Pemanfaatan Limbah Kulit pisang Kepok Se

BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sekarang ini kecenderungan dan kebutuhan manusia akan pemakaian
kantung plastik amatlah tinggi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
resiko pencemaran yang dapat disebabkan oleh plastik terhadap lingkungan,
sebab diperlukannya waktu yang terbilang amat lama untuk menguraikan
plastik-plastik itu sampai betul-betul hancur atau terdegradasi secara total.
Dengan mempertimbangkan hal ini, maka diperlukan bahan alternatif yang
dapat digunakan sebagai pengganti dari bahan dasar plastik yang digunakan
secara luas di masyarakat.
Sehubungan dengan isu-isu yang marak saat ini, para ahli dan ilmuwan
sedang mengusahakan secara intensif pemanfaatan dan artifikasi bahan-bahan
organik yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi,
dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat itu sendiri dapat diolah
menjadi bioplastik. Bioplastik dapat dijadikan solusi dalam pemecahan
masalah pencemaran lingkungan akibat limbah plastik. Misalnya saja kulit
jagung, tongkol jagung, kulit pisang, dan bahan organik lainnya. Bioplastik
dapat diolah dari bagian tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa
dengan menggunakan bantuan dari senyawa-senyawa kimia yang diproses
secara kimiawi dan fisikawi.

Seperti kita ketahui pencemaran lingkungan bukan hanya dapat
disebebkan oleh komponen non-organik seperti plastik saja, komponen
organik sekalipun seperti kulit jagung, tongkol jagung, kulit pisang dan
lainnya dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang tak kalah
kronisnya dengan limbah non-organik walaupun waktu untuk terdegradasinya
tidak lebih lama dari plastik yang membutuhkan waktu cukup lama untuk
dapat terurai secara sempurna. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh
Petengsewu Wildlife Education Center sebuah lembaga swadaya pemerhati
lingkungan pada tahun 2014, Indonesia yang merupakan negara terpadat
keempat di dunia menghasil 11.330 ton limbah tiap harinya dengan 58% dari
keseluruhannya merupakan limbah plastik dan 14% nya merupakan limbah
1

rumah tangga yang didominasi oleh limbah organik. Dan jumlah ini akan
terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang tidak
terkendali sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa pada tahun 2025, Indonesia akan
menghasilkan 130.000 ton setiap harinya.
Limbah organik merupakan limbah yang komponennya tersusun atas
molekul-molekul organik, baik itu limbah yang berasal dari sayuran, buahbuahan dan produk pengolahan hasil alam lainnya. Kulit Pisang merupakan

salah satu contoh limbah organik yang jumlahnya sangat banyak ditemui
dalam TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ). Secara umum kulit pisang
menyebabkan permasalahan pencemaran udara lewat bau busuk yang terjadi
akibat proses pengrusakan oleh bakteri, namun tidak menutup kemungkinan
terjadi masalah pencemaran dalam tingkat lebih lanjut lagi dan akan merusak
keseimbangan lingkungan hidup manusia.
Pisang sendiri merupakan jenis buah-buahan yang terdapat pada daerah
tropis dan diproduksi sangat banyak di Indonesia tiap tahunnya. Dari
keseluruhan jumlah varietas buah pisang terdapat jenis-jenis buah pisang
yang sering diolah dalam produk makanan seperti : gorengan, keripik, dan
olahan lainnya, salah satunya adalah pisang kepok. Kulit dari buah pisang
kepok biasanya hanya dibuang

oleh masyarakat dan hal itu menjadi

permasalahan pencemaran limbah organik di alam karena akan meningkatkan
tingkat keasaman tanah dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan lebih
lanjut lagi.
Berdasarkan


permasalahan

inilah,

penulis

memutuskan

untuk

mengangkat topik “Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bio-plastik Pengganti Polimer” dalam karya tulis
ini sehingga kulit pisang kepok yang pada mulanya hanya dianggap sebagai
limbah yang tidak berguna di masyarakat dan tidak punya nilai jual dapat
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

1.2. Rumusan Masalah

2


Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mengenal berbagai jenis tanaman pisang?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman pisang?
3. Mengapa memilih kulit pisang kepok sebagai bahan baku pada
4.

pembuatan bioplastik ?
Bagaimana proses pembuatan bioplastik dari bahan baku kulit pisang

5.

kepok ?
Senyawa kimia apa sajakah yang tedapat pada kulit pisang kepok

6.

sehingga dapat diolah menjadi bioplastik?
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari bioplastik yang terbuat dari
kulit pisang kepok jika dibandingkan dengan plastik dari polimer


7.

biasa?
Bagaimana prospek dan market dari bioplastik

sebagai plastik

alternatif di masa depan ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan penulisan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman pisang;
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman pisang;
3. Untuk mengetahui alasan dan manfaat memilih kulit pisak kepok
4.
5.

sebagai bahan baku pembuatan bioplastik;
Untuk mempelajari cara dan proses pembuatan bioplastik;

Untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia pada kulit pisang kepok

6.

yang membuat kulit pisang kepok dapat diolah menjadi bioplastik;
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari bioplastik yang
terbuat dari kulit pisang kepok jika dibandingkan dengan plastik dari

7.

polimer biasa?
Untuk mengetahui prospek dan market bioplastik sebagai plastik
alternatif di masa depan.

3

BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Tanaman Pisang
Pisang adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara,

termasuk Indonesia. Tumbuhan pisang kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Iklim tropis yang
sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus membuat
tumbuhan pisang sangat cocok dan tersebar luas di Indonesia. Kata pisang
sendiri berasal dari bahasa arab yaitu maus. Carl Linnaeus kemudian
memasukkan pisang kedalam keluarga Musaceae, sekaligus melakukan
penghormatan kepada Antonius Musa, seorang doktor pribadi kaisar romawi,
Octaviani Agustinus. Antonius Musa dianggap berjasa karena menganjurkan
untuk makan buah pisang. Sebab itu, nama ilmiah pisang dalam sistem
penamaan binomial nomenklatur adalah Musa paradisiaca. Kedudukan
tanaman pisang dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kerajaan

Plantae

Divisi

Spermatophyta

Sub-diisi


Angiospermae

Kelas

Monocotyledonae

Ordo

Musales

Famili

Musaceae

Genus

Musa

Spesies


Musa paradisiaca L.

Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Pisang

pisang

Tumbuhan
merupakan

tumbuhan terna monokotil dapat tumbuh bervariasi dari dua hingga sembilan
meter. Tanaman ini memiliki percabangan bertipe simpodial dengan meristem
ujung memanjang membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah dari batang
pisang menggembung dan merupakan ubi yang disebut bonggol. Pucuk
lateral muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi
tanaman pisang. Buah pisang pada umumnya tidak berbiji atau partenokarpi.
Sistem perakaran pisang adalah radix adventicia atau perakaran serabut
4

dimana perkembangan akar utama dihasilkan rambut akar yang berguna

untuk mengoptimalkan penyerapan air dan mineral dari dalam tanah.

