Pengaruh Terapi Relaksasi Benson terhada

JURNAL KESEHATAN

VOLUME 4

NOMOR 2

SEPTEMBER 2016

“MIDWINERSLION”
SUSUNAN REDAKSI JURNAL KESEHATAN
PELINDUNG
Dr. Ns. I Made Sundayana, S.Kep.,M.Si
PENANGGUNG JAWAB
Ns. Dewa Ayu Rismayanti, S.Kep.,M.Kep.
Drs. GedeSukayatna, MM
Drs. I KetutPasek, MM
KETUA PENYUNTING
Prof. Dr. I NyomanTika, M.Si
WAKIL KETUA PENYUNTING
Dewa Putu Agus Wahyu Erawan, M.Pd
SEKRETARIS

Ns. Putu Agus Ariana, S.Kep, M.Si.
PENYUNTING AHLI
Ari Pertama Watiningsih,S.Pd.,M.Si
Ns. Kadek Imam Darmawan, S.Kep.,M.Kep
PENYUNTING PELAKSANA
Ns. Mochamad Heri, S.Kep.,M.Kep.
Ns. Qamaryah, S.Kep.,M.Si.
Ns. Ni Made Dwi Yunica Astriani, S.Kep.,M.Kep.
Putu Dian Prima Kusuma Dewi, SST, M.Kes.
SEKRETARIAT
Aditha Angga Pratama, SH
Ketut Sukarya Adi Sucipta, A.Md
DESAIN
I Made Suwastika Dharma Arta, S.Kom
Gede Fajar Angga Ariadi, S.Kom

Alamat Redaksi : Jl. Raya Air Sanih Km. 11 BungkulanSingaraja-Bali
Telp. (0362) 3435034, Fax (0362) 3435033
e-mail :[email protected]
Website: www.stikesbuleleng.ac.id


Pengantar Redaksi

Perkembangan Ilmu Kesehatan khususnya bidang Keperawatan dan Kebidanan sejalan
dengan perkembangan masalah kesehatan yang terjadi di Negara Indonesia. Dalam rangka
mendukung perkembangan ilmu kesehatan dilakukan riset kesehatan yang memberikan
banyak sumbangan dalam pengembangan keilmuan di bidang kesehatan. Hal tersebut juga
dilaksanakan oleh Civitas Akademika STIKES Buleleng.

Permasalahan utama dalam suatu riset dan penelitian adalah bagaimana menemukan masalah
yang akan diteliti dan bagaimana analisa data yang digunakan. Dengan lahirnya jurnal ini,
diharapkan menumbuhkan semangat dalam penulisan ilmiah. Sehingga salah satu unsure
dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu penelitian dapat tercapai. Selain itu perlu di ketahui
bahwa menulis itu bukanlah kepentingan, tetapi suatu kebutuhan. Jurnal ini diterbitkan untuk
menjadi sarana publikasi hasil penelitian bagi dosen maupun mahasiswa pada Program Studi
S1 Keperawatan, D3 Kebidanan dan Profesi Ners STIKes Buleleng.

Akhir kata, penyusun berharap agar jurnal ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan.


Redaksi

ii

“MIDWINERSLION”
ISSN: 2528 - 6420
Volume : 4
DAFTAR ISI

1.

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR JAHE
HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI PSTW JARA
MARA PATI SINGARAJA ……………………………………...

1–6

2.

HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUAL DENGAN PRESTASI

BELAJAR
MAHASISWA
KEPERAWATAN
STIKES
BULELENG……………………………………………………………...

7 – 12

3.

EFEKTIFITAS EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG TERHADAP
PERTUMBUHAN Salmonella Typhi …………………………………...

13 – 16

4.

PENGARUH AKTIVITY DAILY LIVING (ADL) TRAINING
TERHADAP KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DI RSJ PROPINSI BALI………………………………


17 – 22

5.

