HUBUNGAN SOSIAL SUPPORT DENGAN SELF CARE PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS (DM) DI DESA PEKUWON KECAMATAN BANGSAL MOJOKERTO IMAM HAFID NIM. 11001115 Subject : Sosial support, Selfcare, Diabetes Mellitus Description :

  

HUBUNGAN SOSIAL SUPPORT DENGAN SELF CARE PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS (DM) DI DESA PEKUWON

KECAMATAN BANGSAL MOJOKERTO

  

IMAM HAFID

NIM. 11001115

Subject :

  

Sosial support, Selfcare, Diabetes Mellitus

Description :

  Penderita DM memiliki peningkatan resiko terjadinya komplikasi dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segera ditangani dan dilakukan pengontrolan yang tepat. Masalah-masalah tersebut dapat diminimalkan jika penderita memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk melakukan pengelolaan terhadap penyakitnya dengan cara melakukan self care (Sulistria, 2013). tetapi tidak semua penderita diabetes mellitus dapat melakukan hal tersebut. Sosial support juga dapat mempengaruhi hal tersebut (Doni, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sosial support dengan selfcare pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

  Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sebanyak 24 orang dengan menggunakan tekhnik total

  

sampling sehingga didapatkan sampel sejumlah 24 orang. Variabel independen dalam

  penelitian ini adalah sosial support dan variabel dependen selfcare pada penderita Diabetes Mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara sosial support dengan selfcare pada penderita Diabetes Mellitus. Peneliti mendapatkan fakta bahwa sebagian besar responden memiliki sosial

  

support dalam kategori yang sangat baik sebanyak 15 orang (88,2%). Tetapi 13 (76,5%)

responden memiliki selfcare dalam kategori kurang.

  Selfcare diabetes adalah tindakan mandiri yang dilakukan oleh klien diabetes

  dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk mengontrol gula darah. Tetapi tidak semua penderita diabetes mellitus dapat melakukan selfcare diabetes. Sosial support juga dapat mempengaruhi hal tersebut. Tetapi tidak hanya sosial support yang berhubungan dengan pelaksanaan selfcare diabetes. Oleh karena itu, diharapkan penderita diabetes dapat melaksanakan selfcare diabetes dengan sebaik-baiknya dan orang-orang terdekat juga dapat memberikan dukungan yang positif untuk melaksanakan selfcare diabetes tersebut.

  

ABSTRACT

  The patients of diabetes mellitus have increasing risk of complications and threaten their life if they are not treated immediately and control led correctly. These problems can be minimized if the patient have knowledge and sufficient ability to manage their disease with self-care (Sulistria, 2013). But not all of the patients can do that. The social support can also affect it (Doni, 2008). This study had been conducted to know whether the social supports have relationship with selfcare to the patients of diabetes mellitus in Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto, or not?.

  Design of this study is correlational. The population in this study is all of the patients of diabetes mellitus in Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto amount 24 people with using total sampling techniques to obtain 24 people. The independent variable in this study is the social support and the dependent variable is selfcare of the patients of diabetes mellitus in Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto. Collecting data use questionnaire.

  Based on the results of the study showed that social support don’t have relationship with selfcare of the patients of diabetes mellitus.

  The writer get the fact that most respondents have a social support in the excellent category amount 15 people (88.2%). But, 13 (76.5%) of respondents have selfcare in less category.

  Selfcare diabetes is an independent action done by the patients of diabetes mellitus daily life with the aim to control blood sugar. But not all of the patients of diabetes mellitus can do it. Social support can also affect it. But it is not only social support related to the implementation of selfcare diabetes. Therefore, the patients of diabetes mellitus are expected to do selfcare diabetes welldone and the closed people can also provide positive support to implement the diabetes selfcare.

  Keywords: social support, selfcare, diabetes mellitus Contributor : 1. Dwiharini P., S. Kep. Ns. M. Kep.

