DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR.

(1)

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: NIRA SURYANI

0903684

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2013


(2)

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

Oleh Nira Suryani

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nira Suryani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NIRA SURYANI

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Rustono W.S., M.Pd. NIP. 195206281981031001

Pembimbing II,

Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. NIP. 196008251986031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI KampusTasikmalaya,

Drs. Rustono W.S., M.Pd. NIP. 195206281981031001


(4)

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR ABSTRAK

Kesulitan belajar (learning obstacle) terdapat pada semua mata pelajaran. termasuk pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana. Sebagian besar siswa menganggap bahwa pembelajaran IPA membosankan dan sulit dipahami. Guru harus mampu mengemas pembelajaran dengan menarik dan sesuai karakteristik siswa agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Beberapa penyebab munculnya learning obstacle yaitu siswa, guru, bahan ajar, lingkungan, dan metode mengajar. Desain didaktis diharapkan dapat mengatasi atau mengurangi learning obstacle siswa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi learning obstacle siswa, menghasilkan desain didaktis awal dan desain didaktis akhir, serta mendeskripsikan implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan model Didactical Design Research (DDR). DDR terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) analisis situasi didaktis, 2) analisis metapedadidaktik, dan 3) analisis retrospektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi (gabungan) dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri (human instrument) dan dikembangkan berupa format wawancara, format observasi, RPP, LKS, dan LDS. Berdasarkan penelitian, learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana diklasifikasikan menjadi delapan tipe. Implementasi desain didaktis 1 dapat mengurangi learning obstacle siswa sebesar 22,14 % dan implementasi desain didaktis 2 dapat mengurangi learning obstacle siswa sebesar 34,41 %.

Kata kunci: learning obstacle, pembelajaran IPA, pesawat sederhana, desain didaktis, didactical design research.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Perumusan Masalah ... 5

C.TujuanPenelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Metapedadidaktik ... 8

B.Penelitian Desain Didaktis(Didactical Design Research) ... 11

C.Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran IPA ... 13

1. Pengertian Pembelajaran IPA ... 13

2. Karakteristik Pembelajaran IPA ... 14

D.Model Pembelajaran Alternatif untuk IPA ... 19

E. Pesawat Sederhana ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

1. Lokasi Penelitian ... 27

2. Subjek Penelitian ... 27

B.Desain Penelitian ... 28

C.Metode Penelitian ... 29

1. Analisis Prospektif ... 31

2. Analisis Metapedadidaktik ... 31

3. Analisis Restrospektif ... 32

D.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 34

G.Teknik Pengumpulan Data ... 44


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 46

1. Desain Didaktis 1 ... 46

2. Desain Didaktis 2 ... 81

B.Pembahasan ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 110

B.Rekomendasi ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 119


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran berlangsung pada suatu situasi yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berkaitan. Cronbach (Sukmadinata, 2004:172) menyatakan bahwa ‘terdapat unsur-unsur penting dalam belajar, yaitu tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekuensi, dan reaksi atas kegagalan.’ Belajar dimulai karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar juga memerlukan kesiapan, baik kesiapan fisik, psikologis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar. Guru menciptakan situasi belajar senyaman mungkin untuk siswa. Siswa melakukan interpretasi dan membuat respons terhadap situasi belajar tersebut. Respons tersebut menjadi umpan balik apakah pembelajaran berhasil atau gagal.

Hal ini sejalan dengan pendapat Suryabrata (2008:290) bahwa “proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Pendidik harus mengatur faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajar siswa.” Unsur atau faktor tersebut sedikit banyak mempengaruhi keefektifan pembelajaran yang dilakukan. Namun, kenyataan di lapangan seringkali dalam pembelajaran tidak memperhatikan unsur atau faktor tersebut.

Kegiatan belajar siswa dapat berlangsung secara sederhana atau pun kompleks. Belajar secara sederhana dilakukan melalui pembiasaan dan meniru. Sedangkan belajar secara kompleks dilakukan melalui penelitian dan pemecahan masalah. Siswa yang dapat melakukan kegiatan belajar secara sederhana dan kompleks akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan sekitarnya.

Dalam kenyataannya, belajar bukan hanya untuk mengetahui sesuatu (learning to know), melainkan juga untuk belajar berkarya (learning to do), belajar berkembang secara utuh (learning to be), dan belajar hidup bersama (learning to live together). Elaine B. Johnson (Naim, 2011:15), menyatakan bahwa ‘guru yang bermutu memungkinkan siswa untuk tidak hanya dapat


(8)

mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka.’

Sebelum pembelajaran, tentunya guru sudah membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Dalam membuat rencana pembelajaran tersebut, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik dan pedagogik. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan pemahaman siswa tentang materi yang disajikan akan lebih meningkat. Namun, sebagian guru tidak membuat rencana pembelajaran sendiri, tetapi menggunakan rencana pembelajaran buatan orang lain yang belum tentu sesuai dengan karakter siswa dan sekolah tempat guru tersebut mengajar. Jika perencanaan pembelajaran tidak mengacu pada siswa, maka kemungkinan besar siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir akan makin maju belajarnya.

Unsur lain yang mempengaruhi pembelajaran adalah cara mengajar guru yang kaku dengan hanya terpaku pada buku sumber yang tersedia dan tidak berinisiatif untuk menggunakan media dan lingkungan sekitar sehingga menyebabkan pengetahuan siswa bersifat tekstual. Siswa akan mengalami kesulitan belajar (learning obstacle) jika dihadapkan pada masalah berbeda dari yang diajarkan oleh guru.

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam memahami suatu konsep merupakan hal yang biasa. Hal ini menandakan bahwa siswa sedang berusaha menghubungkan konsepsi yang dimilikinya dengan konsep-konsep baru yang dia terima. “Manusia (individu) memiliki dua karakteristik utama, yaitu unik dan berada dalam proses perkembangan yang dinamis” (Sukmadinata, 2004:36). Sejalan dengan pendapat tersebut, maka kesulitan belajar yang dialami siswa tentunya tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh proses perkembangan siswa itu sendiri. Siswa memiliki pengetahuan awal yang mungkin berbeda, konsepsi siswa yang berbeda-beda tersebut akan memunculkan respons yang beragam pada materi yang disajikan.

Kesulitan belajar juga dialami dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sebagian besar siswa menganggap pembelajaran IPA membosankan dan sulit dipahami. Guru sering tidak menghadirkan media atau model sebagai alat


(9)

peraga dalam mengajarkan IPA, sehingga pembelajaran IPA menjadi sangat abstrak. Siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada tahap perkembangan intelektual operasional konkrit dan belum mampu memahami hal yang bersifat abstrak jika tidak dibantu dengan media atau contoh yang konkrit. Agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, maka perlu menghadirkan media atau model yang nyata sehingga siswa lebih mudah mengingat dan memahami pelajaran.