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK DALAM MEMBUNUH
JENTIK NYAMUK ……………………………………………………...

23 – 28

6.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI
TARIAN KIJANG KENCANA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK
WIDYA KARYA………………………………………………………...

29 – 34

7.


PENGGUNAAN KODE CAMPURAN PADA PENGAJARAN
MEDICAL ENGLISH TERHADAP PENINGKATAN KOSA KATA
BAHASA INGGRIS MAHASISWA STIKES BULELENG……………

35 – 40

8.

PENGALAMAN PERAWAT IGD DALAM MENANGANI PASIEN
CEDERA KEPALA DI RUANG IGD RSUD KABUPATEN
BULELENG………………………………………………………………

41 – 45

9.

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP
INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI BENIGNA
PROSTAT HYPERPLASIA TAHUN 2016 …………………………….


46 – 50

10. HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT
STRESSPADA PENDERITA HIV/AIDS DI POLIKLINIK VCT RSUD
BELELENG………………………………………………………………

51 – 56

iii

J u r n a l K e s e h a t a n “ M I D W I N E R S L I O N ” | 46

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP INTENSITAS NYERI
PASIEN POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA
(The Effect of Benson Relaxation Therapy to Patients Post Surgery Pain Intensity Benign Prostate
HyperplasiaIn Kamboja Room General Hospital Buleleng)

Putu Indah Sintya Dewi1;Ni Made Dwi Yunica Astriani2
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
Email : [email protected]


ABSTRAK
Pendahuluan: Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu penyakit pembesaran atau hipertrofi
dari prostat. Pembedahan terbuka (prostatectomy) adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan
jika prostat terlalu besar diikuti oleh penyakit penyerta lainnya. Setiap tindakan pembedahan akan
timbul masalah infeksi luka akibat prosedur insisi. Luka ini akan merangsang terjadinya respon nyeri.
Penanganan non farmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan terapi relaksasi benson.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi relaksasi benson terhadap
intensitas nyeri pasien post operasi Benigna Prostat Hyperplasia di Ruang Kamboja RSUD Kabupaten
Buleleng. Metode: Jenis penelitian ini adalah Pra-Eksperimental One Group Pre-Post test design
dengan Uji Paired T-tes yang dilaksanakan di ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng.
Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan teknik Acidental Sampling dengan jumlah
sampel 11 orang. Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,000 dimana p ˂ α (0,05) maka
Ha diterima. Kesimpulan: Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi relaksasi benson terhadap intensitas nyeri pasien post operasi benigna prostat
hyperplasia di ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng.
Kata Kunci: terapi relaksasi benson, intensitas nyeri, pasien post operasi benigna prostat hyperplasia.
ABSTRACT
Background: Benign Prostate Hyperplasia (BPH) is a disease enlargement or hypertrophy of the
prostate. Open surgery (prostatectomy) is a surgery that is performed when the prostate is too large,

followed by other concomitant diseases. Each surgery will arise as a result of wound infection incision
procedures. These wounds will stimulate the pain response. Handling of non-pharmacological that
can be done is by benson relaxation therapy. The purpose of this study was to analyze the effect of
benson relaxation therapy to patients postoperative pain intensity Benign Prostate Hyperplasia in
Kamboja Room at Buleleng General Hospital. Methods: The study is a Pre-Experimental One Group
Pre-Post test design to test Paired t-tests were carried out in Cambodia space Buleleng General
Hospital. Collecting data using observation sheet with Acidental Sampling technique with a sample of
11 people. Results: From the results, p value 0.000 where p ˂ α (0.05) so Ha is received. Conclusion:
From the results obtained it can be concluded that there is the effect of benson relaxation therapy to
patients postoperative pain intensity Benign Prostatic Hyperplasia in Kamboja Room space Buleleng
General Hospital.
Keywords: benson relaxation therapy, intensity of pain, postoperative patients of benign prostatic
hyperplasia

