PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN FIQIH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU BERIBADAH SISWA.

(1)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...………i

SURAT PERNYATAAN...……….………..ii

ABSTRAK ………iii

KATA PENGANTAR………...………..iv

UCAPAN TERIMA KASIH...v

DAFTAR ISI ……….………....vii

DAFTAR TABEL...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….……...1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah………...8

C. Pertanyaan Penelitian ………...….11

D. Definisi Operasional ……….12

E. Tujuan Penelitian ... ……….15

F. Manfaat Penelitian ………15

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakekat madrasah Aliyah...………17

B. Hakekat Mata Pelajaran Fiqih...………23

C. Hakekat Perilaku Siswa..………30

D. Karakteristik Siswa Madrasah Aliyah………31


(2)

ii

A. Metode Penelitian ………69

B. Penelitian Pendahuluan (pra survey)...………72

C. Perencanaan dan Pengembangan Model (Uji Coba Terbatas)…………73

D. Uji Coba Luas...…...………77

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data………77

F. Subyek Penelitian……...………79

G. Analisis Data ………...……80

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ………...…82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………..…………...………84

1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan...84

2. Deskripsi Pengembangan Draft Model...105

3. Deskripsi Hasil Uji Coba Model Terbatas...109

4. Deskripsi Hasil Uji Coba Model Secara Luas...138

B. Pembahasan Hasil Penelitian...153

1. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah...…………..153

2. Desain Model Pembelajaran Kontekstual yang Dikembangkan…...155

3. Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual...165

4. Evaluasi Model Pembelajaran Kontekstual...167

5. Perkembangan Perilaku Beribadah Siswa Setelah Diterapkannya Pembelajaran Kontekstual...169


(3)

iii

A. Simpulan………. ………..………170

B. Rekomendasi..……….………...172

DAFTAR PUSTAKA………174


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Muatan Kurikulum madrasah Aliyah (Kelas X)...26

Tabel 2.2 Muatan Kurikulum MA(kelas XI dan XII Program IPA)...28

Tabel 2.3 Muatan Kurikulum MA(kelas XI dan XII Program IPS)...29

Tabel 3.1 Kegiatan Survey Pendahuluan...73

Tabel 3.2 Kegiatan Perencanaan Awal Pengembangan Model...74

Tabel 4.1Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Mengajar Guru...86

Tabel 4.2 Pandangan guru Terhadap Tugas, Fungsi, Harapan dan Minatnya dalam Mengajar...87

Tabel 4.3 Pandangan Guru Terhadap Pembelajaran Fiqih...89

Tabel 4.4 Kemampuan Siswa Menurut Pandangan Guru...91

Tabel 4.5 Pandangan Guru Terhadap Proses Pembelajaran Fiqih...93

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Pembelajaran Fiqih...95

Tabel 4.7 Pandangan Siswa terhadap Sekolah...98

Tabel 4.8 Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran Fiqih...100

Tabel 4.9 Perilaku Beribadah Siswa pada Uji Coba Terbatas...132

Tabel 4.10 Perilaku Beribadah Siswa pada Uji Coba Terbatas (SPSS)...134

Tabel 4.11 Perilaku Beribadah Siswa pada Uji Coba Luas...145


(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itulah salah satu tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam Undang-undang RI No.20 tentang SISDIKNAS.

Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan masyarakat baik pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Transformasi yang melibatkan berbagai elemen strata sosial dengan sentuhan dominan sains dan teknologi, menuntut upaya penyiapan generasi yang cepat tanggap dengan tetap berpijak pada basis religiusitas dan humanisitas yang ketat. Fenomena kehidupan yang makin komplek, cepat dan instan bahkan tak jarang mengarah pada liberalisme dan materialisme itu secara pasti akan mengikis nilai-nilai essensial dari eksistensi manusia itu sendiri. Maka menjadi sangat beralasan jika kemudian masyarakat menumpukkan harapannya pada pendidikan untuk memaksimalkan perannya sebagai agent of social change.

Sebagai institusi konservasi nilai, masyarakat menumpukkan harapannya kepada agama untuk menjawab, mengontrol dan mengantisipasi dinamika tersebut. Tanggung jawab konservasi nilai ini merupakan beban berat yang mau tidak mau harus dipikul oleh Pendidikan Agama Islam (PAI), sebagai bidang studi


(6)

yang memiliki karakter sarat nilai religiusitas. Yang menjadikan tugas ini semakin berat, adalah karena beban tersebut terkesan dipikul sendiri oleh disiplin ilmu yang berbasis nilai moral dalam hal ini PAI. Sementara fenomena demoralisasi semakin banyak terjadi di masyarakat yang berimbas pada menurunnya kualitas moral para pelajar.

Guru Pendidikan Agama Islam dengan segala keterbatasan yang ada diharapkan mampu menemukan solusi untuk keluar dari carut marut moralitas ini. Padahal secara intern, Pendidikan Agama Islam tengah kelabakan untuk menjawab fenomena pembelajarannya yang cenderung hanya menekankan capaian ranah kognitif semata. Apalah artinya jika ilmu agama Islam hanya mampu dihapal dan dimengerti untuk kemudian diabaikan tidak diimplementasikan.

Jika dianalisis pembelajaran PAI memiliki background yang sangat sulit. Kendala pembelajaran PAI setidaknya dapat dipilah menjadi problematika ideologis filosofis, institusional (suasana sekolah) serta kurikulum dan pembelajaran.

1. Problematika ideologis-filosofis

Rene Descartes’ seorang filosof rasionalisme, pioneer peradaban modern, menolak segala yang disebut sebagai kebenaran yang tidak rasional, tidak bisa diverifikasi. Jika ini yang melandasi sains dan teknologi, maka agama dalam konteks ini akan tersisihkan. Realitas ini mungkin tidak menjadi masalah bagi dunia barat yang membatasi peran agama dalam iptek.


(7)

Dalam perspektif Islam, semua bidang ilmu pengetahuan memiliki kaitan yang niscaya dengan Allah SWT sebagai wajib al-wujud yang menjadi sebab pertama dan utama bagi segala sesuatu.

