MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP CAHAYA DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

(1)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Juni 2010 Yang membuat pernyataan,

Abdul Haris Odja


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita mendapat safaat dari Beliau di yaumil akhir nanti, Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat;

1. Bapak Dr. Johar Maknun, M.Si, selaku Pembimbing I telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dari awal penyususnan hingga selesainya tesis ini.

2. Bapak Dr. Andi Suhandi, M.Si, selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan, saran, dan pemikiran yang membangun sejak penyusunan sampai dengan selesainya tesis ini.

3. Bapak Paulus Cahyono Tjiang, B.Sc, Ph.D, selaku penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan tesis dan sekaligus memberikan penilaian


(3)

4. Bapak Dr. Wawan Setiawan, M.Kom, selaku penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan tesis dan sekaligus memberikan penilaian (judgement) pada instrumen tes yang digunakan..

5. Bapak Prof. H. Furqon, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed., Bapak Dr. Agus Rahayu, M.S, selaku direktur dan asisten direktur Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Liliasari, M.Pd, selaku ketua Program Studi IPA Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Dr. Agus Setiawan, M.Si yang telah meluangkan waktu dalam memberikan penilaian (judgement) pada instrumen yang digunakan

8. Bapak dan Ibu dosen pada Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan .

9. Civitas akademika Universitas Negeri Gorontalo yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas belajar di Sekolah Pascasarjana UPI. 10.Bapak Kepala Sekolah SMPN 8 Gorontalo bersama rekan-rekan guru SMPN

8 Gorontalo yang telah membantu dan memfasilitasi selama penelitian.

11.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Konsentrasi Fisika SL 2008, tiada keberartian tanpa kalian semua, atas


(4)

segala bantuan dan kerja samanya sejak mengikuti studi sampai penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.

12.Orang tuaku tercinta Ayah (Ahmad Odja dan Harun Happy, S.Mek) dan Ibu (Rety S. Latif (Almh) dan Norce Dama) yang telah mencurahkan segala perhatian, didikan.

13.Isteriku tercinta Endang H, S.Pd. dan anak-anakku tersayang Muhammad Hafizh Odja dan Nurul Inayah Odja atas doa, pengertian, dan pengorbanan yang kalian berikan selama ditinggalkan untuk menempuh pendidkan di UPI. 14.Adik-adik dan kakak-kakakku (Yulman Odja, S.Pd, Sriwahyuni Odja,

Amd.Kom, Ais Happy, Robin Happy, Rais Happy, S.Pd) yang selalu memberikan semangat selama menempuh studi.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu, dan rekan-rekan berikan kepada penulis demi kelancaran penyelesaian tesis ini , mendapat balasan karunia nikmat dari Allah SWT.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan fisika di masa depan.

Bandung, Juni 2010 Abdul Haris Odja


(5)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN PENDEKATAN INKURI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP CAHAYA DAN KETERAMPILANBERPIKIR KRITIS SISWA SMP

(Abdul Haris Odja, 0808163) Abstrak

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat potensi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep cahaya di SMP. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran konsep cahaya dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri. Metoda penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dan deskriptif yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo dengan sampel siswa kelas VIII semester II. Kajian difokuskan pada penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan pendekatan inkuiri, serta tanggapan siswa dan guru terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri. Pengumpulan data dilakukan dengan tes awal dan tes akhir untuk penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan pendekatan inkuiri menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan

siswa selama pembelajaran serta angket siswa dan guru untuk menjaring tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri. Pengolahan data dilakukan dengan statistik uji-t untuk beda rerata N-gain mengunakan program SPSS. Hasil pengujian statistik menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri pada materi cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukan dari gain yang dinormalisasi penguasaan konsep untuk kelas eksperimen sebesar 0,63 lebih tinggi dibanding gain yang dinormalisasi kelas kontrol sebesar 0,41. Begitu juga dengan gain yang dinormalisasi keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen sebesar 0,66 lebih tinggi dibanding gain yang dinormalisasi kelas kontrol sebesar 0,48. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional. Selain itu, tanggapan siswa dan guru setelah memperoleh pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri pada konsep cahaya berespon positif (sangat baik), dimana siswa dan guru merasakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan memberi nuansa baru dan melatihkan beberapa indikator keterampilan berpikir kritis.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viiii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 8

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN PENDEKATAN INKUIRI, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA, KONSEP CAHAYA ... 12

A. Pembelajaran Kooperatif ... 12

B. Konsep Dasar Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

C. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together ... 18

D. Pendekatan Inkuiri. ... 19

E. Penguasaan Konsep ... 23

F. Keterampilan Berpikir Kritis ... 26

G. Deskripsi Konsep Cahaya ... 32

H. Penelitian Yang Relevan ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Desain Penelitian dan Metode Penelitian ... 50

B. Alur Penelitian ... 51

C. Subyek Penelitian... 52

D. Instrumen Penelitian ... 52

E. Teknik Analisis Tes ... 53

F. Uji Coba Tes ... 57


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Penguasaan Siswa Terhadap Konsep Cahaya ... 63

2. Penguasan Siswa Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis ... 72

3. Deskripsi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 80

4. Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 86

B. Pembahasan ... 90

1. Penguasaan Siswa Terhadap Konsep Cahaya ... 90

2. Penguasaan Siswa Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis ... 96

3. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri dari Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 100

4. Tanggapan Siswa Dan Guru Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN ... 112


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2.2 Indikator Berpikir Kritis menurut Ennis ... ... 28

