PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DANA PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN :P2KP DI KELURAHAN SUKAGALIH, KECAMATAN SUKAJADI, KOTA BANDUNG.

(1)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK. ………i

KATA PENGANTAR. ……….ii

UCAPAN TERIMA KASIH. ………..iii

DAFTAR ISI. ………..……vi

DAFTAR TABEL. ………..ix

DAFTAR GAMBAR. ………..………x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9

1.6 Hipotesis ... 19

BAB II KONSEP EFEKTIVITAS, KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN PARTISIPASI, SERTA TOLOK UKUR EFEKTIVITAS DAN KINERJA ... 21

2.1 Tolok Ukur Efektivitas dan Kinerja ... 21

2.1.1 Konsep Efektivitas ... 21


(2)

vii

2.2 Kemampuan Manajerial ... 31

2.2.1 Kepemimpinan ... 31

2.2.2 Pemecahan Masalah ... 36

2.2.3 Komunikasi ... 37

2.2.4 Keterampilan Manajerial ... 40

2.2.5 Pengalaman ... 42

2.2.6 Kewiraswastaan... 43

2.2.7 Motivasi ... 45

2.3 Konsep Partisipasi ... 48

2.4 Penelitian sebelumnya ... 54

BAB III OBJEK DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 57

3.1 Objek Penelitian ... 57

3.2 Metode Penelitian... 57

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 59

3.3.1 Populasi ... 59

3.3.2 Sampel ... 60

3.3.3 Teknik Sampling ... 61

3.4 Operasionalisasi Variabel... 63

3.5 Penentuan Instrumen Penelitian ... 65

3.5.1 Uji Validitas Instrumen ... 67

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 68


(3)

viii

3.6.1 Prosedur Pengolahan Data ... 71

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 77

4.1.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 79

4.1.3 Karakteristik Responden ... 84

4.1.4 Gambaran Kemampuan Manajerial ... 87

4.1.5 Gambaran Partisipasi Masyarakat ... 93

4.1.6 Gambaran Kinerja Organisasi ... 98

4.2 Pengujian Hipotesis ... 103

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 107

4.3.1 Analisis Pengaruh Kemampuan Manajerial terhadap Kinerja Organisasi 107 4.3.2 Analisis Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Kinerja Organisasi .. 117

4.3.3 Analisis Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Partisipasi Masyarakat terhadap Kinerja Organisasi ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

5.1 Kesimpulan ... 129

5.2 Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN:


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program penanggulangan kemiskinan yang dimulai sejak Pelita pertama sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air. Upaya itu telah menghasilkan perkembangan yang positif. Namun demikian, krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian pembangunan tersebut.

Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997, menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi di berbagai daerah. Kondisi tersebut antara lain ditandai dengan harga barang yang meningkat sehingga nilai beli dan konsumsi masyarakat menurun. Hampir semua kegiatan baik perusahaan besar maupun perusahaan berskala kecil mengalami kemunduran dan bahkan mengalami kebangkrutan, akibatnya jumlah pengangguran semakin meningkat.

Pemerintah melakukan kegiatan penyelamatan (rescue) dengan memberikan bantuan secara finansial melalui proyek Jaringan Pengaman Sosial (Social Safety Net). Program ini bertujuan untuk menciptakan kesempatan kerja produktif bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan mengkoordinasi berbagai program pembangunan penanggulangan dampak kemiskinan.


(5)

Terjadinya krisis telah menyadarkan kita bahwa pendekatan yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan perlu dikoreksi atau diperkaya dengan upaya untuk mengokohkan keberdayaan institusi komunitas agar pada masa berikutnya upaya penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan untuk dapat hidup dan berkembang di masa depan, khususnya bagi masyarakat miskin di perkotaan. Program tersebut diperlukan untuk mendukung lebih lanjut program penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan.

Untuk menanggulangi persoalan kemiskinan struktural maupun yang diakibatkan oleh krisis ekonomi, dimulai tahun anggaran 1999/2000. Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan program khusus yang didasarkan pada Inpres Nomor 5 tahun 1993 tanggal 23 Desember 1993, tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Program khusus tersebut dikenal dengan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang bertujuan untuk meningkatkan penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan, mempercepat dan memperluas upaya penanggulangan kemiskinan.

Dalam Manual P2KP (1999: 5) disebutkan bahwa “dalam rangka menunjang pelaksanaan program, Pemerintah Republik Indonesia melakukan pinjaman kepada lembaga-lembaga donor melalui Bank Dunia. Pinjaman tersebut dialokasikan mulai


(6)

tahun 1999/2000 sampai dengan tahun anggaran 2000/2001, yang disalurkan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM-KSM) di kelurahan sasaran di Pulau Jawa”.

Kegiatan ini tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat yang kini kita alami, namun juga bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat di masa mendatang. Program yang dilaksanakan di perkotaan ini menganut pendekatan pemberdayaan (empowerment) sebagai suatu syarat menuju pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Desain program mengarah pada peningkatan keterlibatan atau partisipasi masyarakat sebagai pengambil keputusan yang lebih besar, dengan pendekatan pemberdayaan institusi lokal. Bantuan kepada masyarakat miskin ini diberikan dalam bentuk dana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang diusulkan masyarakat dan dalam bentuk pendampingan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan itu.

Dana bantuan P2KP merupakan dana hibah dan pinjaman yang disalurkan kepada kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) secara langsung dengan sepengetahuan konsultan yang mengelola P2KP di suatu wilayah kerja, sepengetahuan penanggung jawab operasional kegiatan (PJOK) yang ditunjuk, dan sepengetahuan warga masyarakat setempat melalui kelembagaan masyarakat yang dibentuk. Dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha produktif,


(7)

pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan, serta pengembangan sumber daya manusia.

Dana yang dipergunakan untuk modal usaha produktif merupakan dana pinjaman bergulir yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat melalui suatu wadah yang dibentuk oleh masyarakat, dibantu oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). Wadah dimaksud merupakan kelembagaan masyarakat yang disebut badan keswadayaan masyarakat (BKM), yang beranggotakan para tokoh masyarakat dan perwakilan KSM, serta warga.

Sementara dana untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan merupakan dana hibah yang tidak perlu dikembalikan, namun masyarakat harus menunjukkan kesanggupan dan tanggung jawabnya untuk dapat melakukan pemeliharaan serta pengembangan lebih lanjut. Dana hibah ini diprioritaskan kepada jenis-jenis prasarana dan sarana yang dapat memberikan dampak langsung kepada peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat. Pembangunan prasarana dan sarana yang dimaksud di sini dapat berupa pembangunan yang baru dan perbaikan yang lama.

Pengelolaan seluruh kegiatan, baik pengembangan usaha maupun pembangunan prasarana dan sarana, pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat sendiri. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan, semuanya dilakukan dengan pendekatan bertumpu pada kelompok. Pendekatan semacam ini menuntut adanya partisipasi aktif masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini sedapat


(8)

mungkin bersifat padat karya dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, serta memperkuat kelembagaannya.

Berdasarkan hasil evaluasi perguliran dana, pelaksanaan pengembalian pinjaman dan perguliran dana, belum sesuai dengan harapan. Hal tersebut disebabkan: belum dilaksanakannya perguliran dana sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan (Yayasan Mitra Persada, 2001), hasil evaluasi sesuai dengan laporan progress report KMW SWK IV (Kota Bandung) yang menggambarkan bahwa pemanfaatan dana belum sepenuhnya sesuai dengan program. Terjadinya pelaksanaan guliran dana yang belum sesuai dengan program disebabkan dananya digunakan untuk kebutuhan konsumtif oleh KSM dan usulan usaha KSM berupa jenis usaha jangka panjang yang penanganannya perlu pengetahuan dan keahlian yang memadai (KMW SWK IV, 2001).

Kemacetan pengembalian pinjaman di tingkat KSM disebabkan masih lemah monitoring dan evaluasi serta pendampingan KSM oleh Manajer atau Pengelola BKM, serta dari sisi business marketing masih belum menunjukkan hasil. Hal ini ditunjukkan oleh indikator: belum terealisasikannya peta usaha atau kegiatan usaha KSM secara menyeluruh, belum aktifnya Manajer atau Pengelola BKM memfasilitasi pengembangan usaha KSM, belum mampu mengupayakan bahan baku untuk usaha KSM sejenis, termasuk belum mampunya BKM mempromosikan dan memasarkan produk-produk KSM (Supiadi, 2001).


(9)

Fenomena kemacetan pengembalian pinjaman menjadi persoalan yang cukup menarik dan juga menimbulkan pertanyaan, mengenai permasalahan yang terjadi baik di BKM maupun di KSM, apakah Manajer BKM tidak memiliki kemampuan untuk mengelola suatu organisasi atau pelaksanaan fungsi manajemennya yang tidak baik, apakah para KSM tidak diberikan pembinaan oleh BKM atau para KSM tidak merasa memiliki akan keberadaan BKM dan tidak memiliki rasa tanggungjawab untuk mengembalikan dana tersebut. Kemacetan tersebut mengindikasikan bahwa pengelolaan dana belum optimal dalam mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian mengenai proses manajemen mengenai pengaruh kemampuan manajerial pengelola dana serta pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pengentasan kemiskinan dengan judul penelitian “PENGARUH

KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DANA P2KP DI

KELURAHAN SUKAGALIH, KECAMATAN SUKAJADI, KOTA

BANDUNG”

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Uraian di atas menunjukkan bahwa pengelolaan dana P2KP yang dilakukan oleh institusi lokal yang sengaja dibentuk di tingkat kelurahan yaitu BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) merupakan fenomena yang menarik. Di dalam institusi lokal ini (BKM) terlibat peran serta masyarakat baik sebagai pengurus BKM ataupun


(10)

sebagai anggota KSM dalam upaya mencapai tujuan program penanggulangan kemiskinan (PRONANGKIS) secara tepat guna dan berhasil guna (efektif, efisien).

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah seberapa jauh keberhasilan (Efektivitas Kinerja) pelaksanaan kegiatan yang dilakukan BKM dalam pengelolaan dana P2KP, serta bagaimana partisipasi aktif masyarakat (KSM) agar dana bantuan yang diberikan sesuai dengan harapan yaitu bahwa dana tersebut tepat guna dan berhasil guna (produktif, efektif dan efesien) dalam program penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi efektivitas pengelolaan dana, kemampuan manajerial dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi Bandung. 2. Seberapa besar efektivitas pelaksanaan program P2KP (kinerja BKM)

dipengaruhi kemampuan manajerial pengurus BKM.

3. Seberapa besar efektivitas pelaksanaan program P2KP (kinerja BKM) dipengaruhi partisipasi KSM.

4. Seberapa besar efektivitas pelaksanaan program P2KP (kinerja BKM) dipengaruhi kemampuan manajerial dan partisipasi KSM.


(11)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data tentang kinerja lembaga-lembaga bentukan program P2KP (BKM) yang menggambarkan keberhasilan atau efektivitas pencapaian tujuan program dan efisiensi yang diukur dalam hubungannya dengan kemampuan manajerial pengurus, dan tingkat partisipasi masyarakat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kondisi efektivitas pengelolaan dana, kemampuan manajerial dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi Bandung.

2. Pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap efektivitas pelaksanaan program P2KP (kinerja BKM).

3. Pengaruh partisipasi KSM terhadap efektivitas pelaksanaan program P2KP (kinerja BKM).

4. Pengaruh kemampuan manajerial pengurus BKM dan partisipasi KSM terhadap efektivitas pelaksanaan program P2KP (kinerja BKM) dalam pengelolaan dana penanggulangan kemiskinan.


(12)

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh berbagai masukan, sehingga memberikan manfaat dan kegunaan baik guna teoritis maupun guna laksana sebagai berikut:

1. Guna teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai guna konseptual bagi perkembangan ilmu ekonomi manajemen dan sosial, serta dapat memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya tentang pelaksanaan kemampuan manajerial pengurus dan partisipasi masyarakat terhadap kinerja.

2. Guna laksana. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi pengelolaan dana program P2KP dan pihak yang terkait lainnya, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan program, perumusan alternatif dalam menetapkan kebijaksanaan, dan memprediksi keadaan organisasi pada masa yang akan datang agar mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, dalam kaitannya dengan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan organisasi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Organisasi dalam berbagai bentuk, termasuk organisasi yang bergerak di bidang sosial tentunya harus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja organisasi tercapai bilamana dapat memanfaatkan sumberdaya yang optimal.


(13)

Sumberdaya organisasi terdiri dari: manusia (men), uang (money), metode (methods), bahan-bahan (materials), mesin-mesin (machines) dan pasar (markets), (Terry George. R, 1986: 3).

Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja, keberhasilan organisasi sebagai badan usaha dapat ditinjau dari kemampuan atau prestasi yang dicapainya. Cooter dan Yuji (1994:378) menyatakan bahwa: “Pengukuran kinerja adalah ukuran dari efektivitas dan efisiensi operasi suatu perusahaan atau bagian dari suatu perusahaan selama suatu periode”.

Efektivitas adalah sesuatu yang menunjukkan tingkatan keberhasilan kegiatan manajemen di dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Komaruddin Sastradipoera, 1989:126). Pelaksanaan program P2KP yang mempunyai tujuan tertentu, yaitu pengelolaan dana oleh organisasi masyarakat (Badan Keswadayaan Masyarakat atau BKM) untuk digulirkan pada anggota masyarakat (Kelompok Swadaya Masyarakat atau KSM) sehingga dapat meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan dana akan berusaha mengalokasikan sumber dayanya secara rasional.

Pengertian efektivitas dari para ahli pada hakekatnya memiliki kesamaan makna yaitu menitikberatkan pada tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Tercapainya tujuan, tentu saja melalui proses yang melibatkan segala sumberdaya. Dalam penelitian ini penulis menekankan peranan


(14)

sumberdaya manusia baik pengelola maupun dalam bentuk partisipasi anggota, sebagai unsur dominan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Untuk melihat apakah organisasi BKM dapat mencapai sasaran dan tujuannya, Richard M. Steers (1995:3-5) mengemukakan tiga konsep yang dapat digunakan untuk meneliti efektivitas kegiatan organisasi yaitu:

(1) Konsep optimisasi tujuan. (2) Konsep perspektif sistem. (3) Tekanan terhadap perilaku.

P2KP tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat yang kini kita alami, namun juga bersifat strategis karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat di masa mendatang. Program ini menganut pendekatan pemberdayaan (empowerment)

sebagai suatu syarat menuju pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Desain program mengarah pada peningkatan keterlibatan atau partisipasi masyarakat sebagai pengambil keputusan yang lebih besar, dengan pendekatan pemberdayaan institusi lokal. Bantuan kepada masyarakat miskin ini diberikan dalam bentuk dana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang diusulkan masyarakat dan dalam bentuk pendampingan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan itu.


(15)

Berdasarkan desain program P2KP tersebut konsep efektivitas pelaksanaan program P2KP dalam tulisan ini akan ditekankan pada segi sumber daya manusia yaitu pengaruh kemampuan manajerial pengurus (eksekutif) dan tingkat partisipasi anggota (operatif) dalam menghasilkan kinerja yang diharapkan. Keberhasilan organisasi bukan karena keberhasilan seseorang, namun lebih merupakan keberhasilan kolektif yang terdiri dari individu-individu yang berbeda, artinya tim menejemen yang efektif perlu dibangun dengan seksama (Komaruddin Sastradipoera,

2002: 44). Tenaga kerja operatif dan anggota organisasi dapat menentukan tercapainya tujuan organisasi, bilamana ikut berpartisipasi dalam penentuan tujuan organisasi. Penelitian Chabachib (2001) membuktikan adanya pengaruh yang signifikan partisipasi anggota terhadap kinerja organisasi.

Guna memanfaatkan sumberdaya secara optimal, manajer sebagai tenaga kerja eksekutif sangat berperan dalam mengelola organisasi, dan dalam rangka mencapai tujuannya perlu ditunjang oleh: kepemimpinan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, keterampilan, pengalaman, kewiraswastaan dan motivasi (Stephen P. Robbins, 2001: 3 - 312).

Fungsi kepemimpinan terjadi pada saat seorang manajer memotivasi bawahan, mengarahkan kegiatan orang lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau memecahkan konflik antar anggota. Peran manajer terkait dalam pengambilan keputusan, terutama sebagai penanggungjawab dalam menangani masalah-masalah


(16)

atau hambatan, manajer mengambil tindakan korektif sebagai tanggapan atas masalah-masalah yang tidak diduga sebelumnya (Stephen P. Robbins, 2001 : 4).

Hasil penelitian Steven E. Abraham et al. (2001), mengatakan bahwa kemampuan manajerial sangat mempengaruhi kinerja organisasi, jika manajer memiliki: leadership skills, customer focus, result oriented, problem solver, communication skills and team worker. Begitu pula hasil dari penelitian Asmiddin (2003), menggambarkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kemampuan manajerial terhadap pengambilan keputusan seorang manajer.

Keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer antara lain : Keterampilan konseptual (conceptual skills), keterampilan kemanusiaan (human skills), dan keterampilan teknik (technical skills), (Stephen P. Robbins, 2001: 5). Menurut Hani Handoko, (1997: 37) selain ketiga keterampilan tersebut di atas, keterampilan administratif (administrative skills) juga harus dimiliki seorang manajer. Dalam rangka penetapan tujuan, pengelola organisasi perlu didukung oleh individu-individu yang ada dalam organisasi, karena kinerja individu merupakan dasar dari kinerja organisasi. Hal tersebut dibuktikan hasil penelitian sebelumnya dari Robert C, et al. (2001) bahwa kinerja organisasi dibentuk dari kinerja individu-individu dalam kelompok yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu seseorang atau individu perlu diberi motivasi, karena motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang atau individu yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku (Gibson et al., 1986: 185). Menurut Stephen P. Robbins, (2001: 166), motivasi adalah kesediaan


(17)

untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.

Partisipasi adalah merupakan keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggungjawab untuk pencapaian tujuan itu (Keith Davis, 1990: 179).

Definisi partisipasi melibatkan tiga gagasan penting yaitu: keterlibatan, kontribusi dan tanggungjawab. Partisipasi berarti keterlibatan mental dan emosional yang bukan hanya berupa aktivitas fisik. Keterlibatan ini lebih bersifat psikologis dibanding fisik. Seseorang yang berpartisipasi terlihat egonya dan bukan hanya terlibat pada tugas. Kontribusi, memotivasi orang-orang untuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreatifitasnya guna mencapai tujuan organisasi. Tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Partisipasi merupakan proses sosial melalui orang-orang menjadi terlibat sendiri dalam organisasi dan mau mewujudkan keberhasilannya.

Bentuk partisipasi berupa: partisipasi psikologis (psychological participation), partisipasi tenaga (physical participation), partisipasi keahlian (participation with skill), partisipasi barang (material participation) dan partisipasi uang (money participation) (Keith Davis, 1990: 179).

Partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangsih kepada proses pembuatan keputusan,


(18)

terutama mengenai persoalan-persoalan di mana terjadi keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan dan orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut (Terry George. R, 1986: 68).

Hubungan antara kemampuan manajerial dan tingkat partisipasi masyarakat adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen yang antara lain: fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi kepemimpinan, dan fungsi pengendalian (Stoner, 1994: 9).

Perencanaan (planning) menunjukkan bahwa manajer berfikir melalui sasaran-sasaran dan kegiatan mereka sebelumnya, bahwa kegiatan-kegiatan mereka lebih didasarkan pada suatu metode, rencana, atau pikiran logis ketimbang pada praduga. Langkah-langkah dalam perencanaan adalah 1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Pengorganisasian (organizing) adalah proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang, dan sumberdaya di kalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Memimpin (leading) mencakup hal mengarahkan (directing), hal mempengaruhi (influencing), memotivasi (motivating) karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pokok.


(19)

Pengendalian (controlling) adalah kegiatan manajer yang harus memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi benar-benar membawa organisasi ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi pengendalian dari manajemen mencakup empat unsur utama: (1) menetapkan standar kinerja, (2) mengukur kinerja yang sedang berjalan, (3) membandingkan kinerja ini dengan standar yang telah ditetapkan, (4) mengambil tindakan untuk memperbaiki kalau ada penyimpangan.

Melaksanakan dan mengembangkan usaha dalam BKM merupakan langkah untuk mewujudkan kesejahteraan para anggota KSM. BKM dapat memperoleh serta mencari laba guna menutup pembiayaan usaha seperti gaji para karyawan, biaya kantor, serta biaya lainnya dan menghimpun cadangan dana untuk modal. Namun laba yang dicari bukanlah laba dalam tingkatan setinggi-tingginya karena BKM bukanlah lembaga yang bersifat profit oriented melainkan laba dalam jumlah yang wajar.

Proses pengendalian memastikan bahwa perusahaan sedang mencapai apa yang ditetapkan untuk mencapainya. Proses pengendalian membandingkan kinerja dengan hasil yang diinginkan (Wheelen 2001:384). Para manajer dapat menetapkan berbagai pengendalian untuk tetap memfokuskan diri mereka baik dalam aktivitas yang menghasilkan kinerja (perilaku) atau dalam hasil aktual kinerja (output). Pengendalian terhadap perilaku menunjukkan bagaimana sesuatu harus dilakukan melalui serangkaian prosedur standar operasi dan pengendalian terhadap output menunjukkan apa yang harus dicapai dengan memfokuskan pada hasil akhir perilaku


(20)

tertentu melalui penggunaan sasaran dan target kinerja atau tolok ukur peristiwa (Wheelen, 2001: 391).

Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa kinerja adalah perbandingan antara target yang direncanakan dengan realisasi yang dicapai dalam tujuannya untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan, maka efektivitas pelaksanaan program P2KP dapat diukur dari kinerja BKM dalam pengelolaan dana.

Penilaian efektivitas yang digunakan adalah konsep optimalisasi tujuan, yaitu mengetahui sejauhmana tujuan-tujuan atau sasaran BKM dapat dicapai, mengukur efisiensi dari segi waktu, tenaga dan dana dengan melihat pertumbuhan modal dari laba-rugi yang diperoleh oleh setiap lembaga tersebut, stabilitas, semangat kerja, kepuasan, penerimaan tujuan organisasi, keterpaduan, keluwesan adaptasi dan penilaian dari pihak luar.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan “penjelasan terkaan” (conjectural explanation) mengenai fenomena yang diterima atau ditolak oleh bukti empirik, juga merupakan pernyataan tentatif (tentative statement) mengenai hubungan yang diharapkan (expected relationship) antara dua variabel atau lebih (Komaruddin Sastradipoera, 2005: 90). Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran yang diajukan di atas, berikut ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:


(21)

1 : Efektivitas pengelolaan dana P2KP (kinerja BKM) dipengaruhi Kemampuan Manajerial pengurus.

2 : Efektivitas pengelolaan dana P2KP (kinerja BKM) dipengaruhi Partisipasi Kelompok Swadaya Masyarakat.

3 : Efektivitas pengelolaan dana P2KP (kinerja BKM) dipengaruhi Kemampuan Manajerial dan Partisipasi KSM.


(22)

BAB I PENDAHULUAN ... 11 1.1 Latar Belakang ... 11 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 66 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 78 1.3.1 Maksud Penelitian ... 78 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 88 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 89 1.5 Kerangka Pemikiran ... 99 1.6 Hipotesis ... 1717


(23)

55

BAB III

OBJEK DAN PROSEDUR PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Menurut Arikunto (1998: 15), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Tempat di mana variabel melekat merupakan subjek penelitian. Merujuk pada pendapat tersebut yang menjadi objek dalam penelitian adalah: kemampuan manajerial pengurus, partisipasi masyarakat, dan efektivitas pengelolaan dana. Untuk meneliti objek tersebut penulis melakukan pada Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis, serta menginterpretasikan data. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno Surakhmad (1994: 131) yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Dalam penelitian ini, cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Traver Travens (dalam Husain Umar


(24)

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”. Penelitian deskriptif di sini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai pengaruh kemampuan manajerial pengurus BKM dengan tingkat partisipasi masyarakat, efektivitas pengelolaan dana penanggulangan kemiskinan; pengaruh tingkat partisipasi masyarakat terhadap efektivitas pengelolaan dana penanggulangan kemiskinan; dan dampak hubungan kemampuan manajerial pengurus BKM dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap efektivitas pengelolaan dana penanggulangan kemiskinan.

Adapun sifat penelitian yang verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Dalam penelitian ini akan diuji mengenai pengaruh variabel X1

terhadap Y; pengaruh variabel X2 terhadap Y; dan dampak hubungan variabel X1

dan X2 terhadap Y.

Berdasarkan jenis penelitian di atas, yaitu penelitian deskriptif dan

verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah survai explanatory. Fraenkel dan Wallen (1993: 288) menyatakan bahwa kajian explanatory yang bersifat korelasi itu bertujuan untuk menjelaskan pemahaman kita mengenai fenomena yang penting melalui identifikasi hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 1996: 7), yang dimaksud dengan metode survai adalah “metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,


(25)

tersebut, sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan antarvariabel”. Dalam penelitian yang menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.

