DAMPAK PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN PLAYDOUGH DALAM PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI : Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung.

(1)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II ALAT PERMAINAN PLAYDOUGH DALAM PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI A. Konsep Alat Permainan Playdough ... 14

1. Pengertian dan Manfaat Alat Permainan ... 14

2. Pengertian dan Manfaat Playdough ... 21

a. Pengertian Playdough ... 21

b. Manfaat Playdough ... 24

3. Peran Alat Permainan Playdough Terhadap Pengembangan Motorik Halus dan Kreativitas Anak Usia Dini ... 27


(2)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

4. Cara Membuat Playdough ... 29

5. Langkah-langkah Penggunaan Playdough ... 32

B. Konsep Motorik Halus ... 33

1. Pengertian Motorik Halus... 33

2. Perkembangan Motorik Halus ... 36

3. Tujuan dan Fungsi Motorik Halus ... 37

4. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus ... 38

C. Konsep Kreativitas ... 41

1. Pengertian Kreativitas ... 41

2. Pengembangan Kreativitas ... 44

3. Komponen Pokok Kreativitas ... 50

4. Ciri-Ciri Kreativitas ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

B. Desain Penelitian ... 55

C. Metode Penelitian ... 60

D. Definisi Operasional ... 60

E. Instrument Penelitian ... 64

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 66

G. Teknik Pengumpul Data ... 74

H. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan dan Analisis Data ... 79

1. Deskripsi Pelaksanaan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Alat Permainan Playdough ... 80


(3)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

2. Pengembangan Motorik Halus ... 94

a. Penguasaan Awal (Pre Test) Motorik Halus ... 94

b. Penguasaan Akhir (Post Test) Motorik Halus ... 98

c. Uji Normalitas Peningkatan (N-Gain) Motorik Halus ... 102

3. Pengembangan Kreativitas ... 105

a. Penguasaan Awal (Pre Test) Kreativitas ... 106

b. Penguasaan Akhir (Post Test) Kreativitas ... 110

c. Uji Normalitas Peningkatan (N-Gain) Kreativitas ... 114

B. Pembahasan Data ... 127

1. Langkah-langkah Pelaksanaan Penggunaan Alat Permainan Playdough ... 127

2. Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini ... 129

3. Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(4)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini.

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada masa usia dini seluruh aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Masa usia dini merupakan masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan. Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan, termasuk stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa, akan mempengaruhi kehidupan anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak. Agar anak dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, mereka perlu menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar yang relevan.


(5)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendidikan seyogianya memfasilitasi anak untuk menguasai perangkat pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan. Melalui pendidikan, misalnya anak berlatih untuk mengekspresikan emosi secara wajar, mengenal benda-benda yang bisa membahayakan, menguasai keterampilan berkomunikasi, dan menguasai sejumlah keterampilan motorik kasar dan halus. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar ini tidak saja berguna untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada saat ini, tetapi juga akan menjadi landasan bagi penguasaan pengetahuan dan keterampilan berikutnya. (Solehuddin, 2000: 1093)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14, dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut”. Sesuai dengan fungsinya pendidikan anak usia dini yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Dari berbagai hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya.


(6)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengembangan program pembelajaran pada anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran dalam situasi yang lainnya. Penggunaan alat permainan/alat peraga/media, metode pembelajaran, suasana kelas, dan orientasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Taman Kanak-kanak harus menyesuaikan dengan prinsip-prinsip dasar pembelajaran anak usia dini. Orientasi pembelajaran pada anak usia dini, tidak terlalu menekankan pada penguasaan materi pelajaran sebagaimana yang dilaksanakan di Sekolah Dasar dan jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam sebuah jurnal pendidikan PAUD yang ditulis Ida Rosida, bahwa upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak-anak, melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. (Online. Tersedia: http://tarsisius–jkt.sch.ida/ belajar sambil bermain.html, 2009).

Dengan demikian pembelajaran pada anak usia dini seharusnya lebih diarahkan pada penciptaan suasana hati anak yang memiliki kesiapan mental psikologis yang memandang bahwa belajar adalah aktivitas yang menyenangkan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan ini akan memberikan kontribusi terhadap kesiapan mental dan konsep tentang makna belajar itu sendiri pada anak usia dini dalam aktivitas pembelajaran selanjutnya. Program pembelajaran untuk


(7)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

anak usia dini yang disusun dapat mengembangkan seluruh potensi anak yang beragam selaras dengan tumbuh kembang anak dengan tetap memperhatikan budaya daerah dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Conny (2007: 19) tentang pembelajaran anak usia dini bahwa pendidikan bagi anak usia dini adalah belajar sambil bermain, melalui bermain semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan dan melalui permainan anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental, intelektual dan spiritual. Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajah dunianya, dari yang tidak ia kenal sampai yang ia kenal, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya hingga mampu melakukannya.

Dalam Kurikulum dan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, terdapat pengembangan berbagai bidang, seperti bidang sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, nilai moral dan agama, dan sains. Ke-enam bidang pengembangan dimaksud menjadi fokus dari aktivitas pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Pengembangan setiap bidang dimaksud akan saling terkait satu sama lain dalam mendorong perkembangan optimal anak usia dini. Sebagaimana yang dikatakan Catron dan Allen (Nurani Yuliani, 2009: 201) bahwa tujuan pengembangan kurikulum di Taman Kanak-kanak yang utama adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif, dan


(8)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seharusnya kelas-kelas bagi anak usia dini merupakan kelas yang mampu menciptakan suasana kelas yang kreatif dan penuh kegembiraan bagi anak.

Implikasi dari prinsip bahwa belajar bagi anak usia dini harus memberikan kesan sebagai aktivitas yang menyenangkan, maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru Taman Kanak-kanak harus ditata sedemikian rupa yang dapat mendorong terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Proses pembelajaran yang dilakukan harus memenuhi prinsip pembelajaran berangkat dari potensi yang dimiliki anak, belajar harus bermakna dan belajar dilakukan sambil bermain (Hartati, 2007: 50).

Eheart & Leavitt dalam Stone (Nurani Yuliani, 2009: 145) mengatakan bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik, tetapi juga perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosional, kreativitas.Pada dasarnya anak telah memiliki potensi kreativitas sejak lahir ke dunia ini. Supriadi. (2000: 15) menyatakan bahwa setiap orang lahir dengan potensi kreatif walaupun tingkatannya berbeda-beda, dan dapat dikembangkan dan dipupuk.

