Korelasi fraksi tanah sistem USDA dengan beberapa sifat tanah pada beberapa sampel tanah di Bali.

(1)

KORELASI FRAKSI TANAH SISTEM USDA DENGAN BEBERAPA SIFAT TANAH PADA BEBERAPA SAMPEL TANAH DI BALI

Oleh : I Wayan Narka

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015


(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN

HASILPENELITIAN MANDIRI

---1. Judul Penelitian : Korelasi Fraksi Tanah Sistem USDA dengan

Beberapa Sifat Tanah pada Beberapa Sampel Tanah di Bali

---2. Peneliti

a. Nama lengkap dan gelar : Ir. I Wayan Narka, MS b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Pangkat/Gol./NIP : Pembina Utama Muda, IV/c, 19611122 198601 1 001 d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e. Fakultas/Prodi/Jurusan : Fakultas Pertanian, Agroekoteknologi f. Universitas : Udayana

g. Bidang Ilmu yang diteliti : Ilmu Tanah

---3. Jumlah tim Peneliti :

- ---4. Lokasi Penelitian : Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Udayana

---6. Kerjasama (kalau ada)

a. Nama Instansi : -b. Alamat :

- ---6. Jangka Waktu Penelitian : 5 bulan

---7. Biaya yang diperlukan : Rp. 7.500.000,- (Tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

---Denpasar, 25 Januari 2016 Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS NIP.19630515 198803 1 001

Peneliti,

Ir. I Wayan Narka, M.S NIP : 19611122 198601 1 001


(3)

KORELASI FRAKSI TANAH SISTEM USDA DENGAN BEBERAPA SIFAT TANAH PADA BEBERAPA SAMPEL TANAH DI BALI

Oleh

I Wayan Narka

Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana

RINGKASAN

Distribusi ukuran partikel tanah sangat berpengaruh terhadap sifat tanah. Sifat kimia, sifat biologi dan sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut sistem Departemen Pertanian Amerika Serikat (USAD), klasifikasi partikel partikel tanah digolongkan sebagai berikut: diameter fraksi pasir sangat kasar berukuran 2,0 mm–1,00 mm, pasir kasar 1,000,50 mm, pasir sedang 0,050 – 0,25 mm, pasir halus 0,250,10 mm, pasir sangat halus 0,100,05 mm, fraksi debu 0,05 mm – 0,002 mm dan fraksi liat < 0,002 mm. Sampai sampai saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan ketujuh fraksi ini dengan sifat tanah khususnya : kadar air tanah, erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi) dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tujuh fraksi partikel tanah dengan sifat tanah yaitu : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah.

Contoh tanah sebanyak 32 sampel diambil dari beberapa lokasi di Bali. Setelah contoh tanah diambil, kemudian dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan lolos 2 mm. Selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Sejumlah sampel yang diambil dari lokasi yang berbeda diharapkan terdapat perbedaan dalam distribusi ukuran partikel tanah khususnya komposisi 7 fraksi yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir sangat halus, debu dan liat, sehingga bisa dikorelasikan dengan sifat tanah (kadar air, erodibilitas tanah dan KTK tanah). Analisis tekstur tanah untuk mendapatkan 7 fraksi tanah menggunakan metode pipet dan metode ayakan. Analisis kadar air tanah dengan metode Gravimetri, dan analisis kapasitas tukar kation tanah menggunakan metode Penjenuhan dengan NH4OAc. Analisis kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah) dengan menggunakan metode Wischmeier


(4)

Selanjutnya data ketujuh fraksi tanah dikorelasikan dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah. Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah Pearson Correlation

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi pasir sangat kasar berkorelasi negatif sangat nyata dengan erodibilitas tanah (r = -0,464 **) dan berkorelasi nyata dengan KTK tanah (r = -0,442 *). Fraksi pasir kasar maupun pasir sedang berkorelasi negatif sangat nyata dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah. Fraksi pasir halus berkorelasi negatif tidak nyata dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah. Fraksi pasir sangat halus menunjukkan korelasi positif tidak nyata dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah. Semakin kecil ukuran partikel tanah semakin mengarah kepada korelasi positif pada kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah. Fraksi debu berkorelasi positif sangat nyata dengan eroibilitas tanah ( r = 0,792 **) dan berkorelasi positif nyata dengan KTK tanah ( r = 0,354 *). Fraksi liat berkorelasi positif sangat nyata dengan kadar air tanah dan KTK tanah dengan koefisien korelasi masing-masing 0,632 ** dan 0,699 **


(5)

CORRELATION OF SOIL FRACTION USDA SYSTEM WITH SOIL PROPERTIES ON SOIL SAMPLES IN BALI

By I Wayan Narka

Majors Agroekoteknologi, Faculty Of Agriculture of University Udayana SUMMARY

Distribution of particle size was very having an effect on soil properties. The chemical, biological and physical properties of soil was influence to growth of plant. United State Departement of Agriculture (USDA) was classified particle of soil into 7 fraction. i.e : very coarse sand (2,0 mm - 1,00 mm), coarse sand (1,00 - 0,50 mm), medium sand (0,50 0,25 mm), fine sand (0,25 0,10 mm), very fine sand (0,10 -0,05 mm), silt (-0,05–0,002) and clay (<0,002mm). Until to date not yet the research concerning relation between seventh soil particle fraction with the soil properties especially : soil water content, soil erodibility ( soil sensitivity to erosion) and cation exchange capacity ( CEC). The purpose this Research is to know the relation between seven fraction of soil particle with the soil properties especially : soil water content, soil erodibility and cation exchange capacity of soil.

Soil samples as much 32 sample was taken from some location in Bali. After soil sample taken, soil samples dryied and sieved with the sieve get away 2 mm. Soil samples analyzed in Soil Laboratory Faculty Of Agriculture Udayana University. A number of samples which taken from a different location, expected there are difference in distribution of size particle of soil especially composition 7 soil fraction that is : very coarse sand, coarse sand, medium sand, fine sand, very fine sand, silt and clay, so that correlation with the soil properties ( soil water content, soil erodibility, and CEC of soil) can be determinate. Soil texture for determine 7 soil fraction analyzed by pipet and sieve method, soil water content was analyzed by gravimetric method, and CEC was analyzed by saturated of NH4OAc and soil erodibility analyzed by Wischmeier method. Furthermore seventh fraction of soil particle be correlated to soil water content, soil erodibility and CEC of soil with Pearson Correlation method.

Result of this research indicate that the very coarse sand fraction have highly significant negative correlation with soil erodibility ( r = - 0,464 **) and have significant correlation with CEC of soil ( r = - 0,442 *). Coarse sand fraction have highly significant negative correlation with soil erodibility and CEC of soil with coefficient correlation (r) -0,597** and -0.542 ** respectively. Medium sand fraction


(6)

also have highly significant to soil water content, soil erodibility and CEC with coefficient correlation (r) -0,524**, -0,546** and -0,523** respectively. Fine sand fraction have not significant correlation with the soil water content, soil erodibility and CEC of soil. The very fine sand fraction showed the positive correlation but is not significant with the soil water content, soil erodibility and CEC of soil. Smaller size particle progressively instruct to positive correlation at soil water content, soil erodibility and CEC of soil. Silt fraction have highly significant positive correlation with soil erodibility ( r = 0,792 **) and have significant positive correlation with CEC of soil ( r = 0,354 *). The clay fraction have highly significant positive correlation to soil water content and CEC of soil with the correlation coefficient (r) 0,632 ** and 0,699 ** respectively.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Mahaesa karena berkat rahmatNya penyusunan laporan akhir hasil penelitian dengan judul : Korelasi Fraksi Tanah Sistem USDA dengan Beberapa Sifat Tanah pada Beberapa Sampel Tanah di Bali dapat diselesaikan dengan baik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan pengambilan contoh tanah pada masing-masing kabupaten/kota. Selanjutnya sample tanah dianalisis di laboratorium untuk mengetahui fraksi partikel tanah dan sifat-sifat tanah.

Kami sebagai peneliti pada kesempatan yang baik ini mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Pengelola Laboratorium Tanah Universitas Udayana atas segala bantuan dan fasilitas yang telah diberikan.