Gambar 1. Sistem Perakaran Pada Pisang

Gambar 2. Batang Pisang Sesungguhnya

Batang pisang yang biasa kita lihat merupakan batang semu. Batang yang
sesungguhnya adalah batang yang berada pada bagian dalam berbentuk bulat
( teres ). Pisang memiliki bunga majemuk. Setiap kuncup bunga dibungkus
oleh seludang berwarna merah kecokelatan. Seludang tersebut akan lepas dan
jatuh jika bunga telah membuka. Bunga betina berkembang secara normal,
sedangkan bunga jantan berada di ujung tanduk tidak berkembang dan
tertutup oleh seludang. Bunga jantan inilah yang disebut jantung pisang.
Jantung pisang ini harus dipotong setelah pembuahan selesai. Setiap
kelompok bungan, yang disebut sisir tersusun dalam tandan sehingga satu
tandan pisang tersusun atas beberapa sisir yang dapat terdiri dari 6-22 buah
pisang bergantung pada jenis tanaman pisangnya.

Gambar 3.Bunga Tanaman Pisang


Gambar 4.Tandan Pisang

Gambar 5.Sisir Pisang

Buah pisang pada umumnya tanpa biji dan disebut triploid ( 3n ), kecuali

pada pisang batu atau klutuk yang memiliki sifat diploid ( 2n ). Proses
pembuahan tanpa biji disebut partenokarpi.
Buah pisang memang termasuk buah buni, bulat memanjang dan
membengkok, tersusun seperti sisir dua baris dengan kulit berwarna hijau,
kuning, coklat atau bahkan ungu. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri atas
beberapa pisang. Buah pisang yang memiliki biji biasanya memiliki biji
berkarakteristik hitam, kecil dan bulat. Buah pisang sendiri juga merupakan
buah klimaterik yang artinya memiliki fase perkembangan, dengan
5

meningkatnya ukuran buah

dan meningkatnya kadar karbohidrat

yang

terakumulasi dalam bentuk pati. Pertumbuhan terhenti saat buah telah benarbenar ranum dan fase pematangan buah terhambat. Selama fase pematangan,
kekerasan buah menurun, pati berubah menjadi gula, warna kulit berubah dari
hijau menjadi kuning dan kekelatan pada buah hilang, berkembang menjadi
rasa dengan karakteristik yang khas. Buah pisang biasanya baru bisa dipanen
80-90 hari setelah keluarnya jantung pisang.

Gambar 6. Buah Pisang

Pisang merupakan buah yang sangat bergizi dan merupakan sumber
vitamin, mineral disamping karbohidrat. Pisang dapat dijadikan sebagai buah
meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang.
Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagai pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah
menjadi serat untuk pakaian, kertas dan sebagainya. Batang pisang yang telah
dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia
(domba dan kambing) pada saat musim kemarau karena

tidak/kurang

tersedianya rumput.
Buah pisang sangat prospektif sebagai bahan baku industri. Hal tersebut
karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta berbagai produk
dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai tambah.
Salah satu alternatif dari pemanfaatan pisang yaitu dapat diolah menjadi pati.
Sifat fisika dan kimia tepung pisang dari beberapa varietas dengan komposisi
kimia rata-rata tepung pisang, yaitu kadar air 6,24% - 8,39% dan kadar
karbohidrat 70,10% - 78,88%.
2.2. Jenis-Jenis Tanaman Pisang

6

Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, tingginya
keanekaragaman ini memberikan peluang untuk memanfaatkan tanaman
pisang untuk diolah sebagai pemenuhan kebutuhan manusia.
Berdasarkan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia tanaman pisang
dibagi menjadi tiga macam, antara lain :
a) Pisang Serat ( Musa textilis )
Pisang serat merupakan varietas tanaman pisang yang batangnya
dimanfaatkan secara khusus dalam proses pembuatan tekstil, tali
tambang kapal, kertas dan juga campuran dalam pencetakan uang
kertas. Batang pisang tersusun dari lapisan pelepah yang mengandung
serat yang tinggi ( selulosa ). Pada umumnya pohon-pohon pisang
serat memiliki ciri-ciri antara lain :
- Tinggi pohon dapat mencapai 7 meter;
- Daunnya berwarna hijau dan cenderung berbentuk lanset;
- Ditemui di daerah dengan kelembapan relatif tinggi dengan
intensitas sinar matahari yang tinggi;
Pisang jenis ini dipanen ketika kuncup bunga telah terlihat.

Gambar 7. Tanaman Musa textilis

Gambar 8. Serat Musa textilis yang Telah
Diolah

b) Pisang Hias ( Heliconia sp dan Ravenala sp )
Pisang hias atau lebih dikenal dengan nama latin Heliconia dapat
dibagi kembali menjadi dua jenis, yaitu :

7

- Pisang Kipas ( Ravenala Madagascariensis );
Memiliki bentuk tanaman menyerupai kipas.

Gambar 9. Tanaman Ravenala madagascariensis

- Pisang-Pisangan ( Heliconia sp);
Memiliki batang semu dengan ukuran diameter relatif kecil
dan bunga yang indah. Sangat populer untuk dijadikan hiasan
taman.

Gambar 10. Tanaman Heliconia indica

Gambar 11. Tanaman Heliconia stricta

c) Pisang Buah ( Musa paradisiaca )
Pisang buah ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya.
Pisang buah terdiri dari beberapa kelompok, yaitu :
- Kelompok pertama adalah pisang yang dapat dimakan secara
langsung setelah matang atau biasa disebut juga ‘pisang meja’.
Contoh : pisang mas, pisang ambon, pisang barangan dan
pisang cavendish.

8

Gambar 12. Pisang Mas

Gambar 14. Pisang Barangan

Gambar 13. Pisang Ambon

Gambar 15. Pisang Cavendish

- Kelompok kedua adalah pisang yang diolah terlebih dahulu
baru bisa dimakan.
Contoh : pisang tanduk, pisang nangka, pisang uli, pisang
kapas dan pisang agung.

Gambar 16. Pisang Tanduk

Gambar 17. Pisang Nangka

Gambar 18. Pisang Agung

Gambar 19. Pisang Uli

- Kelompok ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung
setelah masak maupun diolah terlebih dahulu.
Contoh : pisang kepok dan pisang raja.

Gambar 20. Pisang Raja

Gambar 21. Pisang Kepok

9

- Kelompok keempat adalah pisang yang dimakan sewaktu
masih mentah.
Contoh : pisang batu atau pisang klutuk.

