Analisis Putusan Peninjauan Kembali yang Menolak Novum Berupa Putusan Pengadilan Dikaitkan dengan Putusan Mahkamah Agung No. 79 Pk/Pid/2008.
ABSTRAK
Analisis Putusan Peninjauan Kembali yang Menolak Novum Berupa
Putusan Pengadilan Dikaitkan dengan Putusan Mahkamah Agung
No. 79 Pk/Pid/2008
Ivan Hamonangan Sianipar
110110100397
Pada putusan Mahkamah Agung No. 79 Pk/Pid/2008, Hakim
menolak novum berupa putusan yang bertentangan yang dimohonkan oleh
Markus Pata Sambo. Putusan yang dijadikan sebagai novum tersebut
merupakan putusan dari terdakwa lain (berkas perkara displit) atas nama
Budi Sopian yang divonis bebas. Pertimbangan Hakim dalam memutus
bebas Budi Sopian adalah karena tindak pidana pembunuhan berencana
dan pemerkosaan yang didakwakan terhadap Budi dilakukan oleh pelaku
tunggal. Selain itu, terungkap juga bahwa telah terjadi penyimpangan
dilakukan oleh penyidik seperti penganiayaan, intimidasi dan tekanan
dalam proses penyidikan. Berdasarkan hal tersebut penulis berusaha
mengkaji dan menganalisis mengenai apakah pertimbangan Majelis
Hakim yang menganggap bahwa tidak dapat dikualifikasi sebagai novum
yang menentukan sudah tepat, serta bagaimana pertanggungjawaban
Penyidik dalam hal terjadi penyimpangan dalam penyidikan.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yang menitikberatkan penelitian terhadap data kepustakaan.
Sedangkan penelitiannya bersifat deskriptif analitis, yaitu memberikan
gambaran data selengkap dan secermat mungkin mengenai objek
permasalahan sebagai hasil studi kepustakaan berbagai literatur,
perundang-undangan, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
pembahasan di dalam penulisan studi kasus ini.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa suatu putusan
pengadilan yang bertentangan apabila dijadikan sebagai novum dapat
dikabulkan. Akan tetapi, dikabulkan sebagai Putusan yang bertentangan
sesuai dengan pasal 263 ayat 2 huruf b. Sehingga Pemohon tetap
memperoleh keadilan berdasarkan fakta materiil meskipun, Pemohon
terdapat kesalahan syarat formil dalam mengajukan Peninjauan Kembali.
Selanjutnya, penyimpangan dalam proses penyidikan dapat diminta
pertanggungjawaban terhadap oknum kepolisian yang melakukan tindakan
tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dapat berupa sanksi administrasi
dan sanksi kode etik. Apabila terdapat indikasi tindak pidana dilakukan
oleh
Penyidik
dalam
proses
penyedikan,
dapat
diminta
pertanggungjawaban pidana sesuai undang-undang yang berlaku.
Analisis Putusan Peninjauan Kembali yang Menolak Novum Berupa
Putusan Pengadilan Dikaitkan dengan Putusan Mahkamah Agung
No. 79 Pk/Pid/2008
Ivan Hamonangan Sianipar
110110100397
Pada putusan Mahkamah Agung No. 79 Pk/Pid/2008, Hakim
menolak novum berupa putusan yang bertentangan yang dimohonkan oleh
Markus Pata Sambo. Putusan yang dijadikan sebagai novum tersebut
merupakan putusan dari terdakwa lain (berkas perkara displit) atas nama
Budi Sopian yang divonis bebas. Pertimbangan Hakim dalam memutus
bebas Budi Sopian adalah karena tindak pidana pembunuhan berencana
dan pemerkosaan yang didakwakan terhadap Budi dilakukan oleh pelaku
tunggal. Selain itu, terungkap juga bahwa telah terjadi penyimpangan
dilakukan oleh penyidik seperti penganiayaan, intimidasi dan tekanan
dalam proses penyidikan. Berdasarkan hal tersebut penulis berusaha
mengkaji dan menganalisis mengenai apakah pertimbangan Majelis
Hakim yang menganggap bahwa tidak dapat dikualifikasi sebagai novum
yang menentukan sudah tepat, serta bagaimana pertanggungjawaban
Penyidik dalam hal terjadi penyimpangan dalam penyidikan.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yang menitikberatkan penelitian terhadap data kepustakaan.
Sedangkan penelitiannya bersifat deskriptif analitis, yaitu memberikan
gambaran data selengkap dan secermat mungkin mengenai objek
permasalahan sebagai hasil studi kepustakaan berbagai literatur,
perundang-undangan, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
pembahasan di dalam penulisan studi kasus ini.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa suatu putusan
pengadilan yang bertentangan apabila dijadikan sebagai novum dapat
dikabulkan. Akan tetapi, dikabulkan sebagai Putusan yang bertentangan
sesuai dengan pasal 263 ayat 2 huruf b. Sehingga Pemohon tetap
memperoleh keadilan berdasarkan fakta materiil meskipun, Pemohon
terdapat kesalahan syarat formil dalam mengajukan Peninjauan Kembali.
Selanjutnya, penyimpangan dalam proses penyidikan dapat diminta
pertanggungjawaban terhadap oknum kepolisian yang melakukan tindakan
tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dapat berupa sanksi administrasi
dan sanksi kode etik. Apabila terdapat indikasi tindak pidana dilakukan
oleh
Penyidik
dalam
proses
penyedikan,
dapat
diminta
pertanggungjawaban pidana sesuai undang-undang yang berlaku.