2. Semua pihak ikut membantu baik berupa tenaga dan pikiran sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu melalui kesempatan yang baik ini kami mohon maaf dan menerima dengan senang hati segala kritik/saran untuk penyempurnaan laporan ini. Sebagai akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya

Denpasar, 25 Januari 2015 Peneliti,


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ……….. ii

RINGKASAN/SUMMARY ..……….. iii

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

I. PENDAHULUAN ……….. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 3

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……….. 8

3.1. Tujuan Penelitian ……….. 8

3.2. Manfaat Penelitian ………. 8

IV. METODE PENELITIAN ……….. 9

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 11

5.1 Hasil Penelitian ... 11

5.2 Pembahasan ... 13

VI. KESIMPULAN SARAN ……….. 18

6.1 Kesimpulan ... 18

6.2 Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ……….. 19


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil analisis 7 fraksi tanah, kadar air, erodibilitas dan

KTK tanah …...……… 11

Tabel 2. Matrik koefisien korelasi 7 fraksi tanah dengan kadar air, erodibilitas dan KTK tanah ………..... 13

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisis Fraksi Partikel Tanah... 20

Lampiran 2. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah... 22

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Erodibilitas Tanah... 24


(10)

I PENDAHULUAN

Distribusi ukuran partikel tanah sangat berpengaruh terhadap sifat tanah. Sifat kimia, sifat biologi dan sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut sistem Departemen Pertanian Amerika Serikat, klasifikasi partikel partikel tanah digolongkan sebagai berikut: diameter fraksi pasir sangat kasar berukuran 2,0 mm – 1,00 mm, pasir kasar 1,000,50 mm, pasir sedang 0,500,25 mm, pasir halus 0,25–0,10 mm, pasir sangat halus 0,100,05 mm, fraksi debu 0,05 mm0,002 mm dan fraksi liat < 0,002 mm. Ketujuh komposisi ini sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisika tanah, sifat-sifat kimia tanah. Pasir kasar sampai pasir sangat halus merupakan kerangka tanah atau penyokong tanah dalam terbentuknya struktur tanah sedangkan debu dan liat sebagai bahan pengisi diantara partikel pasir. Pasir mempunyai luas permukaan jenis antara 11 – 227 cm2/g, debu 454 cm2/g dan liat 8 juta cm2/g sehingga fraksi pasir tidak banyak menentukan sifat kimia tanah (Darmawijaya, 1990). Foth (1998) menyatakan bahwa luas permukaan fraksi tanah (pasir, debu dan liat) sangat penting artinya dalam peristiwa reaksi fisik dan kimia dalam tanah sebab kedua proses tersebut merupakan peristiwa permukaaan. Umumnya makin halus butiran tanah makin intensif reaksi tersebut.

Komposisi ukuran partikel tanah (teskstur tanah) mempunyai hubungan erat dengan sifat sifat tanah. Beberapa diantaranya adalah kadar air tanah, erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi) dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Kepekaan erosi tanah (erodibilitas tanah) adalah fungsi berbagai interaksi sifat fisik dan kimia tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas maka semakin mudah tanah tersebut mengalami erosi.

Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa tanah-tanah yang kandungan liatnya tinggi cenderung mempunyai kandungan kadar air, bahan organik dan KTK yang tinggi. Hal ini disebabkan karena fraksi liat mempunyai luas permukaan spesifik yang besar sehingga mampu mengadsorbsi molekul air atau kation-kation. Sebaliknya tanah yang didominasi oleh fraksi pasir mempunyai luas permukaan jenis yang rendah sehingga kurang aktif dalam adsorbsi kation. Selanjutnya. Foth (1998) menyatakan bahwa fraksi pasir dan debu menampilkan ikatan negatif yang tidak begitu baik, karena luas permukaan spesifiknya yang rendah sehinga debu dan pasir mempunyai kapasitas tukar kation yang rendah.


(11)

Tanah yang didominasi oleh fraksi pasir kasar sampai pasir halus bersifat porous karena tingginya pori aerasi. Aerasi yang lancar akan mendorong terjadinya oksidasi bahan organik menjadi mineral-mineral tanah secara berlebihan. Hal ini sesuai dengan Kohnke (1989) bahwa, tanah bertekstur kasar (pasir) mempunyai kandungan bahan organik dan kapasitas menahan air sangat rendah. Sementara ini penelitian tentang hubungan antara tekstur tanah (komposisi 7 fraksi yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir sangat halus, debu dan liat) dengan beberapa sifat tanah khususnya kadar air tanah, kadar bahan organik dan kapasitas tukar kation tanah pada beberapa contoh tanah di Bali belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Korelasi Distribusi Ukuran Partikel Tanah dengan Kadar Air Tanah, Erodibilitas Tanah dan Kapasitas Tukar Kation pada Beberapa Contoh Tanah di Bali.


(12)

II.TINJAUAN PUSTAKA

Foth (1998) menyatakan luas permukaan spesifik yang besar per gram liat mempunyai kemampuan menahan air yang besar. Sebagian besar partikel liat mempunyai muatan negatif sehingga mampu mengadsobsi kation-kation seperti Ca ++, Mg ++ , K+ yang merupakan elemen-elemen esensial. Kation-kation yang diadsorbsi bergerak dekat permukaan liat dan bertukar tempat satu dengan yang lainnya dan dengan kation-kation dalam larutan tanah. Kapasitas tanah untuk mengadsorbsi kation-kation yang dapat ditukar disebut kapasitas tukar kation. Kation-kation dapat ditukar yang diadsorbsi tidak dapat tercuci dari tanah dan sebagian tersedia untuk dapat digunakan oleh tanaman (Suripin, 2002). Jadi tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cenderung mempunyai kapasitas tukar kation tinggi untuk menahan air dan unsur hara yang selanjutnya dapat tersedia bagi tanaman.

Tanah-tanah yang didominasi oleh partikel tanah berukuran halus mampu menahan air lebih banyak karena tanah didominasi oleh pori-pori mikro dan sedikit sekali pori makro yang berfungsi sebagai aerasi tanah. Dalam keadaan anaerob seperti drainase tanah menjadi kurang baik sehingga bahan organik mengalami humifikasi dan terbentuk humus. Proses humifikasi akan menghasilkan senyawa N-organik yang tahan terhadap pelapukan. Sebaliknya terjadi pada tanah yang bertekstur pasir yaitu bersifat porous yang berarti aerasi tanah sangat bagus karena tingginya pori aerasi. Aerasi yang bagus akan mendorong terjadinya oksidasi bahan organik menjadi mineral-mineral tanah. Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa tanah didominasi oleh partikel berukuran kasar (pasir) akan didominasi oleh pori makro, sebaliknya partikel halus (debu dan liat) akan didominasi oleh pori mikro. Kondisi aerob akan mendorong oksidasi bahan organik menjadi mineral-mineral tanah. Ini berarti bahan organik tanah akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan Kohnke (1989) bahwa, tanah bertekstur kasar (pasir) mempunyai kandungan bahan organik dan kapasitas menahan air sangat rendah.

Foth (1998) menyatakan bahwa fraksi pasir dan debu menampilkan ikatan negatif yang tidak begitu baik karena luas permukaan spesifiknya yang rendah sehinga debu dan pasir mempunyai kapasitas tukar kation yang rendah. Tanah dengan kapasitas tukar kation yang rendah akan mudah mengalami pencucian unsur hara. Badan Kerjasama Ilmu Tanah (1991) menyatakan bahwa besarnya kehilangan kalium sangat tergantung


(13)

pada tekstur tanah. Tanah-tanah berpasir kehilangan kalium jauh lebih besar dari pada tanah bertekstur liat. Hasil penelitian pada tanah lempung berdebu di Illinois kehilangan kalium rata-rata 15 kg/ha/th, sedangkan pada tanah pasir kasar Florida kehilangan ini dapat mencapai 126 kg/ha/th.

Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah seperti : reaksi tanah (pH), Tekstur tanah dan jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukan (Sutedjo dan. Kartasapoetra, 2002)

Selanjutnya Tan (1991) juga menjelaskan bahwa kapasitas tukar kation tanah dipengaruhi oleh jumlah bahan organik, kadar liat dan macam liat. Liat mempunyai permukaan jenis paling besar (800 m2/g) yang selanjutnya berpengaruh terhadap sifat fisika maupun kimia tanah. Beberapa diantaranya adalah terhadap kapasitas tukar kation tanah, kadar air tanah dan kadar bahan organik tanah. Makin halus tekstur tanah, makin besar kadar air tanah dan kapasitas tukar kation tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2006).

