STUDI KOMPARATIF KOMPETENSI INTERPERSONAL PRAJA IPDN BERDASARKAN GENDER DAN SUKU BANGSA SERTA IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING.
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STUDI KOMPARATIF KOMPETENSI INTERPERSONAL PRAJA IPDN BERDASARKAN GENDER DAN SUKU BANGSA SERTA
IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memenuhi Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
MUHAMAD HAMDI NIM 1101135
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
===============================================================
English Education at Secondary Education
Oleh Muhamad Hamdi S.Pd UPI Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
© Muhamad Hamdi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
(4)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Muhamad Hamdi
STUDI KOMPARATIF KOMPETENSI INTERPERSONAL PRAJA IPDN BERDASARKAN GENDER DAN SUKU BANGSA SERTA
IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP. 19721124 199903 1 003
Pembimbing II
Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., psikolog. NIP. 19720419 200912 2 002
Diketahui Oleh
Ketuaa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 19600501 198603 1 004
(5)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Muhamad Hamdi. (2014). Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling. Pembimbing I Dr. Ilfiandra, M.Pd. Pembimbing II Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., psikolog. Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Ketidakefektifan kompetensi interpersonal seperti kurangnya rasa empati, kurang mempertimbangkan hak orang lain, rasa cemas, bertindak di atas ancaman, dan terkekang dalam harapan merupakan hal yang mendasari dalam penelitian ini. Penelitian bertujuan mengetahui kompetensi interpersonal praja, masalah dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan gender; (2) apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan suku bangsa; (3) bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja IPDN. Metode yang digunakan adalah deskriptif melalui pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian sebanyak 2017 dan sampel 200, komposisi sampel 44 laki-laki dan 44 perempuan, pengambilan melalui teknik random sampling. Pengukuran melalui angket berbentuk rating-scale model skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin dan berdasarkan suku bangsa. Program bimbingan pribadi sosial dapat diimplementasikan pada praja IPDN tingkat muda praja untuk meningkatkan kompetensi interpersonal.
(6)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Muhammad Hamdi . ( 2014 ) . Comparative Study of Interpersonal Competence Praja IPDN by Gender and Racial And Implications For Guidance And Counseling Program Development . Supervisor I Dr. . Ilfiandra , M.Pd. Supervisor II Dr . Tina Biological Dahlan , S.Psi . , M.Pd. , psychologist . Study Program Guidance and
Counseling .
Ineffectiveness of interpersonal competence as lack of empathy , lack of consideration the rights of others, anxiety , act on the threat , and is locked into the underlying expectations in this study . The study aims to determine the competence of the civil interpersonal , problem formulated in the following research questions : ( 1 ) whether there are differences in interpersonal competence civil IPDN by gender , (2 ) whether there are differences in interpersonal competence civil IPDN of race , (3 ) how the formulation of a hypothetical program socio personal guidance to improve interpersonal competence IPDN civil . The method used is descriptive quantitative approach . The study population as 2017 and 200 samples , the composition of the sample 44 men and 44 women , retrieval via random sampling technique . Measurement through a questionnaire rating- shaped scale Likert scale models . The results showed that there were no differences in interpersonal competence civil force IPDN XXIII school year 2012/2013 by gender and by ethnicity . Socio personal guidance program can be implemented at the level of civil IPDN young civil to improve interpersonal competence
(7)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Definisi Kompetensi Interpersonal... 10
B. Teori-teori Kompetensi Interpersonal ... 13
C. Pentingnnya Kompetensi Interpersonal ... 28
D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal ... 31
1. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ... 34
2. Status Gender ... 38
3. Sifat antar budaya yang Memengaruhi Terhadap interaksi ... 47
4. Pengembangan Kompetensi Interpersonal ... 57
E. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling ... 67
1. Perencanaan (planning)... 68
2. Perancangan (designing) ... 69
3. Penerapan (implementing) ... 69
4. Evaluasi (evaluating) ... 70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 73
B. Populasi dan Sampel ... 73
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 78
D. Instrumen Penelitian ... 79
E. Analisis Data ... 80
(8)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender ... 83
1. Aspek Peka Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain ... 88
2. Aspek Asertif ... 95
3. Aspek Nyaman dengan Diri Sendiri dan Orang Lain ... 96
4. Aspek Membiarkan Orang Lain Bebas ... 97
5. Aspek Ekspektasi yang Realistis Tentang Diri Sendiri dan Orang Lain ... 99
6. Aspek Perlindungan Diri Dalam Situasi Interpersonal ... 100
B. Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Suku Bangsa ... 100
1. Aspek Peka Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain ... 106
2. Aspek Asertif ... 110
3. Aspek Nyaman dengan Diri Sendiri dan Orang Lain ... 113
4. Aspek Membiarkan Orang Lain Bebas ... 116
5. Aspek Ekspektasi yang Realistis Tentang Diri Sendiri dan Orang Lain ... 119
6. Aspek Perlindungan Diri Dalam Situasi Interpersonal ... 122
D. Implikasi Interpersonal Terhadap Pengembangan Pribadi Praja IPDN ... 125
1. Rasional ... 125
2. Asumsi ... 129
3. Visi Misi Program ... 130
4. Tujuan Program ... 130
5. Kompetensi Fasilitator ... 133
6. Komponen Program ... 135
7. Rencana Layanan ... 139
8. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan ... 141
E. Hasil Validasi Rasional Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Komptensi Interpersonal Praja ... 142
F. Keterbatasan Penelitian ... 144
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 145
B. Rekomendasi ... 145 DAFTAR PUSTAKA
(9)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Efek Atraksi Interpersonal Pada Kebutuhan Interpersonal ... 17
2.2 Karakteristik Orang yang Bersikap Terbuka dan Tertutup ... 64
3.1 Populasi Penelitian ... 74
3.2 Sampel Penelitian ... 76
3.3 Kisi-kisi Instrumen ... 80
4.1 Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender ... 83
4.2 Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Jenis Kelamin ... 87
4.3 Uji Normalitas Data ... 101
4.4 Uji Homoginitas Varians... 101
4.5 Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Suku Bangsa ... 102
4.6 Perbandingan Rata-rata Skor dan Simpangan Baku ... 103
4.7 Kompetensi Interpersonal Praja Berdasarkan Aspek ... 130
4.8 Kompetensi Interpersonal Praja Berdasarkan Indikator ... 131
4.9 Rencana Layanan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kompetensi Interpersonal ... 139
(10)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender ... 84 4.2 Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Suku Bangsa ... 104
(11)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.2 Rangkaian Penelitian Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk
(12)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Bagan Halaman
2.1 Konsep Teori Nurture ... 40
2.2 Konsep Teori Nature ... 41
2.3 Konsep Teori Equilibrium ... 42
(13)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A.Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah mahluk sosial. Hal tersebut mengandung arti bahwa sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Studi yang dilakukan Larson, Csikszantmihalyi, dan Graef (1982) menemukan bahwa 70 persen dari 179 remaja dan orang dewasa melakukan aktivitas bersama orang lain setidaknya dua kali dalam sehari.
Manusia hidup tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang lain. Pembahasan-pembahasan tentang interpersonal menjadi sangat penting untuk membantu keberlangsungan hidup antar manusia, utamanya dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Seiring kemajuan zaman berbagai telaah yang mendalam telah dilakukan untuk merumuskan pengertian yang jelas tentang hubungan interpersonal, bagaimana proses terbentuknya, bagaimana mempertahankan hubungan yang baik, dan bagaimana memperbaiki sebuah hubungan yang telah memudar.
Kompetensi interpersonal merupakan kecakapan yang memungkinkan seseorang berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara saling memenuhi (Surya,2010:52). Kompetensi interpersonal melengkapi kompetensi intrapersonal sebagaimana yang dikemukakan oleh Cavanagh dan Levitov (2002:217)
(14)
2
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Interpersonal competencies complement intrapersonal competencies in that both are necessary for psychological growth and need fulfillment.”