2.3 Perjanjian Tanda yang Digunakan Dalam Persoalan Cermin Lengkung ... 46

3.1 Desain Penelitian ... 50

3.2 Kategori Validitas Butir Soal ... 54

3.3 Kategori Reliabilitas Tes ... 55

3.4 Kategori Tingkat Kemudahan Soal ... 56

3.5 Kategori Daya Pembeda... 57

3.6 Hasi Uji Coba Tes Penguasaan Konsep ... 57

3.7 Hasi Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 59

3.8 Kategori Tingkat N-Gain yang Dinormalisasi... 60

3.9 Kriteria Interprestasi Skor Angket ... 65

4.1 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 66

4.2 Hasil Uji-Homogenitas Skor Tes Awal, Tes Akhir, Dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 66

4.3 Uji Beda Rata-rata Penguasaan Konsep Cahaya Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67

4.4 Persentase Hasil Tes Awal Dan Akhir Penguasaan Konsep kedua Kelas ... 69


(9)

4.5 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal, Tes Akhir dan Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen

Dan Kelas Kontrol ... 74 4.6 Hasil Uji-Homogenitas Skor Tes Awal, Tes Akhir

Dan Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir kritis

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 75 4.7 Uji Beda Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis

Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 76 4.8 Persentase Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Keterampilan

Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 77 4.9 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri Dari

Aktivitas Guru ... 81 4.10 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri Dari Aktivitas Siswa... 83 4.11 Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 86 4.12 Data Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bayangan Umbra dan Bayangan Penumbra ... ... 33

2.2 Pemantulan Teratur ... ... 34

2.3 Pemantulan Baur ... 34

2.4 Hukum Pemantulan Cahaya………. ... 35

2.5 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar ... 35

2.6 Cermin Cekung Bersifat Konvergen. ... 36

2.7 JalannyaSinar-sinar Istimewa Pada Cermin Cekung ... 37

2.8 Dua Sinar dari Titik P Mengumpul Setelah Dipantulkan Oleh Cermin Cekung, Membentuk Bayangan Nyata... 38

2.9 Jalan Sinar Pada Cermin Cekung... 40

2.10 Geometri Untuk Menentukan Perbesaran Bayangan Pada Cermin Cekung... 41

2.11 Bagian-bagian Cermin Cembung... 43

2.12 Sinar-sinar Istimewa Pada Cermin Cembung... 44

2.13 Dua Sinar dari Titik P Setelah Refleksi Oleh Cermin Cembung 44 3.1 Alur Penelitian ... 51

4.1 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir, dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Siswa Kedua Kelas ... 64

4.2 Diagram Perbandingan persenatase Gain yang Dinormalisais Tiap Idividual Siswa ... ... 65 4.3 Diagram Perbandingan N-Gain Penguasaan Konsep Untuk


(11)

Dan Penerapan Pada Kedua Kelas ... ... 68 4.4 Diagram Perbandingan N-Gain Penguasaan Konsep Untuk Setiap Sub Konsep Cahaya Pada Kedua Kelas ... 71 4.5 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal,Tes Akhir,

dan Gain yang dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa Kedua Kelas... 72 4.6 Diagram Perbandingan persentase Gain yang dinormalisasi

Tiap Individual Siswa Pada Kedua Kelas ... 73 4.7 Diagram Perbandingan N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 112

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 159

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 207

Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket ... 221

Lampiran E : Pengolahan Data ... 236


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu dan kualitas pendidikan Indonesia diusahakan oleh pemerintah meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah mulai penyempurnaan kurikulum sampai dengan peningkatan kesejatraan guru melalui program sertifikasi. Penyempurnaan kurikulum telah beberapa kali dilakukan, terahir kurikulum 2004 (KBK) disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Semua upaya tidak akan ada manfaatnya jika pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tidak efektif dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asean. Hal ini ditunjukan catatan Human Development Report tahun 2000 versi UNDP. Peringkat Human Development Index (HDI) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan 105 dari 108 negara. Indonesia berada jauh di bawah Philipina (77), Thailand (76), Malaysia (61), Brunei Darussalam (32), Korea Selatan (30), dan Singapura (24). Demikian pula untuk IPA dan matematika Pada tahun 2003 oleh TIMSS, Indonesia berada pada urutan ke-36 dari 45 negara peserta baik pada bidang matematika maupun bidang sains (Pusat Kurikulum, 2007).

Masih rendahnya kualitas dan mutu pendidikan kita baik ditinjau secara umum maupun secara khusus dalam bidang IPA dan matematika harus menjadi suatu motivasi untuk memperbaikinya. Perbaikan dapat dimulai dari berbagai aspek,


(14)

terutama pada pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Pembelajaran di kelas adalah salah satu faktor utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Pelajaran IPA memiliki karesteristik tertentu dalam membelajarkannya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar ( Pusat Kurikulum, 2007). Rakow (Koes, 2003) mengungkapkan bahwa salah satu karesteristik guru-guru inkuiri yang sukses adalah mereka akan memperhatikan keterampilan berpikir maupun materi IPAnya.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas pada saat sekarang tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Kenyataan di lapangan, sesuai hasil observasi pada kegiatan studi kasus (di salah satu SMP di


(15)

Provinsi Gorontalo pada tahun 2009) terlihat dominasi guru dalam pembelajaran masih sangat besar, interaksi antara siswa dengan siswa dalam pembelajaran sangat jarang bahkan dapat dikatakan tidak ada. Guru merupakan sumber utama dalam memberikan materi pelajaran sehingga kemampuan berpikir siswa tidak berkembang. Guru lebih memilih pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dalam hal ini pendekatan ceramah dibandingkan dengan pendekatan yang berorientasi ke interaksi siswa.

Beberapa penelitian menyatakan metoda yang dominan digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metoda ceramah (Koes, 2003). Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik perkelas yang terlalu banyak.

