PROSES PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SEKOLAH DASAR :Studi Deskriptif Kualitatif di SD Negeri Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

(1)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..

KATA PENGANTAR………..

UCAPAN TERIMA KASIH………

DAFTAR ISI………..

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Masalah Penelitian... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian... F. Pembatasan Penelitian... G. Penjelasan Istilah...

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Hakikat Pembelajaran... 1. Pengertian Pembelajaran... 2. Aspek-aspek Pembelajaran... 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... B. Hakikat Olahraga Senam... 1. Pengertian Senam... 2. Jenis-jenis Senam... C. Hakikat Senam Lantai... 1. Karakteristik Lantai... 2. Gerakan Pada Alat Lantai... D. Pengaruh Model Pembelajaran Pada Proses Pembelajaran

Senam Lantai... i ii iii vi viii 1 8 8 8 9 9 10 11 11 16 22 24 24 27 30 30 31 32


(2)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian... B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... C. Objek Penelitian... D. Tempat dan Waktu Penelitian... E. Analisis dan Interpretasi Data...

BAB IV PENYAJIAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Latar Penelitian... B. Deskripsi Kategorisasi Data Hasil Penelitian... C. Deskripsi Temuan dan Hasil Penelitian...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

40 40 45 45 45

48 50 60

68 70


(3)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar Halaman

2.1 4.1

4.2

4.3

4.4

Ukuran Lapangan Senam Lantai... Siswa Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya sedang Melakukan Pemanasan pada Awal Pembelajaran... Siswa Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya Saat Melakukan Kegiatan Pembelajaran Senam Lantai... Siswa Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya sedang Melakukan Pendinginan pada Akhir Pembelajaran... Analisis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani...

31

52

53

54 55 Bagan


(4)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang strategis bagi pemberdayaan anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan sekolah sebagai wahana penyelenggara proses pendidikan tentunya menjadi fokus keberhasilan pendidikan nasional. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan interaksi pendidikan peserta didik dalam mempelajari suatu materi pembelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran harus dikombinasikan dan disusun berdasarkan materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar oleh guru. Mengenai hal ini dijelaskan Sagala (2007: 61) bahwa: “Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.”

Materi pelajaran di Sekolah Dasar (SD) merupakan materi-materi yang bersifat mendasar dari suatu ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka, tujuan pendidikan yang ditetapkan pun berdasar pada situasi dan kondisi yang ada. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar mempunyai kedudukan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara umum. Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan suatu proses interaksi


(5)

belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmani menuju tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu juga pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peran penting terhadap perkembangan siswa diantaranya; aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan padangan holistik yang dikemukakan oleh Jawatan (1960)

yang dikutip Suherman (2000: 3) bahwa: ”Pendidikan jasmani diartikan sebagai

pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan, dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusian.” Sedangkan Lutan (1988: 15)

menyatakan bahwa: “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui

aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif dan afektif.” Maka, pendidikan jasmani sebagai suatu kegiatan mendidik melalui aktivitas jasmani memiliki tujuan untuk memberdayakan siswa atau anak didik mencapai kedewasaannya dan mengalami perubahan perilaku secara positif.

Di Sekolah Dasar pelajaran senam merupakan salah satu bahan ajar dalam materi pendidikan jasmani yang termasuk dalam kurikulum pendidikan nasional. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di Sekolah Dasar disusun berdasarkan masukan dan informasi dari para ahli dalam bidangnya termasuk juga pemikiran dari para gurunya. Mengenai jenis kegiatan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar dijelaskan oleh Depdikbud (1993: 2) sebagai berikut:

Jenis kegiatan yang diajarkan meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pilihan. Kegiatan pokok terdiri atas atletik, senam, permainan (sepak bola, bola basket, bola voli, bola tangan), dan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan pilihan


(6)

terdiri atas renang, pencak silat, bulutangkis, tenis meja, tennis, sepak takraw, olahraga tradisional, dan cabang-cabang olahraga lainnya yang potensial dan berkembang di daerah.

Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gerak seseorang untuk meningkatan kebugaran jasmani. Hidayat (1996) yang dikutip Mahendra (1999: 8) mengatakan bahwa:

Senam ialah latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menambah nilai-nilai mental spiritual.

