BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Realistic - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

  

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME)

  Pembelajaran dengan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) ini dilakukan pada kelas eksperimen dalam penelitian. Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dilaksanakan sebanyak empat kali. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2x35 menit atau 70 menit setiap pertemuan. Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Setiap pertemuan selalu dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran dengan pendekatan RME. Standar kompetensi yang digunakan yaitu “Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah” dengan kompetensi dasar “Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB”. Adapun indikator yang hendak dicapai pada masing-masing pertemuan adalah (1)Menentukan faktor bilangan dengan faktorisasi prima (Pertemuan ke-1), (2)Menentukan FPB suatu bilangan dengan faktorisasi bilangan (Pertemuan ke-1&2), (3)Menentukan KPK suatu bilangan dengan faktorisasi bilangan (Pertemuan ke-2&3), dan (4)Menetukan FPB dan KPK dari suatu bilangan dengan faktorisasi bilangan (Pertemuan ke-4).

  Dalam proses pembelajaran, guru melaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Mulai dari penyampaian pengetahuan awal melalui kegiatan apersepsi yang dilanjutkan dengan tanya jawab sesuai dengan langkah-langkah yang sesuai dengan rancangan pembelajaran.

  Pada pertemuan pertama guru membantu siswa belajar mengenal dari benda konkret melalui soal cerita yang jawabannya bisa dicari dengan daun yang telah di sediakan. Melalui bimbingan guru siswa mengenal masalah kontekstual dari hasil pengamatan yang dituliskan pada lembar soal. Siswa bersama kelompok memahami masalah kontekstual dan menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara sendiri. Guru bersama siswa membahas jawaban di depan kelas untuk dibandingkan dan didiskusikan bersama-sama. Terakhir didiskusikan jawaban yang paling benar dan di tarik kesimpulannya yang membuat siswa paham makna faktor persekutuan dan faktor prima.

  Pertemuan kedua, siswa menyelesaikan masalah kontekstual terkait KPK & FPB dengan caranya sendiri yang kemudian diberikan cara yang lebih mudah oleh guru. Guru memberikan lembar kerja pada kelompok yang kemudian dibandingkan dan didiskusikan jawaban antar kelompok. Siswa menyimpulkan pembelajaran mengenai faktor persekutuan terbesar sesuai dengan indikator.

  Pertemuan ketiga, melalui perumpamaan frekuensi lampu, siswa mampu mengenal kelipatan bilangan dengan benda konkret. Melalui masalah kontekstual yang diberikan guru siswa mampu menyelesaikan masalah dengan benar. Siswa melalui presentasi di depan kelas mampu mendiskusikan jawaban dan mendapatkan jawaban yang benar. Melalui lembar kerja siswa dapat membuat berlatih menyelesaikan masalah terkait FPB dengan lebih mudah. Siswa melalui diskusi dengan guru mampu menarik kesimpulan cara termudah mencari KPK.

  Pertemuan keempat, guru memberikan soal dua bilangan melalui soal tersebut siswa mampu mengingat mencari KPK dan FPB. Melalui soal evaluasi siswa mampu menyelesaikan soal terkait KPK dan FPB. Melalui jawaban teman di depan kelas siswa mengetahui jawaban soal yang dianggap sulit. Melalui diskusi dengan guru siswa mampu menarik kesimpulan cara termudah mencari KPK dan FPB.

  Perlakuan berbeda diberikan pada kelas kontrol. Pada kelas kontrol pertemuan pertama guru menjelaskan pengertian dan cara mencari faktor, bilangan prima, faktor prima dan faktorisasi prima dengan pohon faktor. Kemudian siswa mengerjakan soal latihan individu dan menulis jawaban di depan kelas. Guru menjelaskan pengertian dan contoh soal cerita dengan penyelesaian faktor persekutuan terbesar (FPB) pada 2 bilangan.

  Pada pertemuan kedua, guru mengingatkan kembali cara mencari FPB dengan menggunakan fakitorisasi prima dan memberikan contoh penyelesaian FPB dari 3 bilangan. Siswa mengerjakan latihan individu untuk mencari FPB dengan pohon faktor. Siswa mengerjakan soal cerita yang diberikan guru dan membahas penyelesaiannya di depan kelas.

