PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT: penelitian tindakan partisipatoris pada anggota komunitas schoolzone di radio SE 88.1 FM bandung.

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling

oleh

Ahmad Rofi Suryahadikusumah NIM 1302817

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar.” (Terjemahan QS Ali-Imran [03]: 104)

Karya ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, serta pihak-pihak yang selalu mendukung karir penulis.


(3)

FM Bandung)

oleh

Ahmad Rofi Suryahadikusumah

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana

Ahmad Rofi Suryahadikusumah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT HALAMAN PENGESAHAN TESIS

AHMAD ROFI SURYAHADIKUSUMAH 1302817

BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG

POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

(Penelitian Tindakan Partisipatoris pada Anggota Komunitas Schoolzone di Radio SE 88.1 FM Bandug)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M. Pd. NIP 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Bimbingan dan Konseling

Prof. Dr. Uman Suherman AS., M. Pd. NIP 19620623 198610 1 001


(5)

saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 31 Juli 2015

Yang membuat pernyataan,


(6)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT ABSTRAK

Ahmad Rofi S. (2015). Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive

Youth Development (Penelitian Tindakan Partisipatoris Terhadap Komunitas Schoolzone di

Radio SE 88.1 FM Bandung). Tesis. Dibimbing oleh: Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Program Studi Bimbingan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian dilatarbelkangi oleh fungsi program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung penciptaan lingkungan yang kondusif bagi positive youth development (PYD) anggota komunitas schoolzone. Tujuan dari penelitian ialah menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung PYD pada anggota komunitas schoolzone di Radio SE 88.1 FM Bandung. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan partisipatoris. Penelitian dilakukan di Radio SE 88.1 FM Bandung dengan subjek penelitian anggota komunitas schoolzone, yaitu komunitas remaja yang memiliki ketertarikan dalam bidang penyiaran radio. Penelitian menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung PYD berdasarkan refleksi terhadap dua siklus tindakaan. Rekomendasi ditujukan kepada 1) anggota komunitas untuk mempertahankan kompetensi yang dicapai selama intervensi, 2) Radio SE 88.1 FM untuk menggunakan pola pembinaan komunitas berdasarkan tindakan pada penelitian, 3) praktisi bimbingan dan konseling yang akan melakukan bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung PYD agar memiliki keterampilan memahami karakterstik keterampilan psikologis yang dibutuhkan anggota, memahami pola interkasi, dan mampu melibatkan berbagai pihak dalam proses bimbingan konseling komunitas, serta 4) peneliti selanjutnya untuk mengintegrasikan bimbigan dan konseling komunitas dengan aspek akademik anggota komunitas, sehingga mencapai PYD yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Kata kunci: Bimbingan konseling komunitas, positive youth development, komunitas,


(7)

Guided by: Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Guidance and Counseling Program, Postgraduate School, Indonesia University of Education.

The study aims to find the accurately community counseling program to promote the positive youth development (PYD) of schoolzone community members, at SE 88.1 FM Radio Bandung. Research using qualitative and quantitative approaches, with participatory action research methods. The study was did at SE 88.1 FM Radio Bandung, with subjects are schoolzone community members, youth community that interested to broadcasting world . The instrument used was adapted from inventory of Positive Youth Development , that justified by experts of measurement, adolescent development, and language. The result is acurately community counseling program to promote positive youth development, taken from reflection of two action cycle. Recommendations addressed to 1) members of the community to maintain competence that achieved during program, 2) SE Radio 88.1 FM to use patterns of community development, based on research finding, 3) counseling practitioners who will perform guidance and counseling community to support the PYD have to understanding the characteristics of the psychological skills that needed by members, understand the patterns of interaction, and capable to involving the various people in community counseling programs, and 4) further research to integrate community counseling with the academic fields of community members, in order to get positive youth development in the entire aspects of life.


(8)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ... Halaman Motto dan Persembahan ... Halaman Hak Cipta ... Halaman pengesahan ... Pernyataan ...

Ucapan Terima Kasih ... i

Abstrak ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Tesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT DAN BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS ... 9

A. Konsep Positive Youth Development ... 9

B. Konsep Komunitas Sebagai Media Pengembangan Remaja ... 26

C. Komunitas Penyiar Radio Sebagai Sarana Mencapai Positive Youth Development ... 32

D. Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 33

E. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 57

F. Asumsi-asumsi Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 67

G. Kerangka Pemikiran ... 69

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. Metode Penelitian ... 70

B. Desain Penelitian ... 72

C. Subjek Penelitian ... 73

D. Definisi Oprasional ... 73

E. Pengembangan Instrumen ... 76

F. Prosedur Penelitian ... 85


(9)

3. Pelaksanaan Program ... 96

4. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 117

5. Profil Positive Youth Development Anggota Komunitas Setelah Dilakukan Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 122

B. Pembahasan ... 127

1. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 127

2. Perubahan Profil Positive Youth Development Setelah Intervensi Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 132

3. Faktor – Faktor Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Komunitas untuk Mendukung Positive Youth Development ... 135

4. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas untuk Mendukung Positive Youth Development ... 142

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Rekomendasi ... 149 Daftar Pustaka ... Lampiran-lampiran ...


(10)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Community counseling in community mental health

agencies... 50

Tabel 2.2 Matriks program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung Positive youth development (PYD)... 60

Tabel 3.1 Kisi – kisi inventori positive youth development ... 77

Tabel 3.2 Pola skor opsi alternatif respon model summated rating... 77

Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil penimbangan instrumen ... 78

Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil uji validitas ... 84

Tabel 3.5 Kriteria keterandalan instrumen ... 85

Tabel 3.6 Hasil studi pendahuluan ... 86

Tabel 3.9 Hasil justifikasi rancangan tindakan... 88

Tabel 4.1 Rancangan tindakan dalam direct community ... 94

Tabel 4.2 Rancangan tindakan dalam indirect community ... 95

Tabel 4.3 Satuan layanan latihan out of the box ... 96

Tabel 4.4 Satuan layanan latihan out of the box sesi dua ... 97

Tabel 4.5 Satuan layanan berlatih kreatif menghadapi masalah dilematis ... 99

Tabel 4.6 Satuan layanan kegiatan sirkuit yang kelebihan beban ... 100

Tabel 4.7 Satuan layanan kegiatan mengenal teknik AAA stres... 101

Tabel 4.8 Satuan layanan kegiatan belajar dari senior ... 102

Tabel 4.9 Satuan layanan berbagi pengalaman dalam menghadapi stress ... 104

Tabel 4.10 Satuan layanan kegiatan refleksi pengalaman bekerjasama dengan orang dewasa ... 105

Tabel 4.11 Satuan layanan kegiatan project based learning... 106

Tabel 4.12 Satuan layanan kegiatan pembentukan identitas diri dengan lembar evaluasi ... 108

Tabel 4.13 Satuan layanan pembentukan identitas diri dengan teknik round ... 109

Tabel 4.14 Kegiatan dalam direct community... 120

Tabel 4.15 Rincian tindakan dalam indirect community ... 121

Tabel 4.16 Deskripsi profil positive youth development setelah intervensi ... 122

Tabel 4.17 Refleksi perubahan perilaku anggota komunitas pada setiap fokus intervensi ... 123

Tabel 4.18 Perbandingan aktivitas presentasi klasikal dengan sharing bersama pernyiar senior mengenai teknik menghadapi stres ... 128

Tabel 4.19 Matriks program bimbingan konseling komunitas untuk mendukung Positive Youth Development hasil penelitian.. 142


(11)

development ……….. 23 Gambar 2.2 Pengembangan komunitas untuk meningkatkan keputusan

komunitas tentang usaha dan sumberdaya …... 28 Gambar 2.3 Keempat Pendekatan Bimbingan dan Konseling

Komunitas, dan Model Pelayanannya ………... 44 Gambar 2.4 Model Kepemimpinan Organisasi Dari D‟Andrea ... 56 Gambar 3.1 Model interaksi spiral dalam action research ………...72


(12)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Judgement Instrumen

Lampiran 2 Inventori Positive Youth Development setelah Judgement Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 4 Instrumen Setelah Uji Validitas

Lampiran 5 Hasil Judgement Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Developmen Lampiran 6 Catatn siklus penelitian

Lampiran 7 Contoh homework. Lampiran 8 Dokumentasi


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Positive Youth Development (PYD) merupakan pandangan baru, yang

memahami remaja sebagai aset pada perkembangan manusia. Lerner dkk. (2005) berpendapat konsep PYD memandang remaja memiliki potensi untuk sukses, berkembang dengan sehat, dan memiliki kapasitas untuk berkembang dengan positif. PYD didasari oleh pendapat yang menyatakakan remaja akan berusaha memenuhi kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial, dan untuk membangun serta menggunakan kompetensi yang terlihat penting untuk kehidupann, di masa sekarang dan di masa depan (Lynch & Mahler, 2014).