Salah satu karakter belajar pada anak usia dini adalah aktivitas belajar yang berada dalam dimensi imajinasi yang sangat tinggi. Daya imajinasi pada anak usia dini, sesungguhnya merupakan titik awal dari perkembangan kreativitas anak, sehingga manakala guru Taman Kanak-kanak menciptakan suasana pembelajaran yang mendorong imajinasi anak usia dini, sesungguhnya di sana terjadi upaya guru dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak.


(9)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kreativitas belajar anak melalui bermain sangat penting sekali untuk dipahami oleh orangtua dan guru di dalam memberikan stimulasi (rangsangan) kepada anak sedini mungkin, dimana masa usia dini ini merupakan masa yang paling tepat untuk memupuk dan mengembangkan kreativitas agar dapat menjadi seorang manusia yang kreatif, yang sangat diharapkan dimasa mendatang. Sebagaimana yang dikemukakan Munandar (2004: 46), bahwa:

“Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan baru dan pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta)”.

Uraian di atas mengandung makna, bahwa kreativitas yang dipupuk dan dikembangkan sejak usia dini sangat penting dalam hidup manusia untuk dapat mewujudkan diri. Karena masa anak usia dini (Golden Age) merupakan masa yang memerlukan perhatian yang serius, dan merupakan sesuatu kekuatan sumber daya yang sangat diperlukan kelak di kemudian hari.

Pendekatan melalui belajar sambil bermain adalah cara yang terbaik bagi anak usia dini untuk mengembangkan kreativitas dan fisik motoriknya. hal ini merupakan upaya pengembangan potensinya yang lebih lanjut. Dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan ia pikirkan. Anak mempraktekkan keterampilan dan mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Selanjutnya anak


(10)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat mengembangkan motoriknya (otot kasar dan otot halusnya), meningkatkan penalaran, dan memahami keberadaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitasnya.

Bermain merupakan seluruh aktivitas anak, bergerak, termasuk bekerja, penyaluran hobi, dan merupakan cara mereka mengenal dunia. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosinya. Bermain dengan menggunakan motorik kasar maupun halus menjadi perhatian utama dalam pendidikan anak usia dini pada jenjang taman Kanak-kanak guna menumbuhkan keberanian, rasa percaya diri dan melatih kemampuan fisik anak. Dengan adanya sifat-sifat positif dibangun sejak usia dini di sekolah Taman Kanak-kanak, maka anak akan memiliki bekal atau kekuatan moral yang kuat dalam menghadapi tantangan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan fisik motoriknya, baik motorik kasar maupun motorik halus. Dalam permainan motorik kasar adanya gerakan-gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti berjalan, melompat, berlari, dan melempar, sedangkan dalam permainan motorik halus melatih koordinasi otot tangan dalam beraktivitas seperti bermain playdough, melipat, menggunting, meronce, meremas dan lain sebagainya.

Pengembangan kemampuan motorik halus banyak berkaitan dengan pengembangan fungsi-fungsi kognitif dan kreativitas anak usia dini. Misalnya


(11)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ketika guru memberikan tugas kepada anak untuk membuat playdough, maka dalam aktivitas tersebut terkandung aktivitas pengembangan motorik halus, karena memang membentuk suatu bentuk, memerlukan keterampilan dalam merancang suatu bentuk tertentu sesuai dengan perintah guru atau apa yang diinginkan. Di samping itu pula, proses pembentukan playdough, memberikan peluang kepada anak usia dini dalam mengembangkan kreativitas dalam membentuk pola-pola sesuai dengan apa yang anak imajinasikan. Salah satu alat permainan yang dapat merangsang kreativitas anak usia dini adalah bermain

playdough. Guru Taman Kanak-kanak hendaknya memiliki kemampuan

merancang alat permainan untuk pembelajarannya, karena alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik anak daripada alat permainan yang tidak dirancang terlebih dahulu. Anak Taman Kanak-kanak biasanya menyukai alat permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit.

Seorang ahli psikolog, Jerone Brunner (dalam Prayitno, 2005: 119) mengemukakan bahwa “ jika dalam belajar anak dapat diberi pengalaman langsung melalui media, maka situasi pembelajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat anak dalam belajar“. Dengan demikian penggunaan alat permainan yang tepat menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam pembelajaran anak usia dini.

Playdough adalah salah satu alat permainan dalam pembelajaran yang

termasuk kriteria alat permainan edukatif dengan biaya murah dan memiliki nilai fleksibilitas, baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola yang


(12)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Bahan alat permainan

playdough murah dan mudah dijumpai di toko atau pasar, dan dalam

pembuatannya pun tidak membahayakan bagi kesehatan anak. Dengan demikian, dilihat dari sisi efisiensi dan keamanan, alat permainan playdough memiliki nilai ekonomis dan keamanan untuk digunakan dalam pembelajaran anak usia dini. Nilai fleksibilitas menunjukkan bahwa penggunaan alat permainan playdough memberikan peluang kepada guru dalam merancang dan mengintruksikan pola-pola apa yang harus dibuat oleh anak, sesuai dengan tema yang sedang disampaikan. Pada diri anak juga, bahwa penggunaan alat permainan playdough memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dalam membentuk pola yang diinginkan sesuai dengan imajinasi anak, karena sifat dari bahan playdough sangat mudah untuk dibentuk apapun.

Proses pembuatan pola melalui penggunaan alat permainan playdough memerlukan keterampilan tangan, yang mana hal tersebut terkait dengan keterampilan motorik halus. Pengembangan motorik halus termasuk salah satu bidang pengembangan dalam kurikulum dan pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Pengembangan keterampilan motorik halus dapat dikatakan sebagai kemampuan dasar bagi anak usia dini untuk aktivitas menulis, dan melakukan aktivitas sehari-hari (activity dailly living), seperti memegang cangkir, piring, sendok, garpu, sikat gigi, dan sebagainya. Dengan demikian, pengembangan motorik halus, perlu dilakukan sejak usia dini, yang dalam hal ini pengembangan


(13)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

motorik halus dalam pembelajaran anak usia dini memiliki peranan strategis dalam mendorong perkembangan komprehensif anak.