Dari pengertian senam tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa senam merupakan gerakan-gerakan badan yang tersusun secara teratur dengan tujuan memperbaiki sikap dan bentuk badan serta dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani. Olahraga senam dapat dilakukan dengan menggunakan alat, perkakas, maupun tanpa alat, selain itu juga senam dapat dilakukan secara perorangan, berkelompok, maupun secara massal . Sebagaimana diketahui FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang dikutip Mahendera (1999: 11) membagi senam menjadi enam kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Senam artistik (artistic gymnastic)

2. Senam ritmik sportif (sportive rhythmic gymnastic) 3. Senam akrobatik (acrobatic gymnastic)

4. Senam aerobik sport (sports aerobics) 5. Senam trampolin (trampolinning) 6. Senam umum (general gymnastic)


(7)

Berkaitan dengan materi yang terkandung pada mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, senam yang dimaksud adalah senam artistik. Pembelajaran senam artistik di sekolah merupakan kegiatan senam kependidikan. Mahendra (1999: 17) menjelaskan bahwa:

Senam kependidikan adalah istilah yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran senam yang sasaran utamanya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang paling dipentingkan dari kegiatan tersebut adalah anak nya sendiri memahami keterampilan gerak bukan kegiatan. Senam hanyalah alat, sedangkan yang menjadi tujuannya adalah keterampilan gerak anak melalui kegiatan-kegiatan yang bertema senam.

Dalam senam kependidikan anak belajar pada tingkatannya masing-masing, untuk mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam menerapakan konsep-konsep gerak, namun karena kurangnya pemahaman serta pengetahuan didaktik dan metodik yang kian hari kian berkembang dalam pembelajaran pendidikan jasmani membuat kegiatan senam lantai tidak efektif, Diantaranya dalam proses belajar mengajar senam lantai banyak siswa yang tidak mampu dan takut dalam melakukan suatu gerakan. Berkaitan dengan hal tersebut, penyediaan sarana dan prasarana olahraga adalah penting dalam proses dan pencapaian tujuan belajar pendidikan jasmani siswa di sekolah. Dalam hal ini, penyediaan sarana atau alat bantu pada proses pembelajaran senam. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus dapat merubah situasi pembelajaran tersebut, agar siswa tidak merasa cemas dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) senam lantai, guru harus mampu menciptakan gerak yang mudah dalam melakukan senam lantai, agar semua siswa bisa senang dan bergimbira saat pembelajaran senam lantai.


(8)

Dalam meminimalisir hambatan kegiatan belajar mengajar, guru pendidikan jasmani harus mampu merancang dan mendesain program pembelajaran yang tepat dengan karakteristik bahan pelajaran dan kondisi peserta didik. Untuk menyikapi permasalahan sesuai dengan kondisi yang ada tersebut, maka diperlukan suatu model atau metode penerapan pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas gerak. Sagala (2007: 175) menjelaskan bahwa: “Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.” Dalam hal ini, kegiatan dalam proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar. Model berfungsi sebagai kerangka konseptual dan pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Adapun pengertian model pembelajaran Joyce dan Weil (2000) yang dikutip oleh Sagala (2007: 176) sebagai berikut:

Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer sebab model-model ini menyediakan alat-alat belajar yang diperlukan bagi siswa.

Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar pada peserta didik. Hal ini berkaitan dengan interaksi belajar yang akan dilaksanakan oleh guru kepada siswa. Supandi (1991: 26) menjelaskan bahwa: “Salah satu keputusan penting yang harus diambil dalam menyusun strategi belajar mengajar adalah menetapkan suatu model atau


(9)

metode pengajaran yang dinilai menjanjikan hasil belajar yang efektif.” Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas, maka faktor model atau metode pembelajaran dapat menentukan keberhasilan pada kegiatan pembelajaran senam lantai. Terlepas dari upaya guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran senam lantai adalah cara atau model pembelajaran yang diberikan cenderung tidak variatif, dan kurangnya fasilitas yang menunjang dalam pembelajaran senam lantai dan respon siswa rendah dalam mengikuti pembelajaran senam lantai. Oleh karena itu, model pembelajaran dan penyediaan fasilitas pembelajaran senam lantai adalah penting dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lancar, sehingga nantinya siswa akan lebih berminat dan berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran senam lantai.