  2. Sunyoto, S. Kep. Ns

  Date : 17 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian Permanen link : - Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

  Diabetes mellitus (DM) dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan

  penderitanya dan penderita DM memiliki peningkatan resiko terjadinya komplikasi dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segera ditangani dan dilakukan pengontrolan yang tepat. Masalah-masalah tersebut dapat diminimalkan jika penderita memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk melakukan pengelolaan terhadap penyakitnya dengan cara melakukan self care (Sulistria, 2013). Tetapi tidak semua penderita diabetes mellitus dapat melakukan control gula darah, terapi, latihan fisik,

  Seperti dikutip dalam halaman website Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia atau WHO memprediksikan kenaikan jumlah penderita diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 meningkat menjadi sekitar 21,3 juta

  mellitus

  pada tahun 2030 (Alisa dalam Sulistria, 2013). Organisasi yang peduli terhadap permasalahan Diabetes, Diabetic Federation mengestimasi bahwa jumlah penderita

  

Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2008, terdapat 5,6 juta penderita Diabetes

  untuk usia diatas 20 tahun, akan meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya perubahan pola hidup sehat pada penderita (Tandra, 2008).

  Pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa dukungan sosial terbukti menjadi yang paling berpengaruh dalam mengendalikan tingkat kadar glukosa darah pasien dengan dukungan sosial yang rendah cenderung tidak terkontrol dibandingkan dengan pasien dengan dukungan sosial yang tinggi (Aditama, 2011). Penelitian lainnya juga menegaskan bahwa terdapat konstribusi yang signifikan antara social support terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus (Antari dkk, 2013). Selain itu disebutkan juga bahwa tingkat self care penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kalirungkut Surabaya sudah cukup baik yaitu pada aktivitas self care mengenai pengaturan pola makan (diet), olahraga, dan dalam terapi obat. Tetapi pada control kadar gula darah dan perawatan kaki tingkat self care penderita DM masih kurang (Sulistria, 2013)

  Pada studi pendahuluan yang dilakukan di desa Pakuwon, bangsal kabupaten Mojokerto pada tanggal 28 februari sampai 03 Maret 2014 dengan menggunakan kuisioner pada 7 responden penderita Diabetes Mellitus di dapatkan hasil : 3 responden (< 50% ) dapat melakukan self care DM denganadanyadukungandari orang-orang terdekat, 4 responden (>50%) tidak bisa melakukan self care karena tidak adanya sosial

  support .

  Ada berbagai permasalahan di Indonesia terkait dengan diabetes

  

mellitus. Misalnya, rendahnya pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus itu

sendiri sehingga penderita tersebut kurang mampu melakukan self care yang baik.

  Selain itu, kondisi fisik penderita juga dapat menyebabkan penderita tidak dapat melakukan self care yang tepat. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, diabetes mellitus dapat menyebabkan perubahan sensori, kejang-kejang, takikardi, hemiparesis, keletihan, dan kelemahan. Pada penderita dengan DM terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan yang harus dipenuhi dengan kemampuan yang dimiliki. Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien dengan DM menurut Orem disebut dengan self-care deficit (Doni, 2008). Oleh karena itu, tidak semua penderita DM dapat melakukan self care tanpa bantuan orang lain baik itu berupa dukungan

  

verbal ataupun bantuan fisik yang mana hal tersebut merupakan bagian dari social

support.

  Menurut Badruddin et al, penderita Diabetes yang dberikan pendidikan dan pedoman dalam perawatan diri akan meningkatkan pola hidup yang dapat mengontrol gula darah dengan baik. Hal tersebut tidak hanya diberikan kepada penderita saja, tetapi kepada orang-orang terdekat agar orang-orang tersebut dapat memberikan social

  support terhadap penderita tersebut.

METODE PENELITIAN

  Peneliatian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan identifikasi hubungan sosial support dengan self care pada penderita Diabetes Mellitus di Desa Pekuwon pada tanggal

  24 Maret-6 April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon yang berjumlah 24 orang. Teknik

  sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non Probability sampling dengan tekhnik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja puskesmas Kapongan, kabupaten Situbondo pada tanggal

  24 Maret-6 April 2014 . Tekhnik

  pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer, diperoleh melalui pengisian kuesioner yang berisi beberapa pernyataan untuk diajukan kepada responden. Instrumen Untuk pengukuran sosial support, peneliti mengunakan Sosial Support

  . Sedangkan untuk pengukuran diabetes penderita diabetes Questionaire (SSQ) self care

  mellitus dengan lembar pengukuran aktifitas self care diabetes (The Summary of

  

Diabetes Self-Care Activities /SDSCA) . Untuk melihat hubungan sosial support dan self

care pada penderita diabetes mellitus

  menggunakan Uji Korelasi Spearman Rank (Rho).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Mojokerto menunjukkan bahwa data umum mencakup lima karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lamanya menderita DM. Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari responden berumur 46- 65 tahun sebanyak 9 (52,9%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa s ebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (52,9%). Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan menunjukkan bahwa

sebagian besar dari responden adalah berpendidikan SMP sebanyak 5 orang(29,4%).

Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 11 (64,7%). Dan karakteristik responden berdasarkan Lamanya menderita DM menunjukkan bahwa sebagian besar

  

dari responden lama menderita DM 2-3 tahun sebanyak 8 orang (47,1%). Sedangkan

  pada data khusus menunjukkan bahwa h ampir seluruh responden memiliki social

  

support yang sangat baik sebanyak 15 orang (88,2%), 2 orang memiliki social support

  baik (11,8%) dan tidak ada responden yang melakukan self care diabetes yang baik,

  

self care cukup sebanyak 4 orang (23,5%), self care diabetes kurang sebanyak 13 orang

(76,5%).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa h ampir seluruh responden memiliki

   social

support yang sangat baik sebanyak 15 orang (88,2%), 2 orang memiliki social support

  baik (11,8%).

  Ada beberapa definisi social support yang dikemukakan oleh para ahli. Sarason (dalam Zainuddin, 2002) mengatakan bahwa social support adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi kita. Sarason, Sarason & Pierre (dalam Baron dan Byrne, 2000) menjelaskan social support adalah kenyamanan baik fisik maupun psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan anggota keluarga individu tersebut. Hal ini sejalan menjelaskan bahwa social support mengacu pada kenyamanan yang diterima, diperhatikan, dihargai, atau membantu seseorang untuk menerimanya dari orang lain atau kelompok-kelompok. Social support terdiri dari beberapa bentuk, Wills & Fegan (dalam Sarafino, 2006) mengemukakan bentuk-bentuk social support, yaitu:

  a) Emotional / esteem support

  b) Tangible atau instrumental support

  c) Informational support

  d) Companionship support

  Tingginya social support dapat mendorong seseorang untuk membangun gaya hidup sehat. Seseorang dengan social support dapat merasakan, karena orang lain memperhatikannya, mereka akan menjaga kesehatannya. Tetapi untuk mendapatkan

  

social support yang baik, seseorang memerlukan sumber dari social support itu sendiri,

  yang mana sumber tersebut dapat berupa keluarga, teman, rekan kerja, dan orang-orang terdekat lainnya. Dengan adanya sumber dari social support tersebut, maka seseorang bisa mendapatkan social support, bsik itu berupa dukungan emosional, materi, informasi, atau keanggotaan sehingga orang tersebut akan mendapat kenyamanan karena merasa diterima, diperhatikan, dihargai, dan dicntai. Dengan banyaknya tingkat

  

social support yang masuk dalam kategori sangat baik pada responden seperti yang

  dijelaskan pada hasil penelitian ini, maka berdasarkan teori yang ada, seharusnya responden mampu mengatur kadar gula darah dalam batas normal dan mampu mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa h ampir seluruh responden memiliki esteem

  

support yang sangat baik sebanyak 14 orang (82,4%), 3 orang memiliki esteem support

baik (17,6%).

  Emotional/esteem support adalah dukungan yang melibatkan rasa empati, peduli

  terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, perhatian, dan penerimaan secara positif, dan memberikan semangat kepada orang yang ia hadapi. Leavy (dalam Orford, 1992) yang termasuk ke dalam bentuk dukungan ini adalah perhatian, kepercayaan, dan empati. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

  Masalah emosional yang biasanya dialami oleh klien diabetes yaitu stres, sedih, rasa khawatir akan masa depan, memikirkan komplikasi jangka panjang yang akan mungkin muncul, perasaan takut hidup dengan diabetes, merasa tidak semangat dengan program pengobatan yang harus dijalani, khawatir terhadap perubahan kadar gula darah dan bosan dengan perawatan rutin yang harus dijalani. Tetapi dengan mendapatkan

  

esteem support itu berarti telah mendapatkan dukungan dari segi emosi atau perasaan

  seperti perhatian dan kasih sayang. Orang tersebut akan mrasa dihargai, diakui, dan diterima sehingga orang tersebut akan merasa bahwa telah dinilai positif oleh orang lain. Dengan begitu orang tersebut akan merasa nyaman dan semangat.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

  

tangible support yang sangat baik, yaitu sebanyak 10 orang (58,8%), 6 orang memiliki

tangible support baik (35,3%), dan 1 orang (5,9%) dengan tangible support tidak baik.

