BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Karies - Perbedaan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dan Pengalaman Karies Pada Siswa Pendidikan Formal (Sdit Alif) Dan Nonformal (Sd Yayasan Amal Shaleh) Di Kecamatan Medan Polonia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pengertian Karies

  Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan sementum yang diakibatkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi kejaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan

  1,7-10 negara berkembang lainnya.

  2.2 Faktor Etiologi Karies

  Ada yang membedakan penyebab karies atas faktor primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Pada tahun 1960, Keyes dan Jordan menyatakan karies sebagai penyakit yang multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang

  7-9,11,12 lama.

2.2.1 Faktor Host atau Tuan Rumah

  Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pada gigi susu, early childhood caries paling sering ditemukan pada permukaan halus gigi. Namun di masa kanak-kanak, karies paling sering ditemukan pada permukaan pit dan fisur. Orang dengan pit dan fisur yang dalam dan sempit mengalami peningkatan risiko untuk terjadinya karies. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut, sehingga menyebabkan plak mudah melekat dan

  8,12 membantu perkembangan karies gigi.

  Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung

  8 mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.

  Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah

  8 satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.

2.2.2 Faktor Agen atau Mikroorganisme Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.

  Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan

  1,8 gigi yang tidak dibersihkan.

  Hanya beberapa spesies mikroorganisme yang terlibat dalam proses karies, yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Lactobacillus spp, dan

  

Actonomyces. Meskipun virulensi mereka bervariasi, organisme ini adalah organisme

  indikator. Walaupun demikian, mikroorganisme utama yang memulai proses karies adalah Streptococcus mutans karena Streptococcus mutans mempunyai sifat

  8-10,12

  asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam). Bakteri-bakteri tersebut menggunakan makanan sebagai sumber nutrisi mereka dengan cara mencerna sisa- sisa makanan dan menghasilkan asam organik lemah seperti asam laktat sebagai produk hasil. Asam itulah yang bertanggung jawab untuk menyerang struktur mineral gigi dan menyebabkan demineralisasi. Namun, tidak semua makanan yang dimakan dapat dipecah oleh bakteri menjadi asam organik lemah yang terlibat dalam karies

  10 gigi, jenis makanan utama yang diperlukan bakteri adalah karbohidrat.

  2.2.3 Faktor Substrat atau Diet

  Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat

  8,9 memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

  Karbohidrat merupakan sumber makanan yang tergolong murah, sehingga orang cenderung untuk mengonsumsi dalam jumlah besar di sebahagian besar rumah tangga. Namun, semakin tinggi kandungan karbohidrat yang dikonsumsi maka semakin besar kemungkinan untuk berkembangnya karies gigi. Selain itu, minuman asam seperti jus buah murni dan minuman berkarbonasi adalah sumber lain dari asam

  10 yang berkaitan dengan karies gigi.

  2.2.4 Faktor Waktu

  Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

  8,13 diperkirakan 6-48 bulan.

2.3 Faktor Risiko Karies

  Faktor risiko adalah faktor yang secara langsung menyebabkan karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan

  1,8 fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva dan pola makan.

  2.3.1 Pengalaman Karies

  Pengalaman karies sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk menentukan terjadinya karies di masa yang akan datang. Li and Wang mengatakan bahwa anak yang mempunyai karies pada gigi sulung mempunyai kecenderungan tiga

  14,15 kali lebih besar untuk terjadinya karies pada gigi permanen.

  2.3.2 Penggunaan Fluor

  Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena

  8 pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.

  Pada tahun 1938, Dr.Trendly Dean melaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan

  8 terjadi mottled enamel yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.

