MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA ANALI (1)

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,

Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan, Indonesia

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :

Rektor Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Dr-

Kepala Prodi Teknik Lingkungan Universitas

Lambung Mangkurat Dr. Rony Riduan, ST.,MT.

Dosen Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan

Dosen Mata Kuliah

Kerja Prof. Dr.

Kesehatan Lingkungan

Qomariyatus Sholihah,

Kerja Rd. Indah Nirtha

Amd. Hyp., S.T., Mkes.

NPS, ST., M.Si

Anggota Kelompok : Tanty Puspa Sari Elsa Nadia Pratiwi Rifda Iklila Ananda

TUGAS BESAR KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA ANALISA KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU

Dosen :

Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes

Oleh :

Tanty Puspa Sari H1E113011 Elsa Nadia Pratiwi

H1E113014 Rifda Iklila Ananda

H1E113236

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : ANALISA KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH BANJARBARU

Nama Mahasiswa

: TANTY PUSPA SARI

H1E113011

ELSA NADIA PRATIWI

H1E113014

RIFDA IKLILA ANANDA

H1E113236

Program Studi

: Teknik Lingkungan

Peminatan

: Kesehatan Lingkungan Kerja

Disahkan Oleh Dosen Pembimbing

Prof. Dr.Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas besar ini dengan judul “Analisa Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru ”. Tugas besar ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kelulusan mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja di Fakultas Teknik (FT) Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).

Tersusunnya tugas besar ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih, kepada :

1. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes selaku dosen pembimbing mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

2. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru yang telah bersedia memberikan izin untuk melaksanakan observasi dalam rangka penyusunan tugas besar ini.

3. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyeleseian tugas besar ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya tugas besar ini.

Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Kesehatan Lingkungan Kerja.

Banjarbaru, Desember 2015

Penulis

RINGKASAN

Limbah cair rumah sakit mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana. Begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan limbah medis ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas. tidakdilaksanakan secara optimal. Padahal K3 sangat penting untuk mencegah kecelakaan kerja.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada Rumah Sakit Banjarbaru, penerapan K3 petugas dalam pengolahan limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 karena APD yang disediakan sesuai dengan SNI yaitu pemakaian masker khusus, sarung tangan dan sepatu safety sedangkan petugas pengolahan limbah cair Rumah Sakit memakai masker biasa, sarung tangan biasa dan sepatu boot saja.

Dalam uji coba lab limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru yang diolah IPAL oleh Badan Riset dan Standardisasi Banjarbaru, dapat diketahui hasil inlet limbah rumah sakit adalah pH 7,52, Timbal (Pb) <0,001 Mg/l dan E. Coli 150000 CFU/100ml. Sedangkan hasil outletnya adalah pH 7,94, Timbal (Pb) <0,001 Mg/l dan E. Coli 0 CFU/100ml. Dari hasil lab tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengolahan limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru menggunakan IPAL sangat baik karena baik kandungan timbal dan E. Coli berkurang dan dibawah baku mutu yang ditetapkan sehingga aman bagi lingkungan. Walaupun pH naik, hal itu tidak berbahaya karena masih dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh berbagai kelompok professional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Dalam pelaksanaan kegiatan rumah sakit pasti akan menghasil limbah. Sumber limbah cair rumah sakit antara lain ruang perawatan, ruang pemeriksaan, ruang laboratorium, ruang laundry dan dapur. Limbah cair rumah sakit, baik medic maupun penunjang medic perlu dikelola dengan cermat, karena limbah cair rumah sakit mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan seperti badan air, sumber air minum, disamping gangguan bau dan keindahan. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tata laksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi syarat.

Begitu besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan limbah medis ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas.Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang termasuk dalam suatu wadah hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan oleh para pengusaha atau manajemen. Keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya untuk industry tetapi untuk seluruh pegawai disetiap tempat kerja, Begitu juga di sector pelayanan kesehatan. Di Indonesia, sampai saat ini belum banyak peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di laksanakan dirumah sakit. Mengingat besarnya paparan dirumah sakit maka rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan sangat perlu untuk diterapkan Manajemen Keselamatan danKesehatanKerja (MK3) untuk memberikan perlindungan kepada para pegawai. Namun, Keselamatan, Kesehatan Kerja