  Tangible atau instrumental support adalah dukungan yang meliputi bantuan

  yang diberikan secara langsung atau nyata, sebagaimana orang yang memberikan atau stress. Menurut Taylor (2003) tangible assistance ini termasuk dukungan berupa materi , seperti melayani, bantuan secara financial, atau benda-benda yang dibutuhkan.

  Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang membutuhkan biaya yang cukup mahal dalam perawatannya. Jika status ekonomi klien kurang memadai akan menyebabkan klien mengalami kesulitan untuk melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan secara teratur. Oleh karena itu, tangible support merupakan hal yang dibutuhkan oleh penderita DM, terutama oleh penderita dengan status social ekonomi yang rendah. Tidak hanya berupa bantuan materi saja, tetapi penderita DM juga memerlukan pelayanan. Pelayanan yang dimaksud dapat berupa bantuan untuk menemani atau mengantar penderita DM untuk memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa h ampir seluruh responden memiliki

  

informational support yang sangat baik sebanyak 12 orang (70,6%), 5 orang memiliki

informational support baik (29,8%).

  Jenis dukungan ini adalah dengan memberikan nasehat, arahan, sugesti atau

  

feedback mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu. Dukungan ini dapat dilakukan

dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh seseorang.

  Informasi yang berhubungan dengan pengelolaan diabetes merupakan hal yang penting untuk meningkatkan efektifitas perawatan diri pendrita DM. Oleh karena itu, pemberian informasi, saran, dan nasihat yang berkaitan dengan bagaimana tindakan yang harus dilakukan oleh pederita DM dalam kehidupan sehari-hari agar gula darah dapat terkontrol sangat dibutuhkan oleh penderita DM.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

  

companionship support yang sangat baik sebanyak 13 orang (76,5%), 4 orang memiliki

companionship support baik (23,5%).

  Dukungan jenis ini merupakan kesediaan untuk meluangkan waktu dengan orang lain, dengan memberikan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok orang yang tertarik untuk saling berbagi dan kegiatan social. Hal ini dapat mengurangi stress dengan terpenuhi kebutuhan affiliation dan berhubungan dengan orang lain, dengan menolong seseorang yang terganggu dari kekhawatiran akan masalah yang ia miliki, atau memfasilitasi perasaan yang positif (Cohen & Wills Orford 1992.

  Dari hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden merasa perlu untuk terlibat dalam suatu kerja sama atau organisasi dan kegiatan social sehingga penderita DM bisa mendapatkan teman untuk menghabiskan waktu bersama dan dapt bercerita mengenai masalahnya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada responden yang mengalami self

  

care diabetes yang baik, self care cukup sebanyak 4 orang (23,5%), self care diabetes

kurang sebanyak 13 orang (76,5%).

  Self care diabetes adalah tindakan yang dilakukan perorangan untuk mengontrol

  diabetes yang meliputi tindakan pengobatan dan pencegahan komplikasi Menurut Kusniawati (2009). Sedangkan Sousa & Zauszniewski (2005) mendefinisikan self care diabetes merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan self care dan penampilan tindakan self care diabetes untuk meningkatkan peningkatan pengaturan gula darah (Kusniawati, 2013). Aktifitas yang termasuk dalam selfcare diabetes tersebut meliputi pengaturan pola makan (diet), latihan fisik/exercise, pemantauan gula darah, pengobatan

  Perilaku self care diabetes merupakan tanggung jawab bagi setiap penderita DM. Dengan mampunya penderita melakukan selfcare diabetes baik berupa pengaturan pola makan, latihan fisik, pemantauan gula darah, pengobatan, dan perawatan kaki maka akan tercapai pengontrolan gula darah secara optimal dan meminimalkan terjadinya komplikasi akibat diabetes. Tetapi pada kenyataannya, dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan selfcare yang kurang. Jika ditinjau dari teori yang ada, tentu hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap pengaturan gula darah penderita DM dan pecegahan terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 orang responden (17,6%) dengan diet yang baik, responden dengan diet yang cukup sebanyak 10 orang (58,8%), responden dengan diet yang kurang sebanyak 4 orang (23,5%).

