PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT.

(1)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA PELAJARAN

SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU

SISWA DALAM HIDUP SEHAT

DISERTASI

Diajukanuntukmemenuhisebagiansyarat

untukmemperolehgelarDoktorIlmuPendidikan

BidangPengembanganKurikulum

oleh

Rita Patriasih

NIM. 0809002

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2015

HALAMAN PENGESAHAN DISERTASI

RITA PATRIASIH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF

CONTROL PADA MATA PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK

MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Disetujuidandisahkanolehpanitiadisertasi:

Promotor

Prof. Dr. As‟ariDjohar, M.Pd. NIP. 19501205 197903 1001

Kopromotor

Prof. Dr. MulyaniSumantri, M.Sc. NIP. 19390721 196210 2001

Anggota

Dr. Toto Ruhimat. M.Pd NIP. 19571121 198503 1001

Mengetahui,


(3)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

.

Dr. Rusman, M.Pd NIP. 19720505 199802 1001 HALAMAN PERNYATAAN

Denganinisayamenyatakanbahwadisertasidenganjudul "Penerapan Model PembelajaranInquiryBerbasisSelf Controlpada Mata PelajaranSanitasi Hygiene untukMeningkatkanPerilakuSiswadalamHidupSehat"

besertaseluruhisinyaadalahbenar-benarkaryasayasendiri.

Sayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang tidaksesuaidenganetikailmu yang berlakudalammasyarakatkeilmuan. Ataspernyataanini, sayasiapmenanggungresiko/sanksiapabila di kemudianhariditemukanadanyapelanggaranetikakeilmuanatauadaklaimdaripihak lain terhadapkeasliankaryasayaini.

Bandung, 31 Agustus 2015 Yang membuatpernyataan


(4)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT ataskekuatan yang diberikanoleh-Nya sehinggapenulisdapatmenyelesaikandisertasiini. Penelitianiniberjudul “Penerapan Model PembelajaranInquiryBerbasisSelf

ControlPada Mata PelajaranSanitasi Hygiene

untukMeningkatkanPerilakuSiswadalamHidupSehat”.

Penelitianinibertujuanuntukmengimplementasikan model pembelajaraninquiry yang tepat yang dapatmeningkatkanperilakusiswadalamhidupsehat. Perilakuhidupsehat yang dimaksudberkaitaneratdengantuntutansiswa SMK Program StudiKeahlian Tata Bogasebagaiseorangcalonfood handleryaitumemilikiperilaku hygiene yang baik.

Penerapan model

pembelajarandalampenelitianinidituangkandalamlimabagian.

Kelimabagiantersebutmeliputilatarbelakangpermasalahan, hasilkajianpustaka yang dijadikanlandasanteoritis, metodologipenelitian, hasilpenelitiandenganpembahasannya, simpulandan saran.

PembelajaranInquiryBerbasisSelf Control (IBSC) yang telahditerapkandalampenelitianinimenyumbangkanperbaikandalam proses pembelajarankhususnyauntukmeningkatkanperilakusiswadalamhidupsehat. Diawalidengantahaporientasimengidentifikasi masalahdarikasus yang

disajikanoleh guru

dikaitkandenganmasalahperilakuhygienesiswadandilanjutkandengantahapperumu sanhipotesis. Selanjutnyatahappengumpulaninformasi,


(5)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalamtahapinidibangunlandasanberpijakdalammerumuskanperilakukhusus yang dijadikan target yang dilanjutkandengandenganeksplorasi di manasiswamengembangkanhasilpengumpulan data yang dianalisismenjadi program self control yang disusundanditetapkanperilakuyang akandipertahankan, ditingkatkandandirubah. Tahappembuktianmerupakan poses klarifikasidarihasiltemuandilakukandenganmelibatkansiswa lain untukpengambilankesimpulanpemecahanmasalahberupaprosedurperilaku.

Penelitianeksperimenpenerapanpembelajarandengan model IBSC dalamdisertasiinimembuktikanhasil yang menunjukkankeunggulan model pembelajaraniniyaitudapatmeningkatkansecarasignifikanperilakusiswadalamhidu psehatbaikdaripengetahuan, sikapmaupuntindakan. Olehkarenaitu model pembelajaraninidapatdijadikanalternatif yang digunakanpadapembelajaran yang yangdapatmerubahperilakusiswamencapaikompetensi yang diharapkan.

Penulismenyadarisepenuhnyabahwadisertasiinibukanlahkarya yang sempurnakarenakesempurnaanhanyalahmilik Allah SWT. Kritikdan saran

perbaikanpenulisharapkandaripembaca.

Mudah-mudahankaryainimampumemberikanmanfaatbagipengembanganpembelajarandan kurikulum di sekolah.

Bandung, 31 Agustus 2015

Penulis Rita Patriasih ii


(6)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahhirobil „alamin

Penulismenyadaribahwapenyelesaianpenulisandisertasiinimerupakansuatu proses yang panjang yang membutuhkanperhatianpenuh. Terselesaikannyadisertasiiniberkatadanyadukungandalambentukbimbingan, pengarahandorongandanbantuandaribanyakpihak.

Karenanyapenulismenyampaikanpenghargaandanterimakasih yang takterhinggakepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. AsariDjohar, M.Pdsebagaipromotor yang dengansabardantelitimembimbingsertamengarahkanpenulisdenganpenuhkeik hlasan.

2. Yth. Ibu Prof. MulyaniSumantri, M.Sc, sebagaiko-promotor yang telatendansabarmemberikanarahan, masukan demi kesempurnaandisertasiini. 3. Yth. Bapak Dr. Toto Ruhimat, M.Pd.,sebagaianggotapromotor yang

telahmembimbingdanmenyemangatipenulisdalampenyelesaiandisertasiini. 4. Yth. Bapak Dr. RusmanM.Pd., selakuketua Program

StudiPengembanganKurikulum yang

telahmemberikanmotivasidalampenyelesaiandisertasiini. iii


(7)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5. Yth. BapakdanIbudosen S3 PengembanganKurikulumatassegalailmu, motivasidansemangatkepadapenulisselamaperkuliahan.

6. Yth. BapakKepala SMKN 3 Cimahibeserta guru-guru pengajarProgramKeahlianTata

Bogadengantulusikhlasmembantudanmendukungpenulisdalammelakukaneksp erimendanmemperoleh data-data yang berkaitandengandisertasi yang penulisselesaikan.

7. Yth. Bapakdanibudosen di Program StudiPendidikan Tata Bogadan di Departemen PKK UPI yang senantiasamemberikansemangat, dukungandanmotivasitiadahentikepadapenulisuntukmenyelesaikandisertasiini .

8. IbundatercintaMiminMintarsihdan ayah tersayang (alm) EndjuDjuandadanibumertuatercinta Tien Sumartini yang tiadahentimendukungdanmendoakanpenulisdengantulusdanpenuhkeikhlasan agar meraihapa yang dicita-citakan.

9. Suamikutercinta Dian Hardijanadananakutersayang Muhammad HarpaNur

Imam atassegaladukungan yang

tiadaputusbaikmorilmaupunmaterilkepadapenulisdantersitanyawaktu yang penulisgunakanuntukmenyelesaikandisertasiini.

10.Tentumasihbanyaklagipihak yang tidakmungkinpenuliscantumkansatupersatu yang

telahmemberikandukungandandorongankepadapenulisdalammenyelesaikandi sertasiini.

Semogasemuakebaikanhatidankeikhlasandukungan yang penulisterimamenjadiamalshalehdanmendapatkanbalasan yang berlipatgandadari Allah SWT. Amiin.

Bandung, Agustus 2015 Penulis


(8)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Rita Patriasih

v v


(9)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Rita Patriasih. 0809002. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Berbasis Self Control Pada Mata Pelajaran Sanitasi Hygiene untuk Meningkatkan Perilaku Siswa dalam Hidup Sehat. Disertasi. Program Studi Pengembangan Kurikulum. UPI. 2015.

