PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP BERWIRAUSAHA MAHASISWA : Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 dan 2012.

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP BERWIRAUSAHA MAHASISWA

( Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 dan 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh

FEBRIANA DWI MARGI LESTARI 0906793

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

(5)

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP BERWIRAUSAHA

(Studi kasus pada mahasiswa Program Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 dan 2012)

Febriana Dwi Margi Lestari

Pembimbing: Drs. H. Faqih Samlawi, MA

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Prodi Pendidikan Akuntansi UPI mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 yang berjumlah 107 dan angkatan 2012 dengan jumlah 74 orang. Sementara sampel yang digunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi dengan bantuan software IBM SPSS v.16 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa. Pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa termasuk kategori tinggi dan sikap berwirausaha mahasiswa juga termasuk ke dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap sikap berwirausaha sebesar 75,34%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Berangkat dari penelitian ini diharapkan: (1)mahasiswa sebaiknya dapat meningkatkan sikap berwirausaha, dengan cara meningkatkan pengetahuan berwirausaha (2)untuk dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, agar lebih memberikan penguatan dalam pembelajaran praktis (3)untuk Prodi Pendidikan Akuntansi, lebih mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa yang menampilkan hasil kreativitas dan inovasi mahasiswa (4)untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap berwirausaha.


(6)

The Effectiveness of The Knowledge About Entrepreneurship On The Attitude in Entrepreneurship

(Case study in accountancy department UPI 2010 dan 2012 generations)

Febriana Dwi Margi Lestari Counselor : Drs. H. Faqih Samlawi, MA

ABSTRAC

This study was done in accountancy department UPI about the effectiveness of the knowledge about entrepreneurship on the students’ attitude in entrepreneurship. The aim of this study is to know the effectiveness of the knowledge about entrepreneurship on the students’ attitude in entrepreneurship.

The method used in this study is explanatory survey. The population in this study is the students of accountancy department UPI 2010 generation with the total 107 students and 2012 generation with the total 74 students. The sample used is Proportionate Stratified Random Sampling. The data analysis used is correlation analysis with using software IBM SPSS v.16 for windows.

The result of this study shows that the knowledge about entrepreneurship has positive and significant influence on the students’ attitude in entrepreneurship. The knowledge had by them belongs to high category and it also belongs to medium category. Based on data analysis, know that the knowledge influence their attitude 75,34%, while the rest is influence by other factors. From this study, expected: 1. The students should increase their attitude in entrepreneurship. 2. The lecturer of entrepreneur subject should give a strength in learning practice. 3. Accountancy department program should give a support more in holding the students’ creative activities that show the result of the students creativity and innovation. 4. For the next researcher, expected to be able to research again about the other factors that can influence the attitude in entrepreneurship.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

ABSTRAK... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penlitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI... 10

2.1 Pengetahuan... 10

2.2 Sikap... 13

2.3 Kewirausahaan... 18

2.4 Pengetahuan Kewirausahaan... 19

2.5 Sikap Berwirausaha... 21

2.6 Kerangka pemikiran... 23

2.7 Hipotesis... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

3.1 Desain Penelitian... 27

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 28

3.3 Populasi dan Sampel... 29

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 31

3.5 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 33

3.5.1 Pengujian Instrumen Penelitian... 33

3.5.1.1 Uji Validitas Instrumen... 33

3.5.1.2 Uji Reabilitas Instrumen... 35

3.5.1.3 Uji Tingkat Kesukaran... 37

3.5.1.4 Uji Daya Pembeda... 39

3.5.2 Uji Persyaratan Data... 41

3.5.2.1 Uji Normalitas... 41

3.5.3 Pengujian Hipotesis... 42

3.5.3.1 Koefisien Korelasi... 42

3.5.3.2 Koefisien Determinasi... 42


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 45

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 51

4.2.1 Deskripsi Data Variabel... 51

4.2.1.1 Pengetahuan Kewirausahaan ... 52

4.2.1.2 Sikap Berwirausaha Mahasiswa... 53

4.3 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 62

4.3.1 Teknik Analisis Data... 62

4.3.1.1 Uji Normalitas... 62

4.3.1.2 Analisis Korelasi... 63

4.3.1.3 Koefisien Determinasi... 64

4.3.1.4 Pengujian Hipotesis... 65

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70

5.1 Kesimpulan... 70

5.2 Saran... 71

Daftar Pustaka... 73 Lampiran-lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 yang

mengikuti dan lolos PMW 2013... 4

Tabel 3.1 Operasional variabel... 28

Tabel 3.2 Populasi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012... 29

Tabel 3.3 Sampel mahasiswa angkatan 2010 dan 2012... 31

Tabel 3.4 Penilaian skala numerik... 33

Tabel 3.5 Pengujian validitas variabel sikap berwirausaha... 34

Tabel 3.6 Pengujian validitas variabel pengetahuan kewirausahaan ... 35

Tabel 3.7 Pengujian reabilitas ... 35

Tabel 3.8 Interpretasi harga indeks kesukaran ... 38

Tabel 3.9 Indeks kesukaran soal... 38

Tabel 3.10 Interpretasi daya pembeda... 40

Tabel 3.11 Indeks daya pembeda... 40

Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran pengetahuan kewirausahaan... 52

Tabel 4.2 Kriteria interpretasi skor sikap berwirausaha... 54

Tabel 4.3 Percaya diri (Pernyataan no. item 1-3)... 55

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi percaya diri... 56

Tabel 4.5 Berorientasi pada tugas dan hasil (Pernyataan no. item 4-6)... 57

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi berorientasi pada tugas dan hasil... 57

