MODUL MATERI UJIAN ALIH JENJANG PFM

  MODUL MATERI UJIAN ALIH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN DARI TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM MATA PELAJARAN: KONSEP DASAR PENGAWASAN ` BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

  2017

BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Dalam Modul ini dibahas 4 (empat) hal utama, yaitu (1) Pemeriksaan Sarana Produksi, (2) Pemeriksaan Sarana Distribusi, (3) Pemeriksaan Sarana Pelayanan Kesehatan, dan (4) Sampling produk serta Pengawasan Penandaan dan Iklan. B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan mampu memahami cara

  melakukan inspeksi/pemeriksaan terhadap sarana produksi, sarana distribusi serta sampling dan pengawasan penandaan dan iklan produk.

  C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

  Setelah mempelajari modul ini, para peserta Diklat diharapkan dapat: 1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar cara inspeksi sarana produksi.

  2. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar cara inspeksi sarana distribusi obat yang baik,

  3. Mengawasi penandaan iklan dan menarik kesimpulan hasil pengawasan

  4. Menarik kesimpulan tentang hasil pemeriksaan sarana produksi dan distribusi,

  5. Memahami metode sampling dalam rangka pengambilan sampel di sarana distribusi.

  6. Menjelaskan prinsip-prinsip pengawasan bahan berbahaya dan kemasan pangan.

  D. Materi Bahasan

  Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 4 (empat)kegiatan belajar:

  1. Pemeriksaan Sarana Produksi;

  2. Pemeriksaan Sarana Distribusi;

  3. Pemeriksaan Sarana Pelayanan Kesehatan; 4. Sampling produk serta Pengawasan Penandaan dan Iklan.

BAB II PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI A. PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI OBAT Pemeriksaan sarana produksi obat merupakan pemeriksaan menyeluruh atau

  sebagian terhadap pemenuhan persyaratan CPOB untuk tujuan antara lain dalam rangka sertifikasi CPOB, perubahan tata ruang, penambahan fasilitas produksi; tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya; pemeriksaan rutin yang dilakukan berdasarkan penilaian risiko; investigasi dan penanganan terhadap keluhan dan/atau penarikan kembali obat, dilakukan oleh inspektur CPOB atau inspektur CPOB bersama dengan spesialis dan/atau tenaga ahli CPOB.

  Jenis pemeriksaan terdiri atas:

  1. Inspeksi dengan pemberitahuan (Announced Inspection)

  Sebelum inspeksi, umumnya diberikan surat pemberitahuan kepada industri sehingga pada saat inspeksi Personil kunci berada di tempat misal pada inspeksi dalam rangka sertifikasi dan inspeksi sarana produksi bahan baku obat, sertifikasi CPOB, perluasan atau perubahan tata ruang, inspeksi rutin dan verifikasi CAPA.

  2. Inspeksi tanpa pemberitahuan (Unannounced Inspection)

  Inspeksi dapat dilakukan tanpa pemberitahuan, misal dalam rangka inspeksi kasus tertentu seperti investigasi dan penanganan terhadap keluhan dan/atau penarikan kembali obat.

PROSEDUR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI OBAT

A. Persiapan Pemeriksaan

  1. Menetapkan tim pemeriksaan CPOB termasuk ketua dan anggota tim pemeriksaan.

  2. Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan pemeriksaan mencakup: surat tugas, surat pemberitahuan kepada Balai dan industri farmasi, surat permintaan tenaga spesialis.

  3. Menyiapkan dokumen pemeriksaan, mencakup:  aide memoir, agenda pemeriksaan, daftar hadir,  data-data terkait sarana yang akan diperiksa mencakup RIP dan

  AHU, SMF terbaru, data personil kunci, hasil pemeriksaan sebelumnya, dossier/ marketing authorizations document, daftar produk, data dan tren recall termasuk tren hasil pengujian, data e- catalog, jika perlu data Laporan produksi, Data stabilitas) dan

   peralatan pemeriksaan kamera, alat ukur, senter, segel, komputer jinjing, printer, pointers dll. B. Pelaksanaan Pemeriksaan dan Penyusunan Tindak Lanjut

  1. Tim pemeriksa melakukan opening meeting, peninjauan fasilitas produksi termasuk fasilitas penunjang, review dokumen, pengambilan sampel dan pengamanan sementara (jika ada), pembuatan Berita Acara Pemeriksaan, serta closing meeting.

  2. Tim Pemeriksa membuat laporan pemeriksaan dengan melakukan:  Analisis dan kajian terhadap temuan pemeriksaan yang tercantum dalam BAP dan observasi yang tercantum dalam buku inspeksi CPOB.