  Menurut teori pengaturan pola makan sangat penting dalam merawat klien diabetes. Tujuan pengaturan pola makan pada klien DM adalah membantu klien memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara : mempertahankan glukosa darah dalam batas normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum dalam batas normal, memberi cukup energi, mencapai atau mempertahankan berat badan normal, meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dan menghindari atau menangani komplikasi akut maupun kronik (Almatsier, 2006).

  Pengaturan pola makan pada klien diabetes mellitus membantu meningkatkan sensitivitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu, dengan diet yang sesuai dengan yang dianjurkan, maka penderita DM dapat meminimalkan terjadinya komplikasi pada DM. Pengaturan makan yang dianjurkan bagi klien DM adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam karbohidrat, kalori, protein dan lemak sesuai dengan standar. Dianjurkan juga bagi penderita DM untuk mengkonsumsi sayuran. Sedangkan bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi atau dihindari yaitu makanan yang banyak mengandung tinggi lemak (seperti daging, makanan yang mengandung minyak atau mentega dan lain-lain) dan yang banyak mengandung gula (seperti kue, biscuit,selai, dan lain-lain).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada responden yang melakukan

  

exercise yang baik, sebagian besar responden melakukan exercise yang kurang

  sebanyak 11 orang (64,7%), dan responden yang melakukan exercise yang cukup sebanyak 6 orang (35,3%).

  Menurut teori latihan fisik bagi klien DM akan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin di dinding sel teraktivasi lebih baik, sehingga kerja atau fungsi insulin meningkat. Efeknya adalah ambilan (uptake) glukosa ke dalam sel menjadi lebih baik. Latihan fisik juga meningkatkan pemberian sinyal insulin dan integritas sel sehingga sel menjadi sensitif terhadap insulin sebagai respon untuk mencapai homesostasis (ADA, 2010). Latihan fisik pada klien DM dapat memperbaiki kontrol glukosa secara menyeluruh, terbukti dengan penurunan konsentrasi HbA1C yang cukup menjadi pedoman untuk menurunkan resiko komplikasi diabetes dan kematian. Latihan fisik pada klien DM akan menimbulkan perubahan- perubahan metabolik walaupun banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lama latihan, beratnya latihan dan tingkat kebugaran, kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan

  Latihan fisik pada klien diabetes mellitus dapat memperbaiki kontrol glukosa secara menyeluruh meningkatkan sensitivitas reseptor insulin di dinding sel teraktivasi lebih baik, sehingga kerja atau fungsi insulin meningkat. Jenis latihan fisik sederhana yang dapat dilakukan oleh penderita DM dirumah adalah olahraga ringan sedikitnya dalam waktu 20-30 menit. Selain itu, penderita DM juga dapat melakukan latihan fisik dengan cara berjalan kaki disekitar rumah. Dengan melakukan latihan fisik, maka akan memperbaiki metabolisme glukosa serta meningkatkan penghilangan lemak tubuh sehingga pada akhirnya toleransi glukosa dapat kembali normal.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada responden yang melakukan

  

control gula darah yang baik, hampir semua responden melakukan control gula darah

  yang kurang sebanyak 15 orang (88,2%), responden dengan control gula darah cukup sebanyak 2 orang (11,8%).

  Menurut teori monitoring kadar gula darah secara teratur merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan DM yang penting dilakukan oleh klien DM, oleh karena itu klien DM harus memahami alasan dan tujuan dari pemantauan kadar gula darah secara teratur tersebut sehingga akan meningkatkan keterlibatan klien secara langsung dalam pengelolaan penyakitnya (Brunner & Suddarth, 2009).

  Pemeriksaan kadar gula darah merupakan evaluasi dari penatalaksanaan DM yang dilakukan oleh penderita DM. Oleh karena itu melakukan monitoring kadar gula darah secara teratur akan membantu memonitor efektifitas latihan, diet dan obat hipoglikemik oral. Penderita DM disarankan melakukan kontrol gula darah jika dalam kondisi yang diduga dapat menyebabkan peningkatan gula garah (misalkan saat sakit) atau penurunan gula darah (misalkan ketika terjadi peningkatan aktivitas) dan ketika dosis pengobatan dirubah. Penderita DM dapat melakukan kontrol gula darah di tempat- tempat pelayanan kesehatan atau secara mandiri dirumah jika memilki alat untuk mengukur kadar gula darah sehingga penderita akan mengetahui kadar glukosa darah dan bagaimana kondisi kesehatannya saat ini. Klien DM diperbolehkan untuk mengukur kadar glukosa darahnya secara mandiri minimal dua sampai tiga kali per minggu.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 9 orang (53%) melakukan pengobatan yang kurang, responden yang melakukan pengobatan yang cukup sebanyak 5 orang (29,4%), responden yang melakukan pengobatan yang baik sebanyak 3 orang (17,6%).