Erodibilitas tanah adalah kepekaan tanah terhadap erosi atau mudah tidaknya suatu tanah mengalami erosi. Erodibilitas tanah menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap daya rusak hujan. Semakin tinggi nilai erodibilitas maka semakin mudah tanah tersebut mengalami erosi. Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah (Arsyad, 1989)

Kepekaan erosi tanah (erodibilitas tanah) adalah fungsi berbagai interaksi sifat fisik dan kimia tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas maka semakin mudah tanah tersebut mengalami erosi. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi tanah adalah : pertama, sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air. Kedua adalah sifat sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan (Arsyad, 1989). Beberapa sifat fisik tanah yang berpengaruh terhadap erodibilitas tanah adalah: tekstur tanah (pasir sangat halus, debu dan liat), struktur tanah, permeabilitas tanah dan kandungan bahan organik (Wischmeier et al., 1971). Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi pasir, debu dan liat pada suatu massa tanah. Menurut sistem Departemen Pertanian Amerika Serikat, diameter fraksi pasir berukuran 2,0 mm–0,05 mm, fraksi debu 0,05 mm0,002 mm dan fraksi liat <


(14)

0,002 mm (Foth, 1998). Masing-masing fraksi ini mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap erosi. Tanah yang mempunyai kandungan liat yang tinggi umumnya kurang peka terhadap erosi jika dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kandungan liat yang rendah. Tanah-tanah yang banyak mengandung debu paling mudah tererosi karena debu berukuran 0,002 – 0,05 mm sangat mudah dihanyutkan oleh air, cepat penurunan kapasitas infiltrasinya, dan rendah kemantapan strukturnya.

Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) menyebutkan bahwa kepekaan suatu tanah terhadap erosi atau nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah untuk menyerap air (infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah dihancurkan oleh daya dari luar, sedangkan infiltrasi dan perkolasi menentukan besarnya limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut massa tanah. Kemudahan massa tanah untuk dihancurkan ditentukan oleh tekstur tanah, kemantapan agregat dan kandungan bahan organik serta bahan semen. Sedangkan kemampuan tanah untuk menyerap serta meneruskan air dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi, permeabilitas tanah, tekstur tanah, kemantapan agregat dan ruang pori (Utomo, 1987). Kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh distribusi ukuran pori, kemantapan pori dan kedalaman efektif tanah. Distribusi ukuran pori sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel praksi tanah. Semakin kasar ukuran partikel maka semakin didominasi oleh pori makro. Adanya mineral liat yang mempunyai kemampuan mengembang (swelling) besar juga sangat menurunkan kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu tanah dengan mineral liat montmorillonit akan mempunyai nilai erodibilitas yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan tanah yang didominasi oleh mineral liat kaolinit ( Utomo, 1994)

Sifat tanah yang penting dan berpengaruh terhadap ketahanan terhadap daya rusak dan kemampuannya menyerap air adalah : struktur tanah, permeabilitas tanah, kadar bahan organik tanah, kadar pasir halus, debu, liat dan pasir kasar. Pengaruh kadar bahan organik tanah terhadap nilai erodibilitas adalah secara tidak langsung karena bahan organik berpengaruh terhadap kemantapan agregat (struktur tanah), aerasi tanah, sebaran pori tanah yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap permeabilitas tanah (Foth, 1998).

Suripin (2002) mengemukakan bahwa erodibilitas tanah merupakan sifat tanah yang dinamis, yang bervariasi terhadap waktu, suhu tanah, pengolahan tanah, dan gangguan manusia atau binatang. Dalam menentukan tingkat erodibilitas suatu tanah,


(15)

beberapa metode atau cara telah dikemukakan oleh para ahli. Bouyoucus (dalam Arsyad, 1989) mengusulkan nisbah kandungan pasir dan debu terhadap kandungan liat sebagai indeks erodibilitas suatu tanah.

Nisbah tersebut merupakan kreteria yang penting dalam menduga kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang mempunyai kandungan liat yang tinggi umumnya kurang peka terhadap erosi jika dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kandungan liat yang rendah. Tanah-tanah yang banyak mengandung debu paling mudah tererosi karena debu berukuran 0,002 – 0,05 mm sangat mudah dihanyutkan oleh air, cepat penurunan kapasitas infiltrasinya, dan rendah kemantapan strukturnya karena daya kohesi antara partikelnya sangat lemah. Sedangkan tanah pasir akan lebih tahan terhadap erosi, karena tanah pasir kaya akan pori-pori yang besar sehingga mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, pasir dengan ukuran yang lebih besar akan lebih sukar dihanyutkan, tapi tanah pasir mempunyai kemantapan struktur yang rendah karena antara partikel yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki daya ikat yang besar. Diantara ketiga jenis tanah yang paling tahan terhadap erosi adalah tanah liat. Hal ini disebabkan karena tanah liat mempunyai kemantapan struktur yang tinggi dan kapasitas penampungan air yang tinggi pula (Suripin, 2002).

Wischmeier dan Mannering (dalam Arsyad, 1989) mengatakan bahwa debu dan pasir mempunyai peranan positif dan liat mempunyai peranan negatif terhadap erosi. Ahli lain yaitu Meddleton (1965, dalam Arsyad, 1989) menggunakan nisbah dispersi sebagai indeks erodibilitas tanah. Di lain pihak Yorder (dalam Utomo, 1987) tertarik pada kemantapan agregat terhadap air sebagai indeks erodibilitas. Namun demikian cara yang paling baik adalah dengan menghitung langsung kehilangan tanah di lapangan pada kemiringan dan panjang lereng yang standard . Selanjutnya Utomo (1987) menjelaskan bahwa penentuan nilai erodibilitas yang sesungguhnya di lapangan banyak menemui kesulitan seperti biaya yang tinggi, waktu yang sangat lama dan selalu tergantung pada iklim. Oleh karena itu, untuk mempercepat penentuan nilai erodibilitas Wischmeier et al. 1971 (dalam Utomo, 1994) menghubungkan sifat fisik tanah dengan kehilangan tanah dalam menghitung indeks erodibilitas tanah dengan persamaan :


(16)

dimana M adalah adalah persentase pasir halus dan debu (diameter 0,1–0,05 dan 0,05 – 0,02 mm) x (100 - % liat), a adalah persentase bahan organik tanah, b adalah kelas struktur tanah, dan c adalah kelas permeabilitas profil tanah.

Selanjutnya Dangler dan El-Swaify (dalam Utomo 1994) mengklasifikasikan nilai erodibilitas (K) menjadi enam yaitu : sangat rendah (K=0,00–0,10), rendah (K = 0,11 -0,20); sedang (K = 0,21- 0,32); agak tinggi(K = 0,33 – 0,43); tinggi (K = 0,440,55) dan sangat tinggi (K = >0,56


(17)

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tujuh fraksi partikel tanah dengan sifat tanah yaitu : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah. Selanjutnya sifat tanah berupa : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah dapat diprediksi. Kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah sangat penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Selain itu penelitian ini juga bertujuan ingin mengetahui seberapa erat hubungan 7 fraksi partikel tanah dengan sifat tanah, dan fraksi mana yang paling berpengaruh terhadap : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dengan mengetahui hubungan fraksi partikel tanah dengan sifat – sifat tanah, maka sifat tanah berupa : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah dapat diprediksi. Kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah sangat penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Kedua, penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah wawasan seberapa erat hubungan fraksi partikel tanah dengan sifat-sifat tanah khususnya kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah. Di samping itu, penelitian ini juga menambah wawasan tentang fraksi yang paling berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah seperti : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation.


(18)

IV.METODE PENELITIAN

Contoh tanah sebanyak 32 sampel diambil dari beberapa lokasi di Bali. Setelah contoh tanah diambil, kemudian dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan lolos 2 mm. Selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Sejumlah sampel yang diambil dari lokasi yang berbeda diharapkan terdapat perbedaan dalam distribusi ukuran partikel tanah khususnya komposisi 7 fraksi yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir sangat halus, debu dan liat, sehingga bisa dikorelasikan dengan sifat tanah (kadar air, erodibilitas tanah dan KTK tanah). Analisis tekstur tanah untuk mendapatkan 7 fraksi tanah menggunakan metode pipet dan metode ayakan. Analisis kadar air tanah dengan metode Gravimetri, dan analisis kapasitas tukar kation tanah menggunakan metode Penjenuhan dengan NH4OAc. Analisis kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah) dengan menggunakan metode Wischmeier 1976. Wischmeier (1976) menghubungkan sifat-sifat tanah dengan kehilangan tanah dalam menghitung indeks erodibilitas tanah (K) dengan persamaan :

100 K = 1,292 {2,1 M1,14(10-4) (12 - a) + 3,25 (b - 2) + 2,5 (c - 3)} dimana : M adalah persentase pasir halus dan debu, a adalah persentase bahan organik , b adalah kode struktur tanah, dan c adalah kelas permeabilitas profil tanah.

Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi antara ketujuh fraksi tanah dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah. Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah Pearson Correlation mengingat data analisis laboratorium adalah data parametrik. Kisaran nilai korelasi dari metode ini adalah -1 sampai +1. Dalam nilai absolut, semakin besar nilai r maka keeratan hubungan antar variabel makin besar dan sebaliknya. Nilai positif (+) atau nilai negatif (-) dari hasil korelasi tersebut menandakan arah hubungan antar fraksi tanah dengan sifat tanah (kadar air tanah, erodibilitas tanah atau kapasitas tukar kation tanah) yang berbanding lurus atau berlawanan. Nilai signifikansi (nilai p) menyatakan bahwa hubungan fraksi dengan sifat tanah sangat linier. Apabila nilai p < 0,05 maka tingkat kesalahan dari korelasi fraksi tanah dengan sifat tanah tersebut kecil, atau peluang kebenarannya besar yang menunjukkan bahwa benar-benar berkorelasi secara lenier. Di samping itu, juga dilakukan analisis Step Wise untuk mengetahui fraksi mana yang paling berpengaruh


(19)

terhadap suatu sifat tanah seperti : kadar air tanah, erodibilitas tanah dan kapasitas tukar kation tanah


(20)

V.HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Hasil analisis laboratorium dari 32 sampel tanah yang berasal dari beberapa kabupaten di Bali yang meliputi : pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir sangat halus, debu dan liat, kadar air, erodibilitas tanah dan KTK tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis 7 fraksi tanah, kadar air, erodibilitas dan KTK tanah No. Lab Pasir Sangat Kasar (%) Pasir Kasar (%) Pasir sedang (%) Pasir Halus (%) Pasir sangat Halus (%) Debu (%)

Liat (%) Kadar air Tanah (%) Erodibi-litas tanah KTK Tanah

1 2.186 41.060 26.061 4.972 1.313 21.552 2.856 5.166 0.091 5.693 2 1.348 29.172 18.199 7.802 2.984 30.371 10.124 8.31 0.189 22.095 3 5.873 18.943 15.054 13.461 2.987 33.021 10.66 9.56 0.169 30.239 4 1.791 26.573 18.064 8.372 1.574 27.527 16.101 7.176 0.120 32.908 5 4.021 7.788 9.526 10.315 2.454 55.518 10.377 3.92 0.426 12.886 6 19.643 22.959 18.650 18.829 3.300 12.725 3.895 3.439 0.059 9.130 7 3.428 17.413 22.077 18.126 2.556 35.1 1.3 6.935 0.164 5.610 8 25.118 24.270 8.538 5.317 2.357 28.45 5.949 5.42 0.210 5.693 9 2.293 9.692 20.022 21.783 4.390 25.456 16.364 5.105 0.168 20.180 10 27.873 26.305 15.218 11.479 2.246 10.387 6.492 3.92 0.014 12.886 11 4.037 11.912 17.678 18.932 3.015 34.035 10.392 6.457 0.193 24.728 12 4.849 11.858 14.931 15.173 2.509 29.688 21.094 8.422 0.199 37.514 13 3.572 11.112 11.960 13.804 1.818 32.248 25.486 9.171 0.189 23.149 14 5.871 12.280 11.415 14.185 3.753 11.175 41.32 15.123 0.118 35.097 15 12.002 12.341 9.476 11.793 3.434 38.476 12.479 11.946 0.215 22.389 16 16.135 16.382 12.357 14.257 3.761 29.583 7.525 9.223 0.049 19.879 17 1.538 3.203 5.245 9.603 2.846 49.289 28.276 6.176 0.263 24.845 18 3.451 13.552 17.501 20.523 3.671 32.99 8.313 3.745 0.165 9.13 19 1.061 2.076 4.834 6.752 1.818 56.159 27.3 9.004 0.234 34.657 20 5.319 6.942 10.522 9.638 3.131 43.659 20.79 9.705 0.245 19.705 21 1.663 3.467 5.666 10.688 4.471 55.079 18.966 11.138 0.395 34.541 22 0.395 1.299 3.319 8.097 2.400 46.795 37.696 12.412 0.211 31.251 23 0.820 8.653 14.210 15.109 4.620 50.877 5.711 8.128 0.332 10.929 24 0.830 3.907 8.894 14.865 4.151 52.01 15.343 11.785 0.318 37.746 25 5.224 9.855 9.634 13.332 3.551 38.158 20.247 12.697 0.280 25.207 26 7.301 7.061 6.565 9.238 2.224 45.767 21.843 12.412 0.244 31.251 27 5.596 10.839 10.076 15.320 4.427 34.01 19.731 12.319 0.220 26.283 28 3.407 9.168 13.364 17.835 4.228 41.08 10.92 7.335 0.030 28.955


(21)

No. Lab Pasir Sangat Kasar (%) Pasir Kasar (%) Pasir sedang (%) Pasir Halus (%) Pasir sangat Halus (%) Debu (%)

Liat (%) Kadar air Tanah (%) Erodibi-litas tanah KTK Tanah

29 0.775 1.882 5.326 13.056 2.673 55.53 20.759 11.657 0.242 27.181 30 0.209 2.270 7.807 11.403 2.522 53.468 22.321 10.248 0.324 36.112 31 5.359 7.223 7.738 12.706 4.146 41.279 21.548 6.176 0.247 24.845 32 6.298 13.413 13.703 15.459 3.383 28.489 19.256 10.705 0.116 19.705

Berdasarkan analisis tanah (Tabel 1) ditemukan bahwa kadar air tanah berkisar mulai 3,349 % sampai 15,123 %. Secara visual tampak bahwa semakin tinggi kadar liat atau semakin halus fraksi tanah maka semakin tinggi kadar air tanah. Sebaliknya semakin tinggi fraksi kasar (pasir sangat kasar, pasir kasar pasir sedang) maka semakin rendah kadar air tanah.

Nilai erodibilitas tanah berdasarkan hasil analisis tanah dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan rumus erodibilitas Wischmeier et al. 1971 (dalam Utomo, 1994), nilai K berkisar dari 0,014 sampai 0,426. Jika dihubungkan dengan klasifikasi Dangler dan El-Swaify nilai erodibilitas (K) menjadi enam yaitu : sangat rendah (K=0,00 – 0,10), rendah (K = 0,11 -0,20); sedang (K = 0,21- 0,32); agak tinggi(K = 0,33 – 0,43); tinggi (K = 0,44– 0,55) dan sangat tinggi (K = >0,56 maka ditemukan 15,6 % sample tanah mempunyai nilai K sangat rendah, 34,4 % rendah, 40,6 % sedang dan 9,4 % agak tinggi.

Kapasitas tukar tanah (KTK) berkisar dari 5,61 sampai 37,75. Berdasarkan klasifikasi nilai KTK, maka ditemukan 25 % sampel tanah nilai KTK tanahnya tergolong rendah, 25 % sampel tergolong sedang, dan 50 % sampel tergolong tinggi.

Analisis matriks korelasi merupakan metode digunakan untuk menilai keeratan hubungan antar variabel. Keeratan hubungan menunjukkan adanya saling ketergantungan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain. Hasil analisis matrik korelasi 7 fraksi tanah (pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, pasir sangat lus, debu dan liat), kadar air tanah, erodibilitas tanah, dan KTK tanah disajikan pada Tabel 2.