Pesatnya perkembangan industri makanan dewasa ini ternyata belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam menangani pekerjaan secara aman dan sehat, salah satunya adalah dalam penerapan prinsip higiene dalam pengelolaan makanan. SMK Jasa Boga berperan sebagai lembaga pendidikan yang mengantarkan hasil didiknya memasuki lapangan kerja di industri makanan secara profesional dituntut untuk mampu menghasilkan tenaga kerja yang tidak hanya memiliki kompetensi dalam pembuatan produk dan pelayanan makanan tetapi juga memiliki dasar perilaku sehat dalam wujud Perilaku Higiene Food Handleryang baik sesuai dengan tujuan tuntutan kompetensi.Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan pembelajaran model InquiryBerbasis Self Control(IBSC) untuk meningkatkan perilaku siswa dalam hidup sehat. Penelitian dilakukan di SMKN 3 Cimahi pada siswa kelas X Program Keahlian Tata Boga. Metoda yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain non equivalen control group pretest postest. Variabel perilaku yang diamati meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan hygiene. Model pembelajaran IBSC yang diimplementasikan diadop dari Inquiry yang digunakan oleh Massalas & Cox dengan memasukan unsur model Self Control yang digunakan oleh Averyl dengan mengadop tahapan dari Bruce & Weill. Pada prinsipnya langkah pembelajaran tetap menggunakan langkah inquiry yang terdiri dari 6 tahap akan tetapi kegiatan yang berlangsung pada setiap langkah memuat variabel self control yang diarahkan untuk menggiring terjadinya perubahan perilaku pada siswa yang meliputi memperkenalkan prinsip perilaku, membangun landasan berpijak, menyusun program kontrol diri dan memantau serta memperbaiki perilaku.Hasil penelitian mengungkapkan model IBSC efektif meningkatkan pengetahuan siswa tentang hygiene (N-gain=0.70, pada kategori tinggi) dengan rata-rata skor postest 86.68. Model IBSC efektif meningkatkan sikap hygiene siswa (N-gain=0. 62, kriteria sedang) dengan rata-rata skor postes 92.45. Model IBSC efektif meningkatkan tindakan hygiene siswa (N-gain= 0.73 pada kriteria tinggi) dengan nilai rata-rata postest sebesar 92.45. Model IBSC efektif meningkatkan Self Control siswa (N-gain=0.58 kriteria sedang). Sebesar 73.7% siswa merespon senang pada pembelajaran model ini. Rekomendasi ditujuan bagi guru untuk menerapkan model ini namun menuntut kesiapan, motivasi, kreatifitas dan komitmen yang tinggi. Bagi sekolah direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas kinerja dan wawasan guru dengan semakin meningkatkan kesempatan pelatihan dan workshop, serta meningkatkan kelengkapan sarana, fasilitas lingkungan pembelajaran


(10)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Rita Patriasih. 0809002. Implementation of Inquiry Based Self Control Learning Model on Sanitation Hygiene Subjects to Improve Healthy Behaviour of Student. Dissertation. Curriculum Development of Program Study. UPI. 2015.

The rapid development of food industry today's had not fully followed by an increase in the workforce's ability to handle the job safely and healthy, one of which is in the application of the principles of hygiene in food management. Vocational School of Cullinary Program role as educational institutions that results their students to be the workforce in the food industry in a professional manner is required to produce a workforce that not only have competence in the manufacture of food products and services but also has a base in the form of healthy behavior Behaviour Food Handler good hygiene in accordance with the objective demands of competence. This research aims to implement the model of Inquiry-Based Self Control (IBSC) Learning to improve healthy behavior student. The study was conducted at Vocational School3 Cimahi in grade 10. The methods used are quasi-experimental design with non-equivalent control group pretest posttest. Variables observed behavior includes aspects of knowledge, attitude and practice of hygiene. IBSC learning model adopted from Inquiry used by Massalas & Cox by integrated Self Control element adopted from Averyl. In principle, IBSC moled still use step of inquiry learning which consists of six stages but the activities that take place at each step variable load self-control that are directed to herd behavior change in students.The results of study revealed that IBSC model effectively improve students' knowledge of hygiene (N-gain = 0.70) with an average score of posttest 86.68, effectively improve hygiene attitudes of students (N-gain = 0.62) with an average score of posttest 92.45 and effectively to improve hygiene behaviour (N-gain= 0.73) with an average value of 92.45 postest. IBSC model effectively improve students' Self Control (N-gain = 0.58). Amounted 73.7% of students responding happy on this model. Recommendations are geared for teachers to implement this model and olso requires readiness, motivation, creativity and commitment. Recommended for schools to improve the performance quality and insight to further improve teacher training opportunities and workshops, as well as improve the completeness of facilities, learning environment facility


(11)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ………..

HALAMAN PERNYATAAN ……….. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………. iv

ABSTRAK ……… vi

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Indentifikasi Masalah ……….. 19

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……… 20

D. Tujuan Penelitian ……… 21

E. Manfaat Penelitian ……….. 22

F. Struktur Organisasi Disertasi ……….. 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 24

A. Hakekat Kurikulum dan Pembelajaran ………... 24

1. Konsep dan Pengertian Kurikulum………... 24

2. Fungsi Kurikulum………..………... 25

3. Landasan Filosofi Kurikulum ……… 26

4. Kedudukan Pembelajaran dalam Kurikulum ………. 28

5. Kurikulum SMK ……… 29

6. Konsep Pembelajaran………. 32

a. Teori Pembelajaran ……… 32


(12)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

c. Peran Siswa dalam Pembelajaran……… 37

7. Model-Model Pembelajaran………. 39

B. Pembelajaran Inquiry Berbasis Self Control……….. 48

1. Konsep Pembelajaran Inquiry Berbasis Self Control ……… 48

a. Pembelajaran Inquiry………. 48

b. Pembelajaran Self Control……….. 60

2. Tujuan Pembelajaran Inquiry Berbasis Self Control ………. 67

3. Tahapan Pembelajaran Inquiry Berbasis Self Control ……… 68

C. Perilaku Hidup Sehat ……….. 72

1. Dasar Teori Perilaku Hidup Sehat ……… 72

a. Konsep Perilaku ……….……… 72

b. Perilaku Sehat Food Handler ……….. 78

D. Pembelajaran Sanitasi Hygiene di SMK Program Keahlian Tata Boga 86 1. Landasan Filosofi SMK ……… 86

2. Program Studi Keahlian Tata Boga ……….. 89

3. Pembelajaran Sanitasi Hygiene dalam Meningkatkan Perilaku Hidup Sehat Siswa SMK ……… 91 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……… 97

F. Kerangka Pikir Penelitian ……… 106

BAB III METODE PENELITIAN ………. 107

A. Metode dan Desain Penelitian ………. 107

1. Metode Penelitian ………... 107

2. Desain Penelitian ……… 107

B. Partisipan Penelitian ……… 110

C. Polupasi dan Sampel ……… 111

1. Populasi Penelitian ……… 111

2. Sampel Penelitian ……….. 112


(13)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4. Waktu Penelitian ……… 112

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 113

1. Test ……… 113

2. Angket ………... 113

3. Observasi ………... 114

4. Wawancara ……… 114

E. Instrumen Penelitian ………. 116

1. Instrumen yang Digunakan ……… 116

2. Pengembangan Instrumen ……….. 120

F. Prosedur Penelitian ……….. 122

1. Tahap Persiapan ………. 123

2. Tahap Pelaksanaan ………. 124

G. Variabel Penelitian ………... 133

H. Hipotesis Penelitian ……….. 133

I. Pengolahan dan Analisis Data ……… 133

1. Pengolah Hasil Pra eksperimen ……… 133

2. Pengolahan Hasil Eksperimen ……… 134

3. Analisis Deskriptif ………. 136

J. Definisi Operasional ……… 137

K. Tahap Pelaksanaan Penelitian ………. 139

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……….. 142

A. Gambaran SMKN 3 Cimahi ………. 142 B. Perilaku Sehat Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran IBSC pada Mata Pelajaran Sanitasi Hygiene ………. 148 1. Pengetahuan Hygiene Food Handler ………. 148

2. Sikap Hygiene Food Handler ………. 149

3. Tindakan Hygiene Food Handler ……..………. 152


(14)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Sintaks Model PembelajaranIBSC ……….………. 154

2. Komponen Instruksional Pembelajaran ………. 160

D. Implementasi Pembelajaran IBSC pada Pelajaran Sanitasi Hygiene … 172 E. Deskripsi Evaluasi Hasil Belajar pada Pembelajaran model IBSC untuk Mata Pelajaran Sanitasi Hygiene ………. 193 F. Efektivitas pelaksanaan pembelajaran model mata pelajaran Sanitasi Hygiene Terhadap Perilaku Hidup Sehat ... 219 G. Respon Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran model IBSC ………. 232

H. Respon Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Model ISBC …..……. 238

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ………….. 244 A. Simpulan ……….. 244

B. Impikasi ……… 251

C. Rekomendasi ……….. 252

DAFTAR PUSTAKA ………... 254


(15)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Daya Serap Lulusan SMK ………. 6 Tabel 1.2. Penerapan Hasil Belajar Higiene Sanitasi terhadap Praktik

Menyiapkan Makanan untuk Buffet

………

10

Tabel 1.3. Pengetahuan dan Sikap Hygiene Makanan Food Handler…. 11 Tabel 2.1. Sintaks pembelajaran Inquiry ……… 53 Tabel 2.2 Tahapan Perubahan Perilaku ………. 71 Tabel 2.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sanitasi, Hygiene

Dan Keselamatan Kerja pada SMK/SMAK ………

76

Tabel 3.1. Desain Penelitian Non Equivalen Control Group ………….. 108 Tabel 3.2. Aspek yang diteliti dan Teknik pengambilan Data yang

digunakan ………..