(K3) pada rumah – rumah sakit khususnya di Kalimantan Selatan tidakdilaksanakan secara optimal. Padahal K3 sangat penting untuk mencegah kecelakaan kerja. Dari hasil observasi yang dilakukan pada Rumah Sakit Banjarbaru, penerapan K3 petugas dalam pengolahan limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 karena APD yang disediakan sesuai dengan SNI yaitu pemakaian masker khusus, sarung tangan dan sepatu safety sedangkan petugas pengolahan limbah cair Rumah Sakit memakai masker biasa, sarung tangan biasa dan sepatu boot saja. Padahal limbah cair rumah sakit sangat berbahaya karena mengandung mikrooganisme, bahan kimia beracun dan darah-darah pasien yang bisa jadi infeksius yang apabila terpapar dapat berbahaya bagi kesehatan. Dalam uji coba lab limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru yang diolah IPAL oleh Badan Riset dan Standardisasi Banjarbaru, dapat diketahui hasil inlet limbah rumah sakit adalah pH 7,52, Timbal (Pb) <0,001 Mg/l dan E. Coli 150000 CFU/100ml. Sedangkan hasil outletnya adalah pH 7,94, Timbal (Pb) <0,001 Mg/l dan E. Coli 0 CFU/100ml. Dari hasil lab tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengolahan limbah cair Rumah Sakit Banjarbaru menggunakan IPAL sangat baik karena baik kandungan timbal dan E. Coli berkurang dan dibawah baku mutu yang ditetapkan sehingga aman bagi lingkungan. Walaupun pH naik, hal itu tidak berbahaya karena masih dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kualitas air limbah RSUD Kota Banjarbaru?

2. Bagaimana penerapan K3 dalam pengelolaan limbah RSUD Kota Banjarbaru?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kualitas air limbah RSUD Kota Banjarbaru.

2. Untuk mengetahui peneratan K3 dalam pengelolaan limbah RSUD Kota Banjarbaru.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi evaluasi bagi RSUD Kota Banjarbaru untuk hasil kedepan.

2. Menambah pengalaman bagi penulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif dan preventif kepada masyarakat serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Kepmenkes RI No.983/Meskes/SK/1992).

Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.

b. Menurut American Hospital Assosiation (1974) Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional ynag terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

c. Wolper dan Pena (1997) berpendapat bahwa Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. (Azrul Azwar, 1996).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan dengan kegiatan inti berupa pelayanan medis. Pelayanan rumah sakit pada hakekatnya merupakan sistem proses yang aktivitasnya saling tergantung satu dengan lainnya. Unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam mendukung terciptanya pelayanan prima adalah sumber daya manusia (medis, paramedis dan non medis), sarana dan prasarana, peralatan, obat-obatan, bahan pendukung dan lingkungan. Sedangkan lingkungan rumah sakit meliputi lingkungan dalam gedung (indoor) dan luar gedung (outdoor) yang dibatasi oleh pagar lingkungan. Lingkungan indoor yang harus diperhatikan adalah udara, lantai, dinding, langit-langit, peralatan termasuk mebel air, serta obyek lain yang mempengaruhi kualitas lingkungan seperti air, makanan, air limbah, serangga dan binatang pengganggu, sampah dan sebagainya. Sedangkan lingkungan outdoor meliputi selasar, taman, halaman, parkir terutama terhadap kebersihan dan keserasiannya (Subekti, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diartikan bahwa rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu untuk masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang paling kompleks diantara berbagai fasilitas kesehatan yang ada dengan adanya tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Upaya kesehatan yakni setiap kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Tempat yang dapat digunakan untuk Upaya kesehatan yakni setiap kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Tempat yang dapat digunakan untuk

2.1.2 Tujuan Rumah Sakit Rumah sakit adalah tempat di mana orang-orang yang sakit bisa mencari dan menerima perawatan. Pada umumnya pembangunan rumah sakit diatur atau dipengaruhi oleh Undang-undang Negara, peraturan Departemen Kesehatan, Peraturan Daerah dan standar lainnya. Pembangunan rumah sakit juga mencakup fasilitas dan ruangan untuk pelayanan pasien. Contohnya adalah ruangan pasien rawat inap, laboratorium, dan lain-lain.

Selain memberi pelayanan dalam hal perawatan, rumah sakit juga merupakan tempat yang dapat memberikan pendidikan klinis kepada para mahasiswa-mahasiswa yang ingin mempelajari tentang kesehatan. Selain peran pendidikannya, rumah sakit era modern juga bertujuan untuk memimpin studi penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan kedokteran,baik tentang catatan klinis maupun para pasien, serta penelitian dasar dalam ilmu fisika dan ilmu kimia. (Bastian, 2008).

Pada dasarnya, rumah sakit bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan angka kesehatan masyarakat secara mandiri dan terpadu agar dapat kembali menjalankan aktivitas dan interaksi dengan masyarakat lainnya. Sementara itu dikutip dari berbagai sumber menyatakan bahwa tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu :

1. Terwujudnya penyelenggaraan sistem kesehatan dalam organisasi kesehatan atau rumah sakit yang mencakup sistem pembangunan kesehatan, sistem pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara tepat, cepat serta akurat.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat secara rasional.

3. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian individu, keluarga serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit.

4. Meningkatkan pemakaian sarana sanitasi kesehatan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

5. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam membentuk tenaga kesehatan yang profesional.

6. Menjalin kemitraan lintas sektor, LSM/Lembaga Masyarakat maupun Pemda dan lain sebagainya. (Bastian, 2008)

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit memiliki 4 fungsi, yakni:

1. Pelayanan Penderita Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi dan pelayanan keperawatan. Di samping itu, untuk mendukung pelayanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan berbagai jenis laboratorium.

2. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan merupakan fungsi penting dari rumah sakit modern, baik yang berafiliasi atau tidak dengan suatu universitas, artinya rumah sakit dapat dijadikan tempat untuk pendidikan, pengamatan, dan pelatihan bagi orang-orang terkait seperti mahasiswa, dokter praktek, dan lain-lain.

3. Penelitian Kegiatan penelitian dalam rumah sakit mencakup merencanakan prosedur diagnosis yang baru, melakukan percobaan laboratorium dan klinik, pengembangan dan menyempurnakan prosedur pembedahan yang baru, mengevaluasi obat investigasi dan penelitian formulasi obat yang baru.

4. Kesehatan masyarakat Tujuan utama dari fungsi rumah sakit ini adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk. Contoh kegiatan kesehatan masyarakat adalah partisipasi dalam program deteksi penyakit, seperti tuber kulosis, diabetes, hipertensi dan kanker. (KepMenKesRINo. 983/MenKes/SK/XI/1992)

Adapun berdasarkan Permenkes RI No.159b/MenKes/Per/1998, fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,

rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

b. Menyediakan tempat pendidikan dan latihan tenaga medik dan paramedik.

c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang

kesehatan. (Permenkes RI No. 159b/MenKes/Per/1998)

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari:

a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari: • Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan • Rumah sakit pemerintah daerah • Rumah sakit militer • Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta)

2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung.

3. Klasifikasi berdasarkan Lama tinggal Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.

4. Klasifikasi berdasarkan Kapasitas tempat tidur Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidurnya sesuai pola berikut ; dibawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau lebih.

5. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.

b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas.

6. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi:

a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar. (Siregar dan Lia, 2004).

2.1.5 Tugas Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya 2.1.5 Tugas Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya

2.1.6 Kewajiban Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dalam hal ini institusi rumah sakit memiliki kewajiban didalam upaya pelaksanaan pengelolaan lingkungan khususnya mengenai pengelolaan limbah merupakan bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Kewajiban rumah sakit diantaranya adalah:

1. Perlu menerapkan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah hasil kegiatan, dimana pengelolaan itu meliputi : menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, dan menggunakan atau membuang.

2. Setiap kegiatan yang menimbulkan dampak besar seperti rumah sakit wajib membuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup).

3. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih seperti :

a. Penyehatan bangunan dan ruangan.

b. Penyehatan air termasuk kualitasnya.

c. Perlindungan radiasi.

d. Penyehatan makanan dan minuman.

e. Penyehatan tempat pencucian linen.

f. Penanganan sampah dan limbah.

g. Sterilisasi/desinfeksi.

h. Penyuluhan kesehatan lingkungan. (UU No. 23 Tahun 1997) Pada UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya pasal-pasal: h. Penyuluhan kesehatan lingkungan. (UU No. 23 Tahun 1997) Pada UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya pasal-pasal:

b. Pasal 6 : setiap orang berkewajiban memiliki kelestarian fungsi lingkungan hidup serat mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, berarti rumah sakit berkewajiban untuk mengelola dampak kegiatan terhadap lingkungan.

c. Pasal 15 : setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki Analisis Megenai Dampak Lingkungan.

d. Pasal 16 : setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha atau jasa. (UU No. 23 Tahun 1997)

2.2 Limbah Rumah Sakit

2.2.1 Definisi Limbah Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefin isikan sebagai “sisa/buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia”.

Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disukai atau sesuatu yang tidak dipakai lagi, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Kusnoputranto, 1986)

Menurut Wikipedia, Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Sedangkan FKM-UI mendifinisikan limbah/sampah adalah benda bahan padat yang terjadi karena ada hubungannya dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disukai dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari tubuh-tubuh manusia.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diartikan bahwa limbah merupakan benda sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu usaha atau kegiatan yang sudah tidak digunakan lagi dan tidak terjadi dengan sendirinya. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak bisa dielakkan lagi.

2.2.2 Definisi Limbah Rumah Sakit Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).

Secara khusus, limbah rumah sakit adalah hasil kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang rumah sakit lainnya yang berupa sampah dan limbah (Arifin, 2008).

Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, gas dan cair (Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa limbah rumah sakit adalah limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan rumah sakit termasuk kegiatan medis dan non medis yang dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik.

2.2.3 Macam-macam Limbah Rumah Sakit Jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan dalam jenis yang komplek, karena secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1. Limbah non klinis atau limbah yang berasal dari kantor atau administrasi (berupa limbah kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan serta sampah dari dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Berbagai macam limbah non klinis ini, meskipun tidak menimbulkan resiko sakit akan tetapi limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.

2. Limbah klinis, yaitu limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis ini bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung didalamnya, limbah klinis dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Limbah benda tajam, yaitu suatu alat yang mempunyai sudut, sisi, atau ujung yang tajam yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,pipet pasteur, pecahan gelas, serta pisau bedah. Semua benda tajam ini berbahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang telah dibuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi ataupun bahan beracun.

b. Limbah infeksius, yaitu semua limbah yang berkaitan dengan pasien yang mengidap penyakit menular, diantaranya limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

c. Limbah jaringan tubuh, yaitu limbah yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

d. Limbah sitotoksit, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang telah terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksit selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksit.

e. Limbah farmasi, yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan yang telah kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang telah terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan serta limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia

dalam tindakan medis, dari laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

g. Limbah radioaktif, yaitu limbah yang berasal dari bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida .Limbah ini dapat berasal dari tindakan kedokteran nuklir. (Satmoko Wisaksono, 2000).

Berdasarkan Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, disebutkan bahwa Limbah Rumah Sakit terbagi menjadi 3 macam yakni;

1. Limbah padat Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai hasil dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.

Limbah medis padat adalah limbah yang berasal langsung dari tindakandiagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah medis padat ini terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Sedangkan limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis misalnya limbah yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis ini misalnya kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non padat.

2. Limbah gas Limbah gas yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran seperti di insenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik

3. Limbah cair Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikrooganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang apabila terpapar dapat berbahaya bagi kesehatan. (Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004)

Menurut Depkes RI (1997) keterpaparan air limbah dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Keterpaparan kimiawi pemanfaatan hasil pembuangan limbah kimiawi sebagai makanan oleh mikroba yang terdapat di lingkungan air, selain itu limbah kimiawi di dalam air membentuk suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan organik dan garam anorganik masuk kedalam air secara domestik atau industrial yang pada umumnya memberikan kontribusi terhadap pencemaran air. Pemeriksaan air secara kimiawi dapat melalui test BOD, COD, TSS dan pH. Jika sekitar 5 (lima) hari limbah kimiawi menjadi karbon dioksida, secara 1. Keterpaparan kimiawi pemanfaatan hasil pembuangan limbah kimiawi sebagai makanan oleh mikroba yang terdapat di lingkungan air, selain itu limbah kimiawi di dalam air membentuk suspensi sebagai koloid atau partikel. Bahan organik dan garam anorganik masuk kedalam air secara domestik atau industrial yang pada umumnya memberikan kontribusi terhadap pencemaran air. Pemeriksaan air secara kimiawi dapat melalui test BOD, COD, TSS dan pH. Jika sekitar 5 (lima) hari limbah kimiawi menjadi karbon dioksida, secara

2. Keterpaparan Fisik keterpaparan fisik air dapat dilihat dari bau dan warna. Warna dari air

limbah keabu-abuan dan mengandung kerosin.

3. Keterpaparan Biologi keterpaparan secara biologis dapat dilihat dariadanya mikroorganisme

patogen yang endemik yang memberi dampak pada kesehatan masyarakat. (Depkes RI ,1997).

2.2.4 Karakteristik Limbah Rumah Sakit Berdasarkan karakteristiknya, limbah rumah sakit memiliki tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu:

1. Sifat Fisika

a. Padatan Ditemukan adanya zat padat dalam limbah yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini adalagi padatan terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya terdiri dari protein, ganggang dan bakteri.

b. Kekeruhan Kekeruhan air dapat dilihat secara langsung karena terdapat partikel koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan b. Kekeruhan Kekeruhan air dapat dilihat secara langsung karena terdapat partikel koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan

c. Bau Sifat bau dari limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.

d. Temperatur Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar daripada suhu tiggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.

e. Warna Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan. Warna berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan racun.

2. Sifat Kimia Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat yang terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C 2. Sifat Kimia Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat yang terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C

a. Biological Oxygen Demand (BOD) Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagian tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan akibatnya biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi angka BOD semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.

b. Chemical Oxygen Demand (COD) Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalamlimbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat meggunakan analisis COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa b. Chemical Oxygen Demand (COD) Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalamlimbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat meggunakan analisis COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa

Tabel 2.1 Perbandingan BOD dengan COD Jenis air buangan-0,65

BOD/COD

Air Sungai

Dari buangan Rumah Tangga

Buangan organik

Buangan anorganik

Sumber: Perdana Ginting, 2007

c. Metan Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Metan juga dapat ditemukan pada rawa-rawa dan sawah. Suatu kolam limbah yang menghasilkan gas metan akan sedikit sekali menghasilkan lumpur, sebab lumpur telah habis terolah menjadi gas metan dan air serta CO2.

d. Keasaman Air Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu.Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup d. Keasaman Air Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu.Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat hidup

e. Alkalinitas Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam- garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya

10 kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pegukuran kandunganion CaCO3, ion Mg bikarbonat dan lain- lain.

f. Lemak dan minyak Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam limbah bersumber dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung minyak. Lemak dan minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.

g. Oksigen terlarut Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami banyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang tinggi menunjukkan keadaan air semakin baik. Pada temperatur dan tekanan udara alami kandungan oksigen dalam air alami bisa mencapai 8 mg/liter. Aerator salah satu alat yang berfungsi meningkatkan kandungan oksigen dalam air. Lumut dan sejenis ganggang menjadi sumber oksigen karena proses fotosintesis melalui bantuan sinar matahari. Semakin banyak ganggang semakin basar kandungan oksigennya.

h. Klorida Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ionnatrium menyebabkan air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa instalasi.

i. Phospat Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae danorganisme lainnya yang dikenal dengan eutrofikasi. Ini terdapat pada ketel uap yang berfungsi untuk mencegah kesadahan. Pengukuran kandungan phospat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phospat sehingga tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang jenisnya dan pada gilirannya tidak merangsang pertumbuhan tanaman air. Kesuburan tanaman ini akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut.

3. Sifat Biologi Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi).Secara tradisional mikroorganisme dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam kategori protista, status yang sama dengan\ binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting dalam mengevaluasi kualitas air.

a. MPN Coliform Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah Coliform biasanya adalah metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi a. MPN Coliform Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah Coliform biasanya adalah metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi

Prinsip dari metode MPN adalah sifat bakteri yang berkembang baik dalam waktu 24 sampai 72 jam pada suhu tertentu dan dalam suasana yang cocok yaitu tersuspensi dalam kaldu (borth media) yang mengandung gizi untuk pertumbuhannya. Bakteri-bakteri tersebut dapat dideteksi karena jenis bakteri tersebut mampu meragikan (fermentasi) salah satu unsur zat gizi seperti laktosa yng akibat proses peragian tersebut terbentuklah gas, gelembung-gelembung gas ini menunjukkan adanya bakteri tersebut (Basri, Hadi, dkk, 2014)

Parameter MPN Coliform adalah pemeriksaan bakteriologis air bersih yang ditujukan untuk melihat adanya kemungkinan pencemaran oleh kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk jenis coliform antara lain: Escheria coli, Aerobacter aerogenes, dan Eschericia freundii. Sifat bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif dan dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas. Ambang batas MPN Coliform : 10.000 kuman/100ml.