  Pada diabetes mellitus terdapat kekurangan insulin secara absolute atau relative yang akan mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dan menimbulkan komplikasi serius termasuk kelemahan dan penurunan berat badan karena lipolisis dan proteolisis otot, ketoasidosis akibat penumpukan bendaketon (Dr. Hans Tandra, 2013).

  Pada penderita DM diabetes mellitus yang kekurangan insulin akan mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah sehingga klien memerlukan obat untuk menurunkan untuk kadar gula darah seperti obat anti diabet oral, repaglinid yang berguna untuk menghasilkan kadar insulin yang tinggi. Oleh karena itu, penderita DM dianjurkan untuk minum obat sesuai dengan petunjuk dokter.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 11 orang (64,7%) melakukan perawatan kaki yang kurang, 5 orang (29,4%) melakukan perawatan kaki yang cukup, dan anya 1 orang yang melakukan perawatan kaki yang baik.

  Menurut teori perawatan kaki secara umum harus dilakukan setiap hari. Kaki (telapak kaki) di cuci dengan sabun lembut, disiram air, di bilas. Proses tersebut diulang sampai kaki benar-benar bersih. Lalu kaki dikeringkan, terutama bagian sela-sela jari kaki, karena dalam keadaan basah, sela-sela tersebut rawan infeksi. Lindungi kaki dengan selalu mengenakan kaus kaki. Dan jangan bertelanjang kaki meskipun berada di dalam rumah. Hati-hati memotong kuku jari kaki, jangan samapai terluka. Hindari panas seperti mencuci/merendam kaki dengan air panas/hangat atau kompres panas, karena gangguan pada saraf perasa dapat menimbulkan infeksi (Waluyo, 2009).

  Dalam melakukan perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus harus dilakukan setiap hari agar tidak terjadi masalah pada kaki. Penderita DM hendaknya memeriksa kakinya setiap hari. Membersihkan kaki terutama bagian sela-sela jari kaki, karena dalam keadaan basah, sela-sela tersebut rawan infeksi. Pencegahan biasa dilakukan seperti memakai sandal/sepatu yang baik karena ketika joging atau jalan kaki berkemungkinan besar terjadi gesekan kaki dengan sandal/sepatu yang dapat mengakibatkan lecet pada kaki. Tetapi dalam menggunakan sandal/sepatu, perlu diperhatikan juga bagian dalam sandal/sepatu yang akan digunakan karena dikhawatirkan terdapat benda yang dapat mengakibatkan perlukaan pada kaki. Periksa kaki tiap hari terutama terhadap adanya perlukaan, infeksi, dll. Keringkan dan bersihkan selalu kaki terutama pada sela-sela jari dengan menggunakan handuk bersih.

  Dari hasil uji statistic Spearmen’s Rank (rho) dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil sig. (2-tailed) 0.379 . dengan α 0,05 berarti sig. (2-tailed) > α. Sehingga

  Hο diterima dan H1 ditolak. Jadi tidak ada hubungan antara social support dengan

  

selfcare pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal

Kabupaten Mojokerto.

  Self care diabetes adalah tindakan mandiri yang dilakukan oleh klien diabetes

  dalam kehidupansehari-hari dengan tujuan untuk mengontrol gula darah yang meliputi aktifitas pengaturan pola makan (diet), latihan fisik (olahraga), pemantauan kadar gula darah, minum obat dan perawatan kaki (Kusniawati, 2013). Tetapi tidak semua penderita diabetes mellitus dapat melakukan control gula darah, terapi, latihan fisik, diet, dan perawatan kaki. Sosial support juga dapat mempengaruhi hal tersebut (Doni, 2008). Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Sigurdardottir (2005) bahwa Aspek emosional diketahui mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku self care diabetes. Masalah emosional yang biasanya dialami oleh klien diabetes yaitu stres, sedih, rasa khawatir akan masa depan, memikirkan komplikasi jangka panjang yang akan mungkin muncul, perasaan takut hidup dengan diabetes, merasa tidak semangat dengan program pengobatan yang harus dijalani, khawatir terhadap perubahan kadar gula darah dan bosan dengan perawatan rutin yang harus dijalani. Dunkle-Scheter, dkk, (dalam sarafino, 2006) menjelaskan bahwa stres akan menurunkan kondisi kesehatan seseorang, dan social support muncul sebagai pelindung dari stress yang ada. Social