115

Tabel 3.3 Langkah Pembelajaran IBSC ……… 125 Tabel 3.4 Perlakuan yang diberikan pada kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ………..

131


(16)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 Sebaran Pengetahuan Hygiene Sebelum Eksperimen ………

149

Tabel 4.2 Sebaran Sikap Hygiene Sebelum Eksperimen ……….. 150 Tabel 4.3 Sebaran Self Control Hygiene Food Handler Siswa ……….. 151 Tabel 4.4 Sebaran Tindakan Hygiene Sebelum Eksperimen

…………..

152

Tabel 4.5. Sintak Pembelajaran IBSC dalam Kegiatan Pembelajaran …. 155 Tabel 4.6 Kompetensi Dasar, Pokok Materi dan Indikator Pencapaian

Kompetensi pada Implementasi Pembelajaran Sanitasi Hygiene dengan model Inquiry Berbasis Self Control ……..

161

Tabel 4.7 Program Perilaku Hasil Diskusi Eksperimen ke 3 ………… 187 Tabel 4.8 Program Perilaku Hasil Diskusi Eksperimen ke 4 ………… 191 Tabel 4.9. Sebaran Kategori Nilai Pre Test dan Post Test Eksperimen

Ke 1 Pada Kelas Eksperimen ……….

196

Tabel. 4.10 Sebaran Kategori Nilai Pre Test Dan Post Test Pertemuan Ke 1 Pada Kelas Kontrol ………

198

Tabel. 4.11 Sebaran Kategori Nilai Pre Test Dan Post Test Eksperimen

Ke 2 Pada Kelas Eksperimen

………..

199

Tabel 4.12 Sebaran Kategori Nilai Pre Test Dan Post Test Pertemuan Ke 2 Pada Kelas Kontrol ………

201

Tabel 4.13 Sebaran Kategori Nilai Pre Test Dan Post Test Eksperimen Ke 3 Pada Kelas Eksperimen ………

203

Tabel 4.14 Sebaran Kategori Nilai Pre Test Dan Post Test Pertemuan Ke 3 Pada Kelas Kontrol ………

204

Tabel 4.15 Sebaran Kategori Nilai Pre Test Dan Post Test Eksperimen Ke 4 Pada Kelas Eksperimen ..………..

206


(17)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4 Pada Kelas Kontrol ………. Tabel 4.17 Aktifitas Siswa Kelas Eksperimen

……….

214

Tabel 4.18 Hasil Uji t Pertemuan ke 1 ……… 217

Tabel 4.19 Hasil Uji t Pertemuan ke 2 …..………. 219

Tabel 4.20 Hasil Uji t Pertemuan ke 3 ……… 221

Tabel 4.21 Hasil Uji t Pertemuan ke 4 ……….. 222

Tabel 4.22 Sebaran Pengetahuan Hygiene Sebelum dan Setelah Ekperimen ………. 224 Tabel 4.23 Hasil Uji t nilai Pengetahuan Higiene ………. 225

Tabel 4.24 Hasil Uji t n-Gain Pengetahuan Higiene ………. 226

Tabel 4.25 Sebaran Sikap Hygiene Sebelum dan Setelah Ekperimen ….. 227

Tabel 4.26 Hasil Uji t nilai Sikap Higiene ……….. 227

Tabel 4.27 Hasil Uji t n-Gain Sikap Higiene ………. 228

Tabel 4.28 Hasil Uji t Self Control ……….. 229

Tabel 4.29 Hasil n Gain Self Control ……… 229 Tabel 4.30 Sebaran Tindakan Hygiene Sebelum dan Setelah Ekperimen.. 230 Tabel 4.31 Hasil Uji t Nilai Tindakan Higiene ……….. 230 Tabel 4.32 Hasil Uji t n-Gain Tindakan Higiene

……….

231

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ……….

233


(18)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Instructional Frame Work ……… 40 Gambar 2.2. Bagan alur penggabungan model Inquiry berbasis Self

Control ………..


(19)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ………. 106 Gambar 3.1. Tahapan Penelitian ……… 141 Gambar 4.1. Komponen Desain Intruksional Pembelajaran ………….. 154 Gambar 4.2. Sintak pembelajaran Inquiry Berbasis Self Control …….. 155 Gambar 4.3. Peta Konsep Hygiene dan Sanitasi Bidang Makanan …… 165 Gambar 4.4. Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 1 Kelas Eksperimen …. 197 Gambar 4.5. Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 1 Kelas Kontrol ……… 198 Gambar 4.6 Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 2 Kelas Eksperimen …. 200 Gambar 4.7 Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 2 Kelas Kontrol ……… 202 Gambar 4.8 Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 3 Kelas Eksperimen ….. 204 Gambar 4.9 Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 3 Kelas Kontrol ……… 205 Gambar 4.10 Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 4 Kelas Eksperimen …. 207 Gambar 4.11 Nilai Pretest Postes Uji Coba Ke 4 Kelas Kontrol ………. 208 Gambar 4.12 Perbandingan Nilai Post test Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ………...

209

Gambar 4.13 Perbandingan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ………...

210

Gambar 4.14 Lembar Kerja Siswa ……… 212

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kisi kisi instrumen penelitian ………... 266


(20)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lampiran 2. Instrumen Perilaku Hygiene ……….. 273

Lampiran 3. Pedoman Observasi Aspek Pendukung ………. 285

Lampiran 4. Instrumen Pembelajaran ……… 287

Lampiran 5. Instrumen Respon Siswa ……….. 293

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Perilaku Hygiene ………… 295

Lampiran 7. Analisis Uji Normalitas Hasil Pembelajaran ………. 308


(21)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan manusia seutuhnya merupakan keniscayaan, mengingat tantangan zaman yang terus berubah.Perubahan tersebut memerlukan individu-individu yang berkualitas. Pernyatan tersebut sesuai dengan visi pendidikan nasional yang tercantum pada Undang-undang No.20 Tahun 2003 yaitu:

”Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa, untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab

tantangan zaman yang selalu berubah”.

Tujuan pendidikan sebagaimana tersurat dalam UU No. 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pada pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu arah pembangunan jangka panjang dan jangka menengah menetapkan pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan sebagaimana tersurat dalam UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

Dalam rangka mengoperasionalisasikan amanat RPJMN 2010-2014 tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama telah menetapkan Rencana Strategis (RENSTRA) 2010 - 2014. Visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) adalah menghasilkan Insan Indonesia cerdas dan kompetitif.Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif,


(22)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.

Salah satu tahapan yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu: terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif. Layanan prima yang dimaksudkan adalah: (1) tersedia secara merata di seluruh Indonesia, (2) terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, (3) berkualitas/bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri, (4) setara bagi warga negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografis, gender, dan sebagainya serta (5) menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri.

SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggungjawab menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Melihat dari orientasinya maka pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu. Pendidikan Kejuruan berada pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu, oleh karenanya dalam hal ini pendidikan kejuruan tidak terlepas keterikatannya dengan dunia industri sebagai partner dalam pembelajaran. Idealnya pendidikan kejuruan dibangun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dunia industri sehingga keterserapan lulusan di dunia industri dapat maksimal dan tidak menghasilkan pengangguran yang signifikan.


(23)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Demikian pula halnya dengan dengan SMK Program Keahlian Tata Boga yang siap mengantarkan hasil didiknya memasuki lapangan kerja di industri bidang boga secara profesional. Profesional merupakan sikap mental untuk secara sungguh-sungguh menghayati pekerjaan dan menguasai berbagai aspek di dalamnya sebagai tuntutan industri tenaga kerja. Berbagai tuntutan atas kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga kerja bidang boga dalam rangka menunjang keberhasilan suatu industri makanan merupakan tantangan tersendiri yang harus dikuasai sepenuhnya. Salah satu hal penting untuk diperhatikan dalam penanganan makanan adalah terjaminnya aspek keamanan pangan sehingga makanan yang dihasilkan oleh industri tidak hanya memenuhi tuntutan cita rasa semata namun juga dapat memenuhi aspek kesehatan.

Direktorat Penyehatan Lingkungan (dalam Masradini & Mazarina, 2011, hlm. 101)mengungkapkanbahwa “hal yang perlu diwaspadai dalam pengamatan pengelolaan makananadalah faktor penjamah makanan yang menangani langsung makanan, terutama keadaan kesehatan dan perilaku penjamah makanan dalam berinteraksi dengan makanan”. Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya mulai dari tahap persiapan, pengolahan, distribusi dan penyajian(Depkes, 2006; Menkes RI, 2011). Peran penjamah makanan dalam proses pengolahan makanan sangatlah besar dan memiliki peluang yang tinggi untuk mencemarkan makanan apabila tidak memiliki perilaku sehat. Perilaku sehat seorang penjamah makanan tercermin dalam perilaku hygiene yang mencakup hygiene personal, hygiene makanan, hygiene peralatan dan area kerja.

Kenyataan yang terjadi bahwa pesatnya perkembangan pembangunan industri makanan dewasa ini ternyata belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam menangani pekerjaan secara aman dan sehat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Masdarini &Mazarina (2011,

hlm. 6) bahwa “Permasalahan sanitasi hygieneyang buruk dalam dunia industri makanan di Indonesia merupakan salah satu bentuk kelemahan tenaga kerja


(24)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam menangani pekerjaan. Hal ini merupakan masalah yang memprihatinkan serta menjadi penyebab utama terjadinya kasus keracunan makanan.”Padahal dalam Permenkes RI (Menkes RI, 2011, hlm. 5) dengan jelas telah diungkapkan

bahwa “pengelolaan makanan oleh jasaboga harus memenuhi sanitasi hygiene

dan dilakukan sesuai cara pengolahan makanan yang baik”.Yang dimaksud dengan memenuhi Sanitasi Hygiene ini adalah tenaga jasa boga hendaknya memiliki perilaku sehat kaitannya dengan perlindungan terhadap terjadinya pencemaran dengan makanan baik itu dalam hal melakukan kontak dengan makanan maupun perilaku selama mengolah makanan.

Adanya fenomena food born diseases yang marak terjadi disebabkan terkontaminasinya makanan oleh mikroorganisme pathogen maupun cemaran lainnya. Penyakit yang sering ditimbulkan oleh makanan yang tidak aman ini salah satunya adalah diare. “Diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali” (Februhartanty & Iswarawanti, 2004, hlm. 2). Food borne diseases merupakan masalah kesehatan terbesar dalam era globalisasi terutama sebagian besar terjadi di negara berkembang yang disebabkan karena kurangnya perilaku yang berkaitan dengan keamanan pangan. “Sekitar 70% kasus diare terjadi di negara berkembang diyakini berasal dari makanan. Pemeriksaan terhadap sarana produksi makanan/minuman skala rumah tangga menengah dan besar menemukan sekitar 33.15%-42.18% tidak memenuhi hygiene sanitasi” (Erlindawati dkk, 2011, hlm. 2). Di Indonesia diare sampai saat ini masih menempati urutan atas sebagai penyebab kematian di Indonesia. Diare terlihat seperti penyakit ringan, namun sebenarnya sangat berbahaya karena penderita terus menerus mengeluarkan cairan dari tubuhnya dan jika berlanjut dapat menyebabkan kematian.

Terjadinya peristiwa keracunan dapat memunculkan penularan penyakit akut bahkan membawa kematian, banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan yang pengelolaannya tidak memenuhi syarat sanitasi hygiene. Makanan mulai dari awal proses pengolahan sampai siap


(25)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dihidangkan dapat memungkinkan terjadi kontaminasi oleh bakteri. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada makanan antara lain berasal dari orang yang menangani makananatau faktor tempat/bangunan pengelolaan makanan termasuk sanitasinya. Selain itu juga dapat diakibatkan karena aspek carapengolahan makanan, peralatan yang digunakan dan pemilihan bahan makanan.

Mikroorganisme yang menjadi penyebab beberapa kasus keracunan makanan diantaranya adalah bakteri Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, Escheryciacolidan Salmonella. Bakteri Escherycia coli dan Staphylococcus aureus sebagai salah satu bakteri indikator untuk menilai kualitas sanitasi hygiene makanan. Sumber bakteri Staphylococcus aureus dapat berasal dari tangan, rongga hidung, mulut dan tenggorokan pekerja. Sekitar 70% kasus keracunan makanan di dunia disebabkan oleh makanan siap santap yaitu makanan yang sudah diolah, terutama oleh usaha katering, rumah makan, kantin, restoran maupun makanan jajanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustin

(2005, hlm. 20) yang menyatakan bahwa “keracunan makanan bisa disebabkan

oleh mikroba patogen atau pun bahan kimia berbahaya. Semua jenis keracunan makanan di Indonesia lebih dari 90% disebabkan oleh kontaminasi mikroba yang

berasal dari peralatan, bahan makanan, tubuh manusia, air, tanah, dan udara”.

Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi dapat terjadi dimana - mana, bahkan dihotel sekalipun hal tersebutdapat saja terjadi karena makanan yang diterima dan diolah mengandung racun atau mikroorganisme pathogen. Kejadian keracunan makanan dalam hotel adalah sensitif sekali karena: 1)tamu dapat atau berhak menuntut kerugian sejumlah uang tertentu; 2)bukan merupakan propaganda yang baik pada perusahaan; dan 3)perusahaan dapat ditutup, salah satu sanksi hukum bagi sebuah tempat umum/public place.

Terkontaminasinya makanan tersebut terutama disebabkan oleh berbagai faktor antara lain masih rendahnya pengetahuan penjamah makanan tentang prasyarat sanitasi hygiene dalam pengolahan makanan, termasuk


(26)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diantaranya berkaitan dengan kebersihan badan penjamah makanan, kebersihan alat makan dan sanitasi makanan.Makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri dapat menimbulkan infeksi maupun keracunan makanan jika dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh.

Penerapan sanitasi hygiene yang berlaku di dunia industri makanan, secara tidak langsung berkaitan erat dengan pelaksanaan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan program keahlian Tata Boga sebagai lembaga yang memiliki andil besar akan terciptanya Sumber Daya Manusia yang bergerak di bidang industri jasa boga secara profesional. Aspek perilaku sehat dalam hal perilaku hygiene merupakan aspek mutlak yang harus dikuasai oleh setiap orang yang berperan dalam penyelenggaraan makanan. Berbagai alasan akan pentingnya peran tersebut antara lain adalah : 1) Pentingnya aspek keamanan pangan (food safety) dalam industri pangan karena berkaitan erat dengan kesehatan konsumen yang akan mengkonsumsi pangan tersebut.; 2) Semakin kritisnya konsumen yang berkecimpung di bidang makanan disertai dengan adanya hak konsumen akan pelayanan prima; 3) tenaga penjamah makanan (food handler) dituntut untuk memiliki tingkat kesehatan yang optimal kaitannya dengan perilaku hidup sehat dalam hal hygiene pribadi. Dengan demikian, pendidikan mengenai sanitasi hygiene menjadi hal yang begitu penting untuk ditanamkan pada pelaksanaan pengolahan makanan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada 5 SMK bidang keahlian Jasa Boga yaitu SMK 9 Bandung, SMK Kartini Bandung, SMK BPP Bandung, SMK 45 Lembang dan SMK 3 Cimahi diperoleh data sebesar 54% lulusan SMK bekerja di bidang penjamah makanan, dengan rincian tercantum pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Daya Serap Lulusan SMK


(27)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Bekerja sesuai keahlian di bidang penjamah makanan a. Restoran

b. Katering

c. Mandiri bidang boga

23 24 7

2. Bekerja sesuai keahlian di hotel 15

3. Melanjutkan kuliah 10

4. Bekerja tidak sesuai keahlian 21

100

Lebih dari setengahnya lulusan SMK bidang keahlian Jasa Boga menjalani profesi sebagai penjamah makanan (food handler), hal ini menunjukkan bahwa berbagai prasyarat profesional yang harus dimiliki oleh penjamah makanan hendaknya dapat dikuasai dengan baik, satu diantaranya adalah memiliki perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat yang harus dimiliki seorang food handler tidak hanya sekedar untuk kepentingan dirinya namun juga harus berdampak pada kulitas kerja dalam menangani makanan. Perilaku tidak sehat yang dimiliki para penjamah makanan dalam menangani makanan sangat memungkinkan sekali untuk mencemarkan makanan baik itu cemaran mikrobilogi, cemaran fisik maupun kimia sehingga berpeluang utnuk menghasilkan produk makanan yang tidak aman untuk dikonsumsi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pada level pendidikan SMK Program Keahlian Tata Boga terdapat mata pelajaran Sanitasi Hygiene yang merupakan bagian dari penjabaranKompetensi Inti Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja. Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan aspek-aspek sanitasi, hygiene, keselamatan kerja di bidang makanan. Sanitasi dan hygienepada hakekatnya merupakan bagian dari ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tetapi lebih diarahkan pada resiko kecelakaan yang diakibatkan oleh mikroorganisme. Sementara kesehatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk mewujudkan keselamatan kerja. Oleh karena itu pembahasan tentang kesehatan kerja lebih


(28)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diarahkan kepada K3. Secara tersirat Kompetensi Inti Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja dirancang untuk menciptakan atmosfir yang memungkinkan guru dan siswa dapat bekerja sama untuk membangun pengetahuan dan tindakan yang berguna bagi hidup mereka agar terjadi pengembangan kesadaran diri, penerimaan diri, penguasaan kompetensi berkaitan dengan Sanitasi, Hygiene dan K3serta berbagai keterampilan yang berguna dalam kehidupan nyata sesuai dengan bidang pekerjaanya.Selanjutnya pada beberapa SMK kompetensi inti ini dijabarkan dalam dua mata pelajaran yaitu mata pelajaran Sanitasi Hygiene dan mata pelajaran Keselamatan Kerja. Dalam struktur kurikulum SMK mata pelajaran tersebut masuk pada kelompok C2 yaitu mata pelajaran Dasar Program Keahlian yang disampaikan kepada siswa SMK kelas X pada semester 1 dan 2.

Konsep penerapan perilaku hidup sehat dalam bentuk prilaku hygiene penjamah makanan sebagai dasar yang harus dimiliki oleh seorang pengelola makanan, tersirat dengan kuat dalam mata pelajaran ini. Kompetensi yang harus dikuasai tidak hanya sebatas pengetahuan semata tapi lebih menukik pada pembiasaan perilaku sebagai fondasi yang harus disadari manfaatnya bagi diri sendiri dan orang banyak. Sesuai dengan pengelompokannya dalam mata pelajaran dasar program keahlian, menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh mata pelajaran Sanitasi Hygiene diterapkan sepenuhnya pada mata pelajaran produktif lainnya. Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum SMK dijelaskan mata pelajaran produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Standar kompetensi yang digunakan disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi.

Perilaku hidup sehat merupakan serangkaian upaya penerapan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perilaku hidup sehat yang harus dimiliki oleh seorang penjamah makananterealisasi dalam bentuk perilaku hygiene sebagai upaya perlindungan terhadap


(29)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terjadinya pencemaran pada makanan baik itu dalam hal melakukan kontak dengan makanan maupun perilaku selama mengolah makanan.

Namun demikian kenyataan di lapangan ternyata kriteria tersebut belum sepenuhnya diterapkan. Hasil studi pendahuluan menemukan kenyataan bahwa selama ini tujuan mata pelajaran Sanitasi Hygiene masih terbelenggu pada pencapaian kemampuan kognitif dan belum mengarah pada peningkatan perilaku siswa dalam hidup sehat yang dalam hal ini dalam perilaku hygiene sebagai seorang food handler.

Mata pelajaran Sanitasi Hygiene memang merupakan mata pelajaran terapan dengan tujuan akhir berupa pencapaian perubahan perilaku sehingga dengan demikian guru dituntut untuk kreatif dalam menentukan model dan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Namun kenyataannya model pembelajaran metode yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah. Ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan karena praktis, tidak membutuhkan banyak kegiatan kelas, dapat dilakukan dengan maupun tanpa media sehingga menjadi metode pavorit dalam kegiatan pembelajaran. Aktifitas pembelajaran memang tidak terlepas dari metode ceramah, namun kalau metode ini dilakukan terus menerus maka kegiatan pembelajaran menjadi lebih terpusat pada guru dan siswa lebih bersifat pasif.

Demikian pula dengan kondisi laboratorium yang dijadikan tempat melakukan praktek pengolahan makanan idealnya harus memenuhi persyaratan sanitasi hygiene dilihat dari ukuran ruangan, sirkulasi cahaya dan udara, ketersediaan air dan perlengkapannya. Namun kenyataan yang terjadi masih ada laboratorium Tata Boga yang belum memenuhi standar persyaratan Sanitasi Hygiene dan keselamatan kerja. Beberapa perlengkapan yang disediakan masih belum sepenuhnya memenuhi persyaratan sanitasi hygiene antara lain dalam penyediaan air panas untuk proses pencucian alat yang berlemak, penyediaan tempat sampah yang memadai dengan pengelompokkan jenis sampah,


(30)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ketersediaan peralatan dan bahan kebersihan yang seringkali sudah kurang layak namun masih tetap digunakan dengan pertimbangan keterbatasan biaya. Kondisi semacam ini sedikit tidaknya juga turut berpengaruh pada kinerja siswa dalam menerapkan praktek sanitasi hygiene di laboratorium.

Hal tersebut terungkap pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nirmala (2012, hlm. 92) sebagaimana diperlihatkan pada tabel 1.2 berikut, mengungkapkan bahwa rata-rata penerapan hasil belajar Sanitasi Hygiene pada Praktik Menyiapkan Makanan untuk Buffet di SMK baru mencapai 43.37%. Demikian pula dengan kemampuan psikomotor siswa dalam wujud keterampilan menjaga personal hygiene, membersihkan peralatan sebelum dan setelah digunakan serta keterampilan dalam membersihkan area kerja baru mencapai 43.82% pada kriteria cukup diterapkan. Padahal idealnya hasil belajar Sanitasi Hygiene sepenuhnya diterapkan pada semua aktifitas yang berkaitan dengan penanganan makan.

Tabel 1.2 Penerapan Hasil Belajar Sanitasi Hygiene terhadap Praktik Menyiapkan Makanan untuk Buffet

No Indikator Pencapaian % Kriteria

Skor Rata-rata 1. Kemampuan kognitif :

a. Pengertian keselamatan kerja b. Pengertian kesehatan kerja c. Tujuan hygiene

d. Prinsip sanitasi e. Personal hygiene

f. Ketersediaan perlengakapan alat kebersihan g. Pengetahuan alat pembersih debu

h. Konsep ruang pengolahan yang baik i. Teknik mencuci alat (sanitazing) j. Tujuan pemisahan sampah

k. Prinsip pengolahan produk makanan

40.34 38.97 37.57 35.51 34.48 57.24 35.52 45.17 30.01 49.65 42. 76

38.98 Kurang diterapkan


(31)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

a. Ketelitian dalam melaksanakan prosedur hygiene

b. Ketelitian dalam melaksanakan tugas membersihkan area kerja

c. Kecermatan dalam mencuci bahan makanan

40.95 40.69 60.34

diterapkan

3. Kemampuan Psikomotor :

a. Keterampilan menjaga personal hygiene b. Keterampilan membersihkan peralatan sebelum

dan setelah digunakan

c. Keterampilan membersihkan area kerja

50.86 47.41 33.19

43.82 Cukup diterapkan

Rata-rata 43.37

Sumber: Nirmala, S (2012, hlm. 92)

Hal senada terungkap juga pada hasil penelitian tentang pengetahuan dan sikap hygiene food handler pada siswa SMK program keahlian tata boga di kota Bandung (Patriasih, 2013, hlm. 33), mengungkapkan bahwa pengetahuan siswa tentang hygiene makanan masih kurang memenuhi harapan, hanya 36.8% saja yang masuk pada kategori baik sedangkan 48.5% masuk pada kategori cukup. Kurangnya pengetahuan siswa dalam hygiene makanan ini salah satunya adalah dalam hal penanganan makanan hewani serta upaya menghindari kontaminasi silang dalam menyiapkan makanan yang diolah, sebagaimana tertuang pada tabel 1.3 berikut ini.

Tabel.1.3 Pengetahuan dan Sikap Hygiene Makanan Food Handler Hygiene Makanan

Kategori (%) Baik (>80%) Sedang

(60-80%)

Kurang (<60%) a. Pengetahuan Hygiene Makanan 36,8 48,5 12.2

b. Sikap Hygiene Makanan 44,2 49.8 10.0

(Patriasih, 2013, hlm. 33).

Kurangnya pengetahuan siswa dalam hygiene makanan sebagaimana yang tercantum tabel pada 1.3 di atas ini salah satunya adalah dalam hal penanganan makanan hewani serta upaya menghindari kontaminasi silang dalam menyiapkan


(32)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

makanan yang akan diolah. Pada umumnya adalah pada saat penggunaan cutting board dalam menyiapkan berbagai makanan dengan kelompok yang berbeda. Perlunya upaya khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam hygiene makanan penting untuk diperhatikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisyani (2008, hlm. 20) pada SMK di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Utara mengungkapkan masih terdapat beberapa gejala yang menunjukkan kurangnya perhatian dan kepedulian siswa di sekolah terhadap sanitasi hygiene, yaitu:

(1) kurangnya tingkat pengetahuan hygiene-sanitasi; (2) umumnya perlengkapan yang berupa seragam kerja tidak disediakan di sekolah; (3) rendahnya tingkat kesadaran siswa untuk menggunakan seragam kerja pada saat kegiatan praktik pengolahan makanan; (4) ketika memulai kegiatan praktik pengolahan makanan sebagian besar siswa lalai mencuci tangan, yang sebenarnya hal tersebut sangat penting dilakukan; (5) umumnya sekolah tidak menyediakan sarana kotak P3K (safety box) di ruang praktik pengolahan makanan.

(hlm. 20)

Hal tersebut di atas cukup mencerminkan kurangnya pemahaman secara komprehensif terhadap arti dan peranan mata pelajaran Sanitasi Hygiene dalam tataran asas dan falsafahnya dalam pembelajaran. Padahal Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation) telah menekankan bahwa pembelajaran yang berkaitan dengan kesehatan dapat menunjang pengembangan keterampilan sosial siswa, meningkatkan produktifitas dan kualitas hidup yang lebih baik. Secara eksplisit diungkapkan bahwa pembelajaran tentang Sanitasi Hygiene bukan hanya mentransfer ilmu kebersihan dan kesehatan saja (transfer of knowledge) namun juga membangun karakter perilaku yang sehat (character building). Jika generasi penerus bangsa memiliki perilaku sehat dan budi pekerti yang baik, maka negara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Sayangnya, tantangan lingkungan yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat seperti perilaku cuci tangan, perilaku membuang sampah, serta perilaku membersihkan area kerja di laboratorium jasa boga ternyata yang masih kurang. Dengan demikian perlu


(33)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai upaya dalam peningkatan perilaku hidup sehat, dalam hal ini tentu harus dicapai melalui model pembelajaran yang tepat.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa bahwa mata pelajaran Sanitasi Hygiene ternyata masih belum mampu mengusung peranannya yang demikian ideal, karena tujuan pembelajaran yang masih terbelenggu pada pencapaian kognitif semata. Padahal secara eksplisit kompetensi yang harus dikuasai telah tertuang dalam KIKD sebagaimana tercantum dalam Bahan Ajar Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja Kurikulum 2013 SMK Program Keahlian Tata Boga. Lebih jelas lagi Sumiati M (2013, hlm. 4)mengungkapkan bahwa tujuan akhir dari mata pelajaran Sanitasi Hygieneadalah “Setelah pembelajaran selesai diharapkan peserta didik dapat menerapkan prosedur sanitasi, hygiene dan keselamatan kerja saat mempersiapkan, mengolah dan menyajikan makanan serta

melayani makanan”.

Pembelajaran yang berlangsung selama ini masih didominasi oleh pandangan yang menyatakan bahwa pengetahuan masih sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada teacher centered yaitu pembelajaran yang terpusat kepada guru sebagai sumber pengetahuan dan model pembelajaran konvensional masih menjadi pilihan utama dalam kegiatan pembelajaran sehingga kurang mengeksplorasi segenap kompetensi yang dimilikisiswa. Bahkan siswa cenderung bertindak pasif, hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.

Upaya untuk memfasilitasi agar peningkatan perilaku hygiene foodhandler menjadi sangat penting mengingat beberapa hasil penelitian masih mengindikasikan rendahnya perilaku hygiene siswa SMK dalam menangani makanan.Proses pembelajaran sebaiknya lebih banyak melibatkan danmengaktifkan peserta didik, interaksi yang aktif antara pendidik danpeserta didik dapat menghasilkan perbaikan pemahaman peserta didikterhadappelajaran yang diberikan oleh guru. Interaksi dua arah tersebutbiasanya ditandai adanya


(34)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

aktivitas diskusi yang dinamis saling bertanya danmenjelaskan sehingga anak belajar aktif dan melatih kemampuan berfikirkritis.

Seorang guru hendaknya memiliki kemampuan untukmemotivasi dan merangsang siswa agar mampu membangun dan mengkonstruksi pengetahuan dalam pikirannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru antara lain dengan membangun jaringan komunikasi serta interaksi belajar melalui pemberian informasi yang bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa. Cara tersebut dilakukan dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide yang dimilikinya karena setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Secara potensial setiap siswa pasti memiliki bakat, dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada memediasi dan memfasilitasi siswa dalam proses kegiatan pembelajaran karena pengetahuan dari guru bukanlah layaknya seperti barang yang dapat dipindahkan begitu saja secara utuh ke dalam pikiran murid. Kaitannya dengan dengan hal tersebut, Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997, hlm. 20) menjelaskan bahwa

Pengetahuan itu bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari pikiran yang memiliki pengetahuan ke seseorang yang tidak memiliki pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertian kepada siswa, pemindahan itu harus diintrerpretasikan dan dikonstruksi oleh siswa lewat pengalaman.

Kaitannya dengan pembelajaran, terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatan perilaku hygiene.Modelpembelajaranmerupakan blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran yang lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar (Joyce& Weil, 2000).

Pentingnya penerapan sanitasi hygiene dalam penanganan makanan menyiratkan banyaknya resiko-resiko yang dapat terjadi apabila prinsip sanitasi hygiene diabaikan. Maka salah satu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam mata pelajaran Sanitasi Hygiene adalah model inquiry.


(35)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Masalah-masalah yang kerap muncul sebagai akibat kurangnya penerapan prinsip sanitasi hygiene dalam penyelenggaraan makanan merupakan isu yang menarik untuk diangkat dalam pembelajaran. Inquiry merupakan pembelajaran yang menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa. Dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah karena siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.

Model inquiry pertama kali dikembangkan oleh Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang segala sesuatu. Awalnya pembelajaran inkuiri sering diterapkan pada ilmu-ilmu alam (natural science) namun selanjutnya diadopsi para ahli ke dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial sebagaimana yang dikembangkan oleh Byron Massialas dan Benyamin Cox (1968). Hal tersebut diperkuat lagi oleh Jones (1979) yang mengembangkan model pembelajaran inquiry dengan menerapkannya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan selanjutnya digunakan dalam proses pembelajaran, baik dalam mata pelajaran science maupun dalam mata pelajaran sosial serta mata pelajaran yang lain.Model inquiry ini berkaitan dengan peningkatan kemampuan kognitif yang mana pengetahuan merupakan dasar dari terbentuknya suatu perilaku.Pendekatan kognitif perilaku dibangun berdasarkan asumsi yang menekankan pentingnya aspek kognitif untuk perubahan perilaku. Menurut pendekatan kognitif, bahwa perilaku manusia muncul sebagai buah dari kemampuan berpikirnya. Cara berpikir dan kualitas berpikir seseorang akan menentukan jenis kualitas perilaku yang dihasilkan.Hasil penelitian di Ankara menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang pendidikan kesehatan ternyata berpengaruh terhadap terjadinya perubahan perilaku hygiene pribadi (Simsek,et all. 2010, hlm. 433). Hal senada juga diungkapkan oleh Mayasari (2005, hlm. 69)yaitu“terdapat hubungan antara pengetahuan sanitasi hygiene terhadap sikap hygiene pribadi dan perilaku hygiene para penjamah makanan (food handler) di Kantin Sekolah Wilayah kerja Puskesmas Srondol Semarang”.


(36)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: “inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993, hlm 5)”. Alasan rasional penggunaan modelinquiry adalah bahwa siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kesehatan dan lebih tertarik terhadap perilaku hidup sehat jika mereka dilibatkan secara aktif. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung modelinquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep meningkatkan keterampilan proses berpikir siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990, hlm. 22). Modelinquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.

Selanjutnya masalah lain lagi yang terjadi pada penerapan prinsip sanitasi hygiene dalam penanganan makanan adalah masih kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh siswa. Kurangnya kesadaran untuk berperilaku baik ini erat sekali hubungannya dengan kemampuan kontrol diri yang dimiliki oleh seseorang. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Salmon, et al (2014) bahwa kelompok orang yang memiliki kontrol diri baik cenderung untuk memilih makanan yang sehat sedangkan pada kelompok orang yang memiliki kontrol diri rendah cenderung memilih makanan yang disukainya tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk meningkatkan


(37)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kontrol diri siswa sebagai salah satu cara meningkatkan kesadaran dalam berperilaku sehat khususnya perilaku hygiene dalam penanganan makanan.

Kendali atau kontrol diri (Self-Control) adalah pengaruh seseorang terhadap fisik, perilaku, dan proses-proses psikologisnya (Calhoun & Acocella, 1995). Selain itu pengertian self control yang dikemukakan oleh J.P Chaplin yaitu, kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive (mencirikan kegiatan untuk terlibat dalam suatu kegiatan tanpa refleksi/ tanpa berpikir secukupnya atau yang tidak dapat ditahan-tahan, tidak dapat ditekan).

Kontrol diri ini dapat diterapkan pada sebuah model pembelajaran yang dinamakan dengan model kontrol diri. Tujuannya adalah agar pendidikan bukan hanya menciptakan pengetahuan saja, tapi juga mampu membentuk perilaku positif dari sebuah pembelajaran melalui pengkontrolan diri pada perilaku yang negatif. Sejalan dengan itu hasil penelitian Anggraeni (2014, hlm. 34) mengungkapkan bahwa “terdapat hubungan yang negatif antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif mahasiswi Universitas Esa Unggul”. Demikian pula terdapat hubungan yang signifikan secara kuat antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif pada siswa SMA 68 Jakarta di mana self control memberikan pengaruh sebesar 38.1% terhadap kecenderungan perilaku konsumtif (Lania M, 2008, hlm. 43).

Bertolak dari permasalahan yang dikemukakan di atas, sangat dibutuhkan inovasi pada pembelajaran Sanitasi Hygiene agar mampu mengusung tujuannya dalam meningkatkan perilaku siswa dalam hidup sehat. Inovasi ini menjadi sangat penting sebagai upaya untuk meng-update pendidikan dengan pemikiran baru yang bermanfaat serta efektif dalam pembelajaran. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang benar-benar berkualitas dan bermakna untuk kebutuhan belajar siswa yaitu perlu adanya suatu penerapan model pembelajaran Inquiry berbasis Self Control pada mata pelajaran Sanitasi Hygiene yang tepat di SMK untuk meningkatkan perilaku


(38)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

hidup sehat. Melalui model Inquiry berbasis Self Control pada pembelajaran ini siswa dapat diajak bekerja sama untuk mencari, merumuskan serta memecahkan masalah tentang pentingnya memiliki perilaku yang baik berkaitan dengan hygiene pada penjamah makanan. Keterlibatan siswa secara aktif dengan membangkitkan rasa ingin tahu dan mengajak siswa untuk mendisuksikan masalah serta mencari solusi bersama untuk membuat keputusan dalam mengatasi masalah tersebut dapat merangsang siswa untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang perlunya perilaku hidup sehat. Dengan demikian diharapkan siswa tidak hanya sekedar tahu dan faham, namun juga menyadari perlunya perilaku hygiene food handlerdan tergerak dengan sendirinya untuk menjalaninya dalam kehidupan sehari-hari.Model ini dikembangkan mengacu pada model inquiry yang berorientasi pada penemuan dan pemecahan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, sehingga siswa tidak hanya sampai tahu namun juga faham sertameningkatkan self controluntuk melakukanya dalam kegiatan sehari-hari khususnya dalam perilaku hygiene.

Secara spesifik kelebihan model pembelajaran Inquiry berbasis Self Controlini dimaksudkan untuk menekankan pada variasi pengalaman belajar siswa melalui berbagai metoda dan media, antara lain: analisis kasus, pengajaran langsung, diskusi, latihan menuangkan gagasan, dan evaluasi diri. Semua komponen tersebut dipresentasikan melalui berbagai pengalaman belajar secara terpadu.

Sehubungan dengan perubahan perilaku, Sarwono (1993, hlm 53)mengungkapkan bahwa “perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan”. Sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Sedangkan perilaku merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai hasil proses berpikir tentang suatu pengetahuan yang diterima akal untuk dipraktekkan. Manusia dengan lingkungannya merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam berinteraksi. Interaksi manusia antara dengan lingkungannya merupakan


(39)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

hubungan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya dalam arti kata perilaku manusia akan mempengaruhi lingkungannya, demikian pula lingkungan akan mempengaruhi perilaku dan pengalaman manusia itu sendiri (Gifford, 1987, hlm. 22).Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 2007). Siswa dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Hal inilah yang hendaknya diperhatikan dalam merealisasikan pembelajaran Hygiene Sanitasi pada siswa dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat.Selanjutnya Krech (1988, 368 – 371), membagi perilaku menjadi perilaku yang teramati dan perilaku yang tersamar. “Perilaku yang teramati adalah perilaku dalam bentuk aktif yang dapat diobservasi secara langsung dan dapat diserap oleh panca indera. Sedangkan perilaku yang tersamar adalah perilaku yang tidak nyata dalam bentuk pasif, dan tidak dapat langsung terlihat seperti minat dan sikap”. Sehubungan dengan itu, Skinner (dalam Berndt, 1997, hlm. 24)mengatakan bahwa individu cenderung mengulangi perilaku atau perbuatannya karena adanya penghargaan (reward) dan tidak akan mengulangi perbuatannya karena yang bersangkutan mendapat hukuman (punishment).

Dalam konteks ini maka penelitian ini dilakukan untuk merumuskan penerapan pembelajarandengan model Inquiry Berbasis Self Control untuk meningkatkan perilaku siswa dalam hidup sehat, dibandingkan dengan pembelajaran yang selama ini dilakukan (konvensional). Penelitian ini dirasa perlu dilakukan karena selain belum ada penelitian yang sejenis terutama untuk mata pelajaran Sanitasi Hygiene, penelitian ini juga akan bermanfaat bagi guru


(40)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

SMK dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada perubahan perilaku siswa dalam hidup sehat.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi dua tema pokok yaitu 1) model pembelajaran inquiry berbasis self control pada mata pelajaranHygiene dan Sanitasi, dan 2) peningkatan perilaku hidup sehat. Adapun identifikasi masalah secara rinci adalah sebagai berikut:

1. SMK program keahlian Tata Boga dituntut untuk mampu mengantarkan hasil didiknya memasuki lapangan kerja secara profesional sesuai dengan kebutuhan industri bidang boga dalam penanganan makanan.

2. Permasalahan sanitasi hygiene yang buruk dalam dunia industri makanan di Indonesia merupakan salah satu bentuk kelemahan tenaga kerja dalam menangani pekerjaan merupakan masalah yang sangat memprihatinkan yang menyebabkan terjadinya kasus food borne illnes. Penerapan sanitasi hygiene yang terdapat di dunia industri makanan, secara tidak langsung berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan di SMK program keahlian Tata Boga sebagai lembaga yang memiliki andil pada terciptanya Sumber Daya Manusia yang bergerak di bidang industri makanan secara profesional. 3. Pembelajaran Sanitasi Hygienedalam kurikulum SMK saat ini masih belum

mampu mengusung peranannya. Antara tujuan pembelajaran dan hasil pembelajaran belum menunjukkan terjadinya peningkatan perilaku hidup sehat. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman secara komprehensif terhadap arti dan peranan mata pelajaran tersebut dalam tataran asas dan falsafahnya dalam pembelajaran.

4. Banyaknya resiko-resiko yang dapat terjadi apabila prinsip sanitasi hygiene diabaikan. Masalah-masalah yang kerap muncul sebagai akibat kurangnya penerapan prinsip sanitasi hygiene dalam penyelenggaraan makanan merupakan isu yang menarik untuk diangkat dalam pembelajaran.