Hasil observasi penulis terhadap kegiatan belajar mengajar senam lantai pada para siswa di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya. Tentang karakteristik senam lantai terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi seperti; perubahan-perubahan gerakan dalam melakukan senam lantai dan siswa harus menguasai teknik dasar senam lantai agar dalam menerima variasi gerakan lainnya dapat teratasi. Dalam mengikuti pembelajaran senam lantai banyak siswa yang merasa takut, ada gejala siswa merasa jenuh dengan pengulangan-pengulangan gerakan, kesempatan siswa untuk melakukan gerakan sangat minim, dan proses pembelajaran jumlah waktu aktif yang digunakan masih rendah. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dan kemampuan siswa Sekolah Dasar dalam melakukan gerakan senam lantai masih rendah dan siswa belum memiliki pengalaman dalam melakukan gerakan senam lantai tersebut.


(10)

Untuk dapat tercapainya hasil belajar yang baik, maka seorang guru dituntut dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkan kompetensinya. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar/penyampai ilmu pengetahuan saja, tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan. Kedudukan model atau metode mengajar dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran sangatlah penting. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus mampu menyajikan berbagai bentuk teknik penyajian materi sesuai tingkat kemampuan anak, memilih pendekatan dan gaya mengajar serta ketersediaan media atau alat bantu akan semakin memperjelas materi yang disajikan. Dengan demikian, penggunaan model atau metode pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi siswa untuk dapat melakukan tugas gerak dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, dalam proses pembelajaran guru pendidikan jasmani diharapkan dapat memberikan pengalaman-pengalaman berharga kepada siswa, sehingga siswa memiliki minat dalam belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, biasanya seorang guru pendidikan jasmani akan menggunakan berbagai cara agar materi pembelajaran dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa dengan mudah. Hal ini berkaitan dengan informasi yang akan dijadikan bahan diskusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan bagi pihak-pihak yang berkompeten dengan dunia pendidikan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian


(11)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti ajukan maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, di antaranya sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang dilakukan para siswa dalam melakukan senam lantai.

2. Kemampuan motor ability siswa yang relatif rendah. 3. Keterbatasan alat bantu pembelajaran.

4. Penggunaan model atau metode pembelajaran.

5. Kesempatan atau waktu pembelajaran yang relatif terbatas.

C. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masalah apa yang terjadi pada proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya?

2. Bagaimana cara menyiasati proses pembelajaran senam lantai yang efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik siswa di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya?

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada masalah penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui masalah apa yang terjadi pada proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya.


(12)

2. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran gerak dominan basic dalam proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya.

E. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini telah selesai dan terbukti berarti, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi bagi pembuat kebijakan, khususnya Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang berkompeten terhadap kondisi sarana dan prasarana belajar di sekolah dan guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran senam lantai untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar yang sistematis di tingkat Sekolah Dasar.

2. Secara praktis dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani dalam menetapkan dan memilih strategi belajar mengajar pendidikan jasmani bagi siswa, khususnya guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya.

F. Pembatasan Penelitian

Berdasar pada tujuan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

1. Masalah yang diteliti yakni proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar.

2. Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya.


(13)

3. Populasi penelitian yang digunakan adalah para siswa Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas V Sekolah Dasar, sebanyak 40 orang.

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpengertian penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut: 1. Pembelajaran menurut Sagala (2007: 61) merupakan komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

2. Proses Belajar Mengajar menurut Lutan (2000: 3) merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, yang didalam kegiatannya guru berfungsi untuk memberikan rangsangan melalui aneka pengalaman belajar. Sementara itu dilain pihak, siswa memberikan respon melalui aktivitas mereka sendiri yang terbimbingn, dan melalui aktifitas itulah teerjadi perubahan prilaku.

3. Senam Peter H. Werner (1994) dalam Depdiknas (2003: 7) dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh.

4. Pendidikan jasmani menurut Mahendra (2008: 15) adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.


(14)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METEODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis bertujuan menjelaskan tentang proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar. Sebagaimana diketahui, salah satu upaya yang harus dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan cara memodifikasi alat pembelajaran senam. Dalam kajian ini, penulis ingin mengetahui proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya.