   Mengelompokkan temuan berdasarkan akar permasalahan dari temuan-temuan, risiko dan manufacturing system yang terkait dengan temuan serta menentukan klasifikasi setiap temuan, yaitu Kritikal, Major atau Minor.

  3. Menyiapkan surat tindak lanjut hasil inspeksi dengan lampiran laporan inspeksi dan permintaan CAPA kepada industri farmasi dalam hal fasilitas belum sesuai ketentuan CPOB. Tindak lanjut hasil inspeksi dapat berupa perbaikan terhadap hasil inspeksi dan/ atau sanksi.

  C. Evaluasi terhadap tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang

  dilakukan industri (CAPA)

  1. Melakukan evaluasi terhadap tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan dari Industri Farmasi

  2. Jika tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang dilaporkan belum sesuai dengan CPOB maka pihak pemohon akan diminta perbaikan lagi.

  3. Jika diperlukan, Badan POM akan melakukan inspeksi ulang atas tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang dilaporkan, misal terhadap temuan kritikal Industri farmasi atau Industri Farmasi melakukan perubahan yang terkait dengan infrastruktur yang mempengaruhi mutu dan keamanan produk (misal: sistem AHS, dan lain-lain).

  4. Apabila hasil evaluasi atau hasil inspeksi ulang tersebut dapat disetujui, maka akan diterbitkan surat keberterimaan CAPA .

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

  Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.

  Pemeriksaan sarana produksi obat merupakan pemeriksaan menyeluruh atau sebagian terhadap pemenuhan persyaratan CPOB. Terdapat 12 Aspek dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik, yaitu:

I. MANAJEMEN MUTU

  Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.

  Unsur dasar manajemen mutu adalah :

  

  Suatu infrastruktur atau sistem  mutu yang tepat mencakup struktur

  Terdapat 12 Aspek

  organisasi, prosedur, proses dan sumber

  dalam Cara

  daya; dan

  Pembuatan Obat yang

  Tindakan sistematis diperlukan 

  Baik

  untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

  

  dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu. Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab hukum hendaklah diberikan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

  

1. Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan Mutu adalah

  aspek manajemen mutu yang saling terkait. Konsep tersebut menekankan hubungan dan betapa pentingnya unsur-unsur tersebut dalam produksi dan pengendalian obat.

  

2. Pemastian Mutu adalah suatu konsep lu`as yang mencakup semua hal

  baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman CPOB, seperti desain dan pengembangan produk.

  3. CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat

  dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan 4. pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu yang independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Pengkajian mutu produk secara berkala dilakukan terhadap semua obat 5. terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian periode sebelumnya.

  

6. Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan

  penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif.

II. PERSONALIA

  Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu dan pembuatan obat yang benar. Industri farmasi hendaklah memiliki struktur organisasi dan personil yang terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai. Personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan. Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Pelatihan bagi personil adalah berupa pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, serta pelatihan spesifik sesuai dengan pekerjaan yang berkaitan.

  Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifiaksi. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala.

III. BANGUNAN DAN FASILITAS

  Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasional yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

  

1. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan

hama.

  2. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

  a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan; dan b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.

  

3. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya

  personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.

  4. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:

  • penerimaan bahan;
  • karantina barang masuk;
  • penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;
  • penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;
  • pengolahan;
  • pencucian peralatan;
  • penyimpanan peralatan;
  • penyimpanan produk ruahan;
  • pengemasan;
  • karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
  • pengiriman produk; dan  laboratorium pengawasan mutu.

  

5. Area penimbangan hendaklah suatu area terpisah yang didesain khusus

untuk kegiatan penimbangan.

  6. Area Produksi

  a) Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya pencemaran-silang, suatu sarana khusus dan self-contained hendaklah disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi. Produk lain seperti antibiotik tertentu (misal: penisilin), produk hormon seks, produk sitotoksik, produk tertentu dengan bahan aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal: yang berasal dari mikroorganisme hidup) dan produk non-obat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.

  b) Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan herbisida tidak boleh dilakukan di sarana produksi obat.

  c) Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

  d) Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah dirancang dan dipasang sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.

  e) Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.

  f) Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah pencemaran- silang dan memudahkan pembersihan.

  g) Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk mencegah campur baur atau pencemaran-silang.

  7. Area penyimpanan

  a) Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering, mendapat penerangan yang cukup dan dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan.

  b) Area penyimpanan hendaklah memiiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.

  8. Area Pengawasan Mutu

  a) Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain. b) Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.

  c) Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.

9. Sarana Pendukung

  a) Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu.

  b) Toilet dan bengkel perbaikan tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan.

  c) Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.

IV. PERALATAN

  Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

  

1. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.

  Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering;

  

2. Peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk.

  Bagian alat yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk;

  

3. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau

  bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta di bumikan dengan benar.

  

4. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang

  cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.

  

5. Peralatan hendaklah dirawat sesuai sesuai prosedur tertulis dan jadwal

  untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat untuk keperluan penelusuran.

V. SANITASI DAN HIGIENE

  Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan, bahan pembersih dan desinfeksi dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan Higiene meliputi:

  1. Higiene Perorangan

   Personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang sesuai.  Program higiene hendaklah diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan.  Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut dan dilakukan pemeriksaan secara berkala.  Personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai dia sembuh kembali.

   Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk.  Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.

  2. Sanitasi Bangunan Dan Fasilitas

   Tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil.  Tersedia ruang ganti dan tempat menyimpan makanan (kantin).  Sampah dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan meng-indahkan persyaratan saniter.

   Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh menimbulkan pencemaran.

  3. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan

   Tersedia prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan yang sudah tervalidasi.  Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan secara benar.

  4. Validasi Prosedur Pembersihan Dan Sanitasi

   Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan.

VI. PRODUKSI

  Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Meliputi:

  1. Ketentuan Umum

   Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur dan didokumentasikan.

   Penyimpanan bahan dan produk jadi pada kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya.  Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.

   Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets.

  2. Penanganan Bahan Awal

   Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.  Penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan

  

  hendaklah berisi keterangan mengenai

  Produksi hendaklah

  pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal dilaksanakan dengan pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.

  mengikuti prosedur

   Hanya bahan yang telah diluluskan dan

  yang telah

  masih dalam masa simpan yang dapat

  ditetapkan; dan digunakan untuk proses produksi. memenuhi ketentuan 3.

  Validasi Proses

  CPOB yang

   Sebelum suatu Prosedur Pengolahan

  menjamin senantiasa

  Induk diterapkan, hendaklah diambil

  menghasilkan

  langkah untuk membuktikan prosedur

  produk yang

  tersebut cocok untuk pelaksanaan

  memenuhi

  produksi rutin, dan bahwa proses yang

  persyaratan mutu

  telah ditetapkan dengan menggunakan

  serta memenuhi

  bahan dan peralatan yang telah

  ketentuan izin

  ditentukan, akan senantiasa

  pembuatan dan izin

  menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.

  edar (registrasi).

  4. Pencegahan Pencemaran Silang

   Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran

   lain.

   Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya:

  • produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah);
  • memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses;
  • melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, karena pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan sumber pencemaran silang;
  • menggunakan sistem self-contained;

  5. Sistem Penomoran Bets/Lot

   Sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.  Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang.

  6. Penimbangan dan Penyerahan

   Cara penanganan, penimbangan, penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur tertulis dan didokumentasikan.  Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan.  Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar.

  7. Pengembalian

   Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.

  8. Pengolahan

   Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.  Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis.  Semua pengawasan-selama-proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya.  Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat dan diperiksa serta dibandingkan dengan hasil teoritis.  Penyimpangan yang signifikan dari hasil standar hendaklah dicatat dan diinvestigasi.

  9. Kegiatan Pengemasan

   Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.  Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan. Kesiapan jalur pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai daftar periksa yang tepat.

  10. Pengawasan-Selama-Proses

   Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk.

  11. Karantina Dan Penyerahan Produk Jadi

   Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.

   Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian dari:

  • produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan pengemasan;
  • sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang mencukupi untuk pengujian di masa mendatang;
  • pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu;
  • rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan
  • produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera pada dokumen penyerahan barang.

  12. Catatan Pengendalian Pengiriman Obat

   Sistem distribusi hendaklah dapat memastikan produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu dan distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan.

  

13. Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk

  Ruahan dan Produk Jadi  Penyimpanan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.

   Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan.

VII. PENGAWASAN MUTU

  Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

  Meliputi:

  1. Ketentuan Umum

   Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain.  Mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.

  2. Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik

   Bangunan dan Fasilitas Laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari ruang produksi.  Laboratorium biologi, mikrobiologi dan kimia hendaklah terpisah  satu dari yang lain. Ruangan terpisah untuk instrumen mungkin diperlukan untuk  memberikan perlindungan terhadap interferensi elektris, getaran, kelembaban yang berlebihan serta pengaruh luar lain atau, bila perlu untuk mengisolasi instrumen tersebut. Desain laboratorium hendaklah mempertimbangkan kesesuaian  bahan konstruksi, perlindungan personil terhadap asap dan ventilasi. Unit penanganan udara yang terpisah diperlukan untuk laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.

   Personil hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti respirator atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan asam atau basa sesuai tugas yang dilaksanakan.  Peralatan dan instrumen laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur pengujian yang dilakukan dan dikalibrasi.  Penanganan terhadap Pereaksi dan media perbenihan; baku pembanding; sampel pertinggal.

  VIII.

INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU

1. Inspeksi Diri

   Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).  Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.  Inspeksi diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan.

   Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

  2. Audit Mutu  Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.

  Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.

  3. Audit dan Persetujuan Pemasok

   Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

   Dilakukan evaluasi terkait riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok, sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi.

IX. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK, PENARIKAN KEMBALI

PRODUK DAN PRODUK KEMBALIAN

   Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

   Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.

   Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran.

   Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.

   Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

X. DOKUMENTASI

  Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumen yang diperlukan:

   Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk antara dan produk ruahan.

   Dokumen Produksi Dokumen yang esensial dalam produksi adalah:

  • Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets;
  • Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan

  Prosedur Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan; dan

  • Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan

  Catatan Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing- masing Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.

   Prosedur dan Catatan  Penerimaan  Pengambilan Sampel  Pengujian  Lain-lain

XI. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

  Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan umntuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Meliputi:

  1. Ketentuan Umum  Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.

   Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan.  Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit sarana dari Penerima Kontrak  Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.

  2. Pemberi Kontrak

   Bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.  Menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau pengujian yang dapat membaha-yakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain.

   Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

  3. Penerima Kontrak  Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).

   Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apapun yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara Penerima Kontrak dan pihak ketiga manapun hendaklah memastikan bahwa informasi pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak.

  4. Kontrak  Kontrak dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi farmasi, analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak.

XII. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

  CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Meliputi:

  1. Perencanaan Validasi

  Program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.

  2. Dokumentasi  Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.

   Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan.

  3. Kualifikasi Mencakup pelaksanaan Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK)

  4. Validasi Proses Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).

  5. Validasi Pembersihan Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.

  6. Validasi Metode Analisis Tujuan validasi metode analisis adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya.

  7. Validasi Ulang Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan serta metode analisis hendaklah dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas, sistem, peralatan, proses dan metode analisis memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan kebutuhan revalidasi.

  Selain 12 Aspek tersebut di atas, Pedoman CPOB juga mencakup 14 Aneks, sebagai berikut:

  1. Aneks 1 Pembuatan Produk Steril

  2. Aneks 2 Pembuatan Obat Produk Biologi

  3. Aneks 3 Pembuatan Gas Medisinal

  4. Aneks 4 Pembuatan Inhalasi Dosis Terukur Bertekanan (Aerosol)

  5. Aneks 5 Pembuatan Produk dari Darah atau Plasma Manusia

  6. Aneks 6 Pembuatan Obat Investigasi untuk Uji Klinis

  7. Aneks 7 Sistem Komputerisasi

  8. Aneks 8 Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat Yang Baik

  9. Aneks 9 Pembuatan Radiofarmaka

  10. Aneks 10 Penggunaan Radiasi Pengion Dalam Pembuatan Obat

  11. Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal

  12. Aneks 12 Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Yang Baik

  13. Aneks 13 Pelulusan Parametris

  14. Aneks 14 Manajemen Risiko Mutu

B. PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI OBAT TRADISIONAL CARA PRODUKSI OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

  Pemeriksaan sarana produksi obat tradisional merupakan pengawasan menyeluruh atau sebagian terhadap pemenuhan persyaratan CPOTB serta pemenuhan ketentuan di bidang obat tradisional yang berlaku. Pemeriksaan sarana produksi dilakukan untuk tujuan antara lain dalam rangka sertifikasi CPOTB, perubahan tata ruang, penambahan fasilitas produksi; tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya; pemeriksaan rutin yang dilakukan sekali dalam dua tahun atau berdasarkan penilaian resiko; investigasi dan penanganan terhadap keluhan dan/atau penarikan kembali obat tradisional, dilakukan oleh inspektur OT/CPOTB dan dapat dilakukan bersama dengan spesialis misalnya staf pengujian. Jenis pemeriksaan terdiri atas:

  1. Pemeriksaan tanpa pemberitahuan (Unannounced Inspection) apabila pemeriksaan dalam rangka penanganan kasus khusus dan pemeriksaan rutin, kecuali ada pertimbangan lain sehingga pemeriksaan rutin dapat dilakukan dengan pemberitahuan.

  2. Pemeriksaan dengan pemberitahuan (Announced Inspection) apabila pemeriksaan dilaksanakan dalam rangka sertifikasi CPOTB atau pemeriksaan rutin bila perlu.

  PROSEDUR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI OBAT TRADISIONAL

  A. Persiapan Pemeriksaan

  1. Menetapkan tim pemeriksaan CPOTB termasuk ketua dan anggota tim pemeriksaan.