BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) Pada Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Tuntangkabupaten Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI Secara umum untuk meningkatkan mutu

  pendidikan, harus membutuhkan strategi. Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or

  

series of activities designed to achieves particular

educational goal (David dalam Sanjaya, 2006). Ini

  berarti starategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Jadi dengan demikian strategi dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

  Akdon (2007) menjelaskan untuk mendapatkan strategi yang tepat, lembaga pendidikan memerlukan pengenalan dan penguasaan terhadap berbagai informasi lingkungan strategisnya. Karena itu lembaga pendidikan perlu melakukan analisis dengan cermat terhadap lingkungan strategisnya. Selain itu analisis lingkungan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengambil langkah-langkah dalam jangka panjang.

  Untuk dapat mencapai suatu pembelajaran yang efektif baik dan bermutu maka sebagai tenaga pendidik juga memerlukan strategi pembelajaran.

1. Strategi Pembelajaran

  Demikian dengan pembelajaran, pelaksanaan proses pengajaran memerlukan strategi atau kiat tertentu.

  David dalam Sanjaya (2006) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, strategi pada dasarnya masih bersikap konseptual tentang keputusan - keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

  Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun Dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian system pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

  Killen dalam Sanjaya (2006 ) mengatakan “No

  

Teaching strategy is better than others in all

circumtances, so you have to be able to use a variety of

teaching strategies, and make rational decisions about

when each of the teaching strategies is likely to most

effective”. Hal ini jelas bahwa guru harus mampu

  memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan siswa. dalam penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri.

  Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekonologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik. Ini berarti guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

  Dengan penjelasan diatas maka dapat dikatakan strategi pembelajaran adalah kegiatan atau prosedur pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa yang berinteraksi dengan komponen-komponen pembelajaran baik situasi dan model belajar untuk memperoleh hasil belajar siswa dan memanfaatkan media dan sumber belajar dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor Dalam Proses Pembelajaran

  Dalam mencapai hasil belajar siswa ditentukan oleh proses pembelajaran. Sanjaya 2006 : 141 menjelaskan keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : a.

  Guru Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan penerapan proses pembelajaran, Karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung dengan siswa. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dipandang dari sudut guru yaitu kemampuan guru, sikap profesionalitas guru. Latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajar. i.

  Kemampuan Guru Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran misalnya guru dituntut untuk mampu merancang desain pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kemampuan memanfaatkan media dan sumber belajar serta kemampuan menentukan evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Indriana, 2011: 47 menambahkan tugas guru adalah sebagai desainer pembelajaran yang mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik, termasuk di dalamnya merancang media pembelajaran. Disinilah peran guru sebagai kreator yaitu menciptakan media yang tepat, efisien dan menyenangkan bagi siswa. Ini berarti guru memiliki peran yang penting dalam menciptakan kondisi belajar yang harus efektif dan menyenangkan guna keberhasilan pembelajaran. ii.

  Sikap Profesional Sikap professional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang professional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil yang akan dicapai. Oleh karenanya ia akan selalu belajar untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Misalnya dengan melacak berbagai sumber belajar melalui kegiatan membaca, mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi, simposium dan sebagainya. Serta melacak informasi dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi seperti televisi, radio, komputer sampai kepada internet. Pembelajaran tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi yang rendah. iii.

  Latar belakang Pendidikan dan mengajar Guru.

  Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasi pembelajaran. Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang berbagai model dan metode pembelajaran. Dengan demikian guru tersebut akan mendesain proses pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan kreatif dan proses pengalaman belajar- mengajar. Dengan demikian, tugas guru adalah sebagai desainer pembelajaran yang mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik, termasuk di dalamnya merancang media pembelajaran. Disinilah peran guru sebagai kreator yaitu menciptakan media yang tepat, efisien dan menyenangkan bagi siswa. Ini berarti guru memiliki peran yang penting dalam menciptakan kondisi belajar yang harus efektif dan menyenangkan guna keberhasilan pembelajaran b. Sarana dan Prasarana Belajar

  Keberhasilan implementasi penerapan pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar. Sarana adalah segala secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam proses penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Ketersediaan sarana yang lengkap, memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi mengajarnya. Kedua, kelengkapan sarana dan prasrana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar. Yang termasuk ketersediaan sarana itu meliputi ruang kelas dan setting tempat duduk siswa, media dan sumber belajar. i.