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah institusi yang mempunyai peran penting dalam mencetak lulusan yang ahli dan profesional yang di tuntut untuk dapat menjadi abdi negara. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 800-223 tahun 2012 tentang kode etik khusus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan sekretariat jenderal kementerian dalam negeri berbunyi:
Membentuk sikap dan perilaku PNS sekretariat jenderal yang dapat menjadi teladan dan panutan bagi PNS di lingkungan satuan Kementerian Dalam Negeri, menumbuhkan dan memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kedinasan serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan meningkatkan profesionalisme PNS sekretariat jenderal.
IPDN mempunyai kekhasan tersendiri, mahasiswa di kenal dengan sebutan praja dimulai dari tingkat Muda Praja, Madya Praja, Nindya Praja Hingga Wasana Praja. Praja berasal dari 33 ibukota provinsi di Indonesia. Dengan kentalnya perbedaan bahasa, ras, suku, agama, adat dan budaya, mengharuskan untuk dapat disatukan dalam satu kesatuan pencapaian tujuan dan harapan bersama.
Sebagai praja dalam menempuh pendidikan tentu tidak terlepas dari hubungan interpersonal baik sesama junior, senior, pengasuh serta warga kampus. Disinilah lingkungan awal bagi pengembangan keprofesionalan, integritas dan langkah sikap seorang calon pemimpin di bidang pemerintahan, sebelum siap dan bersedia ditempatkan dimana saja (Wilayah Indonesia) sebagai pelayan, dan pengayom masyarakat. Kemampuan dan kompetensi interpersonal sangatlah diperlukan selain untuk perkembangan secara pribadi juga memberikan keefektifan dalam hubungan interpersonal.
(15)
3
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IPDN merupakan satu satunya perguruan tinggi kedinasan di Indonesia yang terdiri dari, bahasa, ras, suku, adat dan budaya yang berbeda-beda. Hal ini menuntut sikap yang efektif dan sesuai dengan harapan bersama dalam ruang kompetensi interpersonal.
Praja dalam penelitian ini adalah tingkat muda praja yang mempunyai rentang usia antara 18 – 20 tahun yang termasuk pada tahap perkembangan masa remaja dan tahap perkembangan masa dewasa awal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1980:206 – 246) mengemukakan “masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan masa dewasa dini dimulai pada umur kira-kira delapan belas tahun sampai kira-kira umur empat puluh tahun.”
Lebih lanjut Syamsu & Nani (2011:12) bahwa “periode remaja adalah masa transisi antara masa anak dengan masa dewasa, terentang dari usia sekitar 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun, yang ditandai dengan perubahan dalam aspek biologis, kognitif, dan sosioemosional.”
Beberapa penelitian terhadap kompetensi interpersonal menunjukkan pentingnya kompetensi interpersonal perlu mendapatkaan perhatian yang lebih intensif antara lain Sunarya (1999) menunjukkan bahwa dari 294 remaja terdapat 67 remaja terisolasi; Suherlan (2005) menunjukkan bahwa disetiap seratus remaja terdapat 14 orang terisolasi; Supriadi (2007) menunjukkan bahwa dari 278 remaja terdapat 36 remaja yang terisolasi; Eliasa (2010) terdapat persentase sebesar 28% dikategorikan rendah; Hidaya (2012) terdapat persentase sebesar 41.37% di
(16)
4
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kategorikan rendah; Firmansyah (2013) terdapat persentase sebesar 62% di kategorikan rendah.
Kompetensi interpersonal menurut Cavanagh dan Levitov (Tina,2011:43-44) sebagai berikut: (1) peka terhadap diri sendiri dan orang lain;(2) asertif;(3) kenyamanan dengan diri sendiri dan orang lain;(4) membiarkan orang lain bebas;(5) ekspektasi yang realistis tentang diri sendiri dan orang lain;(6) perlindungan diri dalam situasi interpersonal. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti, terlihat bahwa aspek-aspek kompetensi interpersonal yang masih terlihat kurang efektif adalah sebagai berikut:(1) kurangnya rasa empati ketika memberikan bentuk konsekuensi;(2) kurang mempertimbangkan hak orang lain membuat orang lain merasa terkekang;(3) adanya rasa cemas, kekwatiran serta bertindak di atas ancaman;(4) tidak membiarkan orang lain berada dalam suasana santai dan nyaman;(5) terkekang dengan harapan kepada orang lain;(6) adanya hubungan yang didasarkan ancaman orang lain.
Di sisi lain dalam berinteraksi praja terlihat berada dalam pengawasan yang sangat ketat, hal ini terlihat ekspresi yang bukan sebenarnya, pada saat peneliti menanyakan sejumlah pertanyaan, praja hanya menjawab apa yang dipertanyakan tanpa memberikan penjelasan detail lainnya walau peneliti sudah berusaha memberikan stimulus umpan balik terhadap praja dalam upaya mengharapkan respon yang membangun namun pada saat praja di ajak peneliti berbicara di suatu ruangan terlihat jelas ekspresi praja yang sesungguhnya, adanya senyuman, tawa, simpati dan korespondensi yang tinggi terhadap peneliti.
(17)
5
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Supratiknya (1995:52) menyatakan bahwa “salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam hubungan interpersonal yang intim adalah kesulitan mengomunikasikan perasaan secara efektif.” Ragam masalah dalam interpersonal muncul bukan karena perasaan yang kita alami sendiri, melainkan kita gagal mengomunikasikannya secara efektif. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Tubbs (2005:240) bahwa “interaksi antara orang-orang yang berbeda budaya telah menimbulkan lebih banyak salah pengertian daripada pengertian.”
Dengan kentalnya perbedaan ras, budaya, bahasa dan tradisi yang dibawa dari masing-masing eksistensi asal praja, mencakup perwakilan dari seluruh wilayah di indonesia, perbedaan itu menuntut praja untuk mempunyai kompetensi interpersonal dalam membentuk hubungan yang efektif, produktif dan berkesinambungan sebagaimana Cavanagh (2002:217) bahwa “Interpersonal competencies act as bridges that link the individual with the external
environment” (kompetensi interpersonal berperan sebagai jembatan yang menghubungkan dirinya dengan dunia luar). Apabila orang dapat berhubungan dengan dirinya dan orang lain secara baik, maka ia akan dapat memenuhi kebutuhannya secara lebih baik. Hal ini dipertegas oleh Tina (2011) bahwa” apabila kompetensi intrapersonal dan interpersonal meningkat, maka pemenuhan kebutuhan akan meningkat pula...”
Beberapa pandangan di atas peneliti bermaksud untuk melakukan studi komparatif tentang kompetensi interpersonal praja IPDN tingkat muda praja tahun ajaran 2012/2013 dan merumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial.
(18)
6
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Kesenjangan yang muncul akibat ketidakefektifan kompetensi interpersonal. Seperti yang dikemukakan oleh David Riesman (2002) bahwa “ketika seseorang tidak memiliki hubungan yang baik dengan diri sendiri atau orang lain, kesepian dapat terjadi bahkan di tengah-tengah keramaian sekalipun.” Permasalahan keluarga, tekanan psikologis, penyakit fisik, frustrasi pribadi dan sakit hati, tidak puas dalam kehidupan sosialnya, serta adanya pertentangan diri dengan lingkungan. Hubungan hanya berazaskan konten sementara itu azas ini bertentangan dengan apa yang dikemukakan oleh Rakhmat (2011:117) bahwa” hubungan interpersonal bukan hanya menyampaikan isi pesan namun juga
menentukan kadar hubungan interpersonal bukan hanya menentukan “content” tetapi juga “relationship”.