Tabel 4.7 Berani mengambil resiko (Pernyataan no. item 7-8)... 58

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi berani mengambil resiko... 58

Tabel 4.9 Kepemimpinan (Pernyataan no. item 9-12)... 59

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi kepemimpinan... 59

Tabel 4.11 Keorisinilan (Pernyataan no. item 13-15)... 60

Tabel 4.12 Distribusi frekuensi keorisinilan... 61


(10)

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi berorientasi pada masa depan

... 62

Tabel 4.15 Uji

normalitas... 63 Tabel 4.16 Tabel analisis korelasi... 64

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsepsi sistematik Rosenberg dan Hovland ... 14 Gambar 2.2 Langkah-langkah perubahan sikap menurut Hovland, dkk... 18 Gambar 4.1 Struktur organisasi Prodi Pendidikan Akuntansi... 49


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saat ini pembicaraan mengenai pentingnya wirausaha telah didengar dan diketahui diberbagai tempat di dunia. Ini menunjukkan masyarakat semakin sadar akan adanya dunia wirausaha. Yusof, Permula, dan Pangil (2005) pada Frinces (2011 : 2) juga memaparkan beberapa alasan pentingnya wirausaha dalam masyarakat, yaitu:

a.Untuk mendayagunakan faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, teknologi, informasi dan berbagai sumber daya manusia (SDM) di dalam memproduksi tugas-tugas yang efektif (producing effective task).

b.Mengidentifikasi berbagai peluang di dalam lingkungan dengan meningkatkan aktivitas yang akan memberikan manfaat kepada setiap orang (beneficial to everyone).

c.Untuk memilih pendekatan yang tebaik dalam mendayagunakan semua faktor produksi agar supaya meminimalisir pemborosan didalam berbagai kegiatan kewirausahaan (minimize wastage in entrepreneurial activities).

d.Untuk kemanfaatan generasi mendatang (benefit of the future generation). Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat membuka lapangan pekerjaan karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan “secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi suatu negara”. Dalam berbagai riset juga membuktikan bahwa negara yang berhasil maju dan meningkatkan kemakmuran merupakan negara-negara yang memiliki banyak wirausaha.


(12)

Negara Indonesia dengan segala potensi dan sumber daya alamnya yang melimpah, ternyata masih belum mampu mengatasi masalah banyaknya pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan devisa negara. Data yang baru dilansir BPS menyatakan, angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2013 melonjak 7,39 juta jiwa dari Agustus 2012 sebanyak 7,24 juta jiwa (kompasiana.com).

Hal ini disebabkan masih sedikitnya jumlah wirausaha sebagai pelaku ekonomi. Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat

terhadap profesi wirausaha. “Masyarakat Indonesia banyak yang masih

menganggap wirausaha itu agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya” Alma (2009:2). Menurut Astamoen (2008:54), “beberapa sikap mental yang harus dikikis habis demi kemajuan bangsa Indonesia antara lain : 1) cepat puas, 2) tidak mampu berkompetisi secara bebas dan sehat, 3) tidak kreatif dan inovatif, 4) takut gagal , 5) kurang gemar membaca sehingga wawasan

kurang,...”. Namun, seiring perkembangan zaman, anggapan tersebut mulai pudar.

Saat ini banyak anak muda mulai tertarik dengan dunia wirausaha. Hal ini di dorong oleh kondisi persaingan pencari kerja yang amat ketat dan lowongan pekerjaan yang semakin sempit.

Untuk menghadapi daya saing, dapat dilakukan dengan menanamkan jiwa kewirausahaan. Salah satu cara penanaman jiwa kewirausahaan yaitu dengan pendidikan kewirausahaan. Dalam proses pembelajaran kewirausahaan selain mendapatkan pengetahuan kewirausahaan, juga akan memperoleh pengetahuan


(13)

tentang nilai-nilai kewirausahaan. Nilai itulah yang akan menjadi dasar pembentukan sikap dan kebiasaan. Dalam proses pembelajaran, peran guru sangat penting dalam rangka membentuk sikap positif terhadap kewirausahaan dan profesi wirausaha. Diharapkan dengan memiliki sikap positif terhadap profesi wirausaha, dapat menumbuhkan jiwa wirausaha sehingga muncul calon wirausaha-wirausaha yang berbakat. Sementara itu, untuk menghadapi kondisi persaingan yang semakin ketat dan kemajuan bidang informasi, komunikasi dan teknologi diperlukan ketrampilan berwirausaha, terutama untuk menjaga kontinuitas usahanya dan mengatasi segala masalah yang dihadapi diperlukan tingkat pendidikan yang memadai.

Memang salah satu wadah pembentuk wirausaha adalah pendidikan. Dari pendidikan wirausaha dapat memiliki pengetahuan nilai-nilai kewirausahaan dan kompetensi wirausaha untuk kepentingan usahanya. Ini sesuai dengan Buchari Alma (2009:4) bahwa “makin banyak ketrampilan yang dikuasai, makin tinggi minat bisnisnya dan makin banyak peluang terbuka untuk membuka berwirausaha”.