Kesadaran bahwa segala ilmu pengetahuan adalah dari Allah dan semestinya diabdikan untuk Allah itu akan sangat membantu dalam pembentukan suasana yang islami di sebuah institusi pendidikan. Kondisi tersebut pada gilirannya akan dapat berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian peserta didik yang berwawasan luas dengan kesadaran religiusitas yang tinggi.

2. Suasana Sekolah

Suasana sekolah yang kondusif, akan dapat membantu kepribadian yang islami. Selama PAI hanya dianggap sebagai pelengkap, terlebih jika paradigma dualisme disiplin ilmu mendominasi, yaitu pemisahan ilmu agama dan ilmu umum, maka jadilah guru PAI seperti berjalan sendiri tanpa koordinasi dengan guru mata pelajaran lain, dengan hasil yang tidak akan pernah menyentuh tataran afektif. Masalah penciptaan kondisi yang kondusif ini mutlak diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontradiksi nilai yang terjadi di sekolah yang dapat menyebabkan splite personality, sebuah pribadi yang pecah. Sekolah harus menyediakan kondisi kondusif (islami) jika benar-benar menginginkan PAI maksimal di lembaga tersebut. Sebagai konsekuensinya sekolah semestinya terus berupaya menyediakan sarana ibadah secara memadai disertai penciptaan suasana yang religius. Sekolah harus dapat menyatukan visi dan misi iptek-imtaq pada segala unsur pendukung pendidikan di sekolah tersebut. Jika sekolah telah


(8)

berbenah dengan menyediakan suasana yang kondusif bagi internalisasi nilai-nilai agama, dua dari tripusat pendidikan lainnya yang merupakan kategori pendidikan luar sekolah, keluarga dan masyarakat diharapkan dapat mengimbangi.

Jika kondisi dan suasana kondusif seperti di atas bisa diwujudkan, maka PAI sebagai pioneer transfer ilmu agama dan pembentukan nilai diharapkan dapat memaksimalkan pendidikan agamanya.

Dari sudut pendekatan tampak jelas bahwa kurikulum PAI selama ini cenderung hanya menggunakan pendekatan yang dominan rasional. Problematika kurikuler ini sangat krusial. Jika platformnya bermasalah tentu akan sangat kesulitan dalam implementasi proses belajar mengajarnya.

Hal yang juga sangat utopis adalah harapan kita untuk menanamkan secara tuntas nilai-nilai agama Islam dengan jam tatap muka yang sangat terbatas. PAI dengan kondisi yang demikian mungkin hanya mampu memenuhi kompetensi dasar Agama Islam saja, sedangkan internalisasi nilai religiusitas memerlukan waktu yang memadai secara intensif.

3. Kurikulum dan Pembelajaran

Adapun masalah pendekatan, strategi pembelajaran merupakan masalah yang diharapkan dapat memberikan solusi atas segala keterbatasan yang ada. Apapun kondisi dan situasi yang dihadapi PAI haruslah ditampilkan dengan pilihan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga segala keterbatasan yang ada tersebut dapat diminalisir. Karena menunggu tersedianya kondisi dan situasi


(9)

seringkali hanya menjadi tinggal harapan, maka alternatif pengembangan pembelajaran menjadi tak terelakkan. Disinilah guru diharapkan dapat secara cerdas dan kreatif memanipulasi segala hal-dalam pengertian positif.

Sedangkan Pendidikan Islam adalah pendidikan individual dan masyarakat, karena di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi, masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain (Daradjat, 1996: 28).

Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian pengetahuan tentang agama Islam. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi PAI (Hamdani, 2003: 1), begitu juga selama ini muncul berbagai kritikan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah, bahwa PAI di sekolah lebih bersifat verbalistik dan formal atau merupakan tempelan saja.


(10)

Metode pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Seperti halnya metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktekkan dalam perilaku keseharian), akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan sikap beragama siswa kurang mendapat perhatian dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan agama islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan media dan teknik - teknik mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan (Hamdani, 2003: 1).

Melihat kenyataan di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita lebih menekankan pada ranah kognitif dan mengabaikan ranah efektif yang memperhatikan penguatan sikap beragama siswa. Seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif

dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat siswa tidak mampu mengaktivasi


(11)

kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain (Indra Djati, 2003: 24). Memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat menggiring pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran sesuai sifat materi yang diajarkan, seperti adanya penguatan pada sikap beragama siswa. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak-anak memahami dan merenungkan apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan perilaku beribadah siswa pada materi PAI.

Berdasarkan hasil obesrvasi di lapangan tentang perilaku beribadah shalat lima waktu di Madrasah Aliyah di Gunung Kencana menunjukkan masih sangat rendah. Hal ini didukung dengan fakta bahwa siswa tidak ada yang melakukan ibadah di mesjid yang ada di sekolah yaitu hanya hanya lima orang yang mengikuti shalat berjamaah dalam setiap harinya.


(12)

Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Maka penulis berinisiatif untuk mengambil judul “Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Perilaku Beribadah Siswa dalam Mata Pelajaran Fiqih pada Madrasah Aliyah.” Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan beribadah sehari-hari.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Tujuan pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah perilaku

(behavior) peserta didik. Perilaku siswa yang diharapkan dapat berubah mencakup: pertama, ranah perilaku pengetahuan, kedua, ranah perilaku sikap, dan ketiga, ranah perilaku keterampilan.

Tujuan pendidikan sangat terkait dengan perubahan perilaku. Unsur-unsur perubahan perilaku menunjuk kepada yang diketahui (knowledge), apa yang dapat mereka lakukan (skills), apa yang mereka rasakan (attitudes), dan apa yang mereka kerjakan (action).


(13)

Domain kognitif dan afektif sebagaimana yang telah dikemukakan, apabila dikaitkan dengan teori pembelajaran dari Benjamin Bloom mengandung penafsiran bahwa faktor utama yang mempengaruhi pencapaian hasil balajar adalah kualitas pembelajaran itu sendiri.