Oleh karena itu, guru seyogianya mampu untuk menyajikan materi atau bahan ajar sesuai dengan karakteristik siswa SD. Guru pun dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai materi yang diajarkan sehingga dapat membantu dan membimbing siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.

Menurut Arends (2008:41), “memahami siswa dan kebiasaan belajarnya yang beragam merupakan salah satu tantangan dalam pengajaran.” Namun, tantangan tersebut seringkali tidak diindahkan oleh guru. Seperti pada pembelajaran IPA tentang materi Pesawat Sederhana, guru lebih menekankan pada ceramah, menyebutkan contoh-contoh dari jenis-jenis pesawat sederhana tanpa menghadirkan benda atau model konkrit dari contoh tersebut. Pada pesawat sederhana jenis pengungkit, seringkali siswa tertukar dalam memahami alat-alat yang termasuk pengungkit golongan pertama, kedua, dan ketiga. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa sering menemukan benda-benda yang termasuk pengungkit. Namun, belum tentu siswa memahami materi tersebut dengan baik.

Untuk mengetahui learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan tes dan wawancara. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SDN Bantargedang dan SDN Kersanagara 2, ditemukan beberapa learning obstacle siswa dalam materi Pesawat Sederhana, khususnya jenis pengungkit. Learning obstacle yang terungkap pada saat studi pendahuluan disebut sebagai learning obstacle awal dibagi menjadi lima tipe, yaitu:

1. Learning obstacle tipe 1 yaitu siswa kesulitan dalam menyebutkan bagian-bagian dari pengungkit, yaitu titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan kuasa.


(10)

2. Learning obstacle tipe 2 yaitu siswa kesulitan dalam menjelaskan pengertian titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan kuasa.

3. Learning obstacle tipe 3 yaitu siswa kesulitan dalam memodifikasi titik tumpu, beban dan kuasa pada pengungkit jika bagian-bagian tersebut diganti oleh angka atau huruf.

4. Learning obstacle tipe 4 yaitu siswa kesulitan dalam menjelaskan pengaruh memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban.

5. Learning obstacle tipe 5 yaitu siswa kesulitan dalam memberikan contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit.

Untuk mengurangi dan mengatasi learning obstacle siswa tentang materi Pesawat Sederhana, salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru adalah membuat perencanaan pembelajaran melalui desain didaktis. “Desain didaktis merupakan kegiatan yang dilakukan guru sebelum, saat, dan setelah pembelajaran dengan memperhatikan respons siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru” (Firmansyah, 2012:4). “Respons siswa adalah penerimaan, tanggapan, dan aktivitas yang diberikan siswa selama pembelajaran” (Zulhelmi, 2009:11). Respons siswa menunjukkan seberapa jauh penyerapan siswa atas materi yang disampaikan.

Rancangan pembelajaran ini diharapkan menjadi refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan dapat membantu siswa untuk membentuk pemahan yang utuh tentang materi. Latar belakang tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Desain Didaktis Pesawat Sederhana pada Pembelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang dikemukakan, masalah pembelajaran IPA yang menjadi perhatian peneliti dan menuntut pemecahan segera berkaitan dengan: a. Terdapat unsur-unsur penting dalam belajar dan tugas seorang guru untuk

mengatur unsur-unsur tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajar siswa.


(11)

b. Sebagian guru tidak membuat rencana pembelajaran sendiri, tetapi menggunakan rencana pembelajaran buatan orang lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristik siswa dan sekolah tempat mengajar.

c. Cara mengajar guru yang kaku dengan hanya terpaku pada buku sumber yang tersedia dan tidak berinisiatif untuk menggunakan media dan lingkungan sekitar menyebabkan pengetahuan siswa bersifat tekstual.

d. Siswa mengalami kesulitan belajar dalam materi Pesawat Sederhana. Kesulitan belajar tersebut tidak selalu sama karena setiap siswa memiliki karekteristik yang berbeda.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana learning obstacle siswa kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum tentang materi Pesawat Sederhana?

b. Bagaimana desain didaktis awal dan desain didaktis akhir untuk menyajikan materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum?

c. Bagaimana implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi learning obstacle siswa kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum tentang materi Pesawat Sederhana.

2. Menghasilkan desain didaktis awal dan desain diaktis akhir untuk menyajikan materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum.

3. Mendeskripsikan implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum.


(12)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi dan teori-teori dalam penyusunan desain didaktis yang dapat mengurangi learning obstacle atau hambatan belajar siswa pada materi Pesawat Sederhana. Desain didaktis merupakan rancangan sajian bahan ajar dengan memperhatikan prediksi respons siswa. “Desain didaktis dikembangkan dengan mempertimbangkan learning obstacle yang diidentifikasi. Melalui desain didaktis, learning obstacle siswa dapat berkurang” (Fitriyani, 2011:10).

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu:

a. Bagi siswa yaitu meningkatkan motivasi dan kemampuan untuk memahami serta mengaplikasikan materi Pesawat Sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mengurangi kesulitan belajar yang siswa alami tentang materi Pesawat Sederhana, terutama jenis pengungkit.

b. Bagi guru yaitu meningkatkan kreativitas dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, meningkatkan kemampuan mengajar, meningkatkan kepekaan terhadap kondisi siswa, dan meningkatkan kemampuan untuk mengurangi atau mengatasi kesulitan belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran akan berlangsung secara optimal.

c. Bagi peneliti yaitu meningkatkan kemampuan mengajar, memahami karakteristik siswa, dan mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa tentang materi Pesawat Sederhana. Peneliti akan mampu mengatasi masalah serupa dalam materi lain, karena telah memahami inti dari penelitian ini yaitu merancang desain didaktis.

d. Bagi peneliti lain yaitu diharapkan menjadi rujukan untuk membuat perencanaan pembelajaran melalui desain didaktis pada setiap materi. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan untuk menjadikan pembelajaran dan pendidikan lebih berkualitas.


(13)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian. Struktur organisasi atau sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. BAB I Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang penelitian; identifikasi dan perumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan struktur organisasi.

2. BAB II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan.

3. BAB III Metode Penelitian

Terdiri dari lokasi dan subjek penelitian; desain penelitian; metode penelitian; definisi konseptual dan opersional variabel penelitian; instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen; teknik pengumpulan data; dan analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan kajian pustaka.

5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan dan rekomendasi berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian..

6. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi.

7. Lampiran


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga Sekolah Dasar UPTD Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bantargedang, SDN Kersanagara 1, dan SDN Kersanagara 2. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data melalui studi pendahuluan dan implementasi desain didaktis. Tahap pengumpulan data melalui studi pendahuluan dilaksanakan di SDN Bantargedang dan SDN Kersanagara 2. Tahap implementasi desain didaktis dilaksanakan di SDN Bantargedang, SDN Kersanagara 2, dan SDN Kersanagara 1.