  Pada pertemuan ketiga, guru menjelaskan cara mencari kelipatan dan KPK dari tiga bilangan dengan meberikan contoh. Siswa mengerjakan latihan individu untuk mencari KPK. Siswa mngerjakan soal cerita setelah diberikan contoh oleh guru dan menulis jawaban di depan kelas.

  Pada pertemuan keempat, guru menyajikan soal FPB dan KPK 2 bilangan dan siswa menyelesaikan soal ke depan kelas. Guru mengingatkan pengertian FPB dan KPK. Guru memberikan soal evaluasi pada siswa sebanyak 20 soal pilihan ganda. Soal yang di anggap sulit dibahas bersama di depan kelas.

  Setelah diberikan perlakuan berbeda dengan menggunakan pendekatan RME dan konvensional, pada pertemuan keempat siswa diberikan tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal.

4.1.2. Hasil Belajar Matematika sebelum Perlakuan (Awal)

4.1.2.1. Deskripsi Hasil Pretest

  Penggambaran distribusi skor pretest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat diklasifikasikan dalam bentuk interval. Penentuan jarak interval didapat dengan cara mengurangkan skor maksimum (skor ideal) dengan skor minimum dan kemudian dibagi dengan jumlah kelas interval (Widoyoko, 2012:110). Berdasarkan skor hasil belajar matematika, sebaran nilai kelompok sampel dapat dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah.

  Hasil pengukuran hasil belajar matematika siswa terhadap subyek penelitian pada saat pretest dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Kategori Hasil Belajar Siswa pada Pretest

  Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kategori F % F % Rendah

  10 25,64 6 21,43

  Sedang

  13 33,33 12 42,86 16 41,03 10 35,71

  Tinggi Total

  39 100,00 28 100,00 Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa hasil pretest pada kelas kontrol menunjukkan 10 siswa (25,64%) berada pada kategori rendah, 13 siswa (33,33%) berada pada kategori sedang, dan 16 siswa (41,03%) berada pada kategori tinggi. Pada kelas eksperimen, 6 siswa (21,43%) berada pada kategori rendah, 12 siswa (42,86%) berada pada kategori sedang, dan 10 siswa (35,71%) berada pada kategori tinggi.

  Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan di kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut, dapat dibuat analisis deskriptif sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tabel Analisis Deskriptif Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pretest_Kontrol

  39

  40.00 90.00 66.5385 13.13662 Pretest_Eksperimen

  28

  50.00 90.00 66.9643 11.41306 Valid N (listwise)

  28 Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut, dapat diketahui bahwa dari hasil pretest

  di kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 39 orang, nilai rata-ratanya adalah 66,54 dengan standar deviasi 13,14. Nilai minimum pada pretest di kelas control adalah 40,00 dan nilai maksimumnya adalah 90,00. Sementara itu, nilai rata-rata untuk pretest di kelas eksperimen adalah 66,96 dengan standar deviasi 11,41. Nilai minimum pada hasil pretest kelas eksperimen adalah 50,00 dan nilai maksimumnya adalah 90,00. Berdasarkan hasil tersebut, tampak bahwa nilai rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata kelas kontrol.

4.1.2.2. Uji Normalitas Pretest

  Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas bisa dilihat pada table Tests of Normality setelah diolah dengan SPSS 16.0 for windows. Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk. Hasil olah data uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  Tests of Normality Kelas

Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Nila i

  Kelas Kontrol .125 39 .129 .961 39 .195 Kelas Eksperimen .140 28 .172 .953 28 .230

  Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat nilai signifikansi pretest hasil belajar kelas eksperimen sebesar 0,230 dan kelas kontrol sebesar 0,195. Keduanya menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua data kelompok tersebut berdistribusi normal.

4.1.2.3. Homogenitas Pretest

  Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah varian berasal dari populasi sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan metode Levene. Data dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih dari 0,05, sedangkan data dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansi kurang dari 0,05.

  Hasil olah data uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  

Test of Homogeneity of Variances

Hasil_Belajar Levene Statistic df1 df2 Sig.

  .799

  1 65 .375

  Berdasarkan Tabel 4.4, didapatkan nilai signifikansi pretest hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,799 (lebih dari 0,05) yang berarti menerima H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi dengan variansi yang sama (homogen).

4.1.2.4. Uji Beda Rerata Pretest

  Hasil olah data uji beda rerata dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Uji Independen samples T-Test Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2- Mean Std. Error

  T df tailed) Difference Difference Lower Upper Nilai Equal variances

  • .138 65 .891 -.42582 3.08379 -6.58457 5.73293 assumed Equal variances
  • .141 62.569 .888 -.42582 3.01280 -6.44724 5.59559 not assumed

  Berdasarkan Tabel 4.5, didapatkan nilai signifikansi pretest hasil belajar siswa adalah 0,891 yang berarti lebih besar dari 0,050 (0,891>0,050). Hal ini berarti pada kondisi awal (sebelum diberikan perlakuan) kedua kelompok sampel memiliki kemampuan matematika yang seimbang.

4.1.3. Hasil Belajar Matematika setelah Perlakuan (Akhir)

4.1.3.1. Deskripsi Hasil Posttest

  Penggambaran distribusi skor posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat diklasifikasikan dalam bentuk interval. Penentuan jarak interval didapat dengan cara mengurangkan skor maksimum (skor ideal) dengan skor minimum dan kemudian dibagi dengan jumlah kelas interval (Widoyoko, 2012:110). Berdasarkan skor hasil belajar matematika, sebaran nilai kelompok sampel dapat dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah.

  Hasil pengukuran hasil belajar matematika siswa terhadap subyek penelitian pada saat posttest dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Kategori Hasil Belajar Siswa pada Posttest

  Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kategori F % F % Rendah

  10 25,64 0,00

  Sedang

  19 48,72 16 57,14 10 25,64 12 42,86

  Tinggi

  Total

  39 100,00 28 100,00 Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa hasil posttest pada kelas control menunjukkan 10 siswa (25,64%) berada pada kategori rendah, 19 siswa

  (48,72%) berada pada kategori sedang, dan 10 siswa (25,64%) berada pada kategori tinggi. Pada kelas eksperimen, tidak ada siswa yang berada pada kategori rendah, 16 siswa (57,14%) berada pada kategori sedang, dan 12 siswa (42,86%) berada pada kategori tinggi.

Tabel 4.7 Tabel Analisis Deskriptif Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kelas_Kontrol

  39

  

40.00

95.00 66.7949 12.59110 Kelas_Eksperimen

  28

  

60.00

95.00 75.1786 10.22725 Valid N (listwise)

  28 Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut, dapat diketahui bahwa dari hasil posttest

  di kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 39 orang, nilai rata-ratanya adalah 66,79 dengan standar deviasi 12,59. Nilai minimum pada posttest di kelas kontrol adalah 40,00 dan nilai maksimumnya adalah 95,00. Sementara itu, nilai rata-rata untuk posttest di kelas eksperimen adalah 75,18 dengan standar deviasi 10,23. Nilai minimum pada hasil posttest kelas eksperimen adalah 60,00 dan nilai maksimumnya adalah 95,00. Berdasarkan hasil tersebut, tampak bahwa nilai rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata kelas kontrol.

4.1.3.2. Uji Normalitas Posttest

  Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas bisa dilihat pada table Tests of Normality setelah diolah dengan SPSS 16.0 for windows. Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas dengan metode Shapiro-Wilk. Hasil olah data uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol & Kelas Eksperimen

  

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Nilai Kelas control .127

  39 .112 .975 39 .527 Kelas Eksperimen .126 28 .200 * .947 28 .168

  Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat nilai signifikansi pretest hasil belajar kelas eksperimen sebesar 0,168 dan kelas kontrol sebesar 0,527. Keduanya menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua data kelompok tersebut berdistribusi normal.

4.1.3.3. Uji Homogenitas Posttest

  Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah varian berasal dari populasi sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan metode Levene. Data dikatakan homogen jika nilai signifikansi lebih dari 0,05, sedangkan data dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hasil olah data uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

  

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

  1.715

  1 65 .195

  Berdasarkan Tabel 4.9, didapatkan nilai signifikansi posttest hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,195 (lebih dari 0,05) yang berarti menerima H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi dengan variansi yang sama (homogen).

4.1.3.4. Uji Beda Rerata Posttest

  Uji Independent Sample T-test digunakan untuk membandingkan rata- rata dua kelompok yang berasal dari dua sampel yang berbeda. Statistik uji yang digunakan adalah uji t. Namun sebelum dilakukan uji t, dilakukan uji normalitas populasi sebagai uji prasyarat dan uji homogenitas variansi populasi untuk menentukan uji t yang akan digunakan. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji banding dua sampel yaitu dengan Independent Sample T-test dengan taraf signifikansi 0,05. Jika signifikansi lebih dari 0,05 berarti kedua kelas memiliki rerata yang seimbang. Hasil olah data uji beda rerata dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Uji independen samples t-test posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen

  

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2- Mean Std. Error

  T Df tailed) Difference Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed

  • 2.901 65 .005 -8.38370 2.89004 -14.15550 -2.61190 Equal variances not assumed
  • 3.002 63.938 .004 -8.38370 2.79296 -13.96338 -2.80402

  Berdasarkan Tabel 4.10, didapatkan nilai signifikansi posttest hasil belajar siswa adalah 0,005 yang berarti lebih kecil dari 0,050 (0,005<0,050). Hal ini berarti pada kondisi akhir (setelah diberikan perlakuan) kedua kelompok sampel memiliki kemampuan matematika yang tidak seimbang.

4.2. Pembahasan

  Hasil analisis uji beda rerata tes kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki rata-rata yang seimbang atau sama. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,891 (lebih dari 0,05). Langkah berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran selama 4 kali pertemuan pada masing-masing kelas. Pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu pada kelas V di SDN Sidorejo Lor 04 diberi perlakuan yaitu penggunaan pendekatan RME sedangkan pada kelas kontrol yaitu V di SDN Sidorejo Lor 05 tidak diberi perlakuan penerapan pendekatan RME. Setelah proses pembelajaran, kemudian semua sampel dalam setiap kelompok sampel diberikan tes untuk mengukur adanya pengaruh terhadap hasil belajar setelah adanya perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

  Analisis uji beda rerata antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai signifikansi 0,005 yang berarti kurang dari 0,05. Hal ini berarti kedua kelompok sampel memiliki perbedaan rerata yang signifikan, dan karena rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen (75,18) lebih tinggi daripada kelas kontrol (66,79) oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan setelah diberikan perlakuan dengan pendekatan pembelajaran RME terhadap hasil belajar pada siswa kelas V SD di Gugus Diponegoro, Kota salatiga. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Lestari (2013) pada siswa kelas IV SD dalam materi bangun ruang sederhana dan penelitian Ardina (2012) pada siswa kelas V SD materi pecahan menyimpulkan bahwa pendekatan RME memiliki perbedaan hasil belajar.

  Melalui penggunaan pendekatan RME pada mata pelajaran matematika, siswa dapat memahami matematika sebagai sesuatu yang real atau nyata karena lebih menekankan pada penggunaan masalah kontekstual dengan menggunakan alat peraga matematika untuk memperjelas materi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan tentang konsep matematika. Dengan menerapkan model pembelajaran RME pada siswa dapat membantu siswa untuk memahami matematika bukan sebagai hanya sebagai suatu konsep abstrak melainkan matematika sebagai sesuatu yang konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar pada pembelajaran matematika realistik sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Dokumen yang terkait

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerimaan Oleh Guru Dengan Siswa Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-Pulau Aru Maluku

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerimaan Oleh Guru Dengan Siswa Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-Pulau Aru Maluku

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penerimaan Oleh Guru Dengan Siswa Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-Pulau Aru Maluku

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 11

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Evaluasi Program 2.1.1 Teori Evaluasi Program - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK Saraswati Salatiga (Studi Tentang Partisipasi Masyarakat)

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar dari Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education pada Siswa Kelas 5 SD di Gugus Diponegoro Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 10