PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WARISAN UNTUK ANAK PEREMPUAN MENURUT ADAT PAKPAK DI DESA NAMUSENG KECAMATAN SITELUTALI URANG JULU KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG WARISAN UNTUK ANAK PEREMPUAN MENURUT ADAT PAKPAK

DI DESA NAMUSENG KECAMATAN SITELU TALI URANG JULU KABUPATEN

PAKPAK BHARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Kasri Tumangger Nim.308111059

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Kasri Tumangger, NIM : 308111059, Persepsi Masyarakat Tentang Warisan Untuk Anak Perempuan Menurut Adat Pakpak Di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat. Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : untuk mengetahui dan memahami Persepsi Masyarakat Tentang Warisan Untuk Anak Perempuan Menurut Adat Pakpak Di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah observasi, dan penyebaran angket. Untuk mendapatkan data maka penulis mengambil populasi warga desa Namuseng yang sudah mengawinkan anak perempuan yaitu sebanyak 160 KK (Kepala Keluarga). Dan menetapkan sampel sebanyak 25% yaitu 40 KK yang ditetapkan secara acak sederhana (Random Sampeling. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik analisis data yang digunakana adalah dengan menggunkan rumus tabel frekuensi.

Hasil dari penelitian ini adalah menurut adat Pak-Pak yang berhak sebagai ahli waris adalah anak laki-laki; setelah keluarnya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961 tentang kedudukan anak perempuan dalam harta warisan menurut adat Pak-Pak di desa Namuseng tidak ada perubahan, atau adat Pak-Pak masih dipertahankan; demikian juga dengan keadaan reformasi saat ini kedudukan anak perempuan dalam harta warisan masih mempertahankan adat Pak-Pak.


(5)

ABSTRACT

Kasri Tumangger , NIM: 308111059, the public perception about the Inheritance for girls according to Custom In Namuseng village of the subdistrict na Sprzedaż Sitelu tali urang Julu Pakpak Bharat Regency. Pancasila and Citizenship Education majors, Faculty of social sciences, State University of Medan

The goals of this research are: to know and understand the public perception about the Inheritance for girls according to Custom In Namuseng village of the subdistrict na Sprzedaż Sitelu Rope Sosial Julu County Pak-Pak Bharat. The methods used in this study is a qualitative descriptive method. Tool collecting data that is used to obtain the data needed is observation, and the spread of Quesioner. To get the data the authors take a population already Namuseng villagers marry the daughter that is as much as 160 FAMILIES (Family Head). And set the sample as much as 25% . 40 assigned at random FAMILIES simple (Random Sampeling). In this study the author uses techniques of data analysis that is either using a formula digunakana with frequency table.

The results of this research are according to custom Pak-Pak, which is entitled as heirs are boys; After the break with the Supreme Court decision No. 179/K/SIP/1961 concerning the position of girls in possessions according to custom Pak-Pak in the village Namuseng there is no change, or custom Pak-Pak is retained; so it is with the current reform of the State the position of girls in possessions still maintain customs Pak-Pak.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nyalah penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan baik moral maupun materi dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyatakan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Msi, selaku Rektor UNIMED

2. Bapak Drs. H. Restu Msi, selaku Dekan FIS UNIMED beserta stafnya.

3. Ibu Drs. Yusna Melianti, M.H selaku ketua jurusan Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dan juga selaku dosen pembimbing akademik penulis selama mengikuti perkuliahan di FIS UNIMED.

4. Ibu Dra. Siti Bunga Sitohang, SH, M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis berupa bimbingan, motivasi, serta saran-saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Disol Berutu selaku kepala desa Namuseng yang telah memberi izin bagi penulis untuk melakukan peneltian.

6. Teristimewa kepada Ayah dan Ibunda tercinta J. Tumangger dan L br. Kesogihen yang telah membesarkan, mendidik dan menyekolahkan penulis, hingga skripsi ini dapat selesai seperti yang diharapkan. Dan semoga Tuhan Yesus Kristus selalu menjaga dan memberkati keduanya.

7. Buat saudara-saudariku tersayang : Tokmi Tumangger, Boike Tumangger, Junandri Tumangger yang selalu memberi dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Buat Febrina tersayang dan Ersal yang telah memberikan dukungan motivasi, waktu dan tenaganya kepada penulis.