  2.3.3 Oral Higiene

  Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya

  8

  secara efektif. Penyikatan gigi, penggunaan benang gigi dan profesional propilaksis dapat dikombinasikan dalam menjaga kebersihan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan pada anak di segala umur. Anak di bawah umur 5 tahun tidak dapat menjaga kebersihan mulutnya secara benar dan efektif, untuk itu orang tua harus membantu anak dalam menyikat gigi setidaknya sampai anak berusia

  6 tahun kemudian mengawasi prosedur ini secara terus menerus. Penyikatan gigi anak mulai dilakukan sejak erupsi gigi pertama anak dan tatacara penyikatan gigi harus

  14 ditetapkan ketika molar susu telah erupsi.

  2.3.4 Jumlah Bakteri

  Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri didalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S.mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun Laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat

  8 dalam jumlah banyak.

  2.3.5 Saliva

  Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa- sisa makanan didalam mulut. Faktor yang ada dalam saliva yang berhubungan dengan karies antara lain adalah aksi penyangga dari saliva, komposisi kimiawi, aliran (flow), viskositas dan faktor anti bakteri. Anak yang berisiko tinggi memiliki aliran saliva yang rendah dimana tingkat tingkat unstimulated salivary flow (USF) <0,1 ml per menit dan stimulated salivary flow (SSF) <0,5 ml per menit. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara

  8,14 signifikan.

  2.3.6 Pola Makan

  Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan dan lamanya interval waktu

  14

  makan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terutama jenis sukrosa, dan tidak membiasakan menyikat gigi atau berkumur-kumur setelah makan, maka sisa makanan yang tinggal akan difermentasikan oleh mikroorganisme dalam plak menjadi asam, sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetraliser asam dan membantu proses remineralisasi. Oleh karena itu, anak dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan dan minuman

  8,11,14 yang mengandung gula di antara jam makan.

2.4 Faktor Risiko Demografi atau Faktor Modifikasi Karies

  Faktor modifikasi adalah faktor yang secara tidak langsung menyebabkan

  1 karies, namun berpengaruh terhadap perkembangan karies.

  2.4.1 Umur

  Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies, hal ini dikarenakan sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies

  8 akar.

  2.4.2 Jenis Kelamin

  Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan rerata DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya kebersihan mulut wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam

  8 indeks DMF.

  2.4.3 Sosial Ekonomi

  Prevalensi karies lebih tinggi pada anak yang berasal dari status sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan mereka lebih sering mengonsumsi makanan yang bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi, dan jarang melakukan kunjungan ke dokter gigi. Sebagaimana penelitian sebelumnya di Amerika Serikat dikatakan bahwa kunjungan kedokter gigi sebagai upaya pencegahan masih kurang

  13,14 pada anak-anak miskin dengan tingkat pendidikan orangtua yang rendah.

2.5 Indeks Karies

  Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks Klein dan indeks WHO, namun belakangan ini diperkenalkan indeks Significant Caries (SiC) untuk melengkapi indeks WHO

  8 sebelumnya.

  Indeks DMF diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Status karies dilakukan dengan cara memeriksa semua permukaan gigi dengan menggunakan alat diagnostik. Apabila terdapat gigi dengan karies yang masih dapat ditambal, gigi dengan tambalan sementara, gigi dengan karies sekunder tetapi masih dapat ditambal maka gigi tersebut dimasukan pada komponen Decayed (D). Apabila hanya terdapat sisa akar atau gigi dengan indikasi pencabutan serta gigi yang sudah dicabut karena karies maka gigi tersebut termasuk pada komponen Missing (M). Sementara gigi yang sudah ditambal dengan sempurna dan kondisi tambalan masih baik atau sehat

  8,11 maka gigi tersebut dikategorikan pada komponen Filling (F).

  Nilai DMFT merupakan penjumlahan dari komponen DMF. Indeks ini menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Perhitungan DMFT untuk populasi adalah : Jumlah DMFT populasi

  DMFT = Jumlah populasi yang diperiksa a.

  DMFT Beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1.

  Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D

  2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D

  3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D 4.

  Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori M

  5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M

  6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F 7.

  Gigi sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F

  b. deft Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. Komponen e dihitung bila gigi susu

  

8,11,12

sudah dilakukan pencabutan karena karies.