Beberapa teori di atas menunjukkan pentingnya kompetensi interpersonal untuk diketahui dan dimiliki individu khususnya praja, sehingga hubungan interpersonal akan lebih terarah dan mempunyai integritas di setiap hubungan antara praja dan praja yang lain baik kepada junior maupun kepada senior.
Fenomena di atas memberikan gambaran bahwa kompetensi interpersonal merupakan bagian dari kehidupan praja dalam berhubungan hal itu dikarenakan kentalnya perbedaan bahasa, ras, suku, agama, adat dan budaya, sehingga pola interaksi prajapun bereksistensi pada latar belakang kebudayaan masing-masing. Perbedaan itu membawa kepada bias persepsi dan interpretasi serta makna-makna yang terkandung di dalamnya seperti perkataan (bertanya dan merespon), sikap dan perbuatan. Bias persepsi dan interpretasi tersebut cenderung mengakibatkan
(19)
7
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhambatnya tugas-tugas perkembangan praja apabila tidak mendapat perhatian yang intensif. Sebagaimana dikemukakan oleh Hurlock (1980:213) bahwa “salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.” Bimbingan dan konseling yang dirumuskan untuk membantu praja mempunyai kompetensi interpersonal baik terhadap diri sendiri maupun dengan lingkungan. Perumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja merujuk kepada kompetensi interpersonal yang dituangkan oleh Cavanagh dan Levitov, (Tina,2011) yang di yakini bahwa praja mampu berinteraksi secara efektif efisien dan konstruktif serta tidak menghambat tahap-tahap perkembangannya.
Data-data yang dihimpun oleh supriadi (2011:167) diketahui bahwa
“…semakin sering persoalan-persoalan yang bersumber dari keragaman budaya
klien muncul dan sulit dipecahkan dalam proses pendidikan dan konseling…”
Keterbatasan bahan rujukan memberikan efek yang kurang tepat terhadap layanan bimbingan dan konseling, panduan yang penting bagi konselor untuk mengembangkan kompetensinya sebagai konselor yang professional, sisi lain praja beranggapan bahwa ruang bimbingan dan konseling diperuntukan bagi praja yang mempunyai masalah, program layanan bimbingan dan konseling di isolasi dari bagian pengasuhan khususnya bagian kedisiplinan hal ini dikarenakan terlalu kompleksnya masalah yang dihadapi para praja khususnya yang terverifikasi dalam masalah kedisiplinan itu sendiri sehingga mengharuskan untuk melibatkan peran tenaga teknis bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, rumusan masalah
(20)
8
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini adalah seperti apa kompetensi interpersonal praja IPDN tingkat muda praja angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013.
C.Pertanyaan Penelitian
Supaya penelitian lebih fokus dan terarah, maka pertanyaan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut
1.Apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan gender?
2.Apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan suku bangsa?
3.Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja IPDN?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kompetensi interpersonal praja IPDN tingkat muda praja angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013. Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah untuk memperoleh data secara empirik mengenai:
1. Perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan gender. 2. Perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan suku bangsa. 3. Rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
kompetensi interpersonal praja IPDN. E.Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya dan mengembangkan khasanah keilmuan bimbingan dan konseling khususnya tentang
(21)
9
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kompetensi interpersonal yang dilihat dari kompetensi interpersonal praja IPDN tingkat muda praja angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013.
Secara praktis, hasil penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat untuk memperoleh informasi perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN yang dilihat berdasarkan gender dan perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan suku bangsa, praja IPDN tingkat muda angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013. Menjadikan pertimbangan bagi pusat bimbingan dan konseling IPDN dalam mengembangkan kompetensi interpersonal praja IPDN melalui program bimbingan pribadi sosial.
(22)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, instrumen penelitian, analisis data dan tahapan penelitian
A.Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yang dimaksudkan untuk menjaring data mengenai kompetensi interpersonal praja. Data penelitian berupa skor (angka-angka) dan diproses melalui analisis rata-rata. Data tersebut dideskripsikan untuk mengetahui kompetensi interpersonal praja. Selanjutnya hasil kompetensi interpersonal praja dijadikan dasar untuk merumuskan program hipotetik yang akan direkomendasikan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sebagaimana Happner et al. (2008:224) menyatakan penelitian deskriptif adalah strategi penelitian yang membantu untuk menentukan eksistensi dan gambaran karakteristik suatu fenomena tertentu. Fenomena yang dimaksud adalah kompetensi interpersonal praja tingkat muda praja angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013
B.Populasi dan Sampel
Penelitian dilakukan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor pada praja tingkat muda angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan tempat atas pertimbangan bahwa IPDN adalah lembaga yang dipandang sarat dengan perbedaan bahasa, ras, suku, adat dan budaya. Disisi lain
(23)
74
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
praja merupakan kandidat pemimpin salah-satu lembaga di Indonesia. Oleh karenanya kompetensi interpersonal diyakini sebagai nilai tambah dalam mewujudkan sosok pemimpin yang professional.
Alasan memilih praja tingkat muda adalah bahwa praja dianggap sebagai individu yang baru masuk lingkungan baru. Salah-satu tuntutan praja dalam menyikapinya ialah mempunyai kompetensi interpersonal, sebagaimana Hurlock (1980:213) mengemukakan bahwa” salah satu tugas perkembangan masa remaja
yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.” di sisi lain, studi pendahuluan menunjukkan bahwa di bagian pengasuhan IPDN, masih terlihat praja yang mendapatkan konsekuensi atas beberapa kekeliruan yang diperbuat. Penelitian ini melibatkan 33 provinsi karena saat pengumpulan data belum terjadinya pemekaran provinsi dari 33 provinsi menjadi 34 provinsi. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Nama Provinsi Jumlah Populasi
Lk Pr
1 Nanggroe Aceh 61 19 80
2 Sumatera Utara 79 26 105
3 Sumut Sumatera Barat 49 33 82
4 Riau 74 29 103
5 Kepulauan Riau/kepri 36 13 49
6 Jambi 48 16 64
7 Sumatera Selatan 27 12 39
8 Bangka Belitung 12 9 21
9 Bengkulu 23 6 29
10 Lampung 29 12 41
11 DKI Jakarta 23 13 36
12 Jawa Barat/ Jabar 99 39 138
13 Banten 22 11 33
14 Jawa Tengah/ Jateng 69 58 127
(24)
75
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Nama Provinsi Jumlah Populasi
Lk Pr
16 Jawa Timur/ Jatim 65 44 109
17 Kalimantan Barat / Kalbar 50 31 81
18 Kalimantan Tengah / Kalteng 20 10 30
19 Kalimantan Timur / Kaltim 39 21 60
20 Kalimantan Selatan / Kalsel 17 18 35
21 Bali 40 10 50
22 Nusa Tenggara Barat 46 29 75
23 Nusa Tenggara Timur 30 20 50
24 Sulawesi Selatan / Sulsel 70 43 113
25 Sulawesi Tengah / Sulteng 18 12 30
26 Sulawesi Utara / Sulut 50 27 77
27 Gorontalo 11 11 22
28 Sulawesi Tenggara / Sultra 30 13 43
29 Maluku 30 16 46
30 Maluku Utara 33 9 42
31 Papua 99 10 109
32 Papua Barat 37 16 53
33 Sulawesi Barat / Sulbar 17 13 30
Jumlah 1363 654 2017
