Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Berg, Euwe van den (ED). (1991). Miskonsepsi fisika dan Remidiasi. Universitas Kristen Satya wacana UKSW-FPMIPA. Salatiga: Yogyakarta.

Brown, I.T.J. (2002). Individual and Technological Factors Affecting Perceived Ease of Use of Web-Based Learning Technologies in A Developing Country. Electronic Journal of Information System in Developing Countries.

Capus, L, Curvat, F, Leclair, O and Tourigny, N. (2006). A Web environment to encourage students to do exercises outside the classrom: A case study. Dalam Educational Technology & Society [online], Vol 9 (3), 9 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Chang, KE, Sung, Ty, Hou, HT. (2006). Web-based tools for Designing and Developing Teaching Materials for Integration of Information Technology into Instruction. Educational Technology & Society [online], Vol 9 (4), 10 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Cheng, K.K., et al. (2004) Using an online homework system enhances students’ learning of physics concepts in an introdutory physics course. Journal American Association of Physic Teacher, Vol 72 (11).

Clark, R. (2002). Six Principles of effective e-learning: what works and why. The E-learning Developers’ journal. [online]. Tersedia: http://


(4)

www.elearningguild.com/”title=”http://www.elearningguild.com/”target= _blank”http://www.elearningguild.com.

Costa, A.L. (1985). Goals for a critical thinking curriculum. Developing mind: A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.

Devi, P.K. (2001). Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan eksperimen dan non eksperimen. Proceeding National Seminar On Science and Mathematics Education. Bandung: UPI

English, L. D. (2002). “Priority Themes and Issues in Internaational Research in

Mathematics Education”, dalam L. D. English. (2002), Handbook of

International Research in Mathematics Educational. New Jersey: Lawrence Erlbraum Associates, Publishers.

Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river. Ennis, H. Robert. (2005). Cornell Critical Thinking Test Level X Fifth Edition.

http//www.Critical Thingking.com.

Exline. (2004). Workshop: Inquiry-based Learning. [online]. Tersedia: http: //www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub2.html.

Gilbert, & Jones, M. G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3), 66-82.

Gulberg, K. & Pilkington, R. (2007). Tutor Roles in Facilitating Reflection on Practice Through Online Discussion. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http:// lists.asu.edu/cgi-bin/waA2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.

ILRT. (2005). Institute for learning & research technology of Bristol University. Retrieved 7 October 2005, from http://www.ilrt.bris.ac.uk/projects/elearning Isnawar. (2005). Pembelajaran Pesawat sederhana dengan Model Siklus Belajar

Empiris Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman konsep dan Kemampuan Berpikir Rasional, Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.


(5)

Jujun, S & Sumantri, S. (1984). Ilmu dalam Perspektif (Sebuah kumpulan karangan tentang hakekat Ilmu). Jakarta: Gramedia.

Karim, S. dkk. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Kayler, M & Weller, K., (2007). Pedagogy, Self-Assessment, and Online Disccussion groups. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Lawson, AE. (1979). A teo of teaching for conceptual understanding, rational thought and creativity, in ae. Lawson (ed). 1980. Aets. Yearbook the psicology of teaching for thinking ang creatifity. Ohio: Clearing House. 104-149.

Mubarrak, L. (2009). Model pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Liu TC., (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving Pre-service Teachers’ Performances and Attitudes towards Instructional Planing: Design and Field Experiment. Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008] Mudrikah, Ahmad. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan. Matusov, E, Hayes, P. & Pluta, L. (2005). “Using Discussion Webs to Develop an

Academic Community of Learners.” Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 23 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Nasution. S. (1985). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.

Ningrat, K. (1993). Metodelogi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the

digital age. New York: McGraw-Hill.


(6)

Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Smaldino, S.E., et. All (2005). Instructional Technology and Media For Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sohn, B. (2005). E-learning and primary and secondary education in Korea. Korea Education & Research Information Service, 2(3), 6-9.

Surjono, Herman. (2006). Development and evaluation of an adaptive hypermedia system based on multiple student characteristics. Unpublished doctoral dissertation. Southern Cross University.

Suryabarata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UGM.

Sutarno. (2010). Pembelajaran medan magnet menggunakan online interactive multimedia untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kritis mahasiswa. Tesis SPS UPI : tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI.

0 0 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

0 6 30

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

0 5 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

1 3 37

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENUGASAN E-LEARNING MENGGUNAKAN MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SUHU DAN KALOR SISWA KELAS X SMA.

0 0 37

MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP CAHAYA DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

0 1 44

PENERAPAN ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI CAHAYA SISWA SMP.

5 9 32

PEMBELAJARAN SISTEM SARAF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN GENERIK SAINS, DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 3 28

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP IPA SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 44