Hasil studi pendahuluan di Taman Kanak-kanak Armia Bandung, menunjukkan bahwa guru-guru di Taman Kanak-kanak ini belum pernah menggunakan playdough sebagai media atau alat permainan dalam pembelajaran di kelas. Dari hasil wawancara dengan guru-guru di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung ini juga terungkap bahwa upaya dalam mengembangkan motorik halus dan kreativitas yang selama ini dilakukan di kelas belum pernah menggunakan alat permainan yang dibuat sendiri, dikarenakan tidak adanya dana untuk pembelian bahan-bahan dan peralatan serta tempat penyimpanannya, maka penulis tertarik untuk meneliti alat permainan playdough dampaknya terhadap pengembangan motorik halus dan kreativitas anak Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung, maka peneliti melakukan kajian tentang “Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough dalam Pengembangan Motorik Halus dan Kreativitas Anak Usia Dini”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, menunjukkan perlu adanya upaya penyediaan alat permainan yang dapat menunjang perkembangan anak usia dini secara optimal terutama yang dapat mengembangkan motorik halus dan


(14)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kreativitasnya. Adapun permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Apakah penggunaan alat permainan playdough dapat memberikan dampak terhadap pengembangan motorik halus dan kreativitas anak usia dini di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung?”

Untuk menjabarkan rumusan masalah sebagaimana dipaparkan di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan penggunaan alat permainan

playdough dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung?

2. Apakah terdapat perbedaan dalam motorik halus, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung?

3. Apakah terdapat perbedaan dalam kreativitas, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran

playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia

Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan penggunaan alat permainan


(15)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Untuk mengetahui perbedaan motorik halus, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran

playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia

Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui perbedaan kreativitas, antara anak yang memperoleh pembelajaran playdough dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran

playdough sebelum dan sesudah perlakuan di Taman Kanak-kanak Armia

Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam upaya penerapan penggunaan alat permainan playdough dalam pengembangan motorik halus dan kreativitas anak Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung.

2. Sebagai bahan pengalaman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan alat permainan playdough dalam mengembangkan motorik halus dan kreativitas anak Taman Kanak-kanak Armia Kota Bandung. 3. Sebagai temuan awal bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai pengembangan motorik halus dan kreativitas anak usia dini.

E. Struktur Organisasi Tesis


(16)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Membahas konsep-konsep/teori-teori dasar yang akan digunakan sebagai dasar penelitian di dalam membahas tema yang tengah diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan Tesis. Bagian ini meliputi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang di temukan dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bagian paling akhir yang berisi mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran-saran yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut.


(17)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(18)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Armia yang beralamat di Komplek Sarijadi Jalan Sarimadu Barat No. 125 Kota Bandung. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Padanta Na Togu dengan Visi: “Mewujudkan dunia pendidikan yang cerdas, cakap, terampil, mandiri, dan percaya diri, memiliki kepribadian kuat, memiliki kemampuan untuk membangun diri dan bertanggung jawab atas pembangunan dan kemajuan bangsa dan agama”, adapun Misi nya adalah “Menciptakan generasi yang memiliki kemampuan keterampilan, pengetahuan, yang berakhlaq mulia sesuai perkembangannya”.

2. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung, dengan sebaran subyek penelitian sebagai berikut: (1) kelas eksperimen sebanyak 16 orang anak; dan (2) kelas kontrol sebanyak 16 orang anak. Jumlah anak-anak tersebut langsung ditetapkan sebagai subyek penelitian.

B. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen Nonequivalent Control Group Design dimana kelompok eksperimen


(19)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2007: 116). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan plyadough pada kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa menggunakan playdough pada kelas kontrol. Desain penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut.

Pengaruh perlakuan adalah (O1 - O2) – (O3 –O4). Desain ini dapat digambarkan pada tabel 3.1 sebagai berikut:

TABEL 3.1 DESAIN PENELITIAN

Kelas Pre-Test Perlakuan Post-Test

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Nonequivalent Control Group Design (dalam Sugiyono, 2008: 116)

Keterangan :

O1 = Pre-Test Kelas Eksperimen O2 = Post-Test Kelas Eksperimen O3 = Pre-Test Kelas Kontrol O4 = Post-Test Kelas Kontrol

X1 = Perlakukan menggunakan Playdough X2 = Perlakuan tanpa menggunakan Playdough

Berdasarkan hasil penjelasan tersebut di atas, maka dapat dikemukakan bahwa penelitian eksperimen yang dilaksanakan adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Dengan demikian dampak penggunaan alat permainan playdough dalam penelitian ini sebagai upaya untuk mengembangkan motorik halus dan kreativitas anak usia dini pada TK Armia Kota Bandung. Treatmen pada kelas


(20)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kontrol dalam melakukan kegiatan peningkatan Motorik Halus dan Kreativitas bukan dengan pembelajaran playdough.

Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian tersebut ditunjukan dalam alur penelitian sebagai berikut:

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Playdough, Motorik Halus, dan Kreativitas

Penyusunan Instrumen:

1. Pedoman Observasi Motorik Halus AUD 2. Pedoman Observasi

Kreativitas AUD

Penyusunan Rencana Pembelajaran dengan menggunakan Alat Permainan Playdough

Uji Coba, Validasi

Kelas Kontrol Tes Awal Kelas Eksperimen

Pembelajaran Tanpa Playdough

Ta

Pembelajaran Dengan Playdough

Ta Tes Akhir

(Post test)

Pengolahan dan Analisis Data

Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran dengan Playdough Pembahasan


(21)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Prosedur Penelitian ini dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Diawali dengan studi literatur terhadap program pembelajaran dan buku-buku pendidikan sesuai kurikulum Taman Kanak-Kanak dalam upaya menganalisis konsep-konsep penting yang akan diterapkan, kemudian membuat Rencana Kegiatan Harian yang sesuai dengan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan dan menyusun skenario pembelajaran alat permainan

playdough, selanjutnya studi literatur pengembangan motorik halus dan

kreativitas hingga menyusun instrument penelitian pengembangan motorik halus dan kreativitas yang akan dikembangkan melalui format observasi dengan bimbingan dosen pembimbing.

2. Tahap penjajagan

Peneliti mengunjungi Taman Kanak-Kanak Armia dan meminta persetujuan kepada ketua yayasan dan kepala sekolah TK Armia untuk melaksanakan penelitian dengan menyerahkan surat ijin penelitian. Kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru kelas tentang pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough, membuat kesepakatan dengan


(22)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepala sekolah dan guru kelas untuk menentukan kelas yang akan dijadikan eksperimen dan kelas kontrol sekaligus menetapkan jadwal penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough sesuai dengan yang telah direncanakan dalam pembelajaran dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

TABEL 3.2

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No. Hari/tanggal Kegiatan Keterangan

1. Senin-Selasa 7,8 Maret 2011

Uji Coba Instrumen Penelitian TK Kencana Mulya Margahayu Kab.Bandung 2. Senin-Selasa

14,15 Maret 2011

Diskusi dengan guru tentang penggunaan Alat Permainan

Playdough, kemudian melatih

guru dan mempraktekkan cara membuat Alat Permainan

Playdough.