2.6 Perilaku

  Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Robert Kwick pada tahun 1974 menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan

  16,17 bahkan dapat dipelajari.

  Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku, terjadi proses berurutan pada orang tersebut, yaitu: a.

  Kesadaran (awareness): seseorang meyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus b.

  Tertarik (interest): merasa tertarik terhadap stimulus yang diberikan. Disini sikap subjek sudah mulai terbentuk.

  c.

  Mempertimbangkan (evaluation): seseorang mempertimbangkan baik buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini berarti sikap orang itu sudah lebih baik lagi.

  d.

  Mencoba (trial): seseorang telah mulai mencoba meakukan perilaku baru.

  e.

  Adopsi (adoption): seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan

  16,17 pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

  Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengamati tindakan atau kegiatan responden, ataupun pengukuran secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu.

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

  Perilaku dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah faktor konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau

  18 tempat untuk perkembangan perilaku tersebut.

  2.7.1 Faktor Genetik (Keturunan)

  Faktor keturunan adalah faktor konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan

  18 perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya.

  2.7.2 Faktor Lingkungan

  Lingkungan adalah kondisi atau tempat untuk perkembangan perilaku seseorangan. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku seseorang itu bisa berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal (masyarakat) maupun lingkungan

  18 sekolah.

  a.

  Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan satu kesatuan dari suatu kelompok kecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang terbentuk dari suatu tali perkawinan yang merupakan tempat pertama dalam mendapatkan pendidikan, perlindungan, informasi, sosialisasi serta sikap disiplin. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang mempunyai peranan penting bagi perkembangan kepribadian anak, dan orangtua menjadi faktor penting dalam

  18 menanamkan dasar kepribadian seorang anak.

  b.

  Lingkungan Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan kelompok yang tinggal pada suatu daerah yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Tumbuh kembang seseorang di dalam masyarakat dipengaruhi oleh keadaan masyarakat, teman sebaya, lingkungan tempat tinggal dan aturan-aturan

  18 yang berlaku di dalam masyarakat.

  c.

  Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah berfungsi sebagai tempat mencerdaskan anak didik dan transformasi norma. Pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

  18 kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.

  Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa jalur

  4

  pendidikan terdiri atas: a.

  Pendidikan formal Sekolah sebagai lembaga pendidikan dikategorikan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, dilakukan secara teratur dan sistematis, mempunyai jenjang dan jangka waktu tertentu, berlangsung mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, serta dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditentukan oleh pemerintah.

  b.

  Pendidikan informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

  c.

  Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

  Jika dihubungkan dengan masalah kesehatan rongga mulut, anak usia sekolah dasar pendidikan formal maupun pendidikan non-formal yaitu usia 6-14 tahun masing-masing mempunyai risiko untuk mengalami kerusakan gigi karena anak-anak seusia tersebut mulai tumbuh gigi tetap sehingga rentan terhadap penyakit karies

  10 gigi.

2.8 Pemeliharaan Kesehatan Rongga Mulut

  Di Indonesia, upaya pencegahan lebih terpusat pada karies gigi dan penyakit periodontal yang dapat dikatakan sebagai penyakit mulut yang dapat dicegah. Keefektifan beberapa tindakan pencegahan telah diteliti secara ilmiah untuk

  10

  menentukan mana tindakan yang efektif dan tidak. Upaya pencegahan kerusakan gigi anak dititik beratkan pada anak usia sekolah dasar yaitu 6-14 tahun, karena anak- anak pada usia tersebut mulai tumbuh gigi tetap sehingga rentan terhadap penyakit

  11 karies gigi.

2.8.1 Pencegahan dan Pemeliharaan Rongga Mulut oleh Tenaga Profesional

  Pada dasarnya ada empat cara pencegahan primer yang harus dilakukan oleh tenaga profesional atau dokter gigi yaitu pemberian fluor, pit dan fisur silen,

  8 konseling diet dan melakukan tindakan kebersihan mulut.

  a.