Astamoen (2008 : 18) mengatakan bahwa

“ beberapa alasan sarjana dituntut untuk menjadi entrepreneur

dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan dibawahnya: 1. banyak sarjana yang menganggur di Indonesia, yaitu sekitar 245 ribu

orang, dan setiap tahun sarjana lulusan baru selalu bertambah

2. sarjana sudah menikmati kesempatan pendidikan yang lebih tinggi dibanding rata-rata penduduk Indonesia yang masih rendah pendidikannya

3. sarjana relatif memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang 4. sarjana memiliki daya nalar, analisis, logika berpikir dan intelektualitas


(14)

5. sarjana mudah mencari, mampu mengakses dan mengolah informasi yang sangat berguna untuk pengembangan usaha : dari buku, majalah, internet, dll

Hal ini sejalan dengan tujuan dari prodi Pendidikan Akuntansi UPI poin 3, yaitu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menerapkan konsep-konsep ilmu akuntansi dalam pengelolaan perusahaan.

Akuntansi merupakan bidang ilmu yang banyak berkaitan dengan kewirausahaan. Dengan belajar akuntansi pula, maka nilai-nilai kewirausahaan akan tertanam, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa nilai adalah dasar pembentukan sikap. Mempraktekan ilmu akuntansi yang berorientasi pada laba, kemampuan mengelola keuangan dan sebagainya. Memang sebagian besar mata kuliah di prodi Pendidikan Akuntansi UPI memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan dunia usaha. Bahkan mata kuliah kewirausahan menjadi salah satu mata kuliah wajib. Namun, hanya sedikit mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi UPI yang mengikuti program mahasiswa wirausaha. Ini dilihat dari jumlah peserta yang lolos seleksi tahap pelatihan dan pendidikan PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) UPI tahun 2012 dari Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis:

Tabel. 1.1

Daftar mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 yang mengikuti dan lolos PMW 2013

Angkatan Jumlah Mahasiswa

Mengikuti PMW

Lolos PMW

2010 107 8 3

2012 74 3 -


(15)

Dari data di atas, diketahui masih sedikit mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 yang mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha. Jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa dari angkatan 2010 dan 2012 kurang dari 10% mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi yang mengikuti PMW. Padahal dengan bekal pengetahuan dan kompetensi akuntansi serta kewirausahaan, seharusnya lebih mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan akuntansinya untuk mengikuti program tersebut walaupun berstatus mahasiswa, sehingga nantinya tumbuh kebiasaan dalam dunia kerja sampai tahap menciptakan lapangan kerja sendiri sebagai wirausahawan.

Salah satu penyebabnya adalah belum tertanamnya nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran yang berarti sikap berwirausaha mahasiswa dapat dikatakan kurang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan teradap 10 orang mahasiswa Pendidikan Akutansi angkatan 2010 dan 2012, diperoleh gambaran bahwa sikap berwirausaha mahasiswa masih kurang. Adapun sikap yang rendah ini dapat dilihat dari beberapa indikator sikap berwirausaha yang dikembangkan dari karakteristik kewirausahaan yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi pada masa depan.

Berdasarkan data yang diolah, untuk indikator percaya diri terdapat 53,33% responden menjawab tidak setuju. Sebagian besar dari mereka kurang memiliki semangat dan harapan untuk sukses menjadi wirausaha, kemudian kurang percaya diri untuk memajukan usaha. Adapun untuk indikator berorientasi pada tugas dan hasil, terdapat 85% responden menjawab tidak setuju. Sebagian


(16)

besar dari mereka kurang memiliki kurang berani mengambil rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakan. Untuk indikator berani mengambil resiko, terdapat 53,33% responden menjawab tidak setuju. Sebagian besar dari mereka tidak menyukai pekerjaan yang memiliki resiko tinggi dan menantang. Indikator lainnya yaitu kepemimpinan, terdapat 70 % responden menjawab tidak setuju, ini berarti sebagian besar dari mereka kurang memiliki jiwa seorang pemimpin. Untuk indikator keorisinilan, terdapat 40% responden yang mengatakan tidak setuju, dan untuk indikator berorientasi pada masa depan, terdapat 50% yang mengatakan tidak setuju.

Di lihat dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum sikap berwirausaha mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 masih kurang.

Sikap berwirausaha yang rendah ini sangat disayangkan, karena berawal dari sikap berwirausaha akan menumbuhkan jiwa wirausaha dan akan melahirkan wirausahawan. Sikap yang timbul dalam menghadapi sesuatu hal karena adanya kesiapan pengetahuan dan mental yang telah diolah melalui pendidikan dan pengalaman sehingga orang mampu mengerti, memahami dan menguasai sikap berwirausaha.

Seperti yang dikatakan oleh Ahmad Bustomi (Setiawan, 2006 :2) bahwa “sikap dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman dari individu yang bersangkutan”. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan kewirausahaan diharapkan selain dapat memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan juga dapat menanamkan nilai-nilai kewirausahaan.


(17)

Berkenaan dengan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang sejauh mana pengetahuan kewirausahaan berpengaruh kepada sikap berwirausaha. Oleh karena itu penulis memberikan judul: Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Sikap Berwirausaha Mahasiswa.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012

2. Bagaimana gambaran sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012

3. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012


(18)

2. Untuk mengetahui sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012

3. Untuk mengkaji apakah ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan kontribusi yang mendalam terhadap pembelajaran kewirausahaan, terutama dalam hal menumbuhkan sikap berwirausaha mahasiswa.

2. Menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang mendalam tentang teori sikap dalam berwirausaha.

1.4.2 Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :


(19)

Bagi mahasiswa yang berminat memiliki usaha dan yang telah memiliki usaha dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap dalam berwirausaha.