2. Subjek Penelitian

Teknik sampling atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah puposive sampling dan snowball sampling. “Puposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dipandang

mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya”

(Zuriah, 2007:124). Sugiyono (2009:124), menyatakan bahwa “puposive sampling

adalah teknik penentuan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”

Pertimbangan didasarkan pada informasi yang diperoleh dari UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum yang menganjurkan untuk melakukan penelitian di tiga sekolah dasar tersebut. Selanjutnya peneliti menentukan sekolah dasar dengan kriteria kurang, sedang, dan tinggi dalam prestasi berdasarkan informasi dari UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum, yakni SDN Bantargedang dengan kriteria kurang, SDN Kersanagara 2 dengan kriteria sedang, dan SDN Kersanagara 1 dengan kriteria tinggi.

Snowball sampling, menurut Sugiyono (2010:54) adalah “teknik penentuan

sampel yang semula jumlahnya sedikit kemudian semakin membesar.” Teknik ini

dilakukan karena jumlah sampel yang sedikit belum tentu dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, sehingga sampel akan semakin besar.


(15)

Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V. Siswa berperan sebagai narasumber bersama guru untuk mengungkap dan mengidentifikasi learning obstacle tentang materi Pesawat Sederhana. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data melalui studi pendahuluan dan implementasi desain didaktis. Studi pendahuluan dilaksanakan di kelas V SDN Bantargedang dengan jumlah 16 siswa dan SDN Kersanagara 2 dengan jumlah 31 siswa, total narasumber untuk studi pendahuluan adalah 46 siswa. Implementasi desain didaktis yaitu desain didaktis 1 dilaksanakan di kelas V SDN Bantargedang dan SDN Kersanagara 2 dan desain didaktis 2 dilaksanakan di kelas V SDN Kersanagara 1.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Zuriah (2007: 106) adalah “rancang bangun atau

rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.” Sejalan dengan pendapat tersebut, maka peneliti menentukan desain untuk penelitian ini

yaitu penelitian desain didaktis. “Penelitian didaktik dalam definisi luas merujuk pada semua jenis penelitian tentang pengajaran atau lebih tepatnya pada proses

belajar mengajar” (Kansanen dan Meri, 1999:1). Desain didaktis dibuat untuk mengungkap dan mengurangi atau mengatasi learning obstacle siswa dalam materi Pesawat Sederhana.

Desain penelitian disusun untuk dijadikan panduan dalam penelitian. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan menjadi sistematis dan terencana sehingga dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengidentifikasi learning obstacle siswa kelas V tentang materi Pesawat Sederhana, mendeskripsikan desain didaktis awal dan desain didaktis akhir untuk menyajikan materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar, dan mendeskripsikan implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar.

Desain pada penelitian ini menunjukkan tahapan atau langkah-langkah penelitian. Adapun desain penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.1.


(16)

Gambar 3.1

Tahap Penelitian Desain Didaktis

C. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan model Didactical Design Research (DDR) atau Penelitian Disain Didaktis. Menurut Bogdan dan Tylor (Firmansyah, 2012:24), ‘metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati.’ Peneliti menggunakan

Rekontekstualisasi dan repersonalisasi

Mengkategorikan Learning Obstacle

Studi Literatur Membuat

Instrumen

Studi Pendahuluan

Prospective Analysis Desain 1

Menyusun ADP

Metapedadidaktik Analysis Desain 1

Penulisan Laporan Penelitian

Retrospective Analysis Desain 1

Prospective Analysis Desain 2

Retrospective Analysis Desain 2

Metapedadidaktik Analysis Desain 2

Uji Instrumen Menelaah Hasil

Uji Instrumen


(17)

pendekatan kualitatif karena permasalahan yang diteliti belum jelas, dalam arti belum diketahui tipe learning obstacle siswa yang muncul.

Lidinillah dalam jurnal yang berjudul Educational Design Research: a Theoretical Framework for Action (2011), menyatakan bahwa:

Model ini (DDR) sebenarnya merupakan bentuk khusus dari penerapan design research baik yang mengacu kepada validation study maupun development study. Hanya saja penggunaan disain didaktis (didactical design) menunjukan bahwa terdapat penekanan pada aspek didaktik dalam perancangan pembelajaran yang mengacu kepada teori pembelajaran yang lebih mikro.

Validation study lebih mengembangan teori pembelajaran dalam level yang spesifik. Development study menghasilkan prinsip disain untuk memecahkan masalah dalam bidang pendidikan. Sedangkan didaktical design research merupakan bagian dari keduanya karena memecahkan masalah dalam pendidikan berdasarkan teori pembelajaran yang lebih spesifik.

Menurut Suryadi (2011:1), “Penelitian Disain Didaktis terdiri dari tiga

tahap, yaitu: (1) prospective analysis, (2) metapedadidaktik analysis, dan (3) retrospective analysis.” Tahapan tersebut ditunjukkan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur DDR

Tahapan tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi langkah-langkah penelitian. Berikut langkah-langkah yang dilakukan pada setiap tahap dalam penelitian ini.

Prospespective Analysis atau Analisis Prospektif

Metapedadidaktik Analysis atau

Analisis Metapedadidaktik

Retrospective Analysis atau Analisis Retrospektif


(18)

1. Tahap Analisis Prospektif

Tahap ini dilaksanakan sebelum pembelajaran. Langkah-langkah analisis prospektif, meliputi:

a. Melakukan studi literatur. Peneliti mengumpulkan bahan ajar tentang materi Pesawat Sederhana jenis pengungkit dari berbagai buku sumber dan internet. b. Melakukan rekontekstualisasi dan repersonalisasi dengan menganalisis

kesesuaian kurikulum, bahan ajar, kesulitan belajar (learning obstacle) secara umum, alat peraga atau media pembelajaran, dan karakteristik siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sanjaya (2012:15-16), “sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain

pembelajaran.”

c. Mengungkap learning obstacle awal melalui tes dan wawancara kepada siswa, serta quisioner yang diberikan kepada guru pada saat studi pendahuluan.

d. Membuat desain didaktis awal setelah mengungkap learning obstacle awal. Desain didaktis mencakup komponen dalam HLT, yaitu:

1) Tujuan pembelajaran disusun dengan format ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).

2) Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, inti, dan akhir.

3) Hipotesis pembelajaran dengan membuat prediksi respons siswa dan ADP.

2. Tahap Analisis Metapedadidaktik

Tahap ini dilaksanakan pada saat pembelajaran. Langkah-langkah pada tahap analisis metapedadidaktik, meliputi:

a. Implementasi desain didaktis 1 setelah membuat desain didaktis awal yang dilengkapi dengan prediksi respons siswa dan ADP.

b. Menemukan learning obstacle baru pada implementasi desain didaktis 1 dengan mengamati kegiatan dan respons siswa pada pembelajaran.