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan mengenai proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar. Menurut Pasurdi Suparlan yang dikitup Patilima (2007: 2) menjelaskan sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif sering kali juga dinamakan sebagai pendekatan yang humanistik, karena dalam pendekatan ini, cara pandang, cara hidup, selera, ataupun ungkapan emosi dan keyakinan dari warga masyarakat yang diteliti sesuai dengan masalah yang diteliti juga termasuk data yang harus dikumpulkan.

Kemudian John W. Creswell yang dikutip oleh Patilima (2007: 2) mendefinisikan sebagi berikut:


(15)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendekatan kualitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Lebih lanjut Denzin dan Lincoln (1987) yang dikutip oleh Moleong (2007: 5) menyatakan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilaknkan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.” Kemudian Sugiono (2007: 1) menjelaskan sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Apapun konsep dan pendapat para ahli mengenai penelitian kualitatif, peneliti yakin bahwa penelitian kualitatif menekankan konsepnya yang lebih mengutamakan proses daripada hasil, karena data-data yang diperoleh dari penelitian kualitatif ialah data yang objektif dan tidak dimanipulasi. Untuk mengurangi penafsiran yang salah mengenai metode yang digunakan, penulis jelaskan: pengambilan metode kualitatif yang penulis gunakan didasarkan pada gambaran guru dan siswa yang erat kaitannya dengan aktivitas pembelajaran senam lantai, lingkungan, dan gejala yang ada dalam proses belajar mengajar. 2. Teknik pengumpulan data

Agar data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran, data dan informasi harus merupakan fakta. Dalam kedudukan yang pasti sebagai fakta,


(16)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bahan-bahan itu siap digunakan sebagai eviden, oleh sebab itu peneliti perlu melakukan pengujian-pengujian dengan cara tertentu. Berikut merupakan beberapa cara yang dipergunakan untuk pengujian tersebut, yang merupakan beberapa teknik pengumpulan data yang akan penulis pergunakan.

1) Metode Pengamatan

Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti hadir dan turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Dalam metode pengamatan dikenal tiga jenis metode, yaitu;

a) Metode pengamatan biasa;

b) Metode pengamatan terkendali; dan

c) Metode pengamatan terlibat.

Dalam penelitian ini digunakan metode pengamatan biasa. Pasurdi Suparlan yang dikutip oleh Patilima (2007: 61) menjelaskan sebagai berikut:

Metode pengamatan biasa tidak memperbolehkan si peneliti terlibat dalam hubungan-hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitian. Metode ini sering dipergunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang diperlukan berkenaan dengan masalah-masalah yang terwujud dari sesuatu peristiwa atau gejala-gejala.

Pengambilan metode pengamatan biasa sebagai alat pemgumpul data yang penulis pilih dipertimbangkan berdasarkan karakteristik pengamatan ini yang memudahkan peneliti untuk memposisikan diri sebagai subyek penelitian. Dalam metode pengamatan biasa ini, peneliti dapat melihat setiap kejadian secara leluasa dan mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama penelitian berlangsung.


(17)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setiap metode tersebut memiliki dan mempunyai sasaran atau tujuan tertentu. Agar data dan informasi dapat dipergunakan, maka data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya fakta tesebut merupakan bahan-bahan yang siap digunakan sebagai eviden. Keraf (1983) yang dikutip oleh Patilima (2007: 60) menjelaskan bahwa: “Pada hakekatnya eviden adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau otoritas yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran dari suatu objek yang diteliti.”

Dari pernyatan tersebut, bahwa eviden yang dimaksud ialah hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Pemilihan metode ini, lebih disesuaikan dengan keadaan lapangan dan kebutuhan, dalam hal ini gejala yang peneliti amati adalah untuk memperoleh gambaran atau fakta yang jelas mengenai proses pembelajaran senam lantai, peneliti melakukan pengamatan terlibat.

2) Wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu metode yang akan penulis pakai dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan metode wawancara guna mendapatkan data dari subyek penelitian, dalam hal ini bisa dikatakan informan jika objek peneliti itu sendiri (peneliti) tidak bertindak sebagai sumber informasi secara langsung.