Untuk menjadi orang yang menguasai IPA atau sains ini diperlukan cara pengajaran yang bersifat konstruktif. Menurut Karvov dan Bransford dalam Mustaji dan Sugiarso (2005) ide-ide kontruktivisme modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang digunakan untuk menunjang pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif (cooperative learning), pembelajaran berdasarkan masalah dan pembelajaran penemuan. Empat prinsip dasar dalam pembelajaran konruktivisme


(16)

yaitu : penekanannya pada hakekat sosial dari pembelajaran, pebelajar belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya, pebelajar dihadapkan pada proses berpikir dengan teman sebaya, dan membuat hasil belajar terbuka untuk semua pebelajar.

Lin (2006) dalam kajian pembelajaran kooperatif pada kelas sains menyatakan dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat merefleksikan pemikiran mereka sendiri dan lebih sadar dalam pengambilan keputusan sendiri dan kemampuan memecahkan masalah. Pada akhirnya, siswa tidak hanya lebih dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan mendengarkan tetapi juga menjadi unit yang kohesif bekerja sama untuk menghadapi tantangan.

Seperti yang disebutkan di atas penerapan pembelajaran kontuktivisme pada saat sekarang lebih ditekankan pada pembelajaran kooperatif dan inkuiri. Ciri pembelajaran yang bersifat konstruktif ini dapat dibedakan dengan pembelajaran yang bersifat tradisional dengan ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: lebih memahami dan merespon minat, kekuatan, pengalaman dan keperluan siswa secara individual, berfokus pada pemahaman siswa dan menggunakan pengetahuan IPA, ide serta proses inkuiri, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan berdebat dengan siswa lain, secara berkesinambungan melakukan asesmen terhadap pemahaman siswa, memberikan bimbingan pada siswa untuk berbagai tanggung jawab dengan siswa lain, mendukung pembelajaran kooperatif, mendorong siswa untuk bekerjasama dengan guru IPA dalam mengembangkan proses inkuiri (Yore,


(17)

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri dapat dilakukan melalui pertanyaan oleh guru kepada siswa. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri yaitu : pertama strategi inkuiri menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Kedua seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Ketiga tujuan dari penggunaan strategi inkuri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis (Sanjaya, 2007).

Pembelajaran seperti inkuiri diharapkan membuat pembelajaran IPA khususnya fisika sesuai dengan karesteristik pembelajaran IPA yang telah disebutkan di atas dan dapat membantu siswa menjadi pemikir mandiri. Siswa harus terlibat secara aktif dalam mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menggunakan bukti, merancang penyelidikan dan proses-prosesnya dan mengutamakan keingintahuan dan kreatifitas siswa.

Penelitian ini memilih topik cahaya ini dibatasi pada perambatan dan pemantulan cahaya. Perambatan dan pemantulan cahaya merupakan salah satu sub pokok bahasan dari konsep optik geometrik pada materi fisika SMP kelas VIII semester genap. Alasan dipilihnya topik ini karena perambatan dan pemantulan cahaya banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, siswa masih sulit memahami


(18)

konsep ini karena sebagian konsepnya dibelajarkan secara abstrak, sementara konsep ini dapat dibelajarkan secara kongkrit oleh karena itu agar siswa dapat memahami konsep-konsep dan hukum-hukum fisika khususnya masalah perambatan dan pemantulan cahaya, maka perlu diadakan penelitian untuk mencari cara pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads togathers (NHT) dengan pendekatan inkuiri sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa di SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads togethers dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep cahaya di SMP antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads

together dengan pendekatan inkuiri dan mendapatkan pembelajaran


(19)

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik cahaya di SMP antara yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dan pembelajaran

konvensional?

3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model kooperatif tipe

numbered heads together dengan pendekatan inkuiri pada konsep cahaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat potensi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep cahaya di SMP. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran konsep cahaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan inkuiri.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bukti empiris tentang potensi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan inkuri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa, dan dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis khususnya pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dengan pendekatan inkuiri, sehingga nantinya dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru dan praktisi pendidikan.


(20)

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

 Asumsi

Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dapat memfasilitasi siswa untuk bekerjasama dalam menemukan konsep-konsep yang pelajari dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Dengan cara demikian, maka proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa diharapkan berjalan lebih baik.

 Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep cahaya dibandingkan penggunaan pembelajaran konvensional (Ha:A1 > A2 ).

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis dibandingkan penggunaan pembelajaran konvensional (Ha:B1 > B2 ).

F. Definisi Operasional

1. Model cooperative learning adalah suatu proses pembelajaran yang membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok. Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalalah tipe numbered


(21)

heads togather (NHT). Langkah-langkah pembelajaranya adalah sebagai

berikut : tahap satu guru membuat kelompok yang terdiri dari 5 siswa, masing-masing siswa diberi nomor satu sampai lima. Tahap kedua, guru memberikan pertanyaan atau tugas kepada siswa, pertanyaan dan tugas dibuat dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Tahap ketiga, siswa bekerjasama dalam menjawab pertanyaan atau tugas guru, seluruh anggota kelompok menguasai jawaban dari pertanyaan atau tugas yang ada dalam LKS. Tahap keempat, guru memanggil satu nomor, semua nomor yang dipanggil guru mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompok. Keterlaksanaan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT diamati melalui lembar observasi 2. Pendekatan inkuiri adalah pendekatan dimana siswa menemukan

konsep-konsep yang dipelajari melalui kegiatan laboratorium, siswa dituntut untuk : mengenali dan menyelidiki masalah, mengembangkan metode ilmiah untuk memecahkan masalah, mengekspresikan dan menafsirkan informasi dan ide-ide dalam bahasa singkat, berkontribusi positif sebagai individu dan kelompok. Pendekatan inkuiri ditandai pemberian pertanyaan penuntun melalui LKS dan kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat mengetahui masalah, menentukan hipotesis, menentukan dan merakit alat-alat, menyusun prosedur pelaksanaan percobaan atau eksperimen, menentukan data dan tabel yang akan digunakan, sampai mendapatkan kesimpulan dari suatu eksperimen yang dilakukan. Pendekatan inkuiri digunakan dalam pembelajaraan kooperatif tipe numbered heads together pada tahap ketiga


(22)

yaitu tahap dimana siswa bekerjasama dalam menjawab pertanyaan atau tugas guru, seluruh anggota kelompok menguasai jawaban dari pertanyaan atau tugas yang ada dalam LKS (heads togethers).