(22)

Tabel 2. Matrik koefisien korelasi 7 fraksi tanah dengan kadar air, erodibilitas dan KTK tanah

Pasir Sangat Kasar (%) Pasir Kasar (%) Pasir sedang (%) Pasir Halus (%) Pasir sangat Halus (%) Debu (%) Liat (%) Kadar air (%) Erodibi-litas tanah KTK Tanah

Pasir S. Kasar (%) 1.000 Pasir Kasar (%) 0.431* 0.014 1.000 Pasir sedang (%) 0.083 0.652 0.763** 0.000 1.000 Pasir Halus (%) -0.044 0.810 -0.180 0.324 0.360* 0.043 1.000

Pasir S. Halus (%) -0.078 0.672 -0.354* 0.047 -0.098 0.592 0.582** 0.000 1.000 Debu

(%) -0.571**0.001 -0.740**0.000 -0.654**0.000 -0.2240.018 0.0930.614 1.000 Liat

(%) -0.384*0.030 -0.600**0.000 -0.638**0.000 -0.2000.271 -0.0270.885 0.2350.195 1.000 Kadar

air (%) -0.3050.089 -0.447*0.010 -0.524**0.002 -0.1410.441 0.1930.291 0.2710.33 0.632**0.000 1.000 Erodibi-litas tanah -0.464** 0.007 -0.597** 0.000 -0.546** 0.001 -0.224 0218 0.151 0.408 0.792** 0.000 0.236 0.193 0.246 0.174 1.000 KTK

Tanah --0.442*0.011 -0.542**0.001 -0.523**0.002 -0.0950.606 0.6520.083 0.354*0.047 0.699**0.000 0.654**0.000 0.2480.171 1.000

Keterangan :

Angka pada baris pertama pada setiap kolom menunjukkan r (keeratan hubungan) dan angka pada baris kedua menunjukkan nilai p (probability)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa fraksi pasir yaitu pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus berkorelasi negatif dengan kadar air tanah, koefisien korelasi (r) masing-masing-masing -0.305, . -0.447 *, -0.524**. dan -0,141. Antara pasir halus dengan kadar air tanah, koefisien korelasinya r- -0.141 (tidak nyata). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat kadar pasir, baik pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang maupun pasir halus, maka kadar air tanah semakin menurun. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel pasir yang cukup besar akan membentuk pori –pori yang berkuran makro. Kohnke (1989) mengatakan bahwa partikel pasir tidak bisa saling mengunci sehingga akan terbentuk pori makro. Pori makro berfungsi sebagai lalu


(23)

lintas air dan udara sehingga akan segera meloloskan air. Dengan demikian semakin tinggi fraksi pasir baik pasir sangat kasar, pasir kasar, pasir sedang maupun pasir halus, maka kadar air tanah semakin rendah . Hal ini disebabkan karena fraksi pasir berfungsi sebagai kerangka tanah dengan luas permukaan jenis pasir yang kecil, sehingga proses kimia maupun fisika khususnya adsorsi air sangat rendah. Di samping itu, pori mikro yang berfungsi memegang air pada tanah yang didominasi oleh fraksi pasir persentasenya sangat rendah. Sehubungan dengan sifat pori terhadap tata udara dan air Sarief (1985) menyebutkan makin kasar tekstur tanah makin besar distribusi pori makro sehingga tanah menjadi porus, kemampuan tanah menahan air semakin kecil. Narka ( 1997) mendapatkan bahwa pori penyimpan air (pori mikro) pada tanah bertekstur pasir adalah 11,70 % sedangkan pada tanah bertekstur liat meningkat menjadi 46,78 %. Sebaliknya pori aerase pada tanah bertekstur pasir 25,62 % menurun menjadi 9,20 % pada tanah bertekstur liat.

Selanjutnya mulai fraksi pasir sangat halus (0,01- 0,05 mm) debu (0,05– 0,002) dan liat (<0,002) ditemukan korelasi positif dengan kadar air tanah. Korelasi pasir sangat halus dengan kadar air tanah terlihat adanya korelasi positif namun tidak nyata. Korelasi positif yang sangat nyata terlihat antara partikel liat dengan kadar air ( r = 0,632 **), sementara antara debu dengan kadar air korelasi positif tidak nyata ( r = 0,271). Berdasarkan koefisien korelasi ini tampak bahwa semakin kecil ukuran partikel tanah maka semakin besar koefisien korelasinya, yang berarti semakin kecil ukuran partikel tanah maka semakin kuat hubungannya dengan kadar air. Korelasi positif sangat nyata ditemukan pada fraksi tanah yang paling kecil yaitu liat. Semakin tinggi kadar liat maka semakin besar kadar air tanah. Hal ini disebabkan karena air berada pada partiktel liat. Molekul air teradsorpsi dan mengelilingi partikel liat (Foth, 1998).

Makin halus tekstur tanah makin banyak mempunyai pori-pori kapiler dan sedikit mempunyai pori-pori non kapiler. Pada keadaan basah akan banyak mengandung air dan sedikit mengandung udara. Oleh karena itu, tanah-tanah yang didominasi oleh liat mempunyai sifat-sifat : daya pegang air tinggi, aerasi kurang baik, porositas total tinggi (Sarief, 1985; Hakim et al., 1986)

Semakin tinggi jumlah fraksi liat, maka kadar air tanah semakin tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa liat mempunyai permukaan jenis paling besar (800 m2/g) yang selanjutnya berpengaruh terhadap sifat fisika maupun kimia tanah. Luas permukaan jenis yang besar sangat aktif dalam adsorpsi air . Oleh karena itu, tanah yang didominasi


(24)

oleh fraksi liat mempunyai daya pegang air yang besar dan pori aerase yang rendah Makin halus tekstur tanah, makin besar persentase pori mikro yang berfungsi untuk menyimpan air. Fraksi liat sangat berpengaruh terhadap kadar air tanah karena fraksi liat mempunyai luas permukaan jenis paling besar yaitu mencapai 800 m2/g (Darmawijaya, 1990) yang sangat aktif dalam adsorpsi air.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat korelasi negatif yang sangat nyata antara pasir sangat kasar, dengan erodibilitas tanah (r = -0,524 **). Demikian pula antara fraksi pasir kasar dengan erodibilitas tanah ( r = -0,597 **) antara pasir sedang dengan erodibilitas tanah (r = -0,546 **), sementara antara pasir halus dengan erodibilitas tanah ditemukan korelasi negatif tidak nyata (r = -0,224 ). Semakin tinggi partikel pasir, baik pasir sangat kasar, pasir kasar maupun pasir sedang berarti semakin rendah nilai erodibilitas tanah yang berarti tanah semakin tidak peka erosi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa fraksi pasir sangat kasar (2,00 – 1,00 mm) pasir kasar (1,000,50 mm), pasir sedang (0,50 – 0,25 mm) akan menyebabkan dominannya pori makro. Pori makro berperanan meloloskan air sehingga sebagian besar air akan terinfiltrasi masuk ke dalam tanah dan aliran permukaan menjadi rendah. Rendahnya aliran permukaan dan ditambah pula ukuran pasir relatif besar, akan menyebabkan sulitnya pasir terangkut oleh air. Kohnke (1989) menyebutkan bahwa fraksi pasir tidak akan membentuk struktur saling mengunci, sehingga tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi pasir akan mudah meloloskan air. Tingginya pori aerase pada tanah yang didominasi oleh fraksi pasir menyebabkan lancarnya lalu lintas air dan udara. Sehubungan dengan peranan pasir dalam meningkatkan daya hantar air dan udara, Narka dan Wiyanti (1999) menemukan bahwa penambahan fraksi pasir pada tanah Vertisol sebanyak 50 % dari berat tanah Vertisol (tekstur liat) dapat meningkatkan daya hantar air dan udara (permeabilitas tanah) dari 0,11 cm/jam menjadi 129,20 cm/jam.

Hasil penelitian nilai erodibilitas tanah pada bekas hutan jati di Bali Barat dalam hubungannya dengan sifat fisik tanah juga menunjukkan bahwa semakin tinggi fraksi pasir terdapat kecenderungan erodibilitas semakin rendah, walaupun secara statistik tidak nyata. Hal ini disebabkan karena pasir kasar berukuran lebih besar sehingga sulit diangkut oleh aliran permukaan. Selain itu, fraksi pasir kasar akan menyebabkan permabilitas tanah menjadi cepat, aliran permukaan rendah sehingga tidak cukup energi untuk mengangkut pasir kasar. Semakin cepat permeabilitas tanah maka aliran permukaan (run off) akan semakin kecil. Aliran permukaan yang kecil tidak dapat


(25)

mengangkut fraksi pasir kasar yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepekaan tanah terhadap erosi (Narka, 2006).

Korelasi positif (tidak nyata) mulai ditemukan pada fraksi pasir sangat halus dan selanjutnya pada fraksi debu dan liat. Berdasarkan hasil penelitian ini tampak bahwa semakin kasar fraksi tanah yaitu mulai pasir halus, pasir sedang, pasir kasar, dan pasir sangat kasar koefisien korelasi bertanda negatif, tetapi sebaliknya semakin halus fraksi tanah yaitu mulai fraksi pasir sangat halus (0,10 – 0.05 mm) selanjutnya debu (0,05 -0,002 mm) dan liat (<-0,002mm) koefisien korelasi bertanda positif, hanya saja pada fraki liat dengan erodibilitas tanah tidak nyata (r = 0,236) dan fraksi pasir sangat halus dengan erodibilitas (r = 0,151). Korelasi positif sangat nyata ditemukan pada fraksi debu dengan erodibilitas tanah (r = 0,792 **). Semakin tinggi fraksi debu maka semakin tinggi nilai erodibilitas yang berarti semakin peka terhadap erosi. Debu sulit membentuk agregat yang mantap dan berukuran relative kecil sehingga mudah dihanyutkan oleh aliran permukaan. Tanah-tanah yang banyak mengandung debu paling mudah tererosi karena debu berukuran 0,002 – 0,05 mm sangat mudah dihanyutkan oleh air, cepat penurunan kapasitas infiltrasinya, dan rendah kemantapan strukturnya karena daya kohesi antara partikelnya sangat lemah. Sedangkan tanah pasir akan lebih tahan terhadap erosi, karena tanah pasir kaya akan pori-pori yang besar sehingga mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, pasir dengan ukuran yang lebih besar akan lebih sukar dihanyutkan, tapi tanah pasir mempunyai kemantapan struktur yang rendah karena antara partikel yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki daya ikat yang besar.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat korelasi negatif yang sangat nyata antara fraksi pasir kasar dengan KTK tanah ( r = -0,542 **), antara fraksi pasir sedang dengan KTK tanah (r= -0,523**) dan korelasi negative nyata antara pasir sangat kasar dengan KTK tanah (r= -0,442*). Semakin tinggi fraksi pasir, baik fraksi pasir sangat kasar, pasir kasar maupun pasir sedang, maka KTK tanah semakin rendah. Hal ini terjadi karena fraksi pasir mempunyai luas permukaan spesifik yang rendah sehingga tidak mampu mengadsorpsi kation-kation Foth (1998) menyatakan bahwa fraksi pasir dan debu menampilkan ikatan negatif yang tidak begitu baik karena luas permukaan spesifiknya yang rendah sehingga pasir mempunyai kapasitas tukar kation yang rendah. Selanjutnya Darmawijaya (1990) mengemukakan bahwa, fraksi pasir merupakan kerangka tanah atau penyokong tanah dalam terbentuknya struktur tanah sedangkan debu dan liat sebagai bahan pengisi diantara partikel pasir. Pasir mempunyai luas


(26)

permukaan jenis antara 11 – 227 cm2/g, sehingga fraksi pasir tidak banyak menentukan sifat kimia tanah

Korelasi positif yang sangat nyata ditemukan antara fraksi liat dengan nilai KTK tanah (r = 0,699 **), dan korelasi positif nyata antara fraksi debu dengan KTK tanah (r=0,354 *). Ini berarti semakin tinggi persentase liat, makin tinggi pula nilai KTK tanah. Hal ini dapat dijelaskan karena liat sebagian besar bermuatan negatif, luas permukaan spesifiknya paling besar (800 m2/g) sehingga mampu mengadsobsi kation-kation seperti Ca++, Mg++, K+yang merupakan elemen-elemen esensial. Kation-kation yang diadsorbsi bergerak dekat permukaan liat dan bertukar tempat satu dengan yang lainnya dan dengan kation-kation dalam larutan tanah. Kapasitas tanah untuk mengadsorbsi kation-kation yang dapat ditukar disebut kapasitas tukar kation KTK). Kation-kation dapat ditukar yang diadsorbsi tidak dapat tercuci dari tanah dan tersedia untuk dapat digunakan oleh tanaman (Suripin, 2002). Jadi tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cenderung mempunyai kapasitas tukar kation tinggi untuk menahan air maupun unsur hara sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Tan (1991) bahwa makin halus tekstur tanah, makin besar nilai KTK tanah.


(27)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Fraksi pasir sangat kasar berkorelasi negatif sangat nyata dengan erodibilitas tanah (r = -0,464 **) dan berkorelasi nyata dengan KTK tanah (r = -0,442 *). 2. Fraksi pasir kasar maupun pasir sedang berkorelasi negatif sangat nyata dengan

kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah.

3. Fraksi pasir halus berkorelasi negatif tidak nyata dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah.

4. Fraksi pasir sangat halus menunjukkan korelasi positif tidak nyata dengan kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah. Semakin kecil ukuran partikel tanah semakin mengarah kepada korelasi positif pada kadar air tanah, erodibilitas tanah dan KTK tanah.

5. Fraksi debu berkorelasi positif sangat nyata dengan eroibilitas tanah ( r = 0,792 **) dan berkorelasi positif nyata dengan KTK tanah ( r = 0,354 *).

6. Fraksi liat berkorelasi positif sangat nyata dengan kadar air tanah dan KTK tanah dengan koefisien korelasi masing-masing 0,632 ** dan 0,699 **

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melalukan penelitian lanjutan mengenai korelasi fraksi tanah dengan sifat-sifat tanah lainnya seperti kadar P tanah, kadar nitrogen tanah dan kadar kalium tanah .


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Bogor. 290 p

Badan Kerjasama Ilmu Tanah. 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 245 p.

Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 411 p.

Foth, H.D. 1998. Dasar-dasar Ilmu tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 782 p.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, Go Ban Hong, H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. 488 p. Kohnke, H. 1989. Fisika Tanah. Terjemahan B.D. Kertonegoro. Jurusan Tanah Fak.

Pertanian UGM. Yogyakarta. 264 p.

Narka, I W. 1997. Karakteristik air tanah pada tanah bertekstur pasir, lempung dan liat. Majalah Ilmiah Unud. 49. (23) : 111115.

Narka, I W. dan Wiyanti. 1999. Pengaruh pemberian pasir terhadap sifat fisik tanah Vertisol. Agritrop Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 18 (1) : 1115

Narka, I W. 2006. Nilai Erodibilitas Tanah pada Lahan Bekas Hutan Jati di Bali Barat dan Hubungannya dengan Beberapa Sifat Fisik Tanah. Agritrop Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 25 (4) : 134-139

Rosmarkam, A. Dan N. W. Yuwono. 2006. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit PT Kanisius Jakarta. 224 p.

Sarief, E.S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 157 p

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Ed. I. Penerbit Andi Yogyakarta. 210 p.

Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra, R.D.S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Pt. Rineka Cipta. Jakarta. 447 p.

Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Pt. Rineka Cipta. Jakarta. 152 p.

Tan, K.H. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H. Goenadi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 295 p.

Wischmeier, W.H., C.B.Johnson, and B.V. Cross. (1971). A Soil Erodibility, Monograph for farmland and Construction Siles. J. Soil & Water Conservation. p. 189 - 193


(29)

Lampiran 1. Hasil Analisis Fraksi Partikel Tanah No.

Lab.

Asal Tanah Pasir sangat

Kasar (%)

Pasir Kasar

(%)

Pasir Sedang

(%)

Pasir Halus

(%)

Pasir sangat

Halus (%)

Debu (%)

Liat (%)

1 Karangasem 2.186 41.060 26.061 4.972 1.313 21.552 2.856

2 Bangli 1.348 29.172 18.199 7.802 2.984 30.371 10.124

3 Gianyar 5.873 18.943 15.054 13.461 2.987 33.021 10.66

4 Bangli 1.791 26.573 18.064 8.372 1.574 27.527 16.101

5 Jembrana 4.021 7.788 9.526 10.315 2.454 55.518 10.377

6 karangasem 19.643 22.959 18.650 18.829 3.300 12.725 3.895

7 Jembrana 3.428 17.413 22.077 18.126 2.556 35.1 1.3

8 Jembrana 25.118 24.270 8.538 5.317 2.357 28.45 5.949

9 Bangli 2.293 9.692 20.022 21.783 4.390 25.456 16.364

10 Karangasem 27.873 26.305 15.218 11.479 2.246 10.387 6.492

11 Karangasem 4.037 11.912 17.678 18.932 3.015 34.035 10.392

12 Singaraja 4.849 11.858 14.931 15.173 2.509 29.688 21.094

13 Badung 3.572 11.112 11.960 13.804 1.818 32.248 25.486

14 Badung 5.871 12.280 11.415 14.185 3.753 11.175 41.32

15 Klungkung 12.002 12.341 9.476 11.793 3.434 38.476 12.479

16 Klungkung 16.135 16.382 12.357 14.257 3.761 29.583 7.525


(30)

Lampiran 1. (lanjutan) No.

Lab.