Guru kelas eksperimen

3. Senin-Selasa 28-29 Maret 2011

Pre-Test Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol TK Armia Kota Bandung 4. Senin-Sabtu

4 - 9 April 2011

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Alat Permainan

Playdough

Tidak diterapkan pembelajaran dengan menggunakan Alat Permainan Playdough (konvensional/tradisional)

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

5. Senin-Rabu 11,12,13 April

Post-Test Kelas Eksperimen


(23)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2001

4. Tahap analisis

Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat permainan

playdough selesai, maka data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah

secara statistik untuk data kuantitatif dan deskriptif untuk data kualitatif.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah jenis kuasi eksperimen, dengan desain kelas control dan kelas eksperimen. Kelas control adalah kelas yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan alat permainan playdough (konvensional/tradisional), sedangkan kelas eksperimen adalah kelas yang memperoleh perlakuan (treatmen) berupa pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006: 89) “metode eksperimen adalah suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan melihat hasil ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan (treatmen)”.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul ”Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus dan Kreativitas Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung”. Dari rumusan judul penelitian tersebut,


(24)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jelaslah bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan alat permainan playdough (sebagai variabel bebas) terhadap pengembangan motorik halus dan kreativitas (sebagai variabel terikat) anak usia dini di Taman Kanak-Kanak. Untuk memberikan gambaran tentang batasan konseptual tentang variabel-variabel tersebut, berikut dijelaskan batasan definisi operasional variabel:

1. Alat Permainan Playdough

Alat permainan adalah semua alat yang digunakan oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam bentuk dan sifat seperti, bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, menyusun sesuai bentuk utuhnya, dapat ditarik, didorong, ditendang atau dapat dinaiki (Anggani Soedono, 2007: 7).

Bermain dengan alat permainan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, memberikan kesempatan untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, selain itu juga menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara (Mulyadi, 2004: 7).

Definisi tentang playdough sebagaimana yang dikemukakan oleh Dorothy Einon (Novitasari, 2009: 13), yaitu: Playdough adalah suatu bahan yang lembut, dapat membuat anak-anak terdiam cukup lama ketika mengerjakannya, warnanya


(25)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pun bermacam-macam (seperti warna pelangi) tetapi bahannya mudah rapuh dan kotorannya dapat menempel pada karpet, dan playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif karena dapat mendorong imajinasi anak.

Dari uraian di atas playdough diartikan sebagai media pembelajaran bagi anak usia dini yang terbuat dari bahan adonan yang bisa diracik sendiri dengan menggunakan bahan-bahan alami. Dengan kata lain playdough adalah alat pemainan edukatif berupa benda padat tetapi lunak dan dapat diatur atau dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai berbagai bentuk yang diinginkan. Bermain playdough merupakan salah satu aktifitas yang akan membuat anak suka berkreasi dan dapat bermanfaat bagi perkembangan otaknya, termasuk motorik halus dan kreativitasnya.

Indikator dari alat permainan playdough dalam penelitian ini adalah: a. Kualitas dan keamanan bahan-bahan yang digunakan;

b. Kesesuaian bentuk yang dibuat dengan tujuan atau tema pembelajaran; c. Fleksibilitas dari bentuk playdough yang dibuat;

d. Kelancaran dalam penggunaan playdough.

2. Motorik Halus

Suatu gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat, seperti dapat menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran,


(26)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan kuas, krayon dan spidol, serta melipat. (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002: 23). Sedangkan perkembangan motorik menurut Hurlock (2000: 150), adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.

Adapun indikator dari pengembangan motorik halus dalam penelitian ini, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Keterampilan jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough; b. Kemiripan bentuk yang dibuat dari playdough dengan bentuk aslinya; c. Ketepatan waktu dalam penyelesaian bentuk yang dibuat dari playdough.

3. Kreativitas

Kreativitas dapat didefinisikan dalam beraneka ragam pertanyaan tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Pengembangan kreativitas pada anak usia dini merupakan tujuan terpenting yang mesti diakomodasi kurikulum, karena anak yang kreatif akan mampu mengaplikasikan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya secara lebih luas, melalui gagasan, untuk kemampuan atau keterampilan, produk benda/sesuatu atau bentuk pertanyaan-pertanyaan (Nugraha, 2008: 38). Sedangkan kreativitas menurut Hurlock (2004: 2-3) adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.

Adapun indikator dari pengembangan kreativitas dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:


(27)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Originalitas dari bentuk yang dibuat; b. Kandungan ide dari bentuk yang dibuat; c. Kelancaran dari bentuk yang dibuat.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dirancang sesuai dengan variabel dan indikator pada setiap variabelnya. Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel-variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2008: 149).

Alat pengumpul data yang dikembangkan adalah pedoman obsevasi. Pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam pedoman observasi merupakan penjabaran dari indikator-indikator variabel penelitian, sehingga dengan demikian diharapkan mendapat data yang akurat dan dapat menemukan jawaban dari permasalahan penelitian ini.

Adapun butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator disusun dalam kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:

TABEL 3.3

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

No Variabel Sub Variabel Indikator Teknik

Pulta

Respon den

Butir Soal


(28)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Motorik Halus Keterampilan jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough Fleksibilitas pergerakan jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough

Observasi Anak 1, 2, 3, 4

Kelancaran jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough

5, 6,

Kedekatan bentuk yang dibuat dari

playdough dengan

bentuk aslinya

Kelengkapan bentuk

playdough yang dibuat

dengan obyek aslinya

7, 8, 9, 10

Kemiripan bentuk

playdough yang dibuat

dengan obyek aslinya

11, 12, 13, 14 Ketepatan waktu dalampenyelesaian bentuk yangdibuat dari playdough Kecepatan dalam menyelesaikan bentuk playdough

15, 16, 17

Variasi bentuk

playdough yang

dihasilkan

18, 19, 20

2. Kreativitas

Originalitas dari bentuk yang dibuat

Gagasan sendiri Observasi Anak 1, 2, 3,

4

Pengembangan bentuk dari contoh yang ada

5, 6, 7, 8

Kandungan ide dari bentuk yang dibuat

Variasi Bentuk dan Ukuran

9, 10, 11

Variasi warna dan tampilan

12, 13, 14, 15

Kelancaran dari bentuk yang dibuat

Kemudahan dalam merancang bentuk

16, 17, 18

Kemudahan dalam memajang bentuk yang dihasilkan.