3. Model pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika di salah satu SMP Negeri yang ada di Kota Gorontalo yang menjadi tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah yang diakhiri dengan kegiatan pembuktian (verifikasi) melalui kegiatan demonstrasi atau percobaan, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran konvensional yaitu guru memberi informasi, kemudian menerangkan suatu konsep, yang disertai dengan diskusi dengan siswa. Setelah itu siswa diminta memperhatikan demonstrasi atau melakukan percobaan untuk memverifikasi konsep yang telah diinformasikan sebelumnya. Selanjutnya meminta siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan atau pengamatan mereka. Kegiatan terakhir siswa mencatat materi yang diterangkan dan diberi soal-soal pekerjaan rumah.

4. Pada penelitian ini konsep cahaya yang dibahas mengacu pada standar kompetensi : memahami konsep dan penerapan optika dalam produk teknologi sehari-hari dengan kompetensi dasar : menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Konsep cahaya


(23)

cahaya meliputi: sumber cahaya, cahaya merambat lurus, sementara pemantulan cahaya mencakup hukum pemantulan cahaya, pemantulan pada cermin datar, pemantulan pada cermin cekung dan cembung.

5. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai kemampuan siswa memahami dan menerapkan konsep-konsep perambatan dan pemantulan cahaya, baik konsep secara teori maupun penerapannya. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda.

6. Keterampilan berpikir kritis merupakan dasar dari proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan (Liliasari, 2002). Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini menggunakan tes objektif . Indikator keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian meliputi: mengidentifikasi kriteria-kriteria jawaban yang mungkin, penerapan prinsip, kemampuan memberi alasan, memberi contoh dan bukan contoh, menggunakan prosedur, kemampuan membuat hipotesis dan kesimpulan.


(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dan deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri yang diterapkan. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Desain eksperimen yang digunakan adalah “The randomized Pretest-Posttest

control group design” (Fraenkel dan Wallen, 2007) dimana penentuan kelas kontrol dilakukan secara acak perkelas. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Desain penelitian tertera pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelas

Tes

Awal Perlakuan

Tes Akhir

Kelompok Eksperimen O X1 O

Kelompok Kontrol O X2 O

Keterangan:

O :Tes Awal-Tes Akhir

X1 :Perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri


(25)

B. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan ditunjukan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Penyusunan Instrumen 1. Soal-soal tes

2. Angket siswa dan guru 3. Lembar observasi

Penyusunan RPP

pembelajaraan kooperatif Tipe NHT dengan pendekatan inkuiri, LKS

Uji Coba, Revisi, Validasi

Tes Awal (pretest)

Pembelajaran kooperatif NHT pendekatan inkuiri Pembelajaran

Konvensional

Tes Akhir (Posttest)

Angket Tanggapan Siswa dan Guru

Observasi Keterlaksanaan Model Pengolahan dan

Analisis Data

Temuan

Kesimpulan

Kelompok Eksperimen Kelompok

Kontrol

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Pembelajaran kooperatif , Inkuiri, Penguasaan Konsep Kemampuan berpikir kritis dan materi cahaya


(26)

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester II salah satu SMP Negeri di Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo pada tahun pelajaran 2009/2010. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas dari tujuh kelas yang memiliki kemampuan yang setara dengan teknik random perkelas tanpa mengacak siswa.

Pengelompokkan sampel terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrumen pengumpul data yaitu, tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, lembar observasi, dan angket . 1. Tes Penguasaan Konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap konsep cahaya yang diajarkan. Pemberian tes awal untuk melihat kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri dan pembelajaran konvensional sedangkan tes akhir untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1 sampai C3 yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa terhadap konsep cahaya. Seperti halnya tes penguasaan konsep, item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes untuk melihat keterampilan berpikir kritis siswa dibatasi pada memberikan contoh dan non


(27)

contoh, membuat kesimpulan, menggunakan prosedur, menerapkan prinsip, mengidentifikasi kriteria, membuat hipotesis, dan mengidentifikasi alasan.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi keterlaksanaan model kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri pada konsep cahaya.

4.Angket

Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri pada konsep cahaya. Angket ini menggunakan skala likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

E. Teknik Analisis Tes

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan sebaiknya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

1.Validitas Butir Soal

Validitas tes bertalian dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Salah satu persamaan yang dapat


(28)

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product

moment Pearson seperti berikut; (Arikunto, 2002).

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy          

 ... (3.1)

keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X dan Y X = Skor butir soal

Y = Skor total N = jumlah siswa

Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80< rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

xy

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut: (Sudjana, 2005)

2 1 2 xy xy r N r t  

 ... (3.2)

keterangan:

t = koefisien validitas dari uji t N = Jumlah siswa


(29)

2.Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002)         2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r

r ... (3.3)

keterangan:

r = koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan 11

2 1 2 1

r = koefesien korelasi antara soal ganjil dan genap

Harga dari 2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan skor total untuk soal-soal nomor ganjil dan skor total untuk soal-soal nomor genap, menggunakan rumus korelasi product moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r 11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11


(30)

3. Tingkat Kemudahan Soal

Tingkat kemudahan soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

N B

P ... (3.4) keterangan:

P = Indeks kemudahan

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi untuk indeks kemudahan adalah sebagai berikut: Arikunto, 2002) Tabel 3. 4 Kategori Tingkat Kemudahan

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 Soal mudah

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

A B

B B

A A

P P J B J B

D    ... (3.5) keterangan:

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah


(31)

PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

F. Uji Coba Tes

Uji coba instrumen dilakukan pada salah satu SMPN di Propinsi Gorontalo yang siswanya telah melaksanakan pembelajaran materi perambatan dan pemantulan cahaya. Selanjutnya dilanjutkan dengan pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda menggunakan ANATES V.4. Hasil uji coba tes penguasan konsep seperti pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Tes Penguasan Konsep NO Daya Pembeda Tingkat

Kemudahan Validitas Reliabilitas

Keterangan Soal D Kriteria P Kriteria rxy Kriteria Nilai Kriteria

1 0,56 Baik 0,66 Sedang 0,41 Valid

0,86 Baik Sekali

Dipakai

2 0,68 Baik 0,72 Mudah 0,44 Valid Dipakai

3 -18,00

Sangat

Jelek 0,39 Sedang -0,2 Tidak Valid Dibuang

4 0,63 Baik 0,72 Mudah 0,43 Valid Dipakai

5 0,37 Cukup 0,74 Mudah 0,26 Tidak Valid Dibuang


(32)

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Tes Penguasan Konsep (lanjutan) NO Daya Pembeda Tingkat

Kemudahan Validitas Reliabilitas

Keterangan Soal D Kriteria P Kriteria rxy Kriteria Nilai Kriteria

7 0,56 Baik 0,31 Sedang 0,52 Valid Dipakai

8 0,13 Jelek 0,16 Sukar 0,14 Tidak Valid Dibuang

9 0,56 Baik 0,48 Sedang 0,45 Valid Dipakai 10 0,69 Baik 0,28 Sukar 0,58 Valid Dipakai

11 0,25 Cukup 0,18 Sukar 0,22 Tidak Valid Dibuang

12 0,56 Baik 0,38 Sedang 0,51 Valid Dipakai

13 0,69 Baik 0,38 Sedang 0,54 Valid Dipakai

14 0,50 Baik 0,38 Sedang 0,41 Valid Dipakai

15 0,19 Jelek 0,2 Sukar 0,25 Tidak Valid Dibuang

16 0,56 Baik 0,44 Sedang 0,43 Valid Dipakai

17 0,50 Baik 0,18 Sukar 0,53 Valid Dipakai

18 0,56 Baik 0,39 Sedang 0,43 Valid Dipakai

19 0,44 Baik 0,18 Sukar 0,44 Valid Dipakai

20 0,75 Baik

Sekali 0,48 Sedang 0,52 Valid Dipakai 21 0,63 Baik 0,33 Sedang 0,53 Valid Dipakai

22 0,63 Baik 0,34 Sedang 0,43 Valid Dipakai

23 0,44 Baik 0,23 Sukar 0,43 Valid Dipakai

24 0,19 Jelek 0,2 Sukar 0,24 Tidak Valid Dibuang

Dari 24 item soal penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan, 7 soal tidak signifikan atau tidak valid, sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 17 butir soal. Dilihat dari tingkat kesulitannya, diperoleh 12 item dikategorikan sedang, 9 item sukar, dan 3 item mudah. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.86 termasuk kategori sangat tinggi.


(33)

Untuk hasil uji coba tes keterampilan berpikir kritis ditunjukan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis

NO Daya Pembeda Tingkat

Kemudahan Validitas Reliabilitas

Keterangan Soal D Kriteria P Kriteria Rxy Kriteria Nilai Kriteria

1 0,63 Baik 0,51 Sedang 0,45 Valid

0,78 Baik

Dipakai

2 0,56 Baik 0,75 Mudah 0,44 Valid Dipakai

3 0,88 Baik

Sekali 0,41 Sedang 0,63 Valid Dipakai

4 0,38 Cukup 0,33 Sedang 0,28 Tidak Valid Dibuang

5 0,38 Cukup 0,72 Mudah 0,33 Tidak Valid Dibuang

6 0,25 Cukup 0,18 Sukar 0,21 Tidak Valid Dibuang

7 0,75 Baik

Sekali 0,56 Sedang 0,5 Valid Dipakai

8 0,75 Baik

Sekali 0,56 Sedang 0,53 Valid Dipakai

9 0,31 Cukup 0,23 Sukar 0,29 Tidak Valid Dibuang

10 0,63 Baik 0,43 Sedang 0,51 Valid Dipakai

11 0,50 Baik 0,28 Sukar 0,5 Valid Dipakai

12 0,75 Baik

Sekali 0,41 Sedang 0,56 Valid Dipakai

13 0,06 Jelek 0,41 Sedang 0,1 Tidak Valid Dibuang

14 0,56 Baik 0,34 Sedang 0,52 Valid Dipakai

15 0,81 Baik

Sekali 0,38 Sedang 0,62 Valid Dipakai

16 0,75 Baik

Sekali 0,31 Sedang 0,64 Valid Dipakai

17 0,56 Baik 0,38 Sedang 0,46 Valid Dipakai

18 0,75 Sekali Baik 0,44 Sedang 0,56 Valid Dipakai

Dari Tabel 3.7 di atas menunjukkan 18 item soal keterampilan berpikir kritis berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan, 5 soal tidak signifikan atau


(34)

tidak valid sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 13 butir soal. Dilihat dari tingkat kesulitannya, diperoleh 13 item dikategorikan sedang, 3 item sukar, 2 item mudah. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.78 termasuk dalam kategori baik atau tinggi

G. Teknik Pengolahan Data

1. Gain yang Dinormalisasi

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) sebagai berikut: Hake (Cheng, et.al, 2004)

pre maks

pre post

S S

S S g

 

 ... (3..6)

keterangan:

Spost= Skor tes akhir Spre = Skor tes awal Smaks= Skor maksimum

Tabel 3.8 Kategori Tingkat N-Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g< 0,3 Rendah

Nilai N-Gain yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri dengan pembelajaran konvensional pada konsep cahaya.