9. Buat teman-teman seperjuangan PP-Kn stambuk 2008 yang telah memberikan dukungan, motifasi, kepada penulis.

10. Buat teman-temab satu kos No. 32 : Jurahman, Raynojum, Hulman, Daus dan juga L.Br Sagala.

11. Buat teman-teman yang tidak bisa disebut satu namanya penulis mengucapkan terima kasih banyak karena sudah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.


(7)

Medan, Juli 2012

Kasri Tumangger NIM. 308111059


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9

A. Kerangka Teori ... 9

B. Kerangka Berpikir... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Lokasi Penelitian... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 33

D. Teknik Pengumpulan Data... 33

E. Teknik Analisis Data... 34

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 35


(9)

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pendapat Responden Tentang Yang Mendapat WarisanItu hanya anak laki-laki 33 Tabel 2. Pendapat renponden kalau anak perempuan itu diberikan warisan ... 35

Tabel 3.Pendapat renponden terhadap seorang anak perempuan yang mempunyai hak waris jika dia memiliki saudara laki-laki... 36

Tabel 4. Pendapat renponden tentang seorang anak perempuan jika mempunyai kedudukan yang sama dengan anak laki-laki dalam pembagian

warisan... 37 Tabel 5.Pengetahuan responden terhadap seorang anak perempuan

apakah berhak mendapat warisan ... 38 Tabel 6. Pendapat renponden terhadap seorang anak perempua yang

menuntut hak warisan ... 39 Tabel 7. Pendapat renponden tentang adil tidaknya pembegian

warisan menurut adat pakpak ... 40

Tabel 8.Pendapat renponden tentang anak perempuan apakah sewajarnya kedudukannya dianggap sama deangan anak laki-laki dalam pembagian warisan, berdasarkanreformasi saat ini ... 41

Tabel 9.Pengalaman responden mengenai keputusan mahkamah agung No. 179/K/Sip/1961, tentang keduukan anak perempuan dalam harta warisan ... 42

Tabel 10.Tanggapan responden jika keluarga menyamaratakan hak waris antara perempuan dan laki-laki... 43

Tabel 11.Pendapat renponden jika seorang anak perempuan yang telah disekolahkan oleh orang tua sampai ke peerguruan tinggi tidak perlu lagi mendapat harta warisan ... 45 Tabel 12. .Pendapat renponden seorang anak perempuan mempunyai hak waris jika ia tidaka

memiliki saudara laki-laki... 46

Tabel 13. Kedudukan anak perempuan terhadapat harta warisan, jika ia tidaka memiliki saudara laki-laki menurut adat pakpak... ... 47


(11)

Tabel 14. Perlu tidaknya diadakan suatu perubahan tentang kedudukan anak perempuan dalam adat pakpak di desa Namuseng kecamatan setelu tali urang julu kabupaten pakpak Bharat ... 48

Tabel 15. Pendapat renponden terhadap anak perempuan setelah keluarnya keputusan mahkamah agung No. 179/K/Sip/1962 ... 50


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa, yang merupakan peristiwa hukum yaitu disebut meninggal dunia.

Apabila terjadi suatu peristiwa meninggalnya seseorang, hal ini merupakan peristiwa hukum yang sekaligus menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia itu. Penyelesaian hak-hak dan kewajiban seseorang tersebut diatur oleh hukum.

Jadi, warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari pewarisan kepada para warisnya. Dalam hal ini, bentuk dan sistem hukum khususnya hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan bentuk masyarakat. Bilamana disepakati bahwa hukum merupakan salah satu aspek kebudayaan baik rohaniah atau spiritual maupun kebudayaan jasmani, inilah barangkali salah satu penyebab mengapa adanya beraneka ragam sistem hukum terutama hukum kewarisan.

Masyarakat adat membentuk hukum dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Di Indonesia hukum waris adat bersifat pluralistik menurut suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Pada dasarnya hal itu disebabkan oleh sistem garis keturunan


(13)

yang berbeda-beda, yang menjadi dasar dari sistem suku-suku bangsa atau kelompok-kelompok etnik.