PYD menjadi sebuah pandangan yang baru dan kuat untuk menentang pandangan tradisional mengenai masa remaja. Jelicic dkk. (2007) mengungkapkan perspektif PYD akan relevan dengan desain program yang akan diberikan pada remaja berdasarkan ide-ide pengembangan yang positif, semua remaja dapat dikembangkan, dan pengembangan berfungsi untuk mengurangi dorongan untuk melakukan perilaku berisiko. Pengurangan perilaku berisiko tinggi adalah inti dari kerangka PYD, yang mengakui perilaku negatif risiko rendah adalah bagian dari perkembangan remaja yang sehat.

Penelitian berbagai program pengembangan remaja berorientasi PYD dilatarbelakangi hasil temuan komprehensif dari The National 4-H Council mengenai studi positive youth development yang dimulai pada tahun 2002, hasil survey terhadap 7.000 remaja dari berbagai latar belakang di 42 negara bagian Amerika Serikat, yang menunjukkan PYD berkontribusi kepada penurunan perilaku berisiko di usia remaja. Hasil peneletian Jelice dkk.. (2005) menunjukkan PYD dapat memprediksi kontribusi yang lebih tinggi dan menurunnya tingkat perilaku berisiko. Schwartz dkk. (2010) menggambarkan PYD bertindak sebagai faktor protektif untuk perilaku berisiko, khususnya merokok dan penggunaan ganja. Penelitian Schwartz dkk. (2010) menerangkan


(14)

2

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

meskipun PYD memiliki efek pencegahan, dapat juga menjadi proses promotif yang mengalihkan remaja dari kesempatan berprilaku negatif.

Komunitas merupakan sarana untuk mencapai positive youth development. Konformitas pada usia remaja menjadikan lingkungan komunitas sebagai sarana dalam pembentukan psiko-sosial, termasuk identitas dan penanaman nilai. Remaja membawa energi tertentu dengan relasi (pertemanan) dan dunia sosial remaja (Silbereisen , 2007). Herrling, dan Kuperminc (1997) menyatakan keikutsertaan remaja dalam komunitas merupakan ruang positif dalam mengembangkan moralitas remaja.

Keberadaan komunitas di Kota Bandung menjadi media pengembangan diri remaja yang positif dan kreatif, bahkan berdampak secara regional. Kota Bandung ditetapkan sebagai kota kretif se-Asia Timur salah satunya karena berkembangnya banyak komunitas kreatif di Kota Bandung (.bdg magazine ed. 1). Komunitas kreatif di Kota Bandung berdampak positif kepada pengembangan kerpribadian anggotanya, seperti komunitas earth hour yang berfokus kepada kampanye penghematan energi, sahabat kota yang aktif membantu pengembangan pendidikan untuk anak di lingkungan prasejahtera, pensil kertas yang memfasilitasi remaja untuk berkreatifitas dengan peralatan yang sederhana, dan lain sebagainya.

Komunitas dapat berpengaruh negatif pada perkembangan remaja. Lingkungan komunitas yang negatif menjadikan remaja dalam komunitas berprilaku negatif. Remaja dalam komunitas menjadi tidak kompeten, cinta kekerasan, dan tidak produktif jika lingkungan komunitas tidak memberi kesempatan kepada anggota untuk memunculkan kompetensi, peduli pada sesama, dan menghasilkan karya.

School zone merupakan salah satu komunitas pelajar Kota Bandung yang

terbentuk dari sebuah program siaran di radio ON 94,8 FM Bandung. Anggota komunitas school zone merupakan siswa SMA / sederajat yang aktif mengisi siaran di program school zone. Studi pendahuluan terhadap curriculum vitae, dan observasi kegiatan anggota school zone menunjukkan data sebagai berikut.


(15)

1. Anggota school zone mengikuti kegiatan hanya untuk mengisi waktu luang

2. Kesadaran anggota akan kemampuan dan kontribusi yang dapat dilakukan melalui kegiatan school zone masih kurang

3. Anggota school zone belum menemukan peluang pengembangan diri dari keikutsertaan pada program school zone

4. Kegiatan yang berjalan pada komunitas pelajar school zone meliputi siaran dan nongkrong.

Keterlibatan remaja dalam schoolzone idealnya menjadi media untuk. untuk saling mengembangkan keterampilan (competence), menjadi ahli dalam bidang keradioan (confidence), dan belajar untuk berkarya melalui kegiatan radio (contribution). Keterlibatan remaja yang berarti dalam komunitas school zone merupakan kunci untuk mencapai positive youth development. Kondisi scholzone pada studi pendahuluan mengindikasikan fungsi komunitas sebagai media pengembangan remaja yang positif belum nampak, sehingga perlu diberikan intervensi yang memfasilitasi anggota schoolzone untuk berkembang dalam komunitas.

Bimbingan dan konseling komunitas adalah kegiatan untuk membantu komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada pada anggota komunitas (Lewis & Lewis, 1989). Pengembangan program bimbingan dan konseling dalam membantu anggota komunitas berfokus kepada memfasilistasi anggota mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuan untuk kepentingan diri anggota, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungan, dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimiliki anggota secara optimal.


(16)

4

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

Program bimbingan dan konseling komunitas membantu anggota

schoolzone mengoptimalkan keterlibatan dalam komunitas, sebagai media untuk

berkembang sesuai perspektif positive youth development. Komunitas didorong untuk menjadi lingkungan yang memberi kesempatan belajar, menggunakan keterampilan yang dimiliki sebagai partisipasi terhadap lingkungan masyarakat lebih luas. Hasil dari keterlibtan remaja dalam komunitas yang mendukung perkembangan ialah sosok utuh remaja yang memiliki aspek competence,

confidence,character, caring, connection, dan contribution.

Bimbingan dan konseling komunitas merupakan intervensi bimbingan dan konseling dalam seting komunits seagai dukungan sitsem, disebut juga

community outreach. Gysbers & Henderson (2012) berpendapat community outreach didesain untuk mengetahui sumberdaya masyarakat, kesempatan untuk

berkarya, dan potensi karir lokal. Fungsi outreach berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Bimbingan dan konseling komunitas sebagai community outreach memanfaatkan minat dan keterlibatan siswa dalam komunitas sebagai peluang pengembangan diri yang positif.

Pengembangan program bimbingan dan konseling komunitas pada komunitas school zone merupakan pemanfaatan keterlibatan remaja dalam komunitas , sehingga menjadi dukungan dalam menciptakan lingkungan untuk mencapai positive youth development . Siaran radio yang menjadi kegiatan dalam komunitas school zone pada dasarnya bukan hanya untuk menyalurkan minat anggota pada siaran radio, melainkan alternatif pengembangan kompetensi, identitas yang positif, menunjukkan kepedulian, dan berkontribusi kepada masyarakat luas. Program bimbingan dan konseling komunitas membantu anggota komunitas memanfaatkan peluang dan keterlibatan dalam kegiatan komunitas.

Peneliti merancang penelitian yang berjudul program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development. Penelitian diharapkan menjadi gambaran intervensi terhadap keterlibatan remaja dalam komunitas sebagai peluang mencapai positive youth development, dan community


(17)

outreach sebagai bentuk dukungan sistem yang masih jarang dilakukan oleh

praktisi bimbingan dan konseling. B. Rumusan Masalah

Program berorientasi PYD memfasilitasi remaja berkembang secara positif melalui pengembangan kapasitas diri remaja, yang dapat menjadi kontribusi diri kepada lingkungan. Kapasitas dri remaja akan berkembang jika lingkungan terdekat remaja mendukung terhadap pengembangan remaja. Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara remaja dengan lingkungan menjadi fokus utama dalam program berorientasi PYD.

Komunitas merupakan lingkungan yang dapat memfasilitasi perkembangan manusia. Situasi komunitas akan memberi kesempatan bagi remaja untuk berkontribusi pada lingkungannya, sehingga memunculkan pandangan yang positif pada perkembangan remaja (PYD). Program intervensi komunitas merupakan peluang untuk melakukan program pengermbangan remaja berorientasi PYD.

Intervensi remaja dalam komunitas banyak dilakukan oleh pelayanan sosial, organisasi sosial, atau lembaga swadaya masyarakat. Fokus intervensi terhadap komunitas ialah mendorong remaja untuk berkespresi dan mengembangkan diri dalam komunitas, serta mengupayakan dukungan bagi perkembangan remaja. Aktivitas yang dilakukan dalam intervensi komunitas melingkupi pelatihan, mobilisasi anggota komunitas, dan advokasi terhadap pemenuhan hak remaja untuk berkembang pada pimpinan ataupun masyarakat luas.

Bimbingan dan konseling komunitas memiliki orientasi yang berbeda dalam mendukung positive youth development, yaitu memfasilitasi anggota komunitas memahami konteks lingkungan yang dihadapi sehingga mampu merancang berbagai aktivitas terstruktur yang dapat bermanfaat untuk pengembangan potensi diri remaja. Program bimbingan dan konseling komunitas memberikan kesempatan pada remaja (anggota komunitas) untuk menggunakan keterampilan yang dapat direfleksikan menjadi perilaku yang berpengaruh positif (positive norm behavior) terhadap lingkungan.