(29)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan:

Instrumen ini diukur dengan skala Likert, menggunakan interval 1- 4. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelempok tentang kejadian atau gejala sosial yang telah ditetapkan oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Akdon, 2008: 118).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum instrument data ini digunakan untuk mengumpulkan data, maka pedoman observasi harus diuji dahulu apakah instrumen ini sudah valid dan reliabel, maka proses pertama adalah mengukur validitas dan reliabilitas butir item. Untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas, maka instrumen diujicobakan pada sekolah atau Taman Kanak-Kanak yang secara umum memiliki tingkat karakteristik yang sama dengan Taman Kanak-Kanak tempat penelitian ini dilaksanakan, peneliti mengujicobakan pada anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencana Mulya Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung sebanyak 15 orang anak.

1. Pedoman Observasi Motorik Halus Anak Usia Dini a. Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan dan keabsahan suatu alat ukur atau instrument Arikunto (Riduwan: 2008: 109). Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah, untuk menguji alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara


(30)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir item.

Penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product

Moment, yang kemudian dihitung harga thitung.,

Kaidah pengujian yaitu dengan membandingkan nilai ttabel dan nilai thitung. Nilai ttabel diperoleh dengan dk = n – 1 dan tingkat signifikan α = 0,05, dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan ttabel dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika thitung > ttabel, berarti data valid, dan jika thitung < ttabel, bearti data tidak valid.

Uji signifikansi terhadap validitas dilakukan dengan menggunakan uji-t, yaitu :

) 1 (

) 2 (

2 r n r thit xy

  

dengan kriteria : Jika thitung > ttabel, maka butir item valid dan signifikan.

Dari 20 item pernyataan pada motorik halus yang diujicobakan kepada 15 orang anak kelas B TK Kencana Mulya Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung diperoleh data hasil uji validitas pada tabel 3.4 dinyatakan dari 20 item, 17 item dinyatakan valid, dan 3item dinyatakan tidak valid.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut: TABEL 3.4

HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI


(31)

Inter-Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No. Koefisien Koefisien Harga Harga

Keputusan Prestasi Item Pertanyaan Korelasi r hitung Korelasi

r tabel t hitung t table

1 0.577 0,514 2,546 2,145 Valid Dipakai

2 0.657 0,514 3,142 2,145 Valid Dipakai

3 0.608 0,514 2,761 2,145 Valid Dipakai

4 0.636 0,514 2,970 2,145 Valid Dipakai

5 0.610 0,514 2,777 2,145 Valid Dipakai

6 0.303 0,514 1,146 2,145 Tidak

Valid

Tidak Dipakai

7 0.590 0,514 2,636 2,145 Valid Dipakai

8 0.595 0,514 2,688 2,145 Valid Dipakai

9 0.604 0,514 2,733 2,145 Valid Dipakai

10 0.591 0,514 2,641 2,145 Valid Dipakai

11 0.595 0,514 2,688 2,145 Valid Dipakai

12 0.572 0,514 2,515 2,145 Valid Dipakai

13 0.609 0,514 2,769 2,145 Valid Dipakai

14 0.247 0,514 0,919 2,145 Tidak

Valid

Tidak Dipakai

15 0.555 0,514 2,405 2,145 Valid Dipakai

16 0.674 0,514 3,288 2,145 Valid Dipakai

17 0.162 0,514 0,592 2,145 Tidak

Valid

Tidak Dipakai

18 0.584 0,514 2,594 2,145 Valid Dipakai

19 0.575 0,514 2,534 2,145 Valid Dipakai

20 0.608 0,514 2,761 2,145 Valid Dipakai

Berdasakan data pada tabel 3.4 tentang uji validitas pedoman observasi motorik halus anak usia dini, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada tabel 3.5 berikut ini:

TABEL 3.5

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI SETELAH UJI VALIDITAS


(32)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pulta den Soal

Motorik Halus Keterampilan jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough Fleksibilitas pergerakan jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough

Observas i

Anak 1, 2, 3, 4

Kelancaran jari jemari dalam membuat bentuk dari bahan playdough

5,

Kedekatan bentuk yang dibuat dari

playdough dengan

bentuk aslinya;

Kelengkapan bentuk

playdough yang dibuat

dengan obyek aslinya

6, 7, 8, 9

Kemiripan bentuk

playdough yang dibuat

dengan obyek aslinya

10, 11, 12,

Ketepatan waktu dalam penyelesaian bentuk yang dibuat dari playdough Kecepatan dalam menyelesaikan bentuk playdough 13, 14, Variasi bentuk playdough yang dihasilkan 15, 16, 17

b. Reliabilitas Butir Item

Reliabilitas adalah kestabilan butir item yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha

Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu

instrumen penelitian, umumnya adalah perbandingan antara nilai rhitung dengan rtabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach, maka rhitung diwakili oleh nilai Alpha (Triton PB, 2006: 248). Menurut Santoso (2001: 227), apabila Alpha


(33)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hitung lebih besar daripada r tabel dan Alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel.

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha 0 sampai 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas interval dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi seperti tabel berikut:

TABEL 3.6

TINGKAT RELIABILITAS BERDASARKAN NILAI ALPHA Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 – 0,20 Kurang Reliabel >0,20 – 0,40 Agak Reliabel >0,40 – 0,60 Cukup Reliabel >0,60 – 0,80 Reliabel >0,80 – 1,00 Sangat Reliabel

Berdasarkan tabel di atas, maka tingkat reliabilitas pada pedoman observasi ini ada pada derajat sangat reliabel karena diperoleh Alpha Cronbach sebesar 0,873 dengan rtabel 0,514.

2. Pedoman Observasi Kreativitas Anak Usia Dini a. Validitas Butir Item

Menurut Akdon (2008: 138) sebuah instrumen diputuskan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur jika instrumen sudah diuji


(34)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

validitasnya dan hasilnya valid. Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, kemudian menghitung harga thitung.

Kaidah pengujian dengan membandingkan nilai ttabel dan nilai thitung. Nilai ttabel diperoleh dengan dk = n – 1 dan tingkat signifikan α = 0,05, dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan ttabel dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika thitung > ttabel, berarti data valid, dan jika thitung < ttabel, berarti data tidak valid.

Dari 20 item yang diujicobakan kepada 15 orang anak kelas B TK Kencana Mulya Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung diperoleh data hasil uji validitas pada tabel 3.7. Pada tabel ini dinyatakan dari 20 item sebanyak 18 item dinyatakan valid, dan 2 item dinyatakan tidak valid. Perhitungan validitas item disajikan pada table 3.7.