Asal Tanah Pasir sangat

Kasar (%)

Pasir Kasar

(%)

Pasir Sedang

(%)

Pasir Halus

(%)

Pasir sangat

Halus (%)

Debu (%)

Liat (%)

18 Klungkung 3.451 13.552 17.501 20.523 3.671 32.99 8.313

19 Tabanan 1.061 2.076 4.834 6.752 1.818 56.159 27.3

20 Gianyar 5.319 6.942 10.522 9.638 3.131 43.659 20.79

21 Gianyar 1.663 3.467 5.666 10.688 4.471 55.079 18.966

22 Tabanan 0.395 1.299 3.319 8.097 2.400 46.795 37.696

23 Bangli 0.820 8.653 14.210 15.109 4.620 50.877 5.711

24 Denpasar 0.830 3.907 8.894 14.865 4.151 52.01 15.343

25 Badung 5.224 9.855 9.634 13.332 3.551 38.158 20.247

26 Jembrana 7.301 7.061 6.565 9.238 2.224 45.767 21.843

27 Singaraja 5.596 10.839 10.076 15.320 4.427 34.01 19.731

28 Klungkung 3.407 9.168 13.364 17.835 4.228 41.08 10.92

29 Denpasar 0.775 1.882 5.326 13.056 2.673 55.53 20.759

30 Badung 0.209 2.270 7.807 11.403 2.522 53.468 22.321

31 Badung 5.359 7.223 7.738 12.706 4.146 41.279 21.548


(31)

Lampiran 2. Analisis Sifat Fisik Tanah No Lab Klas tekstur tanah Kadar air (%) Kadar C-Organik (%) Kapasitas tukar kation Kelas Struktur Permeabilitas tanah (cm/jam) Kelas Permeabilitas 1 Pasir

berlempung 5.166 1.819 5.693

Granuler

halus (2) 30.24 (SC)

1 2 Lempung

berpasir 8.31 2.688 22.095

Granuler

kasar (3) 8.96 (AC) 2 3 Lempung

berpasir 9.56 3.415 30.239

Granuler

kasar (3) 10.58 (AC) 2 4 Lempung

berpasir 7.176 3.588 32.908

Granuler

kasar (3) 12.34 (AC) 2 5 Lempung

berdebu 3.92 2.62 12.886

angular blocky

(4)

4.89 (S) 3 6 Pasir

berlempung 3.439 0.806 9.130

Granuler

halus (2) 28.51 (SC) 1 7 Lempung

berpasir 6.935 2.698 5.610

Granuler

halus (2) 25.98 (SC) 1 8 Lempung

berpasir 5.42 2.054 5.693

Granuler

kasar (3) 11.70 (AC) 2 9 Lempung

berpasir 5.105 3.243 20.180

Granuler

kasar (3) 5.10 (S) 3 10 Pasir

berlempung 3.92 1.62 12.886

Granuler

halus (2) 20.48 (C) 1 11 Lempung

berpasir 6.457 3.063 24.728

Granuler

kasar (3) 9.86 (AC) 2 12

Lempung 8.422 3.599 37.514

angular blocky

(4)

4.26 (S) 3 13

Lempung 9.171 3.882 23.149

angular blocky

(4)

3.80 (S) 3 14

Lempung 15.123 3.588 35.097

angular blocky

(4)

2.95 (S) 3 15 Lempung 11.946 3.053 22.389 Granuler

kasar (3) 9.26 (AC) 2 16 Lempung

berpasir 9.223 4.255 19.879

Granuler

halus (2) 15.67 (C) 1 17 Pasir

berlempung 6.176 3.599 24.845

angular blocky

(4)

4.72 (S) 3 Keterangan : AC = Agak Cepat, SC = Sangat Cepat, S = Sedang,


(32)

Lampiran 2. (lanjutan) No Lab Klas tekstur tanah Kadar air (%) Kadar C-Organik (%( Kapasitas tukar kation Kelas Struktur Permeabilitas tanah (cm/jam) Kelas Permeabilitas 18 Lempung

berliat 3.745 2.829 9.13

Granuler

halus (2) 10.29 (AC) 2 19 Lempung

berpasir 9.004 4.442 34.657

angular blocky (4) 4.58 (S) 3 20 Lempung liat berdebu

9.705 3.882 19.705

angular blocky (4) 5.11 (S) 3 21

Lempung 11.138 2.243 34.541

angular blocky (4) 7.62 (AC) 2 22 Lempung

berdebu 12.412 3.942 31.251

angular blocky (4) 3.84 (S) 3 23 Lempung liat berdebu

8.128 2.882 10.929 Granuler kasar (3)

8.96 (AC)

2 24 Lempung

berdebu 11.785 3.063 37.746

Granuler

kasar (3) 4.59 (S) 3 25 Lempung

berdebu 12.697 2.819 25.207

angular blocky (4) 3.86 (S) 3 26

Lempung 12.412 3.942 31.251

angular blocky (4) 5.20 (S) 3 27

Lempung 12.319 3.063 26.283

angular blocky

(4)

11.82 (AC)

2 28 Lempung 7.335 6.400 28.955 Granuler

kasar (3) 9.56 (AC) 2 29

Lempung 11.657 4.545 27.181

angular blocky (4) 3.80 (S) 3 30 Lempung

berdebu 10.248 3.198 36.112

angular blocky (4) 4.58 (S) 3 31 Lempung

berdebu 6.176 3.723 24.845

angular blocky

(4)

3.41 (S)

3 32 Lempung 10.705 3.882 19.705 Granuler

kasar (3) 9.46 (AC) 2 Keterangan : AC = Agak Cepat


(33)

Lampiran 3. Perhitungan Erodibilitas Tanah No

Lab Persentase

liat M

Kadar C-Organik Tanah (a)

Klas Struktur Tanah (b)

Permeabilitas tanah (c)

Erodibilitas Tanah (K)

1 2.856 2221.183 1.819 2 1 0.091

2 10.124 2997.843 2.688 3 2 0.189

3 10.660 3216.936 3.415 3 2 0.169

4 16.101 2441.544 3.588 3 2 0.120

5 10.377 5195.645 2.62 4 3 0.426

6 3.895 1540.085 0.806 2 1 0.059

7 1.300 3716.672 2.698 2 1 0.164

8 5.949 2897.446 2.054 3 2 0.210

9 16.364 2496.221 3.243 3 3 0.168

10 6.492 1181.279 1.62 2 1 0.014

11 10.392 3319.956 3.063 3 2 0.193

12 21.094 2540.508 3.599 4 3 0.199

13 25.486 2538.365 3.882 4 3 0.189

14 41.320 875.998 3.588 4 3 0.118

15 12.479 3667.969 3.053 3 2 0.215

16 7.525 3083.525 4.255 2 1 0.049


(34)

Lampiran 3. (lanjutan) No

Lab Persentase

liat M

Kadar C-Organik Tanah (a)

Klas Struktur Tanah (b)

Permeabilitas tanah (c)

Erodibilitas Tanah (K)

18 91.687 3361.298 2.829 2 2 0.165

19 72.700 4214.931 4.442 4 3 0.234

20 79.210 3706.199 3.882 4 3 0.245

21 81.034 4825.536 2.243 4 2 0.395

22 62.304 3065.028 3.942 4 3 0.211

23 94.289 5232.766 2.882 3 2 0.332

24 84.657 4754.455 3.063 3 3 0.318

25 79.753 3326.386 2.819 4 3 0.280

26 78.157 3750.836 3.942 4 3 0.244

27 80.269 3085.337 3.063 4 2 0.220

28 89.080 4036.005 6.400 3 2 0.030

29 79.241 4612.09 4.545 4 3 0.242

30 77.679 4349.246 3.198 4 3 0.324

31 78.452 3563.661 3.723 4 3 0.247


(1)

Lampiran 1. Hasil Analisis Fraksi Partikel Tanah No.

Lab.

Asal Tanah Pasir sangat

Kasar (%)

Pasir Kasar

(%)

Pasir Sedang

(%)

Pasir Halus

(%)

Pasir sangat

Halus (%)

Debu (%)

Liat (%)

1 Karangasem 2.186 41.060 26.061 4.972 1.313 21.552 2.856 2 Bangli 1.348 29.172 18.199 7.802 2.984 30.371 10.124 3 Gianyar 5.873 18.943 15.054 13.461 2.987 33.021 10.66 4 Bangli 1.791 26.573 18.064 8.372 1.574 27.527 16.101 5 Jembrana 4.021 7.788 9.526 10.315 2.454 55.518 10.377 6 karangasem 19.643 22.959 18.650 18.829 3.300 12.725 3.895 7 Jembrana 3.428 17.413 22.077 18.126 2.556 35.1 1.3 8 Jembrana 25.118 24.270 8.538 5.317 2.357 28.45 5.949 9 Bangli 2.293 9.692 20.022 21.783 4.390 25.456 16.364 10 Karangasem 27.873 26.305 15.218 11.479 2.246 10.387 6.492 11 Karangasem 4.037 11.912 17.678 18.932 3.015 34.035 10.392 12 Singaraja 4.849 11.858 14.931 15.173 2.509 29.688 21.094 13 Badung 3.572 11.112 11.960 13.804 1.818 32.248 25.486 14 Badung 5.871 12.280 11.415 14.185 3.753 11.175 41.32 15 Klungkung 12.002 12.341 9.476 11.793 3.434 38.476 12.479 16 Klungkung 16.135 16.382 12.357 14.257 3.761 29.583 7.525 17 Tabanan 1.538 3.203 5.245 9.603 2.846 49.289 28.276


(2)

Lampiran 1. (lanjutan) No.