(35)

2. Pengujian Statistik

Pengujian statistik yang dilakukan berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian data dan uji t, sebagai berikut :

a. Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS for windows versi 16. Kriteria pengujian jika Sig >  maka data terdistribusi normal dan jika Sig <  maka data terdistribusi tidak normal (Wahyono, 2008)

b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik (Ruseffendi, 2005) yaitu :

2 2 2 1

s s

F  dengan F = Nilai hitung 2

1

s = Varians terbesar 2

2

s = Varians terkecil

Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan mengunakan sofware SPSS

for windows versi 16. Kriteria pengujian jika Sig >  maka data memiliki homogenitas varian yang sama dan jika Sig <  maka data tidak memiliki homogenitas varian yang sama atau homegenitas varian berbeda (Wahyono, 2008).

c. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata peningkatan penguasaan konsep dan berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t satu ekor dengan = 0,05) jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal.


(36)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengunakan sofware SPSS for windows

versi 16. Kriteria pengujian jika Sig >  maka tidak terdapat pengaruh dari perlakuan atau tidak terdapat perbedaan signifikan hasil dari perlakuan dan jika Sig <  maka terdapat pengaruh dari perlakuan atau terdapat perbedaan signifikan hasil dari perlakuan (Wahyono, 2008).

3. Pengolahan Hasil Angket dan Observasi

Pengolahan data berikutnya adalah data hasil angket dan observasi, data hasil angket dan observasi bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Penentuan jumlah skor kriterium = (skor tertinggi tiap aitem) x (jumlah aitem) x (jumlah responden), setelah skor kriterium diperoleh dilanjutkan dengan mencari persentase tiap aitem yang akan dihitung (Riduwan, 2008).

Data pernyataan hasil angket yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi 4, S (setuju) dengan skor 3, TS (tidak setuju) skor 2 dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 1. Kriteria interprestasi skor berdasarkan jumlah skor kriterium di atas dapat dilihat pada Tabel 3.9

Tabel 3.9 Kriteria Interprestasi Skor Angket

Batasan (persentase) Kategori

76-100 Sangat Baik

51-75 Baik

26-50 Kurang Baik

0-25 Sangat Kurang Baik

(Riduwan, 2008)

Data yang diperoleh dari observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri pada konsep cahaya. Setiap indikator yang dilakukan oleh guru dan siswa


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan: 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan

inkuri pada materi cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri pada materi cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.

3. Tanggapan siswa dan guru setelah memperoleh pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan pendekatam inkuiri pada konsep cahaya berespon positif (sangat

baik), siswa dan guru merasa pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri adalah merupakan model pembelajaran yang baru, yang dapat melatihkan siswa dalam bekerjasama, bertukar pikiran, belajar melalui metode, bertanggungjawab, membuat hipotesis, menyusun dan mengunakan prosedur, menjawab berdasarkan kriteria, menerapkan prinsip, memberikan contoh dan non contoh, membuat kesimpulan, dan mengidentifikasi alasan.


(38)

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Kegiatan penyelidikan pada tahap menyusun prosedur percobaan, kelompok mengalami kendala yang disebabkan oleh kurang terbiasanya siswa dalam menuliskan gagasan dan ide secara tertulis dengan bahasa sendiri, untuk mengatasi hal tersebut guru dapat membiasakan siswa dalam mengungkapkan gagasan atau ide baik dengan bahasa lisan dan tulisan dengan pemberian tugas menuliskan fenomena fisika yang diamati dalam kehidupan sehari-hari dengan kata-kata sendiri.

2. Untuk penyelidikan yang berhubungan dengan cahaya yang memerlukan ruangan gelap diupayakan guru meminimalisasi cahaya yang berasal dari luar caranya dengan menyediakan kain gorden yang tebal dan tidak transparan. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri dapat

menggunakan alat-alat percobaan yang sederhana dan mudah di dapat dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus bergantung pada ketersediaan alat laboratorium sehingga memungkinkan guru untuk memberi tugas penyelidikan pada siswa diluar jam pelajaran.

4. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada materi fisika lainnya misalnya suhu dan kalor atau pelajaran ipa dengan menyesuaikan dengan karesteristik materi yang akan dibelajarkan.


(39)

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amin.M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan

Metode”Discovery” dan “Inquiry” Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Arends, Richard I ( 2008). Learning To Teaach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Angela, Streeter. (1999). Coperative Learning Strategies. University of Iowa School Psychology Program. New York: Addison-Wesley Publishing Company.Tersediawww.education.uiowa.edu/schpsych/handouts/cooperativ e%20learning.pdf [ 10 Oktober 2009]

Bruce,Chip. (2009).Inquqry Pageonline tersedia pada

http://inquiry.illinois.edu/inquiry/definition.php3 [ 12 Desember 2009]. Cheng, K.K., et.al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student

Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American

Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Costa, A.L . 1985. Goals for a Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa A.L. (ed). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.

Dahar ,R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daters, Kelly Morgan. (2005) “ Student Opinions Regarding Inquiry-Based Labs

Journal of Chemical Education. Vol. 82 No. 8

Fraenkel, J.C. & Wallen, N.E. (1990). How to Design and Evaluate Research in

Education. New York: McGraw-Hill, inc.

Filsaime, Dennis, K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif

(terjemahan). Jakarta. Prestasi Pustakaraya.

Hofstein, Ari and Lunetta. Vincent N. (1982). “The Role of Laboratory in Science

Teaching: Negleted Aspect of Research”. Review of Educational

Research. 52(2), 201 – 207.