(18)

6

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

Pertanyaan penelitian adalah seperti apa program bimbingan dan

konseling komunitas yang tepat untuk mendukung positive youth development

pada anggota schoolzone?. Secara operasional batasan permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran positive youth development anggota schoolzone sebelum mendapatkan bimbingan dan konseling komunitas?

2. Seperti apa rancangan program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development?

3. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development?

4. Pada bagian apa saja terjadi perubahan program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development setelah dilakukan tindakan?

5. Adakah perubahan pada positive youth development anggota komunitas setelah diberikan program bimbingan dan konseling komunitas?

6. Faktor apa saja yang membuat program bimbingan dan konseling komunitas mampu mengembangkan positive youth development? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendorong positive youth development pada anggota

schoolzone. Tujuan penelitian lebih terperinci yaitu :

1. Menggambarkan positive youth development anggota schoolzone sebelum mendapatkan bimbingan dan konseling komunitas

2. Merancang program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development

3. Menggambarkan proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development

4. Menjelaskan perubahan yang terjadi pada program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development setelah dilakukan tindakan


(19)

5. Menggambarkan perubahan positive youth development yang terjadi pada anggota komunitas setelah diberikan program bimbingan dan konseling komunitas

6. Menemukan faktor keberhasilan program bimbingan dan konseling komunitas dalam mengembangkan positive youth development

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut.

a. Bagi komunitas, dapat menjadi alternatif kegiatan yang lebih tepat dalam mengembangkan aspek-aspek positive youth development.

b. Bagi prodi dan profesi bimbingan dan konseling, dapat memberikan kontribusi untuk kajian bimbingan, dan menambah khasanah intervensi bimbingan dan konseling.

c. Bagi anggota komunitas, dapat memberikan kesempatan untuk mencapai aspek aspek pada positive youth development.

E. Struktur Organisasi Tesis

Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Pendidikan Indonesia (2014) sistematika penulisan laporan penelitian (tesis)

disusun sebagai berikut.

Bagian awal, berisi tentang halaman judul, pernyataan keaslian tulisan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan, pada bab satu dikemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab II Landasan Teori, membahas teori yang melandasi permasalahan tesis yang merupakan kerangka teoritis yang diterapkan dalam tesis, serta posisi teoritik peneliti. Pada bab ini berisi tentang konsep dasar positive youth development , keterkaitan positive youth development dengan kegiatan komunitas remaja, konsep dan langkah pengembangan program bimbingan


(20)

8

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

konseling komunitas untuk mendukung positive youth development, serta asusmsi penelitian .

Bab III Metode Penelitian, bab tiga berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian yang digunakan, termasuk devinisi oprasional variabel, serta komponen seperti lokasi penelitian, subjek penelitian, desain , dan prosedur penelitian, dan teknik analisis datanya.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab empat mengemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian , yang akan menjadi jawaban pemasalahan yang diangkat pada penelitian ini.

Bab V Penutup, bab lima berisi tentang simpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.

Bagian akhir, berisi daftar pustaka serta lampiran – lampiran yang mendukung.


(21)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

METODE PENELITIAN

Bab tiga menguraikan informasi yang berkenaan dengan metode penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen penelitian, serta prosedur penelitian.

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode action research (penelitian tindakan) dengan pendektan kualitiaf dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memahami dan mendeskripsikan perubahan perilaku secara spesifik selama proses tindakan melalui observasi, sehingga dapat merefleksikan ketercapaian tujuan intervensi dengan tepat. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menggambarkan profil positive youth development berdasarkan inventori positive youth development, sebagai generaliasasi pencapaian setiap aspek positive youth development .

Definisi komprehensif tentang penelitian tindakan dipaparkan oleh Carr & Kemmis (1988, hlm. 5) sebagai bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan termasuk didalamnya guru, siswa atau kepala sekolah dalam suatu situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktek-praktek sosial (kependidikan) yang dilakukan, pemahaman tentang praktek serta situasi kelembagaan tempat praktek dilaksanakan. Penelitian tindakan merupakan upaya perbaikan dan perubahan situasi yang didasari oleh refleksi terhadap kegiatan praktik.

Penelitian tindakan dapat merupakan suatu cara untuk menetapkan suatu model lokal atau khusus untuk suatu situasi atau kelompok tertentu atau mengaplikasikan suatu teori dalam skala kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan khusus dengan situasi yang spesifik. Mertler (2011: hlm.5) mengungkapkan penelitian tindakan secara spesifik memusatkan perhatian baik kepada ciri unik populasi, subjek penelitian yang menjadi objek pelaksanaan, maupun sasaran sebuah praktik atau yang menjadi mitra wajib bagi tindakan tertentu.


(22)

71

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara spesifik metode yang digunakan ialah Participatory Action

research (PAR) atau penelitian tindakan partisipatoris. Orientasi dari penelitian

tindakan partisipatoris ialah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk berkontribusi kepada perubahan dalam oraganisasi ataupun masyarakat (Creswell, 2012 : 582). Penelitian dilakukan peneliti untuk bersama-sama mengeksplorasi, dan memahami hubungan antara individu dengan interaksi lingkungannya, sehingga mampu memperbaiki proses yang diperikirakan lebih tepat terjadi antara individu dengan lingkungan.

Kurtnis dkk. (2008, hlm. 375) merekomendasikan model partisipatoris dalam menciptakan program berorientasi positive youth development. Eccless Keterlibatan komunitas dalam penelitian tindakan partisipatoris bukan hanya untuk menggambarkan nilai kolaboratif dalam menindaklanjuti kebutuhan yang mendesak dari komunitas, melainkan menunjukkan pula keuntungan dari pemberlajaran bersama komunitas dalam mengelola pengetahuan dalam proses pengembangan program (Kurtnis dkk., 2008, hlm. 376). Penelitian tindakan partisipatoris memanfaatkan keterlibatan komunitas sebagai upaya kolaboratif dalam menghasilkan program intervensi yang tepat bagi pengembangan positive

youth development anggota komunitas.

Hasil penelitian Hamby dkk. (2011, hlm. 12) menunjukkan peserta yang terlibat secara langsung pada program berorientasi positive youth development mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta yang menerima kurikulum program. Temuan Hamby dkk. mendukung asumsi penelitian tindakan partisipatoris dapat menjadi metode yang efektif untuk mengembangkan program-program berorientasi positive youth development dibandingkan kuasi eksperimen.

Penelitian tindakan partisipatoris dipilih sebagai metode penelitian untuk melibatkan anggota komunitas dalam mengkaji situasi komunitas sebagai media untuk mengembangkan aspek-aspek positive youth development, sehingga dapat memperbaiki proses intervensi terhadap remaja dalam lingkungan komunitas. Peneliti dan partisipan dalam komunitas bersama-sama mengkaji isu-isu perkembangan remaja yang positif di dalam komunitas, mengkaji isu secara mendalam, hingga merancang dan melakukan kegiatan yang dapat memanfaatkan


(23)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

bimbingan konseling komunitas yang menjadi produk penelitian ini akan menjadi alternatif dalam model pelayanan bimbingan, serta merubah paradigma negatif terhadap komunitas dan hubungannya dengan perkembangan diri remaja.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan yang dilakukan menggungkan siklus spiral dari Stringer. Stringer (2007 : hlm. 9 ) mengggambarkan pola penelitian tindakan spiral seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Model interaksi spiral dalam action research (Sumber : Stringer, 2007 : hlm. 9)

Model spiral merupakan proses yang dilkukan berulang kali, dan merevisi prosedur serta interpretasi. Tiga langkah dalam model spiral antara lain look (melihat), think (memikirkan), dan act (melakukan). Berikut penjelasan setiap langkah.

1. Look adalah membantu partisipan dalam penelitian untuk memahami

kembali aktifitas dan kegiatan yang sudah dilakukan. Proses yang dilakukan ialah mengumpulkan informasi, studi dokumentasi,

memperluas pemahaman (misalkan brainstorming),

menyelenggarakan pertemuan, dan mengkomunikasikan data.

2. Think merupakan kegiatan menginterpretasikan dan menganalisis.

Tujuan dari langkah kedua ialah untuk menyaring informasi yang terkumpul, mengidentifikasi unsur-unsur pengalaman, dan mengaktifkan peserta untuk memahami masalah yang mempengaruhi kehidupan dan kegiatan. Secara oprasional dapat dilakukan dengan


(24)

73

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengategorikan penglaman, menganalisis pengalaman yang bermakna atau berkesan, menganalisis berdasarkan konsep tertentu, berkolaborasi menuliskan laporan dan mepresentasikannya.

3. Act atau disebut juga menyelesaikan masalah dilakukan untuk

merencanakan dan mengimplementasikan kegaiatan yang diperkirakan lebih baik dilakukan oleh partisipan. Langkah oprasional pada tahap ini adalah planing (merencanakan kegiatan), implementing (melakukan), reviewing (melihat kembali aktifitas yang sudah dilakukan), dan evaluating (mengevaluasi).