Hukum waris bagi bangsa Indonesia tidak berarti waris setelah seseorang pewaris meninggal dunia, melaikan dapat terjadi pewarisan dalam arti penunjukan atau penerusan harta kekayaan pewaris sejak pewaris masih hidup. Demikian corak hukum waris adat bangsa Indonesia yang selama ini berlaku, berbeda dengan hukum waris Islam atau hukum waris barat. Penguraian hukum waris adat ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran bagaimana hukum waris adat di Indonesia yang tidak terlepas hubungannya dengan susunan masyarakatnya diberbagai daerah yang berbeda-beda. Terutama memberikan uraian mengenai hukum adat yang menyangkut hukum waris itu sendiri serta tentang azas-azas dan sistem hukum waris adat pada umumnya di Indonesia.

Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa, yang merupakan hukum yaitu disebut meninggal dunia.

Hal ini merupakan persetujuan hukum yang sekaligus menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia itu. Penyelesaian hak-hak dan kewajiban seseorang tersebut diatur oleh hukum. Jadi, warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari pewaris kepada waris-warisnya.

Hukum waris merupakan salah satu bagian dari sistem kekeluargaan yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, pokok uraian tentang hukum waris adat bertitik tolak dari sifat


(14)

kekeluargaan yang terdapat di Indonesia menurut sistem keturunan. Setiap sistem keturunan yang terdapat dalam masyarakat Indonesia memiliki kekhususan dalam hukum warisnya, yang satu dengan yang lainnya berbeda.

Hukum waris yang berlaku bagi warga negara Indonesia yang dibagi dalam tiga kelompok seperti dikemukakan oleh Sadila dkk (2002:62) : “(1) Hukum Waris Barat; (2) Hukum Waris Islam; (3) Hukum Waris Adat”.

Seperti dikemukakan oleh Sadila dkk (2002:57), mengenai persekutuan hukum di Indonesia yang menyatakan : “(1) Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal); (2) Pertalian darah menurut garis ibu (Matrilineal); (3) Pertalian darah menurut garis bapak dan ibu (tata susunan parental)”.

Berdasarkan pendapat diatas, mengenai keberadaan hukum adat di Indonesia, perlu dipahami bagian-bagian dari hukum adat setiap suku yang mempunyai corak dan ragam. Keanekaragaman ini ditentukan oleh suku masing-masing walaupun diantara suku tersebut mempunyai persamaan. Susunan masyarakat merupakan garis kebapaan, contohnya suku Batak (Pak-Pak), suku Nias, Alas, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut garis keibuan misalnya : Minangkabau, Enggono dan menurut garis ibu dan bapak misalnya : Jawa, Sunda, Aceh, Bali dan lain sebagainya. Ketiga sistem kekeluargaan inilah yang menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris.

Menurut adat Pak-Pak yang pada dasarnya menganut pewarisan garis keturunan kebapaan (patrilineal). Sehingga berhak menjadi ahli waris adalah laki-laki sedangkan perempuan setelah menikah dengan sendirinya berpindah pada pihak suaminya. Dalam mencapau pembangunan masyarakat seutuhnya yang berdasarkan pancasila hingga diadakan


(15)

usaha untuk menetapkan perubahan hukum garis adat yaitu adanya kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Sebagai ahli waris sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung No.179/SIP/1961, tanggal 23-10-1961 (Soekanto, 2003:263) yang berbunyi sebagai berikut :

Berdasarkan atas perikemanusiaan dan keadilan umum, juga atas hakikat persamaan hak antara wanita dan pria, dalam beberapa keputusan menagmbil sikap dan menganggap sebagai hukum yang hidup di seluruh Indonesia, bahwa anak perempuan dan laki-laki dari seorang peninggal waris bersama-sama berhak atas harta waris dalam arti bahwa bagian anak laki-laki adalah sama dengan anak perempuan.

Berdasarkan kutipan diatas maka dengan demikian seorang anak perempuan memiliki hak waris terhadap harta peninggalan, maka adil kiranya kalau anak perempuan diberi bagian yang pasti dari harta peninggalan orang tuanya sebagai imbalan jasa-jasanya.

Berdasarkan hal itulah penulis tertarik untuk membahas dan mengadakan penelitian dan selanjutnya mengajukan judul : “ Persepsi Masyarakat Tentang Warisan Untuk Anak Perempuan Menurut Adat Pak Di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang ada, dalam suatu penelitian perlu di tentukan identifikasi masalah yang akan diteliti, agar penelitian menjadi terarah dan jelas tujuannya sehingga tidak menimbulkan terjadinya kesimpangsiuran dalam penelitian dan membahas masalah yang ada.

Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:36) “Untuk kepentinagn ilmiah, satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas”.


