LAPORAN Media Massa majalah docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. PERKEMBANGAN MAJALAH
Majalah merupakan media yang favorit pada orang-orang elit di Inggris
pada pertengahan 1700-an (saat itu ada 2 perusahaan kolonial yang terkemuka).
Pada tahun 1741 di Philadelphia, Andrew Bradford menerbitkan sebuah majalah
(American Magazine, or a Monthly View of the Political State of the British
Colonies. Diikuti oleh Benjamin Franklin dengan General Magazine dll. saat ini,
publikasi sangat menghabiskan banyak biaya sehingga ditujukan pada sejumlah
kecil koloni atau kelompok (hanya sekelompok kecil saja yang dapat membaca
majalah). Pada zaman ini masalah dalam perusahaan majalah adalah kekurangan
system pos yang terorganisir dan distribusi yang sulit sehinngga mempengaruhi
keberhasilan suatu majalah.
Antara tahun 1741 dan tahun 1794, muncul 45 majalah baru yang berniat
untuk menarik orang-orang yang berpendidikan, berbudaya dengan menyajikan
hal-hal yang membuat mereka tertarik.
1.

Awal Industri Majalah
Tahun 1821 muncul the Saturday Evening Post yang mana bertahan
selama 148 tahun. Majalah yang tersukses di antara majalah lainnya adalah

Harper’s (1850) dan Atlantic Monthly (1857). Pada tahun ini, biaya percetakan
sudah lebih murah sehingga dapat dijangkau oleh lebih banyak orang. Selain itu,
isi yang menarik pada awal penyebarannya adalah tentang gerakan-gerakan sosial
seperti abolitionisme (gerakan anti perbudakkan) dan reformasi perburuhan. Pada
tahun 1825 terdapat 100 majalah yang beroperasi; tahun 1850 (25 tahun
kemudian) sudah ada 600 majalah. Perusahaan majalah sebisa mungkin
membangun karakteristik majalah yang benar-benar khas dari usaha penerbitan
lain seperti buku dan surat kabar. Sudah ada tulisan dari para spesialis (misal
psikolog menulis tentang hal-hal mengenai dinamika psikologis) dan ilustrasi
yang banyak dan terperinci di halaman-halaman majalah.
Majalah pada masa awal diarahkan pada elit terpelajar yang tertarik pada
cerita pendek, puisi, komentar sosial dan esai. Majalah tersebut tidak menjadi
media massa nasional yang sejati hingga setelah perang saudara.
1

2.

Era Sirkulasi Massal
Era modern majalah dapat dibagi menjadi dua bagian, masing-masing
ditandai dengan hubungan yang berbeda antara media dan khalayak. Sirkulasi

massal majalah popular mulai makmur pada tahun-tahun pasca perang saudara.
Tahun 1865 ada 700 penerbitan majalah; tahun 1870= 1200 majalah; tahun 1885=
3300 majalah. Hal yang penting dalam perluasan ini adalah majalah wanita. Hak
suara perempuan untuk memilih merupakan gerakan sosial yang mengisi halaman
majalah. Contoh ladies’ home journal dan good housekeeping.
Fenomena pertumbuhan besar dalam majalah di karenakan:
1.

Isu-isu yang ada dalam buku-buku atau literasi

2.

Murahnya biaya majalah untuk tersebar luas
Kalau dulu hanya bisa dijangkau oleh kaum-kaum elit, sekarang
sudah bisa dijangkau oleh banyak orang. Perang sirkulasi antara
majalah raksasa menyebabkan terjadinya perang harga.

3.

Perang harga yang terjadi memungkinkan terujinya kemampuan

baru majalah untuk menarik pertumbuhan jumlah iklan. Bila
majalah di baca oleh khalayak ramai, maka akan ada banyak iklan
yang tertarik.

4.

Industrialisasi yang menyediakan orang dengan waktu luang dan
pengahsilan yang lebih pribadi.

Majalah menjadi media massa nasional pertama Amerika, seperti buku,
mereka memiliki andil penting dalam perubahan sosial. Khususnya pada era
muckraking dari decade pertama abad ke-20.
Sirkulasi massa majalah tumbuh seiring perkembangan bangsa.
Awalnya, majalah yang memabhas kepentingan umum, majalah perempuan dan
majalah intisari. Yang ada dalam majaalah ini semuanya kesamaan ukuran dan
luas dari pembaca. Mereka adalah pasar missal, publikasi sirkulasi massal untuk
nasional dan terjangkau. Mereka membantu menyatukan bangsa, majalah adalah
televise pada massanya, media periklanan yang dominan, sumber utama distribusi
berita nasional dan penyedia visual unggul atau foto jurnalistik.
3.