PENDAHULUAN
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
adalah suatu penyakit pembesaran atau
hipertrofi dari prostat. Hiperplasia merupakan
pembesaran ukuran sel (kualitas) dan diikuti
oleh penambahan jumlah sel (kuantitas). BPH

seringkali menyebabkan gangguan dalam
eliminasi urine karena pembesaran prostat

yang cenderung kearah depan atau menekan
vesika urinaria (Prabowo & Pranata, 2014).
Menurut Price & Wilson (2006) BPH
adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul
pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50
tahun ke atas. Hiperplasia prostatik adalah
pertumbuhan nodul-nodul fibriadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut

J u r n a l K e s e h a t a n “ M I D W I N E R S L I O N ” | 47
dimulai dari bagian periuretral sebagai
proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa.
Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan
penuaan dan disertai dengan perubahan
hormon. Dengan penuaan, kadar testosteron

serum menurun dan kadar estrogen serum
meningkat. Terdapat teori bahwa rasio
estrogen atau androgen yang lebih tinggi akan
merangsang hiperplasia jaringan prostat.
Pembedahan terbuka (prostatectomy)
adalah suatu tindakan pembedahan yang
dilakukan jika prostat terlalu besar diikuti oleh
penyakit penyerta lainnya, dan adanya
adenoma
yang
besar.
Pembedahan
direkomendasikan pada pasien BPH yang tidak
menunjukkan
perbaikan setelah
terapi
medikamentosa (Prabowo & Pranata, 2014).
Menurut Potter & Perry (2006) setiap
tindakan pembedahan akan timbul masalah
infeksi luka akibat prosedur insisi. Luka ini
akan merangsang terjadinya respon nyeri.
Nyeri merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan bagi sebagian orang. Nyeri
sering kali dikaitkan dengan kerusakan pada
tubuh yang merupakan peringatan terhadap
adanya ancaman yang bersifat aktual atau
potensial. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
merupakan tujuan diberikannya asuhan
keperawatan pada pasien. Penting bagi perawat
untuk memahami makna nyeri bagi setiap
individu.
Strategi penangan nyeri atau lebih
dikenal dengan manajemen nyeri adalah suatu
tindakan
untuk
mengurangi
nyeri.
Penatalaksanaannya sendiri dibagi menjadi dua
yaitu penatalaksanaan nyeri farmakologi dan
non farmakologi. Manajemen nyeri dapat
dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu
diantaranya adalah dokter, perawat, bidan,
fisioterapis, pekerja sosial, dan masih banyak
lagi disiplin ilmu yang dapat melakukan
manajemen nyeri (Andarmoyo, 2013).
Salah satu teknik yang sering
digunakan dalam penangan nyeri adalah teknik
relaksasi. Relaksasi adalah suatu tindakan
untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik
relaksasi yang sederhana terdiri atas napas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.
Pasien dapat memejamkan mata dan bernafas
dengan perlahan dan nyaman. Irama yang
konstan
dapat
dipertahankan
dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama
setiap inhalasi dan ekshalasi. Terapi relaksasi