  

support mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi seseorang untuk melawan

  efek-efek negatif dari stress tingkat tinggi. Buffering effect bekerja dengan dua cara , yaitu: pertama saat seseorang bertemu dengan stressor yang kuat, dan yang kedua adalah social support dapat memodifikasi respon-respon seseorang sesudah munculnya

  

stressor. Pemberian social support ini akan berpengaruh besar saat seseorang

  mengalami stress. Shigaki et al (2010) juga menjelaskan bahwa motivasi diri diabetes terutama dalam hal mempertahankan diet dan monitor gula darah. Klien DM yang memiliki motivasi baik akan melakukan tindakan self care diabetes dengan baik pula untuk mencapai tujuan yang diiginkan yaitu pengontrolan gula darah sehingga pada akhirnya komplikasi DM dapat diminimalkan.

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat social support dan selfe care diabetes adalah dua hal yang secara teori adalah dua hal yang berhubungan satu sama lain. Tetapi fakta yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang hubungan social support dengan selfcare pada penderita diabetes di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto didapatkan hasil yang bertolak belakang dengan teori tersebut. Hasil yang didapatkan bahwa social support tidak berhubungan dengan self care pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto. Padahal pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa dukungan sosial terbukti menjadi yang paling berpengaruh dalam mengendalikan tingkat kadar glukosa darah pasien dengan dukungan sosial yang rendah cenderung tidak terkontrol dibandingkan dengan pasien dengan dukungan sosial yang tinggi (Aditama, 2011). Penelitian lainnya juga menegaskan bahwa terdapat konstribusi yang signifikan antara

social support terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus (Antari dkk, 2013).

Hasil yang bertolak belakang dengan teori tersebut mungkin dikarenakan oleh terdapatnya factor lain yang lebih berhubungan dengan selfcare pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto karena dari hasil uji statitik lainnya menggunakan metode cross tabulation yang menghubungkan antara

  

selfcare dengan umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan lamanya menderita

  DM, didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari responden melakukan selfcare pada kategori kurang. Tetapi pada uji statistic menggunakan metode Spearmen’s Rank (rho) yang menghubungkan antara selfcare dengan umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan lamanya menderita DM, didapatkan hasil bahwa lamanya menderita DM dan jenis kelamin mempunyai hubungan yang erat dengan selfcare pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil bahwa s ebagian besar responden

  

memiliki social support yang sangat baik sebanyak 15 orang (88,2%), tidak ada

  responden yang melakukan self care diabetes yang baik, sebagian besar responden yaitu sebanyak 13 orang (76,5%) melakukan self care diabetes kurang, dan berdasarkan has il uji statistic menggunakan Spearmen’s Rank didapatkan hasil bahwa idak ada hubungan antara social support dengan selfcare pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

  REKOMENDASI 1. Bagi Responden

  Tingkatkan pemahaman tentang pentingnya selfcare diabetes mellitus serta bagaimana cara penderita diabetes mellitus melakukan selfcare diabetes tersebut sehingga penderita dapat mengelola penyakitnya untuk rutin melakukan perawatan diri secara mandiri dirumah.

  2. Bagi orang-orang terdekat penderita diabetes mellitus

  Tetap berikan social support pada penderita diabetes mellitus dengan harapan dapt meningkatkan selfcare diabetes p

  ada penderita diabetes mellitus.

  3. Bagi Penelitian Selanjutnya

  Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang factor-faktor yang mempengaruhi selfcare diabetes pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sehingga dapat diketahui apa yang menyebabkan kurang baiknya selfcare diabetes pada penderita diabetes mellitus di Desa Pekuwon Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

  4. Bagi Tenaga Kesehatan

  Meningkatkan sosialisasi selfcare diabetes dengan cara melakukan penyuluhan tentang selfcare diabetes mellitus.

  Alamat Korespondensi :

  :

  • Alamat rumah
  • Email

  : 0877125444

  • No. HP