TABEL 3.7

HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI KREATIVITAS ANAK USIA DINI


(35)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Validitas

Inter-Prestasi No. Koefisien Koefisien Harga Harga

Keputusan Item

Pertanyaan

Korelasi r

hitung

Korelasi

r tabel t hitung t table

1 0.714 0,514 3,677 2,145 Valid Dipakai

2 0.592 0,514 2,648 2,145 Valid Dipakai

3 0.612 0,514 2,790 2,145 Valid Dipakai

4 0.762 0,514 4,239 2,145 Valid Dipakai

5 0.567 0,514 2,481 2,145 Valid Dipakai

6 0.274 0,514 1,027 2,145 Tidak

Valid

Tidak Dipakai

7 0.741 0,514 3,976 2,145 Valid Dipakai

8 0.641 0,514 3,009 2,145 Valid Dipakai

9 0.552 0,514 2,386 2,145 Valid Dipakai

10 0.587 0,514 2,614 2,145 Valid Dipakai

11 0.552 0,514 2,386 2,145 Valid Dipakai

12 0.812 0,514 5,014 2,145 Valid Dipakai

13 0.558 0,514 2,424 2,145 Valid Dipakai

14 0.563 0,514 2,458 2,145 Valid Dipakai

15 0.251 0,514 0,935 2,145 Tidak

Valid

Tidak Dipakai

16 0.880 0,514 6,680 2,145 Valid Dipakai

17 0.838 0,514 5,533 2,145 Valid Dipakai

18 0.532 0,514 2,264 2,145 Valid Dipakai

19 0.552 0,514 2,386 2,145 Valid Dipakai

20 0.602 0,514 2,721 2,145 Valid Dipakai

Berdasakan data pada tabel 3.7 tentang uji validitas pedoman observasi kreativitas anak usia dini, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada tabel 3.8 berikut ini:


(36)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TABEL 3.8

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI KREATIVITAS ANAK USIA DINI SETELAH UJI VALIDITAS

Variabel Sub Variabel Indikator Teknik

Pulta

Respon den

Butir Soal Kreativitas Originalitas dari

bentuk yang dibuat

Gagasan sendiri Observasi Anak 1, 2, 3,

4

Pengembangan bentuk dari contoh yang ada

5, 6, 7,

Kandungan ide dari bentuk yang dibuat

Variasi Bentuk dan Ukuran

8, 9,10

Variasi warna dan tampilan

11,12, 13,

Kelancaran dari bentuk yang dibuat

Kemudahan dalam merancang bentuk 14,15, 16 Kemudahan dalam memajang bentuk yang dihasilkan. 17, 18

b. Reliabilitas Butir Item

Reliabilitas adalah kestabilan butir item yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha

Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu

instrumen penelitian, umumnya adalah perbandingan antara nilai rhitung dengan rtabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan


(37)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka rhitung diwakili oleh nilai Alpha (Triton PB, 2006: 248). Menurut Santoso (2001: 227), apabila Alpha hitung lebih besar daripada r tabel dan Alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel.

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha 0 sampai 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas interval dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi seperti tabel berikut:

TABEL 3.9

TINGKAT RELIABILITAS BERDASARKAN NILAI ALPHA Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 – 0,20 Kurang Reliabel >0,20 – 0,40 Agak Reliabel >0,40 – 0,60 Cukup Reliabel >0,60 – 0,80 Reliabel >0,80 – 1,00 Sangat Reliabel

Berdasarkan tabel di atas, maka tingkat reliabilitas pada pedoman observasi ini ada pada derajat sangat reliabel karena diperoleh Alpha Cronbach sebesar 0,913 dengan rtabel 0,514.


(38)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan dua macam cara pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi

Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini karena penelitian ini akan meneliti perilaku atau sikap manusia, yaitu motorik halus dan kreativitas pada anak usia dini. Sugiyono (2008: 203) menyatakan bahwa “observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”.

Menurut Marshal (Sugiyono, 2008: 310) melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan. Sedangkan penskoran menggunakan skala likert (sangat mampu (4), mampu (3), kurang mampu (2), dan tidak mampu (1)).

2. Wawancara

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini bersifat verbal (percakapan dan Tanya jawab) dan non verbal (gerak-gerik badan tangan, atau perubahan wajah ketika diwawancarai), wawancara ini di tujukan kepada guru dan siswa. Ada beberapa macam jenis wawancara menurut Esterberg (Sugiono, 2008: 319) yaitu wawancara terstruktur (structured interview), wawancara semistruktur (semistructure intervieuw), wawancara tidak terstruktur (unstructured intervieuw).


(39)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap dalam pengumpulan datanya (Sugiono, 2008: 319).

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian seperti kegiatan foto-foto, rekaman kegiatan dan data lainnya yang relevan dengan penelitian (Akdon, 2008: 137).

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peningkatan Pengembangan Motorik Halus dan Kreativitas Anak sebelum dan sesudah menggunakan Alat Permainan Playdough.

Peningkatkan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng, et al, 2004: 35).

Spost - Spre

g = --- Smaks - Spre

Keterangan:

Spost = Skor Post-Test Spre = Skor Pre-Test


(40)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Smaks = Skor Maksimum Ideal

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan pengembangan motorik halus dan kreativitas pada anak usia dini dengan kriteria pada tabel 3.10.

TABEL 3.10

KATAGORI TINGKAT GAIN YANG DINORMALISASI

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Dampak dengan menggunakan alat permainan playdough dapat dilihat dari perbandingan nilai g (Gain) kelas eksperimen yang menggunakan alat permainan

playdough dengan kelas kontrol tanpa menggunakan alat permainan playdough.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika menghasilkan g (Gain) lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.

2. Uji Hipotesis

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu uji normalitas data dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov (p>0,05) dengan bantuan SPSS versi 17.


(41)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Uji normalitas distribusi data motorik halus dan kreativitas untuk kelas eksperimen dilakukan dengan persamaan.

(fo– fe) (x2) = ∑ --- fe

dimana:

fo = frekuensi observasi fe = frekuensi ekspektasi

Data dikatakan berdistribusi normal, jika x2hitung < x2tabel (Sugiyono, 2007:241)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan persamaan:

S2 besar F = --- S2 kecil

Dengan S2 = varians

Data dikatakan homogen, bila Fhitung < Ftabel (Sugiyono, 2008: 276)


(42)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Uji kesamaan dua rerata untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pre-test anak pada kelas eksperimen dengan anak pada kelas kontrol, keadaan nilai rata-rata post-test anak pada kelas eksperimen dengan anak pada kelas kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t) dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17 yaitu uji t dua sampel independen (Independent Sample t Test).

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Sudjana, 2005: 207) sebagai berikut:

1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

) 1 1 ( y x p n n S y x t   

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2

              2 ) 1 ( ) 1

( 2 2

y x y y x x p n n S n S n S

dimana: nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not

assumed):            y y x x p n S n S S y x t 2 2


(43)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji non parametrik, yaitu uji Mann-Withney atau Wilcoxon. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 17 sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), sebagaimana disebutkan diatas terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data motorik halus dan kreativitas pada kedua kelas.

Dalam penelitian uji normalitas data menggunakan One Sample

Kolmogorov Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene Test, kemudian dilakukan uji t. uji kesamaan dua rata-rata (uji t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata-rata-rata.


(44)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Alat permainan playdough merupakan media yang dapat membuat anak merasa senang untuk belajar, membuat bermacam-macam model atau bentuk, dengan tujuan dapat memunculkan kreativitas dan mengembangkan motorik halus anak, seperti keterampilan tangan atau jari jemari. Dalam mengembangkan pembelajaran melalui alat permaianan playdough tersebut,

guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (a) Guru

menyiapkan tema pembelajaran; (b) Guru menjelaskan tema pembelajaran

dihubungkan dengan playdough; (c) Guru menyediakan contoh gambar-gambar

playdough; (d) Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam membuat playdough; (e) Guru menyediakan bahan-bahan untuk dibuat menjadi mainan playdough; (f) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menakar,

menuangkan bahan-bahan playdough dan kemudian mencampur dan mengaduknya

hingga kalis (tidak lengket), yang akhirnya adonan dapat dibentuk; (g) Guru

memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan agar anak-anak bersemangat

selama kegiatan pembelajaran berlangsung; (h) Guru memberikan kesempatan


(45)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough dapat meningkatkan

motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan (N-Gain) motorik halus

anak rata-rata sebesar 0,448 pada kelas eksperimen dan sebesar 0,258 pada kelas

kontrol. Dengan demikian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan yang

signifikan pada motorik halus anak di kelas eksperimen dan kelas kontrol, di mana

hasil pembelajaran pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada hasil pembelajaran

kelas kontrol. Melalui permainan playdough anak ternyata mampu membuat

berbagai bentuk dan model seperti bentuk buah-buahan, sayuran, tanaman,

kendaraan, tanaman, binatang, dan bentuk BMB (bulan, matahari, binatang).

3. Pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough dapat meningkatkan

kreativitas anak. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan (N-Gain) kreativitas rata-rata

sebesar 0,448 pada kelas eksperimen dan sebesar 0,247 pada kelas kontrol. Artinya

terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada kreativitas anak di kelas

eksperimen dan kelas kontrol, di mana hasil pembelajaran pada kelas eksperimen

lebih tinggi daripada hasil pembelajaran pada kelas kontrol. Melalui permainan

playdough anak ternyata mampu menuangkan ide-idenya dalam menciptakan

sesuatu atau benda khayalannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough, peneliti memberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan dapat mengikuti langkah-langkah penggunaan playdough, yaitu (a) Guru menyiapkan tema


(46)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran; (b) Guru menjelaskan tema pembelajaran dihubungkan dengan

playdough; (c) Guru menyediakan contoh gambar-gambar playdough; (d)

Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam membuat playdough; (e) Guru menyediakan bahan-bahan untuk dibuat menjadi mainan playdough; (f) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menakar, menuangkan bahan-bahan playdough dan kemudian mencampur dan mengaduknya hingga kalis (tidak lengket), yang akhirnya adonan dapat dibentuk.; (g) Guru memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan agar anak-anak bersemangat selama kegiatan pembelajaran berlangsung; (h) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali pengalaman selama membuat playdough.

2. Bagi Guru agar pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough ini berhasil dengan baik, hendaknya di persiapkan secara seksama, mulai dari penyusunan rencana harian, tema, skenario pembelajaran, peralatan dan bahan-bahan yang akan di gunakan. Pelaksanaan minimal dalam satu bulan sekali menggunakan alat permainan playdough yang di buat sendiri dari bahan alami dan tidak berbahaya bagi kesehatan anak, karena menyediakan alat permainan playdough ini tidak memerlukan biaya besar, jangan terhalang oleh tidak adanya dana untuk menyediakan alat permainan edukatif (APE) ini.

3. Penerapan belajar melalui penggunaan alat permainan playdough tergolong kategori positif dan variatif untuk dikembangkan oleh setiap guru dengan


(47)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan berlatih dalam membuat berbagai model dan bentuk playdough, hal ini dapat mengembangkan kemampuan gerak otot-otot halus dan koordinasi motorik halus anak, juga kreativitas dan daya imajinasi anak dalam membentuk pola yang diinginkan. Sebagaimana yang di ungkapkan Sumantri (2005: 143) bahwa keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil (halus) untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Sedangkan pengembangan kreativtitas menurut Munandar (2009: 36) adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

4. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukkan untuk penelitian lebih lanjut dalam aspek yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada alat permainan playdough saja, tetapi pada Alat Permainan Edukatif Konstruktif lain pada umumnya.


(48)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

141

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Anggani, S. (2007). Alat Permainan dan Sumber Belajar. Jakarta: Depdikbud. Dirjen PT.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Babers, L. (2008). Cara bermain dan belajar dengan Playdough. (Online Tersedia: http://webche.googlesercontent.com/search?how to play and learn with play-dough.html.2 Agustus 2010).

Basuki, H. (2010). Teori-teori Mengenai Kreativitas (Online Tersedia: http: //v-class gunadarma.ac.id. 13 peb 2011.

Depdiknas. (2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman

Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK SD.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pembelajaran Fisik/Motorik

di TK (Buku 4). Jakarta: Direktorat Pembinaan TK SD.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Eliyawati, C. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber belajar Untuk Anak

Usia dini. Jakarta: Depdiknas.

Einon, D. (2002). Anak Kreatif (Creative Child). Batam: Karisma Publishing Group.

Hartati, S. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Hartono. (Online Tersedia: http:// Alat Permainan.waspada, com/Mei 2011). Hurlock, E. (2004). Perkembangan Anak. (Terjemahan Jilid I) Edisi ke VI.


(1)

140

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran; (b) Guru menjelaskan tema pembelajaran dihubungkan dengan playdough; (c) Guru menyediakan contoh gambar-gambar playdough; (d) Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam membuat playdough; (e) Guru menyediakan bahan-bahan untuk dibuat menjadi mainan playdough; (f) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menakar, menuangkan bahan-bahan playdough dan kemudian mencampur dan mengaduknya hingga kalis (tidak lengket), yang akhirnya adonan dapat dibentuk.; (g) Guru memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan agar anak-anak bersemangat selama kegiatan pembelajaran berlangsung; (h) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali pengalaman selama membuat playdough.