Lab.

Asal Tanah Pasir sangat

Kasar (%)

Pasir Kasar

(%)

Pasir Sedang

(%)

Pasir Halus

(%)

Pasir sangat

Halus (%)

Debu (%)

Liat (%)

18 Klungkung 3.451 13.552 17.501 20.523 3.671 32.99 8.313 19 Tabanan 1.061 2.076 4.834 6.752 1.818 56.159 27.3 20 Gianyar 5.319 6.942 10.522 9.638 3.131 43.659 20.79 21 Gianyar 1.663 3.467 5.666 10.688 4.471 55.079 18.966 22 Tabanan 0.395 1.299 3.319 8.097 2.400 46.795 37.696 23 Bangli 0.820 8.653 14.210 15.109 4.620 50.877 5.711 24 Denpasar 0.830 3.907 8.894 14.865 4.151 52.01 15.343 25 Badung 5.224 9.855 9.634 13.332 3.551 38.158 20.247 26 Jembrana 7.301 7.061 6.565 9.238 2.224 45.767 21.843 27 Singaraja 5.596 10.839 10.076 15.320 4.427 34.01 19.731 28 Klungkung 3.407 9.168 13.364 17.835 4.228 41.08 10.92 29 Denpasar 0.775 1.882 5.326 13.056 2.673 55.53 20.759 30 Badung 0.209 2.270 7.807 11.403 2.522 53.468 22.321 31 Badung 5.359 7.223 7.738 12.706 4.146 41.279 21.548 32 Jembrana 6.298 13.413 13.703 15.459 3.383 28.489 19.256


(3)

No Lab Klas tekstur tanah Kadar air (%) Kadar C-Organik (%) Kapasitas tukar kation Kelas Struktur Permeabilitas tanah (cm/jam) Kelas Permeabilitas 1 Pasir

berlempung 5.166 1.819 5.693

Granuler

halus (2) 30.24 (SC)

1

2 Lempung

berpasir 8.31 2.688 22.095

Granuler

kasar (3) 8.96 (AC) 2

3 Lempung

berpasir 9.56 3.415 30.239

Granuler

kasar (3) 10.58 (AC) 2

4 Lempung

berpasir 7.176 3.588 32.908

Granuler

kasar (3) 12.34 (AC) 2

5 Lempung

berdebu 3.92 2.62 12.886

angular blocky

(4)

4.89 (S) 3

6 Pasir

berlempung 3.439 0.806 9.130

Granuler

halus (2) 28.51 (SC) 1

7 Lempung

berpasir 6.935 2.698 5.610

Granuler

halus (2) 25.98 (SC) 1

8 Lempung

berpasir 5.42 2.054 5.693

Granuler

kasar (3) 11.70 (AC) 2

9 Lempung

berpasir 5.105 3.243 20.180

Granuler

kasar (3) 5.10 (S) 3

10 Pasir

berlempung 3.92 1.62 12.886

Granuler

halus (2) 20.48 (C) 1 11 Lempung

berpasir 6.457 3.063 24.728

Granuler

kasar (3) 9.86 (AC) 2 12

Lempung 8.422 3.599 37.514

angular blocky

(4)

4.26 (S) 3

13

Lempung 9.171 3.882 23.149

angular blocky

(4)

3.80 (S) 3

14

Lempung 15.123 3.588 35.097

angular blocky

(4)

2.95 (S) 3

15 Lempung 11.946 3.053 22.389 Granuler

kasar (3) 9.26 (AC) 2 16 Lempung

berpasir 9.223 4.255 19.879

Granuler

halus (2) 15.67 (C) 1 17 Pasir

berlempung 6.176 3.599 24.845

angular blocky

(4)

4.72 (S) 3


(4)

Lampiran 2. (lanjutan) No Lab Klas tekstur tanah Kadar air (%) Kadar C-Organik (%( Kapasitas tukar kation Kelas Struktur Permeabilitas tanah (cm/jam) Kelas Permeabilitas 18 Lempung

berliat 3.745 2.829 9.13

Granuler

halus (2) 10.29 (AC) 2 19 Lempung

berpasir 9.004 4.442 34.657

angular blocky (4) 4.58 (S) 3 20 Lempung liat berdebu

9.705 3.882 19.705

angular blocky (4) 5.11 (S) 3 21

Lempung 11.138 2.243 34.541

angular blocky (4) 7.62 (AC) 2 22 Lempung

berdebu 12.412 3.942 31.251

angular blocky (4) 3.84 (S) 3 23 Lempung liat berdebu

8.128 2.882 10.929 Granuler kasar (3)

8.96 (AC)

2 24 Lempung

berdebu 11.785 3.063 37.746

Granuler

kasar (3) 4.59 (S) 3

25 Lempung

berdebu 12.697 2.819 25.207

angular blocky (4) 3.86 (S) 3 26

Lempung 12.412 3.942 31.251

angular blocky (4) 5.20 (S) 3 27

Lempung 12.319 3.063 26.283

angular blocky

(4)

11.82 (AC)

2 28 Lempung 7.335 6.400 28.955 Granuler

kasar (3) 9.56 (AC) 2 29

Lempung 11.657 4.545 27.181

angular blocky (4) 3.80 (S) 3 30 Lempung

berdebu 10.248 3.198 36.112

angular blocky (4) 4.58 (S) 3 31 Lempung

berdebu 6.176 3.723 24.845

angular blocky

(4)

3.41 (S)

3 32 Lempung 10.705 3.882 19.705 Granuler

kasar (3) 9.46 (AC) 2 Keterangan : AC = Agak Cepat


(5)

No

Lab Persentase

liat M

Kadar C-Organik Tanah (a)

Klas Struktur Tanah (b)

Permeabilitas tanah (c)

Erodibilitas Tanah (K)

1 2.856 2221.183 1.819 2 1 0.091

2 10.124 2997.843 2.688 3 2 0.189

3 10.660 3216.936 3.415 3 2 0.169

4 16.101 2441.544 3.588 3 2 0.120

5 10.377 5195.645 2.62 4 3 0.426

6 3.895 1540.085 0.806 2 1 0.059

7 1.300 3716.672 2.698 2 1 0.164

8 5.949 2897.446 2.054 3 2 0.210

9 16.364 2496.221 3.243 3 3 0.168

10 6.492 1181.279 1.62 2 1 0.014

11 10.392 3319.956 3.063 3 2 0.193

12 21.094 2540.508 3.599 4 3 0.199

13 25.486 2538.365 3.882 4 3 0.189

14 41.320 875.998 3.588 4 3 0.118

15 12.479 3667.969 3.053 3 2 0.215

16 7.525 3083.525 4.255 2 1 0.049


(6)

Lampiran 3. (lanjutan) No

Lab Persentase

liat M

Kadar C-Organik Tanah (a)

Klas Struktur Tanah (b)

Permeabilitas tanah (c)

Erodibilitas Tanah (K)

18 91.687 3361.298 2.829 2 2 0.165

19 72.700 4214.931 4.442 4 3 0.234

20 79.210 3706.199 3.882 4 3 0.245

21 81.034 4825.536 2.243 4 2 0.395

22 62.304 3065.028 3.942 4 3 0.211

23 94.289 5232.766 2.882 3 2 0.332

24 84.657 4754.455 3.063 3 3 0.318

25 79.753 3326.386 2.819 4 3 0.280

26 78.157 3750.836 3.942 4 3 0.244

27 80.269 3085.337 3.063 4 2 0.220

28 89.080 4036.005 6.400 3 2 0.030

29 79.241 4612.09 4.545 4 3 0.242

30 77.679 4349.246 3.198 4 3 0.324

31 78.452 3563.661 3.723 4 3 0.247