Perbaikan Sistem Kerja Industri Kecil Da
1
Perbaikan Sistem Kerja Industri Kecil Dan Menengah (IKM)
Minyak Atsiri Untuk Peningkatan Produktivitas Berorientasi
Ekspor (Studi Kasus: UD. Anugerah, Wonosalam, Jombang)
Dina Aulia Pritawardhani, Dr. Ir. Srigunani Partiwi, M.T
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: [email protected] ; [email protected]
Abstrak—IKM Minyak Atsiri di Indonesia masih belum
mampu melakukan ekspor adalah tingkat produktivitas yang
masih fluktuatif. Hal ini juga terkait dengan kuantitas
minimal ekspor yang masih belum dapat dipenuhi oleh pelaku
IKM. Kendala yang terjadi pada keseluruhan IKM adalah
tingkat produktivitas IKM yang masih tidak stabil sehingga
menyebabkan kapasitas produksi yang dihasilkan masih
belum mencapai jumlah minimal ekspor yang diminta oleh
importir. Penelitian ini diselesaikan menggunakan metode
pengukuran
produktivitas
VALSAT
dan
OMAX,
perancangan sistem kerja, perencanaan fasilitas, dan
perhitungan Benefit Cost Ratio . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari proses penyulingan minyak atsiri sebagian besar
aktivitasnya yaitu sebesar 99.06% digunakan untuk non-value
adding activity yaitu jenis aktivitas storage. Dan untuk nilai
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) memiliki
nilai yang tidak stabil. Berturut-turut nilai pencapaian
indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan
Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01,
547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturutturut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25,
9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.Rekomendasi perbaikan
yang diusulkan adalah dengan melakukan efisiensi pada
proses penyulingan (improvement proses penyulingan dengan
menggunakan
peningkatan
tekanan
bertahap
saat
penyulingan). Dengan adanya penambahan mesin ini,
produktivitas IKM Minyak Atsiri dapat meningkat yang
terlihat dari output produksi sebesar 59.668 kg minyak atsiri
selama 6 bulan produksi.
Kata kunci—Industri Kecil dan Menengah, minyak atsiri,
produktivitas, Value Stream Analysis Tools, Objective Matrix .
I. PENDAHULUAN
NDUSTRI Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia
telah mendukung tingkat kesejahteraan bagi masyarakat
Indonesia sendiri. Hambatan bagi industri kecil dan
menengah ini sendiri sangat banyak agar tetap eksis di
dunia persaingan usaha. Maka dari itu, industri-industri
kecil dan menengah tersebut hendaknya lebih bisa menjaga
eksistensi mereka dalam persaingan usaha agar lebih
banyak menyejahterakan masyarakat dengan mengurangi
tingkat pengangguran yang ada.
Diketahui bahwa jumlah IKM kini telah mencapai 3,8
juta unit usaha dan telah menyumbangkan nilai ekspor
senilai 12 juta US dollar. Hal ini tentunya akan membantu
meningkatkan perekonomian negara. Berikut data
mengenai perkembangan potensi IKM mulai tahun 2005
hingga tahun 2009. Selain itu diketahui pula bahwa
kontribusi IKM pada PDB Industri Nasional adalah sebesar
32% [1]. Hal ini tentu membantu mendorong perekonomian
I
negara di saat dunia sedang mengalami krisis seperti
sekarang.
Banyak IKM yang masih mengalami kendala
untuk dapat melakukan ekspor ke luar negeri. Kendala yang
terjadi pada keseluruhan IKM adalah tingkat produktivitas
IKM yang masih tidak stabil sehingga menyebabkan
kapasitas produksi yang dihasilkan masih belum mencapai
jumlah minimal ekspor yang diminta oleh importir.
Penelitian ini difokuskan pada IKM minyak atsiri. Hal
ini dikarenakan Indonesia yang dikenal dunia sebagai
negara agrikultur dengan beragamnya tanaman yang
dimiliki, berpotensi untuk menjadi negara agroindustri yang
maju [2]. Salah satu komoditas yang dapat menjadi
komoditas utama Indonesia dalam perdagangan ekspor
agroindustri dan mendapatkan devisa tinggi adalah minyak
atsiri. Minyak atsiri ini dikenal dengan nama minyak eteris
atau minyak terbang yang dapat dihasilkan dari bagianbagian tanaman. Indonesia merupakan penghasil minyak
atsiri atau essential oil terbesar di dunia.
Kendala yang dialami untuk mengembangkan potensi
minyak atsiri adalah produktivitas yang masih rendah,
ketersediaan bahan baku yang minim, dan harga jual yang
tidak stabil. Selain itu terdapat pula masalah perancangan
sistem kerja IKM atsiri yang belum terstandarisasi secara
nasional. Beberapa hal yang masih belum distandarisasi
adalah mengenai perancangan proses kerja penyulingan
minyak atsiri serta standar waktu kerja dalam proses
penyulingan yang sangat berpengaruh terhadap jumlah atau
kuantitas minyak atsiri yang dihasilkan. Dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, dapat
digunakan metode yang sesuai yaitu perancangan sistem
kerja dan perencanaan produktivitas serta prinsip ergonomi
untuk memberikan perbaikan pada sistem kerja IKM guna
meningkatkan produktivitas dari produksi minyak atsiri
Indonesia.
II. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian ini terdiri dari lima tahapan
yaitu tahap pendahuluan, studi pendahuluan, tahap
pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisa data dan
tahap kesimpulan dan saran.
Pada tahap pendahuluan dilakukan identifikasi dan
perumusan masalah ini, penulis melakukan pengamatan
terhadap lantai produki pada IKM yang diamati. Pada
tahapan studi pendahuluan terdapat dua studi yang
dilakukan yaitu studi literatur dan studi lapangan atau
observasi lapangan. Pada tahapan studi literatur ini
1
2
mencakup studi terhadap beberapa jurnal dan penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan minyak atsiri,
produktivitas, perancangan sistem kerja, perencanaan
fasilitas, dan benefit cost ratio. Dari studi lapangan ini,
dapat dilakukan evaluasi mengenai hal-hal yang menjadi
faktor penyebab terjadinya permasalahan sehingga dapat
dilakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan kendala
tersebut.
Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data
primer dan sekunder. Pada tahap pengolahan data,
dilakukan pengolahan value stream analysis tools
(VALSAT), pengukuran produktivitas dengan objective
matrix (OMAX), perancangan alternatif perbaikan,
pengukuran hasil penerapan alternatif perbaikan, pemilihan
alternatif perbaikan, dan pengukuran dampak penerapan
alternatif perbaikan terpilih.
A.
TAHAP PENGOLAHAN VALSAT
Pada tahapan ini dilakukan pengolahan value stream
analysis tools (VALSAT) untuk identifikasi waste yang
terdapat pada lantai produksi.
B.
Stream Analysis Tools). Cara perhitungannya adalah hasil
dari rata-rata resiko biaya waste dikalikan dengan besar
pemborosan yang terdapat pada matrik VALSAT [3]. Dan
diperoleh hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Bobot Detail Mapping Tools VALSAT
Dari tabel 3.1 didapat tiga matriks yang skornya
tertinggi adalah Process Activity Mapping , Supply Chain
Response matrix, dan Demand amplification mapping.