Menurut Ruseffendi dan Achmad Sanusi Taniredja & Hidayati, (2012: 39) besaran ukuran sampel tergantung jenis penelitian dan teknik pengambilan sampel. Penelitian deskriptif menggunakan sampel 10 – 20% dari populasi. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya maka, persentase dalam penelitian ini adalah 10% atau 200 sampel, selanjutnya pendistribusian sampel berdasarkan suku bangsa yang mendominasi terhadap wilayah tersebut. Suku bangsa tersebut di antaranya: suku bangsa Sunda, suku bangsa Jawa, suku bangsa Batak, suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Dayak, suku bangsa Bugis dan suku bangsa Muyu. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
(25)
76
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Distribusi Sampel Penelitian
Berdasarkan Provinsi, jenis Kelamin dan Suku Bangsa
No Nama Provinsi JK Jumlah
Suku*
1 2 3 4 5 6 7
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4 4 8
2 Sumatera Utara 5 5 10 4 4
3 Sumatera Barat 4 4 8 3 3
4 Riau 5 5 10
5 Kepulauan Riau/kepri 2 3 5
6 Jambi 3 3 6
7 Sumatera Selatan 2 2 4 2
8 Bangka Belitung 1 1 2
9 Bengkulu 1 2 3
10 Lampung 2 2 4 2
11 DKI Jakarta 2 2 4
12 Jawa Barat/ Jabar 7 7 14 2 6 7
13 Banten 2 1 3 2
14 Jawa Tengah/ Jateng 6 7 13 6 7
15 DI Yogyakarta 1 1 2
16 Jawa Timur/ Jatim 5 6 11
17 Kalimantan Barat / Kalbar 4 4 8 5 4
18 Kalimantan Tengah / Kalteng 1 2 3 2
(26)
77
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Nama Provinsi JK Jumlah
Suku*
1 2 3 4 5 6 7
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
20 Kalimantan Selatan / Kalsel 2 1 3 2
21 Bali 3 2 5
22 Nusa Tenggara Barat 4 3 7
23 Nusa Tenggara Timur 3 2 5
24 Sulawesi Selatan / Sulsel 5 6 11 5 4
25 Sulawesi Tengah / Sulteng 2 1 3
26 Sulawesi Utara / Sulut 4 4 8 2
27 Gorontalo 1 1 2
28 Sulawesi Tenggara / Sultra 2 2 4
29 Maluku 2 3 5
30 Maluku Utara 2 2 4
31 Papua 5 6 11 5 6
32 Papua Barat 3 2 5 3 2
33 Sulawesi Barat / Sulbar 2 1 3
Jumlah 100 100 200 6 4 5 3 8 9 6 9 7 4 5 6 8 8
Ket
1: Suku Bangsa Batak 5 : Suku Bangsa Dayak 2: Suku Bangsa Minang 6 : Suku Bangsa Bugis 3: Suku Bangsa Sunda 7 : Suku Bangsa Muyu 4: Suku Bangsa Jawa
(27)
78
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu kompetensi interpersonal, jenis kelamin, dan daerah asal praja. Variabel kompetensi interpersonal terdiri atas enam aspek, sebagaimana dikemukakan oleh Cavanagh dan Levitov (Tina, 2011:43 – 44) yaitu:
1) Peka terhadap diri sendiri dan orang lain, yaitu sadar akan pemikiran dan perasaan diri sendiri dan melibatkan kesadaran tersebut dalam membuat respon yang tepat kepada orang lain. Sedangkan peka terhadap orang lain berati bahwa seseorang itu merasa pemikiran dan perasaan yang lebih dalam yang tersembunyi dibalik kata dan tindakan orang lain.
2) Asertif, yaitu mengkomunikasikan apa yang menjadi hal mereka secara jujur dan konstruktif
3) Nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, yaitu terbuka dalam menunjukkan diri sendiri yang sebenarnya. Orang tersebut bereaksi secara spontan karena mereka tidak menggunakan mekanisme sensor untuk menahan reaksi dan menghapus bagian mereka yang tidak ingin diperlihatkan kepada orang lain. 4) Membiarkan orang lain bebas, yaitu membiarkan orang lain untuk menjadi diri
mereka sendiri. Orang yang membiarkan orang lain untuk bebas, memungkinkan orang lain untuk berinteraksi dengan mereka secara santai, saling menguntungkan dan memuaskan.
5) Ekspektasi yang realistis tentang diri sendiri dan orang lain, yaitu menyadari bahwa dirinya dan orang lain tidak sempurna. Meskipun mereka menyadari
(28)
79
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa kualitas-kualitas tertentu merupakan suatu kebaikan, namun mereka mengakui bahwa dalam waktu dan situasi tertentu mereka akan gagal untuk menunjukkan kualitas tersebut.
6) Perlindungan diri dalam situasi interpersonal, yaitu kemampuan untuk mengatasi apapun yang terjadi di dalam hubungan interpersonal tanpa terpengaruh secara pribadi.
Variabel gender dibatasi pada jenis kelamin yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan, selanjutnya variabel suku bangsa dibagi berdasarkan klasifikasi suku bangsa Indonesia yang dipetakan oleh Koentjaraningrat (2009:314 – 322) yaitu terdapat empat peta wilayah, mengingat proporsi utusan praja yang berbeda-beda serta persamaan sistem kemasyarakatan maka wilayah asal praja dikategorikan menjadi enam kepulauan diantaranya: sumatera, jawa, kalimantan, sulawesi, bali-NTT-NTB, dan papua-maluku, selanjutnya pengklasifikasian suku bangsa dipilih berdasarkan suku bangsa yang mendominasi di kepulauan tersebut, suku bangsa tersebut di antaranya: suku bangsa Batak, suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Sunda, suku bangsa Jawa, suku bangsa dayak, suku bangsa Bugis, dan suku bangsa Muyu.
D.Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen pengumpulan data kompetensi interpersonal praja berupa skala pengukuran yang sudah dikembangkan oleh Tina (2011). Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument kompetensi interpersonal yaitu sebesar α= 0.808. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.3
(29)
80
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen
Aspek Indikator No
Item 1. Peka terhadap
diri sendiri dan orang lain
a.Individu menyadari pemikiran diri sendiri dan melibatkan kesadaran tersebut dalam membuat respon yang tepat kepada orang lain.
1 b.Individu menyadari perasaan diri sendiri dan
melibatkan kesadaran tersebut dalam membuat respon yang tepat kepada orang lain.
2 c.Individu merasakan pemikiran orang lain secara
lebih dalam yang tersembunyi di balik ucapan dan tindakan lain.
3 d.Individu merasakan perasaan orang lain secara
lebih dalam yang tersembunyi di balik ucapan dan tindakan lain.
4 e.Individu mengenali kapan waktu yang tepat
untuk mengatakan ataupun tidak mengatakan sesuatu.
5-10 2. Asertif Individu mampu mengemukakan pendapatnya
secara jujur dan konstruktif. 11-14 3. Nyaman
dengan diri sendiri dan orang lain.
Individu mampu bereaksi secara spontan serta mengeksesikan pemikiran dan perasaan secara
terbuka 15-20
4. Membiarkan orang lain bebas
Individu membiarkan orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri sehingga orang lain dapat berinteraksi dengan mereka secara santai, saling menguntungkan, dan memuaskan.
21-22 5. Ekspektasi
yang realistis tentang diri sendiri dan orang lain.
Individu menyadari bahwa kualitas-kualitas tertentu merupakan suatu kebaikan, namun mereka mengakui bahwa dalam waktu dan situasi tertentu mereka akan gagal untuk menunjukkan kualitas tersebut.
23-26
6. Perlindungan diri dalam situasi
interpersonal
Individu mampu untuk mengatasi apapun yang terjadi di dalam hubungan interpersonal secara
(30)
81
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E.Analisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. pertanyaan penelitian nomor satu yaitu Apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan gender. Untuk menjawab pertanyaan tersebut yaitu dengan perhitungan rata-rata skor dan simpangan baku, selanjutnya menentukan nilai ambang (threshold) yang dilakukan untuk mengetahui aspek yang dianggap bias atau dominan, Perhitungan dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata melalui teknik t tes. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan nomor dua, yaitu Apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan suku bangsa yaitu sebelum uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan teknik analisis of varians (ANOVA) terlebih dahulu menghitung normalitas data dan homoginitas varians, hal ini dilakukan untuk mengetahui kriteria penggunaan tekhnik analisis of varians sudah terpenuhi. Keseluruhan perhitungan data tersebut dilakukan dengan menggunakan software SPSS persi 17
for windows. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan nomor tiga yaitu
bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja IPDN. Perumusan program hipotetik dirumuskan berdasarkan analisis kebutuhan (needs assessment) dan teori yang meendukung tentang pengembangan kompetensi interpersonal.