  Ruang Kelas Kondisi ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran.

  Demikian juga halnya dengan penataan kelas. ii.

  Media dan Sumber Belajar Keberhasilan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar. Woolfolk dan Nicolich menyebutkan disamping itu buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga tersedia semakin baik. Guru berperan dalam memanfaatkan media dan sumber belajar tersebut. Guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar di luar sekolah. Pemanfaatan tersebut bermaksud meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat.

  Ada juga yang mengatakan bahwa media pengajaran juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran seperti yang dikemukan oleh Indriana, 2011:47 menyebutkan media berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar atau

  learning experience tergantung antara interaksi

  siswa dan media. Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan belajar akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil belajar. iii.

  Lingkungan Belajar Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Ada dua hal yang termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, begitupun keadaan dan jumlah guru.

  Sedangkan lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan itu. Kemudian juga dilihat dari aspek lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi faktor pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas memiliki kecenderungan waktu belajar yang sempit, kelompok belajar terlalu besar sehingga semakin banyak siswa yang enggan untuk berpartisipasi aktif, dan kepuasan belajar setiap siswa menurun karena akan mendapatkan perhatian yang terbatas dari guru.

  c.

  Siswa Siswa juga menentukan terjadi atau tidak terjadi pembelajaran. Sebab siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannnya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama tersebut, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Pengaruh tersebut dilihat dari beberapa aspek meliputi aspek latar belakang siswa, kemampuan dasar siswa, pengetahuan dan sikap siswa. Perbedaan-perbedaan tersebut menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Bagaimanapun, faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran. Sanjaya, 2006 : 133 menyebutkan dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Hal ini juga diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktifitas siswa. Dengan demikian dikatakan bahwa, terjadinya proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal inilah yang mengakibatkan proses terjadinya belajar-mengajar.

3. Standar Proses Menurut Standar Nasional Pendidikan.

  Standar Proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

  Undang-undang Dasar mengatakan bahwa pemerintah menyusun dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang dewasa ini telah dirumuskan di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sebagai suatu sistem tentunya diperlukan suatu patokan atau ukuran sampai dimana sistem tersebut berhasil atau tidak. Dengan kata lain, performance lembaga pendidikan haruslah mempunyai indikator- indikator keberhasilan atau kegagalan. Lahirnya PP No.

  19 Tahun 2005 sebagai penjabaran dari UU No. 20 Tahun 2003 mengupayakan adanya standar nasional. Ini merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan.

  Tilaar (2006) menjelaskan standar adalah patokan. Sewaktu-waktu tingkat pencapaian standar tersebut perlu diketahui sampai dimana efektifitasnya, karena merupakan salah satu item dari sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan standar tersebut menurut peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 antara lain dapat dijelaskan dalam standar proses.

  Mulyasana (2011:155) menjelaskan setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

  Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

  Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis, serta dilaksanakan dengan memperhatikan jumlah maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik.

  Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik dan penugasan perseorangan atau kelompok.

  Untuk mata pelajaran selain kelompok mata

  pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam semester.

  Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

  Standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

  Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran.

4. Pendidikan Agama Kristen (PAK) a.

  Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK) Darmningtyas (2004) Pendidikan Agama

  Kristen adalah suatu usaha pendidikan. Oleh karena itu, ia merupakan usaha sadar, sistematis dan berkesinambungan, apapun bentuknya. Pendidikan Agama Kristen (PAK) juga merupakan pendidikan khusus yakni dalam dimensi religius manusia. Secara khusus Pendidikan Agama Kristen (PAK) menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman.

  Homrighausen (1985) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Kristen (PAK) bukan saja diberikan oleh Gereja di dalam lingkungannya sendiri, tetapi juga diluar lingkungannya, yakni di dalam sekolah umum dan sekolah Kristen.

  Dengan pengertian di atas dapat dikatakan Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan iman bukan saja diberikan oleh Gereja tetapi juga diberikan untuk anak didik agar bertumbuh dalam iman dalam konteks hidupnya sehari-hari dengan sesama dan lingkungan.

  Nuhamara (2007) mengatakan bahwa, dasar filosofis kehadiran pendidikan dalam konteks sekolah mempunyai signifikansi dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah tempat yang tepat untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional dan juga sekaligus tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK). Konteks dan setting Pendidikan Agama Kristen (PAK) disekolah mendapatkan peranan yang sangat penting, karena melalui proses belajar mengajar di sekolah peserta didik dapat menjadi pribadi yang utuh seperti tertuang dalam tujuan Pendidikan Nasional. Untuk tugas yang mulia ini Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang diajarkan disekolah harus memiliki suatu strategi yang mantap untuk pencapaian tujuan nasional. Salah satu cara untuk mencapai tujuan dari tugas yang mulia ini adalah melalui proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di sekolah.

  b.

  Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)

  Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) berfungsi untuk hal-hal sebagai berikut : Memperkenalkan Allah dan karya-karya-Nya agar siswa bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah dalam hidupnya, Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada siswa, sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkannya.

  Adapun tujuan PAK yakni : Menghasilkan manusia yang dapat memahami kasih Allah di dalam Yesus Kristus, serta mengasihi Allah dan sesama, menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk.

  Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya fungsi Pendidikan Agama Kristen (PAK) dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion berarti injil) yang disajikan dalam dua aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal dan Karya-Nya, dan aspek Nilai-nilai kristiani. Secara holistik, pengembangan kompetensi inti dan kompetensi dasar PAK pada pendidikan dasar dan menengah mengacu pada dogma tentang Allah dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus tampak dalam nilai- nilai kristiani yang dapat dilihat dalam keseharian siswa.

  c.

  Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK) Hakikat Pendidikan Agama Kristen seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi

  PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: "Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya". Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki panggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.

5. Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK)

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyatakan mutu adalah (ukuran) baik buruk suatu benda: Taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya) kualitas.

  Cosby mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan (conformance to requirement). Carvin, sebagaimana dikutip oleh Nasution (2004) adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau harapan pelanggan pada suatu produk selalu berubah, sehingga kualitas produk juga harus berubah dan disesuaikan. Dengan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mutu itu adalah suatu kondisi yang diisyaratkan atau sesuai standar berhubungan dengan kualitas terhadap suatu produk tertentu.

  Terkait dengan pengertian mutu di atas, ketika mutu itu diimplikasikan ke dunia pendidikan dalam hal ini berhubungan dengan pembelajaran maka lebih tertuju kepada sesuatu keadaan yang baik dalam upaya membelajarkan siswa. Membicarakan mutu pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran yang baik pula.

  Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran baik itu tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Lebih dari itu bagaimana peran strategi pembelajaran yang dikembangkan disekolah menghasilkan keluaran pendidikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

  Suryosubroto (2004:53) menambahkan tentang pengelolaan proses pembelajaran dalam mengatur atau mengelola (manajemen) proses pembelajaran sebagai berikut.

  a.

  Manajemen sebelum proses belajar mengajar yang termasuk dalam kegiatan inti antara lain : i.

  Mengatur pembagian tugas mengajar ii. Menyusun jadwal pelajaran iii. Menyusun program pembelajaran baik program per semester maupun program tahunan iv.

  Menyusun atau membuat persiapan mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah, misalnya berdasarkan Prosedur Pengembangan Instruksional (PPS) atau mungkin juga berdasar Pendekatan Keterampilan Proses (PMR) seperti yang dikehendaki oleh kurikulum 1984.

  b.

  Manajemen Selama Proses Pembelajaran Kegiatan ini akan meliputi antara lain : i.

  Mengisi daftar kemajuan kelas Daftar ini sering disebut daftar kemajuan kelas karena menggambarkan sejauh mana sesuatu kelas mempelajari materi pelajaran sebagaimana yang terprogram dalam GBPP ii.

  Mengelola Organisasi Kelas Yang dimaksud dengan pengelolaan disini ialah bagaimana guru mengatur siswa dalam

  PBM agar tujuan instruksionalnya tercapai secara efektif serta efisien. Realisasinya akan berupa penggunaan metode atau taktik, strategi pengajaran.

  Dengan demikian akan menyangkut pula masalah pengaturan fisik fasilitas belajar di dalam kelas seperti tempat duduk siswa, buku- buku pelajaran dan alat-alat belajar lainnya. iii.

  Menyelenggarakan evaluasi hasil belajar Disini juga disebutkan tugas utama guru adalah : menyusun soal, mengawasi evaluasi, memeriksa hasil tes, membuat dokumentasi nilai dalam buku nilai (daftar nilai).

  Sedangkan tugas dari pihak administrasi adalah : Menggandakan soal dan Membuat dokumentasi nilai dari buku nilai sekolah.

  c.

  Manajemen sesudah selesai PBM Beberapa kegiatan administrasi yang dikerjakan adalah: i.

  Menyusun laporan hasil pendidikan ii. Kegiatan pencatatan yang berhubungan dengan masalah perbaikan proses belajar mengajar (remedial teaching)

  Jadi mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen itu adalah bagaimana seorang pengajar atau guru Pendidikan Agama Kristen mengelola proses pembelajaran sesuai dengan standar yang diisyaratkan sehingga mampu menciptakan produk pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang berkualitas atau baik.

6. Strategi meningkatkan Mutu Pembelajaran

  Dengan berbagai penjelasan dari strategi, faktor- faktor dalam pembelajaran sampai dengan aspek peningkatan mutu pembelajaran maka Mulyasana (2011:79) menjelaskan untuk meningkatkan strategi pembelajaran, perlu dilakukan langkah-langkah berikut.

  a.

  Ciptakan suasana kelas yang mendorong para peserta didik merasa dirinya penting, berharga memiliki bakat dan kemampuan. b.

  Kuasai peserta didik dengan pendekatan kecintaan, perhatian dan kasih sayang. Jangan menguasai mereka dengan ancaman dan kekerasan.

  c.

  Dekati peserta didik dengan teladan, Posititive

  thinking dan dengan bahasa yang mudah dipahami

  serta dengan cara yang mudah dipahami serta dengan cara menciptakan iklim belajar yang menyenangkan.

  d.

  Selalu belajar dari kesalahan dan kegagalan dalam proses pembelajaran, serta tidak melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang telah gagal dalam mendidik.

  e.

  Menghargai sekecil apapun pandangan, pendapat dan kreativitas peserta didik.

  f.

  Guru memiliki keteladanan dan professional yang memadai (tidak sekedar menjual jasa, ilmu dan keterampilan semata tapi memberikan jaminan kepercayaan).

  g.

  Guru menciptakan iklim kelas yang terbuka, demokratis dan manusiawi, karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pemanusian manusia secara manusiawi.

  h.

  Guru selalu bertindak sebagai pelayan belajar yang bertugas membantu kesulitan belajar peserta didik, serta tidak bertindak sebagai penguasa kelas.

  Hal diatas menunjukan bahwa ada hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah peningkatan mutu dengan mengikuti langkah-langkah di atas.

  Syafaruddin dkk, 2005:152 menambahkan jadi setiap guru sebagai manajer dalam proses pembelajaran harus memperhatikan upaya peningkatan kualitas belajar secara berkelanjutan. Bagaimanapun, tanpa adanya upaya kreatif dan inovatif dari guru terhadap pembelajaran di setiap sekolah secara terencana dan terarah, maka tidak mungkin akan dicapai pembelajaran yang efektif. Karena itu peningkatan kualitas pengajaran merupakan konsekuensi yang harus dilaksanakan di sekolah.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

  Terkait dengan penelitian ini, ditemukan penelitian yang relevan sebagai berikut :

1. Metode Perumpamaan untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

  Dalam Penelitian, metode ini adalah membahas metode yang efektif dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dengan mempelajari pendekatan, metode, dan teknik yang diterapkan oleh Yesus dalam mempersiapkan dan membangun iman para pengikut-Nya sehingga mereka memiliki kreativitas dan memenuhi tanggung jawab sebagai manusia ciptaan-Nya. Setelah melalui kajian kritis, metode perumpamaan “Kerajaan Allah” yang digali dari Kitab Suci dapat dijadikan pilihan yang kreatif untuk menumbuhkan keterampilan berpikir siswa.

  Penggunaaan metode perumpamaan dapat mendorong siswa berpikir dan menemukan beberapa konsep berdasarkan pengalaman mereka dan esensi konsep berpikir.

C. KERANGKA BERPIKIR

  Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.

  Dalam proses pembelajaran pada setiap ranah pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam hal ini guru, sarana pembelajaran dan siswa. Faktor-faktor inilah yang mengakibatkan pembelajaran itu terjadi di kelas. Demikian dengan dalam mengajar Pendidikan Agama Kristen, pada akhirnya faktor-faktor baik guru dan sarana pembelajaran sangat membantu peserta didik memperoleh pengertian, pemahaman dan pengetahuan religius.

  Pendidikan Agama Kristen bukan saja diberikan oleh Gereja di dalam lingkungannya sendiri, tetapi juga di luar lingkungannya, yakni di dalam sekolah pada umumnya. Pendidikan Agama Kristen ini mulai dari usia dini sampai dengan usia lanjut atau dari tingkat Pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi, supaya mengenal ajaran-ajaran agama Kristen dan mempraktekkan dalam keseharian hidup mereka. Hal ini dimaksudkan agar dengan Pendidikan Agama Kristen di Sekolah, siswa memiliki perilaku Kristen yang benar dan menyadari diri sebagai bagian dari tubuh Kristus. Terkait dengan itu, Jadi sudah seharusnyalah Pendidikan Agama Kristen di dalam lembaga persekolahan dikembangkan guna membimbing, mendidik dan mengajar para peserta didik.

  Terkait dengan pentingnya Pendidikan Agama Kristen bagi para siswa maka, sekolah memiliki kepentingan guna meningkatkan mutu pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan agar peran, hakikat, fungsi dan tujuan pendidikan agama Kristen dapat tercapai bagi para siswa maupun dalam mengembangkan potensinya di tengah keluarga dan masyarakat.

  Tanggung jawab sekolah dalam meningkatan mutu pembelajaran merupakan tanggung jawab yang perlu dianalisa sebaik-baiknya dengan menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran baik itu guru, sarana pembelajaran dan siswa.

  Dalam hal ini disadari bahwa, yang menjadi tanggung jawab penuh dalam peningkatan mutu pembelajaran adalah guru. Karena guru merupakan ujung tombak terciptanya pembelajaran dan sebagai desainer pembelajaran. Ini bukan tugas yang mudah dengan mempertimbangkan kualifikasi pendidikan tertentu tetapi diharapkan bagaimana seorang guru dapat mampu menyusun desain untuk memicu siswa dalam keberhasilan pembelajaran dan melahirkan keluaran pelajar yang bisa dipakai di dalam era perkembangan dunia. Inilah yang disebut dengan tanggung jawab guru dalam menciptakan mutu pembelajaran.

  Mutu merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur baik atau tidaknya sesuatu yang akan dihasilkan. Terkait dengan mutu pembelajaran di sekolah maka berorientasi pada standar proses pendidikan. Dalam penerapan peningkatan mutu pembelajaran yang harus diperhatikan adalah penggunaan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri- sendiri. Guru harus mampu memilih strategi yang cocok dengan keadaan.

  Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaharuan pendidikan secanggih apapun tetap akan sia-sia. Sebagus apapun dan semoderen apapun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang mampu menciptakan pembelajaran yang baik dan mampu meningkatan mutu pembelajaran dengan mengacu pada kiat-kiat strategi peningkatan pembelajaran, maka tidak akan membuahkan hasil yang optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu guru. Jika guru bermutu maka akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.

  Demikian guru PAK, mereka ini adalah orang-orang yang merasa diri terpanggil dengan tuntunan Roh Kudus untuk mengajar dan telah dipersiapkan Dalam hal ini, mengajar tentang Firman Allah di dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai Roh Pembaru dan Penuntun kehidupan para peserta didik.

  Jadi, menjadi seorang Guru PAK itu tidak mudah dan menuntut banyak hal, baik itu aspek afektif, kognitif maupun juga psikomotorik. Terkait dengan hal ini, maka dalam proses pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan agama Kristen harus bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya agar terciptanya mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang baik.

  Dengan demikian, melalui penulisan ini diharapkan agar dalam melangsungkan proses belajar mengajar terkhususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen perlu diusulkan rancangan model konseptual berupa strategi hipotetik dan desain media pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Evaluasi Program 2.1.1 Teori Evaluasi Program - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Realistic - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 67

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) Pada Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Tuntangkabupaten Semarang

1 0 13