Detail mapping disini dilakukan dengan menggunakan tools
process activity mapping.
Tabel 3.2 Process Activity Mapping IKM
TAHAP PENGUKURAN PRODUKTIVITAS (OMAX)
Pada tahapan pengukuran produktivitas dengan
metode objective matrix dilakukan perhitungan nilai
indikator pencapaian performansi dan indeks produktivitas
untuk mengetahui nilai produktivitas dan melakukan
perbaikan dengan memperhatikan kriteria produktivitas
yang telah diukur.
C.
TAHAP
PERANCANGAN
ALTERNATIF
PERBAIKAN
Pada tahapan ini diusulkan dan dirancang alternatifalternatif perbaikan yang dapat memperbaiki produktivitas
IKM sehingga IKM dapat memenuhi permintaan ekspor
dari pasar global minyak atsiri.
D.
TAHAP PENGUKURAN HASIL PENERAPAN
ALTERNATIF PERBAIKAN
Pada tahapan ini dilakukan pengukuran hasil
penerapan alternatif perbaikan agar dapat diketahui apakah
alternatif perbaikan dapat meningkatkan produktivitas IKM
sehingga layak untuk diterapkan.
E.
TAHAP PEMILIHAN ALTERNATIF PERBAIKAN
Pada tahapan ini dilakukan pemilihan alternatif
perbaikan yang akan diterapkan dengan menggunakan
metode benefit cost ratio untuk melihat nilai
kebermanfaatan dari alternatif perbaikan yang dirancang.
F.
TAHAP PERHITUNGAN DAMPAK PENERAPAN
ALTERNATIF TERPILIH
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan peranan
IKM jika menerapkan alternatif perbaikan terpilih pada
industri minyak atsiri Indonesia.
Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Hasil pengukuran produktivitas dengan OMAX
menghasilkan matriks OMAX [4]. Dari matriks OMAX
yang dihasilkan, didapatkan nilai indeks prdouktivitas yang
tidak stabil atau fluktuatif. Berturut-turut nilai pencapaian
indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan
Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01,
547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturutturut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25,
9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.
Untuk nilai indikator pencapaian dan indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri pada periode Juli hingga
Desember dapat dilihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Indikator Pencapaian
600.00
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
Indikator
Pencapaian
0.00
III. HASIL DAN DISKUSI
Pengolahan Value Stream Analysis Tool (VALSAT)
Digunakan untuk memilih pemetaan yang tepat
dalam value stream dengan menggunakan VALSAT (Value
Gambar 3.1 Nilai Indikator Pencapaian IKM Minyak Atsiri
2
3
Nilai Indeks Produktivitas
80.00
60.00
45,25
Axis Title
40.00
20.00
9,07
Nilai Indeks
Produktivitas
0.00
-20.00
-40.00
Periode
Gambar 3.2 Nilai Indeks Produktivitas IKM Minyak
Atsiri
Berdasar kedua grafik diatas, diketahui bahwa nilai
indikator pencapaian dan indeks produktivitas IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) ini memiliki nilai yang
fluktuatif atau tidak stabil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
adanya faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh
pihak IKM seperti ketersediaan bahan baku, harga beli
bahan baku, serta harga jual minyak atsiri yang berhak
ditentukan oleh pembeli. Selain faktor eksternal yang tidak
dapat dikendalika, terdapat faktor internal yang masih
dapat
dikendalikan
untuk
memperbaiki
tingkat
produktivitas IKM yaitu sistem kerja yang digunakan.
Faktor ini masih dapat dikendalikan dengan melakukan
perbaikan sistem kerja sehingga nilai produktivitas IKM
dapat meningkat sesuai target yang diharapkan.
Perancangan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja
Perbaikan sistem kerja yang dapat diusulkan antara
lain meliputi bagaimana IKM dapat meningkatkan output
produksi dalam waktu yang lebih singkat sehingga nilai
produktivitas dan efisiensi IKM pun meningkat sesuai
target. Berikut merupakan alternatif perbaikan yang dapat
diusulkan.
a. Efisiensi Proses Penyulingan Minyak Atsiri
Alternatif perbaikan sistem kerja 1 disini merupakan
perbaikan yang lebih fokus pada peningkatan efisiensi pada
IKM. Efisiensi disini dilakukan dengan melakukan
improvement pada proses penyulingan yaitu dengan
menggunakan tekanan pada penyulingan yang meningkat
bertahap. Diketahui dari penelitian yang dilakukan
Widiahtuti [5], dengan dilakukan peningkatan tekanan dari
0,5 bar menjadi 1 bar akan menambah perolehan minyak
sebanyak 305,6 gram. Peningkatan tekanan dari 1 bar
menjadi 1,5 bar akan menambah perolehan minyak
sebanyak 524,8 gram. Sehingga didapatkan total
penambahan hasil produksi minyak atsiri yaitu sebesar
0.8304 kg setiap penyulingan. Pada Tabel 3.3 dapat dilihat
peningkatan yang didapatkan dengan melakukan efisiensi
atau penerapan alternatif 1. Dari hasil perhitungan dampak
penerapan alternatif 1 ini, didapatkan bahwa kenaikan
output produksi adalah sebesar 56%. Hal ini dikarenakan,
berkurangnya waktu proses produksi dimana hanya
dibutuhkan waktu 6 jam sehingga hal ini dapat membuat
IKM dapat melakukan penyulingan sebanyak 3 kali dalam
sehari.
b. Penambahan Jumlah Mesin dan Operator yang
Dibutuhkan
Perhitungan jumlah mesin dan operator yang
dibutuhkan diawali dengan penetapan waktu standar proses
kerja yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
kapasitas dan jumlah mesin [6]. Waktu standar diperoleh
dari pengumpulan data waktu proses kerja sebanyak 30
data. Dan perhitungan untuk jumlah mesin yang dibutuhkan
adalah:
N
11.37 277.78
60
10 0.83
N 6.3421
(4.7)
(4.8)
N 7
(4.9)
Dari perhitungan jumlah mesin, didapatkan bahwa
untuk peningkatan produktivitas, IKM sebaiknya
menambahkan jumlah mesin sebanyak 2 buah.
Tabel 3.3 Perubahan Hasil Output Produksi
c. Perencanaan Tata Letak IKM
Alternatif perbaikan ini diusulkan untuk dapat
mengurangi waste yang terjadi seperti transport. Perbaikan
layout dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode
prosedural Systematic Layout Planning (SLP) [7]. Diawali
dengan membuat diagram ARC, kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan diagram ARD dan visualisasi SRD [8],
tata letak IKM perbaikan adalah sebagai berikut.
Gambar 3.3 Tata Letak IKM Perbaikan
Pengukuran Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Setelah terdapat beberapa alternatif perbaikan sistem
kerja yang dapat diusulkan untuk memperbaiki tingkat
produktivitas pada IKM, langkah selanjutnya adalah
perhitungan jika alternatif perbaikan sistem kerja tersebut
diterapkan pada IKM.
a. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Sistem Kerja 1
Dari hasil perhitungan dampak penerapan alternatif
1 ini, didapatkan bahwa kenaikan output produksi adalah
sebesar 56%. Berikut merupakan grafik yang dapat
menggambarkan berapa banyak peningkatan output
3
4
produksi yang dapat dicapai apabila alternatif perbaikan
sistem kerja 1 diterapkan.
BCR adalah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi
proyek-proyek sebagai cara praktis untuk menaksir manfaat
dari dilaksanakannya suatu proyek.
a. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 1
Berikut merupakan penjabaran masing-masing
komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan
pada Tabel 3.7 hingga Tabel 3.8.
Tabel 3.7 Asumsi yang Digunakan Alternatif 1
Gambar 3.4 Perbandingan Output Produksi Eksisting
dan Perbaikan
b. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Sistem Kerja 2
Alternatif perbaikan sistem kerja 1 yaitu
penambahan jumlah mesin sebanyak 2 buah memberikan
peningkatan performansi setiap kriteria produktivitas, serta
peningkatan nilai indikator pencapaian dan indeks
produktivitas.
Asumsi
MARR / th
Output Produksi / th (kg)
Harga Jual Produk / kg
I (Investasi Awal) :
6.50%
59,668
Rp100,000
Rp0
Tabel 3.8 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 1
Tabel 3.4 Performansi Kriteria Produktivitas Setelah
Perbaikan
Material
Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Sebelum
1.72
1.14
1.08
2.48
2.23
2.28
Mesin
Sesudah
1.85
1.36
1.61
3.04
2.49
2.55
Jam Kerja
Biaya Listrik
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
11.25
11.25
9.37
9.37
2069.08 2069.08
11.70
11.70
9.75
9.75
2284.165 2284.165
11.05
11.89
9.20
11.57 2155.984 2711.113
10.79
11.89
8.99
11.57
1984.44 2555.558
10.16
11.89
8.47
11.57
1463.52
2000
8.87
11.89
7.39
11.57
1276.8
2000
Tabel 3.5 Performansi Kriteria Produktivitas Setelah
Perbaikan
No
1
2
3
4
5
6
Periode
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Indikator Pencapaian
Sebelum
Sesudah
435.74
435.74
475.26
475.26
323.01
621.71
547.78
866.98
382.49
820.51
305.57
836.67
Indeks
Sebelum Sesudah
45.25
45.25
9.07
9.07
-32.04
30.81
69.59
39.45
-30.18
-5.36
-20.11
1.97
c. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Sistem Kerja 3
Alternatif perbaikan sistem kerja 2 disini merupakan
alternatif perencanaan tata letak atau layout IKM yang
bertujuam untuk dapat mengurangi tingkat waste dari sisi
transport sehingga tingkat produktivitas IKM pun juga
meningkat. Jika alternatif 2 ini diterapkan maka terdapat
perbaikan yaitu pada value stream mapping IKM. Selain
itu, dengan diterapkannya alternatif 2 ini terjadi perubahan
pada prosentase jenis aktivitas yang ada pada IKM.
Didapatkan nilai BCR dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja 1 adalah sebesar 17.82. Dikarenakan
nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik
dan arti dari nilai BCR = 17.82 adalah setiap Rp 1 biaya yg
dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 17.82
b. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 2
Berikut merupakan penjabaran masing-masing
komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan
pada Tabel 3.9 hingga Tabel 3.10.
Tabel 3.9 Asumsi yang Digunakan Alternatif 2
Asumsi
MARR / th
Output Produksi / th (kg)
Harga Jual Produk / kg
I (Investasi Awal) : 2 mesin penyuling
6.50%
47,101
Rp100,000
Rp100,000,000
Tabel 3.10 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 2
Tabel 3.6 Prosentase Jenis Aktivitas
Total Waktu (jam)
Prosentase
Operasi Transportasi Inspeksi Storage
9.5
0.833
1
1200
0.78%
0.069%
0.08% 99.06%
Delay
0
0.00%
Pemilihan Alternatif Perbaikan
Pada pemilihan alternatif perbaikan sistem kerja ini,
kedua alternatif diukur nilai manfaat yang diberikan kepada
IKM apabila diterapkan. Untuk mengetahui nilai manfaat
dari kedua alternatif ini makan digunakan metode
perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio atau BCR).
Nilai BCR yang didapat dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja 2 adalah sebesar 12.86. Dikarenakan
nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik
dan arti dari nilai BCR = 12.86 adalah setiap Rp 1 biaya yg
dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 12.86.
4
5
c. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 3
Berikut merupakan penjabaran masing-masing
komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan
pada Tabel 3.11 hingga Tabel 3.12.
Nilai
Peranan IKM Minyak Atsiri Wonosalam Eksisting Ekspor
IKM
Eksisting
1%
Tabel 3.11 Asumsi yang Digunakan Alternatif 3
Asumsi
MARR / th
Output Produksi / th (kg)
Harga Jual Produk / kg
I (Investasi Awal) : layout baru
6.50%
38,284
Rp100,000
Rp50,000,000
Tabel 3.12 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 3
Nilai Ekspor
Minyak Atsiri
Seluruh
Indonesia
100%
Gambar 3.5 Prosentase Peranan IKM Eksisting terhadap Ekspor
Indonesia
Nilai BCR yang didapat dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja 3 adalah sebesar 4.95. Dikarenakan
nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik
dan arti dari nilai BCR = 4.95 adalah setiap Rp 1 biaya yg
dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 4.95.
Setelah nilai BCR ketiga alternatif diperoleh,
langkah selanjutnya adalah pemilihan alternatif terbaik
untuk diterapkan pada IKM Minyak Atsiri (UD.
Anugerah). Dari perhitungan BCR, didapatkan nilai BCR
pada alternatif 1 sebesar 17.82, alternatif 2 sebesar 12.86
dan pada alternatif 3 sebesar 4.95. Dengan demikian,
diketahui bahwa alternatif perbaikan sistem kerja 1
memberikan nilai manfaat paling besar pada IKM dimana
produktivitas dan output produksi dapat meningkat.
Alternatif 1 dapat memberikan nilai manfaat yang lebih
besar dikarenakan dengan melakukan efisiensi yaitu
improvement pada proses produksi (penggunaan tekanan
yang meningkat bertahap), produktivitas IKM pun ikut
meningkat diiringi dengan meningkatnya hasil atau output
produksi. Oleh karena itu, maka alternatif perbaikan sistem
kerja yang terpilih untuk diterapkan adalah alternatif
perbaikan sistem kerja 1 yaitu efisiensi proses penyulingan
Dampak Penerapan Alternatif Perbaikan Terpilih
Sebelum melihat dampak penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja pada beberapa IKM Minyak Atsiri
di Wonosalam, Jombang, maka perlu ditinjau terlebih
dahulu kondisi eksisting nilai produksi IKM jika IKM
melakukan ekspor.
Tabel 3.13 Peranan IKM Minyak Atsiri Eksisting terhadap
Ekspor Indonesia
Dengan adanya penerapan alternatif perbaikan
sistem kerja terpilih yaitu melakukan efisiensi pada proses
penyulingan, maka produktivitas IKM akan meningkat
yang diiringi dengan meningkatnya output produksi.
Berdasarkan perhitungan dengan efisiensi proses
penyulingan yang dapat meningkatkan output produksi
sebesar 56%, IKM akan menghasilkan minyak atsiri
cengkeh sebanyak 59.668 kg selama 6 bulan produksi.
Apabila ini dapat diterapkan pada IKM amatan, maka IKM
Minyak Atsiri ini dapat melakukan ekspor ke luar negeri.
Pada Tabel 5.10 dan Gambar 5.6 dapat dilihat nilai peranan
IKM Minyak Atsiri setelah diperbaiki dengan
menggunakan alternatif perbaikan sistem kerja 1.
Tabel 3.14 Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah Perbaikan
terhadap Ekspor Indonesia
Dapat dilihat pada Gambar 5.6, bahwa IKM Minyak
Atsiri yang berada di Wonosalam, Jombang memiliki
peranan dalam mendukung nilai ekspor minyak atsiri
Indonesia sebesar 2%. Hal ini tentu saja harus diperhatikan
lebih lanjut oleh pihak-pihak yang terkait agar ke depannya
Indonesia tidak kehilangan kesempatan untuk melakukan
ekspor dalam jumlah yang besar. Selain itu, potensi sebesar
2% tersebut dirasa masih dapat dikembangkan lagi apabila
pemerintah dan pihak-pihak yang concern terhadap dunia
minyak atsiri mau bekerja lebih keras untuk meningkatkan
produktivitas di skal Industri Kecil dan Menengah.
Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah
Perbaikan
Nilai
Ekspor
Peranan
IKM
2%
Nilai Ekspor
Minyak
Atsiri
Seluruh
Indonesia
100%
Gambar 3.6 Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah Perbaikan
5
6
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
antara lain yaitu:
1. Waste yang terdapat pada IKM Minyak Atsiri (UD.
Anugerah) yaitu waiting, transportation , motion, dan
unnecessary inventory. Dari evaluasi dengan tools
VALSAT, ditemukan bahwa proses penyulingan
minyak atsiri sebagian besar aktivitasnya yaitu sebesar
99.41% digunakan untuk non-value adding activity
yaitu jenis aktivitas storage. Jenis aktivitas ini tidak
dapat dihilangkan begitu saja dari proses produksi. Oleh
karena itu, perbaikan untuk mengurangi waste
difokuskan pada jenis waste transportation sehingga
dapat mengurangi waktu proses kerja.
2. Produktivitas pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah)
dihitung berdasarkan kriteria produktivitas antara lain
yaitu meliputi kriteria penggunaan bahan baku,
penggunaan mesin, penggunaan jam kerja operator, dan
penggunaan listrik. Nilai produktivitas pada IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) memiliki nilai yang
tidak stabil dikarenakan oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi
ketidakstabilan produktivitas IKM antara lain seperti
ketersediaan bahan baku, harga jual minyak atsiri, dan
harga beli daun cengkeh. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi produktivitas IKM adalah sistem kerja
pada IKM itu sendiri. Nilai produktivitas yang tidak
stabil ini dapat diatasi dengan memperbaiki faktor
internal yaitu sistem kerja.
3. Dari hasil perhitungan produktivitas dengan metode
OMAX, berturut-turut nilai pencapaian indikator IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan Juli hingga
Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01, 547.78,
382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah)
berturut-turut mulai bulan Juli hingga Desember 2012
adalah 45.25, 9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.
4. Dengan memperbaiki sistem kerja, nilai produktivitas
IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat meningkat.
Peningkatan untuk indikator pencapaian mulai bulan
Juli hingga Desember 2012 jika IKM Minyak Atsiri
(UD. Anugerah) menerapkan alternatif perbaikan sistem
kerja 2 adalah 325.74, 475.26, 621.71, 866.98, 820.51,
dan 836.67. Untuk nilai indeks produktivitas setelah
perbaikan sistem kerja mulai bulan Juli hingga
Desember 2012 adalah 45.25, 9.07, 30.81, 39.45, -5.36,
dan 1.97. Dengan penerapan alternatif perbaikan sistem
kerja, didapatkan bahwa nilai produktivitas IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat meningkat dan
menjadi lebih stabil.
5. Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan pada
IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) adalah melakukan
efisiensi pada proses penyulingan (improvement proses
penyulingan dengan menggunakan peningkatan tekanan
bertahap saat penyulingan). Dengan adanya penerapan
alternatif ini, nilai output produksi IKM Minyak Atsiri
(UD. Anugerah) dapat mencapai 59.668 kg minyak
atsiri selama 6 bulan produksi. Hal ini juga dapat
digambarkan bahwa terjadi peningkatan output
produksi sebesar 56% dari kondisi semula. Selain itu,
dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja ini,
IKM akan mendapat nilai manfaat sebesar 17.82. Dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja ini, nilai output produksi IKM
dapat meningkat begitu pula dengan tingkat
produktivitas IKM yang meningkat dan memiliki nilai
konstan atau stabil. Dengan demikian, IKM Minyak
Atsiri (UD. Anugerah) dapat melakukan ekspor ke luar
negeri tanpa terkendala minimal kuantitas ekspor dan
dapat meningkatkan profit usaha yang dijalankan.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ditjen-Ikm. (2012). Program Kerja Ditjen Industri
Kecil Dan Menengah Tahun 2012 [Online].
Available:
Http://Www.Google.Co.Id/Url?Sa=T&Rct=J&Q=
&Esrc=S&Source=Web&Cd=1&Ved=0cbwqfjaa
&Url=Http%3a%2f%2fwww.Kemenperin.Go.Id%
2fdownload%2f415%2fprogram-Kerja-DitjenIkm-Tahun2012&Ei=Kfogukyad4rtrqerlyggag&Usg=Afqjcne
xzm-Ukkfohxpy7Msq5qdtg346g&Sig2=Uqduxa5pzn2xoq8jz-Msug
[Accessed 14 November 2012].
[2] Economywatch. (2010). Indonesia Economic Structure
[Online].
Available:
Http://Www.Economywatch.Com/World_Econom
y/Indonesia/Structure-Of-Economy.Html
[Accessed 28 Oktober 2012].
[3] Hines, P. & Rich, N. (1997). The Seven Value Stream
Mapping Tools. International Journal of
Operations & Production Management, Vol. 17
Iss: 1, pp.46 – 64
[4] Summanth, D.J. (1985). Productivity Engineering and
Management. New York: McGraw-Hill.
[5] Widiahtuti, I. (2008). Efisiensi Energi dan Uji Kinerja
Prototipe Alat Penyulingan Minyak Nilam. Institut
Pertanian
Bogor.
[Online].
Available:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/13419/F08iwi.pdf?sequence=2 [Accesed 25
Januari 2013].
[6] Wignjosoebroto, S. (2000). Ergonomi Studi Gerak Dan
Waktu: Teknik Analisis Untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja . Jakarta: PT Guna Widya.
[7] Heragu, S. (2006). Facilities Design (Second Edition),
New York : iUniverse, Inc.
[8] Wignjoesoebroto, S. (2008). Teknik Tata Cara Dan
Pengukuran Kerja . Surabaya: Guna Widya.
6
Perbaikan Sistem Kerja Industri Kecil Dan Menengah (IKM)
Minyak Atsiri Untuk Peningkatan Produktivitas Berorientasi
Ekspor (Studi Kasus: UD. Anugerah, Wonosalam, Jombang)
Dina Aulia Pritawardhani, Dr. Ir. Srigunani Partiwi, M.T
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: [email protected] ; [email protected]
Abstrak—IKM Minyak Atsiri di Indonesia masih belum
mampu melakukan ekspor adalah tingkat produktivitas yang
masih fluktuatif. Hal ini juga terkait dengan kuantitas
minimal ekspor yang masih belum dapat dipenuhi oleh pelaku
IKM. Kendala yang terjadi pada keseluruhan IKM adalah
tingkat produktivitas IKM yang masih tidak stabil sehingga
menyebabkan kapasitas produksi yang dihasilkan masih
belum mencapai jumlah minimal ekspor yang diminta oleh
importir. Penelitian ini diselesaikan menggunakan metode
pengukuran
produktivitas
VALSAT
dan
OMAX,
perancangan sistem kerja, perencanaan fasilitas, dan
perhitungan Benefit Cost Ratio . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari proses penyulingan minyak atsiri sebagian besar
aktivitasnya yaitu sebesar 99.06% digunakan untuk non-value
adding activity yaitu jenis aktivitas storage. Dan untuk nilai
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) memiliki
nilai yang tidak stabil. Berturut-turut nilai pencapaian
indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan
Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01,
547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturutturut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25,
9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.Rekomendasi perbaikan
yang diusulkan adalah dengan melakukan efisiensi pada
proses penyulingan (improvement proses penyulingan dengan
menggunakan
peningkatan
tekanan
bertahap
saat
penyulingan). Dengan adanya penambahan mesin ini,
produktivitas IKM Minyak Atsiri dapat meningkat yang
terlihat dari output produksi sebesar 59.668 kg minyak atsiri
selama 6 bulan produksi.
Kata kunci—Industri Kecil dan Menengah, minyak atsiri,
produktivitas, Value Stream Analysis Tools, Objective Matrix .
I. PENDAHULUAN
NDUSTRI Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia
telah mendukung tingkat kesejahteraan bagi masyarakat
Indonesia sendiri. Hambatan bagi industri kecil dan
menengah ini sendiri sangat banyak agar tetap eksis di
dunia persaingan usaha. Maka dari itu, industri-industri
kecil dan menengah tersebut hendaknya lebih bisa menjaga
eksistensi mereka dalam persaingan usaha agar lebih
banyak menyejahterakan masyarakat dengan mengurangi
tingkat pengangguran yang ada.
Diketahui bahwa jumlah IKM kini telah mencapai 3,8
juta unit usaha dan telah menyumbangkan nilai ekspor
senilai 12 juta US dollar. Hal ini tentunya akan membantu
meningkatkan perekonomian negara. Berikut data
mengenai perkembangan potensi IKM mulai tahun 2005
hingga tahun 2009. Selain itu diketahui pula bahwa
kontribusi IKM pada PDB Industri Nasional adalah sebesar
32% [1]. Hal ini tentu membantu mendorong perekonomian
I
negara di saat dunia sedang mengalami krisis seperti
sekarang.
Banyak IKM yang masih mengalami kendala
untuk dapat melakukan ekspor ke luar negeri. Kendala yang
terjadi pada keseluruhan IKM adalah tingkat produktivitas
IKM yang masih tidak stabil sehingga menyebabkan
kapasitas produksi yang dihasilkan masih belum mencapai
jumlah minimal ekspor yang diminta oleh importir.
Penelitian ini difokuskan pada IKM minyak atsiri. Hal
ini dikarenakan Indonesia yang dikenal dunia sebagai
negara agrikultur dengan beragamnya tanaman yang
dimiliki, berpotensi untuk menjadi negara agroindustri yang
maju [2]. Salah satu komoditas yang dapat menjadi
komoditas utama Indonesia dalam perdagangan ekspor
agroindustri dan mendapatkan devisa tinggi adalah minyak
atsiri. Minyak atsiri ini dikenal dengan nama minyak eteris
atau minyak terbang yang dapat dihasilkan dari bagianbagian tanaman. Indonesia merupakan penghasil minyak
atsiri atau essential oil terbesar di dunia.
Kendala yang dialami untuk mengembangkan potensi
minyak atsiri adalah produktivitas yang masih rendah,
ketersediaan bahan baku yang minim, dan harga jual yang
tidak stabil. Selain itu terdapat pula masalah perancangan
sistem kerja IKM atsiri yang belum terstandarisasi secara
nasional. Beberapa hal yang masih belum distandarisasi
adalah mengenai perancangan proses kerja penyulingan
minyak atsiri serta standar waktu kerja dalam proses
penyulingan yang sangat berpengaruh terhadap jumlah atau
kuantitas minyak atsiri yang dihasilkan. Dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, dapat
digunakan metode yang sesuai yaitu perancangan sistem
kerja dan perencanaan produktivitas serta prinsip ergonomi
untuk memberikan perbaikan pada sistem kerja IKM guna
meningkatkan produktivitas dari produksi minyak atsiri
Indonesia.
II. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian ini terdiri dari lima tahapan
yaitu tahap pendahuluan, studi pendahuluan, tahap
pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisa data dan
tahap kesimpulan dan saran.
Pada tahap pendahuluan dilakukan identifikasi dan
perumusan masalah ini, penulis melakukan pengamatan
terhadap lantai produki pada IKM yang diamati. Pada
tahapan studi pendahuluan terdapat dua studi yang
dilakukan yaitu studi literatur dan studi lapangan atau
observasi lapangan. Pada tahapan studi literatur ini
1
2
mencakup studi terhadap beberapa jurnal dan penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan minyak atsiri,
produktivitas, perancangan sistem kerja, perencanaan
fasilitas, dan benefit cost ratio. Dari studi lapangan ini,
dapat dilakukan evaluasi mengenai hal-hal yang menjadi
faktor penyebab terjadinya permasalahan sehingga dapat
dilakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan kendala
tersebut.
Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data
primer dan sekunder. Pada tahap pengolahan data,
dilakukan pengolahan value stream analysis tools
(VALSAT), pengukuran produktivitas dengan objective
matrix (OMAX), perancangan alternatif perbaikan,
pengukuran hasil penerapan alternatif perbaikan, pemilihan
alternatif perbaikan, dan pengukuran dampak penerapan
alternatif perbaikan terpilih.
A.
TAHAP PENGOLAHAN VALSAT
Pada tahapan ini dilakukan pengolahan value stream
analysis tools (VALSAT) untuk identifikasi waste yang
terdapat pada lantai produksi.
B.
Stream Analysis Tools). Cara perhitungannya adalah hasil
dari rata-rata resiko biaya waste dikalikan dengan besar
pemborosan yang terdapat pada matrik VALSAT [3]. Dan
diperoleh hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Bobot Detail Mapping Tools VALSAT
Dari tabel 3.1 didapat tiga matriks yang skornya
tertinggi adalah Process Activity Mapping , Supply Chain
Response matrix, dan Demand amplification mapping.
Detail mapping disini dilakukan dengan menggunakan tools
process activity mapping.
Tabel 3.2 Process Activity Mapping IKM
TAHAP PENGUKURAN PRODUKTIVITAS (OMAX)
Pada tahapan pengukuran produktivitas dengan
metode objective matrix dilakukan perhitungan nilai
indikator pencapaian performansi dan indeks produktivitas
untuk mengetahui nilai produktivitas dan melakukan
perbaikan dengan memperhatikan kriteria produktivitas
yang telah diukur.
C.
TAHAP
PERANCANGAN
ALTERNATIF
PERBAIKAN
Pada tahapan ini diusulkan dan dirancang alternatifalternatif perbaikan yang dapat memperbaiki produktivitas
IKM sehingga IKM dapat memenuhi permintaan ekspor
dari pasar global minyak atsiri.
D.
TAHAP PENGUKURAN HASIL PENERAPAN
ALTERNATIF PERBAIKAN
Pada tahapan ini dilakukan pengukuran hasil
penerapan alternatif perbaikan agar dapat diketahui apakah
alternatif perbaikan dapat meningkatkan produktivitas IKM
sehingga layak untuk diterapkan.
E.
TAHAP PEMILIHAN ALTERNATIF PERBAIKAN
Pada tahapan ini dilakukan pemilihan alternatif
perbaikan yang akan diterapkan dengan menggunakan
metode benefit cost ratio untuk melihat nilai
kebermanfaatan dari alternatif perbaikan yang dirancang.
F.
TAHAP PERHITUNGAN DAMPAK PENERAPAN
ALTERNATIF TERPILIH
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan peranan
IKM jika menerapkan alternatif perbaikan terpilih pada
industri minyak atsiri Indonesia.
Pengukuran Produktivitas dengan Objective Matrix
Hasil pengukuran produktivitas dengan OMAX
menghasilkan matriks OMAX [4]. Dari matriks OMAX
yang dihasilkan, didapatkan nilai indeks prdouktivitas yang
tidak stabil atau fluktuatif. Berturut-turut nilai pencapaian
indikator IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan
Juli hingga Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01,
547.78, 382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) berturutturut mulai bulan Juli hingga Desember 2012 adalah 45.25,
9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.
Untuk nilai indikator pencapaian dan indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri pada periode Juli hingga
Desember dapat dilihat Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Indikator Pencapaian
600.00
500.00
400.00
300.00
200.00
100.00
Indikator
Pencapaian
0.00
III. HASIL DAN DISKUSI
Pengolahan Value Stream Analysis Tool (VALSAT)
Digunakan untuk memilih pemetaan yang tepat
dalam value stream dengan menggunakan VALSAT (Value
Gambar 3.1 Nilai Indikator Pencapaian IKM Minyak Atsiri
2
3
Nilai Indeks Produktivitas
80.00
60.00
45,25
Axis Title
40.00
20.00
9,07
Nilai Indeks
Produktivitas
0.00
-20.00
-40.00
Periode
Gambar 3.2 Nilai Indeks Produktivitas IKM Minyak
Atsiri
Berdasar kedua grafik diatas, diketahui bahwa nilai
indikator pencapaian dan indeks produktivitas IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) ini memiliki nilai yang
fluktuatif atau tidak stabil. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
adanya faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh
pihak IKM seperti ketersediaan bahan baku, harga beli
bahan baku, serta harga jual minyak atsiri yang berhak
ditentukan oleh pembeli. Selain faktor eksternal yang tidak
dapat dikendalika, terdapat faktor internal yang masih
dapat
dikendalikan
untuk
memperbaiki
tingkat
produktivitas IKM yaitu sistem kerja yang digunakan.
Faktor ini masih dapat dikendalikan dengan melakukan
perbaikan sistem kerja sehingga nilai produktivitas IKM
dapat meningkat sesuai target yang diharapkan.
Perancangan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja
Perbaikan sistem kerja yang dapat diusulkan antara
lain meliputi bagaimana IKM dapat meningkatkan output
produksi dalam waktu yang lebih singkat sehingga nilai
produktivitas dan efisiensi IKM pun meningkat sesuai
target. Berikut merupakan alternatif perbaikan yang dapat
diusulkan.
a. Efisiensi Proses Penyulingan Minyak Atsiri
Alternatif perbaikan sistem kerja 1 disini merupakan
perbaikan yang lebih fokus pada peningkatan efisiensi pada
IKM. Efisiensi disini dilakukan dengan melakukan
improvement pada proses penyulingan yaitu dengan
menggunakan tekanan pada penyulingan yang meningkat
bertahap. Diketahui dari penelitian yang dilakukan
Widiahtuti [5], dengan dilakukan peningkatan tekanan dari
0,5 bar menjadi 1 bar akan menambah perolehan minyak
sebanyak 305,6 gram. Peningkatan tekanan dari 1 bar
menjadi 1,5 bar akan menambah perolehan minyak
sebanyak 524,8 gram. Sehingga didapatkan total
penambahan hasil produksi minyak atsiri yaitu sebesar
0.8304 kg setiap penyulingan. Pada Tabel 3.3 dapat dilihat
peningkatan yang didapatkan dengan melakukan efisiensi
atau penerapan alternatif 1. Dari hasil perhitungan dampak
penerapan alternatif 1 ini, didapatkan bahwa kenaikan
output produksi adalah sebesar 56%. Hal ini dikarenakan,
berkurangnya waktu proses produksi dimana hanya
dibutuhkan waktu 6 jam sehingga hal ini dapat membuat
IKM dapat melakukan penyulingan sebanyak 3 kali dalam
sehari.
b. Penambahan Jumlah Mesin dan Operator yang
Dibutuhkan
Perhitungan jumlah mesin dan operator yang
dibutuhkan diawali dengan penetapan waktu standar proses
kerja yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
kapasitas dan jumlah mesin [6]. Waktu standar diperoleh
dari pengumpulan data waktu proses kerja sebanyak 30
data. Dan perhitungan untuk jumlah mesin yang dibutuhkan
adalah:
N
11.37 277.78
60
10 0.83
N 6.3421
(4.7)
(4.8)
N 7
(4.9)
Dari perhitungan jumlah mesin, didapatkan bahwa
untuk peningkatan produktivitas, IKM sebaiknya
menambahkan jumlah mesin sebanyak 2 buah.
Tabel 3.3 Perubahan Hasil Output Produksi
c. Perencanaan Tata Letak IKM
Alternatif perbaikan ini diusulkan untuk dapat
mengurangi waste yang terjadi seperti transport. Perbaikan
layout dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode
prosedural Systematic Layout Planning (SLP) [7]. Diawali
dengan membuat diagram ARC, kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan diagram ARD dan visualisasi SRD [8],
tata letak IKM perbaikan adalah sebagai berikut.
Gambar 3.3 Tata Letak IKM Perbaikan
Pengukuran Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Setelah terdapat beberapa alternatif perbaikan sistem
kerja yang dapat diusulkan untuk memperbaiki tingkat
produktivitas pada IKM, langkah selanjutnya adalah
perhitungan jika alternatif perbaikan sistem kerja tersebut
diterapkan pada IKM.
a. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Sistem Kerja 1
Dari hasil perhitungan dampak penerapan alternatif
1 ini, didapatkan bahwa kenaikan output produksi adalah
sebesar 56%. Berikut merupakan grafik yang dapat
menggambarkan berapa banyak peningkatan output
3
4
produksi yang dapat dicapai apabila alternatif perbaikan
sistem kerja 1 diterapkan.
BCR adalah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi
proyek-proyek sebagai cara praktis untuk menaksir manfaat
dari dilaksanakannya suatu proyek.
a. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 1
Berikut merupakan penjabaran masing-masing
komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan
pada Tabel 3.7 hingga Tabel 3.8.
Tabel 3.7 Asumsi yang Digunakan Alternatif 1
Gambar 3.4 Perbandingan Output Produksi Eksisting
dan Perbaikan
b. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Sistem Kerja 2
Alternatif perbaikan sistem kerja 1 yaitu
penambahan jumlah mesin sebanyak 2 buah memberikan
peningkatan performansi setiap kriteria produktivitas, serta
peningkatan nilai indikator pencapaian dan indeks
produktivitas.
Asumsi
MARR / th
Output Produksi / th (kg)
Harga Jual Produk / kg
I (Investasi Awal) :
6.50%
59,668
Rp100,000
Rp0
Tabel 3.8 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 1
Tabel 3.4 Performansi Kriteria Produktivitas Setelah
Perbaikan
Material
Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Sebelum
1.72
1.14
1.08
2.48
2.23
2.28
Mesin
Sesudah
1.85
1.36
1.61
3.04
2.49
2.55
Jam Kerja
Biaya Listrik
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
11.25
11.25
9.37
9.37
2069.08 2069.08
11.70
11.70
9.75
9.75
2284.165 2284.165
11.05
11.89
9.20
11.57 2155.984 2711.113
10.79
11.89
8.99
11.57
1984.44 2555.558
10.16
11.89
8.47
11.57
1463.52
2000
8.87
11.89
7.39
11.57
1276.8
2000
Tabel 3.5 Performansi Kriteria Produktivitas Setelah
Perbaikan
No
1
2
3
4
5
6
Periode
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Indikator Pencapaian
Sebelum
Sesudah
435.74
435.74
475.26
475.26
323.01
621.71
547.78
866.98
382.49
820.51
305.57
836.67
Indeks
Sebelum Sesudah
45.25
45.25
9.07
9.07
-32.04
30.81
69.59
39.45
-30.18
-5.36
-20.11
1.97
c. Perhitungan Hasil Penerapan Alternatif Perbaikan
Sistem Kerja 3
Alternatif perbaikan sistem kerja 2 disini merupakan
alternatif perencanaan tata letak atau layout IKM yang
bertujuam untuk dapat mengurangi tingkat waste dari sisi
transport sehingga tingkat produktivitas IKM pun juga
meningkat. Jika alternatif 2 ini diterapkan maka terdapat
perbaikan yaitu pada value stream mapping IKM. Selain
itu, dengan diterapkannya alternatif 2 ini terjadi perubahan
pada prosentase jenis aktivitas yang ada pada IKM.
Didapatkan nilai BCR dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja 1 adalah sebesar 17.82. Dikarenakan
nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik
dan arti dari nilai BCR = 17.82 adalah setiap Rp 1 biaya yg
dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 17.82
b. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 2
Berikut merupakan penjabaran masing-masing
komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan
pada Tabel 3.9 hingga Tabel 3.10.
Tabel 3.9 Asumsi yang Digunakan Alternatif 2
Asumsi
MARR / th
Output Produksi / th (kg)
Harga Jual Produk / kg
I (Investasi Awal) : 2 mesin penyuling
6.50%
47,101
Rp100,000
Rp100,000,000
Tabel 3.10 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 2
Tabel 3.6 Prosentase Jenis Aktivitas
Total Waktu (jam)
Prosentase
Operasi Transportasi Inspeksi Storage
9.5
0.833
1
1200
0.78%
0.069%
0.08% 99.06%
Delay
0
0.00%
Pemilihan Alternatif Perbaikan
Pada pemilihan alternatif perbaikan sistem kerja ini,
kedua alternatif diukur nilai manfaat yang diberikan kepada
IKM apabila diterapkan. Untuk mengetahui nilai manfaat
dari kedua alternatif ini makan digunakan metode
perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio atau BCR).
Nilai BCR yang didapat dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja 2 adalah sebesar 12.86. Dikarenakan
nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik
dan arti dari nilai BCR = 12.86 adalah setiap Rp 1 biaya yg
dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 12.86.
4
5
c. Perhitungan Benefit Cost Ratio Alternatif 3
Berikut merupakan penjabaran masing-masing
komponen beserta nilainya dalam rupiah yang ditunjukkan
pada Tabel 3.11 hingga Tabel 3.12.
Nilai
Peranan IKM Minyak Atsiri Wonosalam Eksisting Ekspor
IKM
Eksisting
1%
Tabel 3.11 Asumsi yang Digunakan Alternatif 3
Asumsi
MARR / th
Output Produksi / th (kg)
Harga Jual Produk / kg
I (Investasi Awal) : layout baru
6.50%
38,284
Rp100,000
Rp50,000,000
Tabel 3.12 Perhitungan B/C Ratio Alternatif 3
Nilai Ekspor
Minyak Atsiri
Seluruh
Indonesia
100%
Gambar 3.5 Prosentase Peranan IKM Eksisting terhadap Ekspor
Indonesia
Nilai BCR yang didapat dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja 3 adalah sebesar 4.95. Dikarenakan
nilai BCR > 1, maka solusi yg ditawarkan tergolong baik
dan arti dari nilai BCR = 4.95 adalah setiap Rp 1 biaya yg
dikeluarkan, akan mendapat keuntungan sebesar 4.95.
Setelah nilai BCR ketiga alternatif diperoleh,
langkah selanjutnya adalah pemilihan alternatif terbaik
untuk diterapkan pada IKM Minyak Atsiri (UD.
Anugerah). Dari perhitungan BCR, didapatkan nilai BCR
pada alternatif 1 sebesar 17.82, alternatif 2 sebesar 12.86
dan pada alternatif 3 sebesar 4.95. Dengan demikian,
diketahui bahwa alternatif perbaikan sistem kerja 1
memberikan nilai manfaat paling besar pada IKM dimana
produktivitas dan output produksi dapat meningkat.
Alternatif 1 dapat memberikan nilai manfaat yang lebih
besar dikarenakan dengan melakukan efisiensi yaitu
improvement pada proses produksi (penggunaan tekanan
yang meningkat bertahap), produktivitas IKM pun ikut
meningkat diiringi dengan meningkatnya hasil atau output
produksi. Oleh karena itu, maka alternatif perbaikan sistem
kerja yang terpilih untuk diterapkan adalah alternatif
perbaikan sistem kerja 1 yaitu efisiensi proses penyulingan
Dampak Penerapan Alternatif Perbaikan Terpilih
Sebelum melihat dampak penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja pada beberapa IKM Minyak Atsiri
di Wonosalam, Jombang, maka perlu ditinjau terlebih
dahulu kondisi eksisting nilai produksi IKM jika IKM
melakukan ekspor.
Tabel 3.13 Peranan IKM Minyak Atsiri Eksisting terhadap
Ekspor Indonesia
Dengan adanya penerapan alternatif perbaikan
sistem kerja terpilih yaitu melakukan efisiensi pada proses
penyulingan, maka produktivitas IKM akan meningkat
yang diiringi dengan meningkatnya output produksi.
Berdasarkan perhitungan dengan efisiensi proses
penyulingan yang dapat meningkatkan output produksi
sebesar 56%, IKM akan menghasilkan minyak atsiri
cengkeh sebanyak 59.668 kg selama 6 bulan produksi.
Apabila ini dapat diterapkan pada IKM amatan, maka IKM
Minyak Atsiri ini dapat melakukan ekspor ke luar negeri.
Pada Tabel 5.10 dan Gambar 5.6 dapat dilihat nilai peranan
IKM Minyak Atsiri setelah diperbaiki dengan
menggunakan alternatif perbaikan sistem kerja 1.
Tabel 3.14 Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah Perbaikan
terhadap Ekspor Indonesia
Dapat dilihat pada Gambar 5.6, bahwa IKM Minyak
Atsiri yang berada di Wonosalam, Jombang memiliki
peranan dalam mendukung nilai ekspor minyak atsiri
Indonesia sebesar 2%. Hal ini tentu saja harus diperhatikan
lebih lanjut oleh pihak-pihak yang terkait agar ke depannya
Indonesia tidak kehilangan kesempatan untuk melakukan
ekspor dalam jumlah yang besar. Selain itu, potensi sebesar
2% tersebut dirasa masih dapat dikembangkan lagi apabila
pemerintah dan pihak-pihak yang concern terhadap dunia
minyak atsiri mau bekerja lebih keras untuk meningkatkan
produktivitas di skal Industri Kecil dan Menengah.
Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah
Perbaikan
Nilai
Ekspor
Peranan
IKM
2%
Nilai Ekspor
Minyak
Atsiri
Seluruh
Indonesia
100%
Gambar 3.6 Peranan IKM Minyak Atsiri Setelah Perbaikan
5
6
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
antara lain yaitu:
1. Waste yang terdapat pada IKM Minyak Atsiri (UD.
Anugerah) yaitu waiting, transportation , motion, dan
unnecessary inventory. Dari evaluasi dengan tools
VALSAT, ditemukan bahwa proses penyulingan
minyak atsiri sebagian besar aktivitasnya yaitu sebesar
99.41% digunakan untuk non-value adding activity
yaitu jenis aktivitas storage. Jenis aktivitas ini tidak
dapat dihilangkan begitu saja dari proses produksi. Oleh
karena itu, perbaikan untuk mengurangi waste
difokuskan pada jenis waste transportation sehingga
dapat mengurangi waktu proses kerja.
2. Produktivitas pada IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah)
dihitung berdasarkan kriteria produktivitas antara lain
yaitu meliputi kriteria penggunaan bahan baku,
penggunaan mesin, penggunaan jam kerja operator, dan
penggunaan listrik. Nilai produktivitas pada IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) memiliki nilai yang
tidak stabil dikarenakan oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi
ketidakstabilan produktivitas IKM antara lain seperti
ketersediaan bahan baku, harga jual minyak atsiri, dan
harga beli daun cengkeh. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi produktivitas IKM adalah sistem kerja
pada IKM itu sendiri. Nilai produktivitas yang tidak
stabil ini dapat diatasi dengan memperbaiki faktor
internal yaitu sistem kerja.
3. Dari hasil perhitungan produktivitas dengan metode
OMAX, berturut-turut nilai pencapaian indikator IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) mulai bulan Juli hingga
Desember 2012 adalah 435.75, 475.26, 323.01, 547.78,
382.49, dan 305.57. Sedangkan untuk nilai indeks
produktivitas IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah)
berturut-turut mulai bulan Juli hingga Desember 2012
adalah 45.25, 9.07, -32.04, 69.59, -30.18, dan -20.11.
4. Dengan memperbaiki sistem kerja, nilai produktivitas
IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat meningkat.
Peningkatan untuk indikator pencapaian mulai bulan
Juli hingga Desember 2012 jika IKM Minyak Atsiri
(UD. Anugerah) menerapkan alternatif perbaikan sistem
kerja 2 adalah 325.74, 475.26, 621.71, 866.98, 820.51,
dan 836.67. Untuk nilai indeks produktivitas setelah
perbaikan sistem kerja mulai bulan Juli hingga
Desember 2012 adalah 45.25, 9.07, 30.81, 39.45, -5.36,
dan 1.97. Dengan penerapan alternatif perbaikan sistem
kerja, didapatkan bahwa nilai produktivitas IKM
Minyak Atsiri (UD. Anugerah) dapat meningkat dan
menjadi lebih stabil.
5. Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan pada
IKM Minyak Atsiri (UD. Anugerah) adalah melakukan
efisiensi pada proses penyulingan (improvement proses
penyulingan dengan menggunakan peningkatan tekanan
bertahap saat penyulingan). Dengan adanya penerapan
alternatif ini, nilai output produksi IKM Minyak Atsiri
(UD. Anugerah) dapat mencapai 59.668 kg minyak
atsiri selama 6 bulan produksi. Hal ini juga dapat
digambarkan bahwa terjadi peningkatan output
produksi sebesar 56% dari kondisi semula. Selain itu,
dengan penerapan alternatif perbaikan sistem kerja ini,
IKM akan mendapat nilai manfaat sebesar 17.82. Dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan alternatif
perbaikan sistem kerja ini, nilai output produksi IKM
dapat meningkat begitu pula dengan tingkat
produktivitas IKM yang meningkat dan memiliki nilai
konstan atau stabil. Dengan demikian, IKM Minyak
Atsiri (UD. Anugerah) dapat melakukan ekspor ke luar
negeri tanpa terkendala minimal kuantitas ekspor dan
dapat meningkatkan profit usaha yang dijalankan.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ditjen-Ikm. (2012). Program Kerja Ditjen Industri
Kecil Dan Menengah Tahun 2012 [Online].
Available:
Http://Www.Google.Co.Id/Url?Sa=T&Rct=J&Q=
&Esrc=S&Source=Web&Cd=1&Ved=0cbwqfjaa
&Url=Http%3a%2f%2fwww.Kemenperin.Go.Id%
2fdownload%2f415%2fprogram-Kerja-DitjenIkm-Tahun2012&Ei=Kfogukyad4rtrqerlyggag&Usg=Afqjcne
xzm-Ukkfohxpy7Msq5qdtg346g&Sig2=Uqduxa5pzn2xoq8jz-Msug
[Accessed 14 November 2012].
[2] Economywatch. (2010). Indonesia Economic Structure
[Online].
Available:
Http://Www.Economywatch.Com/World_Econom
y/Indonesia/Structure-Of-Economy.Html
[Accessed 28 Oktober 2012].
[3] Hines, P. & Rich, N. (1997). The Seven Value Stream
Mapping Tools. International Journal of
Operations & Production Management, Vol. 17
Iss: 1, pp.46 – 64
[4] Summanth, D.J. (1985). Productivity Engineering and
Management. New York: McGraw-Hill.
[5] Widiahtuti, I. (2008). Efisiensi Energi dan Uji Kinerja
Prototipe Alat Penyulingan Minyak Nilam. Institut
Pertanian
Bogor.
[Online].
Available:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/13419/F08iwi.pdf?sequence=2 [Accesed 25
Januari 2013].
[6] Wignjosoebroto, S. (2000). Ergonomi Studi Gerak Dan
Waktu: Teknik Analisis Untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja . Jakarta: PT Guna Widya.
[7] Heragu, S. (2006). Facilities Design (Second Edition),
New York : iUniverse, Inc.
[8] Wignjoesoebroto, S. (2008). Teknik Tata Cara Dan
Pengukuran Kerja . Surabaya: Guna Widya.
6