F. Tahapan Penelitian
Agar penelitian terarah dan sistematis, dianggap perlu membuat tahapan-tahapan penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian diuraikan berikut ini:
(31)
82
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.Pada tahap studi pustaka dan studi lapangan, peneliti melihat kondisi dilapangan sekaligus masalah dilapangan yang sangat krusial untuk diteliti yang dikaji berdasarkan pertimbangan-pertimbangan baik hambatan, distorsi maupun kendala praja, tingkat muda praja angkatan XXIII tahun ajaran 2012/2013 dalam menempuh tahap-tahap perkembangan yang efektif dan produktif. Pada tahap studi pustaka peneliti mencari teori yang relevan atau yang mengintervensi atas masalah yang dihadapi praja.
2.Dari hasil identifikasi tersebut peneliti membuat perumusan program hipotetik yang dirumuskan berdasarkan analisis kebutuhan (need assessment)
3.Validasi program hipotetik melibatkan tiga pakar Bimbingan dan Konseling yaitu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf, L.N., M.Pd, Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd., dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd. penilaian dilakukan secara tertulis dengan menggunakan lembar penilaian program hipotetik sekaligus diskusi secara lisan. Masukan serta saran dari ketiga pakar tersebut dilibatkan untuk merevisi program hipotetik menjadi program yang lebih layak untuk memenuhi tujuan peneitian.
4.Tahap berikutnya melakukan perbaikan sesuai dengan arahan ketiga pakar selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk dilakukan perbaikan.
5.Merekomendasikan program hipotetik kepada Pusat Bimbingan dan Konseling IPDN.
(32)
83
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja divisualisasikan pada Gambar 3.1
STUDI PUSTAKA
STUDI LAPANGAN
PERUMUSAN PROGRAM
REVISI
VALIDASI RASIONAL
PROGRAM HIPOTETIK
YANG DIREKOMENDA
SIKAN
Gambar 3.1
Rangkaian Penelitian Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kompetensi Interpersonal Praja
(33)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini, disimpulkan perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan gender, perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN berdasarkan suku bangsa.
A.Simpulan
Secara eksplisit temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja IPDN angkatan
XXIII tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan gender.
2. Tidak terdapat perbedaan kompetensi interpersonal praja berdasarkan suku bangsa.
3. Program hipotetik bimbingan pribadi sosial direkomendasikan untuk meningkatkan dan mempertahankan kompetensi interpersonal praja. Tidak ada perbedaan fokus pengembangan kompetensi interpersonal praja berdasarkan gender maupun suku bangsa. Dengan kata lain program pribadi sosial dapat diimplemantasikan pada seluruh tingkatan praja.
B.Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan temuan dan kesimpulan penelitian, rekomendasi utama penelitian ini adalah bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja. Rekomendasi ditujukan kepada berbagai pihak terkait yang memiliki peran dan fungsi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling khususnya di IPDN diantaranya sebagai berikut:
(34)
146
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pusat Bimbingan dan Konseling IPDN
Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja kiranya dapat digunakan sebagai alternatif pelaksanaan layanan program bimbingan dan konseling di IPDN sebagai upaya meningkatkan kompetensi interpersonal praja khususnya tingkat muda dalam melakukan hubungan interpersonal. Dalam implementasinya, pusat bimbingan dan konseling dapat bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, seperti bidang pengasuhan, pakar bimbingan dan konseling, praktisi bimbingan dan konseling, lembaga swadaya masyarakat sebagai mentor pemberdayaan masyarakat. Sebagai pembuat program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal praja, peneliti siap untuk mengakomodasi dalam pengaplikasian layanan program apabila diperlukan.
2. Bidang Pengasuhan IPDN
Data tentang kompetensi interpersonal praja dapat dijadikan pelengkap profil praja sebagai bahan need assessment dalam upaya pengembangan program di bidang pengasuhan.
3. Peneliti Selanjutnya
Dengan berpijak pada temuan-temuan dan keterbatasan-keterbatasan penelitian ini, maka direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk mengangkat tema-tema sebagai berikut:
a. Rumusan program hipotetik ini dapat diujicobakan dan diukur keefektifannya dalam meningkatkan kompetensi interpersonal praja tingkat muda.
(35)
147
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bentuk alat ukur kompetensi interpersonal yang komprehensif yang sejalan dengan makna kompetensi interpersonal yaitu mencakup pengetahuan, sikap dan skill.
c. Pengembangan program bimbingan pribadi sosial untuk lebih meningkatkan kompetensi interpersonal dengan melibatkan seluruh tingkatan praja (muda praja, madya praja, nindya praja dan wasana praja).
(36)
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. (2012). “Strategi Kesopanan Berbahasa Masyarakat bugis Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan”. Jurnal Bahasa dan Seni. 40, (1),1-13.
Afif. A. (2009). “Identitas Sosial orang Minangkabau yang keluar dari Islam”.
Jurnal Psikologi. 36, (2), 205-214.
Ali, R., Indrawati, S. dan Masykur, A.M. (2010) “Hubungan Antara Identitas Etnik dengan Prasangka terhadap Etnik Tolaki pada Mahasiswa Muna di
Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi tenggara” Jurnal Psikologi Undip.
7, (1), 18-26.
Almos, R. (2013) “Ujaran Pantang Salah Satu Budaya Tutur Masyarakat Minangkabau”. Jurnal Elektronik. Jilid 4.
Allport, G.W. (1960). Personality and social encounter. Boston: Beacon Press.
Amaluddin. (2010). “Nyanyian Rakyat Bugis Kajian Bentuk, Fungsi, Nilai, dan
Strategi Pelestariannya”. Jurnal Bahasa dan Seni. 38, (1), 51-62.
Anharudin dan Fatimah, S. (2012). “The Resistance Papua Province Toward
Transmigration Program”. Jurnal Ketransmigrasian. 29 (1), 57-64.
Anindyajati, M. dan Karima, C.M. (2004) “ Peran Harga Diri terhadap Asertivitas Remaja Penyalahguna Narkoba di Tempat-tempat Rehabilitasi
Penyalahguna Narkoba”. Jurnal Psikologi. 2 (1), 49-73.
Aprilianti, A. (2013). Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di Unikom
Bandung. Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Arifin, Z. (2004). “Minangkabau dan Potensi Etnik dalam Paradigma Multikultural”. Seminar Internasional Kebudayaan: Padang.
Arkam, Liza Akmalia. (2007). Perbedaan Kompetensi Interpersonal Antara
Penyiar Radio laki-laki dan Perempuan. Skripsi pada Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarman: tidak diterbitkan.
Aronson, E. (1972). The Social Animal. San Francisco: W.H Freeman and Company.
Asteria. (2008). “Perkembangan Penataan Interior Rumah Betang Suku Dayak
(37)
149
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2005). Laporan Akhir Penelitian Hukum
Tentang Perkembangan Hukum Adat di Provinsi Sulawesi Selatan, Jakarta:
BAPENAS.
Bahri, S. (Tt). “Interferensi Sintaksis Bahasa Minangkabau dalam Bahasa
Indonesia pada Masyarakat Minang perantau di Medan” studi lapangan pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan: Medan.