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian yang selanjutnya disebut partisipan adalah komunitas schoolzone. Komunitas schoolzone merupakan komunitas remaja yang berawal dari siaran radio school of zone di Radio ON 94,8 FM dan saat ini siaran di SE 88.1 FM dalam program zona anak sekolah. Anggota schoolzone merupakan siswa SMA/ SMK dan yang sederajat di Kota Bandung, yang mengelola program siaran school of zone. Kegiatan yang berjalan dalam komunitas schoolzone antara lain siaran radio, latihan keterampilan siaran,

nongkrong, dan review kuliner di Kota Bandung. Komunitas schoolzone berharap

dapat dikenal dan menjadi pusat trend remaja di Kota Bandung, komunitas remaja yang kreatif dan cerdas, serta menjadi panutan bagi remaja di Kota Bandung. D.Definisi Oprasional

Berdasarkan fokus kajian, pada bagian ini dipaparkan operasional pengertian yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut.

1. Positive youth development

Positive youth development ialah pandangan positif terhadap remaja.

Learner et.al (2007 : hlm. 8) menerangkan berbagai litelatur menjelaskan

positive youth development terbentuk oleh ketercapaian remaja pada lima aspek

yaitu competence (kompeten), confidence (percaya diri) , connection (memiliki relasi) , character (berkarakter) , caring & compassion (peduli) , serta satu aspek tambahan yaitu contribution (kontribusi). Aspek aspek positive youth development merupakan hasil dari keterlibatan remaja dalam program pengembangan remaja


(25)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

Gunn, 2003).

Definisi operasional dari positive youth development ialah hasil dari keterlibtan partisipan dalam program pengembangan remaja melalui bimbingan dan konseling komunitas, yang tergambar dari skor rata-rata pada aspek

competence, character, connection, caring, confidence, dan contribution.

Berikut penjelasan setiap aspek.

a. Competence (kompetensi). Kompetensi merupakan pandangan positif

dari tindakan seseorang dalam bidang tertentu termasuk domain sosial, akademik, kognitif, dan kejuruan (Lerner, 2005). Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan interpersonal (misalnya, resolusi konflik). Kompetensi kognitif dengan kemampuan kognitif (misalnya, pengambilan keputusan). Pandangan mengenai siswa yang berbakat merupakan kompetensi akademik. Kompetensi kejuruan melibatkan kebiasaan kerja dan eksplorasi pilihan karir

b. Confidence (rasa percaya diri). Confidence adalah rasa yang

menginternal secara keseluruhan untuk menghargai diri dan

self-efficacy; salah satu pandangan global untuk menghormati diri, sebagai

lawan keyakinan domain tertentu (Lerner, 2005). Fokus pada aspek

confidence adalah persepsi pada diri akan kemampuannya mencapai

sasaran yang diinginkan dalam kehidupannya, penerimaan dari lingkungan sosial, kesiapan dalam menghadapi tantangan, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada berbagai situasi.

c. Connection (relasi sosial). Connection didefinisikan sebagai relasi

positif dengan orang-orang dan lembaga atau organisasi, yang tercermin dalam kemampuan individu untuk bekerjasama dengan rekan-rekan, keluarga, sekolah, dan masyarakat (Lerner, 2005). Bentuk

connection antara lain memiliki banyak teman, peduli pada lingkungan,

dapat bekerja sama dengan orang dewasa, memiliki kedekatan dengan lingkungan keluarga, ataupun masyarakat secara luas.

d. Character (berkarakter). Konteks karakter yang diharapkan dari


(26)

75

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki standar perilaku yang benar, rasa benar dan salah (moralitas), dan integritas (Rooth & Brooks-Gunn , 2003). Perilaku yang mewakili karakter yang diharapakan antara lain melakukan tindakan yang diyakini benar (moral), mengerjakan sesuatu dengan sebaik baiknya, dapat menjadi panutan dan diandalkan, serta mampu menghadapi situasi yang tidak diharapkan.

e. Caring ( Kepedulian) . Caring merupakan ekspresi simpati dan empati

kepada sesama (Lerner, 2005). Kepedulian menjadi komponen yang akan membuat remaja berinisiatif untuk berkontribusi di lingkungan sosialnya. Caring yang diukur oleh inventori meliputi keinginan untuk membantu, memikirkan dampak dari putusan untuk orang lain, memberikan dukungan kepada orang lain, serta mampu merasakan dan peduli pada orang lain.

f. Contibution . Contribution merupakan bentuk keterlibatan remaja

sebagai partisipan yang aktif dalam kegiatan pelayanan publik, dan pengambilan keputusan organisasi, komunitas, ataupun masyarakat (Lerner, 2005). Secara oprasional, contribution tercermin dari peran aktif dalam komunitas, mampu memberikan manfaat kepada orang lain, bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan, memiliki keinginan dan kepercayaan untuk membuat perubahan.

2. Program bimbingan dan konseling komunitas

Definisi oprasional program bimbingan dan konseling komunitas pada penelitian adalah rangkaian kegiatan yang menjadi intervensi kepada komonunitas

school zone dalam seting pengembangan potensi siswa sebagai penyiar radio,

berorientasi agar angggota komunitas dapat mengembangkan karakter dan perilaku dalam aspek – aspek positive youth development melalui pengalaman mengembangkan kreatifitas, belajar mengatasi masalah dan situasi stres, menjalin relasi, serta berkontribusi terhadap lingkungan melalui prestasi di dalam kegiatan komunitas dan kepenyiaran radio.

Secara oprasional program bimbingan dan konseling komunitas dilakukan dengan empat strategi berikut.


(27)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

komunitas yang bersifat psiko-edukasi (mendidik aspek psikologis) untuk membantu mengembangkan keterampilan pada setiap aspek dalam positive youth development. Intervensi dapat disampaikan melalui pemberian informasi, bimbingan kelompok, dan pelatihan keterampilan bagi seluruh anggota komunitas. Landasan pemilihan konten dan teknik penyampaian ialah keterampilan umum yang dibutuhkan oleh seluruh anggota komunitas berdasarkan skor paling rendah pada setiap aspek dalam inventori positive youth development, serta gambaran umum karakteristik anggota komunitas.

b. Indirect community services, merupakan upaya penciptaan lingkungan

yang kondusif agar seluruh anggota komunitas dapat mengembangkan perilaku yang diharapkan dalam aspek – aspek positive youth

development. Implementasi indirect community meliputi pengembangan

struktur komunitas, konsultasi dan menghimpun dukungan lembaga radio, penggunaan sumber daya eksternal (masyarakat, keluarga, maupun sekolah), pengelolaan program, dan mekanisme jejaring kerjasama.

c. Direct client services, yaitu layanan responsif untuk memfasilitasi

pengembangan kompetensi dan kesehatan mental bagi konseli atau anggota komunitas yang berpotensi menghadapi permasalahan dan hambatan dalam mengembangkan aspek-aspek positive youth

development. Pelayanan responsif meliputi kegiatan konseling untuk

menemukan tindakan yang solutif, dan penjangkauan untuk mempersiapkan individu menghadapi transisi dan situasi berisiko. d. Indirect community services, yaitu strategi yang berorientasi kepada

intervensi terhadap lingkungan individu atau kelompok tertentu yang memungkinkan untuk mengembangakan karakter maupun perilaku dalam aspek-aspek positive youth development. Kegiatan yang dilakukan berupa advokasi terhadap sistem pendukung pengembangan individu melalui koordinasi dan konsultasi.


(28)

77

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Pengembangan Instrumen 1. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen dalam penelitian dirancang untuk mengungkap profil positive

youth development partisipan penelitian, sebelum dan sesudah diberi program

bimbingan dan konseling komunitas. Pengembangan instrumen dilakukan dengan menyadur The Positive Youth Development Inventory (PYDI), yang dikembangkan oleh Arnold, Nott, dan Meinhold, pada tahun 2012 .

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengungkap profil

positive youth development dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Inventori Positif Youth Development

Aspek No. Item Jumlah

Competence 1-14 14

Character 15-23 9

Connection 24-31 8

Caring 32-39 8

Confidence 40-48 9

Contribution 49-55 7

Total 55

(Sumber : Arnold, Nott, dan Meinhold, 2012) 2. Penyekoran

Inventori positive youth development terdiri atas 55 item pertanyaan. Model penyekoran setiap item menggunakan skala Likert, dengan menyediakan empat alternatif jawaban pada setiap item, yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju (STS); (2) Tidak Setuju (TS); (3) Setuju (S); dan (4) Sangat Setuju (SS). Skor setiap pernyataan berkisar dari 1 sampai dengan 4, sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh subjek. Model Likert yang digunakan disajikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert) Dalam Inventori Positive Youth Development

Skor Empat Opsi Alternatif Respons

STS TS S SS

1 2 3 4

(Sumber : Arnold, Nott, dan Meinhold, 2012)

Perhitungan skor level positive youth development yaitu dengan menghitung rata-rata skor pada setiap kelompok aspek pada positive youth


(29)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

ketercapaian positive youth development dari subjek penelitian. 3. Penimbangan (Judgment) Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir pernyataan dari aspek-aspek positive youth development pada instrumen layak untuk dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh pakar bahasa inggris, perkembangan remaja, dan pengukuran. Penimbang yang menjadi rujukan ialah ; Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.pd (pakar perkembangan remaja), Eri Kurniawan, Ph.D., M.A. dan Ruswan Dallyono, M.Pd ( pakar bahasa inggris), serta Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi (pakar pengukuran). Instrumen yang telah memeroleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari penimbang.