  Pemberian Fluor Meskipun mekanisme yang tepat bagaimana fluoride mencegah karies gigi tidak sepenuhnya dipahami, ada tiga mekanisme umum yang biasanya diketahui:

1. Meningkatkan ketahanan struktur gigi untuk demineralisasi 2.

  Meningkatkan proses remineralisasi 3. Mengurangi potensi kariogenik plak gigi

  Fluoride dapat diperoleh dengan aplikasi langsung dari berbagai produk kesehatan mulut ke gigi (topikal aplikasi fluoride), atau secara internal dengan produk

  8,10,19 makanan dan minuman (aplikasi fluoride sistemik).

  Fluoridasi air minum adalah tindakan menambah konsentrasi fluor ke dalam air minum sebanyak 0,8-1,2 ppm. Untuk daerah yang relatif panas dan membutuhkan asupan air yang lebih banyak dilakukan penambahan 0,8 ppm fluoride, sedangkan untuk daerah yang dingin dengan asupan air kurang maka dilakukan penambahan 1,2 ppm fluoride. Namun konsentrasi rata-rata untuk fluoridasi air minum yaitu 1 ppm (part per million). Penambahan fluor sampai mencapai 1 ppm (part per million) dilaporkan dapat menurunkan prevalensi karies sebanyak 40-50% pada gigi desidui, dan 50-60% pada gigi permanen anak-anak yang mengonsumsi air yang mengandung fluoride sejak lahir. Selain efektif mengurangi karies, fluoridasi air minum juga merupakan metode yang mudah dan bermanfaat bagi populasi umum karena tidak

  8,9,19,20 tergantung pada kepatuhan individu.

  Bila air minum masyarakat tidak mengandung jumlah fluor yang optimal, maka dapat dilakukan pemberian tablet fluor. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF,yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Jumlah fluor yang dianjurkan untuk anak di bawah umur 6 bulan–3 tahun adalah 0,25 mg, 3–6 tahun sebanyak 0,5 mg dan untuk anak umur 6 tahun ke atas diberikan dosis 0,5–1 mg. Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20–50%. Seminggu sekali berkumur dengan 0,2% NaF dan setiap hari berkumur dengan 0,05% NaF dipertimbangkan menjadi ukuran kesehatan masyarakat yang ideal. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Obat kumur ini tidak disarankan

  14 untuk anak berumur di bawah 6 tahun.

  b.

  Topikal Aplikasi Topikal aplikasi diartikan sebagai suatu sistem pelapisan fluor secara lokal topikal pada permukaan gigi yang sedang erupsi untuk mencegah terjadinya karies gigi. Sampai sekarang ada tiga jenis fluor yang digunakan yaitu Natrium Fluoride

  8 (NaF), Stannous Fluorida (SnF2) dan Acidulated Phosphate Fluoride (APF).

  Topikal aplikasi dapat dilakukan oleh dokter gigi ataupun ahli terapi, tetapi biasanya terbatas pada pasien berisiko tinggi dan mereka yang memiliki kebutuhan khusus, seperti: 1.

  Anak dengan karies yang banyak 2. Pasien dengan kondisi medis, seperti hemophilia, cacat jantung bawaan yang akan menyebabkan pencabutan gigi menjadi berbahaya 3.

  Pasien penyandang cacat yang tidak dapat mencapai kebersihan mulut yang memadai sendiri.

9 Tahapan prosedur aplikasi topikal meliputi: 1.

  Pada gigi yang akan dilakukan perawatan, maka sebelumnya dilakukan skeling dan penyerutan akar

  2. Dengan menggunakan bahan pewarna, diperiksa apakah seluruh permukaan gigi sudah bebas dari plak

  3. Pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol plak atau menyikat seluruh permukaan gigi

  4. Tindakan profilaksis dilakukan dengan bubuk pumis dan air menggunakan bur berkecepatan rendah (tidak dianjurkan pada pemakai pesawat ortodonti cekat)

5. Gigi diisolasi dan dikeringkan dengan semprotan udara 6.

  Larutan fluor dioleskan pada gigi dengan menggunakan kuas halus (sebelumnya gigi dibagi atas 4 kuadran) 7.