Baron, R.A., dan D. Byrne. (1979). Social Psychology:Understanding Human
Interaction. Boston: Allyn and Bacon, Inc
Baron, R.A., Byrne, D., & Branscombe, N. R. (2008). Social Psychology 12th Edition. Boston: Allyn and Bacon
Baron, R.A., Byrne, D., & Branscombe, N. R. (2006). Social Psychology 11th Edition. Boston: Allyn and Bacon
Bonivor, A.A. (Tt). “ Akulturasi Masyarakat Batak di Pontianak”. Studi Lapangan: Pontianak
Buber, M. (1957). I and Thou. Edinburg: T. and T. Clark.
Byrne, D. (1971). The Attraction Paradigm. New York: Academic Press.
Cavanagh, Michael E. dan Levitov, Justin E. (2002). The Counseling Experience,
A Theoretical and Practical Approach. Long Grove: Waveland.
Creswell, J W. (2010) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Corey, G. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Dahlan, Tina, H. (2011). Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution
Focused Brief Counseling) dalam Setting Kelompok untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa. Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Departemen Komunikasi dan Informatika. (2009). Efektivitas Diseminasi
Informasi pengurangan Resiko bencana di Daerah Rawan Bencana.
Jakarta: Depkominfo.
Devito, J. A. (2003). Human Communication Ninth Edition. The Basic Course USA: Pearson Education Inc.
(38)
150
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Devito, Joseph A. (1989) The Interpersonal Communication Book, Fifth Edition, Harper & Row, new York: Publishers.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konselinng Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
PMPTK.
Dovidio, J.F,. Ellyson, D. L,. Keating, C. F,. Heltman, K,. & Brown, C.E. (1988).
“The Relationship of Social Power to Visual Displays of Dominance Between Men and Women”. Journal of Personality and Social Psychology, 54,233-242.
Eliasa, Eva Imania. (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk
Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Studi Pengembangan di Kelas X SMA Darul Hikam Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Tesis pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Ellis, A. (2007). Terapi R.E.B Agar Hidup Bebas Derita. Yogyakarta: B-First. Endarmoko, E. dan Erkelens, J. (Eds) (2001). Belanda di Irian Jaya. Jakarta:
Garba Budaya.
Fensterheim, H. dan Baer, J. (1980). Don`t Say Yes When You Want to Say No. Gunung Jati.
Fitrianto, H. (2013). Pola Komunikasi dalam Keluarga Etnis Minangkabau di
Perantauan dalam membentuk Kemandirian Anak. Skripsi pada Psikologi
Universitas Gunadarma Depok: tidak diterbitkan.
Fraenkel Jack R,. Wallen, E. dan Hyun, H. (2012). How to Design and Evaluate
Research in Education. New York: the McGraw-Hill.
Franklin, J P. (2008). BuilingLeaders The West Point Way. Yogyakarta: Gradien Mediatama.
Fromm, E. (1962). The Art Of Loving. London: Allen and Unwin. Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Gani, E. (2009). “Kajian Terhadap Landasan Filosofi Pantun Minangkabau.
(39)
151
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gunawan, K. (2011) “Manajemen Konflik Atasi Dampak Masyarakat Multikultural di Indonesia”. Journal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis. 2, (2), 221-224.
Gusnawaty. (Tt). Pola Sapaan dalam Bahasa Bugis Ritual Harmoni yang
merekatkan. Studi lapangan pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin Makassar: tidak diterbitkan.
Hall, C.S,. dan Lindzey, G. (1993). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
Happner, P. Paul, Kivlighan, Dennis M, dan Wampold, Bruce E. (2008). Research
Design In Counseling Third Edition. Belmon USA: Thonson Brook/Cole
Ipah Saripah. (2006). ” Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku
Prososial Anak”. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan
Heider, F. (1958). The Psychology of Interpersonal Relations, New York: John Wiley and Sons.
Herdiyanto, Y.K dan Yuniarti, K.W. (2012). “ Budaya dan Perdamaian Harmoni
dalam kearifan lokal Masyarakat Jawa Menghadapi perubahan Pasca
Gempa”. Jurnal Humanitas. 9, (1). 29-42.
Herimanto dan Winarno. (2010). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Idrus, M. (2007). “Makna Agama dan Budaya bagi Orang Jawa”. Jurnal UNISIA.
30, (66). 391-401.
Ihwan, (2013). Sifat dan Karakter Orang Jawa online: blogspot [Online] Tersedia: http://ihwan42.blogspot.com [18,November 2013].
Ilfiandra. (2002). Program Pelatihan untuk Mambantu Guru yang Mengalami
Kejenuhan kerja (Burnout) Tesis pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling Sekolah Pascasaarjana Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan
Januri, M.F. dan Alfan. M. (2011). Dialog Pemikiran Timur-Barat. Bandung: Pustaka Setia.
Jess, F & Gregory, J.F. (2008). Theories of Personality. Celeban Timur: Pustaka Pelajar.
(40)
152
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karomani. (2011). “Persepsi dan Prasangka Antar Etnik di Lampung Selatan”.
Jurnal Sosiohumaniora, 13, (1) 39-57.
Kaufman, Roger A. (1972) Educational System Planning. New Jersey:Prentice Hall Inc., Engleewood Cliffs.
Khatimah, K. (2012). Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di
Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone Yogyakarta. Skripsi pada
FKMB-Y Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Kinseng, R. dan Saharuddin. (2009). “Pola Penyebaran dan Mobilitas Sosial Nelayan bugis di Indonesia”. Prosiding Hasil-hasil Penelitian IPB.
Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
___________. (2005). Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
___________. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). (2004).
Laporan Penelitian Bisnis Militer di Boven Digoel Papua, Boven Digoel
Papua: Tim Peneliti Bisnis Militer.
Lamria, M. (2004). “ Analisis Penyebab Terjadinya Konflik Horizontal di Kalimantan Barat”…
Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Lesmana, J M. (2005). Dasar-dasar Konseling, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Lickona, T. (2012). Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara.
Liliweri, A. (2009). Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Celeban Timur: Pustaka Pelajar.
Lind, E. A. & Tyler, T.R. (1988). The Social Psychology of Procedural Justice. Plenum Press, New York.
Manik, H.S. (2012). “Makna dan Fungsi Tradisi Sinamot dalam Adat Perkawinan Suku Bangsa Batak Toba di Perantauan Surabaya”. Jurnal Biokultur. 1 (1),
(41)
153
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Manurung, T.P. (2013). Ungkapan dalam Bahasa Batak Toba; Studi Bentuk,
Makna dan Pemakaian pada Masyarakat Batak Toba di Kota Jambi. Skripsi
pada FKIP Universitas Jambi: tidak diterbitkan.
Marwan, I.A. (Tt) Peranan Perilaku Asertif dan Diosentrisme terhadap
Kesejahteraan Subyektif pada Orang Jawa dan Orang Batak. Skripsi
Membership pada Perpustakaan Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.
Masturah, A.N. (2013). “Pengungkapan Diri Antara Remaja Jawa dan Madura”.
Jurnal Online Psikologi. 01, (01). 55-64
Mcleod, J .(2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Prenada Media Group.
Mcleod, J .(2010). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Prenada Media Group.
Miceli, M.P., Jung, I., Near, J.P. & Greenberg, D.B. (1991). “Predictors and Outcomes of Reactions to Pay- for-Performance Plans”. Journal of Applied
Psychology, 76, 508-521.
Miller., John, P. (2002). Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Miller, R.S., & Perlman, D.,S. (2007). Intimate Relationship Fourth Edition.USA: McGraw-Hill.
Miller, R.S., & Perlman, D.,S.(2009). Intimate Relationship Firth Edition USA: McGraw-Hill.
Miharja, D. (2013). Integrasi Agama Islam dengan Budaya Sunda. Ringkasan Disertasi Doktor pada Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung: tidak diterbitkan
Minton, J.W., Lewicki, R.J. & Sheppard, B.H. (1994). Unjust Dismissal in the Context of Organizational Justice. The Annals of The American Academy of
Political and Social Sciences,…135-148.