Gambar 22. Pisang Batu Atau Klutuk

Namun secara garis besar pisang buah dibagi dalam dua
kelompok utama, yaitu :
- Kelompok pisang meja ( dessert banana );
- Kelompok pisang olahan ( cooking banana ).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang
Tanaman pisang yang merupakan tanaman yang hanya tumbuh di area
tropis pasti memiliki syarat tumbuh yang berhubungan dengan tanah sebagai
media tumbuh, unsur hara atau mineral, cahaya matahari dan air. Faktor yang
mempengaruhi syarat tumbuh tersebut adalah iklim yang tersusun atas unsurunsur seperti curah hujan, suhu, kelembapan, lama penyinaran dan tekanan
angin. Iklim dari satu tempat ke tempat lain tidaklah sama hal ini dipengaruhi
oleh letak geografis suatu tempat. Alhasil tanaman pisang tidak dapat tumbuh
di iklim diluar kondisi tropis dan sub-tropis. Berikut merupakan syarat
tumbuh tanaman pisang :
a.

Tanah
Tanaman pisang mempunyai sistem perakaran yang dangkal

sehingga agar pertumbuhannya optimal dibutuhkan top soil yang
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik ( humus ).
Pada tanah berat atau dengan kadar lempung tinggi, pemberian bahan
organik seperti pupuk kandang sangat dibutuhkan dalam kuantitas
yang besar agar dapat merubah struktur tanah menjadi lebih gembur.
10

Pada tanah yang lebih tingan pemberian pupuk kandang dimaksudkan
agar mampu menahan air dan mineral.
Penambahan pupuk kandang akan memperbaiki struktur tanah
dan menyuplai unsur N, P dan S serta meningkatkan kapasitas
pertukuran kation pada tanah yang merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme tanah dan memperbaiki kemampuan tanah untuk
menahan atau menyimpan air.
Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman pisang
karena memiliki keseimbangan yang baik untuk memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara yang sangat dibutuhkan tumbuhan untuk
pernapasan akar dan air tanah sebagai medium untuk pelarut mineral.
Tanaman

pisang

akan

tumbuh

sangat

subur

dengan

tanah

berkandungan organik sekitar 3% ( tinggi ) dan kelembapan tanah
60%-70% ( lembab ).
Tanaman pisang juga memerlukan mineral dalam jumlah besar
untuk

perkembangan

dan

pertumbuhannya.

Misalnya

untuk

memproduksi pisang 30 ton per hektar are per tahun, dibutuhkan
pemupukan mineral sebesar :

Nitrogen ( N )
Difosfor Pentaoksida ( P2O5 )
Kalium Dioksida ( K2O )
Kalsium Oksida ( CaO )
Magnesium Oksida ( MgO )

50 kg/ha
15 kg/ha
175 kg/ha
10 kg/ha
25 kg/ha

Tabel 2. Mineral yang Dibutuhkan Untuk Memproduksi 30 Ton Per Hektarare Per Tahun

Sedangkan untuk mendapatkan 50 ton per hektare per tahun,
diperlukan pemupukan mineral sebesar :
Nitrogen ( N )
Fosfor ( P )

388 kg/ha
52 kg/ha
11

Kalium ( K )
Kalsium ( Ca )
Magnesium ( Mg )
Sulfur ( S )
Klorin ( Cl )
Natrium ( Na )
Unsur lainnya ( mikro )

1.438 kg/ha
227 kg/ha
125 kg/ha
73 kg/ha
525 kg/ha
10,6 kg/ha
26,94 kg/ha

Tabel 3. Mineral yang Dibutuhkan Untuk Memproduksi 50 Ton Per Hektare Per Tahun

Derajat keasaman atau pH tanah yang sangat sesuai untuk
tanaman pisang berada pada kisaran 5,6-7,5, sedangkan pisang yang
cukup sesuai berada pada 5,2-5,6 dan 7,5-8,0. Derajat keasaman
sangat

berpengaruh

pada

persediaan

unsur

hara

sehingga

mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Akar tanaman akan mudah
menyerap unsur hara bila berada pada pH tanah netral ( 6-7 ) karena
unsur hara akan mudah larut di dalam air. Pada tanah asam, unsur P
tidak akan diserap oleh tumbuhan karena diikat oleh unsur Al
( Aluminium ). Sedangkan pada kondisi tanah alkali, unsur P tidak
akan diserap oleh tanaman karena berikatan dengan unsur Ca
( Kalsium ).
b. Iklim
Tanaman pisang tumbuh baik di daerah tropis terutaman daerah
diantara 30o LU-30o LS. Di daerah subtropis juga terdapat tanaman
pisang tetapi pertumbuhannya lebih lambat. Tipe iklim yang sesuai
dengan tanaman pisang adalah iklim basah sampai kering dengan
curah hujan merata sepanjang tahun atau jumlah bulan kering 0-4
bulan.
Suhu rata-rata tahunan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
pisang berkisar antara 18-35oC, tetapi yang ideal adalah 25-27oC.
Suhu diluar rentang 18-35oC akan menghambat pertumbuhan tanaman
pisang.
Tanaman pisang membutuhkan air dalam jumlah yang cukup
besar terutama pada awal penanaman dan pada waktu pembentukan
buah. Curah hujan rata-rata tahunan yang sesuai adalah 2.00012

2.500mm. Kebutuhan air per minggu sekitar 25 mm atau setiap
harinya 3-6,3 mm, tergantung pada suhu udara, kelembapan,
penyinaran matahari dan angin. Kekurangan air pada tanaman pisang
dapat menyebabkan buah pisang berwarna gelap ( sunburn ). Oleh
karena itu pemberian air pada musim kemarau amat dianjurkan.
Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman pisang membutuhkan
waktu 8-12 bulan untuk menghasilkan tandan ( buah ), sedangkan di
daerah beriklim kering dan dingin membutuhkan 18 bulan. Angin
kencang berpengaruh buruk pada tanaman pisang. Tanaman bisa
roboh karena perakarannya dangkal dan tidak memiliki akar
penunjang seperti pada tumbuhan-tumbuhan terna dikotil. Kedalaman
akar pisang rata-rata dalah 75 cm dengan maksimalnya 90 cm.
Kecepatan angin lebih dari 20 km / jam akan menyebabkan kerusakan
pada pisang sedangkan angin diatas 80 km / jam akan merobohkan
tanaman pisang secara total.
Tanaman pisang memang tahan terhadap kekeringan karena
akarnya mengandung air. Namun pemberian air di musim kering akan
membantu produktivitas tanaman pisang karena kebutuhan air
meningkat pada masa vegetatif dan pembentukan buah.
Agar produktivitasnya optimal, pisang sebaiknya dibudidayakan
di tempat dengan ketinggina 1.000 mdpl terutama pada ketinggian
400-600 m dpl. Tanaman pisang membutuhkan cahaya matahari yang
banyak. Di tempat yang terlindung tanaman pisang akan terhambat
pertumbuhannya.
2.4. Budidaya Tanaman Pisang
Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mendapatkan pisang unggulan
yang populer dibutuhkan suatu sistem produksi yang baik agar diperoleh buah
yang sesuai dengan permintaan konsumen. Oleh karena itu teknik budidaya
tanaman pisang menjadi solusi untuk memenuhi itu semua. Berikut
merupakan tahap-tahap dalam melakukan teknik budidaya pisang :
a. Penentuan Waktu Tanam