2.2.5 Sumber Limbah Rumah Sakit

1. Limbah cair

Tabel 2.2 Sumber limbah berdasarkan golongan Golongan

Contoh

Golongan tindakan pelayanan Sisa kumur, limbah cair pembersih alat medis Golongan ekskresi manusia

Dahak, air seni, tinja, darah Golongan penunjang pelayanan

Limbah cair dari instalasi gizi, limbah cair dari kendaraan. Limbah cair dari laundry Sumber: Sakti A. Siregar, 2005

Sumber limbah cair diatas dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) bagian yang terdiri dari:

a. Kegiatan dapur

b. Kegiatan laundry

c. Kegiatan rawat inap

d. Kegiatan laboratorium

e. Kegiatan instalasi gawat darurat

f. Kegiatan bedah

g. Kegiatan radiologi Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit berasal dari semua kegiatan yang ada didalamnya. Jenis kegiatan tersebut memiliki kekhususan masing-masing dan diperlukan perhatian terhadap limbah cair yang berbahaya dan limbah cair yang infeksius.

2. Limbah Padat Berikut adapula tabel jenis limbah atau sampah menurut sumbernya

berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Tabel 2.3. Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya

No Sumber/Area Jenis limbah/Sampah

1 Kantor/Administrasi

Kertas

2 Unit obstetric dan ruang perawatan Dressing (pembalut/pakaian), placenta, obstretric

sponge (sepon/penggosok)jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker

dapat dibuang), dosposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah)

yang

3 Unit emergency dan bedah termasuk ruang Dressing (pembalut/pakaian), Dressing perawatan

(pembalut/pakaian), placenta, sponge (sepon/penggosok)jarum syringe (alat (pembalut/pakaian), placenta, sponge (sepon/penggosok)jarum syringe (alat

4 Unit Laboratorium, ruang mayat, patologi Gelas terkontaminasi, termasuk pipet dan autopsi

patri dish, wadah specimen (contoh). Slide specimen (kaca/alat sorong), jaringan tubuh, organ, tulang.

5 Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air

liur), dressing

(pembalut/pakaian)

dan bandages (perban), masker disposable (masker yang dapat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.

6 Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot), kertas dan lain-lain.

7 Unit Pelayanan Karton< kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan

8 Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan sayuran dan lain-lain

9 Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkus, daun ranting, debu. Sumber : Depkes RI (1995) Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai hasil dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.

2.2.5 Peraturan dan Baku Mutu Limbah Rumah Sakit Pada dasarnya limbah yang dihasilkan rumah sakit mempunyai potensi besar dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, peraturan dan penetapan baku mutu untuk limbah rumah sakit terutama untuk limbah cair perlu diterapkan. Menurut KEPMENLH RI No. 58/MENLH/12/1995 mengenai 2.2.5 Peraturan dan Baku Mutu Limbah Rumah Sakit Pada dasarnya limbah yang dihasilkan rumah sakit mempunyai potensi besar dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, peraturan dan penetapan baku mutu untuk limbah rumah sakit terutama untuk limbah cair perlu diterapkan. Menurut KEPMENLH RI No. 58/MENLH/12/1995 mengenai

Tabel 2.4 Baku mutu limbah cair rumah sakit Parameter

Kadar Maksimum Fisika

BOD 5 50 mg/L

COD

80 mg/L

30 mg/L NH,Bebas

TSS

0.1 mg/L

PO

2 mg/L

Mikrobiologik

MPN-Kuman Golongan

Koli/100mL

Radioaktivitas

32 P 3 7 x 10 Bq/L

35 S 3 2 x 10 Bq/L

45 Ca 3 3 x 10 Bq/L

53 Cr 3 7 x 10 Bq/L

47 Ga 3 1 x 10 Bq/L

45 Sr 3 4 x 10 Bq/L

90 Mo 3 7 x 10 Bq/L

Sn 3 3 x 10 Bq/L

I 3 1 x 10 Bq/L

I 3 7 x 10 Bq/L

Ir 3 1 x 10 Bq/L

TI 3 1 x 10 Bq/L Parameter

Kadar Maksimum Sumber: KempenLH, 1995. Baku mutu tersebut ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam

5 tahun oleh penanggung jawab atau pengelola rumah sakit. (KepmenLH RI No.58/MENLH/12/1995).

Setiap penanggung jawab atau pengelola rumah sakit wajib:

a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang kelingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ketanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan

c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut

d. Memeriksakan kadar parameter baku mutu limbah cair kepada laboratorium yang berwenang sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan

e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter baku mutu limbah cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada gubernur dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, atau instansi teknis yang membidangai rumah sakit dan dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(KepmenLH RI No.58/MENLH/12/1995).

yang

berlaku

2.2.7 Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

Pentingnya pengelolaan limbah cair rumah sakit telah dijelaskan pada beberapa peraturan perundang-undangn di Indonesia diantaranya adalah UU No.