(1)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Menkes RI.(2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

Muhadjir, Noeng. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mukrie, Nursiah, dkk, 1998.Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi, Jakarta.

National Research Council (2000). Inquiry and the National Science Education Standards a Guide for Teaching and Learning. National Academy Press. Washington, D.C.

Nirmala. (2012). Penerapan Hasil Belajar Keselamat Kerja dan Higiene Sanitasi pada Praktek Menyiapkan Makanan untuk Bufet. Program Studi Pendidikan Tata Boga. FPTK. UPI.

Notoatmojo (2007). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit: Andi offset. Yogyakarta.

Nurhadi. Yasin, Burhan. Senduk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Nurlaeli, Kamilah Kurnia. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Self Asessment Untuk Mengetahui Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP. Universitas Pendidikan Indonesia. Olive, Peter F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Hirper Collens

Publisher.

Paulina, P. (2002). Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Patriasih, R. (2013). Study Tentang Pengetahuan dan Sikap Hygiene Food Handler Pada Siswa SMK Jasa Boga. Prosiding Seminar Nasonal V. “Information Technology and Science by Home Economics toward the 21st Century Skills”. Juni 2013. UNESA Surabaya

PerPres No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

Priyatno. D. (2009). SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Mediakom Yogyakarta.

Rahmayani, R., I W. Sadia., K. Suma. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) terhadap


(2)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self Efficacy Siswa SMP. Jurnal penelitian Pasca Sarjana Undiska. Vol.4. No. 1. Tahun 2014. Diunduh di http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/issue/view/ 69. Ramly, I (2003). Inilah Kurikulum Sekolah. Siri pengurusan Sekolah. Malaysia. Riduwan. (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Robinson,M.D., B.J.Schmeichel., M.Inzlicht. (2010). A Cognitive Control

Perspective of Self-Control Strength and Its Depletion.Journal of Social and Personality Psychology. Compass. Volume 4, Issue 3, pages 189– 200, March 2010. Article first published online: 10 MAR 2010. DOI: 10.1111/j.1751-9004.2009.00244.x

Roosianti, W., (1994). Hubungan Antara Pemantauan Diri dan Popularitas Dengan Pengungkapan Diri Pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Sebayang, Roy Anugrahta. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Melalui Metode Pembelajaran Inquiry Pada Siswa Kelas X Smk Negeri 1 Merdeka Berastagi.

Sabri, Ahmad. (2007). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia

Sabri, Ahmad. (2007). Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Padang: PT. Ciputat Press.

Sagala, H. Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta Salmon, Stefanie Salmon, Stefanie J.; Fennis, Bob M.; de Ridder, Denise T. D.;

Adriaanse, Marieke A.; de Vet, Emely. (2014): Health on impulse: When low self-control promotes healthy food choices. Health Psychology Journa, Vol 33(2), Feb 2014, 103-109. http://psycnet.apa.org/ journals/hea/33/2/103/

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sarwono, S. (1993).Sosiologi Kesehatan, yogyakarta: Gajah Mada University Saskatchewan Education. (1988). Social Studies: A Teacher’ Activity Guide for Grade 7. Regina: Saskatchewan Education.

Saskatchewan Education, 1988. Understanding The Common EssentialLearnings: A Handbook for Teachers. Regina, SK: SaskatchewanEducation.


(3)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sebayang, Roy Anugrahta. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Melalui Metode Pembelajaran Inquiry Pada Siswa Kelas X Smk Negeri 1 Merdeka Berastagi.

Severin, Warner & Tankard.(2005) (terj). Teori Komunikasi. Prenada Media. Jakarta, p: 112-115.

Sihite R.(2000). Sanitation & Hygiene. Surabaya: Penerbit SIC.

Simbolon, B.R. (2010). Paket Materi Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Meningkatkan Perilaku Berwawasan Lingkungan Siswa SD di Jakarta. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan. Vol.XI No. 02 Maret 2010. Universitas Kristen Jakarta.

Simmons, Robert.(1990). Communication Campaign Management, a Sysytem Approach. Longman. Newyork. 1990, p: 28.

Simsek, C., B. Piyal., H. Tuzu., D. Cakmak, H. Turan & V. Seyrek. (2010). Personal Hygiene Behaviour of Some High School Students in Ankara Province. TAF Preventive Medicine Bulletin. Ankara. Turjey.

Skinner, D.F. 1953. Science and Human Behavior. New York: Mc. Milan Inc. Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan.

Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.

SMKN Bogor (2013). Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Hygiene Sanitasi, Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Hidup. Dalam Kurikulum SMKN Bogor. Bogor

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Soewarso, (2000). Pengembangan Model Inquiry dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Progress. Vol 1. No.2, 2012: 113-120.

Southgate,H.A, &Strecth, J.A. (1986). The Science of Catering. Edward Arnold, Pte. Ausralia

Strecher, (1997). The health belief model. dalam Cambridge Handbook of psychology, health and medicine. Edited by Baum A, Newman S, Weinman J, West R, McManus C. Cambridge: Cambridge University Press; 1997:113-116

Suchman, J. Richard. (1966). Developing Inquiry. IIIlinois-USA: Science Research Associetes.


(4)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sudjana, N. (1997), Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, Desertasi, Sinar Baru Algensindo, Bandung

Sugiyono. (2011). Meode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta Bandung.

Sukmadinata, N.S. (2007). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakaya.

Sukriyanto, Nanik Yuliati, Umar HM. Saleh. (2014). Penerapan Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Akibat Perilaku Manusia Terhadap Lingkungan di Kelas IV SDN 1 Bayeman Arjasa Situbondo Tahun 2012/2013. Jurnal Penudidikan 2014, I (1): 32-34. Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.

Sullivan and Yonkler. (2003). Field Guide Designing Health Communication Str ategy, John Hopkins University, Baltimore

Sumantri, M & J. Permana. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Sumarmi. 2012. Model-model Pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media Publishing.

Sumiati, D. (2013) Studi Tentang Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Program Pascasajana. Program Studi Pendidikan Geografi. FIS Universitas Negeri Padang

Sumiati M (2013). Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja Bidang Makanan 1. Bahan Ajar Kurikulum 2013 SMK Prohram Keahlian Tata Boga. Jakarta: Kemendikbud Dirjen SMK.

Surakhmad, W. (1979). Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Sutrisno, L dkk, 2008. Pengembangan Pembelajaran IPA di SD. Depdiknas. Sutisna, D.M. (2002). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ketrampilan Proses

Sains Siswa Kelas II SLTP pada Pokok Bahasan Elektrostatika Melalui Eksperimen Menggunakan Model Cooperative Learning Strategis.Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(5)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Thorogood, Ray. (1982). Current Themes in Vocational Education and Training Policies, Part I. Industrial and Commercial Training 9, pp. 328-331.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Trinandita. 1984. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Hasil Belajar. http // www. Media. Diknas.go. id/ media / document / 5098. pdf.9 mi 2009

Utami Munandar. (1995). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

UU RI No. 20 Tahun (2003) Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Van Dallen Deobold B. 1973. Understanding Educational Research: An Introduction. Mc Graww Hill Company; New York.

Wagustina, S. (2013).Pengaruh Pelatihan Hygiene dan Sanitasi Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah STIKes

U’Budiyah Vol.2, No.1, Maret 2013. Dapat diunduh di

http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/Silvia_Wagustina-mcr-7-jurnal_silvia.pdf Wardhani, A. (2008). Studi Tentang Kesadaran Pekerja Terhadap Pelaporan

Kecelakaan Kerja di PT Astra Nissan Diesel Indonesia. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI. Jakarta.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontomporer. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Wenning, Carl J. 2004. Levels of inquiry: hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Diambil pada tanggal 24 April 2010, dari http://www.phy.ilstu.edu/jpteo/.

Wenrich, R.C. & Wenrich, J.W. (1974). Leadership in Administration of Vocational and Technical Education. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company. Abell & Howell Company.

WHO. (2000). Foodborne Disease: A focus for Health Education. Available from http://www.who.int/foodsafety/publications/capacity/fbd/en/index.

Widiantara, A.G, I.W, Lasmawan, N K Suarni. (2013). Determinasi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja.e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Vol 3, 2013). Program Studi


(6)

Rita Patriasih, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS SELF CONTROLPADA MATA

PELAJARAN SANITASI HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU SISWA DALAM HIDUP SEHAT

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Bali

Yates (1990) dalam David and Barbara (1995: 2425). “A Decision Making Approach to Message Design”.