Hasil penimbangan instrumen dari keempat pakar yang telah disebutkan disajikan pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Penimbangan Instrumen

NO PERNYATAAN

Judgment

Ahli Bahasa

1 Ahli Bahasa 2

Pakar Pengukuran

Pakar Perkembangan

remaja

1. Saya adalah pelajar yang berbakat

Saya pelajar yang berbakat

2. Saya aktif dalam kegiatan sekolah

3.

Saya ingin belajar tentang hal-hal baru

Saya gemar belajar tentang hal-hal baru

Saya senang belajar tentang hal-hal baru

4. Saya orang yang kreatif

5.

Saya mampu membuat keputusan yang baik

Saya mampu membuat putusan yang baik

6. Saya mudah bergaul

7.

Saya merasa nyaman ketika berinteraksi dengan banyak orang

8.

Saya bisa menyelesaikan masalah sendiri

Saya mampu menyelesaikan masalah sendiri

Saya mampu menyelesaikan masalah sendiri


(30)

79

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN

Judgment

Ahli Bahasa

1 Ahli Bahasa 2

Pakar Pengukuran

Pakar Perkembangan

remaja

9. Saya dapat mengelola emosi

10. Saya dapat mengatasi rasa kecewa

11.

Saya menyadari kebutuhan orang lain dalam situasi sosial

Saya menyadari kebutuhan orang lain, ketika

bersama-sama beraktivitas

12. Saya memiliki tujuan untuk hidup saya

Saya memiliki tujuan hidup

Saya memiliki tujuan hidup

13.

Saya mengetahui yang akan saya lakukan untuk karir ke depan

Saya

mengetahui apa yang akan saya lakukan untuk karier ke depan

14.

Saya tertarik untuk mempelajari pilihan karir yang dapat dipilih

Saya tertarik mempelajari pilihan karier yang dapat dipilih

Saya berminat mempelajari berbagai pilihan karir

Lebih ringkas, kalimat

“pilihan karir”

diganti jadi

“peluang karir”

15.

Saya melakukan hal yang saya yakini benar

Penting bagi saya untuk melakukan hal yang benar

Penting bagi saya untuk melakukan hal yang benar

16.

Saya mencoba untuk melakukan hal yang benar , walaupun tidak terlihat orang lain

Saya mencoba melakukan hal yang benar , walaupun orang lain tidak tahu

Saya mencoba untuk

melakukan hal yang benar , walaupun orang lain tidak tahu

Saya mencoba untuk

melakukan hal yang benar , walaupun orang tidak melihat

17.

Saya pikir menjadi panutan bagi orang lain itu penting

Saya berpikir penting untuk menjadi panutan bagi orang lain

18.

Bagi saya, penting untuk melakukan yang terbaik

19.

Saya bisa diandalkan oleh orang lain

Saya dapat diandalkan oleh orang lain

Saya dapat diandalkan oleh orang lain


(31)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 NO PERNYATAAN

Judgment

Ahli Bahasa

1 Ahli Bahasa 2

Pakar Pengukuran Pakar Perkembangan remaja 20.

Jika saya berjanji mampu melakukan sesuatu, maka akan berusaha

melakukannya

Jika saya berjanji mampu melakukan sesuatu, saya akan berusaha melakukannya Jika saya berjanji melakukan sesuatu, saya akan berusaha melakukannya 21.

Saya bisa berperilaku baik dalam berbagai situasi.

Saya dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi.

Saya dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi.

22.

Saya bisa menghadapi tekanan, ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

Saya dapat menghadapi tekanan, ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

23.

Saya memiliki orang-orang yang saya hormati dan kagumi

24.

Saya memiliki banyak teman . Saya memiliki banyak kawan. 25. Saya pikir bekerjasama dengan orang lain itu penting

Saya berpikir bekerja sama dengan kitu penting

Saya berpikir bekerja sama dengan orang lain itu penting

26. Teman-teman peduli pada saya .

Kawan-kawan peduli kepada saya

27.

Saya merasa dekat dengan guru saya .

28.

Penting bagi saya memiliki banyak teman.

Penting bagi saya memiliki banyak kawan

29.

Saya merasa dekat dengan komunitas saya .

30.

Orang dewasa tertarik untuk beker ja sama dengan saya

Ada orang dewasa dalam hidup saya yang menyenangi saya

Orang dewasa mempercayai saya untuk terlibat dalam pekerjaaan / kegiatannya


(32)

81

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN

Judgment

Ahli Bahasa

1 Ahli Bahasa 2

Pakar Pengukuran

Pakar Perkembangan

remaja

31. Saya merasa dekat dengan orang tua saya

32. Ketika dibutuhkan, saya menawarkan bantuan semampu saya Ketika diperlukan, saya menawarkan bantuan semampu saya Ketika diperlukan, saya menawarkan bantuan semampu saya 33. Saya selalu memikirkan perasaan orang lain .

Saya dapat memikirkan

perasaan orang lain

34.

Saya memikirkan efek keputusan yang saya buat bagi orang lain

Saya memikirkan dampak keputusan yang saya ambil bagi orang lain

Saya memikirkan dampak

keputusan yang saya buat bagi orang lain

Saya memikirkan efek keputusan yang saya ambil bagi orang lain

35.

Saya mencoba untuk menyemangati orang lain ketika mereka tidak mampu mengerjakan yang dapat saya kerjakan

Saya mencoba memberi semangat ketika orang lain tidak mampu mengerjakan yang dapat saya kerjakan

36.

Saya

mempertimbangkan perasaan orang lain

37.

Saya dapat diandalkan ketika seseorang membutuhkan saya

38.

Saya peduli terhadap perasaan teman-teman saya .

39.

Ketika salah satu teman saya sedih , saya dapat merasakan kesedihannya

Ketika salah satu kawan saya sedih, saya dapat merasakan kesedihannya Saya dapat merasakan kesedihan teman 40.

Saya merasa memiliki kemampuan skolastik Saya senang dengan kemampuan akademik saya

Contoh skolastik dijabarkan di dalam kurung

Saya memiliki kemampuan akademik yang baik

Saya memiliki kemampuan untuk belajar


(33)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 NO PERNYATAAN

Judgment

Ahli Bahasa

1 Ahli Bahasa 2

Pakar Pengukuran Pakar Perkembangan remaja 41.

Saya merasa saya seorang atlet yang baik

Saya memiliki kemampuan yang bisa dibanggakan

42.

Saya puas dengan yang saya capai

Saya puas dengan peampilan saya

Saya puas dengan hasil yang saya capai

Saya puas denagn prestasi diri saya

43.

Saya merasa diterima oleh teman-teman saya

Saya merasa diterima oleh kawan kawan saya

44.

Secara umum, saya pikir saya adalah orang yang berharga

45.

Saya menyadari bahwa saya dapat berpilaku baik dalam dalam berbagai situasi

Saya menyadari bahwa saya dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi

Saya menyadari bahwa saya dapat berperilaku baik dalam berbagai situasi 46. Saya dapat membedakan yang benar dan yang salah

47. Saya memiliki teman dekat

Saya memiliki kawan dekat

48.

Saya bisa melakukan sesuatu yang berbeda dengan orang lain

Saya bisa melakukan sesuatu yang berdampak (diffrerence merupakan idiom) Saya dapat melakukan sesuatu yang berbeda dengan orang lain

49. Saya berperan aktif dalam komunitas saya

50.

Saya dapat memberi manfaat bagi orang lain

Saya suka memberi untuk memberika n manfaat bagi orang lain

Saya dapat memberikan manfaat kepada orang lain

Saya melakukan perbuatan yang bermanfaat


(34)

83

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN

Judgment

Ahli Bahasa

1 Ahli Bahasa 2

Pakar Pengukuran

Pakar Perkembangan

remaja bekerjasama dengan

orang lain untuk menyelesaikan masalah .

52.

Saya dapat

menawarkan bantuan kepada orang lain

Saya memeberika n hal yang bisa saya tawarkan kepada orang lain

Saya berpikir untuk menawarkan bantuan kepada orang lain

53.

Saya percaya saya dapat membuat perubahan di dunia.

Kata “dunia” diganti dengan “lingkungan sekitar”

Kata “dunia”

diganti dengan

“lingkungan sekitar”

54.

Saya peduli untuk berkontribusi membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk semua orang .

Kata “dunia” diganti dengan “lingkungan sekitar”

Kata “dunia”

diganti dengan

“lingkungan sekitar”

Saya turut berperan membuat lingkungan sekitar menjadi lebih baik

55.

Penting bagi saya untuk mencoba dan membuat perubahan di dunia.

Kata “dunia” diganti

dengan “lingkungan sekitar”

Kata “dunia”

diganti dengan

“lingkungan sekitar”

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 33 remaja kota Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, organisasi, maupun komunitas dan mengisi inventori melalui aplikasi googledocs. Uji validitas bertujuan untuk mengkonfirmasi ketepatan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek

positive youth development dalam konteks komunitas. Uji reliabilitas

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan, keterandalan, dan sudah baik untuk digunakan atau sebaliknya.


(35)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

α = Reliabilitas instrumen

K = Banyaknya butir pertanyaan/pernyataan

program Microsoft office excel 2007. Tinggi atau rendahnya validitas instrumen menujukkan tingkat keyakinan mengenai hasil penelitian yang dihasilkan dengan menggunakan instrumen yang diadopsi. Signifikansi validitas inventori positive

youth development diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:

Angka r tabel untuk 33 responden pada signifikansi 5% adalah 0,344, sehingga item dengan koefisien korelasi di bawah 0,344 dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas menggunakan Microsoft office excel 2007 menunjukkan 46 item valid dan 9 item tidak valid. Item-item yang tidak valid tidak digunakan sebagai alat pengungkap profil postive youth developmet. Rekapitulasi hasil uji validitas disajikan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

b.Uji Reliabilitas.

Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS v.19. Rumus yang digunakan ialah Alpha Cronbach, dengan penjabaran sebagai berikut.

Aspek Item Jumlah Item Valid

Valid Tidak Competence 1, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 14 2, 3, 6 , 11,

10

9

Character 15, 17, 18, 20, 21, 22 16, 19, 23 6

Connection 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 8

Caring 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39 36 7

Confidence 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48

9

Contribution 49, 50 51, 52, 53, 54, 55 7


(36)

85

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Relibilitas ialah keterandalan atau keajegan instrumen untuk digunakan berulang. Tolak ukur pengujian koefisien reliabilitas mengacu pada kriteria dari Guilford, yang tersaji dalam tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Hasil uji reliabilitas inventori positive youth development menggunakan SPSS versi 19 menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0.942, yang berarti derajat keterandalan sangat tinggi. Koefisien yang diperoleh menunjukkan instrument dapat dipercaya dan sudah baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data positive youth development.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan partisipatori dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ialah proses penggalian informasi terhadap subjek penelitian sebagai dasar perancangan tindakan. Informasi mengenai karakteristik, sumberdaya, serta permasalahan yang ada pada anggota komunitas, komunitas, dan kegiatan harian komunitas bermanfaat untuk menentukan strategi dan teknik yang akan digunakan dalam pelakasaan tindakan. Profil positive youth

development anggota komunitas merupakan dasar untuk menentukan aspek-aspek

yang akan diintervensi atau dikembangkan dalam intervensi.

Rincian kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan ialah sebagai berikut.

a. Menggelar pertemuan dengan komunitas untuk menemukan persepsi anggota mengenai sumberdaya dan permasalahan dalam komunitas,


(37)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

keterlibatan anggota dalam kegiatan bimbingan dan konseling komunitas. b. Mengungkap profil positive youth development anggota komunitas menggunakan inventori positive youth development yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya.

c. Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan kegiatan komunitas yaitu pimpinan radio SE 88.1 FM Bandung, pengasuh program radio, dan supervisor komunitas yang mungkin bisa memberikan informasi mengenai kebutuhan layanan yang belum terpenuhi atau harapan dari stek holder.

Gambaran hasil studi pendahuluan dari ketiga kegitan, disajikan dalam tabel 3.5.

Tabel 3.5

Hasil Studi Pendahuluan

Fokus Data Yang Diperoleh Asumsi Tindakan Pertemuan Komunitas Angket PYD

Pengembangan lingkungan komunitas

Sumber daya komunitas antara lain :

1. Minat yang besar dalam komunitas, 2. Relasi dengan berbagai

komunitas 3. Pengetahuan dan

wawasan yang luas Permasalahan komunitas :

1.Belum ada struktur yang jelas

2.Kegiatan komunitas hanya sebatas kumpul, dan nongkrong Harapan harapan stek holder terhadap komunitas

schoolzone.

1.Pendiri komunitas : komunitas dapat menjadi pusat tren, informasi, serta kreatifitas bagi pelajar Kota Bandung.

2.Pimpinan Radio SE 88.1 FM : kegiatan komunitas, terutama dalam program siaran zona anak sekolah menjadi media

pengembnagan diri, kreatifitas, dan karir bagi anggota komunitas.

1.Eksplorasi peluang pemberdayaan anggota melalui kegiatan komunitas di Radio SE

2.Penguatan struktur komunitas untuk mencapai harapan seluruh pihak


(38)

87

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fokus

Data Yang Diperoleh

Asumsi Tindakan Pertemuan Komunitas Angket PYD


(39)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

2. Pengembangan Program

Pada Aspek PYD

sekolah : komunitas schoolzone harus bisa memberikan kontribusi kepada remaja khususnya pelajar kota bandung Permasalahan yang dihadapi antara lain : cemas ketika diberikan tantangan atau tugas baru, ragu ragu akan kemampuan diri

rendah dalam aspek competence pada item dengan

pernyataan “saya orang yang kreatif” sebesar 2,8 , dan “

saya mampu menyelesaikan

masalah sendiri”

sebesar 2,7. 2.Pencapaian paling

rendah aspek character pada item dengan

pernyataan “saya

dapat menghadapi tekanan, ketika terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan”

sebesar 2,8 . 3.Pencapaian paling

rendah connection pada item dengan

pernyataan “saya

merasa dekat dengan guru / mentor saya” sebesar 2,9. 4.Pencapaian paling

rendah aspek confidence pada item dengan pernyataan “saya senang dengan kemampuan belajar

saya” sebesar 2,8 , pernyataan “ saya

puas dengan

prestasi diri saya ”

sebesar 2,4, dan

“secara umum,

saya pikir saya orang yang

berharga” sebesar

2,9.

5.Pencapaian aspek contribution paling rendah pada item dengan pernyataan

“saya turut

berperan membuat lingkungan

menjadi lebih baik”

sebesar 2,8.

cara berpikir kreatif, serta menyikapi permasalahan dengan kreatif 2.Mengintergrasikan

perasaan, berpikir, dan tindakan untuk membangun relasi dengan orang dewasa di lingkungan sekitar 3.Mengidentifikasi dan menanggapi perasaan dan reaksi emosional dalam diri pada situasi yang tidak diinginkan atau stress

4.Melakukan kegiatan / aktivitas yang berpengaruh terhadap perubahan lingkungan 5.Membangun

pandangan pada diri bedasarkan

pengalaman – pengalaman positif saat menghadapi berbagai tantangan dan kegiatan dalam komunitas


(40)

89

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan program didasari oleh hasil dari studi pendahuluan. Data pada studi pendahuluan menjadi landasan dalam menentukan tujuan intervensi, konten, strategi, dan teknik, yang disajikan dalam rancangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas.

Pengembangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas dilakukan dengan tahap berikut.

a. Penyusunan rancangan program

Rancangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas merupakan perkiraan rencana tindakan berdasarkan tujuan dan kebutuhan yang didapatkan dari studi pendahuluan. Peneliti merancang rangkaian kegiatan yang akan dilakukan sebagai tindakan dalam penelitian, dan diperikirakan sesuai dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pada setiap aspek positive youth

development.

a)

b. Justifikasi program

Justifikasi dilakukan agar rancangan tindakan sesuai dengan konsep dan konteks penelitian yang diharapkan. Ketersesuaian rancangan tindakan dengan konsep teori dilakukan oleh Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd selaku pakar perkembangan remaja, dan Dr. Ilfiandra, M.Pd selaku pakar pengembangan program. Penilaian mengenai konteks tindakan dalam komunitas dilakukan dalam diskusi bersama supervisor komunitas schoolzone, yaitu Iki Bahari.

Hasil justifikasi dari ketiga penimbang disajikan pada tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6

Hasil justifikasi rancangan tindakan

No Penimbang Komentar

1 Pakar perkembangan remaja 1. Optimalisasi kreativitas sulit diukur, sehingga perlu dispesifikan misalnya pada keterampilan berpikir kreatif , atau sikap kreatif.

2. Sasaran program intervensi di deskripsikan lebih tegas

3. Lebih dirinci kembali pada strategi indirect mengenai sasaran, langkah-langkah, dan peran setiap pihak yang terlibat

2 Pakar pegembangan program BK

1. Langkah –langkah fokus kepada poin implementasi 2. Kriteria keberhasilan intervensi perlu dipertegas 3 Supervisor komunitas 1. Rancangan sudah memadai

2. Sesi intervensi disesuaikan dengan kondisi yang menjadi prioritas di dalam komunitas


(41)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

besar yang terdiri dari siklus kegiatan kecil pada setiap fokus intervensi. Satu siklus kegiatan dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral.

