Pengaturan Konservasi Sumberdaya Ikan di Laut Lepas dan Implikasinya terhadap Indonesia.

PENGATURAN KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DI LAUT LEPAS DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP INDONESIA
Abstrak
Ester Evasolina Rumahorbo
110110070292

Praktik penangkapan ikan di Laut Lepas sudah terjadi sejak jaman Romawi
dimana negara-negara maritim yang kuat dengan perlengkapan kapal yang lengkap
melakukan penangkapan ikan di laut lepas. Dengan sumberdaya perikanan yang
bernilai ekonomis tinggi ini, semakin banyak negara-negara yang berkepentingan
yang ingin mengambil bagian dalam praktik ini. UNCLOS 1982 telah mengatur
mengenai prinsip kebebasan di laut lepas yang salah satunya adalah kebebasan
menangkap ikan di laut lepas. Namun demikian, ada batasan dalam kebebasan
tersebut, yaitu kebebasan tersebut harus disertai dengan tindakan konservasi
sumberdaya perikanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaturan
mengenai konservasi sumberdaya perikanan di laut lepas serta peranan Regional
Fisheries Management Organization (RFMO) sebagai organisasi regional yang
dibentuk untuk mengatur teknis praktik penangkapan ikan di laut lepas serta
tindakan konservasinya.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan
bersifat deskriptif analitis dengan memberikan analisis berdasarkan perjanjianperjanjian yang mengatur mengenai konservasi sumberdaya perikanan di laut

lepas, baik melalui organisasi regional dan sub-regional, dan bagaimana
implikasinya terhadap Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa di setiap perjanjian internasional yang
berkaitan dengan praktik penangkapan ikan di laut lepas, sudah terdapat kewajiban
untuk negara secara bersama-sama melakukan konservasi terhadap sumberdaya
perikanan, khususnya di laut lepas. Melalui dibentuknya RFMO sebagai badan
regional yang merupakan tindak lanjut dari konservasi sumberdaya perikanan.
Fungsi RFMO yang lebih khusus mengatur tentang suatu kawasan konservasi
tertentu membuat negara-negara dapat mengetahui informasi mengenai fakta yang
terdapat di suatu area konservasi. Selain itu negara-negara tersebut dapat
melakukan penangkapan ikan dalam total allowable catch (jumlah tangkapan yang
diperbolehkan) yang telah ditetapkan oleh suatu RFMO. Indonesia telah
berpartisipasi dan meratifikasi dua RFMO sebagai tindakan pelaksanaan konservasi
penangkapan ikan di laut lepas. Keberadaan RFMO perlu didukung dengan adanya
kerjasama sepenuhnya dari setiap negara anggota dan negara yang belum menjadi
anggota dan mempunyai indikasi untuk melakukan penangkapan ikan di wilayah
tersebut harus bergabung dengan RFMO.

1


REGULATION ON THE CONSERVATION OF FISHERY RESOURCES ON THE
HIGH SEAS AND THE IMPLICATION FOR INDONESIA
Abstract
Ester Evasolina Rumahorbo
110110070292
Fishing practices on the high seas has been happening since Roman times
where the countries with a strong maritime vessel that supplies a fishing activity on
the high seas. With the fishery resources that has high economic value, the number
of parties who want to take part in this practice is increasingly occured. UNCLOS
1982 has set the principles of freedom of the high seas, one of those principle is the
freedom of fishing on the high seas. However, there are a boundary on the freedom,
namely the freedom of action must be accompanied by conservation action of fishery
resources. The purpose of this study is to analyze the regulation of the conservation
of the high seas fisheries as well as the role of Regional Fisheries Management
Organization (RFMO) as a regional organization formed to regulate technical fishing
practices on the high seas as well as conservation measures.
The method used for this research is juridicial normative and anlytical
description which give analysis based on the international agreement that regulated
governing the conservation of fisheries resources on the high seas, either through
regional and sub-regional, and how its implications for Indonesia.

This research founds that in any international agreement relating to
regulation of fishing practices on the high seas, there is an obligation for countries to
jointly agreed to the conservation of fishery resources, especially on the high seas.
Through the establishment of a regional body which RFMO as a follow-up of the
conservation of fishery resources. Furthermore, RFMO has a specialized functions to
govern a particular conservation area that enact every parties find an information
about the use within the facts contained in a conservation area. Besides these
parties can engage in fishing activities with the total allowable catch (TAC) as
determined by an RFMO. Indonesia has participated and ratified two RFMO as the
implementation of conservation measures on the high seas fishing. RFMO’s
existence needs to be supported with the full cooperation of all member states and
specially recalling every states that have not become members and have indications
for fishing in the region should join and participate in the RFMO.