13

Iklim yang berubah karena pemanasan global menyebabkan
sulitnya memprediksi pergantian seperti awal musim hujan atau
kemarau. Sebab itu, untuk menentukan waktu tanam pisang
dibutuhkan informasi iklim. Data dalamsatu periode, misalnya 5
tahun, sangat diperlukan untuk menganalisis curah hujan rata-rata
bulanan dalam periode tersebut, dapat ditentukan pula tipe iklim di
suatu wilayah yang menjadi tempat penanaman pisang. Dengan
mengetahui awal bulan basah ( mulai musim hujan ) sampai tiga bulan
berikutnya, dapat diperoleh waktu tanam pisang yang menjamin
pertumbuhan benih pisang secara baik.
Data iklim bisa diperolah dari Kantor Metereologi setempat.
Kantor

Penyuluhan

Pertanian

juga

dapat

dikunjungi

untuk

berkonsultasi dengan Penyuluh Pertanian mengenai cara menganilisis
data iklim yang diaplikasikan dalam budi daya tanaman pisang.
b. Penyediaan Lahan
Persiapan lahan meliputi gulma, rumput dan semak belukar.
Selain itu, tanah juga digemburkan serta dibuat sengkedan dan saluran
drainase. Pembuatan saluran pembuangan air dibutuhkan pada tanah
datar sehingga air tidak tergenang saat musim hujan. Sementara itu,
pembuatan sengkedan perlu dilakukan pada bagian tanah yang miring.
Lebar sendkedan tergantung pada kemiringan lahan. Lambung
sengkedan dapat ditahan dengan menanam tanaman legum, misalnya
lamtoro. Selain sebagai penahan erosi, tanaman tersebut bisa
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pemasok nitrogen dan pemecah
energi angin.
Daun-daunan sisa tanaman pisang bisa dijadikan kompos agar
tidak menjadi sumber penularana hama dan penyakit. Lahan yang
sudah disiapkan dibuatkan titik posisi tanam sesuai jarak tanam yang
diinginkan. Jarak tanam bisa dibuat dengan ukuran 4x4 m untuk
pisang bertajuk sempit, 5x5 m untuk pisang bertajuk sedang dan 6x6
m untuk pisang bertajuk lebar.

14

Setelah lahan dibersihkan, lubang tanam disipakan dengan ukuran
50x50x50 cm atau 60x60x50 untuk tanah yang subur. Untuk tanah
yang kurang subur, lubang tanam dapat dibuat dengan ukuran
80x80x50 cm. Dengan ukuran tersebut, dapat tersedia ruang
pertumbuhan dan perkembangan akar pisang. Gunakan cangkul untuk
membuat lubang tanam. Lapisan tanah atas dan tanah bawah
dipisahkan di tempat yang berbeda. Lubang tanam dibiarkan terbuka
selama 1-3 bulan sebelum penanaman agar mendapat penyinaran dan
aerasi udara yang baik.
c. Penyediaan Bibit
Benih atau bibit pisang dapat diperoleh dengan beberapa cara,
antara lain :
- Bibit dari anakan;
Cara inilah yang biasa dilakukan pada perkebunan pisang
rakyat. Bibit diperoleh dengan memisahkan anakan dari
rumpun pisang dengan menggunakan linggis. Anakan pisang
yand diperoleh dapat berupa rebung dengan ukuran 24-40 cm.
Anakan rebung belum berdaun dan bonggolnya masih
lunak.Anakan juga bisa berupa anakan pedang dengan tinggi
40-100 cm. Anakan ini memiliki daun yang masih berbentuk
seperti pedang dengan ujung yang runcing. Berikutnya adalah
anakan dewasa dengan tinggi lebih dari 100 cm. Anakan ini
telah memiliki daun sempurna.
Anakan rebung mudah mengalami kekeringan setelah
ditanam sementara itu, anakan dewasa tidak terlalu ideal untuk
ditanam karena terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang
tahan terhadap cekaman lingkungan. Sebab itu, bibit dari
anakan yang paling baik adalah anakan pedang. Ketika
dipisahkan dari rumpunnya, anakan harus langsung ditanam.
Anakan pisang yang digunakan sebagai bibit sebaliknya
diambil dari pohon yang sudah bereproduksi, sehat dan
produktivitasnya relatif tinggi.

15

Gambar 23. Anakan Rebung

Gambar 24. Anakan Pedang

Gambar 25. Anakan Dewasa

- Bibit dari bonggol;
Bonggol yang digunakan untuk penyediaan bibit dapat
diambil dari anakan pisang berdiameter 7-12 cm atau setinggi
40-150 cm. Cara menyediakan bibit bonggol adalah sebagai
berikut :
o

Anakan dipisahkan dari rumpun dewasa yang sehat
serta bebas dari hama dan penyakit menggunakan
linggis ( kondisi bonggol harus utuh );

o

Akar dan tanah yang menempel pada bonggol harus
dibersihkan. Anakan dipotong 10 cm di atas leher
bonggol. Titik tumbuh di pusat bonggol dikorek

16

dengan lebar dan dalam sekitar 3 cm dengan
menggunakan pisau runcing dan bersih;
o

Periksa kesehatan bonggol dengan memotong bagian
bawah

bonggol.

Bila

berwarna

merah

mengindikasikan terinfeksi penyakit, bila berwarna
putih mengindikasikan sehat;
o

Bonggol direndam dalam disinfektan selama 20 menit
atau

dalam

larutan

fungisida

atau

nematisida

dengandosis 2 gr/L air agar jamur atau nematoda mati.
Boleh juga direndam dalam air hangat dengan suhu
55oC;
o

Munculnya tunas pada bonggol dapat dirangsang
dengan terlebih dahulu disemai dalam bedengan,
disusun secara sejajar dengan titik tumbuh mengarah
keatas. Masing-masing bonggol diberi jarak 5 cm .
Bonggol ditimbun campuran tanah, pasir dan pupuk
kandang setebal 5 cm. Lakukan penyiraman untuk
menjaga kelembapan bonggol bila tidak ada hujan;

o

Setelah tunas tumbuh dan telah memiliki satu atau dua
lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan.
Kemudian, bonggol dibelah secara membujur dari
permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas
yang tumbuh. Bila ukuran potongan terlalu besar,
dapat dikurangi dengan mengiris potongan bonggol di
kiri dan kanan tunas;

o

Tunas hasil semaian disemai dalam polibag ukuran
20x30 cm yang berisi media tanam berupa campuran
tanah dan pupuk dengan rasio 1:1 lalu diletakkan
dalam tempat yang teduh;

o

Setelah berumur 1 bulan, bibit dipindahkan ke tempat
terbuka dan siap ditanam di lahan setelah berumur 2
bulan. Bibit sudah mempunya 2 helai daun pupus.
17

Gambar 26. Bibit Dari Bonggol

- Bibit dari perbanyakan kultur jaringan
Bibit pisang kultur jaringan merupakan bibit yang
dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan ( sel meristematis
) pada media buatan dalam laboratorium ( in vitro ). Kultur
jaringan merupakan tekhnik budidaya sel, jaringan, dan organ
tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan tidak
terkontaminasi mikroorganisme penyebab penyakit.
Dengan kultur jaringan, dapat diperoleh tanaman dalam
jumlah banyak, dalam waktu relatif singkat, dan sifat fisiologi
dan morfologi yang sama persis dengan tanaman induk.
Keuntungan yang diperoleh adalah kesehatanbibit tanaman
terjamin, kecepatan pertumbuhannya se ragam, lebih cepat
berbuah, dan buah bisa masak serempak sehingga waktu
panen bisa bersamaan. Ini akan memberikan hasil yang lebih
efisien dalam penanganan. Tanaman pisang dari bibit kultur
jaringan dapat dipanen sekitar 9 bulan dan panen kedua
berkisar antara 5-6 bulan.
Satu-satunya kelemahan perbanyakan bibit secara
kultur jaringan adalah membutuhkan keahlian khusus dan
harus dilakukan di dalam laboratorium sehingga tidak semua
orang bisa melakukannya. Sebab itu, bibit pisang kultur
jaringan dapat dibeli dari penangkar benih yang memiliki
18

fasilitas pembibitan kultur jaringan. Bibit pisang kultur
jaringan dapat dibeli di Kebun Benih Hortikultura Salaman,
Magelang, Jawa Tengah. Secara garis besar, terdapat
beberapa langkah dalam melakukan perbanyakan pisang
dengan kultur jaringan.
-

Langkah awal adalah pembuatan media yang mengandung
garam-garam mineral dalam konsentrasi tinggi;

-

Berikutnya adalah persiapan eksplan yang dipilih dari
tunas yang sehat. Dicuci bersih, bagian ujung tunas dipotong,
seludang dikupas, danbonggol diiris hinggake inti sampai
diperoleh jaringan berbentuk kubus. Eksplan tersebut lalu
direndam dalam larutan bakterisida dan fungisida;

-

Setelah itu, langkah inokulasi. Eksplan ditanam dalam
media dan disimpan dalam ruang inkubasi yang bersuhu
konstan 22-28°C;

-

Langkah selanjutnya adalah subkultur. Ini merupakan
proses memindahkan eksplan ke dalam media barn. Setiap
individu

dapat

dipecah

menjadi

5-6

subkultur.

Perlakuan subkultur dapat dilakukan sebanyak 5-6
generasi. Subkultur yang telah tumbuh akarnya dapat
disebut sebagai bibit kecil atau plantlet;
-

Kemudian, langkah multiplikasi, yaitu proses pemindahan
eksplan pada media baru dengan membelah bonggol
untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas samping;

-

Langkah selanjutnya adalah aklimatisasi. Ini merupakan
proses mengeluarkan plantlet dari botol menggunakan
pinset, lalu setelah diberikan beberapa perlakuan dalam
larutan fungsisida dan bakterisida, plantlet tersebut
ditanam dalam media tanam berupa pasir steril dengan
jarak tanam 10 x 10 cm. Tutup plantlet tersebut dengan
plastik transparan selama 3 minggu;

19

-

Lalu, bibit dipindahkan ke polibag dan diletakkan di tempat
terbuka;

-

Setelah sekitar 5 minggu, bibit sudah siap ditanam di lahan.

Gambar 27. Proses Subkultur

Gambar 28. Aklimatisasi – Proses Pengadaptasian Bibit
Dengan Lingkungan

Gambar 29. Bibit Hasil Kultur Jaringan

20

d. Penanaman
Sebulan sebelum penanaman, tanah bekas galian bagian
atas dikembalikan ke lubang tanam. Tanah tersebut dicampur pupuk kandang 810 kg untuk lubang tanam yang berukuran 60 x 60 x 50 cm dan 13-15 kg untuk
lubang tanam yang berukuran 80 x 80 x 50 cm. Tanah yang sudah
dicampur pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam,
kemudian disusul dengan tanah bagian bawah. Setelah itu, lubang tanam
dibiarkan selama sebulan lalu ditanami bibit pisang.
Pada saat menanam bibit, lubang tanam yang sudah ditimbun digali
lagi seukuran bibit yang hendak ditanam. Bibit yang hendak
ditaman hendaknya direndam terlebih dahulu dengan agensia hayati
Pseudomonas fluorescens. Bibit ditanam sampai sebatas sekitar 10 cm di
atas pangkal batang. Setelah itu, lubang ditutup kembali dengan tanah
galian tadi. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Tandan buah dan buah yang dihasilkan akan besar karena periode
pembuahannya juga akan terjadi pada musim hujan.

e. Pemeliharaan Tanaman
Pengairan dibutuhkan bila penanaman dilakukan di luar musim hujan
atau saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan cara menyiram
dari atas anakan secara perlahan dan mengenai daun pisang. Pada kebun
pisang komersial yang cukup luas, penyiraman dapat dilakukan melalui
parit atau disemprotkan langsung pada tanaman. Ada pula yang melakukan
dengan drip irrigation atau irigasi tetes. Anakan yang baru ditanam dan
tanaman yang berbunga memerlukan air antara 50-90 liter, sedangkan
tanaman yang berbuah membutuhkan air 200 liter per minggu.

21

Ketika tumbuh rumput atau gulma di sekitar tanaman pisang,
perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan rumput langsung diikuti
dengan

penggemburan

tanah

menggunakan

cangkul

kecil.

Penggemburan jangan terlalu dalam karena dapat merusak perakaran
pisang. Lakukan pula pemangkasan daun dan pelepah pisang yang
menguning dan mati. Daun tersebut dipotong-potong dan dijadikan
sebagai

mulsa

atau

penutup

tanah.

Pelepah

daun

yang

menunjukkan gejala serangan penyakit dipotong dan dikumpulkan
pada satu tempat lalu dibakar agar tidak menjadi sumber infeksi pada
tanaman yang sehat.
f. Pemupukan
Pemupukan dibutuhkan agar tanaman pisang tumbuh optimal,
produktif, dan untuk mempertahankan status hara tanah. Pupuk yang
diberikan berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa
pupuk kandang atau kompos, yang diberikan sekitar 10 kg per rumpun.
Pemupukan ini dilakukan 3 bulan setelah tanam dan diulang setiap 3
bulan.
Pupuk anorganik meliputi nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur
nitrogen berfungsi untuk membuat daun hijau segar, mempercepat
pertumbuhan vegetatif, dan menambah kandungan protein buah.
Unsur fosfor diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan akar sehingga dapat lebih banyak mengambil unsur
hara dari dalam tanah. Selain itu, tanaman menjadi tidak mudah roboh,
lebih cepat berbunga, merangsang pertumbuhan, serta lebih tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Kalium berfungsi untuk
memperkuat batang tanaman, membantu proses fotosintesis, dan
meningkatkan kualitas buah serta menambah ketahanan tanaman.
Pemberian pupuk dilakukan secara melingkar dengan membuat
alur di sekeliling tanaman dengan jarak 50 cm dari pangkal rumpun dan
dibuat dengan kedalaman 10 cm. Pupuk diberikan dengan takaran
100 gram urea per rumpun, 50 gram TSP/SP-36 per rumpun, dan 100
gram KC1 per rumpun. Setelah pupuk diberikan, alur ditutup

22

kembali dengan tanah, jerami, atau daun kering. Pupuk anorganik
diberikan 4 kali setahun.
g. Penjarangan Anakan;
Pisang merupakan tanaman yang sangat mudah berkembang
dengan me ng ha s i lk an an ak an ba ru . P e n j a r a n g a n a n a k a n
s a n g a t diperlukan agar diperoleh tanaman p i s a n g y a n g s u b u r
dengan

produktivitas tinggi. Penjarangan

dilakukan untuk menghindari berjejalnya
batang dan untuk mengatur panen yang
berurutan dalam setiap rumpun. Dari satu
tanaman induk, disisakan 2-3 anakan atau
dari satu batang yang tertua didampingi 2-3
anakan, dan satu tanaman cucu. Cara lain
dalam

menentukan

jumlah

tanaman

dalam setiap rumpun adalah 2 batang
pisang induk disisakan 2 anakannya sehingga
terdapat 4 anakan.
h. Pemberian Penyangga;
Pisang yang mulai berbunga mempunyai jantung
pisang yang kuat dan kompak, begitu pula dengan
tandan yang menjadi tempat menempelnya sisir-sisir
buah. Pisang yang mulai berbuah akan menarik pohon induk karena bobot buah
dan adanya daya tarik bumi. Sebab itu, perlu diberikan penyangga yang menjadi
topangan buah pisang agar batang pisang tidak patah atau rubuh karena beban
tandan yang berat. Penyangga dari bambu atau kayu dipasang searah dengan
posisi tandan buah dan jangan mengenai buah pisang.
i. Pembrongsongan;
Ada kalanya buah pisang perlu dibrongsong untuk mencegah
terjadinya infeksi hama dan penyakit sehingga buah menjadi mulus dan
kualitasnya lebih baik. Pembrongsongan bisa menggunakan plastik PE
(polyethylene) dengan panjang 100-150 cm atau karung bekas yang

23

diikatkan pada pangkal tandan. Pembrongsongan dilaku-kan pada saat
seludang pisang pertama belum membuka dan sebelum jantung pisang
merunduk. Seludang atas jangan ikut masuk ke dalam plastik atau karung.
Seludang yang terlepas dikeluarkan agar tidak membusuk pada tandan buah.
Pembrongsongan dapat menggunakan bahan dari kertas semen, plastik
PE bening, plastik biru atau plastik khusus yang diberi insektisida. Ada dua
waktu pembrongsongan. Pertama, saat seludang bunga pertama mekar.
Sebelum dilakukan pembrongsongan, jantung pisang disemprot insektisida
berbahan aktif dicloford atau chlorpyrifos serta diberi fungisida berbahan
aktif benomyl. Penyemprotan pestisida dilakukan lagi setelah buah pisang
muda terbentuk sempurna dan pemotongan jantung dengan membuka
brongsong. Kedua, setelah penyemprotan pestisida, tandan buah dibrongsong
lagi hingga buah dipanen. Caranya sama dengan saat pembrongsongan
pertama.
Tandan pisang yang dibrongsong dapat melindungi buah dari cuaca
dingin atau panas, debu, serangan hama, sinar matahari langsung, dan dapat
mempercepat masa panen 5 hari. Pembrongsongan dapat mencegah
timbulnya bintik hitam atau cokelat pada buah akibat serangan hama.
j. Pemotongan Jantung Pisang;
Jantung pisang sejatinya adalah bunga jantan. Rangkaian bunga pada
pangkal jantung pisang adalah bunga betina dan akan berkembang menjadi
buah. Rangkaian bunga pada bagian tengah adalah bunga sempurna yang
juga akan berkembang menjadi buah. Sedangkan rangkaian bunga yang
berada pada pucuk atau ujung jantung pisang adalah bunga jantan dan tidak
berkembang menjadi buah.
Setelah sisir buah pisang terbentuk dan pembentukan buah selesai,
muncul tangkai jantung pisang yang akan terus memanjang. Bila sudah me
ncap ai 15-20 cm, sebaiknya langsung dipotong. Pemotongan jantung pisang
bertujuan untuk menghindarkan infeksi penyakit layu darah dan mengoptimalkan
penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Pemotongan jantung pisang dilakukan
bila jarak buah terakhir yang normal dengan jantung sudah lebih dari 5 cm.
Pemotongan menggunakan pisau dari arah kanan sekitar 5 cm dari sisir

24

terakhir yang normal. Pembuangan sisir buah yang tak sempurna dapat
dilakukan karena dapat memperbesar buah di atas sisir buah yang tidak
sempurna tersebut.
Pemotongan bunga jantan ( jantung ) setelah terbentuknya
jumlah sisir yang dikehendaki dapat meningkatkan bobot tandan dan
mengurangi penularan penyakit oleh serangga pengisap madu. Setelah
pemotongan jantung, lakukan pemupukan buah secara susuan agar buah
yang dihasilkan berisi penuh. Caranya: buat adonan urea (1 sendok makan)
dicampur tanah ( 2 kepalan tangan orang dewasa ). Adonan tersebut
ditambah sedikit air sehingga menjadi seperti adonan kue yang mudah dibentuk.
Adonan ini dimasukkan dalam kantong plastik dan diikatkan pada bagian
bawah tandan yang telah dipotong jantungnya. Untuk mendapatkan kualitas
buah yang bagus, pada fase perkembangan buah, sebaiknya daun disisakan sekitar
4 helai saja.
2.5. Tanaman Pisang Kepok
Pisang kepok merupakan jenis pisang berkulit tebal dengan nilai
komersial yang sangati tinggi sebagai pisang olahan. Pada umumnya terdapat
dua buah jenis pisang kepok berdasarkan warna dagingnya yaitu : pisang
kepok kuning dan pisang kepok putih.

Gambar 30. Pisang Kepok Kuning

Gambar 31. Pisang Kepok Putih

Pisang kepok kuning pada umumnya lebih disukai oleh konsumen
dikarenakan kulit buah dan dagingnya yang tebal dan daging buahnya yang
akan berwarna kuning bila matang.
Deskripsi morfologi pisang kepok adalah sebagai berikut :
Tinggi
Panjang tandan buah
Jumlah sisir per tandan
Jumlah rata-rata buah per sisir

3 meter
30-60 cm
9-17 sisir
10-20 buah
25

Berat per tandan
Bentuk buah

14-22 kg
Berpenampang segitiga,

Daging buah

segiempat ataupun bulat
Bewarna putih kekuningan
atau kuning
Tabel 4. Morfologi Pisang Kepok

Dalam 100 gram daging buah pisang kepok terdapat kandungan zat gizi,
antara lain :
Kalori
Karbohidrat
Protein
Lemak
Air
Vitamin A
Vitamin C
Tiamin
Riboflavin

79 kkal
21,2 gram
1,1 gram
0,2 gram
75,5 gram
0,022 gram
0,0094 gram
0,001 gram
0,002 gram

Tabel 5. Kandungan Gizi Dalam 100 gr Daging Pisang Kepok

Pisang kepok pada umumnya memiliki jumlah sisir per tandan hingga 17
sisir dengan jumlah buah per sisir antara 13-18 buah dan jumlah buah per
tandan anatara 150-250 buah. Cita rasa daging buah pisang ini manis dan
merupakan pisang olahan varietas utama. Daya simpannya pada suhu kamar
mencapai 15-21 hari. Produktivitas pisang ini mencapai 20-30 ton per
hektarare.
Menurut Herbarium Medanense (2011), klasifikasi pisang kepok, adalah
sebagai berikut:
Kingdom
Divisi
Class
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nama Lokal

Plantae
Magnoliophyta
Liliopsida
Musales
Musaceae
Musa
Musa paradisiaca. L.
Pisang Kepok

Tabel 6. Klasifikasi Pisang Kepok

26

Kulit pisang kepok sangat berbeda dengan dagingnya yang banyak
dimanfaatkan. Kulit pisang kepok biasanya menjadi limbah yang tidak ada
harga jualnya. Oleh karena itu penulis melihat peluang dalam pemanfaatan
kulit pisang kepok untuk diolah sebagai bahan bioplastik karena mengandung
zat Amilopektin. Dimana zat Amilopektin tersebut diurai bersama dengan
molekul air pada kulit pisang terlebih dahulu melalui proses hidrolisis.
Berikut merupakan komposisi zat yang terkandung pada kulit pisang :

tabel
komposisi
menempati
terbanyak
kulit

Unsur

Komposisi

Air
Karbohidrat
Lemak
Protein
Kalsium
Pospor
Besi
Vitamin B
Vitamin C

69,80 %
18,50%
2,11%
0,32%
715mg/100gr
117mg/100gr
0,6mg/100gr
0,12mg/100gr
17,5mg/100gr

Tabel 7. Kandungan Unsur Kulit Pisang Kepok

sendiri

Berdasarkan
diatas,
karbohidrat
tempat
kedua pada
pisang. Zat
amilopektin
merupakan

jenis karbohidrat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bioplastik.
2.6. Pati ( Amilum )
Salah satu biomassa yang dapat digunakan dalam pembuatan plastik
adalah pati, yang didapatkan dari tanaman penghasil pati seperti singkong.
Pati ( amilum ) adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa dalam
jangka panjang.
Pati dapat dihasilkan dari beberapa macam sumber, antara lain dari bijibijian dan umbi-umbian. Pati yang berasal dari biji-bijian dapat berasal dari
serealia seperti jagung, gandum, beras, sorghum dan kacang-kacangan.
Adapun dari umbi-umbian, pati dapat dihasilkan dari singkong, kentang, dan
sebagainya. Selain itu, pati juga dapat dihasilkan dari batang tanaman, seperti
pati sagu dan dari daging buah muda seperti pisang. Contohnya adalah
akar Manihot esculenta (pati tapioka), batang Metroxylon sagu ( pati sagu ),
27

dan rizom umbi tumbuhan Bersitaminodia sp yang meliputi Canna
edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia ( pati umbi larut ).
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi
adalah Zea

mays (

tuberosum (

jagung

kentang

),

Oryza

), Triticum

sativa

aesticum (

(

beras

gandum

), Solanum
), Maranta

arundinacea ( garut ), Ipomoea batatas ( ketela rambat ), Manihot utilissima (
ketela pohon ).
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau yang mempunyai rumus
molekul (C6H10O5)n, dan densitas sebesar 1.5 g/cm3. Dalam air dingin amilum
tidak akan larut tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan akan terjadi
suatu larutan koloid yang kental, memberikan warna ungu pekat pada tes
iodin

dan

dapat

dihidrolisis

dengan

menggunakan

asam

sehingga

menghasilkan glukosa. Hal ini disebabkan karena molekulnya berantai lurus
atau bercabang tidak berpasangan sehingga membentuk jaringan yang
mempersatukan granula pati. Sifat pati lainnya adalah butuh waktu yang lama
dalam proses pemasakan dan sering terjadi proses retrogradasi dan sineresis
pada pati alami. Retrogradasi adalah proses kristalisasi kembali dan
pembentukan matriks pati yang telah mengalami gelatinisasi akibat pengaruh
suhu.
Penyusun amilum yang utama adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa
memberikan sifat keras ( pera ) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket.
2.7. Polimer
Polimer disebut juga dengan makromolekul yang dibangun dari repetisi
molekul-molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer ( polymer )
berasal dari dua kata, yaitu poli ( banyak ) dan meros ( bagian – bagian ).
Klasifikasi polimer salah satunya adalah berdasarkan ketahanan terhadap
panas ( termal ). Klasifikasi polimer ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Polimer termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak
tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
28

menjadi lunak dan ketika didinginkan akan mengeras. Proses tersebut
dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam
berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan
produk polimer yang baru.
Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer
plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai
polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang.
Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut :

Gambar 32. Polimer Termoplastik Bercabang

Bentuk struktur bercabang termoplastik adalah sebagai berikut :

Gambar 33. Polimer Termoplastik Bercabang Dengan Sifat Khusus

Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :

No

Sifat Polimer Termoplastik

1

Berat molekul kecil

2

Tidak tahan terhadap panas

3

Jika dipanaskan akan lunak

4

Jika didinginkan akan keras

5

Mudah untuk direnggangkan

6

Fleksibel

7

Titik leleh relatif rendah

8

Dapat dibentuk ulang ( daur ulang )
29

9

Mudah larut dalam pelarut yang sesuai

10

Memiliki struktur molekul linear atau
bercabang
Tabel 8. Sifat Polimer Termoplastik