  Biarkan selama 3 menit dan hal yang sama dilakukan pada kuadran lainnya 8. Pasien diinstruksikan untuk tidak makan dan minum selama 1 jam dan melakukan kontrol sekali tiga bulan.

  8

  c. Pit dan Fisur Silen Topikal aplikasi fluoride memberikan sebagian besar efeknya pada permukaan mesial dan distal (proksimal), sedangkan pit dan fisur di permukaan oklusal yang rentan terhadap karies kurang dilindungi oleh fluoride.

  9 Silen adalah bahan resin ynag diaplikasikan pada permukaan enamel gigi

  sehingga menutup pit dan fisur sehingga sangat efektif untuk mencegah karies pit dan fisur. Walaupun silen lebih efektif untuk masyarakat bila dibandingkan dengan program fluoride yang lainnya, namun silen tergolong lebih mahal. Silen dapat digunakan secara kimia atau bantuan sinar.

  

20

Tahapan prosedur aplikasi pit dan fisur silen meliputi: 1.

  Permukaan gigi terutama pit dan fisur dibersihkan dengan bubuk pumis dan air menggunakan bur berkecepatan rendah

  2. Gigi diisolasi dan dikeringkan dengan semprotan udara 3.

  Dilakukan etsa pada email atau pengasaman pada gigi dengan asam fosfat 37% selama 60 detik 4.

  Gigi dibiakan selama satu menit, jangan sampai terkontaminasi dengan saliva 5. Permukaan gigi yang telah dietsa dibersihkan dengan semprotan air dan dikeringkan sampai terlihat permukaan oklusal memutih

  6. Dilakukan aplikasi bahan silen pada pit dan fisur sampai seluruhnya tertutup 7.

  Dilakukan penyinaran dengan menggunakan sinar UV (light-cured) selama 30 detik atau sampai bahan mengeras

  8. Permukaan oklusal diperiksa dengan memakai ujung sonde, bila ada yang belum tertutup silen, dilakukan kembali prosedur yang sama.

  8

  d. Konseling Konseling tentang diet makanan sangat dianjurkan sebagai salah satu cara mengontrol penyakit. Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket, membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari dan menekan keinginan untuk makan di antara jam makan. Pasien perlu diberitahu bahwa makanan yang mengandung gula dan lengket lebih bersifat kariogenik daripada gula dalam bentuk cairan. Selain itu, mengonsumsi makanan kariogenik di antara waktu makan dapat meningkatkan risiko karies. Dalam hal konseling, pasien juga perlu diajarkan cara menyikat gigi yang benar.

  8,14,20

2.8.2 Pencegahan dan Pemeliharaan Rongga Mulut Individual

  Selain perawatan oleh tenaga profesional, perawatan pencegahan individual juga perlu dilakukan untuk mempertahankan agar gigi dan mulut tetap sehat.

  8 a.

  Menyikat Gigi Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah adalah perilaku menyikat gigi yang masih belum baik. Plak dapat disingkarkan secara mekanis maupun kemis. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis. Tujuan menyikat gigi adalah: 1.

  Menyingkirkan plak atau mencegah pembentukan plak 2. Membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein 3. Merangsang jaringan gingival 4. Melapisi permukaan gigi dengan fluor

  Umumya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal dua

  8,11,21 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam.

  Menyikat gigi secara langsung setelah makan harus dihindari, karena pH saliva dalam waktu 3-5 menit sesudah mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat akan turun sampai mencapai pH 5. Menyikat gigi sebaiknya 25 menit setelah makan atau minum, karena pada saat itu pH saliva akan kembali normal sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies. Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, bergantung pada beberapa faktor seperti kecendrungan seseorang terhadap plak dan debris, ketrampilan menyikat gigi dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Seseorang bisa ditentukan berapa kali sebaiknya menggosok gigi hanya setelah pasien berulang kali menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga profesional. Biasanya, rerata durasi menyikat gigi adalah kira-kira satu menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Untuk metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan seluruh permukaan gigi, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode bass dapat dilakukan. Pemakaian sikat gigi elektrik lebih ditekankan pada

  8,14,22 anak yang mempunyai masalah khusus.

  b.