(19)

learning obstacle pada implementasi desain didaktis 1.

3. Tahap Analisis Restrospektif

Tahap ini dilaksanakan setelah pembelajaran. Langkah-langkah pada tahap analisis retrospektif, meliputi:

a. Mengaitkan analisis prospektif dengan analisis metapedadidaktik. Kegiatan ini untuk merefleksikan: kegiatan pembelajaran pada desain didaktis awal dan desain didaktis 1, prediksi respons siswa pada desain didaktis awal dan respons siswa pada implementasi desain didaktis 1, serta learning obstacle awal dan learning obstacle baru.

b. Mengkategorikan learning obstacle awal dan learning obstacle baru.

c. Memperbaiki desain didaktis 1 dengan menambah prediksi respons siswa dan ADP.

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian

1. Definisi Konseptual

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan oleh peneliti untuk menghindari pemahaman yang berbeda dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

a. Learning Obstacle adalah kesulitan atau hambatan yang dialami siswa pada proses pembelajaran. Hambatan yang dimaksud dapat berupa hambatan ontogeni, epistemologi, atau didaktis. Hambatan ontogeni bersifat mental, hambatan epistemologi bersifat pengetahuan, sedangkan hambatan didaktis bersifat pengajaran guru. Learning obstacle yang akan diungkap terkait dengan materi Pesawat Sederhana yaitu: kesulitan siswa menggambarkan posisi titik tumpu, beban, dan kuasa pada pengungkit; memberi contoh penggunaan pesawat sederhana; menyebutkan bagian-bagian penting pesawat sederhana; dan menjelaskan pengaruh posisi bagian-bagian pengungkit. b. Pengungkit/tuas adalah pesawat sederhana yang berbentuk batang keras yang

dapat memutari suatu titik. Bagian atau titik tempat bertumpunya pengungkit disebut titik tumpu. Bagian pengungkit yang dikenai gaya disebut kuasa. Berat benda yang akan dipindahkan atau diangkat disebut beban .


(20)

2. Definisi Operasional

Beberapa variabel yang perlu dijelaskan oleh peneliti untuk menghindari pemahaman yang berbeda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Desain didaktis adalah rancangan sajian bahan ajar pada materi yang akan disajikan untuk mengurangi atau mengatasi learning obstacle dengan memperhatikan respons siswa. Desain didaktis memperhatikan hubungan pedagogis (HP), hubungan didaktis (HD), dan antisipasi didaktis dan pedagogis (ADP). Desain didaktis dihasilkan setelah learning obstacle siswa terungkap. Pada penelitian ini, desain didaktis yang dihasilkan berkaitan dengan materi Pesawat Sederhana pada pembelajaran IPA kelas V semester 2 SDN Bantargedang, SDN Kersanagara 1, dan SDN Kersanagara 2 UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2012/2013.

b. Pembelajaran IPA diartikan sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Pembelajaran IPA yang akan dijadikan variabel berkaitan dengan materi Pesawat Sederhana jenis pengungkit. Pesawat sederhana merupakan materi IPA di kelas V semester 2 yang akan diteliti agar dapat diketahui learning obstacle siswa. Penelitian berfokus pada materi Pesawat Sederhana untuk kelas V semester 2 SDN Bantargedang, SDN Kersanagara 1, dan SDN Kersanagara 2 UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2012/2013.

E. Instrumen Penelitian

Masalah yang diteliti dalam penelitian kualitatif masih belum jelas dan pasti. Dalam penelitian ini pun, belum pasti seperti apa cara guru menyajikan materi, hubungan guru dengan siswa, dan learning obstacle siswa tentang materi pesawat sederhana. Peneliti belum dapat mengembangkan instrumen sebelum mengetahui cara guru menyajikan materi, hubungan guru dengan siswa, dan


(21)

learning obstacle siswa tentang materi yang akan disajikan. Dengan demikian, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti itu sendiri (human instrument).

“Human instrument berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari temuan

tersebut” (Sugiyono, 2009:306). Setelah fokus penelitian jelas, dapat

dikembangkan instrumen tambahan untuk melengkapi data dan membandingkan dengan data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.

Dalam penelitian ini, instrumen dikembangkan berdasarkan cara guru menyajikan materi, hubungan guru dengan siswa, dan learning obstacle siswa tentang materi Pesawat Sederhana. Instrumen tersebut berupa desain pembelajaran sementara meliputi format wawancara, format observasi, tes pilihan ganda disertai alasan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, dan LDS.

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Keabsahan Data

“Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas

(credibility), transferabilitas (tranferability), dependabilitas (dependability), dan konfirmabilitas (confirmability)” (Zuriah: 2007:110). Uji keabsahan data lebih jelas dipaparkan sebagai berikut.

a. Uji kredibilitas (credibility)

Uji kredibilitas adalah kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Uji kredibilitas dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji kredibilitas dilakukan dengan cara: 1) perpanjang kehadiran peneliti atau pengamat,

2) peningkatan ketekunan atau pengamatan terus-menerus, 3) triangulasi,

4) diskusi dengan teman, 5) analisis kasus negatif, dan


(22)

b. Uji transferabilitas (tranferability)

Uji transferabilitas dilaksanakan untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat diaplikasikan pada konteks lain dengan tipologi yang sama. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan hasil penelitian dapat diterapkan ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Peneliti menyusun laporan dengan memberikan uraian yang rinci, sistematis, dan dapat dipercaya sehingga pembaca mendapatkan kejelasan dari hasil penelitian.

c. Uji dependabilitas (dependability)

Uji dependabilitas dilaksanakan untuk menilai apakah proses penelitian tersebut bermutu atau tidak. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara melakukan audit oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian Hal ini dilakukan dengan memperlihatkan data dan dokumentasi dari seluruh rangkaian proses penelitian.

d. Uji konfirmabilitas (confirmability)

Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian bermutu atau tidak dikaitkan dengan proses yang dilakukan saat penelitian. Penelitian dikatakan berkualitas bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Uji konfirmabilitas dapat dilakukan secara bersamaan dengan uji dependabilitas.

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum mengungkap learning obstacle siswa, peneliti melakukan uji instrumen terlebih dahulu untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Uji instrumen dilaksanakan di kelas V sekolah dasar dengan jumlah responsden 100 siswa dari 4 sekolah, yaitu SDN Cikalang 2 Kecamatan Tawang sebanyak 38 siswa, SDN Angkasa I Kecamatan Purbaratu sebanyak 35 siswa, dan SDN Sukamenak 2 dan 4 Kecamatan Purbaratu sebanyak 27 siswa. Uji validitas dan reliabilitasi dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Uji Validitas

Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Perhitungan uji validitas dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS (Statistical Package for


(23)

Social Sciences) versi 16. Langkah-langkah uji validitas adalah sebagai berikut: 1) Sediakan data yang akan diuji pada sheet Microsoft Excel 2007.