Siklus setiap kegaiatan pada fokus intervensi terdiri dati perencanaan, pengamatan (observasi), refleksi, dan perencanaan kembali. Berikut penjelasan setiap aktivitas dalam siklus.

a. Perencanaan tindakan ialah merancang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk fokus intervensi berdasarkan sesi program intervensi.

b. Observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan untuk mengenali, merekam dan mengumpulkan data dari setiap indikator keberhasilan sesi intervensi. c. Refleksi ialah menlai ketercapaian tujuan yang diharapkan, serta perencanaan

tindakan berikutnya berdasarkan hasil observasi .

d. Perencanaan kembali adalah tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan, dapat berupa siklus kecil tambahan sesi untuk menguatakan homework, siklus sesi kecil untuk indikator yang belum tercapai, revisi tindakan jika indikator keberhasilan tidak tercapai, dan perpindahan siklus pada sesi selanjutnya. Siklus akan berlanjut jika tujuan intervensi telah tercpai.

4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah keseluruhan tindakan mencapai sasaran intervensi. Fokus dari evaluasi ialah perubahan profil positive youth development dan faktor-faktor keberhasilan program yang diterapkan. Evaluasi terhadap perubahan profil positive youth development ialah dengan meninjau kesesuaian perubahan perilaku dengan tujuan, dan indikator keberhasilan, serta perubahan general berdasarkan inventori positive youth development. Evaluasi terhadap faktor keberhasilan dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka kepada komunitas schoolzone megenai situasi, pengalaman, dan perilaku peneliti selama program intervensi berlangsung yang dianggap membuat anggota merasakan perubahan pada diri dan komunitas.


(42)

159

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ialah program siaran bimbingan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung positive youth development diperoleh berdasarkan refleksi siklus setiap fokus intervensi. Program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development memiliki unsur-unsur sebagai berikut.

1. Tujuan

Tujuan program bimbingan dan konseling komunitas adalah untuk mengembangkan perilaku dan karakter pada aspek-aspek positive youth

development, melalui penciptaan lingkungan komunitas yang terbuka, memiliki

kesempatan belajar, mengembangkan diri, dan berkontribusi .

Tujuan spesifik program bimbingan dan konseling komunitas ialah agar anggota schoolzone mampu untuk : a) berpikir kreatif dalam kegiatan komunitas, dan menghadapi masalah, b) menghadapi situasi stress dalam komunitas, c) memiliki cara efektif bekerjasama dengan orang dewasa di sekitar komunitas, d) memandang diri lebih positif, serta e) berkontribusi untuk membuat perubahan di lingkungan.

2. Fokus

Fokus program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung

positive youth development sebagai berikut.

1.) Pelayanan kepada komunitas schoolzone secara umum berfokus kepada mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan anggota dalam mengembangkan positive youth development menjadi keterampilan praktis, refleksi pengalaman di dalam komunitas, dan menciptakan lingkungan komunitas yang kondusif untuk pengembangan keterampilan.

2.) Pelayanan kepada anggota komunitas schoolzone secara khusus adalah mengatasi hambatan dalam mencapai aspek-aspek positive youth


(43)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

development, serta mengupayakan dukungan untuk membantu anggota

tertentu dalam mengatasi hambatan. 3. Orientasi

Orientasi program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung

positive youth development antara lain:

1.) mengembangkan keterampilan angggota dalam berpikir kreatif, menghadapi masalah dalam komunitas dengan kreatif, menghadapi situasi stres dalam komunitas, berinteraksi dengan orang dewasa, serta melakukan kontribusi melalui kegiatan komunitas.

2.) membentuk identitas diri yang positif berdasarkan refleksi terhadap pengalaman di dalam komunitas.

3.) menciptakan lingkungan komunitas sebagai dukungan sistem bagi pengembangan diri anggota, berupa kesempatan untuk mengembangakan diri.

4. Pendekatan

Pendekatan dalam bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung

positive youth development memiliki kegiatan berikut.

1.) Kegiatan dalam direct community services meliputi 10 kegiatan yang sesuai dengan situasi komunitas, yang dilakukan dengan teknik – teknik bimbingan kelompok .

2.) Indirect community services memiliki lima kegiatan inti untuk membentuk

orientasi, menguatkan struktur, menegaskan peran setiap pihak yang terlibat, dan menghimpun keterlibatan lembaga radio berserta penyiar senior.

3.) Direct client services meliputi konseling individual dengan mengoptimalkan fungsi kognitif untuk memunculkan pilihan perilaku solutif.

4.) Indirect client services meliputi konsultasi dan koordinasi antara keluarga,

anggota komunitas, dan komunitas dalam membantu anggota komunitas mengatasi hambatan saat sesi intervensi.


(44)

161

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Dukungan sistem

Dukungan sistem yang dibutuhkan dalam intervensi antara lain: 1) Struktur komunitas yang kuat, 2) kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan berkontribusi degan orang dewasa (dalam penelitian adalah staf Radio SE 88.1 FM), 3) informasi untuk membantu menjadi profesional, dari tenaga ahli (dalam penelitian adalah penyiar senior), dan 4) dukungan moril orang tua terhadap kegiatan pengembangan anggota.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ditujukan kepada anggota komunitas, Radio SE 88.1 FM, praktisi bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi anggota komunitas

Agar aspek-aspek positive youth development menetap dan berkembang pada setiap anggota komunitas, antara lain sebagai berikut :

a. Anggota komunitas disarankan menggunakan keterampilan dan kompetensi yang telah dikuasai dalam keseharian ataupun kegiatan komunitas. Pembiasaan yang dilakukan akan menguatkan perilaku dan karakter pada setiap aspek positive youth development.

b. Memelihara struktur dan pola interaksi komunitas yang sehat. Keberhasilan intervensi serta terminimalisirnya hambatan disebabkan oleh struktur yang jelas, pola interaksi yang sehat, dan suportif.

2. Bagi Stasiun Radio

Pola pengembangan anggota komunitas dapat digunakan oleh lembaga radio sebagai media remaja untuk mecapai positive youth development. Pengembangan remaja melalui lembaga radio perlu dapat dilakukan melalui memberikan tantangan yang menuntut berpikir kreatif, adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan ide, serta kesempatan untuk terlibat melayani kebutuhan masyarakat atau lingkungan sekitar remaja.

3. Bagi praktisi bimbingan dan konseling

Bagi praktisi bimbingan dan konseling yang akan mengimplementasikasn bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth


(1)

161

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Dukungan sistem

Dukungan sistem yang dibutuhkan dalam intervensi antara lain: 1) Struktur komunitas yang kuat, 2) kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan berkontribusi degan orang dewasa (dalam penelitian adalah staf Radio SE 88.1 FM), 3) informasi untuk membantu menjadi profesional, dari tenaga ahli (dalam penelitian adalah penyiar senior), dan 4) dukungan moril orang tua terhadap kegiatan pengembangan anggota.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ditujukan kepada anggota komunitas, Radio SE 88.1 FM, praktisi bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi anggota komunitas

Agar aspek-aspek positive youth development menetap dan berkembang pada setiap anggota komunitas, antara lain sebagai berikut :

a. Anggota komunitas disarankan menggunakan keterampilan dan kompetensi yang telah dikuasai dalam keseharian ataupun kegiatan komunitas. Pembiasaan yang dilakukan akan menguatkan perilaku dan karakter pada setiap aspek positive youth development.

b. Memelihara struktur dan pola interaksi komunitas yang sehat. Keberhasilan intervensi serta terminimalisirnya hambatan disebabkan oleh struktur yang jelas, pola interaksi yang sehat, dan suportif.

2. Bagi Stasiun Radio

Pola pengembangan anggota komunitas dapat digunakan oleh lembaga radio sebagai media remaja untuk mecapai positive youth development. Pengembangan remaja melalui lembaga radio perlu dapat dilakukan melalui memberikan tantangan yang menuntut berpikir kreatif, adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan ide, serta kesempatan untuk terlibat melayani kebutuhan masyarakat atau lingkungan sekitar remaja.

3. Bagi praktisi bimbingan dan konseling

Bagi praktisi bimbingan dan konseling yang akan mengimplementasikasn bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth development, hendaknya memiliki keterampilan berikut..


(2)

162

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

a. Mampu menrancang program yang menantang dan memberi kesempatan kepada anggota komunitas untuk menunjukkan kemampuan diri, serta belajar mengembangkan keterampilan dan kompetensi di dalam kegiatan komunitas.

b. Memahami karakteristik kebutuhan keterampilan psikologis anggota komunintas, sehingga dapat berperan sebagai psiko-edukator

c. Memhami polai interaksi, permasalahan sosial, dan ekspektasi setiap anggota komunitas, sebagai landasan dalam mengintervensi lingkungan suportif bagi komunitas

d. Memiliki kemampuan advokasi, konsultasi, dan koordinasi dalam melibatkan berbagai pihak, terutama orang dewasa untuk membantu anggota komunitas mencapai keterampilan pada setiap aspek positive youth development.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kemungkinan bimbingan konseling komunitas diintergrasikan dengan kehidupan akademik remaja. Positive youth development idealnya mengintergrasikan berbagai aspek kehidupan remaja, termasuk akademik dan keluarga.