2. Bagi Guru agar pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat permainan playdough ini berhasil dengan baik, hendaknya di persiapkan secara seksama, mulai dari penyusunan rencana harian, tema, skenario pembelajaran, peralatan dan bahan-bahan yang akan di gunakan. Pelaksanaan minimal dalam satu bulan sekali menggunakan alat permainan playdough yang di buat sendiri dari bahan alami dan tidak berbahaya bagi kesehatan anak, karena menyediakan alat permainan playdough ini tidak memerlukan biaya besar, jangan terhalang oleh tidak adanya dana untuk menyediakan alat permainan edukatif (APE) ini.

3. Penerapan belajar melalui penggunaan alat permainan playdough tergolong kategori positif dan variatif untuk dikembangkan oleh setiap guru dengan


(2)

memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan berlatih dalam membuat berbagai model dan bentuk playdough, hal ini dapat mengembangkan kemampuan gerak otot-otot halus dan koordinasi motorik halus anak, juga kreativitas dan daya imajinasi anak dalam membentuk pola yang diinginkan. Sebagaimana yang di ungkapkan Sumantri (2005: 143) bahwa keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil (halus) untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Sedangkan pengembangan kreativtitas menurut Munandar (2009: 36) adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

4. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukkan untuk penelitian lebih lanjut dalam aspek yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada alat permainan playdough saja, tetapi pada Alat Permainan Edukatif Konstruktif lain pada umumnya.


(3)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

141

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Anggani, S. (2007). Alat Permainan dan Sumber Belajar. Jakarta: Depdikbud. Dirjen PT.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Babers, L. (2008). Cara bermain dan belajar dengan Playdough. (Online Tersedia: http://webche.googlesercontent.com/search?how to play and learn with play-dough.html.2 Agustus 2010).

Basuki, H. (2010). Teori-teori Mengenai Kreativitas (Online Tersedia: http: //v-class gunadarma.ac.id. 13 peb 2011.

Depdiknas. (2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK SD.

Depdiknas. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pembelajaran Fisik/Motorik di TK (Buku 4). Jakarta: Direktorat Pembinaan TK SD.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Eliyawati, C. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber belajar Untuk Anak Usia dini. Jakarta: Depdiknas.

Einon, D. (2002). Anak Kreatif (Creative Child). Batam: Karisma Publishing Group.

Hartati, S. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Hartono. (Online Tersedia: http:// Alat Permainan.waspada, com/Mei 2011). Hurlock, E. (2004). Perkembangan Anak. (Terjemahan Jilid I) Edisi ke VI.


(4)

Yusuf, S. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Kerjasama dengan Depdikbud.

Munandar, U. (2004). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Orang Tua dan Guru. Jakarta: PT. Grasindo.

Mulyadi, S. (2004). Bermain dan kreativita. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Muslihatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Bandung: PT.Rineka Cipta.

Nichols, B. (2010). Bagaimana Meningkatkan Pembangunan Playdough Bayi Itu (Online Tersedia: www.ehow.com /30 Mei 2010).

Novitasari, N. (2009). Efektivitas Media Playdough Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Gunung Berapi Dalam Mata Pelajaran IPA. Skripi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nugraha, A. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation.

Nursito. (2000). Kiat Menggali Kreativitas. Yogyakarta: Mitra Gama Media. Prayitno. (2005). Bimbingan Konseling. Padang: UMP.

Rachmawati, Y dan Kurniati, E. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini. .Jakarta: Depdiknas.

Riduan. (2008). Metode Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rosida, I. (2009). Belajar Sambil Bermain (Online Tersedia: http://tarsisiussch.httm Jkt.ida/ Maret 2010).

Santrokck, J.W. (2007). Perkembangan Anak, Edisi Ke-sebelas Jilid 2 (Terjemahan Mila R & Anna K). Jakarta: Erlangga.

Santoso, S. (2006). Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur - No.07/Th.V/Desember 2006.


(5)

Tini Sumartini, 2012

Dampak Penggunaan Alat Permainan Playdough Dalam Pengembangan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Usia Dini

: Studi Kuasi Eksperimen Pada Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Armia Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

143

Semiawan, C. (2007). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Macam Jaya Cemerlang.

Semiawan, C. (2004). Mengembangkan Kreativitas Anak. (Online Tersedia: www.atmajaya.ac.id/contentn.asp? Mei 2011).

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaf, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Solehudin. (2000). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press. Sumantri, MS. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia

Dini. Jakarta: Depdiknas-Dirjen PT.

Supriadi, D. (2000). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Jakarta: Depdikbud.

Sujiono, Y. N. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Triton, P. B. (2006). SPSS 13.0 Terapan :Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Taufan, S. (2004). Sudah Benarkah Permainan Kreatif Anak Anda. (Online Tersedia: http:/balita cerdas.com/Juli 2011).

Jamaris, M. (2007), Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo.

Zaman, B. dan Eliyawati, C. (2010). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: (PG-Paud) Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Online Tersedia: http://www.Indomedia.com.-fungsi bermain (12-08-2010). Online Tersedia: http:// bikin-playdough-sendiri-lebih-seru. (05-10-2010).

Online Tersedia: http://kafebalita.com.-manfaat bermain playdough.(13-09-2010). Online Tersedia: http://www.labschool, - creativities. (25-07-2010).


(6)

Online Tersedia: www.sixysecondparent.com/manfaat play-dough. (13-06-2010). Online Tersedia: www.associatedconten.com/article. (2010).

Online Tersedia: http://bidanku.com/index.php?/ perkembangan-motorik-halus anak.(11 Mei 2012).


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MEMBENTUK Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Membentuk Pada Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Kemiri 06 Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

1 2 15

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MEMBENTUK PADA ANAK Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Membentuk Pada Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Kemiri 06 Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

1 2 12

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL-ANIS, KARTASURA, TAHUN PELAJAR

0 1 14

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN.

0 1 41

PENGARUH MELUKIS TEKNIK FINGER PAINTING TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Kuasi Eksperimen di TK Kristen BPK Penabur Guntur Kota Bandung.

7 38 50

EFEKTIVITAS OUTDOOR LEARNING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK: Penelitian Eksperimen Kuasi pada sebuah Taman Kanak-kanak di Kota Bandung.

3 4 44

DAMPAK PERMAINAN KARTU TOYYIBAH TERHADAP PENGUASAAN KOSA KATA DAN PERILAKU KEAGAMAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sumedang.

0 1 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

0 0 10

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SE KOTA PONTIANAK

0 0 8

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SE KOTA PONTIANAK

0 0 8