Moriyama, M. (2003) “Mencari Akar Pemikiran Sastra Sunda Modern Setelah Masuknya Pengaruh Belanda pada Paruh Kedua Abad Ke-19”. Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional XIV Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia, Surabaya.
Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyanto, D. (2011). Antropologi Marx. Karl Marx Tentang Masyarakat dan
(42)
154
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Muro, James J & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The
Elementary and Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C
Brown Communication, Inc.
Nasikun, (1974). Sebuah Pendekatan Untuk Mempelaiari Sistim Sosial Indonesia. Yogyakarta: Penerbitan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik UGM.
Oliva, Feter, F. (1992). Developing The Curriculum. New York: HarperCollins Publishes Inc.
Partini. (2013). Bias Gender Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pines, A. M. (1999). Falling in love. Why we choose the lovers we choose. New york: Routledge. Dari E-Book.
Poerwanto, H. (2008). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif
Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradadimara, D. (2006). “ Tentang Manusia Bugis”. Makalah pada Kamasuka Muhammadiyah, Yogyakarta.
Pratiwi, M,M, Shinta. (1988). Kemampuan Hubungan Interpersonal Ditinjau dari
Konsep Diri pada Sisw Sekolah Perawat Kesehaatan R.S. Elizabeth. Skripsi
pada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranoto. semarang: tidak diterbitkan.
Print, Murray. (1993). Curriculum Development And Design. Australia: Allen & Unwin Pty Ltd, St., Leonard.
Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. (2012) Panduan Penulisan Karya Akademik. Bandung: SPs UPI.
Provinsi Papua. (2006). Profil Investasi Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Merauke:
Purnomolastu, N., Wijaya, A., dan Aprilianto. (2012). Negosiasi Berkarakter
Lintas Budaya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Purwadi. (Tt). Etika Komunikasi dalam Budaya Jawa. Penelitian pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan. (2007). Pengelolaan
(43)
155
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Puspitawati Harien. (2012) Konsep, Teori dan Analisis Gender, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rachmadiana, M. (2004) “Mencium Tangan, Membungkukkan Badan Etos
Budaya Sunda, Yogyakarta, Madura”. Jurnal Psikologi. 1, (2), 33-44.
Rahmadani, D. (2013) Struktur dan Nilai Budaya Minangkabau dalam Naskah
Pasambahan Batagak Panghulu. Skripsi pada FBS Universitas Negeri
Padang: tidak diterbitkan.
Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia Richards George Maxwell (2003). The Gender Evolution of a Campus. Hindia
Barat. Pusat Studi Gender dan Pembangunan.
Rusmana, N. (2009). Konseling Kelompok Bagi Anak Berpenglaman Traumatis. Bandung: Rizqi Press.
Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode,
Teknik dan Aplikasi. Bandung: Rizqi Press.
Rakhmat Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ranjabar, Jacobus. (2006). Sitem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Richards George Maxwell. (1995) “The Gender Evolution of a Campus The CGDS’
First Ten Years.”. Pidato pada upacara pembukaan Resmi Pusat Studi Jender
dan Pembangunan, Hindia Barat, 12 Desember 1995.
Rees, S, dan Graham, R.S. (2006) Assertion Training How To Be Who You Really
Are.USA and Canada: Taylor & Francis e-Library.
Roberts, C.R. (1951). Client-Centered Theraphy. Boston: Houghton Mifflin. Rokeach, M. (1954). The Nature and Meaning of Dogmatism. Psychological
Review. 61,19-204.
Ruesch, J. dan G. Bateson. (1951). Communication: The Social Matrix of
(44)
156
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sasongko Sri Sundari. (2008). “Modul 2: Konsep dan Teori Gender”. Makalah
pada Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN.
Setiono, K. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Padjadjaran
Siatang, N. (2007). “Budaya Siri Sebagai Aspek Kehidupan Profesional
Perempuan Bugis yang Berprofesi Pelayan Rumah Tangga di Kelurahan Tidung Makassar”. Jurnal Kajian Perempuan (Bunga Wellu)”. 10, (1),
18-25.
Silalahi, E.N. (2013). Corak Gemeinschaft Punguan Parsahutaon Dos Roha
dalam Relasi Sosial Masyarakat Batak Perantau di Tegal. Skripsi paada
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.
Soeprapto, T. (2013) “Peran Kelompok Etnis dalam Kepemimpinan pada Pemda Provinsi Papua”. Jurnal Aplikasi Manajemen. 11, (2), 306-316.
Suherman dan Budiman, N. (2011) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan
Konseling. Bandung: UPI Press.
Sunarto dan Hartono, A. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Surya, M .(2009). Psikologi Konseling”. Bandung: Maestro.
Tubbs, S L. (2005). Human Communication Konteks-konteks Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uchjana Effendy Onong. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Vangelisti, A. L., & Perlman, D. (2006). The Cambridge Handbook of personal
Relationship. New York: Cambridge University Press.
Wahyu, R. (2008). Ilmu Budaya Dasar (IBD). Bandung: Pustaka Setia.
Walster, E., Walster GW & Bershcheid, E. (1978). Ekuitas Teori dan Penelitian Inc. Allyn: Bacon.
Waltzlawick, P., J.H. Beaven, dan D.D. Jackson. (1997). Pragmatics of Human
(45)
157
Muhamad Hamdi, 2014
Studi Komparatif Kompetensi Interpersonal Praja IPDN Berdasarkan Gender dan Suku Bangsa Serta Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan Dan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Weintre, J. (2004). Beberapa Penggal Kehidupan Dayak Kenayatan. Makalah Studi Lapangan, Yogyakarta.
Widodo, B. dan Urafa, S.M. (2013) “Pola Komunikasi Pemakaian Bahasa Jawa dan Sunda”. Jurnal Acta diurnal. 9, (1), 32-38.
Wijayanti, H. dan Nurwianti, F. (2010) “Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan Pada Suku Jawa”. Jurnal Psikologi. 3, (2). 114-122.
Wisnuwardhani, D. dan Mashoedi, S. F. (2012). Hubungan Interpersonal, Jakarta: Salemba Humanika.
Yeny, I. dan Innah, H.S. (2007). “Kajian Pelaksanaan Pembinaan Masyarakat
Desa Hutan (PMDH) di Papua”. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 4, (1), 73-91.
Yusuf, S. dan Nurihsan, A.J. (2010). Landasan Bimbingan & Konselin. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya.
(1)
Karomani. (2011). “Persepsi dan Prasangka Antar Etnik di Lampung Selatan”. Jurnal Sosiohumaniora, 13, (1) 39-57.
Kaufman, Roger A. (1972) Educational System Planning. New Jersey:Prentice Hall Inc., Engleewood Cliffs.
Khatimah, K. (2012). Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone Yogyakarta. Skripsi pada FKMB-Y Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Kinseng, R. dan Saharuddin. (2009). “Pola Penyebaran dan Mobilitas Sosial Nelayan bugis di Indonesia”. Prosiding Hasil-hasil Penelitian IPB.
Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
___________. (2005). Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
___________. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). (2004). Laporan Penelitian Bisnis Militer di Boven Digoel Papua, Boven Digoel Papua: Tim Peneliti Bisnis Militer.
Lamria, M. (2004). “ Analisis Penyebab Terjadinya Konflik Horizontal di Kalimantan Barat”…
Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Lesmana, J M. (2005). Dasar-dasar Konseling, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Lickona, T. (2012). Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara.
Liliweri, A. (2009). Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Celeban Timur: Pustaka Pelajar.
Lind, E. A. & Tyler, T.R. (1988). The Social Psychology of Procedural Justice. Plenum Press, New York.
Manik, H.S. (2012). “Makna dan Fungsi Tradisi Sinamot dalam Adat Perkawinan Suku Bangsa Batak Toba di Perantauan Surabaya”. Jurnal Biokultur. 1 (1), 19-32.