2) Buka program SPSS → Start → All Programs → SPSS 16.0 → Cancel.


(24)

4) Salin data yang telah dibuat pada program Microsoft Excel 2007 ke dalam Data View.

5) Analyze Correlat eBivariate.


(25)

7) Hasil Uji Validitas Instrumen

Langkah selanjutnya yiatu membandingkan antara Pearson Correlation (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Product Moment (rtabel). Apabila rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid, sebaliknya jika r hitung < rtabel, maka instrumen tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama”

(Sugiyono, 2009: 173). Uji reliabilitas ini menggunakan Cronbach’s Alpha yang perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0. Langkah-langkah uji reliabilitas adalah sebagai berikut:


(26)

2) Buka program SPSS → Start → All Programs → SPSS 16.0 → Cancel.

3) Buatlah desain variabel pada menu Variabel View.

4) Masukkan data yang telah dibuat pada program Microsoft Excel 2007 pada menu Data View.


(27)

5) Klik Analyze Scale Reliability Analysis.

6) Pindahkan variabel dan skor total ke kotakVariables → OK.

7) Klik Statistics Descriptives for Scale if item deleted → Inter item → Correlations → Continue → OK.


(28)

8) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Langkah selanjutnya yaitu membandingkan antara Alpha Cronbach. Apabila terdapat soal tes pada kolom Alpha if item deleted dengan nilai koefisien yang lebih kecil dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes dinyatakan reliabel. Sebaliknya, apabila soal tes pada kolom Alpha if Soal Deleted lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes dinyatakan tidak reliabel.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2008: 211). Daya pembeda soal dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kategori Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

0,71 – 1,00 Baik Sekali (excellent)

0,41 – 0,70 Baik (good)

0,21 – 0,40 Cukup (satisfatory)

0,01 – 0,20 Jelek (poor)

negatif – 0 Jelek sekali

(Sumber: Arikunto, 2008: 218) Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi (D) adalah:

D =

+ PA-PB


(29)

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = proposi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar d. Tingkat Kesukaran

Menurut Arikunto (2008: 207), “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.” Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal, soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Rumus mencari indeks kesukaran (P) adalah:

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang berlaku, indeks kesukaran dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kategori Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Sumber; Arikunto, 2008: 210) Pengujian tingkat atau indeks kesukaran butir soal pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007.


(30)

3. Analisis Instrumen Studi Pendahuluan

Setelah melaksanakan studi pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menganalisis instrumen studi pendahuluan untuk mempermudah mengklasifikasikan kategori penguasaan konsep siswa dan kategori learning obstacle siswa berdasaran kompetensi dasar dan indikator. Penguasaan konsep siswa adalah suatu proses atau cara perbuatan mengerti benar/mengetahui benar suatu konsep yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan learning obstacle siswa adalah kesulitan belajar siswa pada proses pembelajaran berdasarkan siswa salah menguasai suatu konsep atau tidak menguasai suatu konsep.

Rumus mencari persentase penguasaan konsep siswa sebagai berikut:

Keterangan:

P = persentase penguasaan konsep siswa

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa

Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat diketahui rumus untuk mencari learning obstacle siswa sebagai berikut.

Keterangan:

L = persentase learning obstacle siswa

S = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan salah JS = jumlah seluruh siswa

Rentang kategori penguasaan konsep dan learning obstacle siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kategori Penguasaan Konsep dan Learning Obstacle Siswa

No. Interval Kategori

1. 67 % - 100 % Tinggi

2. 34 % - 66 % Sedang

3. 0 – 33 % Rendah


(31)

Siswa sudah menguasai suatu konsep apabila penguasaan konsep siswa berada pada kategori tinggi sedangkan learning obstacle siswa berada pada kategori rendah. Siswa dianggap kurang menguasai konsep apabila penguasaan konsep siswa berada pada kategori sedang dan learning obstacle siswa berada pada kategori sedang. Siswa dianggap tidak menguasai suatu konsep apabila penguasaan konsep siswa berada pada kategori rendah dan learning obstacle siswa berada pada kategori tinggi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi (gabungan) dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sugiyono (2009:330)

mengartikan “triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

ada.” Menurut Denzin (Danim, 2002:38), ‘triangulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama.’

Peneliti melakukan observasi partisipatif dengan terlibat langsung pada kegiatan yang dilakukan sumber data penelitian. Dengan demikian, peneliti mengetahui setiap perilaku yang tampak (respons siswa) dan learning obstacle yang muncul. Peneliti membuat prediksi respons siswa berdasarkan observasi tak berstruktur pada saat guru mengajarkan tentang materi Pesawat Sederhana jenis pengungkit. Sugiyono (2009:313), menyatakan bahwa

Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono, 2009:317), dapat didefinisikan

sebagai ‘pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.’ Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti akan melakukan studi pendahuluan untuk mengungkap learning obstacle siswa. Setelah siswa mengerjakan instrumen yang diujikan, maka segera dilakukan wawancara mendalam pada saat itu ketika ingatan siswa tentang instrumen yang diujikan


(32)

masih kuat. “Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam” (Sugiyono, 2009:319).

Menurut Fathoni (2006:112), “studi dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan data pribadi responsden.”

Studi dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau video. “Dengan studi

dokumentasi diharapkan terkumpul dokumen-dokumen yang dapat mendukung dan melengkapi data penelitian, baik dokumen tertulis, gambar, maupun

elektronik” (Fitriyani, 2011:39). Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya

apabila didukung oleh karya siswa, foto, dan video pada saat penelitian.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik triangulasi dan dilakukan secara terus-menerus sampai data menjadi jenuh. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga dapat dipahami dan diinformasikan kepada orang lain.

Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2009:337), ‘aktivitas dalam

analisis data yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).’ Berdasarkan pendapat tersebut, maka langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan, yaitu:

1. Menyusun data yang diperoleh.

2. Merangkum dan membuat kategorisasi. 3. Membuat uraian terperinci.

4. Menentukan pola dan hubungan antara kategori. 5. Melakukan interpretasi.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut berkaitan dengan mengidentifikasi learning obstacle siswa, mendeskripsikan desain didaktis untuk mengurangi learning obstacle, mendeskripsikan implementasi desain didaktis, dan menghasilkan desain didaktis pada materi Pesawat Sederhana.