Guna kelancaran dan efisiensi dari tahap wawancara ini, peneliti mengambil dua kategori wawancara yang berbeda yang dapat penulis pergunakan berdasarkan kebutuhan. Moleong (2007: 190) menekankan beberapa bentuk wawancara yang di antaranya ialah wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Pada wawancara berstruktur peneliti dapat menekankan beberapa masalah dengan


(18)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kategori yang sama dan diajukan kepada subyek penelitian. Dalam hal ini wawancara bersrtruktur dapat memudahkan peneliti untuk mengambil kesimpulan dari beberapa kecenderungan masalah yang ada dalam ruang lingkup masyarakat, meskipun wawancara tidak demikian objektif karena tersusun berdasarkan kategori akan tetapi wawancara tersebut peneliti anggap dapat membantu proses pengumpulan data.

Wawancara tidak berstruktur bertujuan bukan untuk mendapatkan informasi baku atau tunggal, melainkan menekankan beberapa pengecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Wawancara semacam ini peneliti anggap sebagai alat pengumpul data yang objektif, karena pertanyaan maupun kategori yang ditujukkan berdasarkan kondisi yang pada saat itu dibutuhkan sehingga menarik banyak kesimpulan. Subyek penelitian yang peneliti wawancara pun dipilih berdasarkan keberadaan subyek penelitian itu yang dapat memberikan informasi yang sangat penting dalam penelitian yang peneliti lakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai pertanyaan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan alat pengumpul data yang berfungsi sebagai alat tafsir, bahkan untuk meramalkan. Peneliti menggunakan metode dokumentasi sebagai alat pengumpul data yang sangat baik karena dapat menggambarkan secara pasti bagaimana gambaran proses pembelajaran senam lantai. Dalam hal ini, penulis juga dengan mudah dapat memberikan bukti beberapa peristiwa yang terjadi, dan bagaimana latar ataupun suasana dalam kegiatan tersebut yang


(19)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terekam dan tergambar dalam bentuk foto sehingga peneliti dapat dengan pasti membuktikan penelitiannya. Selain itu juga alat pengumpul data berupa dokumentasi tidak hanya berupa alat rekam, melainkan data-data yang ada, berupa dokumen tertulis sebagai bukti kongkrit, maupun sebagai bukti tunggal adanya peristiwa, baik berupa angka, nominal, maupun insiden.

C. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah para guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 2 orangdan para siswa kelas V Sekolah Dasar, sebanyak 40 orang.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat peneliti melakukan penelitian adalah di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan lamanya waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis dari tanggal 14 Mei – 4 Juni 2012.

E. Analisis dan Interpretasi Data 1. Metode Analisis yang Dipergunakan

Metode analilisis yang penulis gunakan dalam peneliitian ini adalah metode analisis data secara induktif. Menurut Moleong (2007: 298) menjelaskan bahwa: ”Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtisarkan dari data kasar.”


(20)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Tahap-tahap Analisis Data

Proses pelaksanaan tahap-tahap analisis data mencakup empat tahap, yaitu; a) pembandingan kejadian yang aplikatif terhadap setiap kategori, b) integrasi kategori dan kawasannya, c) pembatasan teori, d) penulisan teori.

a) Kategorisasi

Dalam hal ini penulis menyusun kategori baik itu, intuisi, pendapat, maupun kriteria. Lincolin dan Guba (1985) yang dikutip oleh Moleong (2007: 252) menguraikan kategorisasi sebagai berikut:

Tugas pokok kategorisasi adalah; 1) mengelompokan kartu-kartu yang telah dibuat dalam bagian isi yang secara jelas berkaitan, 2) merumuskan aturan yang menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data, 3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat asas.

b) Integrasi dan Kawasannya

Dari sejumlah kategorisasi yang dibuat dari satuan-satuan, selanjutnya peneliti mengadakan perbandingan antara satu kategori dengan kategori lainnya, sehingga menghasilkan integrasi dari beberapa kategori yang selanjutnya dapat menjadi satu kesatuan yang utuh.

c) Pembatasan Teori

Pada tahap pembatasan teori ini, peneliti melakukan reduksi terhadap data yang diperoleh yaitu dengan cara memformalisasikan teori ke dalam seperangkat kategori dan kawasannya. Reduksi data adalah suatu proses penelitian, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul.