(16)

1. Kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

2. Kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961.

3. Pengaruh modernisasi terhadap kedudukan ank perempuan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

4. Dasar berlakunya hukum adat.

5. Hak anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

6. Yang dimaksud dengan harta warisan?

C. Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka perlu adanya pembatasan masalah untuk membantu mengarahkan dan mempermudah dalam penelitian lapanagn dan memungkinkan terciptanya hasil sebaik-baiknya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ali (2002:46) “Masalah yang menjadi pokok penelitian harus dirumuskan secara batas-batasnya, sebab itu perlu pula memenuhi syarat dalam perumusan yang terbatas”. Maka yang menjadi pembatasan masalah yang perlu dibuat adalah :

1. Kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat. 2. Kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan


(17)

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugiono (2009:55) “Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data”.

Dari uraian diatas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Bagaimana kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat

Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

2. Bagaiman kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sanagt penting untuk ditetapkan, karena setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, tentu hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Bahdin Nur Tanjung (2005:57) “Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian”.

Berdasarkan hal diatas adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.


(18)

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961.

F. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian seharusnya memberikan manfaat. Penelitian ini akan bermanfaat bial tujuan yang diharapkan sudah tercapai. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka diharapkan untuk :

a. Bagi Peneliti

1. Untuk mengetahui dan memahami secara jelas kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

2. Untuk menambah dan meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang hukum adat pada umumnya dan warisan menurut hukum adat Pak-Pak khususnya.

b. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat Pak-Pak merupakan informasi ilmiah untuk dikaji lebih dalam lagi demi kelestarian hukum adat Pak-Pak khususnya kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan, serta tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya.

c. Bagi Pembangunan

Merupakan khasanah hukum di Indonesia khususnya hukum adat. d. Bagi Bangsa dan Negara

Untuk melestarikan hukum adat sebagai sumber kekayaan budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam.


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisa dan evaluasi data penelitian yang diperoleh penulis, maka menurut adat Pakpak yang berhak sebagai ahli waris adalah anak laki-laki.

2. Seorang perempuan dianggap sah sebagai ahli waris terhadap harta orang tuanya jika dia tidak mempunyai saudara laki-laki.

3. Seorang perempuan berhak mendapat warisan dari orangtunya tetapi tidak sebesar bagian anak laki-laki.

4. Setelah di kelurakannya Keputusan Mahkamah Agung NO.179/K/SIP/1961, tentang kedudukan anak perempuan dalam harta warisan; perubahan kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut adat Pakpak Di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat tidak ada atau adat Pakpak masih dipertahankan.


(20)

B. Saran

Menurut pemahaman penulis, maka adat Pakpak perlu diketahui dan dipahami sertadilestarikan. Oleh karena itu penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Kepada masyarakat Pakpak, khususnya yang berdomisili di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat agar meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap adat khususnya adat yang mengatur harta warisan terutama bagi generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa dan negara.

2. Berdasarkan reformasi saat ini dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, ada baiknya jika diadakan perubahan atau perbaikan terhadap adat Pakpak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat tentang kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan dan disesuaikan dengan Keputusan Mahkamah Agung NO.179/K/SIP/1961.

3. Perlu diberikan penyuluhan hukum bagi masyarakat Namuseng mengenai emansipasi wanita khususnya mengenai kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut adat Pakpak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2000. Sosiologi kelompok dan masalah sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Afandi Ali. 2000. Hukum waris, hukum keluarga, hukum pembuktian. Jakarta : Rineka Cipta

Ali Muhammad. 2002. Penelitian Pendidikan. Bandung : Aksara

Anwar Chairul. 1987. Hukum Adat Indonesia (Meninjau Hukum Adat

Minangkabau). Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta _________________2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana

Depdiknas. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Hadikusuma hilman. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung : Mandar Maju

Haar ter. 2001. Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat. Jakarta : Pradnya Paramita

Cijati. 2010. (http//www.hartawarisan.orgawarisan.). diakses 28 maret

2012 (online)

Pedoman penulisan skripsi FIS-UNIMED. 2000. Medan

Rival Voithzzal. 2003. Kepeminpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada


(22)

Robbins, Stephen P dan Judge, Thimoty A. 2008. Perilaku Organisasi:

organization behaviour. Jakarta : Salemba Empat

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Soekanto Soerjono. 1998. Hukum Adat Indonesia. Cetakan ke enam. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soepomo. 1970. Bab-Bab Tentang Hukum Adat. Jakarta : Grafiti Press

Suparman eman. 2005. Hukum Waris Indonesia Dengan Perspektif Islam,


(1)

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugiono (2009:55) “Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data”.

Dari uraian diatas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Bagaimana kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat

Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

2. Bagaiman kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sanagt penting untuk ditetapkan, karena setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, tentu hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Bahdin Nur Tanjung (2005:57) “Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian”.

Berdasarkan hal diatas adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.


(2)

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak perempuan menurut hukum adat Pak-Pak dengan adanya keputusan Mahkamah Agung No.179/K/SIP/1961.

F. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian seharusnya memberikan manfaat. Penelitian ini akan bermanfaat bial tujuan yang diharapkan sudah tercapai. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka diharapkan untuk :

a. Bagi Peneliti

1. Untuk mengetahui dan memahami secara jelas kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut hukum adat Pak-Pak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.

2. Untuk menambah dan meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang hukum adat pada umumnya dan warisan menurut hukum adat Pak-Pak khususnya.

b. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat Pak-Pak merupakan informasi ilmiah untuk dikaji lebih dalam lagi demi kelestarian hukum adat Pak-Pak khususnya kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan, serta tambahan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya.

c. Bagi Pembangunan

Merupakan khasanah hukum di Indonesia khususnya hukum adat. d. Bagi Bangsa dan Negara

Untuk melestarikan hukum adat sebagai sumber kekayaan budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisa dan evaluasi data penelitian yang diperoleh penulis, maka menurut adat Pakpak yang berhak sebagai ahli waris adalah anak laki-laki.

2. Seorang perempuan dianggap sah sebagai ahli waris terhadap harta orang tuanya jika dia tidak mempunyai saudara laki-laki.

3. Seorang perempuan berhak mendapat warisan dari orangtunya tetapi tidak sebesar bagian anak laki-laki.

4. Setelah di kelurakannya Keputusan Mahkamah Agung NO.179/K/SIP/1961, tentang kedudukan anak perempuan dalam harta warisan; perubahan kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut adat Pakpak Di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat tidak ada atau adat Pakpak masih dipertahankan.


(4)

B. Saran

Menurut pemahaman penulis, maka adat Pakpak perlu diketahui dan dipahami sertadilestarikan. Oleh karena itu penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Kepada masyarakat Pakpak, khususnya yang berdomisili di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat agar meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap adat khususnya adat yang mengatur harta warisan terutama bagi generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa dan negara.

2. Berdasarkan reformasi saat ini dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, ada baiknya jika diadakan perubahan atau perbaikan terhadap adat Pakpak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat tentang kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan dan disesuaikan dengan Keputusan Mahkamah Agung NO.179/K/SIP/1961.

3. Perlu diberikan penyuluhan hukum bagi masyarakat Namuseng mengenai emansipasi wanita khususnya mengenai kedudukan anak perempuan terhadap harta warisan menurut adat Pakpak di Desa Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pak-Pak Bharat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2000. Sosiologi kelompok dan masalah sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Afandi Ali. 2000. Hukum waris, hukum keluarga, hukum pembuktian. Jakarta : Rineka Cipta

Ali Muhammad. 2002. Penelitian Pendidikan. Bandung : Aksara

Anwar Chairul. 1987. Hukum Adat Indonesia (Meninjau Hukum Adat Minangkabau). Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

_________________2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana

Depdiknas. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Hadikusuma hilman. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung : Mandar Maju

Haar ter. 2001. Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat. Jakarta : Pradnya Paramita

Cijati. 2010. (http//www.hartawarisan.orgawarisan.). diakses 28 maret 2012 (online)

Pedoman penulisan skripsi FIS-UNIMED. 2000. Medan

Rival Voithzzal. 2003. Kepeminpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada


(6)

Robbins, Stephen P dan Judge, Thimoty A. 2008. Perilaku Organisasi: organization behaviour. Jakarta : Salemba Empat

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Soekanto Soerjono. 1998. Hukum Adat Indonesia. Cetakan ke enam. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soepomo. 1970. Bab-Bab Tentang Hukum Adat. Jakarta : Grafiti Press

Suparman eman. 2005. Hukum Waris Indonesia Dengan Perspektif Islam, Adat, Dan BW. Bandung : Refika Aditama