Identifikasi learning obstacle dilakukan pada saat studi pendahuluan dan implementasi desain didaktis. Learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana diidentifikasi menjadi delapan tipe, yakni: tipe 1, learning obstacle dalam menyebutkan bagian-bagian dari pengungkit, yaitu titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan kuasa; tipe 2, learning obstacle dalam menjelaskan pengertian titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan kuasa; tipe 3, learning obstacle dalam memodifikasi titik tumpu, beban dan kuasa pada pengungkit jika bagian-bagian tersebut diganti oleh angka atau huruf; tipe 4, learning obstacle dalam menjelaskan pengaruh memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban; tipe 5, learning obstacle dalam memberikan contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit; tipe 6, learning obstacle dalam menunjukkan letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada gambar pengungkit; tipe 7, learning obstacle dalam menarik kesimpulan setelah pembelajaran; dan tipe 8 learning obstacle dalam membedakan gaya dengan kuasa.

Untuk mengatasi atau mengurangi learning obstacle yang muncul, peneliti menyusun desain didaktis untuk dua kali pembelajaran. Pembelajaran pertama adalah menyebutkan bagian-bagian pengungkit beserta contohnya. Pembelajaran kedua adalah memodifikasi dan menjelaskan pengaruh perubahan posisi bagian-bagian pada pengungkit. Desain didaktis disusun dengan tahapan yang ada pada DDR, yakni analisis prospektif, analisis metapedadidaktik, dan analisis retrospektif. Perbedaan desain didaktis dengan desain atau rancangan


(34)

pembelajaran lain terdapat dalam prediksi respons dan antisipasi yang dilakukan guru. Desain didaktis disusun dengan mencantumkan respons siswa dan ADP sehingga guru dapat menyajikan materi yang sesuai dengan karakteristik siswa dan faktor-faktor atau unsur-unsur lain.

Dalam implementasi desain didaktis 1 dan 2, peneliti membuat prediksi respons siswa dan antisipasi didaktis pedagogis. Sebagian besar responss siswa sesuai dengan prediksi respons yang dibuat, sebagian tidak muncul, dan sebagian tidak terprediksi. Apabila respons siswa sesuai dengan prediksi respons, guru melakukan antisipasi berdasarkan ADP yang telah disusun. Apabila prediksi respons siswa tidak muncul, maka guru tetap memprediksikan respons tersebut yang mungkin akan muncul pada pembelajaran berikutnya. Apabila muncul respons yang tidak terprediksi, guru sedapat mungkin memberikan antisipasi yang tidak berlebihan namun dapat mengatasi respons tersebut. Hasil implementasi desain didaktis 1 dan 2 membuktikan bahwa desain didaktis dapat mengurangi learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana.

Setelah melakukan refleksi pada desain didaktis 1 dan 2, peneliti masih menemukan kekurangan pada desain tersebut, baik dari bahan ajar, LKS, LDS, model dan media pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menyusun desain didaktis akhir dengan mengembangkan indikator dan tujuan pembelajaran, serta prediksi respons dan ADP. Indikator yang dikembangkan pada desain didaktis akhir adalah sebagai berikut: 1) menjelaskan pengertian pengungkit; 2) menjelaskan bagian-bagian dari pengungkit; 3) menunjukkan bagian-bagian pengungkit dengan benar; 4) memodifikasi letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada pengungkit; 5) membuktikan pengaruh perubahan posisi bagian-bagian pada pengungkit; 6) menjelaskan pengaruh perubahan posisi bagian-bagian pada pengungkit; 7) membedakan contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit dengan katrol, bidang miring, dan roda berporos; dan 8) memberi contoh penggunaan pesawat sederhana jenis pengungkit.

Sedangkan tujuan pembelajaran yang dikembangkan yaitu: 1) melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian pengungkit dengan bahasa sendiri; 2) melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan bagian-bagian dari pengungkit,


(35)

yaitu titik tumpu, beban, kuasa, lengan beban, dan lengan kuasa; 3) melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan pengertian titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan kuasa pada pengungkit dengan menggunakan kata-kata sendiri; 4) melalui percobaan, siswa dapat menentukan letak titik tumpu, beban, kuasa, lengan beban, dan lengan kuasa pada pengungkit dengan tepat; 5) melalui penugasan, siswa dapat menunjukkan letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada gambar pengungkit dengan tepat; 6) melalui tanya jawab, siswa dapat menunjukkan titik tumpu, beban, dan kuasa yang dimodifikasi; 7) melalui demonstrasi dan praktik terbimbing, siswa dapat membuktikan pengaruh memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban dengan tepat; 8) melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan pengaruh memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban dengan menggunakan kata-kata sendiri; 9) melalui praktikum dan pengamatan, siswa dapat membedakan contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit dengan katrol, bidang miring, dan roda berporos berdasarkan ciri-cirinya; dan 10) melalui diskusi, siswa dapat memberikan contoh penggunaan pesawat sederhana jenis pengungkit golongan pertama, kedua, dan ketiga dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat.

Peneliti pun mengembangkan prediksi respons dan ADP. Prediksi respons dan ADP untuk desain diaktis akhir adalah sebagai berikut: 1) prediksi respons siswa yaitu siswa gaduh, ADP dengan menegur secara halus atau mengurangi nilai individu atau kelompok; 2) prediksi respons yaitu siswa menjahili siswa lain, ADP dengan menegur secara halus atau mengurangi nilai individu atau kelopmpok; 3) prediksi respons siswa yaitu siswa memainkan alat dan bahan, ADP dengan menegur secara halus; 4) prediksi respons siswa yaitu siswa merusak alat dan bahan, ADP dengan menegur secara halus; 5) prediksi respons siswa yaitu siswa diam saja (pasif), ADP dengan memotivasi siswa dengan “Tepuk

Semangat” dan memberi penguatan agar siswa menjadi aktif; 6) prediksi respons

siswa yaitu siswa kebingungan dengan langkah kegiatan yang harus dilakukan, ADP dengan menjelaskan langkah kegiatan dengan lebih rinci dan bahasa yang sederhana; 7) prediksi respons siswa yaitu siswa tidak dapat menggunakan alat dan bahan dengan benar, ADP dengan mendemonstrasikan cara menggunakan alat


(36)

dan bahan tersebut; 8) prediksi respons siswa yaitu siswa mengerjakan langkah kegiatan dengan benar, ADP dengan menegaskan bahwa siswa mengerjakan dengan tepat dan memberikan penguatan; 9) prediksi respons siswa yaitu siswa berebut untuk melakukan demonstrasi, ADP dengan menentukan siswa yang akan melakukan demonstrasi; 10) prediksi respons siswa yaitu siswa malu saat melakukan demonstrasi, ADP dengan memberikan motivasi atau menugaskan siswa untuk melakukan demonstrasi dengan teman sebangku; 11) prediksi respons siswa yaitu siswa kebingungan dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, ADP dengan membimbing siswa mencari jawaban yang tepat dan memberikan penguatan; 12) prediksi respons siswa yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan namun kurang tepat, ADP dengan mengarahkan siswa pada jawaban yang tepat dan memberikan penguatan; 13) prediksi respons siswa yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, ADP dengan menegaskan jawaban siswa dan memberikan penguatan; 14) prediksi respons siswa yaitu siswa malu atau ragu-ragu dalam melaporkan hasil diskusinya, ADP dengan memberikan motivasi dengan memberikan nilai tambahan untuk siswa yang melaporkan hasil diskusi kelompoknya; 15) prediksi respons siswa yaitu siswa kesulitan dalam menyimpulkan pembelajaran, ADP dengan membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran menggunakan kaliat rumpang agar siswa membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang diajarkan; dan 16) prediksi respons siswa yaitu siswa kebingungan saat membuat kesimpulan, ADP dengan memberikan arahan terhadap hal-hal yang sudah dipelajari selama pembelajaran.

Desain didaktis akhir ini dapat diimplementasikan untuk penelitian selanjutnya karena masih memungkinkan muncul learning obstacle baru pada materi Pesawat Sederhana. Sehingga, ada kemungkinan desain didaktis ini direvisi kembali sampai data jenuh atau tidak muncul learning obstacle baru.Desain didaktis pun dapat disusun untuk materi lain pada pembelajaran IPA, termasuk materi Pesawat Sederhana jenis katrol, bidang miring, dan roda berporos. Diharapkan desain didaktis ini dapat dijadikan pilihan utama dalam merencanakan pembelajaran untuk memajukan mutu pendidikan dewasa ini.


(37)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Guru harus meningkatkan kemampuan dalam merancang, melaksanakan, dan merefleksi kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kondisi siswa, sarana dan prasarana dan lingkungan sekitar.

2. Guru harus menguasai materi, model, metode, dan media pembelajaran yang akan disajikan.

3. Guru tidak dapat meremehkan kesulitan belajar yang dialami siswa, karena hal tersebut seterusnya akan menjadi konsepsi yang salah pada siswa.

4. Seperti yang dikatakan Uno (2010:42), “tidak ada suatu model rancangan

pengajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh untuk

mengembangkan suatu program pengajaran.” Maka desain didaktis yeng

dibuat tidak ada yang sempurna, namun kita dapat menonjolkan kelebihan desain tersebut sehingga dapat menutupi kekurangannya.

5. Desain didaktis ini memungkinkan untuk dikembangkan dan direvisi kembali sehingga lebih baik. Penelitian ini pun dapat dikembangkan atau menjadi acuan untuk dilakukan penelitian lainnya dengan materi Pesawat Sederhana jenis katrol, bidang miring, dan roda berporos.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, I.F. (2012). Desain Didaktis Pengenalan Konsep Pecahan Sederhana pada Pembelajaran Matematika di Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

DeVaus, D.A. (2001). Research Design In Social Research. [Online]. Tersedia: http://www.tim.ethzch/education/courses_fs_2012/course_docsem_fs_2012/ Literature/14_deVaus_Forschungdesign [28 November 2012]

Dewi, A.V. (2012). Desain Didaktis Konsep Membandingkan Bilangan Pecahan Pada Pembelajaran Matematika Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dwisang, E.L. (2007). Ringkasan Lengkap Sains. Tangerang: Scientific Press.

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Firmansyah, Y. (2012). Desain Didaktis Konsep Operasi Perkalian Bilangan Pecahan pada Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Fitriyani. (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Trapesium pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bumi Siliwangi: tidak diterbitkan.

Grafura, L. dan Wijayanti, A. (2012). Metode dan Strategi Pembelajaran yang Unik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(39)

Iswara, P.D. (2010). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002-PRANA-DWIJA-ISWARA/skkd%20SD-MI/42.%20IPA%20SD-MI.pdf [12 April 2013]

Kansanen, P. dan Meri, M. (1999). Didactic Relation in The

Teaching-Studying-Learning Process. [Online]. Tersedia:

http://www.helsinki.fi/~pkansane/Kansanen_Meri.pdf [28 November 2012] Lidinillah, D.A.M. (2011). Educational Design Research : a Teoretical

Framework for Action. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/KD-

TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-

TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Educational%20Design%20Re search-A%20Theoritical%20Framework%20for%20Action.pdf [11 September 2012]

Mulyana, E.H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Munandar, D.R., et al. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 5. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.

Nasution, S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Naim, N. (2011). Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Panut et al. (2007). Dunia IPA 5B. Bogor: Yudhistira.

Purnawati, D. (2011). Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana. [Online]. Tersedia: http://dewipurnawati1.weebly.com/uploads/7/3/1/6/7316436/bab_7_usaha_e nergi_dan_pesawat_sederhana.pdf [14 Desember 2012]

Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.

Sadulloh, U. (2011). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shahibul. (2011). Mengenal Hypothetical Learning Trajectory (HLT). [Online]. Tersedia:

http://p4mristkiphamzanwadiselong.wordpress.com/2011/12/26/mengenal-hypothetical-learning-trajectory-hlt/ [26 April 2013]


(40)

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudargo, F. (2007). BAB XIV Pesawat Sederhana. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19510726197

8032-FRANSISCA-SUDARGO/Model_Buku_IPA_SMP_(Revisi-2007)/02._Kelas_VII/Bab._15-VIII_Pesawat_Sederhana_(Made).pdf [14 Desember 2012]

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

‒‒‒‒‒. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suparman, A. (2012). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT Grasindo.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suryadi, D. (2011). Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/pros_ui-uitm_2011_didi_didactical_design_research.pdf [11 September 2012]

‒‒‒‒‒. (2011). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang

Teori Belajar dan Teori Didaktik. [Online]. Tersedia: http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf [22 September 2012]

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Uno, H.B. et al. (2010). Desain Pembelajaran. Bandung: MQS Publishing.

Wawro, M. Dan Larson, C. (2012). A Hypothetical Learning Trajectory for Conceptualizing Matrices As Linear Transformations. [Online]. Tersedia:


(41)

http://www.meganwawro.com/wp-content/uploads/2012/01/Wawro-Larson-JMM-2012.pdf [14 April 2013]

Zulhelmi. (2009). Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran Sains Fisika Melalui Penerapan Penemuan Terbimbing di SMP Negeri 20

Pekanbaru. [Online]. Tersedia:

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JGS/article [12 April 2013]

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(1)