(21)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d) Penulisan Teori

Pada tahap penulisan teori ini peneliti mengumpulkan setiap catatan dari setiap kategori yang telah dibuat, lalu dipelajari kembali dan selanjutnya dilakukan kegiatan penulisan teori. Penulisan teori tersebut dilakukan secara bertahap. Penelitian ini ditulis, dan selalu melakukan konsultasi dengan kedua Dosen pembimbing, setelah diberikan beberapa masukan dan beberapa petunjuk yang berkaitan dengan penulisan skripsi, selanjutnya peneliti mengumpulkan catatan dari setiap kategori yang telah dibuat, kemudian peneliti mengumpulkan catatan dari setiap kategori yang dibuat, kemudian peneliti pelajari kembali catatan tersebut dan dilanjutkan dengan kegitatan penulisan teori.


(22)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPUILAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikalong

– Kabupaten Tasikmalaya dalam kaitannya dengan proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Permasalah yang terjadi pada proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya adalah pada saat melakukan guling depan kesulitan yang terjadi pada peserta didik antara lain; tumpuan salah satu atau kedua tangan kurang kuat sehinga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jatuh ke samping, bahu tidak diletakkan di atas matras saat tangan dibengkokkan, saat gerakan berguling depan kedua kaki dan tangan tidak ikut menolak. Pada saat melakukan guling belakang kesulitan yang terjadi pada peserta didik antara lain; pemindahan pinggul ke arah belakang tidak cukup cepat dan tangan tidak cukup kuat menekan atau menolak untuk mengangkat badan dan kepala ke arah atas belakang. Sedangkan pada saat melakukan handstand kesulitan yang terjadi pada peserta didik antara lain; kedua lengan tidak cukup kuat menahan badan dan kurang menjaga keseimbangan saat kaki lurus ke atas. Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran senam lantai, maka solusi yang dapat dilakukan, yaitu; pada saat melakukan guling depan, hendaknya tangan dibengkokkan untuk meletakan pundak di atas matras


(23)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan menundukkan kepala dan pada saat panggul kontak dengan dengan matras, maka lutut segera dilipat ke sikap jongkok serta kedua tangan diajukan ke depan untuk memelihara keseimbanagn. Pada saat melakukan guling belakang, hendaknya ketika panggul mengenai matras, tangan dilipat ke samping telingan dengan telapak tangan menghadap ke atas siap untuk bertumpu dan kaki diayun ke belakang melewati kepala, tangan bertumpu dan pada saat panggul melewati kepala tangan menolak dengan kuat. Sedangkan pada saat melakukan handstand, hendaknya perhatikan sikap kepala harus sedikit mendongkrak, tangan dan bahu lurus, badan dan tungkai sedikit lenting dan berusaha untuk mencapai sikap seimbang.

2. Cara menyiasati proses pembelajaran senam lantai yang efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik siswa di Sekolah Dasar yaitu dengan cara mengidentifikasi bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan materi yang akan diajarakan, dalam hal ini implementasi yang dapat dilakukan dalam penyampaikan materi senam lantai (guling depan, guling belakang dan handstand) terlebih dahulu diberikan dari gerak dasar yang paling mudah hingga ke yang sulit dan memberikan contoh-contoh teknik gerakan yang mudah dipelajari dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar gerak, motor skill seseorang turut mendukung tercapainya tujuan dari proses pembelajaran. Cara seperti ini dalam proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar dilakukan untuk memudahkan dan memupuk keberanian siswa dalam melakukan setiap gerakan senam lantai.


(24)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan beberapa temuan penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran senam lantai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar khususnya merupakan salah satu cabang olahraga yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gerak siswa untuk memperbaiki sikap dan bentuk badan serta dapat mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani. Oleh karena itu, untuk membelajarkan siswa dalam proses pembelajaran senam lantai harus ditunjang dengan sumber bahan ajar dan kompetensi guru. Penulis menyarankan agar para guru pendidikan jasmani hendaknya berusaha untuk dapat mengoptimalkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran senam lantai agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik.