Era Spesialisasi
2

Setelah berakhirnya perang dunia II, banyak industri majalah yang
ditutup. Dan dengan munculnya televisi maka hubungan antara majalah dan
pembacanya menjadi tak sama. Majalah tidak dapat menandingi televisi. Maka
hasilnya majalah mulai kehilangan para pengiklan.
Setelah perang dunia II itu juga sifat kehidupan para penonton di Amerika
berubah. Mereka jadi memiliki lebih banyak waktu luang dan uang untuk
dihabiskan. Dari situ industri majalah menemukan kunci sukses mereka dengan
berorientasi pada pengkhususan dan aya hidup. Majalah sering kali menjadi
pertanda bagi perubahan. Karena majalah selalu yang pertama bergerak saat ada
perubahan dimasyarakat.
Sedangkan di Indonesia sendiri, munculnya media massa di Indonesia
dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada
tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan Pantja Raja pimpinan Markoem
Djojohadisoeparto dengan prakarsa dari Ki Hadjar Dewantoro.
Sejarah Perkembangan Majalah di Indonesia



Awal Kemerdekaan

Soemanang, SH yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu
edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar,
yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni
menghancurkan sisa-sisa kekuasaan belanda, mengobarkan semangat perlawanan
rakayat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian
kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.


Zaman orde lama

Pada masa ini, perkembangan majalah tidak begitu baik, kaena relatif sedikit majalah
yang terbit. Sejarah mencatat majalah Star Weekly, serta majalah mingguan yang
terbit di Bogor bernama Gledek, namun hanya berumur beberapa bulan saja.


Zaman orde baru


Awal orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, diantaranya
di

Jakarta

terbit

majalah Selectapimpinan Sjamsudin

Lubis,

majalah

sastra Horison pimpinanMochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat. Hal ini
terjadi sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta
tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.
Pengaruh majalah di Indonesia
3

Sekarang, seperti yang terjadi di sepanjang sejarahnya,majalah-majalah besar

merupakan

medium

massa

yang

mempengaruhi

masyarakat

khususnya

Indonesia.literatur besar dan ide-ide besar lainnya masuk dalam format yang berbeda
dengan buku,dapat dijangkau oleh hampir semua orang.majalah juga perekat nasional
karene majalah bisa memberi para bapak pendiri bangsa sebuah audiens yang amat
luas.
Majalah sebagai innovator media
Pada zamannya majalah telah mengungguli media lainnya dengan inovasi

yang signifikan dalam jurnalisme,advertising dan sirkulasi,inovasi itu mencakup
laporan investigasi, profil tokoh secara lengkap,dan foto jurnalisme.


Pelaporan investigasi:muckraking(pengungkapan kebobbrokan)yang sekarang
bisa di sebut investigative reporting,dikembangkan dalam majalah sebagai
jurnalistik di tahun-tahun pertama abad ke-20 majalah memuat eksplorisasi
panjang tentang institusi yang menyelewengkan di dalam masyarakat.



Profil personalitas:yang mendalam adalah ciptaan majalah. Profil personalitas
ini menggunakan banyak wawancara dengan berbagai sumber dan bukan
hanya bicara dengan tokoh yang diangkat profilnya tetapi juga dengan orangorang yang dapat memberi komentar tentang sang tokoh termasuk kawan dan
lawanya,dan ini memerlukan waktu yang cukup panjang.



Foto jurnalisme:majalah memasukan visual ke media massa dengan cara yang
tak pernah di pakai oleh buku.


Majalah konsumen


Katagori

majalah

yang

paling

mencolok

adalah

majalah

umum


(general,interest),yang tersedia dan dipajang di rak-rak toko dan juga bisa di
peroleh dengan berlangganan,biasanya majalah ini disebut majalah konsumen.
Jenis majalah di Indonesia


Majalah berita: tempo,majalah ini menyajikan ringkasan berita berdasarkan
katagori seperti persoalan nasionalis dan bisnis.



Majalah

wanita:kartin,majalah

,nasihatnya

untuk

ini


untuk

fasyen,moral,selera,dan

mengangkat

derajat

memasak.membuat

wanita
digemari

banyak orang.

4



Majalah pria:matra,majalah ini terkenal karena isinya yang bermutu sastra dan
fasyen juga menjadi aspek penting dalam isi majalah ini.



Majalah bersponsor:majalah ini guna mempromosikan lembaganya dan
menarik lebih banyak anggota.

Mengevaluasi majalah


Sirkulasi dan penerimaan iklan adalah ukuran dari kesuksesan profill
majalah,yang paling sulit adalah menemukan majalah yang secara regular
mewujudkan potensinya untuk mengkaji isu signifikan dan memberi
kontribusi abadi bagi untuk masyarakat yang luas.mengevaluasi majalah
dengan cara sebagai brikut:



Ukuran populis ukuran yang paling sukses adalah penerimaan iklan,pengiklan
menggunakan semua riset dan analisis canggih untuk menntukan kemana iklan
akan di tempatkan.



Ukuran

kualitas

suatu

majalah

yang

editorialnya

sering

mendapat

penghargaan,banyak yang menempelkan iklan pada majalah tersebut dan juga
sudah menjadi magnet di masyarakat.


Reader usage measure: alat yang di buat oleh industri majalah untuk menilai
pengalaman pembaca sebagai pedoman untuk mendisain majalah secara
konseptual dan pedoman untuk mengedit isi majalah.

Pengaruh perkembangan majalah terhadap industri majalah lokal di Indonesia
Melihat perkembangan majalah yang sudah ada sejak masa-masa awal
penerbitan pers, majalah hanya digunakan untuk penggerak massa melawan
pemerintahan yang tidak berpihak pada rakyat. Kemudian juga untuk penyebaran
ideologi, kebijakan, atau pun memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu.
Kemudian setelah konflik politik mengendur, pers muncul dengan lebih
liberal. Fokus majalah bergeser kearah bisnis dan mulai muncul konten umum yang
bertujuan meraih pasar seluas – luasnya dan menghasilkan keuntungan sebanyak –
banyaknya.
Di tengah trend majalah umum, majalah De Cranie berani berbeda dengan
menjadi majalah yang fokus menyuarakan aspirasi kaum kerani (pegawai
administrasi). Majalah ini terbit tahun 1914. Setelah itu, pada 1939 di Banjarmasin

5

terbit majalah dwimingguan Perintis yang membidik target khalayak spesifik, yakni
para supir. Namun kedua majalah tersebut berumur pendek (Junaedhie, 1995: 195).
Sekitar tahun 1993 gejala itu muncul lagi. Beberapa majalah terbitan baru
memiliki lingkup bahasan dan target pembaca yang lebih sempit yang disebut majalah
khusus. Melihat kecenderungan ini, menjelang abad ke-20, Jakob Oetama
meramalkan bahwa majalah khusus akan menjadi tren penerbitan selanjutnya. David
Sparkers (tenaga ahli biro Survey Research Indonesia) mengatakan hal itu didukung
oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah situasi ekonomi Indonesia yang
membaik, sehingga masyarakat rela mengeluarkan uang untuk membeli majalah.
Faktor kedua, lapisan piramida penduduk paling tebal saat itu adalah di kelompok
umur 15-19 tahun, di mana mereka dipandang mengenyam pendidikan layak, dan
oleh karena itu berpotensi menjadi pembaca atau pembeli.
Pada awalnya, industri majalah lokal cukup menjanjikan. Tetapi, sejak
dibebaskannya majalah asing masuk ke indonesia, peminat majalah lokal menurun
drastis. Pelonggaran peraturan dalam industri media cetak, membuat mudahnya
industri majalah di indonesia mendirikan franchise majalah asing di Indonesia.
Franchising (pewaralabaan) adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka
memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah
sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategsinya
dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahkan sistem franchise
dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan
managemen, keculai kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Bisnis
franchise masuk ke Indonesia sejak era 70-an, pertama kali dipelopori oleh masuknya
Shakey pisa, KFC, dan Busrger King.
Dapat kita lihat, dari anak-anak, remaja hingga dewasa, mereka lebih memilih
mambaca majalah franchise dari pada majalah lokal. Pada era 90-an, kita masih bisa
melihat anak kecil membaca majalah bobo, ina, ino, dll. Sejak majalah asing masuk
ke Indonesia, anak-anak lebih memilih membaca majalah princess. Begitu juga
dengan remaja dan dewasa. Mereka lebih memilih untuk membaca majalah franchise
asing seperti gogirl, cosmogirl, cosmopolitan, menshealth,dll, dibandingkan dengan
majalah lokal seperti femina, gadis, kartini, kawanku, dll. Sepertinya majalah lokal
saat ini sudah dianggap kuno untuk di konsumsi.
Walaupun isi dari majalah franchise yang berada di Indonesia berusaha untuk
menyesuaikan kebudayaan dan etika masyarakat Indonesia, namun pengaruh
6