(3)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Astroth, K. A., Garza, P., & Taylor, B. (2004, Winter). Getting down to business: Defining competencis for entry-level youth workers. In Garza, P., Borden, L.M. & Astroth, K. A. (Eds.). New Directions for Youth Development. No. 104, pp. 25-38. Baltes, P.B., Lindenberger, U., & Staudinger, U.M. (2006). Lifespan theory in developmental psychology. In R.M. Lerner (Ed.), Theoretical models of human development. Volume 1 of Handbook of Child Psychology (6th ed., pp. 569–664). Editors-in-chief: W. Damon & R.M. Lerner. Hoboken, NJ: Wiley

Bandura, Albert. 1973. Aggression: A social learning analysis. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Bandura, Albert. 1986. Social foundations of thought and action. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Bandura, Albert. 1989. Human agency in social cognitive theory. American Psychologist 14:1175-84.

Brandtstädter, J. (2006). Action perspectives on human development. In R.M. Lerner (Ed.), Theoretical models of human development. Volume 1 of Handbook of Child Psychology (6th ed., pp. 516–568). Editors-in-chief: W. Damon & R.M. Lerner. Hoboken, NJ: Wiley.

Bronfenbrenner, U. (2001). Human development, bioecological theory of. In N. J. Smelser & P. B. Baltes (Eds.), International encyclopedia of the social and behavioral sciences (pp. 6963- 6970). Oxford, UK: Elsevier.

Caplan, Marlene, Roger P. Weissberg, Jacqueline S. Grober, Patricia J. Sivo, Katherine Grady, and Carole Jacoby. 1992. Social competence promotion with inner-city and suburban young adolescents: Effects on social adjustment and alcohol use. Journal of Consulting and Clinical Psychology 60:56-63.

Catalano, Richard F., M. Lisa Berglund, Jean A. M. Ryan, Heather S. Lonczak, and J. David Hawkins. 2002. Positive youth development in the United States: Research findings on evaluations of positive youth development programs. Prevention and Treatment 5 (15). http://journals.apa.org/prevention/volume5/ pre0050015a.html

Cantrell, Joy (Ed.). (1992). Developmental Characteristics of Youth: Implications for Curriculum Development (Appendix D). Curriculum Development for Issues

Programming: A National Handbook for Extension Youth Development Professionals. Washington, DC: CSREES/USDA

Chen.Greg. 2008. Communities, Students, Schools, and School Crime A Confirmatory Study of Crime in U.S. High Schools.Urban Education 2008 43: 301 originally published online 4 March 2008

Christenson, J.A., Robinson, J.W. (1989) Community Development in Perspective. Iowa State University Press, Ames Iowa.


(4)

Creswell, John W. (2012). Educational Research : Planning, Conducting, And. Evaluating Quantitative And Qualitative Research Fouth Edition. Boston : Pearson

Crow, G. and Allan, G. (1994). Community Life: an introduction to local social relations. Hemel Hempstead: Harvester Wheatsheaf

Dryfoos, Joy G. 1990. Adolescents at risk: Prevalence and prevention. New York: Oxford University Press.

Eccles, J., & Gootman, J. A. (Eds.). (2002). Community programs to promote youth development.Washington, DC: National Academy Press.

Epstein, J. (1988). How do we improve programs for parent involvement? Educational Horizons, 66, 58-59.

Fagan , Abigail A. Et.al. 2008. Implementing Effective Community-Based Prevention Programs in the Community. Youth Violence and Juvenile Justice 2008 6: 256 Flora, C.B. and J.L. Flora. 1993. “ Entrepreneurial Social Infrastructure: A Necessary

Ingredient.” Annals of the American Academy of Political and Social Sciences 539: 48-58.

Gambone, M.A., Klem, A.M. & Connell, J.P. (2002). The Community Action Framework for Youth Development. Journal of the prevention researcher vol 11 (2). April 2004

Gysbers, N.C., and Henderson, P. (2012). Developing and Managing your School Guidance Program (5th ed.). Alexandria, VA: American Counseling Association

Hawkins, J. David, Richard F. Catalano, and Janet Y. Miller. 1992. Risk and protective factors for alcohol and other drug problems in adolescence and early adulthood: Implications for substance-abuse prevention. Psychological Bulletin 112:64-105

Huebner, A. (2003). Positive youth development: The role of competence. Villarruel, F. A., Perkins, D. F., Borden, L. M., & Keith, J. G. Community youth development: Practice, policy, and research. Thousand Oaks, CA: Sage.

Hurlock E. B. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jelicic, H., Alberts, A. Ma, L., Smith, L., Bobek, D., Richman-Raphael, D., Simpson, I. Christiansen, E. D., von Eye, A. (2005). Positive youth development, participation in community youth development programs, and community contributions of fifth grade adolescents: Findings from the first wave of the 4-H. study of positive youth development. Journal of Early Adolescence, 25(1), pp. 17-71.

Kertajaya, Hermawan. (2008). Arti komunitas :Gramedia Pustaka Utama

Kumpfer, K. L., & Alvarado, R. (2003). Family-strengthening approaches for the prevention of youth problem behaviors. American Psychologist, 58, 457–465.

Kurtines William M.2008. Promoting Positive Youth Development: Implications for Future Directions in Developmental Theory, Methods, and Research Journal of Adolescent Research 2008 23: 359.


(5)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kroger, Jane (2007). Identity Development Adolescence Through Adulthood Second Edition . University of Tromso : Sage Publication, Inc

Lerner, Richard M. Steinberg, Laurence D. (2004). Handbook Of Adolescent Psychology. New Jersey : John Willey Son

Lerner, R.M. (2004). Liberty: Thriving and civic engagement among American youth. Thousand Oaks, CA: Sage.

Lerner, R. M., Dowling, E. M.,&Anderson, P. M. (2003). Positive youth development: Thrivingas a basis of personhood and civil society. Applied Developmental Science, 7, 172-180.

Lerner ,R et.al. 2005. Positive Youth Development A View of the Issues. Journal of Early Adolescence, Vol. 25 No. 1, February 2005 10-16

Lerner, R. M., Lerner, Jacqueline V., Almerigi, J.B., Theokas, Christina, Phelps, Erin, Gestsdottir, Steinunn. (2005). Positive Youth Development, Participation in Community Youth Development Programs, and Community Contributions of Fifth-Grade Adolescents: Findings From the First Wave Of the 4-H Study of Positive Youth Development.Journal of Early Adolescence, Vol. 25 No. 1, February 2005 17-71 Lerner, R. M. (2005). Promoting positive youth development: Theoretical and empirical

bases. White paper: Workshop on the Science of Adolescent Health & Development, NRC/ Institute of Medicine. Washington, DC: National Academies of Science.

Lewis,J.2010. Community Counseling: A Multicultural-Social Justice Perspective 4th. Broooks Cole : Cengage Learning

Moshman, David. (2005) Adolescent psychological development: rationality, morality, and identity (second edition). New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc

Noonan, Ellen. (1983). Counselling Young People. Taylor & Francis Grup

Park, Nansook.2004. Character Strengths and Positive Youth Development. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science 2004 591: 40

Roth, J. L.,&Brooks-Gunn, J. (2003). What exactly is a youth development program? Answers from research and practice. Applied Developmental Science, 7, 94-111. Roth, J. L., & Brooks-Gunn, J. (2003). What is a youth development program? Identification

and defining principles. In F. Jacobs, D.Wertlieb, & R. M. Lerner (Eds.), Enhancing the life chances of youth and families: Public service systems and public policy perspectives: Vol. 2. Handbook of applied developmental science: Promoting positive child, adolescent, and family development through research, policies, and programs (pp. 197-223). Thousand Oaks,CA: Sage.

Roth, J., Brooks-Gunn, J., Murray, L.,&Foster,W. (1998). Promoting healthy adolescents: Synthesis of youth development program evaluations. Journal of Research on Adolescence, 8, 423-459.

Sanders,Marvin G.2003. Community Involvement In Schools: From Concept to Practice. Education and Urban Society 2003 35: 161


(6)

Santrock, John W. (2007). Remaja (Edisi 11 Jidil 1). Jakarta : Erlangga Santrock, John W. (2007). Remaja (Edisi 11 Jidil 2). Jakarta : Erlangga

UNICEF. 2004. Children, Youth and Media Around the World: An Overview of Trends & Issues. Gigli , Susan : Intermedia survey.

Wenger, Etienne. 1998. Communities of Practice;. Learning, Meaning and Identity. New York: Cambridge University Press

Wenger, E. (2002). Cultivating communities of practice: a guide to managing knowledge. Boston: Harvard Business School Press.

Yustiana, Yusi Riksa.1999.Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, UPI Bandung