HO, Fui Fong and BOO, Hong Kwen. (2007). Cooperative learning: Exploring

its effectiveness in the Physics classroom. Asia-Pacific Forum on Science


(41)

Ibrahim, dkk (2005) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Ibrahim, M. dan Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Irwan (2007) Pembelajaran Tata surya Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan penguasaan Konsep Siswa Kelas 1 SMA. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Johnson & Johnson. (1998) Cooperative Learning And Social Interdependence

Theory [online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages/SIT.html [ 10

Oktober 2009].

Johnson & Johnson. (1998) Cooperative Learning, Values, and Culturally Plural Classrooms [online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages [ 10 Oktober 2009].

Johnson & Johnson. (2009) The Cooperative Learning Institute Volume 24 • Issue

March, 2009 [online]. Tersedia:

http://www.co-operation.org/index.html#newsletters [10 Oktober 2009]

Johnson & Johnson. (1994) Cooperative Learning in the Classroom. Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development.

Joyce, Bruce et.al (2009). Models of Teaching (terjemahan). Yokyakarta. Pustaka Pelajar

Juniarti (2007) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And

Composition Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Berpikir

Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Koes, H Supriyanto. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang. IMSTEP JICA Kautz, Christian H. dan Jabot, Michael. (2003), A Model For Preparing

Preservise Physics Teachers Using Inquary-Based Methods. Journal of

physics teacher education. 1.(4).

Lestari (2007) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika. Skripsi F.PMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Lie, A (2007) Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperatif Learning di


(42)

Liliasari. 2002. Pengembangan model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Barsaing IX

Perguruan Tinggi Tahun Ajaran 2001-2002. Bandung: FPMIPA UPI.

Liliasari, (2005), Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.

Lin, Emily. (2006). Cooperative Learning in the Science Classroom. The Science

Teacher: 34-39. InfoTrac Science Collection. Web. 12 Nov. 2009 tersedia

www. galegroup.com/gps/start.do?prodId=IPS&userGroupName=ptn071 [ 15 November 2009]

Marshall Jill A. dan Dorward Yakobus T. (1997).Revisiting Inquiry and Prescriptive Laboratory Experiences in Introductory Physics. American

Journal of Physics.1997.

Maheady, Larry. et.al. (2006) “The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a

Diverse Group of Sixth Graders” Journal of Behavioral Education 15(1),

1053-0819.

Muijs, Daniel and Reynolds (2008) Effective Teaching. Pustaka Belajar. Yokyakarta

Mustaji dan Sugiarso (2005) Pembelajaran Berbasis Kontruktivistik Surabaya: UNESA University Press.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nur, M,. dan Wikandari, P.R. (2004). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan

Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya Press.

Osarizalsyam. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Dua

Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Pada Konsep Ekosistem untuk Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar siswa. Tesis PPS UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Paul, Richard and Elder, Linda (2006). Critikal Thinking Conceps and Tools, [online]. Tersedia www.criticalthinking.org/files/Concepts_Tools.pdf [ 30 Oktober 2009]


(43)

Pickard, . Marry. (2007) The New Booms Taxonomy : An Overview For Family

And Consumer Sciences Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 25, No. 1,

Pusat Kurikulum balitbang depdiknas. (2007). Model pengembangan silabus mata pelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran [ online]. Tersedia, www.puskur.net [ 4 Juli 2009 ]

Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variebel Penelitian. Bandung. Alpabeta

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online]. Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30 Oktober 2009]

Sidharta, Arief. (2005) Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Slavin, R.E ( 2008). Cooperative Learning; Teori riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Slavin, R.E (2008). Psikologi Pendidikan (terjemahan) Bandung: Macan Jaya Cemerlang

Suherman, E dkk (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA –UPI.

Sudjana,N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Surya, Yohanes. Ph.D. (2006). IPA Fisika Gasing 2. Jakarta. Kandel dan Grasindo.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies. A Handbook for


(44)

Silberman, Mel. (2002). Active Learning 101 strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Yappendis.

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tanel, Zafer and Erol, Mustafa (2008). Effects of Cooperative Learning on Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching Sequence.

Latin-American Journal of Physics Education. 2, (2), 1870-9095

Wasis dan Iriant, Sugeng Yuli. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan. DEPDIKNAS.

Wahyono,Teguh. (2008) SPSS 16 Cara Mudah dan Praktis Melakukan Analisis Statistik dengan Berbagai Model analisis.Jakarta. Elex Media Komputindo. Wartono.(2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika . Malang: Universitas Negeri

Malang.

Wenning. J. Card. (2004) Inquiry Labs: What Physics Activities Should Include www.phy.ilstu.edu/pte/312content/inquiry_labs.pdf [ 9 Desember 2009] Wenning. J. Card. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices

and inquiry processes. Journal. Phys. Tchr. Educ. Online.

Willis, Judy (2007). Cooperative Learning Is a Brain Turn-On. Middle Scholl

Journal. Vol 38 No.4. Hal 4-13.

Yore, Larry D.(2001) What is Meant by Constructivist Science Teaching and Will

the Science Education Community Stay the Course for Meaningful

www.unr.edu/homepage/crowther/ejse/yore.html electronik journal of science education vol 5.[15 November 2009]


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amin.M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode”Discovery” dan “Inquiry” Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Arends, Richard I ( 2008). Learning To Teaach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Angela, Streeter. (1999). Coperative Learning Strategies. University of Iowa School Psychology Program. New York: Addison-Wesley Publishing Company.Tersediawww.education.uiowa.edu/schpsych/handouts/cooperativ e%20learning.pdf [ 10 Oktober 2009]

Bruce,Chip. (2009).Inquqry Pageonline tersedia pada

http://inquiry.illinois.edu/inquiry/definition.php3 [ 12 Desember 2009].

Cheng, K.K., et.al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Costa, A.L . 1985. Goals for a Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa A.L. (ed). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.

Dahar ,R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daters, Kelly Morgan. (2005) “ Student Opinions Regarding Inquiry-Based Labs” Journal of Chemical Education. Vol. 82 No. 8

Fraenkel, J.C. & Wallen, N.E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill, inc.

Filsaime, Dennis, K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif (terjemahan). Jakarta. Prestasi Pustakaraya.

Hofstein, Ari and Lunetta. Vincent N. (1982). “The Role of Laboratory in Science Teaching: Negleted Aspect of Research”. Review of Educational Research. 52(2), 201 – 207.

HO, Fui Fong and BOO, Hong Kwen. (2007). Cooperative learning: Exploring its effectiveness in the Physics classroom. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 8, Issue 2.


(3)

Ibrahim, dkk (2005) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Ibrahim, M. dan Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Irwan (2007) Pembelajaran Tata surya Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan penguasaan Konsep Siswa Kelas 1 SMA. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Johnson & Johnson. (1998) Cooperative Learning And Social Interdependence Theory [online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages/SIT.html [ 10 Oktober 2009].

Johnson & Johnson. (1998) Cooperative Learning, Values, and Culturally Plural Classrooms [online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages [ 10 Oktober 2009].

Johnson & Johnson. (2009) The Cooperative Learning Institute Volume 24 • Issue

March, 2009 [online]. Tersedia:

http://www.co-operation.org/index.html#newsletters [10 Oktober 2009]

Johnson & Johnson. (1994) Cooperative Learning in the Classroom. Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development.

Joyce, Bruce et.al (2009). Models of Teaching (terjemahan). Yokyakarta. Pustaka Pelajar

Juniarti (2007) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Koes, H Supriyanto. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang. IMSTEP JICA

Kautz, Christian H. dan Jabot, Michael. (2003), A Model For Preparing Preservise Physics Teachers Using Inquary-Based Methods. Journal of physics teacher education. 1.(4).

Lestari (2007) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika. Skripsi F.PMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Lie, A (2007) Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas) . Jakarta: Grasindo.


(4)

Liliasari. 2002. Pengembangan model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Barsaing IX Perguruan Tinggi Tahun Ajaran 2001-2002. Bandung: FPMIPA UPI.

Liliasari, (2005), Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.

Lin, Emily. (2006). Cooperative Learning in the Science Classroom. The Science Teacher: 34-39. InfoTrac Science Collection. Web. 12 Nov. 2009 tersedia www. galegroup.com/gps/start.do?prodId=IPS&userGroupName=ptn071 [ 15 November 2009]

Marshall Jill A. dan Dorward Yakobus T. (1997).Revisiting Inquiry and Prescriptive Laboratory Experiences in Introductory Physics. American Journal of Physics.1997.

Maheady, Larry. et.al. (2006) “The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders” Journal of Behavioral Education 15(1), 1053-0819.

Muijs, Daniel and Reynolds (2008) Effective Teaching. Pustaka Belajar. Yokyakarta

Mustaji dan Sugiarso (2005) Pembelajaran Berbasis Kontruktivistik Surabaya: UNESA University Press.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nur, M,. dan Wikandari, P.R. (2004). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

Osarizalsyam. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Pada Konsep Ekosistem untuk Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar siswa. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Paul, Richard and Elder, Linda (2006). Critikal Thinking Conceps and Tools, [online]. Tersedia www.criticalthinking.org/files/Concepts_Tools.pdf [ 30 Oktober 2009]


(5)

Pickard, . Marry. (2007) The New Booms Taxonomy : An Overview For Family And Consumer Sciences Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 25, No. 1,

Pusat Kurikulum balitbang depdiknas. (2007). Model pengembangan silabus mata pelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran [ online]. Tersedia, www.puskur.net [ 4 Juli 2009 ]

Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variebel Penelitian. Bandung. Alpabeta

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online]. Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30 Oktober 2009]

Sidharta, Arief. (2005) Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Slavin, R.E ( 2008). Cooperative Learning; Teori riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Slavin, R.E (2008). Psikologi Pendidikan (terjemahan) Bandung: Macan Jaya Cemerlang

Suherman, E dkk (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA –UPI.

Sudjana,N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Surya, Yohanes. Ph.D. (2006). IPA Fisika Gasing 2. Jakarta. Kandel dan Grasindo.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies. A Handbook for Teacher. Sydney: Addison Wesley Publishing Company. Inc.


(6)

Silberman, Mel. (2002). Active Learning 101 strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Yappendis.

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tanel, Zafer and Erol, Mustafa (2008). Effects of Cooperative Learning on Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching Sequence. Latin-American Journal of Physics Education. 2, (2), 1870-9095

Wasis dan Iriant, Sugeng Yuli. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan. DEPDIKNAS.

Wahyono,Teguh. (2008) SPSS 16 Cara Mudah dan Praktis Melakukan Analisis Statistik dengan Berbagai Model analisis.Jakarta. Elex Media Komputindo.

Wartono.(2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika . Malang: Universitas Negeri Malang.

Wenning. J. Card. (2004) Inquiry Labs: What Physics Activities Should Include www.phy.ilstu.edu/pte/312content/inquiry_labs.pdf [ 9 Desember 2009]

Wenning. J. Card. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal. Phys. Tchr. Educ. Online.

Willis, Judy (2007). Cooperative Learning Is a Brain Turn-On. Middle Scholl Journal. Vol 38 No.4. Hal 4-13.

Yore, Larry D.(2001) What is Meant by Constructivist Science Teaching and Will the Science Education Community Stay the Course for Meaningful www.unr.edu/homepage/crowther/ejse/yore.html electronik journal of science education vol 5.[15 November 2009]


Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBANGUN KONSEP DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID

0 5 69

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA NEGERI 1 GADINGREJO

0 34 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 214

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI.

0 0 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

0 0 50

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA KONSEP TEKANAN.

0 0 35

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GETARAN-GELOMBANG DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF.

0 0 46

PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP CAHAYA DI SMP.

1 1 43