Contoh plastik termoplastik sebagai berikut :
-

Polietilena (PE)

:

Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa
saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas
hujan;
-

Polivinilklorida (PVC)

:

Pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin
plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen;
-

Polipropena (PP)

:

Karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi
plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
pembungkus tekstil, dan permadan;
-

Polistirena

:

Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
b. Polimer termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat
meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan
30

polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada
saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat
disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah
dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi
kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka
semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk
kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan
silang antar rantai polimer.
Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :

Gambar 34. Struktur Ikatan Silang Pada Termoseting

Sifat-sifat polimerseting antara lain :
No
1
2
3

Sifat polimerseting
Keras dan kaku ( tidak fleksibel );
Jika dipanaskan akan mengeras;
Tidak dapat dibentuk ulang ( sukar

4
5
6
7

didaur ulang )
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun
Jika dipanaskan akan meleleh
Tahan terhadap asam basa
Mempunyai ikatan silang antar rantai
molukel

Tabel 9. Struktur ikatan silang pada termoseting

31

Contoh plastik termoseting :
-

Bakelit

:

Asbak, fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan
fotografi, radio, perekat polywood.

2.8. Bioplastik
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh
cuaca ( kelembaban dan radiasi sinar matahari ). Bioplastik terbuat dari
sumber biomassa seperti minyak

nabati, amilum

jagung,

klobot jagung, amilum ercis, atau mikrobiota.
Plastik pada umumnya berasal dari minyak bumi. Plastik ini lebih
mengandalkan bahan bakar fosil yang langka dan menghasilkan efek gas
rumah kaca. Beberapa, bioplastik dirancang untuk mudah terurai. Bioplastik
yang

dirancang

untuk

terurai

dapat

memecah

baik

dalam

lingkungan anaerobik atau aerobik, tergantung pada bagaimana diproduksi.
Ada berbagai bioplastik yang dibuat yang terdiri dari pati, selulosa,
atau biopolimer lainnya. Beberapa aplikasi umum bioplastik adalah kemasan
bahan, peralatan makan, kemasan makanan, dan isolasi. Berikut merupakan
jenis-jenis bioplastik yang umum digunakan di masyarakat :
a. Bioplastik berbahan pati
Bioplastik berbahan pati merupakan sekitar 50 persen dari pasar
bioplastik, termoplastik pati, saat ini merupakan bioplastik yang
paling banyak digunakan. Pati murni memiliki karakteristik mampu
menyerap kelembaban, dan dengan demikian digunakan untuk
produksi kapsul obat di sektor farmasi. Flexibiliser dan peliat
seperti sorbitol dan gliserinditambahkan sehingga pati juga dapat
diproses thermo-plastis. Dengan memvariasikan jumlah zat aditif,

32

karakteristik material dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus (
juga disebut "thermo-pati dari plastik" ). Plastik pati sederhana dapat
dibuat di rumah.
b. Bioplastik berbahan selulosa
Bioplastik

berbahan

selulosa

terutama ester

selulosa,

( termasuk selulosa asetat dan nitroselulosa ) dan turunannya,
termasuk seluloid.

BAB III
Metodologi Penelitian
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu
penelitian. Dalam penyususnan karya ilmiah ini, penulis melakukan
penelitian dengan mengambil objek penelitian kulit pisang kepok sebagai
bahan baku bioplastik.
3.2 Metode Penelitian
Untuk menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode / survei
deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri,
sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,
menganalisis data dan menginterprestasikannya.
3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh pada karya ilmiah ini diperoleh melalui teknik
studi kepustakaan ( library research ), yaitu dengan mencari buku-buku
lieteratur yang sesuai dengan masalah yang diangkat. Data yang diperoleh
melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan
oleh para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing sehingga relevan
dengan pembahasan yang sedang diteliti. Dalam melakukan studi
kepustakaan ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan cara sebagai
berikut :
1. Mempelajari konsep dan teori dari berbagai sumber yang
2.

berhubungan dan mendukung masalah yang diteliti;
Mempelajari materi kuliah dan bahan tertulis lainnya baik dari
literatur ilmiah maupun internet.

33

Setelah itu, penulis mengolah data-data yang diperoleh dengan langkahlangkah sebagai berikut :
1. Penyusunan data; yakni tahap pengumpulan seluruh data untuk
2.

menguji hipotesis penelitian;
Klasifikasi
data;
yakni

tahap

untuk

menggolongkan,

mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasfiikasi
tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh penulis. Tujuan dari
3.

klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan pengujian hipotesis;
Pengolahan data; yakni tahap yang dilakukan untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Pengolahan data ini akan
menggolongkan seluruh informasi yang telah didapatkan ke jenis
data. jenis data ini digolongkan menjadi data kualitatif dan

4.

kuantitatif;
Interpretasi hasil pengolahan data; yakni tahap di mana penulis
menarik suatu kesimpulan dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian.

3.4

Metode Analisis Data
Dari hasil data yang telah dikumpulkan melalui teknik pengumpulan dan
pengolahan data, penulis melakukan tahap terakhir yakni menganalisis data
dengan metode analisis kualitatif, yakni analisis yang mengungkapkan suatu
masalah tidak dalam bentuk angka-angka melainkan dengan nilai yang
didasarkan pada hasil pengolahan data dan penilaian penulis.

34

BAB IV
ANALISI DAN PEMBAHASAN
4.1. Limbah dan Lingkungan Hidup
Isu lingkungan hidup merupakan sebuah masalah yang menjadi sorotan
utama selama sedekade belakangan ini. Meningkatnya jumlah limbah dan
polutan secara signifikan menjadi masalah serius dalam penurunanan kualitas
lingkungan hidup manusia yang akan berdampak secara langsung pada
kehidupan manusia. Berdasarkan keputusan kepala BAPEDAL ( Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan ) tahun 1995, limbah didefinisikan setiap
bahan sisa ( residu ) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun ( B4 ) karena sifat beracun ( toxicity ), mudah terbakar
( flammability ),reaktif ( reactivity ) dan korosif ( corrosivity ) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia. Contoh limbah B4 adalah logam berat seperti Aluminium ( Al ),
Kromium ( Cr ), Kadmium ( Cd ), Tembaga ( Cu ), Besi ( Fe ), Timbal ( Pb ),
Mangan ( Mn), Raksa ( Hg ), dan Seng ( Zn ) serta zat kimia seperti pestisida,
polimer, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya.
Berdasarkan sumbernya, limbah B4 dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi
pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa
organik yang stabil dan mudah menguap;

Gambar 35. Primary Sludge

b.

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi
dan flokulasi;
35

Gambar 36. Chemical