2. Bagi guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan keterampilannya dan mengembangkan kompetensinya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu juga guru pendidikan jasmani agar lebih keratif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sesuai dengan hasil penelitian, proses pembelajaran senam lantai erat kaitanya dalam penyampaian materi pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya pada khususnya. Oleh karena itu, patut mendapat perhatian semua pihak baik orang tua, masyarakat, maupun


(25)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemerintah atau instansi terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan agar lebih memperhatikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya di sekolah-sekolah yang letaknya di pelosok daerah. Dengan demikian, diharapkan kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya mengenai materi senam lantai yang menyangkut aspek domain kognitif, afektif, dan psikomor dapat tercapai dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

4. Untuk lebih menyempurnakan dan mempertajam penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian yan serupa atau penelitian lebih lanjut dengan kajian yang lebih mendalam.


(26)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1993). Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas (2003). Pembelajaran Senam. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Jaya Maju.

Ginting, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Humaniora.

Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Rosda. Hidayat, Imam. (1996). Teori Senam. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Lutan Rusli (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Lutan Rusli. (2000). Manajemen Pendidkan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Mahendra, Agus. (1999). Senam Artistik: Teori dan Metode Pembelajaran Senam untuk Mahasiswa FPOK. Bandung: FPOK – UPI Bandung.

Mahendra, Agus. (2008). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bahan Ajar Diklat PLPG Program Sertifikasi Guru Penjas Rayon X – Provinsi Jawa Barat. Bandung. FPOK – UPI Bandung.

Ma’mun Amung dan Saputra Yudha M. (1999). Teori Belajar Gerak. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Moloeng, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Mendiknas. (2005). Undang-undang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta: Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2003. Penerbit Fokusmedia.

Mudyahardjo. (1995). Pengantar Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung. Patilima, Hamid. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sadiman, Arief. (2002). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(27)

Ega Yogaswara, 2012

Proses Pembelajaran Senam Lantai di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Soepartono. (2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta: Depdiknas.

Subroto Toto. (2000). Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Pemantapan Guru SLTP Seterata D3.

Sugiono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman Adang. (2000). Asesmen Belajar dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: DIKLUSEPORA.

Suherman Adang dan Mahendra Agus. (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh. Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Depdiknas.

Sukmara, D. (2005). Implementasi Program Life Skill. Bandung: Maghuni Sejahtera.

Sudjana, Nana. (1997). Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Sumosardjuno. (1989). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Grafindo.

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Sutikno, M. Sobry. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Tirtarahardja, Umar (1994). Pengantar Pendidikan. Jakrata: Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Uhamisastra, dkk. (2010). Diktaktik Metodik Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK – UPI Bandung.

Yamin, M. (2005). Standar Kompetensi. Jakarta: Gramedia.

Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.


(1)

BAB V

KESIMPUILAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya dalam kaitannya dengan proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Permasalah yang terjadi pada proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya adalah pada saat melakukan guling depan kesulitan yang terjadi pada peserta didik antara lain; tumpuan salah satu atau kedua tangan kurang kuat sehinga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jatuh ke samping, bahu tidak diletakkan di atas matras saat tangan dibengkokkan, saat gerakan berguling depan kedua kaki dan tangan tidak ikut menolak. Pada saat melakukan guling belakang kesulitan yang terjadi pada peserta didik antara lain; pemindahan pinggul ke arah belakang tidak cukup cepat dan tangan tidak cukup kuat menekan atau menolak untuk mengangkat badan dan kepala ke arah atas belakang. Sedangkan pada saat melakukan handstand kesulitan yang terjadi pada peserta didik antara lain; kedua lengan tidak cukup kuat menahan badan dan kurang menjaga keseimbangan saat kaki lurus ke atas. Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran senam lantai,


(2)

dengan menundukkan kepala dan pada saat panggul kontak dengan dengan matras, maka lutut segera dilipat ke sikap jongkok serta kedua tangan diajukan ke depan untuk memelihara keseimbanagn. Pada saat melakukan guling belakang, hendaknya ketika panggul mengenai matras, tangan dilipat ke samping telingan dengan telapak tangan menghadap ke atas siap untuk bertumpu dan kaki diayun ke belakang melewati kepala, tangan bertumpu dan pada saat panggul melewati kepala tangan menolak dengan kuat. Sedangkan pada saat melakukan handstand, hendaknya perhatikan sikap kepala harus sedikit mendongkrak, tangan dan bahu lurus, badan dan tungkai sedikit lenting dan berusaha untuk mencapai sikap seimbang.