Upaya pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan agama pada semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan perlu memperoleh apresiasi positif dari semua elemen masyarakat yang peduli terhadap pola pikir, sikap dan perilaku anak bangsa dewasa ini. Terjadinya berbagai krisis moral, hukum, sosial, selama ini dianggap sebagai akibat rendahnya kotribusi pendidikan dalam menanamkan integritas etik dan akhlak pada anak didik. Anggapan ini mungkin ada benarnya jika diamati bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) termasuk di dalamnya pelajaran Fiqih selama ini lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Selama ini yang berkembang adalah pengajaran dari pada pendidikannya, sehingga masalah yang berkaitan dengan character building bangsa terabaikan. Karenanya, masalah yang sering muncul adalah yang berkaitan dengan keadaban (civility) masyarakat pada umumnya.

Sudah banyak kritik yang dialamatkan kepada lembaga-lembaga pendidikan mengenai budaya dan praktek-praktek destruktif dari perilaku remaja yang menandakan gagalnya pendidikan agama di sekolah. Maka hal ini cukup beralasan untuk meniscayakan keprihatinan para agamawan dan praktisi pendidikan untuk mencari solusi yang signifikan bagi keberadaan sistem pendidikan agama.


(14)

Pendidikan agama diharapkan dapat meredakan perilaku destruktif. Walaupun perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti teknologi informasi baik cetak maupun elektronik yang turut mempengaruhi tata nilai dan tradisi yang sejatinya harus dipegang. Implikasi negatif dari perkembangan global teknologi ini sedikitnya memunculkan pribadi-pribadi yang miskin moral-spiritual.

Perkembangan teknologi pembelajaran saat ini menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran, bahwa untuk melaksanakan pembelajaran seorang guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lancar. Untuk mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran kiranya perlu ditunjang oleh pemanfaatan media dan sumber belajar yang relevan dengan kebutuhan belajar siswa.

Pengembangan model pembelajaran dilakukan pada dasarnya adalah sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satu diantara tujuan tersebut adalah perubahan perilaku siswa, perilaku tersebut meliputi perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengembangan model pembelajaran kontekstual pada Madrasah Aliyah bertujuan untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa sebagai lulusan sekolah menengah yang memiliki ciri khas pendidikan agama Islam. Dengan demikian model pembelajaran ini akan diterapkan pada mata pelajaran agama Islam khususnya mata pelajaran Fiqih.


(15)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini memfokuskan pada upaya pengembangan model pembelajaran yang mampu meningkatkan perilaku beribadah dalam mata pelajaran Fiqih pada Madrasah Aliyah.

Untuk itu rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran kontekstual bagaimanakah yang sesuai untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa dalam mata pelajaran Fiqih Madrasah Aliyah di kabupaten Lebak?”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rincian pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak saat ini?

2. Model pembelajaran kontekstual bagaimana yang dapat meningkatkan aktivitas perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak, dengan fokus pertanyaan pada hal-hal berikut:

a) Bagaimana perencanaan pembelajaran Fiqih dengan menggunakan model kontekstual untuk meningkatkan aktivitas perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak?

b) Bagaimana implementasi pembelajaran Fiqih dengan menggunakan model kontekstual untuk meningkatkan aktivitas perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak?


(16)

c) Bagaimana evaluasi pembelajaran Fiqih dengan menggunakan model kontekstual untuk meningkatkan aktivitas perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak?

3. Bagaimanakah efektivitas model kontekstual dalam pembelajaran Fiqih untuk meningkatkan aktivitas perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak?

D. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Tuckman (1979: 79) adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama dalam mendeskripsikan judul mengenai sasaran yang akan kita teliti. Sedangkan definisi konseptual menurut Tuckman (1979: 79) berfungsi untuk mendefinisikan sesuatu secara konseptual. Pada definisi konseptual suatu konsep didefinisikan dengan menggunakan referensi dari konsep lain.

Ada dua variabel atau aspek utama yang menjadi inti kajian dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kontekstual, dan perilaku beribadah. Agar ada kesamaan konsep dan persepsi yang menjadi pegangan dalam penyusunan instrumen pengumpulan data, kedua variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional.


(17)

1. Model Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut: “anak belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, memberi makna pada pengetahuan itu”. (Nurhadi, 2003: 4). Tugas guru memfasilitasi: agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. Strategi belajar (proses) lebih dipentingkan daripada hasil belajar.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi, dkk, 2004: 13).

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

merupakan sistem pembelajaran yang bertujuan membantu siswa mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari baik individual maupun kelompok, baik situasi di kelas maupun di luar kelas dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Dalam penelitian ini, hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa dalam pembelajaran kontekstual adalah:

a. Mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja dan produk. b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.


(18)

c. Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber: hasil tes tulis, proyek/kegiatan dan laporannya, portofolio, hasil karya siswa, presentasi, demonstrasi serta diskusi.

2. Perilaku Beribadah

Perilaku beribadah dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang tunduk kepada Allah SWT karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid

yang mencakup: (1) perilaku dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti berdzikir, berdo’a dan membaca Al-Qur’an; (2) perilaku dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membantu atau menolong orang lain, jihad dan mengurus jenazah; (3) perilaku dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya seperti salat, zakat, puasa dan haji; (4) perilaku yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri seperti puasa,

i’tikaf dan ihram; dan (5) perilaku yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan seseorang yang berutang kepadanya.

Berdasarkan paparan di atas, secara lengkap definisi operasional dari penelitian ini dibatasi pada perilaku ibadah yang dalam hal ini dibatasi pada ketaatan menjalankan perintah salat tepat pada waktunya dengan melakukan pengembangan terhadap model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Fiqih dalam upaya meningkatkan aktivitas beperilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah kabupaten Lebak. Perilaku ibadah dalam hal ini dibatasi pada ketaatan melaksanakan perintah solat tepat pada waktunya.


(19)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan perilaku beribadah siswa dalam mata pelajaran Fiqih pada Madrasah Aliyah.