Penelitian ini akan dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun yakni mulai dari bulan Juli tahun 2005 sampai dengan bulan Oktober 2005, maka metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang).

3.3Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian. Menurut Sudjana (1997: 66): “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitas mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya.”

Berkaitan dengan itu, Sugiyono (1996: 72) mendefinisikan populasi sebagai “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.


(26)

Pengurus BKM dan warga masyarakat termasuk KSM di wilayah penelitian dan KSM sebagai warga masyarakat di wilayah penelitian.

3.3.2 Sampel

Untuk pengambilan sampel dari populasi agar diperoleh sampel yang

representatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 117), yang dimaksud dengan sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Menurut Sugiyono (2002: 73), yang dimaksud dengan sampel adalah “bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu”.

Dalam suatu penelitian tidak mungkin semua populasi diteliti, dalam hal ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu, peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili yang lain yang tidak diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2002 : 73):

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel dari populasi harus benar-benar mewakili.


(27)

populasi penelitian, yaitu Anggota KSM, dan tokoh masyarakat di wilayah penelitian.

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik penarikan atau penentuan sampel yang digunakan adalah sampling purposif (bertujuan) dengan ciri penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel representatif dengan cara meliputi wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampel (Kerlinger, 1990 :206). Dengan sampling purposif ini diseleksi anggota-anggota sampel representatif yang cocok dengan maksud penelitian ini, yaitu anggota KSM dan tokoh masyarakat di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

Dengan anggapan bahwa populasi anggota KSM dan tokoh masyarakat di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung itu bersifat homogen kemudian dilakukan Teknik random sampling. Langkah-langkah penarikan sampel adalah sebagai berikut:

1) Menurut Isaac dan Michael (1981: 192), penarikan sampel dapat dilakukan dengan cara-cara menghitung besarnya populasi dari setiap anggota KSM dan tokoh masyarakat di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung yang terpilih sebagai sampel. Untuk menghitung ukuran sampel, penulis menggunakan rumus yang didasarkan pada presisi estimasi statistik (tingkat ketelitian) 5% sebagai berikut:

)

1

(

)

1

(

)

1

(

2 2 2

P

P

N

d

P

NP

S

+

=

χ

χ


(28)

S = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah anggota populasi

P = proporsi populasi 0,50 (maksimal sampel yang mungkin) d = tingkat akurasi 0,05

χ2

= tabel nilai chi-square sesuai tingkat kepercayaan 0,95 3,841

Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 231 dimasukkan ke dalam rumus tersebut dan menghasilkan nilai 144 (pembulatan ke bawah) sampel seperti tampak sebagai berikut:

144 48 , 144 ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 841 , 3 ) 1 231 ( 05 , 0 ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 231 841 , 3 2 ≈ = − × + − − × × = S S

2) Setelah mendapatkan ukuran sampel, agar representatif, setiap subjek populasi diusahakan memiliki peluang yang sama menjadi sampel. Dengan jumlah sampel sebanyak 144 responden, penentuan jumlah masing-masing sampel untuk anggota KSM dan Tokoh Masyarakat dihitung secara proporsional, dengan menggunakan rumus:

S N

n

s= ×

Keterangan:

s = jumlah sampel setiap unit secara proporsi S = jumlah seluruh sampel yang didapatkan N = jumlah seluruh populasi

n = jumlah masing-masing unit populasi

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel dari masing-masing sekolah seperti tampak tabel di bawah ini:


(29)

Penyebaran Proporsi Sample Anggota KSM dan Tokoh Masyarakat

No Sekolah Jumlah

Unit Proporsi

Sampel (dibulatkan)

1. Anggota KSM 123 144

231 123×

77

2. Tokoh Masyarakat 108 144

231 108

× 67

231 144

3.4Operasionalisasi Variabel

Untuk menjawab permasalahan di atas, variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variables) yaitu :

(1). Kemampuan Manajerial (X1), indikatornya dikembangkan dari teori Stephen

P. Robbins.

(2). Partisipasi KSM (X2), indikatornya dikembangkan dari teori Keith Davis.

(3) Sedangkan variabel terikat (dependent variables), yaitu Efektivitas Pengelolaan Dana (Y), indikatornya dikembangkan dari teori Richard M. Steers.

Variabel-variabel dalam penelitian lebih jelas dijabarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Indikator Satuan Ukuran Skala Ukur

Sumber Data

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

X1 : Kemampuan Manajerial

Kompetensi Orang yang mengawasi kegiatan-kegiatan orang lain dan yang bertanggung jawab untuk

Kepemimpinan Tingkat kemampuan

untuk mempengaruhi fihak lain

Ordinal Forum BKM

pencapaian tujuan dalam organisasi disebut manajer, keterampilan-keterampilan Kemampuan Memecahkan masalah Tingkatan kemampuan dalam memecahkan masalah


(30)

Ukur Data manajerial apa yang pada

umumnya dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer yang

Komunikasi - Tingkat kemampuan

pentransferan dan pemahaman makna efektif,

(Stephen P.Robbins,2002 :2).

Perencanaan Tingkat kemampuan

mental untuk

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.

Human skills Tingkat kemampuan

untuk bekerja dengan memahami,dan memotivasi orang lain Administrasi Tingkat keterampulan

dari fungsi- fungsi manajemen.

Teknik Tingkat kemampuan

untuk menggunakan peralatan,prosedur atau teknik tertentu.

Pengalaman Tingkat kesesuaian

Pengetahuan tentang usaha-usaha yang sejenis Kewirausahaan - Tingkat kesiapan sikap

mental Manajer/pengelola yang memiliki potensi untuk berprestasi dan tidak tergantung kepada pihak lain dan selalu mencari perubahan (inovator) yang dinamis

Motivasi - Tingkat dorongan/

keinginan manajer/ pengelola dalam mengembangkan organisasi X2: Partisipasi KSM

Partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok

- Kontribusi Tingkat kontribusi dari anggota kepada organisasi

Ordinal Ketua / Manajer BKM yang mendorong mereka untuk

memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai

-Tanggungjawab Tingkat tanggungjawab anggota kepada organisasi

Tanggung jawab untuk

pencapaian tujuan itu (Keith Davis : 1990 : 179)

- Keterlibatan - Tingkat keterlibatan anggota terhadap organisasi Y : Efektivitas Pengelolaan Dana

Perbandingan antara target yang direncanakan dengan realisasi yang diperoleh. (Richard M Steers)

* Tujuan :

-Hasil yang dicapai. -Kesesuaian hasil dengan rencana.

-Tingkat pencapaian tujuan.

Ordinal Forum BKM

* Efisiensi :

-Pemanfaatan Waktu -Pemanfaatan tenaga -Sumber dana -Tingkat pencapaian produktivitas. * Pertumbuhan Modal :

-Modal dari P2KP -Laba/Rugi

-Tingkat Pertumbuhan Modal P2KP.


(31)

Ukur Data

* Stabilitas -Tingkat pemeliharaan struktur, fungsi dan sumberdaya sepanjang waktu

* Semangat Kerja - Tingkat berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan organisasi

* Kepuasan kerja - Tingkat kepuasan mengelola organisasi * Penerimaan tujuan

organisasi

-Tingkat kepercayaan terhadap tujuan organisasi * Keterpaduan dari

para anggota organisasi.

- Tingkat

keharmonisan antara unsur-unsur yang ada dalam organisasi. * Keluwesan

adaptasi.

-Tingkat keluwesan untuk mengubah SOP. * Penilaian dari pihak

luar terutama dari masyarakat umum

-Tingkat kepercayaan terhadap pengelolaan organisasi oleh pihak luar

3.5Penentuan Instrumen Penelitian

Dalam menentukan instrumen penelitian, Fraenkel dan Wallen (1993: 103) menyatakan ada tiga metode umum: (1) researcher instruments, yaitu untuk mendapatkan data, si peneliti langsung terjun ke lapangan dengan sedikit atau tanpa keterlibatan pihak lain; (2) subject instruments, yaitu mendapatkan data langsung dari subjek penelitian; dan (3) informant instruments, yaitu mendapatkan data dari orang lain yang diacu sebagai informan yang mengetahui banyak hal tentang suatu subjek.

Instrumen penelitian dalam tesis ini sebagian besar dibuat berdasarkan

subject instrument, dengan mendapatkan data langsung dari masyarakat sebagai subjek penelitian berdasarkan teknik penyebaran angket dan kuesioner. Agar


(32)

researcher instrument dengan metode observasi langsung dan informant instrument dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait dalam P2KP di wilayah penelitian pada umumnya (Pengurus BKM, Pemerintahan Daerah setempat, tokoh masyarakat, KSM dan warga masyarakat setempat).

Kuesioner akan dibuat ke dalam skala Likert Black dan Champion (1992 : 164), menurut aspek-aspek variabel yang diteliti dalam penelitian ini (kemampuan manajerial pengurus BKM , tingkat partisipasi masyarakat, dan efektivitas pengelolaan dana Sehubungan dengan itu, akan diuji validitas, reliabilitas dan

objektivitas data tersebut. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Sumber data primer diperoleh dari hasil penelitian secara empirik melalui penyebaran kuesioner kepada pengurus BKM, KSM dan tokoh masyarakat selaku responden, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari Pemerintahan Daerah setempat, pihak konsultan manajemen wilayah (KMW) selaku pelaksana proyek sebagai pihak lain (second opinion) yang memiliki pengetahuan dan kompetensi yang relevan dengan topik penelitian.

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Untuk itu diperlukan dua macam tes, yaitu test validitas (uji kesahihan) dan test reliabilitas (uji keandalan). Dengan demikian langkah-langkah untuk menentukan instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sumber primer (populasi dan sampel)


(33)

4. Menguji validitas dan reliabilitas kuesioner 5. Merevisi kuesioner bila diperlukan

6. Menyebarkan angket ke lapangan kepada sumber primer (sampel) 7. Mengolah data

Pengujian kualitas data dimaksudkan untuk menetapkan keabsahan suatu data yang dikumpulkan, hal tersebut berkaitan dengan kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan yang sangat penting dalam penelitian.

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data primer, terlebih dahulu harus dilakukan uji reliabilitas dan validitasnya. Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui stabilitas dan konsistensi di dalam pengukuran, sedangkan uji Validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kita mengukur konsep secara benar (Uma Sekaran, 2000:204).

3.5.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Masri Singarimbun, 1995: 124) . Hal ini berarti apabila peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya.

Selanjutnya uji validitas untuk jawaban kuesioner tingkat pengukuran


(34)

masing-tersebut. Karena data yang diperoleh adalah data yang bersifat ordinal, maka uji korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi Rank-Spearman (Spearman’s-Rho). dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑

+

=

2 2

2 2

2

.

2 x y

d y

x

rs i (Sidney Siegel 1992: 256)

Untuk menentukan validitas sebuah pertanyaan/pernyataan dilakukan uji-t, dengan rumus sebagai berikut:

2

1 2 .

s s

r N r t

− −

= (Sidney Siegel 1992: 263)

Dengan taraf signifikansi 95% atau alpha =0,05, t hitung yang diperoleh

dibandingkan dengan t tabel, dengan derajat kebebasan (df = n – 2). Ketentuan

yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Jika t-hitung≥ t-tabel, maka pertanyaan tersebut adalah valid

2. Jika t-hitung< t-tabel, maka pertanyaan tersebut adalah tidak valid

Pertanyaan yang tidak valid akan dibuang atau direvisi.

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari kelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu-waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini akan menggunakan tes belah dua atau ‘split-half method’ dari Spearman Brown.


(35)

yang diambil adalah berdasarkan nomor awal-akhir atau ganjil-genap. Nomor awal/ganjil sebagai belahan pertama dan nomor akhir/genap sebagai belahan kedua.

• Skor masing-masing item tiap belahan dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua.

• Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi rank-spearman (spearman’s rho), dengan rumus:

∑ ∑

+

=

2 2

2 2

2

.

2 x y

d y

x

rs i (Sidney Siegel 1992: 256)

Untuk menguji koefisien reliabilitas instrumen digunakan rumus Spearman-Brown. Adapun rumus Spearman-Brown adalah:

2 1 2 1

2 1 2 1 11

1 2

r r r

+ × =

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas instrumen

r½½ = reliabilitas ½ instrumen

Dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya dibandingkan dengan tabel interpretasi dengan nilai r dapat dilihat pada tabel berikut:


(36)

Nilai Koefisien Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas 0,000 – 0,199

0,200 – 0,399 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat Sumber Suharsimi Arikunto (1995)

3.6Rancangan Analisis Data Penelitian

Untuk memudahkan dalam menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil survai lapangan, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Teknik pengolahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, teknik yang menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solutions) dan Microsoft Excel-2003. Selain itu dilakukan pula pengolahan data secara manual, khususnya untuk data yang bersifat kualitatif.

Hasil dari pengolahan data tersebut, dapat disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan grafik yang dijadikan dasar untuk menganalisis secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga dapat memberikan gambaran tentang kemampuan manajerial pengurus BKM, tingkat partisipasi masyarakat, dan kinerja pengelolaan dana penangulangan kemiskinan.

Untuk melakukan hubungan korelatif pada penelitian ini digunakan teknik analisis jalur (path analysis) sehingga dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel terhadap variabel lainnya. Karena data setiap variabel dari kuesioner itu masih berskala ordinal, agar dapat dianalisis dengan analisis jalur, diperlukan


(37)

Succesive Interval (MSI).

3.6.1 Prosedur Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dikelompokkan melalui tahap persiapan, tabulasi dan aplikasi data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Teknik pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan skor dari masing-masing jawaban responden dengan memberikan bobot skor (misalnya bobot tertinggi = 5 dan terkecil = 1). Skala yang digunakan dalam penelitian untuk pembobotan item kuesioner adalah menggunakan skala Likert dengan bobot 1, 2, 3, 4, , dan 5.

2. Seluruh skor yang diperoleh dengan cara meningkatkan skala ukur ordinal menjadi pengukuran tingkat interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI), yaitu suatu metode untuk mentransformasi data berskala ordinal menjadi data berskala interval.

Langkah Kerja Methods Successive Interval (MSI) :

1. Perhatikan tiap butir pertanyaan, misal dalam kuesioner.

2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1, 2, 3, 4, dan 5, yang disebut dengan Frekuensi.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut dengan Proporsi.


(38)

untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Tentukan Nilai Densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dari Tabel).

7. Tentukan Nilai Skala dengan menggunakan rumus:

( )

(

(

)

)

Limit Lower Below Area Limit Upper Below Area Limit Upper at Density Limit Lower at Density NK Skala Nilai =

8. Tentukan Nilai Transformasi (Y) dengan menggunakan Rumus :

1 min NS k k NS Y + = + =

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis jalur (Path Analysis). Tujuan dari analisis jalur adalah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari beberapa variabel sebagai variabel penyebab, terhadap beberapa variabel lainnya sebagai variabel akibat.

Hubungan antarvariabel dalam analisis jalur ada 2 yaitu:

1. Pengaruh Langsung biasanya digambarkan dengan panah satu arah dari satu variabel ke variabel lainnya.

2. Pengaruh Tidak Langsung digambarkan dengan panah satu arah pada satu variabel pada variabel lain, kemudian dari variabel lain panah satu arah ke variabel berikutnya.

Asumsi yang mendasari Analisis Jalur

Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan dalam menggunakan analisis jalur yaitu :


(39)

2. Skala pengukuran semua variabel sekurang-kurangnya interval. Diagram Jalur dan Persamaan Analisis Jalur

Sebelum melakukan analisis jalur digambarkan terlebih dahulu pola hubungan antar variabel penyebab dan variabel akibat yang didasarkan pada teori-teori yang terdahulu.

Adapun bentuk persamaan jalurnya adalah sebagai berikut :

Di mana :

• Y adalah variabel akibat (endogin)

• X1 dan X2 adalah variabel penyebab (eksogin)

• ρ adalah koefisien jalur antara variabel akibat dan variabel penyebab

ε

adalah variabel residu

Dari diagram jalur seperti pada Gambar 3.1 dapat diartikan sebagai berikut

1 1 2 2

YX YX

Y

=

ρ

X

+

ρ

X

+

ε

Kemampuan Manajerial

BKM (X1)

Partisipasi Masyarakat

(X2)

Efektivitas Pengelolaan

dana (Y)

Gambar3.1. Paradigma Variabel X terhadap Variabel Y

ρYX1

ρYX1

rX1X2

ε


(40)

2. Hubungan X1 dengan Y, dan X2 dengan Y adalah hubungan kausal.

Langkah-langkah perhitungan untuk analisis jalur adalah sebagai berikut : (1) Gambarkan terlebih dahulu diagram jalurnya sebagai langkah

menterjemahkan hipotesis penelitian ke dalam diagram jalur sehingga tampak jelas variabel apa saja yang merupakan variabel penyebab (eksogenus) dan variabel akibat (endogenus).

(2). Hitung matrik korelasi antar variabel

          = 1 1 1 2 1 2 1 y x y x x x r r r R

Dengan rumus umum korelasi sebagai berikut :

k j Y Y n X X n Y X Y X n r n h n h h h n h jh n h jh n h h n h jh n h h jh

yxj ; 1,2....,

] ) ( ][ ) ( [ 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 = − − − =

= = = = = = =

(3). Hitung invers matriks koefisien korelasi untuk variabel eksogennya

      = − 22 21 12 11 1 C C C C R

(4). Hitung koefisien jalur dengan rumus :

1,2 j ; 1 1

-1  =

     × = xy y x yx r r R j

ρ

(5). Hitung R y(xx ...xk)

2

2

1 yang merupakan koefisien determinasi total X1,X2,…,Xk


(41)

( )

[

]

=

2 1 2 1 2

2 1

yx yx yx yx x

x y

r

R

ρ

ρ

(6). Hitung ρyz berdasarkan rumus ;

(1 2)

2

1 y xx yε = − R

ρ

(7). Menghitung pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut

• Pengaruh X1 terhadap Y :

a. Pengaruh X1 terhadap Y langsung = PYX1 . PYX1

b. Pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 = PYX1 . rX1X2 . PYX2

Jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung X1 terhadap Y = (a + b+c)

Pengaruh X2 terhadap Y :

a. Pengaruh X2 terhadap Y langsung = PYX2 . PYX2

b. Pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 = PYX2 . rX2X1 . PYX1

Jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung X2 terhadap Y = (a +b+c)

Setelah dihitung koefisien jalurnya maka langkah berikutnya adalah menguji keberartian koefisien jalur tersebut. Terdapat dua tahapan pengujian dalam analisis jalur yaitu pengujian individual dan pengujian keseluruhan.

Langkah-langkah pengujian koefisien jalur secara individual adalah sebagai berikut :

1. Tentukan Hipotesis uji yaitu :

H0 : Pyxi≤ 0 ; H1 : Pyxi > 0 di mana i = 1, 2 dan 3


(42)

( )

(

)

(

1

)

1 2 2 1 − − − = k n CR R t ii x x y i i

2. Tolak H0 jika t > ttabel

Jika H0 diterima berarti variabel tersebut keluarkan dari persamaan analisis

jalur. Selanjutnya akan diperoleh persamaan baru dari analisis jalur, kemudian diuji lagi signifikansinya sampai semua variabel penyebab teruji. Dengan demikian maka model yang akan terbentuk terdiri dari koefisien-koefisien yang telah signifikan. Di mana t tabel = t (1 - ½ α); (n - k - 1).

Jika pengujian individual ini signifikan maka langkah berikutnya adalah pengujian koefisien jalur secara keseluruhan.

Langkah-langkah pengujian koefisien jalur secara bersama-sama adalah sebagai berikut :

1. Tentukan hipotesisnya : Ho : PYX1 = PYX2 = 0

H1 : Sekurang-kurangnya ada sebuah PYXj ≠0

2. Hitung statistik ujinya dengan rumus :

F = ) 1 ( ) 1 ( 2 2 1 2 2 1 X YX X YX R k R k n − − −

Statistik uji di atas mengikuti distribusi F dengan derajat bebas v1 = k

dan v2 = n – k - 1.

Kriteria pengujiannya adalah “Tolak Ho yang menyatakan bahwa PYX1 = PYX2 = 0, jika Fhitung > Ftabel”. Di mana F tabel = F α ; k (n - k -1).


(43)

BAB III OBJEK DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 5555

3.1 Objek Penelitian ... 5555

3.2 Metode Penelitian... 5555

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 5757

3.3.1 Populasi ... 5757

3.3.2 Sampel ... 5858

3.3.3 Teknik Sampling ... 5959

3.4 Operasionalisasi Variabel... 6161

3.5 Penentuan Instrumen Penelitian ... 6363

3.5.1 Uji Validitas Instrumen ... 6565

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 6666

3.6 Rancangan Analisis Data Penelitian ... 6868

3.6.1 Prosedur Pengolahan Data ... 6969

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 7070

Tabel 3.1. Penyebaran Proporsi Sample Pada BKM Sinar Galih di Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung……….. 61


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Temuan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum: (a) Para pengurus BKM (manajer) Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung memiliki kemampuan manajerial yang tinggi, terutama pada aspek Kemampuan Memimpin dan Administrasi. Ini berarti kemampuan manajemen dapat menunjang efektivitas pengelolaan dana P2KP. (b) Masyarakat (KSM) Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung memiliki partisipasi yang tinggi, terutama pada aspek Kontribusi. Ini berarti partisipasi masyarakat dapat menunjang efektivitas pengelolaan dana P2KP. (c) Efektivitas pengelolaan dana P2KP BKM dan KSM Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung telah berjalan secara efektif, terutama pada aspek Semangat Kerja dan Efisiensi. Ini berarti efektivitas pengelolaan dana P2KP memang ditunjang oleh kemampuan manajerial dan partisipasi masyarakat.

2. Kemampuan manajerial secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat efektivitas pengelolaan dana BKM dan KSM Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.


(45)

3. Partisipasi masyarakat secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat efektivitas pengelolaan dana P2KP BKM dan KSM Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

4. Kemampuan manajerial dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat efektivitas pengelolaan dana P2KPBKM dan KSM Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Dilihat dari analisis jalur, partisipasi masyarakat merupakan variabel yang kontribusinya lebih besar terhadap efektivitas pengelolaan dana P2KP dibandingkan dengan variabel kemampuan manajerial. Ini berarti bahwa tanpa dukungan, tanggung jawab, dan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat, kemampuan manajerial yang dimiliki BKM tidak akan berarti apa-apa. BKM hanya berjalan sendiri tanpa dapat menjalankan program-program yang direncanakan. Hal ini pada gilirannya dapat berdampak pada efektivitas pengelolaan dana P2KP itu sendiri.

Temuan penelitian ini menginformasikan bahwa adanya kemampuan manajerial pengurus BKM, ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang tinggi, dapat secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi efektivitas pengelolaan dana P2KP di lembaga tersebut. Di sini terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aplikasi di lapangan dengan teori yang ada.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, dapat diidentifikasi beberapa kelemahan dalam beberapa aspek kemampuan manajerial dan partisipasi


(46)

masyarakat dalam menunjang efektivitas pengelolaan dana P2KP yang efektif dan efisien. Dalam hal ini penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

Upaya peningkatan motivasi hendaknya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) secara terjadwal sehingga dapat memberikan bimbingan dan peyuluhan serta kemudahan dalam proses penyaluran dana pinjaman bergulir P2KP kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat tidak lagi merasa enggan untuk ikut dan berperan serta secara aktif dalam proses pengentasan kemiskinan hanya gara-gara karena kesulitan membuat proposal pengajuan kredit. Untuk mengatasi kandala tersebut Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) BKM melalui pendamping teknis membantu bagaimana membuat proposal sebagai persyaratan formal. Selanjutnya kepada KSM yang mendapat giliran perguliran dana, diberikan bimbingan dan penyuluhan dalam menjalankan serta mengembangkan usahanya melalui pelatihan sesuai dengan lapangan usaha KSM. Motivasi masyarakat dapat pula ditumbuhkan melalui pemberian hadiah berupa pasilitas memperoleh dana tambahan bagi KSM yang berhasil untuk mengajukan kembali dana bergulir untuk lebih mengembangkan skala usahanya. Dengan cara demikian diharapkan masyarakat termotivasi untuk maju dan berkembang serta dapat menolong dirinya sendiri dengan cara memanfaatkan peluang yang ada sehingga proses pengentasan kemiskinan dapat dipercepat.

Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) BKM hendaknya memberikan pelatihan keterampilan bagi anak putus sekolah yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dalam masyarakat seperti bengkel kendaraan, tambal ban, ketrampilan menjahit dan sebagainya. Selanjutnya kepada mereka yang telah memiliki keterampilan khusus dibentuk KSM dan diberikan pinjaman dana bergulir sekaligus bimbingan dalam


(47)

menjalankan usahanya. Dengan cara ini diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan, terciptanya lapangan kerja yang dibuat sendiri yang dapat menolong dirinya sendiri sehingga dengan terciptanya lapangan kerja ini, proses pengentasan kemiskinan dapat dipercepat.

Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) BKM hendaknya terus melakukan pengarahan dan sosialisasi yang efektif yaitu dengan jalan menjelaskan kepada masyarakat dalam berbagai kesempatan terutama dalam forum musyawarah masyarakat mengenai keberadaan dan kelangsungan hidup BKM yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian masayarakat sadar bahwa pinjaman itu harus dipertanggungjawabkan dan dikembalikan untuk selanjutnya digulirkan kepada KSM yang membutuhkan. Khusus yang berkaitan dengan kredit macet Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) BKM hendaknya melakukan pengendalian kredit sejak proses pengajuan proposal sampai proses pengembalian. UPK menugaskan kepada bagian kredit untuk observasi langsung kepada KSM yang mengajukan pinjaman mengenai keberadaan KSM, baik kegiatan usahanya maupun kewajaran jumlah dana yang dibutuhkan. Dengan cara ini diharapkan dapat menunjang keberadaan dan kelangsungan hidup BKM yang pada gilirannya dapat mempercepat proses pengentasan kemiskinan.

Terakhir perlu disadari bahwa program P2KP bersifat sosial dan dikelola oleh anggota masyarakat secara sukarela sebagai bentuk kepedulian atas dasar kepercayaan masyarakat. Namun demikian hendaknya balas jasa yang diberikan kepada DPK BKM disesuaikan dengan prestasi dan kemampuan BKM.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Steven. E, Kans A, Lanny, Mena A Manuel and Shaw Kenneth. 2001.

Managerial competencies and the managerial performance appraisal process. Journal of Management Development Vol 20 No. 10, 2001, pp.842-852.

Asmiddin, 2003, Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Peranserta Kelompok Pejabat Eksekutif Puncak, Kinerja Birokrasi Pemerintah, serta Partisipasi Masyarakat Terhadap Sasaran Program IDT di Propinsi Sulawesi Tenggara. Bandung: Desertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Chabachib, 2001, Pengaruh Kualitas Manajemen, Partisipasi Anggota dan Lingkungan Usaha terhadap Pelaksanaan Manajemen dan Kinerja Keuangan KUD di Jawa Tengah. Bandung : Desertasi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Cooter, W.W. and Yuji Ijiri. 1994. Dictionary For Accountants. 6th Edition Pretice Hall Of Private Limited.

Davis, Keith dan Newstrom John, 1990. Perilaku Dalam Organisasi Terjemahan oleh Agus Dharma. Jakarta. : Penerbit Erlangga.

Gibson, James. L; John M Ivancevich; and James H. Donnelly, Jr., 1996.

Organisasi. Terjemahan oleh Nunuk Adiarni. Jakarta. : Penerbit Binarupa Aksara.

Hani Handoko. 1997. Manajemen. Yogyakarta : Penerbit BPFE

Hunger J. David and Wheelen Thomas L, 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono. 1996. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta : Penerbit BPFE.

Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral, 1990. Terjemahan oleh Drs Landung R. Simatupang. Yogyakarta. : Gadjah Mada University Press. Komaruddin Sastradipoera, 2002. Menejemen Sumber Daya Manusia Suatu

pendekatan fungsi Operatif. Bandung. Kappa-Sigma. 79-96

Komaruddin Sastradipoera, 2005. Mencari Makna di Balik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung. Kappa-Sigma. 79-96

Komaruddin Sastradipoera 1989. Manajemen – Teori dan Praktek. Bandung : Penerbit Sinar Baru.

Liden C, Robert, Wayne J Sandy, and Krainer L Maria. 2001. Managing Individual Performance in Work Groups. Journal Human Resource Management, Spring 2001, Vol. 40, No. 1, pp. 63 – 72.

Malayu, SP,Hasibuan. 2003. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta : Penerbit Haji Masagung.


(49)

Manual Proyek Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. 1999

Miftah Thoha. 2003. Perilaku Organisaasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Peneribit PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyadi. 1997. Akuntansi ManajemenKonsep Manfaat dan Rekayasa. Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.

Murti Sumarni dan John Soeprihanto. 1993. Pengantar Bisnis. Yogyakarta. Penerbit : Liberty.

Nirwana SK. Sitepu. 1994. Analisis Jalur. UPT Jurusan Stratistik. Bandung : Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.

Pedoman Khusus Exit Strategi P2KP-1 Tahap 1. 2003

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. 2004. Progress Report. Bandung

Robbins Stephen. P, 2001. PerilakuOrganisasi – Konsep Kontroversi dan Aplikasi. Terjemahan oleh Hadyana Pujaatmaka. Jakarta : Penerbit PT. Prenhallindo.

Ropke, Johen, 2000. Ekonomi Koperasi – Teori dan Manajemen. Terjemahan oleh Hj. Sri Jatnika S. Ariffin, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business : A Skill Building Approach. Third Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Slamet, 1989. Konsep-konsep Dasar Partisipasi Sosial. Yogyakarta :: Partisipasi Studi Sosial UGM.

Sondang, P Siagian. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Steers, Richard. M. 1995. Efektivitas Organisas. Terjemahan Magdalena Jamin. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Stoner James A.F, Freeman, Edward R. 1994. Manajemen, Terjemahan oleh Wilhelmus W. Bakowatun. Jakarta. : Penerbit Intermedia.

Sugiono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. : Penerbit Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Suryana, 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sutrisno. Desember 2000. Analisis Pergeseran Paradigma dan Peluang Riset dalam Akuntansi Keperilakuan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 2 No. 3.

Terry George. R, 1986. Azas-azas manajemen : Alih Bahasa Winardi. Bandung. : Penerbit Alumni.


(50)

Tuty Lindawati. September 2001. Kepemimpinan Bervisi Menghadapi Lingkungan Bisnis Yang tidak pasti. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3. No. 2, 2001 : 146 - 148.

Veitzhal Rivai. Juni 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Mauled Mulyono. 1990. Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara.

James A. Black, Dean J. Champion , 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Terjemahan E. Koeswara dkk. Bandung. PT Eresco.


(1)

3.

Partisipasi masyarakat secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat efektivitas pengelolaan dana P2KP

BKM dan KSM Sinar Galih Kelurahan

Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

4.

Kemampuan manajerial dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat efektivitas pengelolaan dana

P2KP

BKM dan KSM Sinar Galih Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota

Bandung. Dilihat dari analisis jalur, partisipasi masyarakat merupakan variabel yang

kontribusinya lebih besar terhadap efektivitas pengelolaan dana P2KP dibandingkan

dengan variabel kemampuan manajerial. Ini berarti bahwa tanpa dukungan,

tanggung jawab, dan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat, kemampuan

manajerial yang dimiliki BKM tidak akan berarti apa-apa. BKM hanya berjalan

sendiri tanpa dapat menjalankan program-program yang direncanakan. Hal ini pada

gilirannya dapat berdampak pada efektivitas pengelolaan dana P2KP itu sendiri.

Temuan penelitian ini menginformasikan bahwa adanya kemampuan manajerial

pengurus BKM, ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang tinggi, dapat secara langsung

dan tidak langsung mempengaruhi efektivitas pengelolaan dana P2KP di lembaga

tersebut. Di sini terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aplikasi di

lapangan dengan teori yang ada.

5.2

Saran

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di atas, dapat diidentifikasi

beberapa kelemahan dalam beberapa aspek kemampuan manajerial dan partisipasi


(2)

masyarakat dalam menunjang efektivitas pengelolaan dana P2KP yang efektif dan

efisien. Dalam hal ini penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

Upaya peningkatan motivasi hendaknya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Kolektif

(DPK) secara terjadwal sehingga dapat memberikan bimbingan dan peyuluhan serta

kemudahan dalam proses penyaluran dana pinjaman bergulir P2KP kepada masyarakat.

Dengan demikian masyarakat tidak lagi merasa enggan untuk ikut dan berperan serta

secara aktif dalam proses pengentasan kemiskinan hanya gara-gara karena kesulitan

membuat proposal pengajuan kredit. Untuk mengatasi kandala tersebut Dewan Pimpinan

Kolektif (DPK) BKM melalui pendamping teknis membantu bagaimana membuat

proposal sebagai persyaratan formal. Selanjutnya kepada KSM yang mendapat giliran

perguliran dana, diberikan bimbingan dan penyuluhan dalam menjalankan serta

mengembangkan usahanya melalui pelatihan sesuai dengan lapangan usaha KSM.

Motivasi masyarakat dapat pula ditumbuhkan melalui pemberian hadiah berupa pasilitas

memperoleh dana tambahan bagi KSM yang berhasil untuk mengajukan kembali dana

bergulir untuk lebih mengembangkan skala usahanya. Dengan cara demikian diharapkan

masyarakat termotivasi untuk maju dan berkembang serta dapat menolong dirinya

sendiri dengan cara memanfaatkan peluang yang ada sehingga proses pengentasan

kemiskinan dapat dipercepat.

Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) BKM hendaknya memberikan pelatihan

keterampilan bagi anak putus sekolah yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja

dalam masyarakat seperti bengkel kendaraan, tambal ban, ketrampilan menjahit dan

sebagainya. Selanjutnya kepada mereka yang telah memiliki keterampilan khusus

dibentuk KSM dan diberikan pinjaman dana bergulir sekaligus bimbingan dalam


(3)

menjalankan usahanya. Dengan cara ini diharapkan dapat menumbuhkan jiwa

kewirausahaan, terciptanya lapangan kerja yang dibuat sendiri yang dapat menolong

dirinya sendiri sehingga dengan terciptanya lapangan kerja ini, proses pengentasan

kemiskinan dapat dipercepat.

Dewan Pimpinan Kolektif (DPK) BKM hendaknya terus melakukan pengarahan

dan sosialisasi yang efektif yaitu dengan jalan menjelaskan kepada masyarakat dalam

berbagai kesempatan terutama dalam forum musyawarah masyarakat mengenai

keberadaan dan kelangsungan hidup BKM yang pada gilirannya akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian masayarakat sadar bahwa pinjaman itu harus

dipertanggungjawabkan dan dikembalikan untuk selanjutnya digulirkan kepada KSM

yang membutuhkan. Khusus yang berkaitan dengan kredit macet Dewan Pimpinan

Kolektif (DPK) BKM hendaknya melakukan pengendalian kredit sejak proses pengajuan

proposal sampai proses pengembalian. UPK menugaskan kepada bagian kredit untuk

observasi langsung kepada KSM yang mengajukan pinjaman mengenai keberadaan

KSM, baik kegiatan usahanya maupun kewajaran jumlah dana yang dibutuhkan. Dengan

cara ini diharapkan dapat menunjang keberadaan dan kelangsungan hidup BKM yang

pada gilirannya dapat mempercepat proses pengentasan kemiskinan.

Terakhir perlu disadari bahwa program P2KP bersifat sosial dan dikelola oleh

anggota masyarakat secara sukarela sebagai bentuk kepedulian atas dasar kepercayaan

masyarakat. Namun demikian hendaknya balas jasa yang diberikan kepada DPK BKM

disesuaikan dengan prestasi dan kemampuan BKM.


(4)

133

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Steven. E, Kans A, Lanny, Mena A Manuel and Shaw Kenneth. 2001.

Managerial competencies and the managerial performance appraisal

process

. Journal of Management Development Vol 20 No. 10, 2001,

pp.842-852.

Asmiddin, 2003,

Pengaruh Kemampuan Manajerial dan Peranserta Kelompok

Pejabat Eksekutif Puncak, Kinerja Birokrasi Pemerintah, serta

Partisipasi Masyarakat Terhadap Sasaran Program IDT di Propinsi

Sulawesi Tenggara.

Bandung: Desertasi Program Pascasarjana

Universitas Padjadjaran Bandung.

Chabachib, 2001,

Pengaruh Kualitas Manajemen, Partisipasi Anggota dan

Lingkungan Usaha terhadap Pelaksanaan Manajemen dan Kinerja

Keuangan KUD di Jawa Tengah

. Bandung : Desertasi Program Pasca

Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Cooter, W.W. and Yuji Ijiri. 1994.

Dictionary For Accountants

. 6

th

Edition Pretice

Hall Of Private Limited.

Davis, Keith dan Newstrom John, 1990.

Perilaku Dalam Organisasi

Terjemahan

oleh Agus Dharma. Jakarta. : Penerbit Erlangga.

Gibson, James. L; John M Ivancevich; and James H. Donnelly, Jr., 1996.

Organisasi

. Terjemahan oleh Nunuk Adiarni. Jakarta. : Penerbit

Binarupa Aksara.

Hani Handoko. 1997.

Manajemen

. Yogyakarta : Penerbit BPFE

Hunger J. David and Wheelen Thomas L, 2001.

Manajemen Strategis

.

Yogyakarta : Penerbit Andi.

Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono. 1996.

Prinsip Dasar Manajemen

.

Yogyakarta : Penerbit BPFE.

Kerlinger, Fred N.

Asas-asas Penelitian Behavioral

, 1990. Terjemahan oleh Drs

Landung R. Simatupang. Yogyakarta. : Gadjah Mada University Press.

Komaruddin Sastradipoera, 2002.

Menejemen Sumber Daya Manusia

Suatu

pendekatan fungsi Operatif. Bandung. Kappa-Sigma. 79-96

Komaruddin Sastradipoera, 2005.

Mencari Makna di Balik Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi

. Bandung. Kappa-Sigma. 79-96

Komaruddin Sastradipoera 1989.

Manajemen – Teori dan Praktek.

Bandung :

Penerbit Sinar Baru.

Liden C, Robert, Wayne J Sandy, and Krainer L Maria. 2001.

Managing Individual

Performance in Work Groups

. Journal Human Resource Management,

Spring 2001, Vol. 40, No. 1, pp. 63 – 72.

Malayu, SP,Hasibuan. 2003.

Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah.

Jakarta :


(5)

134

Manual Proyek Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. 1999

Miftah Thoha. 2003.

Perilaku Organisaasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya

.

Jakarta : Peneribit PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyadi. 1997.

Akuntansi Manajemen

Konsep Manfaat dan Rekayasa

.

Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.

Murti Sumarni dan John Soeprihanto. 1993.

Pengantar Bisnis

. Yogyakarta.

Penerbit : Liberty.

Nirwana SK. Sitepu. 1994.

Analisis Jalur

. UPT Jurusan Stratistik. Bandung :

Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.

Pedoman Khusus Exit Strategi P2KP-1 Tahap 1. 2003

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. 2004.

Progress Report

.

Bandung

Robbins Stephen. P, 2001.

Perilaku

Organisasi – Konsep Kontroversi dan Aplikasi

.

Terjemahan oleh Hadyana Pujaatmaka. Jakarta : Penerbit PT.

Prenhallindo.

Ropke, Johen, 2000.

Ekonomi Koperasi – Teori dan Manajemen

. Terjemahan oleh

Hj. Sri Jatnika S. Ariffin, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran

Bandung. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sekaran, Uma. 2000.

Research Methods For Business : A Skill Building Approach

.

Third Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Slamet, 1989.

Konsep-konsep Dasar Partisipasi Sosial

. Yogyakarta :: Partisipasi

Studi Sosial UGM.

Sondang, P Siagian. 2003.

Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta : Penerbit

Bumi Aksara.

Steers, Richard. M. 1995.

Efektivitas Organisas.

Terjemahan Magdalena Jamin.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Stoner James A.F, Freeman, Edward R. 1994.

Manajemen

, Terjemahan oleh

Wilhelmus W. Bakowatun. Jakarta. : Penerbit Intermedia.

Sugiono, 1999.

Metode Penelitian Bisnis

. Bandung. : Penerbit Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 1998,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

.

Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Suryana, 2003

. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses

.

Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sutrisno. Desember 2000.

Analisis Pergeseran Paradigma dan Peluang Riset

dalam Akuntansi Keperilakuan

. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 2

No. 3.

Terry George. R, 1986.

Azas-azas manajemen

: Alih Bahasa Winardi. Bandung. :


(6)

135

Tuty Lindawati. September 2001.

Kepemimpinan Bervisi Menghadapi Lingkungan

Bisnis Yang tidak pasti

. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3.

No. 2, 2001 : 146 - 148.

Veitzhal Rivai. Juni 2003.

Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

. Jakarta. PT

RajaGrafindo Persada.

Mauled Mulyono. 1990.

Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi

. Jakarta.

Bumi Aksara.

James A. Black, Dean J. Champion , 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.

Terjemahan E. Koeswara dkk. Bandung. PT Eresco.