2. Cara menyiasati proses pembelajaran senam lantai yang efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik siswa di Sekolah Dasar yaitu dengan cara mengidentifikasi bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan materi yang akan diajarakan, dalam hal ini implementasi yang dapat dilakukan dalam penyampaikan materi senam lantai (guling depan, guling belakang dan

handstand) terlebih dahulu diberikan dari gerak dasar yang paling mudah

hingga ke yang sulit dan memberikan contoh-contoh teknik gerakan yang mudah dipelajari dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar gerak, motor skill seseorang turut mendukung tercapainya tujuan dari proses pembelajaran. Cara seperti ini dalam proses pembelajaran senam lantai di Sekolah Dasar dilakukan untuk memudahkan dan memupuk keberanian siswa dalam melakukan setiap gerakan senam lantai.


(3)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan beberapa temuan penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran senam lantai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar khususnya merupakan salah satu cabang olahraga yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gerak siswa untuk memperbaiki sikap dan bentuk badan serta dapat mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani. Oleh karena itu, untuk membelajarkan siswa dalam proses pembelajaran senam lantai harus ditunjang dengan sumber bahan ajar dan kompetensi guru. Penulis menyarankan agar para guru pendidikan jasmani hendaknya berusaha untuk dapat mengoptimalkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran senam lantai agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik.

2. Bagi guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan keterampilannya dan mengembangkan kompetensinya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu juga guru pendidikan jasmani agar lebih keratif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sesuai dengan hasil penelitian, proses pembelajaran senam lantai erat kaitanya dalam penyampaian materi pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Cikalong – Kabupaten Tasikmalaya pada khususnya. Oleh karena itu,


(4)

pemerintah atau instansi terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan agar lebih memperhatikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya di sekolah-sekolah yang letaknya di pelosok daerah. Dengan demikian, diharapkan kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya mengenai materi senam lantai yang menyangkut aspek domain kognitif, afektif, dan psikomor dapat tercapai dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

4. Untuk lebih menyempurnakan dan mempertajam penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian yan serupa atau penelitian lebih lanjut dengan kajian yang lebih mendalam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1993). Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas (2003). Pembelajaran Senam. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Jaya Maju.

Ginting, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Humaniora.

Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Rosda. Hidayat, Imam. (1996). Teori Senam. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Lutan Rusli (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Lutan Rusli. (2000). Manajemen Pendidkan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Mahendra, Agus. (1999). Senam Artistik: Teori dan Metode Pembelajaran Senam

untuk Mahasiswa FPOK. Bandung: FPOK – UPI Bandung.

Mahendra, Agus. (2008). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bahan Ajar Diklat PLPG Program Sertifikasi Guru Penjas Rayon X – Provinsi Jawa Barat. Bandung. FPOK – UPI Bandung.

Ma’mun Amung dan Saputra Yudha M. (1999). Teori Belajar Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Moloeng, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Mendiknas. (2005). Undang-undang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta: Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2003. Penerbit Fokusmedia.

Mudyahardjo. (1995). Pengantar Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung. Patilima, Hamid. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Soepartono. (2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta: Depdiknas.

Subroto Toto. (2000). Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Pemantapan Guru SLTP Seterata D3.

Sugiono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman Adang. (2000). Asesmen Belajar dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: DIKLUSEPORA.

Suherman Adang dan Mahendra Agus. (2001). Menuju Perkembangan

Menyeluruh. Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Depdiknas.

Sukmara, D. (2005). Implementasi Program Life Skill. Bandung: Maghuni Sejahtera.

Sudjana, Nana. (1997). Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Sumosardjuno. (1989). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Grafindo.

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Sutikno, M. Sobry. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Tirtarahardja, Umar (1994). Pengantar Pendidikan. Jakrata: Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Uhamisastra, dkk. (2010). Diktaktik Metodik Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK – UPI Bandung.

Yamin, M. (2005). Standar Kompetensi. Jakarta: Gramedia.

Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan