Tinjauan terhadap 3 partai politik islam

Tulisan ini adalah tugas ulangan akhir semester penulis yang diasuh
oleh ibu hadiah Hanafi. Tulisan ini dibuat sewaktu penulis berada di
semester 1 jurusan ilmu politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentu
saja tulisan ini jauh dari kesan sempurna dan masih ada kalimat atau kata
yang mengambil dari dunia maya. Karena waktu itu penulis masih baru
berstatus mahasiswa, jadi masih acuh tak acuh tentang kemurnian tulisan
pikiran. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis
adalah mahasiswa semester 2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bagi yang
ingin berteman atau ingin berdiskusi dengan penulis, dapat dihubungi di
facebook “Ekman Zudha” atau Line “Zudha87”. Terima kasih

Tinjauan 3 Partai Politik Islam:
1|Page

PKS, PPP dan PKB

Nama

: Igman Yuda Pratama

Kelas


: Ilmu Politik B

NIM

: 11141120000036

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN
2|Page

I. Latar Belakang
Hiruk-pikuk pemilu 2014 telah usai. Meninggalkan sejumlah
kenangan dan harapan. Kini pemandangan seperti saling cemooh dan
pencitraan gencar-gencaran dalam media massa tak terlihat lagi. Berganti
perebutan kekuasaan dan saling terkam dalam parlemen. Poros kekuasaan

pun terbagi dalam 2 kubu, Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi
Indonesia Hebat (KIH). Mengutip perkataan Gus Dur “Perebutan kue
kekuasaan di DPR menjadikan anggota DPR seperti anak TK”. Konstelasi
politik sekarang ini memang membuat kita geleng-geleng kepala sekaligus
bertanya-tanya. Ke mana gerangan para partai islam yang beralaskan
ideologi islam? Dimana persatuan para partai islam? memang pertanyaanpertanyaan seperti itu selalu mengusik sanubari umat muslim Indonesia.
Seperti kita tahu pada tahun 2014 partai yang mengatasnamakan
partai islam berjumlah 5 partai, yaitu PKS, PPP, PKB, PBB dan PAN.
Perolehan suara partai islam tersebut hanya mendulang sedikit suara,
berkisar antara 6,7 persen hingga 9,13 persen. Berikut rinciannya Partai
Kebangkitan Bangsa 11.298.957 (9,04 persen), Partai Keadilan Sejahtera
8.480.204 (6,79 persen), Partai Amanat Nasional 9.481.621 (7,59 persen),
Partai Persatuan Pembangunan 8.157.488 (6,53 persen) dan Partai Bulan
Bintang 1.825.750 (1,46 persen). Bahkan 1 partai islam yaitu PBB tidak
lolos ke DPR. Ditambah lagi partai-partai islam yang lolos ke DPR pecah
lagi menjadi dua kubu. PKB fusi ke dalam kubu KIH sedangkan yang lain
menggabungkan diri ke kubu KMP. Ironis memang melihat kenyataan
tersebut. Seharusnya partai-partai islam tersebut menyelaraskan gerakan dan
bersatu dalam satu kubu.
Untuk itu penulis berinisiatif meninjau partai-partai islam tersebut

guna mengetahui partai-partai islam tersebut lebih dalam lagi. Tinjauan itu
mencakup sejarah partai, ideologi partai, struktur dan kekuasaan apa saja
yang pernah diraih selama mengikuti proses perpolitikan Indonesia.

3|Page

Tentunya tidak semua partai islam akan diulas, hanya partai-partai yang
menurut penulis besar dan patut untuk ditinjau, yaitu PKS, PKB dan PPP.

II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah partai tersebut?
2. Apa ideologi/asas yang dipakai partai tersebut?
3. Bagaimana struktur organisasi partai tersebut?
4. Kekuasaan apa saja yang pernah diraih partai tersebut?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejerah partai
2. Untuk mengetahui ideologi/asas yang dipakai partai
3. Untuk mengetahui struktur organisasi partai
4. Untuk mengetahui kekuasaan apa saja yang pernah diraih


BAB II

4|Page

PEMBAHASAN

IV. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9c/Contoh_Logo_Baru_PKS.jpg
/200px-Contoh_Logo_Baru_PKS.jpg

1. Sejarah
Sejarah lahirnya Partai Keadilan (PK) yang kemudian menjadi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) tidak bisa lepas dari kondisi riil sejarah umat
Islam Indonesia sejak masa orde lama (orla) hingga orde baru (orba). Hal ini
bisa dilihat dari diskriminasi yang dilakukan oleh para pemimpin negeri ini
terhadap umat Islam. Semenjak masa orla sampai orba umat islam dikebiri
dalam segala aspek. Pelarangan-pelarangan aktivitas sampai peraturanperaturan yang bertentangan dengan ideologi umat islam bisa dilihat pada
masa itu.

5|Page

Lahirnya gerakan dakwah kampus yang merupakan cikal bakal
kehadiran kader-kader PK di era reformasi berawal dari munculnya
kelompok anak muda yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari
dan mengkaji serta mengamalkan ajaran Islam, sebagai tanggapan atas
tekanan politik yang dilakukan rezim represif orde baru terhadap umat
Islam, serta juga adanya ruang publik yang relatif lapang yaitu masjid dan
mushalla kampus, tempat idealisme kaum muda Islam itu mengalami
persemaian ideal secara tepat. Sementara itu, masjid kampus ialah basis
yang dijadikan benteng pertahanan sekaligus basis gerakan. Faktor di atas
membuat anak-anak muda bersemangat dalam perjuangan dakwah Islam
yang semuanya bermula dari masjid Salman ITB. Kelompok dakwah
kampus inilah yang pertama kali membuat kelompok-kelompok kecil
bercirikan Islam. Munculnya dakwah kampus itu sendiri dapat dimaknai
sebagai reaksi terhadap ketidak ramahan dan tindakan represif rezim
Soeharto terhadap kelompok “Islam politik” yang terlihat sejak menit
pertama setelah Soeharto berada di tampuk kekuasaan. Beberapa mantan
tokoh dan elite Masyumi yang dipelopori Muhammad Natsir lalu
mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada 1967. DDII

ini kemudian mendorong tokoh-tokohnya untuk mengubah haluan strategi,
lebih memilih jalur revitalisasi dakwah dengan membidani proses kelahiran
gerakan sosial Islam yang lebih cair di kampus-kampus.
Pola yang digunakan dalam pembinaan dakwah kampus ini
terinspirasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Pembinaan tersebut
menggunakan pola Usrah yang cukup populer pada masa itu, dalam pola ini
para anggota kelompok mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan 10-20 orang. Penggunaan pola ini dipelopori oleh
Ir. Imaduddin Abdul Rahim atau yang terkenal dengan sapaan Bang Imad.
Pola ini berkembang dari masjid Salman ITB. Ketika itu sekitar awal
1970an Bang Imad menjabat sebagai ketua umum Lembaga Dakwah
Mahasiswa Islam (LDMI), sebuah lembaga otonom yang berada di bawah
naungan organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), mencoba
menggagas sebuah konsep pengkajian Islam yang sistematik dan terarah.
6|Page

Dalam kapasitasnya sebagai ketua umum LDMI, beliau juga terpilih sebagai
sekjen IIFSO (International Islamic Federation of Student Organization).
Dari sinilah ia mulai banyak bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran
gerakan Islam internasional yang akhirnya membuat beliau tertarik dengan

pemikiran yang dikembangkan oleh Ikhwanul Muslimin yang ketika itu
pengaruhnya kuat di berbagai penjuru dunia, karena interaksi yang cukup
intens dengan aktivis gerakan tersebut dalam forum IIFSO.1
Setelah dirasakan cukup mendapatkan banyak ide, beliau mulai
menggagas sebuah bentuk perekrutan kader yang diberi nama Latihan
Mujahid Dakwah (LMD). Hal ini dimulai pada tahun 1974 setelah ia tidak
lagi menjabat ketua umum LDMI. Tindak lanjut dari program ini ialah para
anggota diberikan kajian keislaman yang tematis dan sistematis dalam
kelompok-kelompok kecil (Usrah). Tak hanya sistem pembinaannya saja
yang disajikan dalam kajian keislaman, Masjid Salman ITB pun banyak
mengadopsi pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin.2 Kegiatan
pengkajian Islam yang dilakukan para mahasiswa Masjid Salman ITB inilah
yang kemudian menjadi contoh bagi berbagai kegiatan keislaman para
mahasiswa di unversitas-universitas lain di Indonesia seperti UGM, UI, IPB,
UNUD, dan lainnya,3 yang pada akhirnya diresmikan dalam sebuah
organisasi yang akrab dengan sebutan Lembaga Dakwah Kampus (LDK).
Melalui LDK inilah ide-ide dan pemikiran Ikhwanul Muslimin dikaji
dan diimplementasikan, perkembangan pemikiran Ikhwanul Muslimin di
kalangan aktivis dakwah kampus menjadi semakin semarak dan bergairah
setelah kembalinya para intelektual muda yang menimba ilmu di Timur

Tengah (khususnya Mesir), yang notabene banyak bersentuhan langsung
dengan ide-ide Ikhwanul Muslimin. Para intelektual muda ini kemudian
menjadi fasilitator transformasi pemikiran dan ideologi Ikhwanul Muslimin
ke kalangan aktivis dakwah kampus. Mereka banyak menterjemahkan bukubuku yang ditulis oleh tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Selain itu, mereka
1 Aziz. dkk.. Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h.
217.
2 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan
Tarbiyah di Indonesia (Jakarta: Teraju, 2002), h. 72-73.
3 Ibid., h. 71.

7|Page

banyak diundang untuk memberikan materi kajian keislaman di kampuskampus. Hal ini terjadi di era akhir 1980an sampai sekarang yang berjalan
cukup intens.
Pada akhir 1990an kondisi sosial politik Indonesia mulai berubah
secara drastis, saat Soeharto mulai menempatkan para aktivis Islam sebagai
sekutu. Sejak saat itulah, gerakan yang semula bernama Usroh ini berganti
nama menjadi Ikhwan dan mereka menamai aktivitas mereka dengan
sebutan Tarbiyah. Selanjutnya, gerakan Tarbiyah membangun banyak
lembaga, seperti lembaga pendidikan Nurul Fikri, lembaga dakwah Khoiru

Ummah, kelompok kesenian nasyid, dan majalah Sabili. Selain itu, gerakan
Tarbiyah juga menyebarkan berbagai gagasan dan pemikiran mereka
melalui buku-buku yang diterbitkan antara lain oleh penerbit Gema Insani
Press (GIP), Pustaka Al-Kautsar, Era Intermedia, dan Asy-Syamiil.4
Gerakan-gerakan Islam yang tadinya ditekan oleh aparat pemerintah agar
tak berkembang, malah sebaliknya berkembang pesat. Puncak dari
perubahan ini terjadi pada 21 Mei 1998 di mana Presiden Soeharto mundur
dari jabatannya setelah mendapat tekanan yang sangat masif dari rakyat
yang dimotori oleh para mahasiswa dan juga para tokoh nasional. Setelah
mundurnya Soeharto, tampuk kepemimpinan beralih ke BJ Habibie yang
sebelumnya menjadi wakil presiden. Pada masa inilah era demokrasi
multipartai dimulai, setelah selama 32 tahun rakyat Indonesia dipaksa
memilih di antara 3 pilihan partai saja.
Euforia politik pun terus berlangsung ditandai dengan berdirinya
partai-partai baru. Para mantan aktivis dakwah kampus generasi pertama
dan juga para intelektual lulusan Timur Tengah yang selama ini juga aktif di
dunia dakwah pun mencoba memanfaatkan situasi yang sedang
berkembang. Akhirnya melalui sebuah proses panjang, para penggiat
dakwah ini pun mendeklarasikan sebuah partai politik yang diberi nama
Partai Keadilan (PK), yang dideklarasikan pada hari Ahad 15 Rabi’ul Tsani

1419 Hijriah yang bertepatan dengan 19 Agustus 1998, walaupun
4 NU, “Menyingkap Ideologi PKS”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari
http://nu.or.id/

8|Page

sebenarnya PK didirikan pada 20 Juli 1998 dalam sebuah konferensi pers di
Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) pertama
partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il.5
Sesuai dengan latar belakang pembinaan ideologis yang selama ini
mereka dapat dan terapkan, maka ketika gerakan dakwah ini menggunakan
partai politik sebagai payungnya ide-ide dan pemikiran Ikhwanul Muslimin
tetap melekat kental ke dalam tubuh partai ini, PK yang pada pemilu 1999
mendapatkan menempati urutan ke-7 dari 48 kontestan peserta Pemilu
dengan meraih 1,4 juta suara atau 1,36 % ini berhasil mendudukkan 7 orang
wakilnya di Senayan. PK menempati 7 besar partai pemenang pemilu 1999.
Karena terganjal UU Pemilu mengenai Electoral Treshold yaitu ketentuan
bahwa untuk pemilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal 3%
jumlah kursi anggota badan legislatif pusat. Untuk pemilihan presiden dan
wakil presiden, partai politik harus memperoleh minimal 3% jumlah kursi

dalam badan yang bersangkutan atau 5% dari perolehan suara sah secara
nasional. Artinya bahwa partai yang tidak berhasil memenuhi syarat tidak
diperkenankan mengikuti pemilihan umum berikutnya, akan tapi untuk
keperluan tersebut partai boleh berganti nama atau bergabung dengan partai
lain.6 Maka karena terganjal Electoral Treshold tersebut PK mengubah
namanya menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), setelah sebelumnya
harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Pendeklarasian PKS ini dilakukan di lapangan
Monas Jakarta pada Ahad 18 Shafar 1424 Hijriah yang bertepatan dengan
20 April 2003.
2. Ideologi/Asas
Ideologi Partai Keadilan Sejahtera berasal dari pemikiran Ikhwanul
Muslimin yang memandang Islam sebagai agama sekaligus negara yang
menolak gagasan sekularisme. Islam dipandang sebagai ajaran yang
mengandung keseluruhan aturan hidup yang harus diwujudkan dalam
5 Partai Keadilan Sejahtera, “Sejerah Ringkas”, artikel diakses pada 21 Desember 2014 dari
http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas
6 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 485.

9|Page

masyarakat dengan melakukan jihad sebagai bentuk perjuangan untuk
merubah situasi yang dipandang belum Islami menjadi Islami.
Pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin diambil oleh Partai
Keadilan Sejahtera sebagai metode dakwah yang mempunyai karakteristik
berbeda dengan jama’ah islamiyah lain. Karakteristik yang membedakan
antara lain :7
a. Rabbaniyah: Tujuan dari seluruh kegiatan adalah terwujudnya kedekatan
dengan Allah SWT.
b. Universal: Dakwah diarahkan keseluruh umat manusia, karena umat
manusia adalah saudara dari Bapak yang sama.
c. Islamiah: Islam sebagai karakteristik utama.
d. Komprehensif: Mencakup seluruh aliran kontemporer yang menjadi
fikrah untuk mencakup seluruh aspek perbaikan yang meliputi atas :
 Dakwah Salafiyah: Menyerukan gerakan kembali kepada Islam yang
bersumber pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
 Thariqah Sunniyah: Mewajibkan diri mereka mengamalkan Sunnah
yang suci dalam segala hal.
 Haqiqah Shufiyah: Asas kebaikan adalah kesucian jiwa.
 Lembaga politik: Menuntut perbaikan pemerintahan dan menegakkan
khilafah.
 Organisasi olah raga: Mu’min yang kuat lebih baik dengan mu’min
yang lemah, dan seluruh beban yang diberikan Islam tidak mungkin
dapat dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan tubuh yang kuat.
 Organisasi Ilmiah dan Budaya: Islam menjadikan mencari ilmu
sebagai kewajiban atas setiap muslim dan muslimah.
 Lembaga ekonomi: Islam sanggat memperhatikan pengelolaan harta
benda dan upaya mendapatkannya
 Pemikiran sosial: Berusaha untuk mendapatkan solusi bagi segala
persoalan masyarakat Islam.

7 Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir, Menuju Jama’atul Muslimin; Telaah Sistem
Jama’ah dalam Gerakan Islam, Penerjemah Aunur Rafiq Shaleh Tahmid (Jakarta: Robbani
Press, 1999), h. 347.

10 | P a g e

e. Membebaskan loyalitasnya dari setiap pemerintahan dan partai-partai
yang tidak berpijak atas dasar Islam.
f. Menjauhi wilayah perselisihan Fiqih, sebab mereka mempunyai
keyakinan bahwa perbedaan dalam hal furu’ merupakan persoalan yang
tidak dapat dielakkan akibat perbedaan akal manusia dalam memahami
nash..
g. Menjauhkan diri dari kooptasi para tokoh dan elit, karena dakwah harus
independen sehingga tidak dimanfaatkan atau diarahkan oleh seseorang
diantara mereka.
h. Menjauhi partai-partai politik sebab antar partai politik terdapat
pertentangan dan saling bermusuhan.
i. Mengutamakan aspek amaliyah.
j. Sambutan luas para pemuda atas dakwah.
k. Dakwah Ikhwanul Muslimin sangat cepat menyebar.
PKS menjadikan beberapa prinsip dalam partainya yang kemudian
menjadi sebuah identitas dan ideologi yang membedakan PKS dengan partai
Islam lainnya dalam bergerak, khususnya di Indonesia.8 Diantarnya adalah:
1. Syumuliyah (Komprehensif)
Maksudnya adalah lengkap dan integral; yaitu kebijakan yang
dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, perspektif dan
sinkronisasi. Peletakan prinsip Syumuliyah sebagai prinsip kebijakan dasar
partai sangat sesuai dengan asas atau ideologi yang dimiliki PKS yang
menjadikan Islam sebagai sistem yang universal, mencakup seluruh aspek
kehidupan.
2. Al-Ishlah (Perbaikan)
Dalam hal ini, kebijakan yang ditempuh berorientasi pada perbaikan
individu, masyarakat, pemerintah dan negara. Kebijakan ini dibuktikan dari

8 Ali Said Damanik, Fenomena PK; Transformasi 20 tahun Gerakan Tarbiyah di
Indonesia (Bandung: Teraju, 2002) h, 281.

11 | P a g e

adanya karakteristik reformis yang dimiliki PKS yang konsisten menjauhi
segala bentuk karakter dan sifat-sifat yang menimbulkan kerusakan.
3. Al-Syari’ah (Konstitusional)
Kebijakan ini selalu mempertimbangkan aspek fleksibilitas dan
legalitas formal yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Kitab suci
menjadi dasar konstitusi bagi seluruh kebijakan, program dan perilaku
politik.
4. Al-Wasath (Moderat)
Dalam hal ini kebijakan, program, sikap dan perilaku sejalan dengan
masyarakat Muslim yang “pertengahan” (Ummatan Wasathan), jauh dari
kesan ekstrimitas dan eksageritas.
5. Al-Istiqamah (Komitmen dan Konsisten)
Dalam hal ini, kebijakan, program dan langkah operasional harus
istiqamah (taat asas) konsisten dan istimrar (kontinu).
6. Al-Numuw Wa Al-Tathawwur (Tumbuh dan Berkembang)
Ini dimaksudkan agar kebijakan, program dan langkah operasional
harus concern dengan pengembangan SDM, akselerasi dan ekspansi potensi.
7. Al-Tadarruj Wa Al-Tawazun (Bertahap, Seimbang dan Proporsional)
Dalam hal ini kiprah partai baik individu maupun kolektif lengkap
dengan kebertahapan dan keseimbangan yang sesuai dengan sunnatullah.
8. Al-Awlawiyat Wa Al-Mashlahah (Skala Prioritas dan Prioritas
Kemanfaatan)
Maksudnya; bahwa kebijakan, program dan langkah operasional
selalu memperhatikan aspek strategis dan taktis sehingga efektif dan efisien.
Kepentingan ummat selalu menjadi pertimbangan utama dan pertama.
9. Al-Mustaqbaliyah (Orientasi Masa Depan)

12 | P a g e

Adalah kebijakan dan program yang selalu dikaitkan dengan dimensi
waktu (masa lalu, kini dan akan datang) sehingga melahirkan sifat optimis
dan penuh perhitungan.
10. Al-Alamiyah (Bagian dari Dakwah Sedunia)
Kebijakan yang diambil dan program yang dicanangkan selaras
dengan kebijakan dakwah yang bersifat ‘alami dan tunduk pada sunnah
dakwah serta tidak mengabaikan persoalan khas wilayah negaranya.
Keuniversalan ajaran Islam yang diyakini oleh para pendiri dan
pendukung PKS menjadikan PKS sebagai salah satu partai Islam di
Indonesia yang mempunyai ideologi yang khas (berbeda) dengan partai
Islam lainnya yang ada di Indonesia. Keyakinan tersebut justru menjadikan
PKS sangat mirip dengan pergerakan Islam lainnya di dunia, terutama
Ikhwanul Muslimin. Sampai seorang pemikir Ikhwan kontemporer Prof.
DR. Yusuf al-Qordhowi mengidentikkan PKS sebagai kepanjangan tangan
dari Ikhwanul Muslimin. H. Anis Matta, Lc (saat itu menjabat sebagai
Sekretaris Jendral Partai Keadilan) tidak menampik pengaruh Ikhwanul
Muslimin, tapi ia menegaskan, bahwa pengaruhnya hanya sebatas pemikiran
dan wacana saja.9
Ideologi Partai Keadilan Sejahtera lebih mengarah pada
“fundamentalisme” dengan maksud bahwa Ideologi yang digunakan oleh
Partai Keadilan Sejahtera sebagai partai politik berkaitan dengan persoalan
keagamaan yang mampu mendukung adanya kebenaran dan kejujuran.
Partai Keadilan Sejahtera dengan ideologi ini akan melakukan tindakan nonkonvensional apabila tindakannya dipandang tidak baik. Penggunaan
ideologi yang berdasarkan pada agama Islam yang digunakan oleh Partai
Keadilan Sejahtera dapat diidentifikasi melalui penggunaan bahasa secara
umum atau melalui penggunaan kata-kata khusus. Seperti yang ada dalam
partai keadilan sejahtera yang mendeklarasikan Partai Keadilan Sejahtera
sebagai partai yang mempunyai asas “Islam”.

9 Nandang Burhanuddin, Penegakkan Syari’at Islam Menurut PKS (Jakarta; Al-Jannah
Pustaka, 2004), h. 98.

13 | P a g e

Ideologi yang digunakan oleh Partai Keadilan Sejahtera secara
fungsional dapat diartikan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama, atau tentang masyarakat dan negara yang dapat dicapai dengan
dasar agama Islam. Partai Keadilan Sejahtera meyakini bahwa agama Islam
dapat menyelesaikan berbagai masalah, baik yang bersifat mental-spiritual
maupun fisik-material. Oleh karena itu agama Islam selalu dilibatkan Partai
Keadilan Sejahtera secara organisatoris dan para penganutnya untuk
merespon berbagai masalah aktual yang dihadapinya sehingga kehadiran
agama secara fungsional dapat dirasakan. Sedangkan secara struktural
diartikan sebagai suatu sistem pembenaran seperti gagasan dan formula
politik ataupun kebijakan yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera
sebagai partai politik.
Dalam anggaran dasar disebutkan bahwa PKS adalah partai
berasaskan Islam partai ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita nasional
bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 dan
mewujudkan masyarakat madani yang adil dan sejahtera yang diridhai Allah
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.10
PKS, sebagai entitas politik nasional, secara subyektif berjuang
dengan dasar/aqidah, asas dan moralitas Islam untuk mencapai tujuan
terwujudnya. Masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat.
Bersama-sama dengan entitas politik lainnya secara eksternal adalah bentuk
diferensiasi dan sekaligus positioning PKS sebagai entitas politik nasional
berhadapan dengan entitas politik lainnya. Di sisi lain dengan menjadikan
Islam sebagai aqidah, asas dan basis moral, maka PKS berkeyakinan dan
ingin menegaskan bahwa internal subyektif aktivitas politik adalah
“ibadah”, yang apabila ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT, dan
dilaksanakan dengan cara-cara yang baik dengan akhlak terpuji, maka
aktivitas ini menjadi ibadah yang bernilai “amal shalih”.11

3. Struktur
10 Anggaran Dasar PKS pasal 5
11 MPP PKS, Memperjuangkan Masyarakat Madani (Jakarta: MPP, 2000), h. 32-33.

14 | P a g e

http://www.kabarpks.com/2013/03/struktur-organisasi-pusat-pks.html

Susunan Pengurus Tingkat Pusat PKS Periode 2010-201512

KETUA MAJELIS SYURA : K.H. Hilmi Aminuddin
DEWAN SYARI’AH PUSAT
Ketua

: K.H. DR. Surahman Hidayat

Sekretaris

: KH. Bakrun Syafei, Lc.

12 Admin, “Inilah Susunan Pengurus Tingkat Pusat PKS”, artikel diakses pada 21
Desember 2014 dari http://pk-sejahtera.nl/inilah-susunan-pengurus-tingkat-pusat-pks/

15 | P a g e

Ketua Tanfiziyah

: KH. Bukhori Yusuf, MA.

MAJELIS PERTIMBANGAN PUSAT
Ketua

: Untung Wahono

Sekretaris

: Mardani Ali Sera Arifinto

DEWAN PENGURUS PUSAT
Presiden : Luthfi Hasan Ishaaq
Sekretaris Jenderal : Muhammad Anis Matta
1. Wakil Bidang Koordinasi Lembaga Tinggi : Ade Barkah
2. Wakil Bidang Administrasi

: Budi Hermawan

3. Wakil Bidang Organisasi

: Ahmad Chudori

4. Wakil Bidang Komunikasi Politik

: Fahri Hamzah

5. Wakil Bidang Media

: Mahfudz Sidik

6. Wakil Bidang Arsip Dan Sejarah

: Sitaresmi Soekanto

7. Wakil Bidang Data Dan Informasi

: Riko Desendra

8. Wakil Bidang Perencanaa

: Gunawan

9. Wakil Bidang Protokoler

: Budi Dharmawan

Bendahara Umum : Mahfudz Abdurrahman

Ketua-Ketua Dewan Pengurus Pusat:
1. Bidang Wilayah Dakwah Sumatra
Ketua

: Chairul Anwar

Wakil Ketua : Muhammad Idris Luthfi
2. Bidang Wilayah Dakwah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten
Ketua : Ma’mur Hasanuddin
16 | P a g e

3. Bidang Wilayah Dakwah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur
Ketua

: Zuber Safawi

Wakil Ketua : Rofi’ Munawar
4. Bidang Wilayah Dakwah Bali Dan Nusa Tenggara
Ketua : Oktan Hidayat
5. Bidang Wilayah Dakwah Kalimantan
Ketua : Hadi Mulyadi
Wakil Ketua : Riswandi
6. Bidang Wilayah Dakwah Sulawesi
Ketua : Najamuddin
7. Bidang Wilayah Dakwah Indonesia Timur
Ketua

: M.K. Renwarin

Wakil Ketua : Aidil Heryana
8. Bidang Bidang Kaderisasi
Ketua : Musyafa Ahmad Rahim
9. Bidang Bidang Pembangunan Keummatan
Ketua : Ahmad Zainuddin
10. Bidang Bidang Kepanduan Dan Olah Raga
Ketua : Asep Saefullah
11. Bidang Generasi Muda Dan Profesi
Ketua : Taufik Ridho
12. Bidang Politik, Pemerintahan, Hukum Dan Keamanan
Ketua : Mustafa Kamal
Wakil Ketua : Agus Purnomo
13. Bidang Kelembagaan Pendidikan & Sosial
17 | P a g e

Ketua : Deni Tresnahadi
14. Bidang Pengembangan Ekonomi Dan Kewirausahaan
Ketua : Jazuli Juwaini
15. Bidang Kewanitaan
Ketua : Anis Byarwati
Sekretaris : Sarah Handayani

Ketua-Ketua Badan:
1. Badan Penegak Disiplin Organisasi
Ketua : Aus Hidayat
2. Badan Pengembangan Kepemimpinan
Ketua : Dwi Triyono
3. Badan Pemenangan Pilkada
Ketua : Muhammad Syahfan Badri
4. Badan Hubungan Luar Negeri
Ketua : Budiyanto

4. Kekuasaan
Jika ditinjau dari sejarah PKS yang berdiri pada tahun 1998, maka
PKS baru mengikuti 4 kali pemilihan umum, yaitu pada tahun 1999, 2004,
2009 dan 2014. Oleh sebab itu, jika ingin mengetahui kekuasaan apa saja
yang pernah diraih oleh PKS, maka dapat dilakukan dengan kategorisasi
kekuasaan menjadi 4 kategori.
1. Pemilihan Umum 1999
Pada pemilu tahun 1999 PKS hanya memperoleh 1.436.565 suara
dan mendapatkan 7 kursi di DPR. Pada 20 Oktober 1999 PK menerima
18 | P a g e

tawaran kursi Kementrian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam
Kabinet Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk
Nurmahmudi Isma’il (saat itu presiden partai) sebagai calon menteri.
2. Pemilihan Umum 2004.
Pada Pemilu 2004, PKS memperoleh suara sebanyak 7,34%
(8.325.020) dari jumlah total dan mendapatkan 45 kursi di DPR dari total
550 kursi di DPR. Pada tahun itu Hidayat Nur Wahid terpilih menjadi Ketua
Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk masa bakti 2004-2009. Dan pada
masa itu 3 anggota PKS mendapatkan jatah menteri dalam Kabinet
Indonesia Bersatu, yaitu Anton Apriantono Menteri (Pertanian: 2004-2009),
Adhyaksa Dault (Menteri Pemuda dan Olahraga: 2004-2009) dan
Muhammad Yusuf Asy'ari (Menteri Perumahan Rakyat: 2004-2009). Dalam
rentang waktu ini pada tahun 2008, Ahmad Heryawan terpilih dan menjabat
sebagai Gubernur Jawa Barat untuk periode 2008-2013. PKS juga
mendapatkan 2 walikota pada tahun 2005 yaitu Sukmajaya menjadi
walikota Sukabumi periode 2005-2010 dan Nur Mahmudi Ismail menjabat
sebagai wali kota Depok periode 2005-2010.
3. Pemilihan Umum 2009
Pada Pemilu 2009, PKS memperoleh 7,88 persen suara atau sekitar
8.206.955 suara dan berhasil mendapatkan 57 kursi di DPR. Pada tahun ini
PKS mendapatkan jatah 4 menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, yaitu
Tifatul Sembiring (Menteri Komunikasi dan Informatika: 2009-2014), Salim
Segaf Al-Jufri (Menteri Sosial: 2009-2014), Suswono (Menteri Pertanian:
2009-2014) dan Suharna Surapranata (Menteri Riset dan Teknologi: 20092011). Pada tahun ini juga Anis Matta terpilih menjadi wakil ketua DPR
periode 2009-2013, lalu digantikan Sohibul Iman untuk periode 2013-2014.
Dan pada jenjang periode ini PKS berhasil menempatkan 3
anggotanya menjabat sebagai Gubernur, yaitu Ahmad Heryawan (Gubernur
Jawa Barat: 2013-sekarang), Gatot Pujo Nugroho (Gubernur Sumatera
Utara: 2011-2013 dan terpilih lagi untuk periode 2013-sekarang) dan Irwan
Prayitno (Gubernur Sumatera Barat: 2010-sekarang). Selain itu, pada tahun
19 | P a g e

2013-2014 PKS juga telah berhasil menaikkan 11 kader intinya sebagai
bupati/walikota ataupun wakil bupati/walikota. Mereka terdiri dari 1 bupati,
1 walikota, 4 wakil bupati, dan 5 wakil walikota.
4. Pemilihan Umum 2014
Pada Pemilu 2014, PKS berhasil mendapatkan perolehan suara
8,480,204 atau 6.79% dari jumlah perolehan suara dan berhasil mendudukan
40 anggotanya di kursi panas DPR. Pada tahun ini pula Hidayat Nur Wahid
terpilih menjadi wakil ketua majelis permusyawaratan rakyat periode 2014sekarang dan Fahri Hamzah Wakil Ketua DPR periode 2014-sekarang. PKS
berhasil pula mendapatkan posisi Gubernur Maluku Utara yang dijabat oleh
Abdul Ghani Kasuba periode 2014-sekarang.

BAB III

V. PARTAI PERSATUAN PEBANGUNAN (PPP)

20 | P a g e

http://koalisimerahputih.or.id/wp-content/uploads/2014/10/logoppp.jpg

1. Sejarah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lahir dalam suatu masa ketika
kebebasan berserikat dan berkumpul terdistorsi secara sistemik oleh
kekuasaan Orde Baru. Ketika PPP lahir, jangkar otoritarianisme dan
korporatisme negara begitu kuat mencengkeram setiap organisasi politik dan
organisasi massa. PPP adalah cermin persatuan melalui penggabungan atau
fusi dari empat partai politik Islam peserta Pemilu 1971, yaitu Partai
Nahdlatul Ulama (NU), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Partai Islam
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan Partai Muslimin Indonesia
(Parmusi). Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari
1973, sebagai hasil fusi politik empat partai Islam. Fusi ini menjadi simbol
kekuatan PPP, yaitu partai yang mampu mempersatukan berbagai faksi dan
21 | P a g e

kelompok dalam Islam. Untuk itulah wajar jika PPP kini memproklamirkan
diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam”.13
Adapun untuk memudahkan identifikasi sebagai partai Islam, PPP
menggunakan gambar Ka’bah yang diyakini sebagai kiblatnya umat Islam
sebagai lambang partai.14 Akan tetapi dalam perjalanannya, akibat tekanan
politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah menanggalkan asas Islam dan
menggunakan asas Negara Pancasila sesuai dengan sistem politik dan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahun 1984. Pada Muktamar I
PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas Pancasila dan lambang
partai berupa bintang dalam segi lima. Setelah tumbangnya Orde Baru yang
ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998 dan dia
digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie, PPP kembali menggunakan
asas Islam dan lambang Ka'bah. Secara resmi hal itu dilakukan melalui
Muktamar IV akhir tahun 1998. Walau PPP kembali menjadikan Islam
sebagai asas, PPP tetap berkomitmen untuk mendukung keutuhan NKRI
berdasarkan Pancasila. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 AD PPP yang
ditetapkan dalam Muktamar VII Bandung 2011 bahwa: “Tujuan PPP adalah
terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir batin,
dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wata’ala.”15
Ketua Umum DPP PPP yang pertama adalah H.Mohammad Syafaat
Mintaredja, SH yang menjabat sejak tanggal 5 Januari 1973 sampai tahun
1978. Selain jabatan Ketua Umum pada awal berdirinya PPP juga mengenal
presidium partai yang terdiri dari KH. Idham Chalid sebagai Presiden Partai,
H. Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Drs. H. Th.M.Gobel, Haji Rusli
Halil dan Haji Masykur, masing-masing sebagai Wakil Presiden.16
Dalam naskah deklarasi pembentukan PPP yang ditandatangani oleh
K.H. Idham Khalid (NU), H.M.S. Mintaredja (Parmusi), H. Anwar
13 Admin, “PPP dalam Lintas Sejarah”, artikel diakses pada 22 Desember 2014 dari
http://ppp.or.id/page/ppp-dalam-lintasan-sejarah/index/
14 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 –
2009 (Jakarta: Kompas, 2004), h. 85.
15 Admin, “PPP dalam Lintas Sejarah.”
16 Ibid.,

22 | P a g e

Tjokroaminoto (PSII), Rusli Halil (Perti), dan K.H. Masykur (NU),
dikatakan bahwa kelahiran PPP merupakan wadah penyelamat aspirasi umat
Islam dan cermin kesadaran serta tanggung jawab tokoh-tokoh umat dan
pemimpin partai untuk bersatu, bahu membahu, serta membina masyarakat
agar dapat lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,
melalui perjuangan partai politik.17
Jika ditelusuri secara mendalam, keempat partai yang berfusi itu
sesungguhnya sudah memiliki pengalaman dan jam terbang politik yang
cukup lama. NU didirikan pada 31 Januari 1952 dan menjadi Partai
Nahdlatul Ulama pada 15 April 1952. Partai Syarikat Islam Indonesia
merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam (SI) yang dibentuk H.O.S.
Tjokroaminoto pada tahun 1912. Adapun SI sendiri merupakan kelanjutan
dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang sudah dibentuk H. Samanhudi pada
tahun 1911. Partai Islam Perti cikal bakalnya berawal dari Pergerakan
Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang didirikan pada 5 Mei 1928 di Bukit Tinggi,
Sumatera Tengah, dan berdasarkan rapat pleno pengurus besarnya pada
tangal 22 November 1945, disepakati untuk dijadikan sebagai partai politik
dengan nama Partai Islam Perti (PI Perti). Partai Muslimin Indonesia
(Parmusi) secara formal didirikan pada tahun 1968 yang diprakarsai oleh
berbagai oleh organisasi sosial dan pendidikan Islam yang sebagian besar
pemukanya berasal dari anggota-anggota Masyumi.18
Tidak dapat dipungkiri bahwa gagasan fusi pada dasarnya lahir dari
campur tangan kekuasaan untuk meredam dinamika politik di luar haluan
partai pemerintah. Fusi dijadikan kerangkeng untuk pencapaian
kemaslahatan bangsa dan Negara. Fusi juga sekaligus digunakan untuk
memperlemah kekuatan partai-partai Islam dalam mendulang perolehan
suara dan pembentukan koalisi antar partai Islam.19

17 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 –
2009, h. 88.
18 Lia Erlyana, “Negara Orde Baru dan Pengendalian Partai Politik,” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan, 2011), bab. II.
19 H.A. Kurdi Mukti, Bersama PPP Membangun Bangsa (Bandung: T.pn., 2004), h. 1-2.

23 | P a g e

Sejarah mencatat pada awal Soeharto berkuasa, hubungan
pemerintah dengan partai-partai politik masih berlangsung dengan baik. Hal
itu terlihat ketika pemerintahan Soeharto mengadakan Pemilu pada tahun
1971. Dengan mengakomodasi semua partai yang ada. Suasana pada awalawal Orde Baru memang penuh dengan euphoria. Untuk sementara, keran
kebebasan berpendapat dibuka. Diskursus tentang identitas Indonesia dan
bagaimana membangun masa depan bangsa juga kerap dilangsungkan di
mesjid dan kampus-kampus.
Sayang, hubungan baik tersebut tidak berlanjut karena dua tahun
setelah Pemilu, Soeharto melakukan penciutan jumlah partai politik
sebagaimana halnya yang dilakukan Soekarno pada tahun 1960. Hasilnya
adalah pengelompokan partai politik berdasarkan garis agama (Islam), yaitu
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Serta garis nasionalis dan Kristen,
yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Suasana historis seperti ini
memang tidak menguntungkan bagi perjuangan partai pada masa
selanjutnya. Akan tetapi, kendati penyederhanaan partai ini penuh dengan
nuansa paksaan, secara internal hubungan antar unsur di dalam tubuh partai
penerus estafet perjuangan empat partai Islam tersebut, tetap menunjukkan
suasana persaudaraan yang solid.20
Fusi seakan-akan menjelma menjadi motivasi dan inspirasi sekaligus
kesadaran untuk mengakumulasikan segenap potensi umat Islam yang
tercerai-berai. Selain itu, fusi juga dijadikan arah bagi keberlangsungan
partai dalam memperjuangkan aspirasi umat sehingga dapat memperbaiki
kesejahteraan umat. Setelah meleburkan diri ke dalam PPP, berarti segala
aktivitas politik dari keempat partai Islam tersebut dikonsenterasikan untuk
PPP demi kemenangan PPP, sedangkan segala kegiatan yang bukan kegiatan
politik dikembalikan kepada organisasi masing-masing sebagaimana sedia
kala. Partai NU lalu berganti baju menjadi organisasi kemasyarakatan
keagamaan NU, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) menjadi Muslimin

20 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia; Ideologi dan Program 2004 –
2009, h. 85.

24 | P a g e

Indonesia (MI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) menjadi Syarikat
Islam (SI), dan Partai Islam Perti menjadi Perti.
Selanjutnya, basis masa dari keempat partai pembentuknya itu cukup
memberikan kekuatan besar bagi perjuangan PPP. Sebagai wadah baru dari
kekuatan-kekuatan yang sudah lama berkiprah dalam politik, reputasi PPP
pada masa-masa awal berdirinya memang sangat dipengaruhi oleh basis
massa dan penampilan para tokoh dari keempat partai berfusi tersebut.
Sebut saja peristiwa penolakan RUU Perkawinan yang diajukan oleh
pemerintah tahun 1973. Dari semua anggota DPR hanya PPP yang berani
menyatakan sikap menolak RUU tersebut karena bertentangan dengan
syariat Islam. Penolakan yang diikuti dengan aksi walkout itu berhasil
mengurungkan niat pemerintah untuk melanjutkan gagasannya dalam RUU
tersebut.
PPP memang terbentuk dari partai-partai yang sudah memiliki basis
massa yang jelas sehingga kekuatan PPP untuk menghadapi Pemilu 1977
masih banyak mendapat sokongan dari partai-partai tersebut. Jika dilihat
dari perolehan suara pada Pemilu 1971 dari masing-masing partai yang
kemudian berfusi, dapat dikatakan bahwa ketika akan menghadapi Pemilu
1971 partai yang dipimpin oleh H.M.S Mintaredja ini sudah dimodali 94
kursi.
Melihat sejarah berdirinya, PPP memang diharapkan dapat menjadi
penyelamat aspirasi umat Islam. Dengan demikian, semangat fusi sejati
harus mampu menjadi perekat berbagai kelompok kepentingan sekaligus
menjadi wadah dalam memperjuangkan problem keumatan dan kebangsaan.
Untuk itu, PPP harus membuka diri dan menyambut dengan tangan terbuka
berbagai komponen bangsa yang berbeda untuk bersama-sama kembali
berjuang melalui wadah Partai Persatuan Pembangunan. Tentunya dengan
kesiapan dan persiapan matang, terencana, dan berkesinambungan sehingga
tidak memunculkan persoalan baru di kemudian hari.21

21 H.A. Kurdi Mukti, Bersama PPP Membangun Bangsa, h. 3.

25 | P a g e

2. Ideologi/Asas
PPP merupakan partai Islam yang memiliki perjalanan panjang.
Partai yang resminya berideologi “Islam” ini (Pasal 2 AD PPP). Latar
belakang massa PPP sekarang adalah kebanyakan dari kalangan Nahdliyin
yang masih berideologi Islam. PPP pernah mengalami pahitnya rezim junta
militer Suharto, menjadi partai yang ditekan dan dijadikan ‘penggembira’
pemilu orde Suharto. Setelah memasuki reformasi, PPP mulai beridentitas
Islam lagi, meski masih terpengaruh sisa-sisa kooptasi Suharto. Tokohtokoh sentral PPP, meski tidak menonjol dalam perpolitikan nasional,
mereka masih eksis diantara tokoh Nasionalis lainnya. Meski kini menjadi
partai terbuka dan tidak mengangkat Syari’at sebagai platform perjuangan
PPP, masih ada kader-kader dalam tubuh partai yang mencoba mengangkat
isu Syari’at sebagai wacana politiknya.
PPP menegaskan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam. Tekad
mengukuhkan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam ini bisa dipahami
dalam dua pengertian, yaitu pengertian konkret dan pengertian substansial.
Dalam pengertian konkret, Rumah Besar Umat Islam adalah berupa ka’bah,
masjid, mushalla, atau surau, dan tentu juga pesantren. Oleh karena itu, PPP
mengajak segenap umat Islam untuk kembali ke rumah-rumah ini. Adapun
Rumah Besar Umat Islam dalam pengertian substansial bisa dipahami
sebagai arti kiasan tentang makna kebersamaan. Bersama membangun
Rumah Besar PPP hakikatnya adalah membangun Rumah Besar Umat Islam
untuk bangsa dan negara Indonesia yang sejahtera dan mandiri. Rumah
Besar PPP diartikan sama dengan Rumah Besar Umat Islam ini dengan
"satu kata kunci", yaitu: kebersamaan.22
Dalam memperjuangkan cita-cita politiknya, PPP senantiasa
memegang prinsip-prinsip dasar perjuangan, yang sekaligus merupakan
kerangka nilai yang membingkai setiap langkah dan gerakan Partai. Enam
prinsip perjuangan PPP sebagai berikut:23
22 Lukman Hakim Syaifudin, “PPP Rumah Besar Umat”, artikel diakses pada 23 Desember
2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/
23 Lukman Hakim Syaifudin, “Enam Prinsip Perjuangan”, artikel diakses pada 23
Desember 2014 dari http://www.lukmansaifuddin.com/

26 | P a g e

1. Prinsip Ibadah
PPP dalam perjuangannya selalu berupaya mendasarinya dengan
prinsip ibadah. Perjuangan yang didasarkan pada prinsip beribadah dalam
arti yang seluas-luasnya adalah untuk mencapai keridhaan Allah Subhanahu
wata’ala. Dengan demikian, kegiatan berpolitik seluruh jajaran Partai
seyogyanya merupakan keterpanggilan untuk beribadah.
2. Prinsip Istiqamah
PPP menjadikan prinsip istiqamah atau konsistensi menjadi prinsip
perjuangan. Karena, atas dasar istiqamah sebagai nilai-nilai dasar
perjuangan Partai, maka keberhasilan perjuangan akan dapat dicapai.
Prinsip istiqamah itu akan terus ditegakkan dan dimantapkan dalam
perjuangan Partai dalam konteks perjuangan bangsa untuk mencapai citacita nasional.
3. Prinsip Kebenaran, Kejujuran, dan Keadilan
Perjuangan PPP selalu didasarkan pada penegakan dan pembelaan
prinsip kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dengan prinsip kebenaran ini, perjuangan Partai mengarah pada
perlawanan terhadap kebatilan, karena kebenaran berhadapan secara
diametral dengan kebatilan. Meskipun begitu, kebenaran yang menjadi
prinsip Perjuangan Partai bukanlah kebenaran yang mutlak. Hanya Allah
Subhanahu wata’ala yang Maha Benar. Karena itu, sepanjang kebenaran itu
masih bersifat manusiawi, kebenaran itu bukanlah monopoli siapapun.
Prinsip kejujuran atau amanah ini bersifat sentral dan esensial dalam
perjuangan PPP. Dengan prinsip kejujuran ini, perjuangan dalam bentuk apa
pun, akan menjamin tegaknya saling pengertian, keharmonisan, keserasian,
dan ketenteraman. Prinsip kejujuran ini merupakan syarat utama penunaian
amanah dan kepercayaan rakyat yang perlu terus dijaga, sehingga terhindar
dari perbuatan yang mengkhianati amanah rakyat.
PPP akan tetap mempertahankan dan memperjuangkan nilai keadilan
di dalam tiap gerak langkah perjuangannya. Tegaknya keadilan (justice)
27 | P a g e

adalah esensial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dengan prinsip keadilan maka segala aturan dapat terlaksana dan berjalan
baik, sehingga dapat menimbulkan keharmonisan, keserasian,
keseimbangan, ketenteraman, dan sekaligus akan menghilangkan
kedzaliman, kesenjangan, keresahan, dan konflik.
4. Prinsip Musyawarah
PPP berpendirian bahwa musyawarah untuk mencapai mufakat
merupakan prinsip dasar dalam proses pengambilan keputusan kolektif yang
mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa yang perlu terus
ditumbuhkembangkan. Dengan musyawarah dapat dipelihara sikap saling
pengertian, saling menghargai, dan menjamin kemantapan hasilnya serta
menumbuhkan tanggungjawab bersama, sehingga demokrasi yang sejati
dapat terwujud dengan baik dan nyata. Di samping itu, keputusan yang
diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Apabila dengan musyawarah tidak dapat dicapai
mufakat, maka tidak tertutup kemungkinan pengambilan keputusan dengan
suara terbanyak, namun harus dicegah adanya diktator mayoritas.
5. Prinsip Persamaan, Kebersamaan, dan Persatuan.
PPP mendasarkan perjuangannya atas dasar prinsip persamaan
derajat manusia di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Ini adalah keyakinan
yang mendasar, yang dapat memberikan motivasi perjuangan kepada
seluruh jajaran Partai, sehingga terhindar dari bahaya kultus individu dan
neo-feodalisme yang dapat memerosotkan kualitas kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sedangkan dengan prinsip
kebersamaan, PPP berjuang untuk mengembangkan nilai-nilai kebersamaan
dalam memikul beban dan tanggung jawab kenegaraan, pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan secara proposional, sehingga terhindar
dari dominasi, perasaan ditinggalkan, dan dikucilkan. Di samping itu,
perjuangan PPP juga didasarkan atas prinsip menegakkan dan
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga terhindar dari
bahaya disintegrasi dan perpecahan.
28 | P a g e

PPP berprinsip bahwa persamaan, kebersamaan, dan persatuan
adalah nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi dan harus berjalan
seimbang. Keberhasilan perjuangan partai dalam membawa bangsa
Indonesia menuju pencapaian cita-cita nasional akan dapat terwujud dengan
terlaksananya prinsip persamaan, kebersamaan, dan persatuan secara
partisipatoris. Karena itu, prinsip ini perlu dipelihara terus-menerus serta
diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam memikul beban dan
tanggung jawab untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih cerah di
masa mendatang.
6. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
PPP mendasarkan perjuangannya atas prinsip menyeru dan
mendorong untuk melaksanakan segala perbuatan yang baik serta mencegah
segala perbuatan yang tercela. Prinsip ini juga menjadi landasan perjuangan
dalam melaksanakan fungsi untuk menyerap, menampung, menyalurkan,
memperjuangkan, dan membela aspirasi rakyat dan melaksanakan
pengawasan atau kontrol sosial.
Dengan prinsip ini Partai berusaha untuk mendorong budaya kritis
dalam kehidupan masyarakat, sehingga tidak terjadi apa yang disebut
political decay (pembusukan politik) yang diakibatkan oleh sikap
membiarkan kemunkaran yang lebih jauh dapat merusak tatanan masyarakat
secara keseluruhan. Prinsip ini juga menumbuhkan keberanian dalam
menegakan kebenaran.
3. Struktur
Struktur organisasi PPP terdiri atas:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Pengurus Harian
Majelis Syari’ah
Majelis Pertimbangan
Majelis Pakar
Mahkamah Partai
Departemen
Lembaga
Susunan pengurus terdiri atas Pengurus Harian (55 orang); Pimpinan

Majelis Syari’ah (1 orang); Pimpinan Majelis Pertimbangan (18 orang);
29 | P a g e

Pimpinan Majelis Pakar (18 orang); dan Mahkamah Partai (9 orang).
Berikut susunan nama-namanya:24
Pengurus Harian
1. Ketua Umum Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si.
2. Wakil Ketua Umum H. Emron Pangkapi
3. Wakil Ketua Umum Drs. H. Hasrul Azwar, MM
4. Wakil Ketua Umum Ir. H. Suharso Monoarfa, MA
5. Wakil Ketua Umum Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin
6. Ketua
Drs. H. Irgan C. Mahfiz
7. Ketua
Dra. Hj. Ermalena Muslim
8. Ketua
H. Achmad Farial
9. Ketua
Dra. Hj. Wardatul Asriah
10. Ketua
Drs. Zainut Tauhid Sa’adi
11. Ketua
H. Rahman Yacob, S.Sn., M.Sn.
12. Ketua
H. M. Arwani Thomafi, S.Ag.
13. Ketua
Dr. Hj. Reni Marlinawati
14. Ketua
Capt. H. Epyardi Asda
15. Ketua
H.M. Sholeh Amin, SH
16. Ketua
Ir. Hj. Fernita Darwis
17. Ketua
Okky Asokawati
18. Ketua
H. Icuk Sugiarto
19. Ketua
Ir. Aunur Rofik
20. Ketua
Drs. H. Makmun Halim
21. Ketua
H. Rusli Effendi, SPd.I, SE, M.Si.
22. Ketua
H. Yusroni Yazid, SE
23. Ketua
Hj. Hizbiyah Rohim
24. Ketua
Dr. H. F. Masykur Hasyim, MM, MBA
25. Ketua
H. A. Dimyati Natakusumah, SH
26. Ketua
H. Andi M. Ghalib, SH, MH
27. Ketua
H. Iskandar Syaichu
28. Ketua
H. Usman M. Tokan, MBA
29. Sekretaris Jenderal Ir. H. M. Romahurmuziy, MT
30. Wakil Sekjen Drs. Mansur Kardi, M.Si.
31. Wakil Sekjen Drs. H. Isa Muhsin
32. Wakil Sekjen Ir. Hilman Ismail
33. Wakil Sekjen Qotrun Nada Syatiri Ahmad
34. Wakil Sekjen H. Husnan Bey Fananie, MA
35. Wakil Sekjen Ir. Sigit Hariyanto
36. Wakil Sekjen Ratih Sanggarwati
37. Wakil Sekjen Dra. Hj. Laili Nailulmuna
38. Wakil Sekjen Joko Purwanto
39. Wakil Sekjen Ir. Dini Mentari
40. Wakil Sekjen Ir. M. Qoyyum Abdul Jabbar, M.Si.
41. Wakil Sekjen Dra. Siti Nurmila Muslih
42. Wakil Sekjen Akhmad Gojali Harahap, S.Ag,M.Si.
24 Arfi Bambani Amri, “Susunan Pengurus PPP Periode 2011-2015”, artikel diakses pada
22 Desember 2014 dari http://politik.news.viva.co.id/news/read/235737-susunan-pengurusppp-periode-2011-2015

30 | P a g e

43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.

Wakil Sekjen Dr. Hj. Ariza Agustina, M.Sc.
Wakil Sekjen H.M.Ghozi Alfatih, S.Ag.
Wakil Sekjen H. Hasan Husaeri Lubis
Wakil Sekjen Dr. Hj. Elviana, M.Si.
Wakil Sekjen Drs. H. Ridho Kamaludin
Wakil Sekjen Dra. Hj. Munawaroh
Wakil Sekjen H. Syaifullah Tamliha, S.Pi, MS
Wakil Sekjen Dra. Sitti Maryam Thawil
Wakil Sekjen H. Ahars Sulaiman, SH, MH
Wakil Sekjen Hj. Etha Aisyah Hentihu
Bendahara Umum Drs. H. Mahmud Yunus
Wakil Bendum H. Asmui Suhaimi
Wakil Bendum Hj. Ma’rifah Ma’ruf Amin

Majelis Syari’ah DPP PPP
1. Ketua
KH Maimoen Zubair
2. Wakil Ketua Dr. KH Nur Muhammad Iskandar
Majelis Pertimbangan DPP PPP
1. Ketua
Drs. H. Zarkasih Nur
2. Wakil Ketua Drs. H. Tosari Wijaya
3. Wakil Ketua Alihardi Kiaidemak, SH, MH
4. Wakil Ketua H. Uray Faisal Hamid, SH
5. Wakil Ketua Drs. H. Ahmad Sumargono
6. Wakil Ketua H. M. Nasir Jakfar
7. Wakil Ketua Drs. H. Wan Abubakar
8. Wakil Ketua Drs. H. Akhmad Muqowam
10. Wakil Ketua Drs. H.Nu’man Abdul Hakim
11. Wakil Ketua Drs. H. Ramlan Sasmita, M.Pd.I.
12. Wakil Ketua H. Sukardi Harun
13. Wakil Ketua H. M. Kurdi Mukri
14. Sekretaris H. Lukman Hakim Hasibuan
15. Wakil Sekretaris Yies Sa’diyah Ma’sum
16. Wakil Sekretaris H. Husen Maskati
17. Wakil Sekretaris Drs. H. Ali Jabbar Napitupulu
18. Wakil Sekretaris KH Muslih ZA
Mahkamah Partai
1. Ketua
Drs. H. A. Chozin Chumaidy
2. Wakil Ketua Dr. H. M. Muchtar Aziz
3. Anggota
Yudho Paripurno, SH
4. Anggota
Hj. Aisyah Amini, SH
5. Anggota
Zain Badjeber, SH
6. Anggota
Drs. H. Ramly Nurhapy
7. Anggota
Hj. Machfudzoh Ali Ubaid
8. Anggota
Prof. Drs. Arman Remy, SH,MH
9. Anggota
H.M. Sjaiful Rachman, SH

31 | P a g e

Majelis Pakar
1. Ketua
Dr. H. Barlianta Harahap
2. Wakil Ketua Dr. H. Endin AJ Soefihara
3. Wakil Ketua Dr. H. Anwar Sanusi, M.Si.
4. Wakil Ketua Dr. Ansori Sinungan, SH, MH, LLM
5. Wakil Ketua Prof. Dr. Qomari Anwar
6. Wakil Ketua Dr. Pramudya Ardanta Taufik
7. Wakil Ketua Bambang Sujatmiko, SE
8. Wakil Ketua Dr. Asrul Tanjung, SE
9. Wakil Ketua Prof. Dr. Nabilah Lubis
10. Wakil Ketua Dr. Nizar Dahlan
11. Wakil Ketua Dr. Yusnar Yusuf
12. Wakil Ketua Prof. Dr. Ir. Andi Baharudi Mappangadja, M.Sc.
13. Wakil Ketua Dr. Ahmad Zainuri, M.Si.
14. Sekretaris Ahmad Yani, SH, MH
15. Wakil Sekretaris Dra. Hj. Lena Maryana Mukti
16. Wakil Sekretaris Dra. Ngudi Astuti, M.Si.
17. Wakil Sekretaris Drs. H. Bahri Mappiase, M.Si.
18. Wakil Sekretaris Drs. H. Syamsul Alam Mallarangeng

4. Kekuasaan
Sejarah PPP dalam perhelatan politik bisa dikatakan panjang sekali
karena partai ini lahir pada tahun 1973. Berikut daftar perolehan suara dan
kursi yang didapat PPP dari pemilu tahun 1977-2014:
1) Tahun 1977 mendapatkan 18.743.491 suara atau 29,29% dan
mendapatkan 99 kursi di DPR.
2) Tahun 1982 mendapatkan 20.871.880 suara atau 27,78% dan
mendapatkan 94 kursi di DPR.
3) Tahun 1987 mendapatkan 13.701.428 suara atau 15,96% dan
mendapatkan 61 kursi di DPR.
4) Tahun 1992 mendapatkan 16.624.647 suara atau 17% dan mendapatkan
62 kursi di DPR.
5) Tahun 1997 mendapatkan 25.340.028 suara atau 22,43% dan
mendapatkan 89 kursi di DPR.
6) Tahun 1999 mendapatkan 11.329.905 suara atau 10,71% dan
mendapatkan 58 kursi di DPR. Pada tahun 2001 berhasil menempatkan
Matori Abdul Djalil sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia
Kabinet Gotong-Royong periode 2001-2004.

32 | P a g e

7) Tahun 2004 mendapatkan 9.248.764 suara atau 8,15% dan mendapatkan
58 kursi di DPR.
8) Tahun 2009 mendapatkan 5.533.214 suara atau 5,32% dan mendapatkan
38 kursi di DPR. Pada tahun ini PPP mendapatkan 2 jatah menteri dalam
Kabinet Indonesia Bersatu 2, yaitu Menteri Agama (Suryadharma Ali)
dan Menneg Perumahan Rakyat (Suharso Monoarfa). Lukman Hakim
Saifuddin menjadi Wakil Ketua MPR RI periode 2009–2014.
9) Tahun 2014 mendapatkan 8.157.488 suara a