biasa diberikan dalam rentang waktu 5- 15
menit (Andarmoyo, 2013).
Teknik relaksasi saat ini terus
dikembangkan menjadi beberapa teknik, salah
satunya adalah relaksasi benson. Relaksasi
Benson adalah metode teknik relaksasi yang
diciptakan oleh Herbert Benson, seorang ahli
peneliti medis dari Fakultas Kedokteran
Harvard yang mengkaji beberapa manfaat doa
dan meditasi bagi kesehatan. Relaksasi Benson
merupakan salah satu teknik relaksasi
sederhana, mudah pelaksanaannya, dan tidak
memerlukan banyak biaya. Relaksasi ini
merupakan gabungan antara teknik respons
relaksasi dan sistem keyakinan individu atau
faith factor . Fokus dari relaksasi ini pada
ungkapan tertentu yang diucapkan berulangulang dengan menggunakan ritme yang teratur
disertai sikap yang pasrah. Ungkapan yang
digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan
atau kata-kata yang memiliki makna
menenangkan bagi pasien itu sendiri. Empat
elemen dasar agar teknik relaksasi benson
berhasil
dalam
penerapannya
adalah
lingkungan yang tenang, secara sadar pasien
dapat mengendurkan otot-ototnya, pasien dapat
memusatkan diri selama 10-15menit pada
ungkapan yang telah dipilih, dan pasien
bersikap pasif terhadap pikiran-pikiran yang
mengganggu(Solehati & Kosasih, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan tanggal
5 Juni 2016 di Ruang Kamboja RSUD
Kabupaten Buleleng didapatkan pasien bedah
dengan kategori prostatektomi meningkat
setiap tahunnya. Pada tahun 2013 terdapat 105
kasus, tahun 2014 meningkat menjadi 108
kasus, di tahun 2015 terdapat 112 kasus
dengan Benigna Prostat Hiperplasia. Data di
tahun 2016 pada bulan Januari saja terdapat 10
kasus. Masalah keperawatan utama yang
dihadapi pasien post operasi prostatektomi di
ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng
adalah nyeri akut. Meskipun sudah diberikan
tindakan manajemen nyeri dengan farmakalogi
8 dari 10 pasien (80%) menyatakan masih
merasakan nyeri dengan intensitas sedang dan
2 pasien (20%) menyatakan merasakan nyeri
ringan. Dari hasil wawancara dengan salah
satu pasien post operasi prostatektomi
diperoleh
informasi
bahwa
setelah
pembedahan klien menyatakan mengalami
nyeri di sekitar luka post operasi. Selama
perawatan klien mendapatkan tindakan rawat
luka dan obat-obatan yang digunakan untuk
meringankan nyeri yang di rasakan tanpa ada
penanganan dengan teknik non farmakologi.

J u r n a l K e s e h a t a n “ M I D W I N E R S L I O N ” | 48
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh
terapi relaksasi benson terhadap intensitas
nyeri pasien post operasi benigna prostat
hyperplasia di ruang Kamboja RSUD
Kabupaten Buleleng.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Pra
Eksperimen yaitu menggunakan rancangan
One Group Pre-Test Post-Test dimana
penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan Pre-Test terlebih dahulu sebelum
diberikan intervensi, setelah itu diberikan
intervensi, kemudian dilakukan Post-Test.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Berdasarkan Umur
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur Pasien Post Operasi BPH di ruang
Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng
Variabel
Umur

sebelum pemberian relaksasi benson adalah
5,27 (nyeri sedang), Standar Deviation 0,786,
dan Standar Error Mean 0,237.
Tabel 4 Kriteria Intensitas Nyeri pada Pasien
Post Operasi BPH sesudah diberikan Relaksasi
Benson
Data

Mean

N

Postest

3.82

11

Std.
Deviation
.982

Std. Error
Mean
.296

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
bahwa rata-rata intensitas nyeri responden ratarata intensitas nyeri pasien post operasi BPH
sesudah pemberian relaksasi benson adalah
3,82 (nyeri ringan), Standar Deviation 0,982,
dan Standar Error Mean 0,296.
Tabel 5 Hasil Analisa Nilai Pre dan Post Test
dengan Uji Paired t-Test

Umur
Umur
Mean Jumlah
Minimum Maximum
(N)
51
76
64.91
11

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa usia rata-rata responden adalah 64,91,
dengan umur tertinggi yaitu 76 tahun dan
terendah 51 tahun.
2. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Pasien Post Operasi BPH di ruang
Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng
Pendidikan
Frekuensi Persentase (%)
TS (Tidak Sekolah)
5
45.5
SD
4
36.4
SMP
2
18.2
Total
11
100

Dari tabel 2 karakteristik latar
belakang pendidikan responden sebagian besar
responden memiliki riwayat pendidikan tidak
sekolah yaitu 5 orang (45,5%) dan sebagian
kecil memiliki riwayat pendidikan SMP yaitu
2 orang (18,2%) dan 4 orang (36,4%) memiliki
riwayat pendidikan SD.
3. Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi
Tabel 3 Kriteria Intensitas Nyeri pada Pasien
Post Operasi BPH sebelum diberikan Relaksasi
Benson
Data

Mean

N

Pretest

5.27

11

Std.
Deviation
.786

Std. Error
Mean
.237

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa rata-rata intensitas nyeri responden ratarata intensitas nyeri pasien post operasi BPH

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa dari uji yang dilakukan dengan
menggunakan uji paired t-test menunjukan
bahwa hasil sig. (2-tailed) atau nilai p 0.000
dan nilai thitung 9,283 > nilai ttabel 2,228 karena
nilai p lebih kecil dari 0,05 (p ttabel (9,283 > 2,228) dan
nilai p < α (0.000 < 0.05) dengan demikian
maka hipotesis nol (H0) ditolak, yang artinya
ada pengaruh terapi relaksasi benson terhadap
penurunan intensitas nyeri pasien post operasi
BPH di ruang Kamboja RSUD Kabupaten
Buleleng.

Efek relaksasi benson terhadap
nyeri post operasi yaitu menghambat
impuls noxius pada sistem kontrol gerbang
(gate control theory). Dalam teori kontrol
gerbang
dari
Melzaks
dan
Wallmengusulkan bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem
saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat
ditemukan di sel-sel substansi gelatinosa di
dalam kornus dorsalis pada medula

spinalis, talamus, dan sistem limbik. Teori
ini mengatakan bahwa impuls nyeri akan
merangsang sel T di kornu dorsalis
kemudian naik menuju medula spinalis dan
ke otak ketika gerbang pertahanan terbuka
sehingga nyeri dirasakan dan implus nyeri
tidak dapat dirasakan atau dihambat ketika
gerbang pertahanan tertutup. Upaya untuk
menutup pertahanan tersebut merupakan
terapi dasar dalam mengurangi nyeri.
Ketika relaksasi mengalihkan pikiran,
talamus akan menengahi perhatian secara
selektif ke kortek prefrontal untuk
merubah suara-suara terhadap rangsangan
nyeri sehingga menghambat impuls nyeri.
Kemudian otak sebagai penghambat
impuls menutup pintu transmisi pada
impuls noxius sehingga impuls nyeri tidak
dapat dirasakan atau dihambat, dan alur
serabut saraf desenden melepaskan opioid
endogen seperti endorfin dan dimorfin
sebagai penghambat nyeri alami yang
berasal dari tubuh. Neuromodulator
inimenutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat
pelepasan
substansi
P(Benson dan Proctor, 2000 dalam
Solehati & Kosasih, 2015).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Sebelum diberikan Terapi Relaksasi
Benson padaklien post operasi BPH di Ruang
Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng rata-rata
tingkat nyeri pada klien yang diukur
menggunakan lembar observasi Bourbanis
yaitu 5,27 (nyeri sedang), Standar Deviation
0,786, dan Standar Error Mean 0,237 dari 11
sampel yang digunakan.
Sesudah diberikan Terapi Relaksasi
Benson padalansia klien post operasi BPH di
Ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng
rata-rata tingkat nyeri pada klien yang diukur
menggunakan lembar observasi Bourbanis
yaitu 3,82 (nyeri ringan), Standar Deviation
0,982, dan Standar Error Mean 0,296 dari 11
responden.
Hasil uji analisa data dengan
menggunakan uji paired t-test menunjukan
bahwa hasil sig. (2-tailed) atau nilai p 0.000
dan nilai thitung 9,283 > nilai ttabel 2,228 karena
nilai p lebih kecil dari 0,05 (p