Nira Suryani,2013

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANAPADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

dan bahan tersebut; 8) prediksi respons siswa yaitu siswa mengerjakan langkah kegiatan dengan benar, ADP dengan menegaskan bahwa siswa mengerjakan dengan tepat dan memberikan penguatan; 9) prediksi respons siswa yaitu siswa berebut untuk melakukan demonstrasi, ADP dengan menentukan siswa yang akan melakukan demonstrasi; 10) prediksi respons siswa yaitu siswa malu saat melakukan demonstrasi, ADP dengan memberikan motivasi atau menugaskan siswa untuk melakukan demonstrasi dengan teman sebangku; 11) prediksi respons siswa yaitu siswa kebingungan dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, ADP dengan membimbing siswa mencari jawaban yang tepat dan memberikan penguatan; 12) prediksi respons siswa yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan namun kurang tepat, ADP dengan mengarahkan siswa pada jawaban yang tepat dan memberikan penguatan; 13) prediksi respons siswa yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, ADP dengan menegaskan jawaban siswa dan memberikan penguatan; 14) prediksi respons siswa yaitu siswa malu atau ragu-ragu dalam melaporkan hasil diskusinya, ADP dengan memberikan motivasi dengan memberikan nilai tambahan untuk siswa yang melaporkan hasil diskusi kelompoknya; 15) prediksi respons siswa yaitu siswa kesulitan dalam menyimpulkan pembelajaran, ADP dengan membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran menggunakan kaliat rumpang agar siswa membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang diajarkan; dan 16) prediksi respons siswa yaitu siswa kebingungan saat membuat kesimpulan, ADP dengan memberikan arahan terhadap hal-hal yang sudah dipelajari selama pembelajaran.

Desain didaktis akhir ini dapat diimplementasikan untuk penelitian selanjutnya karena masih memungkinkan muncul learning obstacle baru pada materi Pesawat Sederhana. Sehingga, ada kemungkinan desain didaktis ini direvisi kembali sampai data jenuh atau tidak muncul learning obstacle baru.Desain didaktis pun dapat disusun untuk materi lain pada pembelajaran IPA, termasuk materi Pesawat Sederhana jenis katrol, bidang miring, dan roda berporos. Diharapkan desain didaktis ini dapat dijadikan pilihan utama dalam merencanakan pembelajaran untuk memajukan mutu pendidikan dewasa ini.


(2)

114

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Guru harus meningkatkan kemampuan dalam merancang, melaksanakan, dan merefleksi kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kondisi siswa, sarana dan prasarana dan lingkungan sekitar.

2. Guru harus menguasai materi, model, metode, dan media pembelajaran yang akan disajikan.

3. Guru tidak dapat meremehkan kesulitan belajar yang dialami siswa, karena hal tersebut seterusnya akan menjadi konsepsi yang salah pada siswa.

4. Seperti yang dikatakan Uno (2010:42), “tidak ada suatu model rancangan pengajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh untuk

mengembangkan suatu program pengajaran.” Maka desain didaktis yeng dibuat tidak ada yang sempurna, namun kita dapat menonjolkan kelebihan desain tersebut sehingga dapat menutupi kekurangannya.

5. Desain didaktis ini memungkinkan untuk dikembangkan dan direvisi kembali sehingga lebih baik. Penelitian ini pun dapat dikembangkan atau menjadi acuan untuk dilakukan penelitian lainnya dengan materi Pesawat Sederhana jenis katrol, bidang miring, dan roda berporos.


(3)

Nira Suryani,2013

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANAPADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Apriani, I.F. (2012). Desain Didaktis Pengenalan Konsep Pecahan Sederhana

pada Pembelajaran Matematika di Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana

pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

DeVaus, D.A. (2001). Research Design In Social Research. [Online]. Tersedia: http://www.tim.ethzch/education/courses_fs_2012/course_docsem_fs_2012/ Literature/14_deVaus_Forschungdesign [28 November 2012]

Dewi, A.V. (2012). Desain Didaktis Konsep Membandingkan Bilangan Pecahan

Pada Pembelajaran Matematika Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana

pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dwisang, E.L. (2007). Ringkasan Lengkap Sains. Tangerang: Scientific Press.

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Firmansyah, Y. (2012). Desain Didaktis Konsep Operasi Perkalian Bilangan

Pecahan pada Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana

pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Fitriyani. (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Trapesium pada

Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bumi

Siliwangi: tidak diterbitkan.

Grafura, L. dan Wijayanti, A. (2012). Metode dan Strategi Pembelajaran yang Unik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(4)

116

Iswara, P.D. (2010). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002-PRANA-DWIJA-ISWARA/skkd%20SD-MI/42.%20IPA%20SD-MI.pdf [12 April 2013]

Kansanen, P. dan Meri, M. (1999). Didactic Relation in The

Teaching-Studying-Learning Process. [Online]. Tersedia:

http://www.helsinki.fi/~pkansane/Kansanen_Meri.pdf [28 November 2012]

Lidinillah, D.A.M. (2011). Educational Design Research : a Teoretical

Framework for Action. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/KD- TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-

TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Educational%20Design%20Re search-A%20Theoritical%20Framework%20for%20Action.pdf [11 September 2012]

Mulyana, E.H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di

Sekolah Dasar. UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Munandar, D.R., et al. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 5. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.

Nasution, S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Naim, N. (2011). Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Panut et al. (2007). Dunia IPA 5B. Bogor: Yudhistira.

Purnawati, D. (2011). Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana. [Online]. Tersedia: http://dewipurnawati1.weebly.com/uploads/7/3/1/6/7316436/bab_7_usaha_e nergi_dan_pesawat_sederhana.pdf [14 Desember 2012]

Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.

Sadulloh, U. (2011). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shahibul. (2011). Mengenal Hypothetical Learning Trajectory (HLT). [Online]. Tersedia:

http://p4mristkiphamzanwadiselong.wordpress.com/2011/12/26/mengenal-hypothetical-learning-trajectory-hlt/ [26 April 2013]


(5)

Nira Suryani,2013

DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANAPADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudargo, F. (2007). BAB XIV Pesawat Sederhana. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19510726197

8032-FRANSISCA-SUDARGO/Model_Buku_IPA_SMP_(Revisi-2007)/02._Kelas_VII/Bab._15-VIII_Pesawat_Sederhana_(Made).pdf [14 Desember 2012]

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

‒‒‒‒‒. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suparman, A. (2012). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan

Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan

Fisika. Jakarta: PT Grasindo.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suryadi, D. (2011). Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan

Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/pros_ui-uitm_2011_didi_didactical_design_research.pdf [11 September 2012] ‒‒‒‒‒. (2011). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang

Teori Belajar dan Teori Didaktik. [Online]. Tersedia:

http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf [22 September 2012]

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.

Uno, H.B. et al. (2010). Desain Pembelajaran. Bandung: MQS Publishing.

Wawro, M. Dan Larson, C. (2012). A Hypothetical Learning Trajectory for


(6)

118

http://www.meganwawro.com/wp-content/uploads/2012/01/Wawro-Larson-JMM-2012.pdf [14 April 2013]

Zulhelmi. (2009). Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran Sains Fisika Melalui Penerapan Penemuan Terbimbing di SMP Negeri 20

Pekanbaru. [Online]. Tersedia:

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JGS/article [12 April 2013]

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.