(2)
Manurung, T.P. (2013). Ungkapan dalam Bahasa Batak Toba; Studi Bentuk, Makna dan Pemakaian pada Masyarakat Batak Toba di Kota Jambi. Skripsi pada FKIP Universitas Jambi: tidak diterbitkan.
Marwan, I.A. (Tt) Peranan Perilaku Asertif dan Diosentrisme terhadap Kesejahteraan Subyektif pada Orang Jawa dan Orang Batak. Skripsi Membership pada Perpustakaan Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.
Masturah, A.N. (2013). “Pengungkapan Diri Antara Remaja Jawa dan Madura”.
Jurnal Online Psikologi. 01, (01). 55-64
Mcleod, J .(2006). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Prenada Media Group.
Mcleod, J .(2010). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Prenada Media Group.
Miceli, M.P., Jung, I., Near, J.P. & Greenberg, D.B. (1991). “Predictors and Outcomes of Reactions to Pay- for-Performance Plans”. Journal of Applied Psychology, 76, 508-521.
Miller., John, P. (2002). Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Miller, R.S., & Perlman, D.,S. (2007). Intimate Relationship Fourth Edition.USA: McGraw-Hill.
Miller, R.S., & Perlman, D.,S.(2009). Intimate Relationship Firth Edition USA: McGraw-Hill.
Miharja, D. (2013). Integrasi Agama Islam dengan Budaya Sunda. Ringkasan Disertasi Doktor pada Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung: tidak diterbitkan
Minton, J.W., Lewicki, R.J. & Sheppard, B.H. (1994). Unjust Dismissal in the Context of Organizational Justice. The Annals of The American Academy of Political and Social Sciences,…135-148.
Moriyama, M. (2003) “Mencari Akar Pemikiran Sastra Sunda Modern Setelah Masuknya Pengaruh Belanda pada Paruh Kedua Abad Ke-19”. Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional XIV Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia, Surabaya.
(3)
Muro, James J & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The Elementary and Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C Brown Communication, Inc.
Nasikun, (1974). Sebuah Pendekatan Untuk Mempelaiari Sistim Sosial Indonesia. Yogyakarta: Penerbitan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik UGM.
Oliva, Feter, F. (1992). Developing The Curriculum. New York: HarperCollins Publishes Inc.
Partini. (2013). Bias Gender Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pines, A. M. (1999). Falling in love. Why we choose the lovers we choose. New york: Routledge. Dari E-Book.
Poerwanto, H. (2008). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradadimara, D. (2006). “ Tentang Manusia Bugis”. Makalah pada Kamasuka Muhammadiyah, Yogyakarta.
Pratiwi, M,M, Shinta. (1988). Kemampuan Hubungan Interpersonal Ditinjau dari Konsep Diri pada Sisw Sekolah Perawat Kesehaatan R.S. Elizabeth. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranoto. semarang: tidak diterbitkan.
Print, Murray. (1993). Curriculum Development And Design. Australia: Allen & Unwin Pty Ltd, St., Leonard.
Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. (2012) Panduan Penulisan Karya Akademik. Bandung: SPs UPI.
Provinsi Papua. (2006). Profil Investasi Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Merauke:
Purnomolastu, N., Wijaya, A., dan Aprilianto. (2012). Negosiasi Berkarakter Lintas Budaya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Purwadi. (Tt). Etika Komunikasi dalam Budaya Jawa. Penelitian pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan. (2007). Pengelolaan Keragaman Budaya Strategi Adaptasi, Jakarta: P3K.
(4)
Puspitawati Harien. (2012) Konsep, Teori dan Analisis Gender, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rachmadiana, M. (2004) “Mencium Tangan, Membungkukkan Badan Etos
Budaya Sunda, Yogyakarta, Madura”. Jurnal Psikologi. 1, (2), 33-44. Rahmadani, D. (2013) Struktur dan Nilai Budaya Minangkabau dalam Naskah
Pasambahan Batagak Panghulu. Skripsi pada FBS Universitas Negeri Padang: tidak diterbitkan.
Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia Richards George Maxwell (2003). The Gender Evolution of a Campus. Hindia
Barat. Pusat Studi Gender dan Pembangunan.
Rusmana, N. (2009). Konseling Kelompok Bagi Anak Berpenglaman Traumatis. Bandung: Rizqi Press.
Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi. Bandung: Rizqi Press.
Rakhmat Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ranjabar, Jacobus. (2006). Sitem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
Richards George Maxwell. (1995) “The Gender Evolution of a Campus The CGDS’ First Ten Years.”. Pidato pada upacara pembukaan Resmi Pusat Studi Jender dan Pembangunan, Hindia Barat, 12 Desember 1995.
Rees, S, dan Graham, R.S. (2006) Assertion Training How To Be Who You Really Are.USA and Canada: Taylor & Francis e-Library.
Roberts, C.R. (1951). Client-Centered Theraphy. Boston: Houghton Mifflin. Rokeach, M. (1954). The Nature and Meaning of Dogmatism. Psychological
Review. 61,19-204.
Ruesch, J. dan G. Bateson. (1951). Communication: The Social Matrix of Psychiatry. New York: W.W: Norton
(5)
Sasongko Sri Sundari. (2008). “Modul 2: Konsep dan Teori Gender”. Makalah
pada Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN.
Setiono, K. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Padjadjaran
Siatang, N. (2007). “Budaya Siri Sebagai Aspek Kehidupan Profesional
Perempuan Bugis yang Berprofesi Pelayan Rumah Tangga di Kelurahan Tidung Makassar”. Jurnal Kajian Perempuan (Bunga Wellu)”. 10, (1), 18-25.
Silalahi, E.N. (2013). Corak Gemeinschaft Punguan Parsahutaon Dos Roha dalam Relasi Sosial Masyarakat Batak Perantau di Tegal. Skripsi paada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.
Soeprapto, T. (2013) “Peran Kelompok Etnis dalam Kepemimpinan pada Pemda Provinsi Papua”. Jurnal Aplikasi Manajemen. 11, (2), 306-316.
Suherman dan Budiman, N. (2011) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press.
Sunarto dan Hartono, A. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Surya, M .(2009). Psikologi Konseling”. Bandung: Maestro.
Tubbs, S L. (2005). Human Communication Konteks-konteks Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Uchjana Effendy Onong. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Vangelisti, A. L., & Perlman, D. (2006). The Cambridge Handbook of personal Relationship. New York: Cambridge University Press.
Wahyu, R. (2008). Ilmu Budaya Dasar (IBD). Bandung: Pustaka Setia.
Walster, E., Walster GW & Bershcheid, E. (1978). Ekuitas Teori dan Penelitian Inc. Allyn: Bacon.
Waltzlawick, P., J.H. Beaven, dan D.D. Jackson. (1997). Pragmatics of Human Communication. New York. W.W: Norton & Co.
(6)
Weintre, J. (2004). Beberapa Penggal Kehidupan Dayak Kenayatan. Makalah Studi Lapangan, Yogyakarta.
Widodo, B. dan Urafa, S.M. (2013) “Pola Komunikasi Pemakaian Bahasa Jawa dan Sunda”. Jurnal Acta diurnal. 9, (1), 32-38.
Wijayanti, H. dan Nurwianti, F. (2010) “Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan Pada Suku Jawa”. Jurnal Psikologi. 3, (2). 114-122.
Wisnuwardhani, D. dan Mashoedi, S. F. (2012). Hubungan Interpersonal, Jakarta: Salemba Humanika.
Yeny, I. dan Innah, H.S. (2007). “Kajian Pelaksanaan Pembinaan Masyarakat
Desa Hutan (PMDH) di Papua”. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 4, (1), 73-91.
Yusuf, S. dan Nurihsan, A.J. (2010). Landasan Bimbingan & Konselin. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya.