PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Diajukan Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampu: Mukhlis

\

Penyusun : Syarif Akil Al Munawar (1520150074)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................

A.

Langkah-langkah Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Materi Pembelajaran..............................................................................................................
1. Tujuan Pembelajaran......................................................................................................................
A.


B.

Langkah-Langkah dalam Pengelolaan Pembelajaran
1. Tahap Persiapan atau Perencanaan..................................................................................................
2. Tahap Pelaksanaan.............................................................................................................................
3. Tahap Penilaian (Evaluasi)................................................................................................................

langkah langkah menilai prestasi pembelajaran...................................................................

C.

1
2.
3.

D.

Memberikan informasi...................................................................................................................
Memberikan bahan-bahan keterangan (data)..........................................................................

Memberikan gambaran..................................................................................................................

langkah langkah melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar
1.

Prinsip-Prinsip Pemberian Nilai

2.

Tujuan Penilaian Kelas

E.

langkah langkah memahami landasan kependidikan
1.

Landasan Filosofis

2.


Pengertian Landasan Filosofis

F.

langkah langkah memahami kebijakan pendidikan
1.

Pengertian Kebijakan Pendidikan

2.

Kebijakan Pendidikan dan Gender

G.

langkah langkah memahami perkembangan siswa

1.

Observasi


2.

Jenis Teknik Observasi

H.

Langka-Langkah Memahami Pendekatan pembelajaran sesuai dengan

materi
1.

Pendekatan Individual

I.

Langkah – langkah menamankan kerjasama

J.


Langkah-Langkah Memanfaatkan Iptek

K.

Langkah – langkah menguasai Ilmu Pengetahuan & keterampilan sesuai dengan
Pelajaran

L.

Langkah-langkah Mengembangkan Profesi, Akademi, Sosial, Dll.

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................

A. Langkah-langkah Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas

mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indicator
untuk satu kali pertemuan atau lebih.
Langkah-langkah menyusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi beberapa hal
berikut :
a. Identitas Mata Pelajaran
Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu (jam pertemuan).
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.
c. Indikator
Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut :
1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua).
2. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi.
3. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja KD atau SK.
4. Prinsip pengembangan indicator adalah urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan Kontekstual.

5. Keseluruhan indicator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk
pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara
konsisten.
d. Materi Pembelajaran
Cantumkan materi pembelajaran dan lengkapi dengan uraiannya yang telah dikembangkan

dalam silabus. Dalam menetapkan dan mengembangkan materi perlu diperhatikan hasil dari
pengembangan silabus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakan dalam
proses pembelajaran yang didukung oleh uraian materi materi untuk mencapai kompetensi
tersebut.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi
waktu, kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru,
tingkat perkembangan peserta didik, dan fasilitas.
Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu
diperhatikan criteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan sebagai berikut :
1. Sahih (valid), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah
teruji kebenaran dan kesahihannya.
2. Relevansi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar
yang ingin dicapai.
3. Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar dan
standar kompetensi.
4. Adequasi (kecukupan), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan cukup lengkap
untuk tercapainya kemampuan yang telah ditentukan.
5. Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyan
berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan
mengapa penting ? dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang

yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
6.

Kebermanfaatan, artinya materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat, baik secara
akademis, maupun nonakademis.

7. Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek
tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatnya bahan ajar dan kondisi setempat.
8. Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi
siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.
e. Tujuan Pembelajaran
Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran tersebut. Tujuan
pembelajaran diambil dari indikator.
f. Strategi atau Skenario Pembelajaran
Strategi atau skenario pembelajaran adalah strategi atau scenario apa dan bagaimana dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif, bermakna dan
menyenangkan. Strategi atau scenario pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru secara beruntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan urutan
langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat

tertentu.
Rumusan pernyataan dalam langkah pembelajaran minimal mengandung dua unsur yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi pembelajaran
adalah :
1. Hendaknya memberikan bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri
pengetahuan dibawah bimbingan guru;
2. Merupakan pola yang mencerminkan cirri khas dalam pengembangan keterampilan dalam
mata pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi dilingkungan sekitar;
3. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia;
4. Bervariasi dengan mengombinasikan antar kegiatan belajar perseorangan, pasangan,
kelompok, dan klasikal;

5. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan,
minat, latar belakang keluarga, social ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang
dihadapai siswa yang bersangkutan.
B. Langkah-Langkah dalam Pengelolaan Pembelajaran

Dalam pengelolaan program pembelajaran ada beberapa langkah atau tahapan yang
harus dijalani oleh seorang guru. Tahapan tersebut sama dengan tahapan pengelolaan

pembelajaran mata pelajaran antara lain, yaitu: "Tahap persiapan atau perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi".
1.

Tahap Persiapan atau Perencanaan
Persiapan atau perencanaan adalah tahap awal yang harus dilalui oleh guru dalam
pembelajaran. Pada tahap ini guru mempersiapkan segala sesuatu agar pembelajaran yang
akan dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran dikatakan
efektif apabila penyampaian bahan pembelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran yang efisien adalah semua bahan pelajaran
dapat dipahami siswa.
Agar proses pembelajaran yang dilakukan efektif dan efisien, dan anak didik aktif
mengikuti pelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.
b.
c.
d.
e.
f.


Tujuan pembelajaran yang diberikan.
Ruang lingkup dan urutan bahan yang dimiliki.
Sarana dan fasilitas yang dimiliki.
Jumlah siswa yang akan mengikuti pelajaran.
Waktu jam palajaran yang tersedia.
Sumber bahan pelajaran yang bisa digunakan.

2.

Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, aktivitas belajar mengajar berpedoman pada persiapan
pengajaran yang dibuat. Pemberian bahan pelajaran disesuaikan dengan urutan yang telah
diprogram secara sistematis dalam tahap persiapan.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran meliputi yaitu: kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal merupakan kegiatan awal tatap muka antara guru dan
siswa. Dalam kegiatan ini guru memberi petunjuk, pengarahan dan appersepsi, atau dapat
juga dengan menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan memberikan beberapa pertanyaan
(pretest). Dalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan pendekatan,

metode dan teknik yang seudah ditentukan. Sedangkan dalam kegiatan akhir dapat berupa
umpan balik dan penilaian.
Dalam pelaksanaan program pembelajaran, guru lebih dahulu harus mengadakan pretest
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, kemudian pada akhir
pelajaran, guru mengadakan postest sebagai akhir dari seluruh proses interaksi belajar
mengajar.
Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru menggunakan metode dan fasilitas yang
sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Penggunaan fasilitas untuk
mengurangi verbalisme dan membantu siswa memahami pelajaran yang diberikan agar siswa
mendapat penjelasan yang tepat dan benar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Kesalahan penggunaan metode dan fasilitas menyebabkan tujuan
pembelajaran sukar dicapai.
3.

Tahap Penilaian (Evaluasi)
Pada bagian ini proses belajar mengajar dievaluasi untuk mengetahui sejauhmana
penguasaan bahan pelajaran oleh siswa dan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Menurut Nana Sudjana, inti penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan
nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kreativitas tertentu”.1[1]
Sedangkan fungsi dari evaluasi itu sendiri adalah:

1)
2)
3)
4)

Penilaian berfungsi selektif.
Penilaian berfungsi diagnostik.
Penilaian berfungsi sebagai penempatan.
Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.2[2]
Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai bahan yang diajarkan perlu diadakan
postest sebagai akhir dari proses mengajar. Bentuk dan jenis test yang digunakan bisa
bermacam-macam, namun tetap berpedoman pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Bentuk-bentuk evaluasi terhadap siswa dapat berupa:

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Evaluasi bahwa siswa telah menyelesaikan seperangkat program yang diberikan.
Ujian tertulis.
Ujian lisan.
Ujian memilih alternatif dari berbagai kemungkinan (multiple choice test).
Ujian memilih laternatif dari dua kemungkinan benar atau salah (true false test)
Ujian penampilan (performance test).
Guru

1
2

dalam penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:

a.

Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas yang

dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian.
b.
Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar,
artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses belajar mengajar sehingga
pelaksanaannya berkesinambungan.
c.
Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan
kemampuan siswa sebagaimana adanya. Penilaian harus menggunakan berbagai alat
penilaian yang sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi abilitas
yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.
d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjut.3[3]
Penilaian adalah alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dengan kata lain penilaian
pembelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran meliputi tiga aspek yakni
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
Penilaian juga mempunyai fungsi-fungsi berikut:
a.

Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian

harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan
c.

instruksional, kegiatan belajar siswa, mengajar guru, dan lain-lain.
Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut
dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang situasi dalam bentuk

nilai-nilai prestasi yang dicapai.4[4]
Sedangkan tujuan penilaian adalah:
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan
nya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuh.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, yang seberapa jauh
c.

keefektifan nya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan.
Menentukan tindaklanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal

program pendidikan dan pengajaran.
d. Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa

Agar dapat memperoleh informasi dan gambaran ukuran tertentu sebagai hasil dalam belajar
maka proses belajar berkait erat dengan evaluasi belajar yaitu suatu kegiatan untuk mengukur
dan menilai sesuatu.

Guru
3
4

Kegiatan evaluasi tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa terlebih dahulu diadakan kegiatan
pengukuran (measurement). Pengukuran ialah suatu usaha untuk mengetahui sesuatu
sebagaimana adanya. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan
yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur itu.
Namun demikian, hasil pengukuran itu belum dapat mengatakan apa-apa jika tidak
ditafsirkan dengan jalan membandingkannya dengan suatu patokan. (Depag RI, 2002: 3)
Evaluasi belajar sendiri bertujuan secara umum menghimpun bahan-bahan keterangan yang
akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan dan kemajuan peserta didik
setelah mengikuti proses belajar di samping mengetahui efektifitas metode pengajaran yang
dipergunakan.
Tetapi secara khusus, evaluasi ini bertujuan untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan serta mencari dan menemukan faktor-faktor keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi,
yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.
Secara psikologis, evaluasi pendidikan dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti
dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan sisi pendidik.
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau
pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing
di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada
diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama
ini telah membawa hasil, sehingga secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin
yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan
selanjutnya.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan (khususnya evaluasi hasil belajar)
akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki,

meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam
fungsi, yaitu:
1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing
peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didiknya.
4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik
yang memang memerlukannya.
5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam
fungsi, yaitu:

1. Memberikan informasi
Disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)
Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat. Apakah
seseorang dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus atau tidak lulus dan sebagainya.
3. Memberikan gambaran
Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi
indikator dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Untuk mengukur/menilai hasil belajar dengan mengadakan evaluasi harus memperhatikan
teknik-teknik, syarat dan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi untuk mendapat hasil yang baik
sesuai dengan standar evaluasi.

Menurut Sumadi Suryabrata (tt: 327), syarat-syarat penilaian yang baik untuk memenuhi
standar evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Test itu harus reliabel
Suatu test adalah reliabel apabila tes itu memiliki keajegan atau konsistensi. Artinya tes itu
sama dengan dirinya sendiri.
2. Test itu harus valid
Suatu tes adalah valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Test itu harus obyektif
Obyektivitas adalah suatu yang penting yang mempengaruhi validitas dan reabilitas.
Dipandang dari aspek ini tes dipandang obyektif kalau hanya mengandung satu kemungkinan
interpretasi saja asal interpretasi itu diberikan oleh orang yang benar-benar tahu akan
persoalannya.
4. Test itu harus diskriminatif
Suatu tes diskriminatif kalau test itu disusun sedemikian rupa sehingga dapat melacak dan
menunjukkan perbedaan yang sekecil apapun.
5. Test itu harus komprehensif
Suatu tes dikatakan komprehensif kalau tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus
diselidiki. Dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang telah diberikannya
kepada anak didik.
6. Test itu harus mudah digunakan
Bahwa tes itu mudah digunakan kiranya cukup jelas manfaatnya.
Di samping persyaratan di atas, tes juga memiliki prinsip-prinsip dasar yang dijadikan
patokan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan materi pembelajaran. Tes
yang disusun haruslah mencakup soal-soal yang dianggap mewakili seluruh

performance hasil belajar siswa, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah
dirumuskan.
3. Keseluruhan tes mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok
untuk mengukur hasil belajar seperti yang ditetapkan pada tujuan pembelajaran.
4. Didesain sesuai dengan kebutuhan.
Sedikitnya, kita telah mengenal empat jenis kegunaan tes, yaitu:
1. Placement test, digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang
atau program tertentu.
2. Diagnostic test, digunakan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa.
3. Formatif test, digunakan untuk mencari umpan balik (feed back) bagi perbaikan
proses belajar. Dalam sistem pengajaran PPSI (Prosedur Pengajaran Sistem
Instruksional), bentuknya dapat berupa pretest dan posttest. Bahkan, ketika proses
pembelajaran berlangsung, misalnya, guru mengajukan pertanyaan yang dijawab
langsung oleh siswa untuk memberi tugas untuk dikerjakan di luar jam pelajaran/di
rumah. Jika setelah diperiksa, ternyata banyak siswa yang salah dalam pengerjaan
tugas tersebut, guru perlu memberi remedial terhadap siswa-siswa yang belum dapat
mengerjakan tugas dengan benar.
4. Sumatif test, digunakan untuk mengukur dan menilai sampai di mana pencapaian
kompetensi siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya
menentukan kenaikan/kelulusan siswa.
Dibuat seandal (reliabel) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik agar dapat
digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara guru mempromosikan
pembelajaran.
Demikian cara mengukur prestasi belajar siswa di sekolah. Semoga bermanfaat.
Agar dapat memperoleh informasi dan gambaran ukuran tertentu sebagai hasil dalam belajar
maka proses belajar berkait erat dengan evaluasi belajar yaitu suatu kegiatan untuk mengukur
dan menilai sesuatu.
Kegiatan evaluasi tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa terlebih dahulu diadakan kegiatan
pengukuran (measurement). Pengukuran ialah suatu usaha untuk mengetahui sesuatu
sebagaimana adanya. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau uraian tentang kenyataan
yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur itu.
Namun demikian, hasil pengukuran itu belum dapat mengatakan apa-apa jika tidak

ditafsirkan dengan jalan membandingkannya dengan suatu patokan. (Depag RI, 2002: 3)
Evaluasi belajar sendiri bertujuan secara umum menghimpun bahan-bahan keterangan yang
akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan dan kemajuan peserta didik
setelah mengikuti proses belajar di samping mengetahui efektifitas metode pengajaran yang
dipergunakan.
Tetapi secara khusus, evaluasi ini bertujuan untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan serta mencari dan menemukan faktor-faktor keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi,
yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.
Secara psikologis, evaluasi pendidikan dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti
dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan sisi pendidik.
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau
pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing
di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada
diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama
ini telah membawa hasil, sehingga secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin
yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan
selanjutnya.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan (khususnya evaluasi hasil belajar)
akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki,
meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam
fungsi, yaitu:

1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing
peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didiknya.
4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik
yang memang memerlukannya.
5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.

C. langkah langkah menilai prestasi pembelajaran
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam
fungsi, yaitu:

1. Memberikan informasi
Disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)
Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat. Apakah
seseorang dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus atau tidak lulus dan sebagainya.
3. Memberikan gambaran
Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi
indikator dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Untuk mengukur/menilai hasil belajar dengan mengadakan evaluasi harus memperhatikan
teknik-teknik, syarat dan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi untuk mendapat hasil yang baik
sesuai dengan standar evaluasi.
Menurut Sumadi Suryabrata (tt: 327), syarat-syarat penilaian yang baik untuk memenuhi
standar evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Test itu harus reliabel
Suatu test adalah reliabel apabila tes itu memiliki keajegan atau konsistensi. Artinya tes itu
sama dengan dirinya sendiri.
2. Test itu harus valid
Suatu tes adalah valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Test itu harus obyektif
Obyektivitas adalah suatu yang penting yang mempengaruhi validitas dan reabilitas.
Dipandang dari aspek ini tes dipandang obyektif kalau hanya mengandung satu kemungkinan
interpretasi saja asal interpretasi itu diberikan oleh orang yang benar-benar tahu akan
persoalannya.
4. Test itu harus diskriminatif
Suatu tes diskriminatif kalau test itu disusun sedemikian rupa sehingga dapat melacak dan
menunjukkan perbedaan yang sekecil apapun.
5. Test itu harus komprehensif
Suatu tes dikatakan komprehensif kalau tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus
diselidiki. Dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang telah diberikannya
kepada anak didik.
6. Test itu harus mudah digunakan
Bahwa tes itu mudah digunakan kiranya cukup jelas manfaatnya.
Di samping persyaratan di atas, tes juga memiliki prinsip-prinsip dasar yang dijadikan
patokan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan materi pembelajaran. Tes
yang disusun haruslah mencakup soal-soal yang dianggap mewakili seluruh
performance hasil belajar siswa, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah
dirumuskan.

3. Keseluruhan tes mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok
untuk mengukur hasil belajar seperti yang ditetapkan pada tujuan pembelajaran.
4. Didesain sesuai dengan kebutuhan.
Sedikitnya, kita telah mengenal empat jenis kegunaan tes, yaitu:
1. Placement test, digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang
atau program tertentu.
2. Diagnostic test, digunakan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa.
3. Formatif test, digunakan untuk mencari umpan balik (feed back) bagi perbaikan
proses belajar. Dalam sistem pengajaran PPSI (Prosedur Pengajaran Sistem
Instruksional), bentuknya dapat berupa pretest dan posttest. Bahkan, ketika proses
pembelajaran berlangsung, misalnya, guru mengajukan pertanyaan yang dijawab
langsung oleh siswa untuk memberi tugas untuk dikerjakan di luar jam pelajaran/di
rumah. Jika setelah diperiksa, ternyata banyak siswa yang salah dalam pengerjaan
tugas tersebut, guru perlu memberi remedial terhadap siswa-siswa yang belum dapat
mengerjakan tugas dengan benar.
4. Sumatif test, digunakan untuk mengukur dan menilai sampai di mana pencapaian
kompetensi siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya
menentukan kenaikan/kelulusan siswa.

D. langkah langkah melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar

1. Prinsip-Prinsip Pemberian Nilai
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Agar pemberian nilai dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan penilaian
guru hendaknya selalu berpedoman kepada prinsip-prinsip penilaian kelas sebagai berikut;
a)

Proses pemberian nilai merupakan bagian dari pembelajaran.

Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh karena itu penilaian
mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk
mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur
efektifitas proses pembelajaran.
b) Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata.
Penilaian harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan yang
diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
c)

Menggunakan berbagai metode, ukuran dan criteria.

Teknik penilaian yang dapat digunakan meliputi tes tertulis, performance test, penilaian
produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan protofolio.
d)

Penilaian harus bersifat holistic.

Penilaian harus mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran baik kognitif, afektif,
maupun sensori-motorik
e)

Penilaian kelas mengacu kepada kemampuan (competency referenced)

Dalam melakukuan penilaian harus sejalan dengan pelajaran yang telah diterima oleh siswa.
Materi penugasan merupakan butir-butir yang harus dicapai oleh siswa.
f)

Berkelanjutan.

Penilaian merupakan proses yang berkelanjutan dalam satu semester/ satu tahun.
g) Didaktis.
Penilaian diharapkan bersifat mendidik, dapat memacu siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hadiah kepada siswa yang
berprestasi.
h) Menggali informasi

Penilaian hendaknya dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil
keputusan dan umpan balik. Soal dan tugas sangat dianjurkan dalam bentuk uraian dan
pemecahan masalah.
i)

Melihat yang benar dan yang salah

Dalam melakuklan penilaian hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan
kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada
siswa dan sekaligus hal-hal yang positif yang diberikan siswa.
1. 1.

Tujuan Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa,
guna menetapkan sampai sejauhmana siswa telah menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
Manfaat Penilaian Kelas


Sebagai umpan balik bagi siswa agar mengetahui kemampuan dan kekurangannya



Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami siswa



Sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar



Sebagai informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan

Keunggulan Penilaian Kelas


memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa
yang dipahami dan mampu dikerjakannya.



Prestasi belajar siswa terutama tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi
dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya;



Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara



Siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban yang tersedia, tetapi lebih dituntut
menanggapi dan memecahkan masalah



siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi belajarnya.



Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar (PBM) tetapi
dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses).



Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan para siswa sebelum karya
itu dikerjakan sehingga secara tidak langsung terdorong agar berusaha mencapai
harapan (expectations) (standar yang dituntut) guru.

1. 2.

Fungsi Penilaian Kelas



Sebagai alat untuk menetapka penguasaan siswa terhadap kompetensi.



Sebagai bimbingan,



Sebagai alat diagnosis,



Sebagai alat prediksi



Sebagai grading pengulangan materi kembali,materi yang sudah diajarkan



Sebagai alat seleksi

1. 3.

Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
1. Validitas

“Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat yang digunakan sesuai dengan apa yang yang
dinilai.”
1. Reliabilitas
Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin
konsistensi.

1. Terfokus Pada Kompetensi
Dalam penerapan KBK, penile ian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kompetensi), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
1. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Oleh karena itu penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, mengunakan bahasa yang dapat dipahami siswa dan menerapkan kriteria
yang jelas dalam perbuatan keputusan atau pemberian angka (scor)
1. Mendidik
Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau
menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat
kemajuan atau posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapain suatu
kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran kemampuan siswa,
bukan gambaran ketidakmampuannya.
1. 4.

Metode Penilaian Penilaian Kelas

2. Penilaian Melalui Portofolio (Portofolio)
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

berbagai

informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu.
Informasi perkembangan siswa tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik oleh siswanya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa. Berikut contoh
karya-karya yang dapat dimasukkan dalam penilaian portofolio: Puisi; Karangan;
Gambar/tulisan; Peta/denah; Desain; Paper; Laporan observasi; Laporan penyelidikan;
Laporan penelitian; Laporan eksperimen; Sinopsis; Naskah pidato/kotbah; Naskah drama;
Doa; Rumus; Kartu ucapan; Surat; Komposisi musik; Teks lagu; Resep masakan

Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa dalam ilmu-ilmu sosial,
seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis karangan, dan
matematika, seperti pemecahan masalah-masalah matematika.lebih tepat digunakan untuk
menilai kemampuan menulis siswa untuk berbagai tujuan dan pembaca. Kumpulan tulisan
siswa ini merupakan refleksi perkembangan berfikir mereka.
1. Penilaian Melalui Unjuk Kerja (Performance)
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan atau
kinerja siswa dalam melakukan sesuatu Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis
karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin
banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliable hasil penilaian
kemampuan siswa.
Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi, dan sebagainya),
pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil,
kemampuan siswa menari, kemampuan siswa memainkan alat musik, kemampuan siswa
dalam cabang-cabang olah raga, kemampuan siswa menggunakan peralatan laboratorium,
kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat, dan sebagainya.
1. Penilaian Melalui Penugasan (Proyek/Project)
Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan
siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder,
mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena
itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai keterampilan menyelidiki secara
umum untuk segala bidang pembelajaran. Di samping itu proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu, mengetahui
kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan itu dalam penyelidikan tertentu, dan
mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
1. Penilaian Melalui Hasil kerja (Produk/Product)

Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membu-at produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Cara ini tidak hanya melihat
hasil akhirnya saja tetapi juga dari proses pembuatannya, contoh: kemampuan siswa
menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman,
membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan penampilan menarik.
1. Penilaian Melalui Tes Tertulis (Paper & Pen)
Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Tes
Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan
lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban : pilihan ganda; dua pilihan (benar-salah, ya-tidak);
menjodohkan
2. Soal dengan mensuplai-jawaban, isian atau melengkapi; jawaban singkat atau
pendek ; soal uraian.
1. B.

Penilaian Diberbagai Jenjang Pendidikan
1. 1.

Pedoman Pelaksanaan dijenjang Pendidikan dasar dan Menengah

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:


sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.



objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.



adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.



terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.



terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

Guru sebagai agen pembelajaran selalu melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar peserta
didiknya secara berkesinambungan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut :


menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada awal semester. Sebagian guru belum melaksanakannya ini
terlihat dari program semester yang disusun guru pada pertemuan pertama awal
semester dimulai dengan proses pembelajaran pada kompetensi dasar pertama.



mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai
pada saat menyusun silabus mata pelajaran. Kegiatan pengembangan indikator
pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai dilaksanakan pada waktu
pengembangan silabus, silabus mata pelajaran di dapatkan guru dari internet atau
memphotocopy silabus yang disusun sekolah lain, hasil pengembangan silabus pada
kegiatan MGMP mata pelajaran, dan hasil pengembangan silabus sendiri . Hal ini
menunjukan bahwa kegiatan ini belum dilaksanakan sebagian guru.



mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik
penilaian yang dipilih. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaiannya tentu dapat kita lihat pada bagian akhir dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Permendiknas Nomor 41
tahun 2008 tentang Standar Proses.

1. 2.

Pedoman pelaksanaan penilaian di perguruan tinggi



Penilaian Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian
secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh
dosen.



Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian
akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi.



Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masingmasing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0.



Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu : memuaskan, sangat memuaskan, dan
dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik.



IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan program
diploma adalah:
o IPK 2,00 – 2,75 : memuaskan
o IPK 2,76 – 3.50 : sangat memuaskan
o IPK 3.51 – 4,00 : dengan pujian.
o

Predikat kelulusan untuk program magister:

a.

IPK 2,75 – 3,40 : memuaskan;

b.

IPK 3.41 – 3,70 : sangat memuaskan:

c.

IPK 3,71 – 4,00 : dengan pujian.


Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan memperhatikan masa studi
maksimum yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun untuk program
sarjana dan tambah 0,5 tahun untuk program magister.



Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan.

1. C.

Pemanfaatan Hasil Tes Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran

Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atausalah. Tes dapat
berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Testertulis adalah tes yang
menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupapilihan dan/atau isian. Tes yang
jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda,benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan
tes yang jawabannya berupa isian dapatberbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan
adalah tes yang dilaksanakanmelalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik
dengan pendidik.Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah
tes yangmeminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/
menampilkanketerampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melaluiberbagai macam
ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengahsemester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujianterdiri atas ujian nasional dan ujian
sekolah. Ulangan adalah proses yang dilakukanuntuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalamproses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan
pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satukompetensi dasar (KD) atau lebih.
Ulangan tengah semester adalah kegiatan yangdilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan tengahsemester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periodetersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
pada akhir semester. Cakupanulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KDpada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik padaakhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik padaakhir semester
genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket.Cakupan ulangan kenaikan
kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikansemua KD pada semester genap.

Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
sebagai pengakuan prestasi belajardan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Ujian
nasional adalah kegiatanpengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa
mata pelajarantertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi pesertadidik yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atasprestasi belajar dan
merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuanpendidikan. Mata pelajaran yang
diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaranpada kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikanpada ujian nasional, dan aspek kognitif
dan/atau psikomotorik
1. 1.

Memanfaatkan hasil Pre Test dan Post test

Pre Test merupakan Jenis test yang di lakukan sebelum pelajaran inti di mulai, sedangkan
Post Tes adalah penilaian yang dilakukan setelah pelajaran selesai.

1. 2.

Memanfaatkan Hasil Tes formatif

Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya seperti
ini tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran. Teknik pre-test
dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu sendiri.
1. a.

Manfaat Bagi Guru



Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa



Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik
siswa



Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan

1. b.

Manfaat Bagi Siswa



Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang
menyeluruh



Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa



Usaha perbaikan



Sebagai diagnosis

1. Manfaat Bagi Program


Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti
sesuai dengan keakapan anak



Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum diperhitungkan



Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai



Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

1. 3.

Memanfaatkan Hasil Tes diagnostic

tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
1. a.

Fungsi Tes Diagnostik?

Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
(a)

mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,

(b)

merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau

kesulitan yang telah teridentifikasi
1. b.

Karakateristik Tes Diagnostik

Tes diagnostik memiliki karakteristik:
1. dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons
yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,
2. dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan
yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,
3. menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat),
sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu
sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda),
harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat
meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau
masalahnya, dan
4. disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang
teridentifikasi.

1. 4.

Memanfaatkan Hasil Penilaian Nontes
1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan
tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat
dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada
waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.
1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog)
baik secara langsung (face to pace relition), apabila wawancara itu dilakukan kepada orang
lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai
alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini
hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
2. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang
dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
1.

Pedoman wawancara

Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru
sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci,
tentang pertanyaan yang akan diajukan.
1. Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). P