2. Peneliti

Bahan referensi dalam pembelajaran kewirausahaan serta dapat memberikan wawasan bagi peneliti.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya diperlukan sejumlah data yang dapat membantu untuk membahas masalah dalam penelitian tersebut.Untuk memperoleh data-data dan informasi yang tepat, maka diperlukan suatu metode yang tepat pula, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode penelitian akan memberikan gambaran kepada peneliti tentang bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga masalah dapat dipecahkan secara terarah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory survey. Metode ini merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil dari sampel dari populasi tersebut, sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan-hubungan antar variabel. Menurut Singarimbun dan Effendi dalam Reni (2012 : 34) mengemukakan bahwa “Metode explanatory survey yaitu metode untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian


(21)

3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menganalisis ada tidaknya pengaruh dari variabel penelitian yang terdiri dari :

1. Variabel independen (X)

Variabel independen (X) biasa disebut sebagai variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan diartikan segala sesuatu yang diketahui mengenai kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda serta keberanian mengambil resiko. Pengetahuan kewirausahaan ini meliputi pengetahuan nilai-nilai kewirausahaan dan pengetahuan berwirausaha

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen (Y) biasa disebut sebagai variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah sikap berwirausaha mahasiswa. Sikap berwirausaha diartikan kecenderungan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu kegiatan berwirausaha.

Tabel. 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengetahuan Kewirausahaa (X)

segala sesuatu yang diketahui mengenai kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda serta keberanian mengambil resiko

Nilai tes kognitif Interval

Sikap

berwirausaha

kecenderungan yang menyebabkan seseorang

1Percaya diri 2Berorientasi


(22)

(Y) melakukan suatu kegiatan berwirausaha

pada tugas dan hasil

3Berani mengambil resiko

4Kepemimpinan 5Keorisinilan 6Berorientasi masa depan

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010 : 72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Berdasarkan pada pengertian diatas, yang menjadi populasi dalam pengertian ini adalah mahasiswa pendidikan akuntansi yang telah mengontrak mata kuliah kewirausahaan yaitu angkatan 2010 dan 2012.

Tabel 3.2

Populasi Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012

No. Angkatan Jumlah Mahasiswa

1 2010 107

2 2012 74

Jumlah 181

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2010 :73). Sampel penelitian adalah sebagian dari


(23)

populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Dalam pengambilan sampel dilakukan secara Proportionate Stratified Random Sampling, yakni digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Penentuan jumlah sampel dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

(Riduwan, 2010 : 95) Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2 = presisi yang ditetapkan

Dengan menggunakan rumus di atas dan presisi atau kesalahan yang ditetapkan adalah 5%, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

= 124,6127 125

Dari perhitungan di atas, maka yang menjadi sampel adalah 125 mahasiswa. Adapun rumus untuk menentukan sampel adalah:

(Riduwan, 2008: 29) Keterangan:

N = jumlah populasi keseluruhan Ni = jumlah populasi menurut angkatan


(24)

n = jumlah sampel keseluruhan ni = jumlah sampel menurut angkatan

Penarikan sampel mahasiswa dilakukan secara proporsional dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Sampel Mahasiswa Angkatan 2010 dan 2012 No Angkatan Jumlah

Mahasiswa

Sampel Mahasiswa

1 2010 107 ni=

2 2012 74 ni=

= 51,10 51

Total 181 125

Dari tabel 3.3 dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling.

3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1. Tes

Dalam penelitian ini, pengetahuan kewirausahaan merupakan hasil dari pembelajaran kewirausahaan yang diperoleh mahasiswa. Oleh karena itu, penulis menggunakan instrumen tes, yang dikembangkan dari silabus mata kuliah kewirausahaan di prodi Pendidikan Akuntansi untuk mengukur pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa. Adapun beberapa tahapan dalam penyusunan instrumen tes, diantaranya

1. Mempelajari silabus yang digunakan di prodi Pendidikan Akuntansi 2. Menetapkan kompetensi yang akan diukur berdasarkan silabus 3. Menyususun pertanyaan


(25)

4. Mengadakan uji coba 3.4.2 Kuesioner

Menurut Sugiyono (2010 :199) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Dalam menyusun kuesioner diperlukan suatu kisi-kisi untuk membantu dalam rumusan pertanyaan atau pernyataan sehingga terjelma suatu pertanyaan atau pernyataan yang valid dan reliabel. Jenis angket yang digunakan yaitu angket

tertutup dengan menggunakan skala numerik. “Kuesioner tertutup adalah

kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga

pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih” (Arikunto, 2009:

28). Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup dengan menggunakan

skala numerik. “Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi

tanda pada jawaban yang dipilih” (Arikunto, 2009: 28). Menurut Sekaran (2006:

33), “Skala numerikal (numerical scale) mirip dengan skala diferensial semantik, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan,

dengan kata sifat berkutub dua pada ujung keduanya.”

Skala numerik digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang gejala sosial. Skala ini menggunakan lima buah opsi dan subyek diminta untuk menentukan responnya dengan mencantumkan nilai dengan angka numerik di antara lima opsi tersebut.


(26)

Tabel 3.4

Penilaian Skala Numerik

No. Pertanyaan/Pernyataan Skor

5 4 3 2 1

(Sekaran, 2006: 33) Keterangan:

 Angka 5 dinyatakan untuk pernyataan positif tertinggi  Angka 4 dinyatakan untuk pernyataan positif tinggi  Angka 3 dinyatakan untuk pernyataan positif sedang  Angka 2 dinyatakan untuk pernyataan positif rendah  Angka 1 dinyatakan untuk pernyataan positif terendah

Dalam hal ini kuesioner digunakan untuk mengukur sikap berwirausaha mahasiswa.