2. Tujuan Khusus

Dengan mengacu pada tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui kondisi pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah saat ini. b. Menemukan model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan

aktivitas perilaku beribadah siswa di Madrasah Aliyah.

c. Menemukan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis adalah untuk menghasilkan suatu pengembangan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Fiqih pada Madrasah Aliyah. Sedangkan manfaat praktis adalah :

1. Bagi instansi terkait (Departemen Agama), hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai untuk pelajaran Fiqih.


(20)

2. Bagi sekolah (Madrasah Aliyah), hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

3. Bagi kepala madrasah, agar dapat meningkatkan pelaksanaan pembelajaran Fiqih di madrasahnya.

4. Bagi guru bidang studi Fiqih, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fiqih.


(21)

69 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan, kegiatan, program yang sedang berjalan saat ini. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui keadaan saat ini dan bersama-sama para pelaksana secara berangsur mengadakan perbaikan-perbaikan atau penyempurnaan. Untuk mengembangkan suatu model, program, instrument, media, dan lain-lain digunakan model penelitian pengembangan, dan dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)

Adapun alasan pemilihan metode ini adalah karena pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah saat ini khususnya untuk mata pelajaran Fiqih masih di dominasi oleh penyajian ceramah, yang membuat siswa kurang diberi kesempatan untuk merenungkan, menganalisis dan mengaktualisasikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

dalam meningkatkan perilaku beribadah pada mata pelajaran Fiqih.

Untuk mengembangkan model tersebut sangat dibutuhkan data-data dan informasi sebagai bahan analisis dari objek yang diteliti baik internal maupun eksternal, serta sebagai dasar pembuatan rancangan dan pengembangan model


(22)

yang diharapkan. Metode yang digunakan disusun secara sistematis yang dikembangkan dari metode kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pendekatan

Educational Research and Development (R & D) yaitu penelitian yang disebut

Research Based Development. Pengembangan berbasis penelitian merupakan strategi yang memberi harapan dalam menghadapi upaya peningkatan pendidikan, karena penelitian dan pengembangan merupakan metoda untuk mengetahui realitas pembelajaran yang terjadi saat ini dan dikembangkan untuk dapat dioperasionalkan.

Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan “Penelitian Pengembangan” (Researceh & Development). Pendekatan ini mengacu pada pendapat Borg & Gall (1983:772), yang menyatakan model penelitian pengembangan ialah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan, seperti materi pembelajaran, metode pembelajaran dan lain-lain yang dilakukan dalam siklus penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1983 : 772), yang meliputi: (1) Research and information collecting

(penelitian dan pengumpulan informasi); (2) Planning (perencanaan); (3)

Develop preliminary form of product (membuat rancangan awal); (4) Preliminary field testing (uji coba pendahuluan); (5) Main product revision (revisi terhadap rancangan awal); (6) Main field testing (uji coba produk utama); (7) Operational product revision (revisi untuk menghasilkan produk utama); (8) Operational field testing (uji coba operasional); (9) Final product revision (revisi produk terakhir); (10) Dissemination and implementation (diseminasi dan penerapan) .


(23)

Mengacu kepada pengembangan model yang dilakukan hanya sampai menghasilkan hipotetis dalam mengimplementasikan langkah-langkah di atas untuk pengembangan Model Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah pada mata pelajaran Fiqih, hal ini disederhanakan menjadi tiga tahapan proses yang meliputi: (a), studi pendahuluan, (b) perencanaan, (c) pengembangan. Secara lebih operasional, langkah-langkah penelitian dan pengembangan model dikemukakan sebagai berikut:

Gambar : 1

Pengembangan Model Pembelajaran Perilaku Beribadah Melalui Pendekatan

Research and Development ( R & D )

STUDI PENDAHULUAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN

SETUDI LITERATUR - TEORI DAN KONSEP

PEMBEALAJARAN FIQIH - TEORI DAN KONSEP

PERILAKU BERIBADAH - PENELITIAN TERDAHULU

STUDI LAPANGAN

- PBM

- KONDISI SISWA

- KONDISI GURU

- SARANA

- LINGKUNGAN

SEKOLAH

HASIL KAJIAN LITERATUR DAN SURVEY DRAF MODEL - TUJUAN - PARTISIPAN - PROSEDUR - UJI KELAYAKAN

DRAF AWAL MODEL YANG SIAP DIUJI COBAKAN

UJI COBA TERBATAS

- DRAF AWAL - IMPLEMENTASI - EVALUASI

- PENYEMPURNAAN

UJI COBA LEBIH LUAS

- DRAF AWAL

- IMPLEMENTASI

- EVALUASI

- PENYEMPURNAAN

MODEL KONTEKSTUAL


(24)

B. Penelitian Pendahuluan (Prasurvey)

Penelitian pendahuluan meliputi kajian kepustakaan dan pendahuluan. Kajian pustaka ditujukan untuk mempelajari landasan-landasan mengenai pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa pada mata pelajaran Fiqih, yang akan dikembangkan dalam model pembelajaran serta mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model tersebut. Survey pendahuluan diarahkan untuk menemukan model-model sejenis atau embrio dari model tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran saat ini. Survey lapangan juga ditujukan untuk mengungkap kondisi nyata yang merupakan faktor pendukung atau penghambat penerapan model yang akan dikembangkan. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi, kemampuan dan kinerja guru, kondisi siswa, serta kuantitas dan juga kualitas sarana atau fasilitas pembelajaran yang tersedia di sekolah.

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui tentang kondisi pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru-guru di kelas terutama pada mata pelajaran Fiqih saat ini, meliputi: desain pembelajaran, pengembangan teknologi sebagai media pembelajaran, pemanfaatan media, manajemen pengelolaan, dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih.

Aspek-aspek yang diteliti pada tahap prasurvey adalah: 1) studi dokumentasi, yaitu mengkaji kurikulum Madrasah Aliyah (MA) terutama mata pelajaran Fiqih; 2) melakukan studi lapangan pada madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Lebak untuk melihat bagaimana desain pembelajaran, pengembangan


(25)

media, pemanfaatan media, manajemen pengelolaan, dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran Fiqih saat ini.

Hasil penelitian prasurvey akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan model pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa dalam mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah (MA).

Tabel : 3.1

Kegiatan Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan Data Yang Dikumpulkan

Peran Guru Kemampuan guru dalam perencanaan,

pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Pemahaman guru mengenai model pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning / CTL) perilaku beribadah.

Peran siswa Kondisi awal siswa, pengalaman dan tingkat perkembangan siswa

Ketersediaan dan Penggunaan fasilitas belajar Fiqih

Ketersediaan dan penggunaan bahan ajar

Ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran

Ukuran kelas dan iklim sekolah Jumlah siswa per kelas

Penataan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar

Evaluasi belajar Bentuk evaluasi yang dilakukan

C. Perencanaan dan Pengembangan Model ( Uji Coba Terbatas)

Proses pengembangan model meliputi sejumlah kegiatan yaitu penyusunan draft model, uji coba terbatas dan uji coba lebih luas serta finalisasi model. Draft model disusun berdasarkan landasan teori hasil kajian kepustakaan serta memadukan kesesuaian karakteristik model pendekatan pembelajaran


(26)

kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa dalam mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah (MA). Uji coba terbatas dilakukan minimum terhadap satu sekolah, yaitu Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gunung Kencana di Kabupaten Lebak dengan sampel kelas sebelah (sebanyak satu kelas) jumlah siswa sebanyak 38 orang. Uji coba lebih luas dilakukan sebanyak tiga siklus. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap proses dari hasil pelaksanaan model terbatas ini, guna memperoleh data sebagai bahan refleksi, hingga mendapatkan bahan yang solid.

Tabel. 3.2

Kegiatan Perencanaan Awal Pengembangan Model

Perencanaan Awal Komponen yang dikembangkan Desain Pembelajaran Konsep/subkonsep,kelas/semester,

waktu untuk satu kali pertemuan,tujuan pembelajaran umum,aspek perilaku beribadah yang sesuai dengan

konsep/subkonsep,tujuan pembelajaran khusus ,masalah, materi

pembelajaran,KBM, alat dan bahan, alat penilaian dan alat evaluasi.

Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Kontekstual (CTL)

Merumuskan masalah, pengamatan yang dilakukan,Konteks materi pelajaran Fiqih yang harus dilakukan siswa,komunikasi yang harus dilakukan siswa, dll

Evaluasi Bentuk evaluasi tes tertulis, alat

penilaian (tes kinerja, hasil kerja, dan portofolio)

Tahap perencanaan dan pengembangan model dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(27)

1. Merumuskan desain, yang meliputi: desain pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik siswa.

a. Desain Sistem Pembelajaran

Desain sistem pembelajaran adalah prosedur yang terorganisir yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut: analisa kemampuan yang diharapkan, merumuskan tujuan pembelajaran yang meliputi : tujuan, merumuskan lingkup masalah/penentuan materi dan bahan ajar yang akan disampaikan, merumuskan kegiatan belajar yang dilaksanakan meliputi tahap-tahap: pendahuluan, pengembangan, dan tahap kulminasi dan evaluasi pembelajaran.

Prosedur proses meliputi: tes awal, evaluasi proses pembelajaran, tes akhir, sedangkan jenis evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan dan observasi (proses dan hasil).

b. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi, mengurutkan kegiatan pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung pada pembelajaran Fiqih, digunakan strategi pembelajaran sebagai berikut: ceramah (ekspositori), belajar aktif (active learning), pemecahan masalah (problem solving), kooperatif-kolaboratif dan praktek individu dan kelompok.

c. Karakteristik siswa

Karakteristik siswa dalam hal ini adalah hal yang melekat pada diri siswa yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada efektivitas


(28)

proses dan hasil pembelajaran. Adapun aspek-aspek dari tiap individu siswa yang dipertimbangkan dalam penelitian ini diantaranya adalah: “minat pribadi (individual interest), nilai-nilai pribadi (individual value), kebutuhan pribadi (individual needs), tujuan pribadi (individual purposes), standar pribadi (individual standard), model belajar pribadi (individual models of learning)”. (Curtis Bidwel : 1976)

2. Merumuskan pengembangan media/alat yang digunakan yang meliputi pengembangan media pembelajaran baik cetak maupun non cetak.

3. Merumuskan pemanfaatan, yaitu meliputi: pemanfaatan media/alat pembelajaran, implementasi dan institusionalisasi, kebijakan yang sesuai dengan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan perilaku beribadah siswa.

4. Merumuskan pengelolaan yang meliputi perencanaan, monitoring dan konsolidasi, dalam hal ini bagaimana merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi implementasi dari model yang didesain.

5. Merumuskan evaluasi, yang meliputi: penilaian perubahan perilaku siswa setelah dilaksanakan treatment pembelajaran. Penilaian hasil belajar siswa dilaksanakan secara tertulis melalui angket dan penilaian langsung melalui observasi untuk menilai peningkatan perilaku beribadah siswa.


(29)

D. Uji Coba Lebih Luas

Uji coba lebih luas dilakukan pada tiga Madrasah Aliyah (MA), yaitu MA Al-Riyadul Jannah Maja, MA Wasilatul Falah Pasindangan dan MA Mathla’ul Anwar Cigintung. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan membandingkan hasil pretes dan postes.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif yaitu:

1. Angket

Angket dipakai untuk mengetahui pandangan siswa dan guru terhadap pendekatan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Fiqih untuk meningkatkan perilaku beribadah yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak diperoleh melalui observasi maupun survey. Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth information). Karena beberapa hal, antara lain: antara lain: ”(1) peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden; (2) peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow up question); (3) responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan; (4) responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi dimasa silam dan masa mendatang.” (Alwasilah: 1991: 26).


(30)

Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk mendapatkan seluruh informasi yang belum diperoleh pada saat survey dan observasi, yaitu mengenai model pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa. Teknik wawancara dilakukan ketika melakukan penelitian pendahuluan.

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Nana Sudjana & Ibrahim, 1989 : 109).

Dalam penelitian ini teknik observasi dilakukan pada setiap tahapan penelitian, baik pada tahap prasurvey, tahap pengembangan model maupun tahap uji coba. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data pada saat observasi, maka disusun alat observasi dengan menggunakan lembar observasi.

4. Analisis Dokumen

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan informasi khususnya untuk melengkapi data dalam rangka penelitian prasurvey. Guba & Lincoln (1981: 87). Dokumen merupakan sumber data yang alami, bukan hanya muncul dari konteksnya tapi juga menjelaskan konteks itu sendiri yang relatif mudah dan murah dan terkadang dapat diperoleh dengan cuma-cuma.

Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari dokumen kurikulum yang digunakan saat ini oleh guru mata pelajaran Fiqih dan administrasi kelengkapan menganjar yaitu kurikulum,


(31)

program tahunan, program semester, menyusun silabus guna mendesain pembelajaran/RPP yang disusun oleh guru mata pelajaran Fiqih.

5. Instrumen Untuk Menilai Hasil Belajar

Instrumen penilaian hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif Arikunto (1991: 161) mengemukakan bahwa: “tes subjektif adalah tes yang mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka atau uraian”. Pernyataan ini didukung oleh Gronlund (1976: 233) yang menjelaskan bahwa:”hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan membutuhkan jawaban yang lebih terbuka dalam hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif”. Lebih lanjut Gronlund (1976: 233) membedakan tes subjektif dalam dua kategori yaitu:”bentuk jawaban terbatas dan bentuk jawaban terbuka atau pilihan ganda”.

Dalam penelitian ini pada tahap uji coba pengembangan model digunakan kedua bentuk tes tersebut dengan alasan bahwa hasil yang diharapkan melalui penerapan model pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa.

F. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran Fiqih dan siswa kelas X MA di kabupaten Lebak. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut:


(32)

1. Dalam penelitian prasurvey, guru mata pelajaran Fiqih yang sedang mengajar di kelas X MA di Kabupaten Lebak, sejumlah tiga orang guru Fiqih dan siswa kelas X sejumlah 120 orang dijadikan subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi yang menggambarkan proses pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa yang sedang berlangsung.

2. Langkah selanjutnya melakukan penetapan satu MA yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yakni tempat dilakukannya uji coba terbatas terhadap model pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Fiqih untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa.

3. Setelah diperoleh model yang sesuai dengan kondisi setempat, langkah selanjutnya dilakukan uji coba lebih luas pada tiga MA di Kabupaten Lebak propinsi Banten.

G. Analisis Data

1. Hasil penelitian pendahuluan

Data yang diperoleh melalui penelitian pendahuluan dianalisis dengan teknik analisis profil yakni melihat kecenderungan sehingga diperoleh gambaran bagaimana guru mengembangkan desain pembelajaran, pengembangan media, pemanfaatan media, serta sarana yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah, manajemen pengelolaan, dan evaluasi pembelajaran.


(33)

2. Hasil pengembangan model

Data kualitatif hasil observasi, wawancara dan data dari angket dianalisis dengan pendekatan kualitatif, yaitu melalui penafsiran secara langsung untuk menyusun kesimpulan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dalam proses uji coba, yaitu hasil penilaian melalui pretes dan postes. Data kuantitatif tersebut dianalisis dengan uji t untuk melihat peningkatan penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih Di MA propinsi Banten, dengan bantuan SPSS 16.

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan, kegiatan, program yang sedang berjalan saat ini. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui keadaan saat ini dan bersama-sama para pelaksana secara berangsur mengadakan perbaikan-perbaikan atau penyempurnaan. Untuk mengembangkan suatu model, program, instrument, media, dan lain-lain digunakan model penelitian pengembangan,dan dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)

Adapun alasan pemilihan metode ini adalah karena pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah saat ini khususnya untuk mata pelajaran Fiqih masih didominasi oleh penyajian ceramah, yang membuat siswa kurang diberi kesempatan untuk merenungkan, menganalisis dan mengaktualisasikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal.


(34)

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

dalam meningkatkan perilaku beribadah pada mata pelajaran Fiqih

Untuk mengembangkan model tersebut sangat diutuhkan data-data dan informasi sebagai bahan analisi dari objek yang diteliti baik internal maupun eksternal, serta sebagai dasar pemuatan rancangan dan pengembangan model yang diharapkan. Metode yang digunakan disusun secara sistematis yang dikembangkan dari metode kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pendekatan

Educational Research and Development (R and D) yaitu penelitian yang disebut

Research Based Development. Pengembangan berbasis penelitian merupakan strategi yang member harapan dalam menghadapi upaya peningkatan pendidikan, karena penelitian dan pengembangan metoda untuk mengetahui realitas pembelajaran yang terjadi saat ini dan dikembangkan untuk dapat dioperasionalkan.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak. Peneliti tertarik untuk mencoba melakukan inovasi pembelajaran disebabkan di Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak belum banyak dikembangkan model pembelajaran yang beragam dan masih didominasi oleh model pembelajaran ceramah.


(35)

Sampel yang dipilih dalam penelitian ini melibatkan 3 (tiga) lokasi Madrasah Aliyah, yang meliputi : Madrasah Aliyah Al-Riyadul Jannah Maja, Wasilatul Falah Pasindangan dan Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Cirinten.


(36)

170 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang dilakukan pada kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas dan validasi melalui eksperimen dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Saat ini.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa kondisi proses pembelajaran Fiqih selama ini berlangsung pada dasarnya tidak mengalami perubahan secara mendasar, karena guru lebih cenderung menggunakan rencana pembelajaran yang ada, bahkan dalam menggunakan metode pembelajaran hanya bersifat ceramah dan tanya jawab, sehingga guru cenderung monoton dalam menyampaikan materi yang mengakibatkan siswa merasa jenuh dengan mata pelajaran Fiqih yang disampaikan guru. Berdasarkan temuan tersebut, maka dikembangkanlah model pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan perilaku ibadah siswa dalam mata pelajaran Fiqih. Pengembangan model pembelajaran yang dibuat berdasarkan kepada kajian teknologi pendidikan dengan lima kawasannya yang meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian pembelajaran kontekstual mata pelajaran Fiqih.