kehadiran majalah franchise yang semakin menjamur dan dianggap sebagai lahan
segar dalam media cetak memiliki pengaruh besar terhadap perkembanganperkembangan hal-hal baru dan menjadi salah satu penentu opini public terhadap isi
dari majalah tersebut.
Contoh perbandingannya seperti terdapat dalam majalah local Gadis dengan
majalah franchise Go girl yang memilki segmentasi pasar yang sama yaitu remaja,
berdasarkan segi isi majalah Gadis lebih mengutamakan tips dan trik dalam
berpenampilan juga informasi-informasi penting dalam meraih sukses untuk kita
generasi muda, sementara Go girl yang memiliki isi lebih banyak tentang
perkembangan fashion dunia dan para selebritis mancanegara juga perkembangan
gossip-gosip terkini juga tips dan trik berpenampilan ala artis idola. Dapat dilihat
melalui contoh diatas, walaupun majalah local dan majalah franchise memiliki
segmentasi pasar yang sama, namun dari segi penyampaian dan isi yang terdapat
dalam tiap majalah tersebut memiliki perbedaan yang sangat mencolok dimana
budaya yang tempat asal majalh franchise tidak dapat dipungkiri dan memiliki
peranan besar dalam opini public yang terdapat di masyarakat Indonesia yang
semakin berkembang.
Dalam hal pernikahan contohnya, semakin banyaknya wanita karir yang juga
sebagai ibu rumah tangga selain itu mereka tidak lagi malu dalam membahas masalah
sex pada beberapa kesempatan pada rubric- rubric majalah. Karena banyaknya opini
yang menyatakan bahwa sudah saatnya wanita Indonesia menjadi wanita pintar yang
mandiri dan mampu mengemukakan pendapatnya. Hal ini sangat berpengaruh pada
penjualan majalah franchise yang semakin meningkat sedangkan penjualan majalah
local yang semakin menurun, karena dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan
masa. Kemudian contohnya pada hal fashion dimana banyak remaja Indonesia
berpenampilan mencontoh budaya amerika atau artis – artis Hollywood sehingga
banyak dari mereka yang berpenampilan lebih dewasa dari seharusnya.
Semua fenomena yang terjadi mengenai perkembangan majalah di Indonesia
dari masa ke masa hingga bebasnya majalah franchise masuk dan berkembang pesat
di Indonesia memiliki efek yang luar biasa terhadap perkembangan majalah local dan
pers dari majalah local tersebut. Dimana minat pembaca terhadap majalah franchise
yang dinilai memberikan informasi secara global dan berita terkini namun tetap
menyesuaikan pada budaya timur di Indonesia semakin meningkat pesat seiring

7

semakin menjamurnya majalah-majalah franchise lainnya yang masuk ke Indonesia
dengan spesialisasi khusus.
Semua itu memberikan efek besar terhadap industry majalah local di Indonesia
yang semakin sepi peminat seiring perkembangan industry media cetak, namun
kreatifitas dan kerja keras dituntut keras untuk dalam industry majalah local di
Indonesia. Dimana pada saat ini banyak majalah-majalah lokal terus memperbarui isi
dari majalah tersebut dengan variasi berita dan info yang semakin menarik, bahkan
dari segi kemasan dan ukuran majalah yang dibuat semenarik mungkin guna menarik
minat pembacanya. Contohnya seperti majalah Gadis yang merubah ukuran kemasan
majalah menjadi lebih kecil guna lebih praktis untuk para remaja. Dari segi isi pun,
majalah Gadis melakukan pembaruan berita dan informasi terkini yang mengikuti
perkembangan global.
B. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Kemudian dari perkembangan majalah tersebut, muncul majalah – majalah
internal di suatu institusi tertentu. Pada suatu institusi menggunakan majalah untuk
menginformasikan berita seputar institusi tersebut dimana penulis dan penerbit
majalah tersebut adalah bagian khusus di institusi tersebut. Berikut adalah contoh
penelitian mengenai majalah internal di suatu institusi: Efektivitas majalah “warta
keluarga djarum” sebagai wahana komunikasi internal perusahaan. Hasilnya
menunjukkann bahwa penggunaan majalah internal “warta keluarga djarum” di
perusahaan sudah cukup baik. Majalah memberikan informasi dengan nilai-nilai
positif kepada karyawan, memberikan berita internal terkait kegiatan perusahaan
maupun karyawan, dan memberikan inspirasi bagi karyawan dalam bekerja. (Nur
Dinna Utami. 2010. Efektivitas majalah “warta keluarga djarum” sebagai wahana
komunikasi internal perusahaan. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Bogor).
Hasil Survei Media Index yang dilakaukan Nielsen Media menunjukkan
penetrasi media cetak terhadap pembacanya semakin menurun sejak tahun 2005.
Nielsen Media Indonesia merupakan salah satu bagian dari AGB (Audits of Great
Britain) Nielsen yang memfokuskan diri pada studi mesin cetak radio dan periklanan
mengumumkan laporan hasil Survei Media dalam konferensi pers pada tahun 2009.
Survei tersebut meneliti perilaku konsumen terhadap media massa. Survei tersebut
menggunakan stratified random sampling, menggunakan wawancara pada 14.000
8

responden di 9 kota besar di Indonesia. Hasil dari survey membuktikan bahwa terjadi
penurunan pembaca Majalah dari tahun 2005 sebesar 20% dari total populasi menjadi
12% dari total populasi pada tahun 2009.
Setelah melihat dari perkembangan efektifitas majalah baik di Amerika
maupun di Indonesia yang menunjukkan bahwa majalah masih menjadi salah satu
media massa yang masih eksis dan masih menjadi media yang cukup efektif untuk
mendapatkan informasi. Dengan melihat perkembangan majalah yang ada di
Indonesia, dimana majalah di Indonesia dipengaruhi oleh majalah asing (franchise)
dan semakin mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu, kami
melakukan penelitian tentang efektifitas majalah pada kehidupan masyarakat saat ini.
Selain itu, kami juga ingin melihat di kalangan yang seperti apakah majalah masih
menjadi media yang masih banyak diminati sekarang ini.

BAB II
METODOLOGI

9

A.

JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk
menggambarkan dan mengungkap suatu masalah, keadaan, peristiwa, atau
mengungkap fakta secara lebih mendalam mengenai efektivitas majalah.
Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena mengenai efektivitas majalah di masyarakat.
Melalui penelitian ini, akan dideskripsikan secara kuantitatif mengenai
efektivitas majalah berdasarkan fakta-fakta di lapangan dan deskripsi subjek.
Penelitian ini juga dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala
yang diperoleh di lapangan. Penelitian kuantitatif sendiri adalah penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubunganhubungannya.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model-model
yang berhubungan dengan teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena yang terjadi di alam atau masyarakat. Analisis deskriptif kuantitatif
adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Pada penelitian kami terdapat 40 responden yang
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, minat akan
membaca majalah, cara memperoleh majalah, frekuensi membaca majalah,
biaya yang dihabiskan untuk membeli majalah, waktu untuk membaca majalah,
tujuan membaca majalah, manfaat membaca majalah dan bagian yang paling
disukai.
B. METODE PENGUMPULAN DATA
Pengambilan data dilakukan dengan survey kepada masyarakat. Alat
pengumpul data yang digunakan ialah kuesioner. Dalam kuesioner terdapat
sembilan pertanyaan. Pertanyaan tersebut meninjau: (1) minat partisipan dalam
membaca majalah, (2) cara mendapatkannya, (3) bentuk majalah yang sering
dikonsumsi (fisik atau online), (4) frekuensi dalam membeli majalah, (5) budget
yang dianggarkan untuk membeli majalah, (6) waktu untuk membaca majalah,
(7) tujuan membaca majalah, (8) manfaat yang didapat dari majalah, dan (9)
bagian yang disukai dari majalah.
10

Setelah mendapatkan persetujuan (informed consent) dari partisipan,
peneliti memberikan kuesioner dan memberikan waktu kepada partisipan untuk
menjawabnya. Setelah selesai dikerjakan, peneliti mengambil kembali lembar
kuesioner tersebut dan memastikan bahwa semua pertanyaan dijawab dengan
jelas oleh partisipan dan kemudian barulah memasukkan data yang sudah
terkumpul ke dalam tabel sebagai langkah pertama untuk mengklasifikasikan
atau mengkoding. Dalam pengkodingan, peneliti melihat sebaran seluruh
jawaban partisipan dan kemudian mulai membuat tema serta memasukkan
jawaban subjek yang sesuai dengan tema yang ada. Setelah menemukan tematema yang dimaksud, peneliti meminta pendapat dari beberapa peneliti lain
sebagai proses peminimalisiran subjektivitas yang tidak disadari peneliti.
Kemudian, peneliti mulai membuat hasil pentemaan ke dalam bentuk grafik dan
diagram yang mana hasil penelitian ini selanjutnya di deskripsikan dalam
bentuk laporan.
C. GAMBARAN UMUM RESPONDEN DALAM PENELITIAN
Partisipan terdiri dari berbagai usia mulai dari umur 8 tahun sampai 56
tahun. Semua partisipan bertempat tinggal di sekitar kota Yogyakarta dan
daerah Wonogiri. Beberapa partisipan bekerja sebagai PNS, wiraswasta dan
sebagainya, tapi ada pula partisipan yang dari kelompok tahap perkembangan
yang berbeda yang belum masih berstatus mahasiswa atau pelajar. Partisipan
yang ada memiliki latar belakang pendidikan yang beraneka ragam, mulai dari
SD sampai dengan S2. Semua partisipan sudah menandatangani informed
consent sebelum mengisi kuesioner. Berikut, diagram demografis partisipan
beserta deskripsi untuk mempermudah mendapatkan gambaran tentang
partisipan kami:

11

UMUR
6
5
4

Perempuan
Laki-laki

3
2
1
0

8

9 10 12 13 14 15 16 20 21 22 40 41 42 43 44 46 50 56

Seluruh koresponden penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 5
orang anak-anak yang berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang anak-anak yang
berjenis kelamin perempuan. 5 orang remaja berjenis kelamin laki-laki dan 5
orang remaja berjenis kelamin perempuan. 5 orang dewasa awal yang berjenis
kelamin laki-laki dan 5 orang remaja berjenis kelamin perempuan dan 5 orang
dewasa madya yang berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang remaja berjenis
kelamin perempuan. Dari diagram batang di atas dapat diketahui bahwa subjek
terbanyak berumur 20 tahun.

Pendidikan terakhir
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Pendidikan terakhir

TK

SD

SMP

SMA

D3

S1

S2

Dari 40 koresponden penelitian, diketahui bahwa terdapat 10 subjek
yang memiliki pendidikan terakhir di TK yang menggambarkan bahwa
subjek sedang menempuh bangku SD. Begitu pula pada partisipan yang
memiliki pendidikan terakhir S2, hal tersebut menandakan bahwa subjek
pernah melalui pendidikan di jenjang S2.

12

Pekerjaan
Pelajar

Mahasiswa

Wiraswasta

PNS

Tidak bekerja

5%
10%
10%
50%

25%

Pekerjaan partisipan yang mengerjakan kuesioner yang diberikan berbagai
macam mulai dari pelajar, mahasiswa, PNS, wiraswasta dan lain sebagainya. Seperti
yang ditunjukkan pada diagram, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
merupakan pelajar.
D. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan pentemaan dalam setiap jawaban yang diberikan
partisipan, kami menyajikan hasil pentemaan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
1.

Pertanyaan pertama tentang minat partisipan terhadap majalah

Minat Responden pada Majalah

35%
Suka
Tidak suka

65%

13

Dari 40 partisipan yang mengisi kuesioner, terdapat 65 % partisipan yang suka
untuk membaca majalah dan terdapat 35 % tidak suka membaca majalah. Dengan
kata lain, dari 40 partisipan dari beberapa tahap perkembangan terdapat 26 orang
diantaranya suka membaca majalah dan 14 lainnya tidak suka membaca majalah.
2.

Alasan partisipan untuk suka dan tidak suka

Alasan Suka / Tidak Suka Majalah
4%

28%

4%

2%

Malas
Bosan

9%

Tidak ada waktu
6%

Tidak Menarik
Hiburan
Menambah Pengetahuan
Menarik

47%

Banyak partisipan yang suka membaca majalah karena dapat menambah
pengetahuan dari majalah. Kemudian majalah yang dikemas secara menarik juga
menjadi salah satu faktor yang mendukung partisipan untuk menyukai majalah.
Beberapa responden menganggap bahwa membaca majalah sebagai hiburan.
Partisipaan yang suka membaca majalah lebih memberikan jawaban yang beragam
dengan partisipan lain yang juga suka membaca majalah. Berbeda dengan partisipan
yang tidak suka membaca majalah cenderung memberika jawaban yang beraneka
ragam, mulai dari faktor internal dari dalam diri partisipan (tidak suka membaca, tidak
ada waktu, bosan dan malas) dan faktor eksternal dari majalah itu sendiri (tidak
menarik).
Tema menambah pengetahuan, secara kesuluran didukung oleh jawaban dari
anak-anak dan remaja yang mana masih mendapatkan pengetahuan yang sesuai
dengan kelompok umur mereka. Selain itu, pelajar yang berada di SD & SMP masih
semangat untuk menambah pengetahuan mereka. Majalah yang disediakan untuk
14

pelajar pada tahap perkembangan tersebut juga lebih berfokus pada pendidikan
sehingga kebanyakan semuanya berisi pengetahuan yang disampaikan dengan cara
yang berbeda-beda untuk mengundang daya tarik pelajar. Berbeda dengan dua
kelompok umur lainnya, mahasiswa misalnya, orang tua dan majalah mecari
pengetahuan dari media massa lain. Sehingga membaca majalah yang lebih
diutamakan adalah hiburan bukan mencari pengetahuan.
3. Cara partisipan memperoleh majalah

Cara Memperoleh Majalah
25
Beli; 21
Meminjam; 19

20
15
10
Langganan; 5

5

Download; 2
0

Beli

Langganan

Meminjam

Download

Diagram di atas menunjukkan bahwa partisipan banyak memperoleh majalah
dengan cara membeli yaitu sebesar 45%. pentemaan membeli untuk partisipan yang
tidak langganan dan membeli secara ecer dan tidak ‘setia’ pada satu majalah saja.
Banyak partisipan yang membeli beberapa majalah yang berbeda. Terdapat 4%
partisipan yang memperoleh majalah dengan cara mendownload dari internet.
Pemilihan cara memperoleh majalah menjadi ciri khas bagi partisipan sendiri, ada
partisipan yang suka membaca majalah tapi tidak ingin mengeluarkan uangnya
sedikitpun sehingga partisipan tersebut meminjam dari teman-temannya yang
membeli. perlu ditekankan bahwa pentemaan meminjam melingkupi semua tempat
peminjaman yang memungkinkan misalnya ruang tunggu, perpustakaan dan teman.

15

4. Cara akses majalah

Cara Akses
Online; 21%

Fisik; 79%

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa banyak partisipan lebih suka
membaca majalah secara fisik. Ada pula yang menyukai kedua-duanya. Dari survey
ini, kami dapat memahami bahwa banyak partisipan yang menyebut majalah sebagai
buku. Sehingga terdapat generalisasi bentuk buku pada majalah yang menyebabkan
majalah yang sering dibaca dinamakan dengan buku. Beberapa partisipan memilih
untuk membaca secara online. Terdapat 21% partisipan yang mengakses majalah
dengan online seirama dengan jawaban partisipan ketika ditanya tentang cara
memperoleh majalah, yaitu 4% jawaban partisipan adalah download.
5. Frekuensi Membaca Majalah

Frekuensi Membaca Majalah
16

Mingguan; 15

14
12

Bulanan; 11

10
8
6
4
2

Tidak tentu; 6
Setiap Hari; 3

0
Setiap Hari

Tidak tentu

Mingguan

Bulanan

16

Dari hasil survey didapatkan bahwa banyak partisipan yang lebih menyukai
untuk membaca majalah permingguan misalnya 1 kali seminggu, 2 kali seminggu atau
3 kali seminggu. Terdapat 9% partisipan yang membaca majalah setiap hari karena
menyesuaikan dengan kebutuhan partisipan yang perlu bantuan dalam hal fashion
yang berbeda di setiap hari. Selain itu cukup banyak partisipan yang tidak tentu
membaca majalah, karena membaca hanya ketika perlu hiburan saja dan tidak setiap
minggu partisipan memilih untuk dihibur oleh majalah.
6. Biaya yang dikeluarkan untuk membaca majalah

Biaya yang Dikeluarkan
12
Rp. 10.000 - 50.000; 10

10
8

Tidak ada; 9
< Rp. 10.000; 7
Tidak tentu; 6

6
4

> Rp. 50.000; 3

2
0

< Rp. 10.000

Rp. 10.000 - 50.000

> Rp. 50.000

Tidak ada

Tidak tentu

Banyak partisipan yang mengeluarkan biaya bekisar Rp 10.000,00 sampai Rp
50.000,00. Tetapi cukup banyak pula jawaban partisipan yang menyatakan tidak
mengeluarkan biaya apapun, hal tersebut seirama dengan prosentase yang cukup besar
dari cara memperoleh majalah yaitu meminjam. Majalah yang dibawah Rp 10.000,00
banyak didapatkan oleh anak-anak yang mana tidak berisi berita yang berat melainkan
ke hal-hal yang lebih bersifat ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
sederhana.

17

7. Waktu yang dikeluarkan untuk membaca majalah

Waktu membaca majalah
3%
11%

Waktu Senggang
Hari Libur
Tidak tentu
Hari Kerja

14%

73%

Dalam membaca majalah, sedikit partisipan yang menjadikannya prioritas
utama. Partisipan paling banyak membaca pada saat waktu senggang. Pentemaan
waktu senggang di sini adalah ketika partisipan sedang tidak ada pekerjaan apapun.
Kemudian pada saat hari libur sebagai sarana untuk menghibur diri. Beberapa
partisipan membaca majalah pada hari kerja dan beberapa tidak tentu. Hal tersebut
dapat dipahami karena isi dari majalah bulanan misalnya tidak selalu mengupdate
berita setiap hari seperti halnya media massa yang lain.
8. Tujuan membaca majalah

Tujuan Membaca Majalah
Menambah Ilmu; 20%

Hiburan; 80%

18

Dari berbagai macam jawaban yang diberikan partisipan, kami hanya
menjadikan dua tema untuk semua jawaban yaitu sebagai saran menambah
pengetahuan dan sebagai hiburan. Menambah pengetahuan dijawab partisipan dengan
berbagai macam hal yang membuat partisipan dari keadaan tidak tahu menjadi tahu.
Misalnya tentang resep, artikel keluarga, ilmu pengetahuan teknologi dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk tema hiburan bekisar tentang fasilitas-fasilitas yang
tersedia di majalah seperti teka-teki silang, cerpen, komik dan lain sebagainyaa.
Hal tersebut juga tergantung pada sudut pandang partisipan. Partisipan
mungkin saja mendapatkan ilmu pengetahuan dari membaca komik yang ada di
majalah sehingga komik tidak menjadi sarana hiburan melainkan sebagai sumber
informasi. Walaupun demikian, 80% partisipan membaca majalah untuk menjadikan
dirinya lebih terhibur dengan segala penyajian majalah yang menarik.
9. Manfaat membaca majalah

Manfaat Membaca Majalah
35
Penerapan Ilmu; 29

30
25
20
15
10

Hiburan; 7

5
0

Penerapan Ilmu

Hiburan

Dari beberapa jawaban partisipan, dapat ditemakan meenjadi 3 bagian yaitu
pengetahuan, penerapan ilmu dan hiburan. Setelah membaca majalah partisipan dapat
menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa partisipan
merasa terhibur dengan membaca majalah. Bila ditinjau dari tujuan partisipan
membaca majalah, manfaat yang diperoleh partisipan cukup dapat memuaskan
tujuannya.
19

10. Bagian majalah yang disukai

Bagian yang Disukai
25
Cerita; 22
20
Informasi; 15

15
10

Hiburan; 10

5
0
Cerita

Iklan; 1
Iklan

Informasi

Hiburan

Dari pentemaan jawaban cerita memiliki tingkat tertinggi sebagai bagian
majalah yang paling disukai. Pentemaan cerita termasuk di dalamnya komik, cerita
pendek, cerita bersambung, dan informasi lain yang disampaikan dalam bentuk cerita.
Selain itu, terdapat tema hiburan seperti permainan, bonus topeng dsb yang
merupakan bagian dari majalag pula. Tidak banyak partisipan yang suka bagian iklan
dan beberapa partisipan cukup banyak yang suka bagian informasi yang berisi
pengetahuan seperti rubrik tanya jawab dan lain sebagainya.

20

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kebanyakan partisipan yang membaca majalah adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan di waktu senggang atau di waktu luang. Majalah masih menjadi media
massa yang diminati diberbagai kelompok umur. Penyajian majalah yang menarik dan
isi yang sesuai dengan kebutuhan membuat majalah tetap menjadi sarana untuk
menambah ilmu dan sebagai hiburan bagi pembacanya. Dengan penanganan yang
tepat pada isi dan daya tarik majalah, majalah masih menjadi media massa yang
efektif pada masa kini. Dengan kata lain, masih bisa menjangkau semua kalangan
kelompok umur.
Saran
Diharapkan agar peneliti selanjutnya mempertimbangkan jumlah dan kriteria
responden. Sehingga didapatkan hasil yang lebih representatif. Mencari referensi
tinjauan pustaka yang lebih banyak untuk mendukung suatu penelitian. Memperbaiki
kuesioner dengan menguji cobakan terlebih dahulu atau try out

kepada sample

kelompok responden yang memiliki kemiripan kriteria dengan responden.

21

Daftar pustaka
Baran, Stanley J. 2010. Introduction to Mass Communication Media Literacy
and Culture Sixth Edition. New York: McGraw Hill

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/07/16/16015757/survei.nielsen.pembaca.med
ia.cetak.makin.turun
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia online

22

Lampiran 1
FORM PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Kami selaku mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang
mengikuti mata kuliah Psikologi Media Masa memohon kepada anda untuk menjadi
partisipan dalam penelitian kami yang berjudul “Efektivitas Majalah Sebagai Media
Massa pada Masa Kini”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keefektivan
Majalah sebagai media massa di masyarakat pada masa kini. Oleh karena itu, kami
meminta partisipasi anda dalam pengisisan kuesioner.
Hasil dari penelitian ini akan kami serahkan kepada dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Media Masa. Kami menggunakan data kelompok sehingga nama
anda tidak akan dicantumkan ke dalam hasil penelitian. Penelitian ini tidak bersifat
memaksa sehingga anda berhak menolak untuk mengikuti penelitian ini.
Bila anda berkenan untuk berpartisipasi, maka anda dapat menandatangani
lembar persetujuan ini.

Yogyakarta,

November 2012

Partisipan

Peneliti

_______________

________________

23

24