3.5. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Pengujian Instrumen Penelitian

3.5.1.1Uji Validitas

Suharsimi Arikunto (2009:144) menyatakan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu

instrumen dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi product moment dari Pearson. Rumusnya adalah sbb :

rxy = –


(27)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment dari Pearson x = skor item

y = skor total

n = jumlah responden

Tabel 3.5 Pengujian Validitas Variabel Sikap Berwirausaha

No. Item rtabel rhitung Keterangan

1 0,361 0,85617861 Valid

2 0,361 0,84293199 Valid

3 0,361 0,81193905 Valid

4 0,361 0,88379996 Valid

5 0,361 0,88218705 Valid

6 0,361 0,7724669 Valid

7 0,361 0,52718378 Valid

8 0,361 0,75242749 Valid

9 0,361 0,19529186 Tidak Valid

10 0,361 0,79592231 Valid

11 0,361 0,65737155 Valid

12 0,361 0,70500086 Valid

13 0,361 0,72328655 Valid

14 0,361 0,76356432 Valid

15 0,361 0,78162693 Valid

16 0,361 0,82543889 Valid

17 0,361 0,77059948 Valid

18 0,361 0,88014478 Valid

19 0,361 0,75545726 Valid

(Sumber: Uji validitas, data diolah)

Berdasarkan tabel 3.5, diketahui bahwa di dalam angket penelitian yang mengukur sikap berwirausaha mahasiswa 1 item yang dinyatakan tidak valid, sehingga item tersebut harus digugurkan. Item yang ada dalam instrumen penelitian yang dinyatakan valid layak dijadikan sebagai alat ukur penelitian, sedangkan item yang dinyatakan tidak valid harus dihilangkan.


(28)

Tabel 3.6 Pengujian Validitas

Variabel Pengetahuan Kewirausahaan No. Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,527 0,361 Valid

2 0,891 0,361 Valid

3 0,891 0,361 Valid

4 0,657 0,361 Valid

5 0,740 0,361 Valid

6 0,482 0,361 Valid

7 0,781 0,361 Valid

8 0,517 0,361 Valid

9 0,789 0,361 Valid

10 0,452 0,361 Valid

11 0,440 0,361 Valid

12 0,728 0,361 Valid

13 0,876 0,361 Valid

14 0.795 0,361 Valid

15 0.657 0,361 Valid

16 0.705 0,361 Valid

17 0.723 0,361 Valid

18 0.763 0,361 Valid

19 0.781 0,361 Valid

20 0.825 0,361 Valid

21 0.770 0,361 Valid

22 0.880 0,361 Valid

23 0.755 0,361 Valid

24 0,645 0,361 Valid

25 0,878 0,361 Valid

(Sumber: Uji validitas, data diolah)

Berdasarkan tabel 3.6, diketahui bahwa seluruh item di dalam instrumen tes dinyatakan valid. Item yang ada dalam instrumen penelitian yang dinyatakan valid tersebut, layak dijadikan sebagai alat ukur penelitian.


(29)

Suharsimi Arikunto (2009:154) mengungkapkan bahwa reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, dan dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama. Untuk menguji reliabilitas alat ukur atau angket, dalam penelitian ini menggunakan metode Cornbach Alpha seperti berikut:

(Arikunto, 2009:109) Keterangan:

= reliabilitas instrumen n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah variansi butir = varians total

Rumus variansnya adalah:

(Arikunto, 2009:109) Keterangan:

= Varians total

∑ = Jumlah Skor kuadrat ∑ = Jumlah Skor dikuadratkan

= Jumlah Butir Soal

Setelah harga diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan tabel r untuk

α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = n-1, reliabilitas angket akan terbukti jika hasil perhitungan ternyata thitung > ttabel, maka butir item reliabel, sebaliknya jika


(30)

thitung ≤ ttabel, maka butir item tidak reliabel, sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7 Pengujian Reliabilitas

Variabel rhitung rtabel Keterangan

Sikap Berwirausaha 0,90356 0,361 Reliabel Pengetahuan

Kewirausahaan

0,75649 0,361 Reliabel (Sumber: Uji reliabilitas, data diolah)

Dari tabel 3.7, diketahui bahwa reliabilitas instrumen penelitian kuesioner sikap berwirausaha diperoleh nilai rhitung 0,90356 dan nilai rtabel dengan n = 18 dengan taraf α = 0,05 adalah sebesar 0,468. Hal ini berarti rhitung > rtabel, dengan demikian kuesioner sikap berwirausaha dinyatakan reliabel dengan kata lain mempunyai daya ketetapan.

Tabel diatas juga menunjukan bahwa reliabilitas instrumen tes diperoleh nilai rhitung 0,75649 dan nilai rtabel dengan n = 25 dengan taraf α = 0,05 adalah sebesar 0,396. Hal ini berarti rhitung > rtabel, dengan demikian instrumen tes dinyatakan reliabel dengan kata lain mempunyai daya ketetapan.

3.5.1.3Uji Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Arikunto (2009 : 207) menerangkan bahwa

“Soal yang terlalu mudah, tidak merangsang responden untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sulit akan menyebabkan responden menjadi putus asa dan tidak


(31)

Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masing-masing butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

P =

(Arikunto, 2009 : 208)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya responden menjawab soal itu dengan benar = Jumlah seluruh peserta tes

Untuk menghitung tingkat indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.8

Interpretasi harga indeks kesukaran

P Interpretasi harga

indeks kesukaran

0,01 - 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009 : 208) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software Anates v4, maka dapat diketahui taraf kesukaran soal yang diajukan kepada responden. Berikut ini adalah hasilnya:

Tabel 3.9

Indeks kesukaran soal

No Soal P Kriteria

1 0,70 Sedang

2 0,77 Mudah

3 0,67 Sedang

4 0,87 Sangat Mudah

5 0,53 Sedang

6 0,43 Sedang

7 0,73 Mudah


(32)

9 0,27 Sukar

10 0,90 Sangat Mudah

11 0,57 Sedang

12 0,50 Sedang

13 0,73 Mudah

14 0,80 Mudah

15 1,00 Sangat Mudah

16 0,60 Sedang

17 0,83 Sangat Mudah

18 0,70 Sedang

19 0,90 Mudah

20 0,73 Sedang

21 0,90 Sangat mudah

22 0,77 Mudah

23 0,87 Sangat Mudah

24 0,90 Sangat Mudah

25 0,80 Mudah

(Sumber: Uji kesukaran, data diolah)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui terdapat 7 soal yang memiliki kriteria sangat mudah, sementara untuk katergori mudah juga terdapat 7 soal, 10 soal yang adalah bertaraf sedang dan 1 soal yang bertaraf sukar. Artinya terdapat 40% soal tergolong soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah bagi responden untuk menjawabnya.

3.5.1.4Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda digunakan untuk menguji kemampuan suatu soal untuk membedakan antara responden yang pandai dengan responden berkemampuan rendah. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

D = PA – PB =

-

(Arikunto, 2009 : 213) Keterangan :

D : Daya pembeda

JA : Banyaknya responden kelompok atas JB : Banyaknya responden kelompok bawah


(33)

BA: Banyaknya responden kelompok atas yang menjawab benar BB: Banyaknya responden kelompok bawahyang menjawab benar PA: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk menghitung tingkat indeks kesukaran, digunakan kriteria berikut ini:

Tabel 3.10

Interpretasi daya pembeda

D Interpretasi daya

pembeda 0,01 – 0,20 Jelek (poor)

0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory) 0,41 – 0,70 Baik (good)

0,71 – 1,00 Baik sekali (exellent) Negatif Semua tidak baik

Dalam menghitung daya pembeda, responden dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah. Perhitungan uji daya pembeda ini dilakukan dengan menggunakan software Anates v4, berikut hasil perhitungannya :

Tabel 3.11

Indeks daya pembeda

No Soal D Kriteria

1 0,25 Cukup

2 0,37 Cukup

3 0,25 Cukup

4 0,25 Cukup

5 0,13 Jelek

6 0,18 Jelek

7 0,50 Baik

8 0,13 Jelek

9 0,50 Baik

10 0,13 Jelek


(34)

12 0,38 Cukup

13 0,13 Jelek

14 0,23 Cukup

15 0,18 Jelek

16 0,38 Cukup

17 0,13 Jelek

18 0,63 Baik

19 0,53 Baik

20 0,13 Jelek

21 0,45 Baik

22 0,50 Baik

23 0,38 Cukup

24 0,13 Jelek

25 0,53 Baik

(Sumber: Uji daya pembeda, data diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah soal yang memiliki kriteria jelek hanya berjumlah 9 soal, 8 soal berkriteria cukup, 7 soal berkriteria baik dan 1 soal berkriteria baik sekali. Dapat diketahui bahwa 68% soal berada dibawah kategori baik. Hal ini berarti bahwa soal yang diberikan kurang dapat membedakan antara siswa yang pandai dan kurang pandai.

3.5.2. Uji Persyaratan Data 3.5.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, jika data berdistribusi normal maka proses selanjutnya menggunakan perhitungan statistik parametris, sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal maka untuk perhitungannya menggunakan statistik non parametrik (Sugiyono, 2010: 75).

Uji Normalitas merupakan uji yang sering dilakukan sebagai prasyarat untuk melakukan analisis data, banyak sekali metode analisis yang mensyaratkan


(35)

data harus normal misalnya analisis regresi dan lain sebagainya, bahkan ada juga yang uji normalitas pada residual model statistika. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas datanya dibantu dengan menggunakan software IBM SPSS v.16 for windows.

3.5.3. Pengujian Hipotesis 3.5.3.1Koefisien Korelasi

Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment dengan angka kasar:

rxy =

n xy – x y

√{ n x2 x2}{(n y2) y2}

(Arikunto, 2009: 72) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

x = skor item y = skor total

n = jumlah responden


(36)

Koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen (Sugiyono, 2010: 231). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus:

KD = r2 x 100%

(Sudjana, 2003) Keterangan:

KD = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi

Prosentase koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya pengaruh yang diberikan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat yang disebabkan oleh varibel yang lainnya.

3.5.3.3Uji Signifikansi

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh variabel yang dianalisis yaitu pengetahuan kewirausahaan (X) sebagai variabel bebas, terhadap sikap berwirausaha mahasiswa (Y) sebagai variabel terikat.

Untuk menguji koefisien korelasi antara variabel X dan Y dilakukan dengan membandingkan dan yaitu dengan menggunakan rumus distribusi student ). Rumus dari distribusi t student adalah

√ √

(Sugiyono, 2010 : 184)

Keterangan :


(37)

r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya data

Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah: - Jika maka ditolak dan diterima

- Jika maka diterima dan ditolak

Pada taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji satu pihak, yaitu pihak kanan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut :

: ρ> 0, artinya tidak terdapat pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa

: ρ 0, artinya terdapat pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa


(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi UPI berada pada kategori tinggi.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi berada pada kategori sedang.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel pengetahuan kewirausahan mahasiswa terhadap sikap berwirausaha mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 dan 2012 secara umum tergolong pada kategori tinggi. Sedangkan sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 masuk ke dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak sebagai berikut:


(39)

menumbuhkan nilai berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil resiko, kepemimpinan dan keorisinilan. Adapun cara yang bisa ditempuh diantaranya membaca kisah sukses dan kisah gagal pengusaha, berbagi pengalaman dengan pengusaha, mencoba membuka usaha kecil-kecilan, mengikuti pelatihan kepemimpinan dan sebagainya. Selain itu, mempertahankan nilai percaya diri, dan selalu berorientasi pada masa depan. 2. Untuk dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, dalam proses

pembelajaran agar dapat meningkatkan sikap berwirausaha mahasiswa hendaknya proses pembelajaran lebih banyak mengarahkan pada pengalaman berwirausaha. Selain itu, untuk memberikan semangat belajar berwirausaha kepada mahasiswa dapat dilakukan dengan cara salah satunya memberikan apresiasi untuk yang membuat business plan terbaik. Kemudian, selama proses pembelajaran banyak menebarkan kata mutiara, jargon , semboyan ataupun moto yang berisikan motivasi kewirausahaan yang agar semangat kewirausahaan terus terngiang walaupun tidak sedang belajar.

3. Untuk Prodi Pendidikan Akuntansi, lebih mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa yang menampilkan hasil kreativitas dan inovasi mahasiswa, seperti dengan mengadakan pekan wirausaha, pameran wirausaha, dan sebagainya.

4. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap berwirausaha seperti pengaruh orang


(40)

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Alma, B. (2009). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Astamoen, P.M. (2008). Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Jakarta: Bumi Aksara.

Frinces, Z. (2011). Be An Entrepreueur (Jadilah Seorang Wirausaha). Jakarta: Graha Ilmu.

Kasali, R.,dkk. (2010). Manual Untuk Instruktur (Dosen) Kewirausahaan Untuk Program Strata 1. Bekasi : Rumah Perubahan

Mohammad Nazir. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). (2013). Bandung: Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI.

Rasyidin, W,. dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sekaran, U. (2006). Reseach Methods for business 6rd Edition. USA: John Willey & Sons, Inc.

Sudjana. (2001). Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis II. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung : Salemba Empat


(42)

Sutomo, Djati. (2007). Menjadi Entrepreneur Jempolan (Achieving Entrepreneurial Excellence). Jakarta : Republika

Winarno.2006. Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumber Karya Ilmiah:

Iskandar. (2012). Efektifitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa (Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pendekatan “Entrepreneurial Intention-based Models” pada mahasiswa perguruan tinggi di wilayah Cirebon”. Repository. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Kurjono. (2012). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kompetensi Guru, dan Lingkungan Keluarga terhadap Sikap Kreatif dan Sikap Inovatif serta Implikasinya terhadap Motivasi Berwirausah (Survey terhadap Siswa SMKN Se- Kota Bandung). Disertasi . Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Reni, Yulia. (2012). Pengaruh Sikap Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa (Kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi UPI). Skripsi. Bandung: Program Sarjana UPI. Purwanto, I. (2002). Pengaruh pelatihan kerja industri terhadap sikap

kewirausahaan siswa SMK Negeri 2 Majalengka.Tesis. Bandung: Program Sarjana UPI.

Setiawan, S. (2006). Hubungan pendidikan kewirausahaan dengan sekap berwirausaha (Studi kasus pada Mahasiswa STEMBI Bandung Angkatan 2004). Skripsi. Bandung : STEMBI

Sumber Lainnya:

Keat,O.Y., Selvajarah,C ., and Meyer, D. (2011). “Inclination towards entrepreneurship among university students: An empirical study of Malaysian university students”. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No.4

Roxas, B.G., Panizales, R.C., and Jesus, R.M. (2008). “Entrepreneurial Knowledge and its Effects on Entrepreneurial Intentions: Development

of a Conceptual Framework”. Asia-Pacific Social Science Review 8:2 (2008), pp. 61-77


(43)

Shen, P., and Chai, L. (2006). “ Changing Entrepreneurial Perceptions and Developing Entrepreneurial Competencies through Experiential Learning: Evidence from Entrepreneurship Education in Singapore’s

Tertiary Education Institutions” . Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability Volume II, Issue 2

Mulyani, E. (2009). “Strategi Menumbuhkan Sikap dan Perilaku Wirausaha

Melalui Pembelajaran Kooperatif yang Berwawasan Kewirausahaan”.

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 6 Nomor 2, November 2009

Aprilianty, E. (2012). “Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan

Kewirausahaan, Dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa

SMK”. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November 2012 _. (2013. Pengangguran di Indonesia Melonjak . [Online]. Tersedia:


(44)

(1)

1. Mahasiswa sebaiknya dapat meningkatkan sikap berwirausaha, terutama dalam menumbuhkan nilai berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil resiko, kepemimpinan dan keorisinilan. Adapun cara yang bisa ditempuh diantaranya membaca kisah sukses dan kisah gagal pengusaha, berbagi pengalaman dengan pengusaha, mencoba membuka usaha kecil-kecilan, mengikuti pelatihan kepemimpinan dan sebagainya. Selain itu, mempertahankan nilai percaya diri, dan selalu berorientasi pada masa depan. 2. Untuk dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, dalam proses

pembelajaran agar dapat meningkatkan sikap berwirausaha mahasiswa hendaknya proses pembelajaran lebih banyak mengarahkan pada pengalaman berwirausaha. Selain itu, untuk memberikan semangat belajar berwirausaha kepada mahasiswa dapat dilakukan dengan cara salah satunya memberikan apresiasi untuk yang membuat business plan terbaik. Kemudian, selama proses pembelajaran banyak menebarkan kata mutiara, jargon , semboyan ataupun moto yang berisikan motivasi kewirausahaan yang agar semangat kewirausahaan terus terngiang walaupun tidak sedang belajar.

3. Untuk Prodi Pendidikan Akuntansi, lebih mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa yang menampilkan hasil kreativitas dan inovasi mahasiswa, seperti dengan mengadakan pekan wirausaha, pameran wirausaha, dan sebagainya.

4. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap berwirausaha seperti pengaruh orang


(2)

(3)

72

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Alma, B. (2009). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Astamoen, P.M. (2008). Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa

Indonesia. Bandung : Alfabeta

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Jakarta: Bumi Aksara.

Frinces, Z. (2011). Be An Entrepreueur (Jadilah Seorang Wirausaha). Jakarta: Graha Ilmu.

Kasali, R.,dkk. (2010). Manual Untuk Instruktur (Dosen) Kewirausahaan

Untuk Program Strata 1. Bekasi : Rumah Perubahan

Mohammad Nazir. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). (2013). Bandung: Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI.

Rasyidin, W,. dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sekaran, U. (2006). Reseach Methods for business 6rd Edition. USA: John

Willey & Sons, Inc.

Sudjana. (2001). Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis II. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju


(4)

Sutomo, Djati. (2007). Menjadi Entrepreneur Jempolan (Achieving

Entrepreneurial Excellence). Jakarta : Republika

Winarno.2006. Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumber Karya Ilmiah:

Iskandar. (2012). Efektifitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa (Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pendekatan “Entrepreneurial Intention-based Models” pada mahasiswa perguruan tinggi di wilayah Cirebon”. Repository.

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Kurjono. (2012). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kompetensi Guru,

dan Lingkungan Keluarga terhadap Sikap Kreatif dan Sikap Inovatif serta Implikasinya terhadap Motivasi Berwirausah (Survey terhadap Siswa SMKN Se- Kota Bandung). Disertasi . Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia

Reni, Yulia. (2012). Pengaruh Sikap Kewirausahaan terhadap Intensi

Berwirausaha Mahasiswa (Kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi UPI). Skripsi. Bandung: Program Sarjana UPI.

Purwanto, I. (2002). Pengaruh pelatihan kerja industri terhadap sikap

kewirausahaan siswa SMK Negeri 2 Majalengka.Tesis. Bandung:

Program Sarjana UPI.

Setiawan, S. (2006). Hubungan pendidikan kewirausahaan dengan sekap

berwirausaha (Studi kasus pada Mahasiswa STEMBI Bandung Angkatan 2004). Skripsi. Bandung : STEMBI

Sumber Lainnya:

Keat,O.Y., Selvajarah,C ., and Meyer, D. (2011). “Inclination towards entrepreneurship among university students: An empirical study of Malaysian university students”. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No.4

Roxas, B.G., Panizales, R.C., and Jesus, R.M. (2008). “Entrepreneurial Knowledge and its Effects on Entrepreneurial Intentions: Development of a Conceptual Framework”. Asia-Pacific Social Science Review 8:2


(5)

74

Shen, P., and Chai, L. (2006). “ Changing Entrepreneurial Perceptions and Developing Entrepreneurial Competencies through Experiential Learning: Evidence from Entrepreneurship Education in Singapore’s Tertiary Education Institutions” . Journal of Asia Entrepreneurship and

Sustainability Volume II, Issue 2

Mulyani, E. (2009). “Strategi Menumbuhkan Sikap dan Perilaku Wirausaha Melalui Pembelajaran Kooperatif yang Berwawasan Kewirausahaan”.

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 6 Nomor 2, November 2009

Aprilianty, E. (2012). “Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan, Dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa

SMK”. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November 2012

_. (2013. Pengangguran di Indonesia Melonjak . [Online]. Tersedia:


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN BUDAYA KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Budaya Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha ( Studi Kasus pada Mahasiswa UMS Program Pendidikan PKn Angkatan 2012 ).

0 4 16

PENDAHULUAN Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Budaya Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha ( Studi Kasus pada Mahasiswa UMS Program Pendidikan PKn Angkatan 2012 ).

0 1 8

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN BUDAYA KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Budaya Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha ( Studi Kasus pada Mahasiswa UMS Program Pendidikan PKn Angkatan 2012 ).

0 2 13

MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Motivasi Dan Sikap Kewirausahaan Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unive

0 2 20

MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Motivasi Dan Sikap Kewirausahaan Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unive

0 1 17

PENGARUH KREATIVITAS DAN SIKAP MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PROGRAM Pengaruh Kreativitas Dan Sikap Mandiri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2010/2011 Universitas Muhammadiyah Sur

0 3 15

PENDAHULUAN Pengaruh Kreativitas Dan Sikap Mandiri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2010/2011 Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 8

PENGMINA Pengaruh Kreativitas Dan Sikap Mandiri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2010/2011 Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 12

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI, DAN INTENSI TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN (Survey pada Mahasiswa FPEB UPI Angkatan Tahun 2012).

0 2 9

Pengaruh jiwa berwirausaha dan latihan berwirausaha terhadap minat berwirausaha mahasiswa : studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Ekonomi angkatan 2008 Universitas Sanata Dharma.

0 6 153