(37)

2. Model Pembelajaran Kontekstual yang dapat Meningkatkan Perilaku Beribadah Siswa Madrasah Aliyah

a. Perencanaan Pembelajaran Fiqih Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi

skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assesmentnya.

b. Implementasi Pembelajaran Fiqih dengan Model Pembelajaran Kontekstual Implementasi pembelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berdasarkan hal-hal sebagai berikut: a) pembelajaran berbasis masalah; b) memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar; c) memberikan aktivitas kelompok; d) membuat aktivitas belajar mandiri; dan e) menerapkan penilaian authentic.

Dalam implementasinya pembelajaran kontekstual yang digunakan di sini menerapkan konsep masyarakat belajar (learning community), yang menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama melalui orang lain. Di mana pengembangan masyarakat belajar dalam pendekatan kontekstual sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan


(38)

masyarakat belajar lain di luar kelas. Di sini setiap siswa dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat).

c. Evaluasi Pembelajaran Fiqih dengan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual, jenis penilaian yang digunakan yaitu penilaian autentik yang dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian ini memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran. Adapun bentuk penilaian yang digunakan oleh guru, yaitu: portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, unjuk kerja, hasil karya, dan laporan tertulis.

3. Efektivitas Model Pembelajaran dalam Meningkatkan Perilaku Beribadah Siswa

Model pembelajaran kontekstual hasil pengembangan ini cukup efektif dalam meningkatkan perilaku beribadah siswa pada mata pelajaran Fiqih. Efektivitas tersebut ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata perilaku beribadah dari jawaban kuisioner siswa dan assesmen otentik seperti observasi, tes performan dan porto folio dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Efektivitas model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan perilaku beribadah terjadi pada siswa di semua peringkat sekolah.


(39)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran Kontekstual yang dapat meningkatkan perilaku beribadah siswa Madrasah Aliyah, maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :

1. Untuk Guru Fiqih atau Guru Kelas

Secara empiris, model pembelajaran kontekstual yang dikembangkan telah mampu meningkatkan perilaku beribadah siswa, karena itu disarankan agar model yang telah dihasilkan ini menjadi salah satu alternatif bagi para guru untuk mendidik siswanya agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik di masyarakat serta memiliki perilaku beribadah yang baik pula sebagai bekal dasar melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Guru Fiqih khususnya dan guru kelas pada umumnya disarankan untuk mau mempelajari model-model pembelajaran baru yang saat ini banyak dikembangkan seperti pembelajaran kontekstual, kooperatif, quantum, problem solving, tematik dan lain-lain sehingga guru dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.

2. Untuk Kepala Sekolah

Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah selalu terkait dengan kebijakan kepala Sekolah, oleh karena itu sebagai pengambil kebijakan sekolah, kepala sekolah harus memberikan dukungan terhadap berbagai usaha yang dilakukan oleh guru untuk melakukan inovasi dalam


(40)

pembelajarannya. Dukungan kepala sekolah terhadap inovasi yang dilakukan bagi guru akan menciptakan suasana yang kondusif bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan tentu saja berpengaruh juga pada peningkatan proses dan perilaku beribadah siswa.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Model pembelajaran kontekstual memiliki banyak pendekatan atau tipe, telah terbukti dari berbagai penelitian telah mampu meningkatkan kemampuan akademis dan perilaku beribadah siswa. Penelitian ini hanya difokuskan pada model kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa pada tingkat Madrasah Aliyah melalui mata pelajaran Fiqih. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada fokus yang berbeda, jenjang pendidikan, mata pelajaran, atau pendekatan lain dari model pembelajaran kontekstual.


(41)

174

Alwasilah, C. (2007). Contextual Teaching & Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: MLC

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1989). Pendidikan Islam di Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asabiliha Fil Baiti Walmadrasati Walmujtama’). Terjemahan Sihabudin. Jakarta: Gema Insani Press.

At-Toumy, Omar Muhammad. (1979). Falsafah Tarbiyah Al-Islamiyah. Jakarta: Bulan Bintang.

Azizy, A. Qodri. (2003). Pendidikan Untuk Membangun Etika Sosial. Semarang: Aneka Ilmu.

Beauchamp, G. (1975). Curriculum Theory. Wilmette: Illinois The KAGG Press.

Borg, W.R., & Gall, M.D. (1979). Educational Research: An Introductian. New York: Longman Inc.

Dakir. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Agama RI. (1991). Rencana Strategik Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.

Departemen Agama RI. (2004). Membiasakan Tradisi Agama: Arah Baru Pengembangan PAI Pada Sekolah Umum.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiional. Jakarta.

Gagne, R. (1974). Curriculum Improvement Decision Making and Process. Boston: Allyn & Bacon Inc.

Hamalik, O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2006) Implementasi Kurikulum Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Hamalik, Oemar. (1988). Pendekatan Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru

Algesndo.Hasan, H.S. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya Johnson, E. (2002). Contextual teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc.

Joyce, Bruce & Weil, Marsha. (2000). Models of Teaching. London: Allyn & Bacon.

Lexy, J.M. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(42)

Englewood Cliffs, Educational Technology Publication, Inc.

Miller, J.P. & Seller, W. (1985). Curriculum Perspektive and Practice. New York: Longman Inc.

Muslich, Masnur, (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.

Jakarta: PT. Bumi Angkasa

Nurhadi, & Senduk, A.G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: Umpress

Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publisher. Ramayulis. (2001). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Reigeliuth, CM. (1983). Instructional Design Theories & Model: An Overview of Their Current Status. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Rusman, (2008) Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Sanjaya, Wina. (2007) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

Jakarta: Kencana Perenada Media Group

Sukmadinata, N.S. (2004) Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya

Sukmadinata, N.S. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sukmadinata, N.S. (2005) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Suparlan. (2008). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: Armico Tafsir, Ahmad. (1992). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektiif Islam. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Tuckman, B.W. (1978). Conducting Educational Research. Harcourt Barce Javanovic. London: Publisher.

Tyler, R.W. (1980). Basic Principles of Curricullum and Instruction. Chicago and London: The University of Chicago Press.

UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Zais, S. Robert. (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York: Harper & Row. Publisher, Inc.


(43)

(1)

172

masyarakat belajar lain di luar kelas. Di sini setiap siswa dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat).

c. Evaluasi Pembelajaran Fiqih dengan Model Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, jenis penilaian yang digunakan yaitu penilaian autentik yang dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian ini memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran. Adapun bentuk penilaian yang digunakan oleh guru, yaitu: portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, unjuk kerja, hasil karya, dan laporan tertulis.

3. Efektivitas Model Pembelajaran dalam Meningkatkan Perilaku Beribadah Siswa

Model pembelajaran kontekstual hasil pengembangan ini cukup efektif dalam meningkatkan perilaku beribadah siswa pada mata pelajaran Fiqih. Efektivitas tersebut ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata perilaku beribadah dari jawaban kuisioner siswa dan assesmen otentik seperti observasi, tes performan dan porto folio dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Efektivitas model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan perilaku beribadah terjadi pada siswa di semua peringkat sekolah.


(2)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran Kontekstual yang dapat meningkatkan perilaku beribadah siswa Madrasah Aliyah, maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :

1. Untuk Guru Fiqih atau Guru Kelas

Secara empiris, model pembelajaran kontekstual yang dikembangkan telah mampu meningkatkan perilaku beribadah siswa, karena itu disarankan agar model yang telah dihasilkan ini menjadi salah satu alternatif bagi para guru untuk mendidik siswanya agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik di masyarakat serta memiliki perilaku beribadah yang baik pula sebagai bekal dasar melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Guru Fiqih khususnya dan guru kelas pada umumnya disarankan untuk mau mempelajari model-model pembelajaran baru yang saat ini banyak dikembangkan seperti pembelajaran kontekstual, kooperatif, quantum, problem solving, tematik dan lain-lain sehingga guru dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.

2. Untuk Kepala Sekolah

Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah selalu terkait dengan kebijakan kepala Sekolah, oleh karena itu sebagai pengambil kebijakan sekolah, kepala sekolah harus memberikan dukungan terhadap berbagai usaha yang dilakukan oleh guru untuk melakukan inovasi dalam


(3)

174

pembelajarannya. Dukungan kepala sekolah terhadap inovasi yang dilakukan bagi guru akan menciptakan suasana yang kondusif bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan tentu saja berpengaruh juga pada peningkatan proses dan perilaku beribadah siswa.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Model pembelajaran kontekstual memiliki banyak pendekatan atau tipe, telah terbukti dari berbagai penelitian telah mampu meningkatkan kemampuan akademis dan perilaku beribadah siswa. Penelitian ini hanya difokuskan pada model kontekstual untuk meningkatkan perilaku beribadah siswa pada tingkat Madrasah Aliyah melalui mata pelajaran Fiqih. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada fokus yang berbeda, jenjang pendidikan, mata pelajaran, atau pendekatan lain dari model pembelajaran kontekstual.


(4)

174

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. (2007). Contextual Teaching & Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: MLC

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1989). Pendidikan Islam di Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asabiliha Fil Baiti Walmadrasati Walmujtama’). Terjemahan Sihabudin. Jakarta: Gema Insani Press.

At-Toumy, Omar Muhammad. (1979). Falsafah Tarbiyah Al-Islamiyah. Jakarta: Bulan Bintang.

Azizy, A. Qodri. (2003). Pendidikan Untuk Membangun Etika Sosial. Semarang: Aneka Ilmu.

Beauchamp, G. (1975). Curriculum Theory. Wilmette: Illinois The KAGG Press.

Borg, W.R., & Gall, M.D. (1979). Educational Research: An Introductian. New York: Longman Inc.

Dakir. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Agama RI. (1991). Rencana Strategik Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.

Departemen Agama RI. (2004). Membiasakan Tradisi Agama: Arah Baru Pengembangan PAI Pada Sekolah Umum.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiional. Jakarta.

Gagne, R. (1974). Curriculum Improvement Decision Making and Process. Boston: Allyn & Bacon Inc.

Hamalik, O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2006) Implementasi Kurikulum Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Hamalik, Oemar. (1988). Pendekatan Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru

Algesndo.Hasan, H.S. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya Johnson, E. (2002). Contextual teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc.

Joyce, Bruce & Weil, Marsha. (2000). Models of Teaching. London: Allyn & Bacon.

Lexy, J.M. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(5)

175

McAshan, M. (1981). Competency Based Education and Behaviour Objectives. New Jersey: Englewood Cliffs, Educational Technology Publication, Inc.

Miller, J.P. & Seller, W. (1985). Curriculum Perspektive and Practice. New York: Longman Inc.

Muslich, Masnur, (2007) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Angkasa

Nurhadi, & Senduk, A.G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: Umpress

Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publisher. Ramayulis. (2001). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Reigeliuth, CM. (1983). Instructional Design Theories & Model: An Overview of Their Current Status. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Rusman, (2008) Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Sanjaya, Wina. (2007) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: Kencana Perenada Media Group

Sukmadinata, N.S. (2004) Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya

Sukmadinata, N.S. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sukmadinata, N.S. (2005) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Suparlan. (2008). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: Armico Tafsir, Ahmad. (1992). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektiif Islam. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Tuckman, B.W. (1978). Conducting Educational Research. Harcourt Barce Javanovic. London: Publisher.

Tyler, R.W. (1980). Basic Principles of Curricullum and Instruction. Chicago and London: The University of Chicago Press.

UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Zais, S. Robert. (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York: Harper & Row. Publisher, Inc.


(6)

Dokumen yang terkait

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V SD Negeri 03 Pulokul

0 1 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V SD Negeri 03 Pulokul

0 1 13

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MODEL INSTRUCTIONAL GAMES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

10 21 35

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA.

0 0 146

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS.

0 1 55

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA (Studi pada mata pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang ).

0 0 93

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA.

0 1 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS.

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

0 0 15