  Pasta Gigi Secara sederhana, pasta gigi diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi. Pasta gigi di pasaran tersedia dalam bentuk tepung, pasta atau gel dan semuanya dijual untuk kebutuhan kosmetik atau terapeutik. Pasta gigi terapeutik harus mampu mengurangi penyakit gigi misalnya karies, gingivitis, pembentukan kalkulus atau sensitivitas gigi. Sedangkan untuk kebutuhan kosmetik, pasta gigi digunakan untuk menghilangkan stein ekstrinsik akibat rokok, makanan, teh atau kopi

  8 pada permukaan gigi.

  Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab (humactant) 20-40% , detergen 1-2%, bahan pengikat (binding agent) 2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%, bahan terapeutik ±5% dan pewarna <1%. Bahan abrasif yang digunakan biasanya kalsium karbonat dan kalsium fosfat, sedangkan untuk detergen digunakan sodium laurel sulfat (SLS) karena stabil dan mempunyai sifat antibakteri dan tegangan permukaan yang rendah sehingga memudahkan pasta gigi mengalir membasahi gigi. SLS aktif pada pH normal namun Barkvoll tidak menganjurkan SLS digunakan pada pasien yang menderita penyakit pada mukosa oralnya. Spearmint, peppermint, wintergreen, cinnamon dan lainnya digunakan sebagai bahan penyegar karena dapat memberikan rasa segar dan menyenangkan. Formula pasta gigi pada masa lampau menggunakan gula dan madu sebagai bahan pemanis, namun belakangan ini sedang dikembangkan bahan pemanis xilitol yang bersifat antikariogenik dan juga antikaries sehingga memungkinkan terjadinya remineralisasi bila digunakan pada karies dini. Biasanya ditambahkan gliserin

  8 sebagai bahan pelembab.

  Meskipun penelitian tentang efektifitas banyaknya pasta gigi yang harus dioleskan pada sikat gigi masih sangat jarang, orang tua disarankan hanya menggunakan pasta gigi sebesar kacang untuk anak dan membantu atau mengawasi

  22 anak dalam menyikat gigi sampai usia anak setidaknya 7 tahun.

  c.

  Menggunakan Pembersih Interdental Menyikat gigi merupakan tindakan pencegahan paling baik dan biasa dilakukan, namun sebenarnya menyikat gigi hanya membersihkan permukaan bukal, lingual dan oklusal (termasuk pit dan fisur) sedangkan daerah proksimal dan interdental hampir tidak tersentuh. Daerah tersebut cenderung mudah mengalami karies dan sering dijumpai lesi gingival dan periodontal. Oleh karena itu, program pencegahan harus

  8

  juga ditujukan pada daerah interdental dan proksimal. Pemakaian benang gigi dianjurkan pada anak yang berumur 12 tahun ke atas di mana selain penyakit periodontal meningkat pada umur ini, flossing juga sulit dilakukan dan memerlukan

  14 latihan yang lama sebelum benar-benar menguasainya.

  Pemakaian benang gigi adalah metode yang paling banyak direkomendasikan untuk membersihkan permukaan proksimal gigi. Benang gigi memiliki beberapa tujuan yaitu: 1.

  Membersihkan plak yang melekat pada gigi, restorasi, peralatan ortodonti, protesa cekat dan gingiva di embrasur interproksimal dan di bawah pontik.

  2. Mempoles permukaan untuk menyingkirkan debris.

  3. Memijat papilla interdental.

  4. Alat bantu untuk mengidentifikasi adanya deposit kalkulus subgingiva, restorasi berlebihan atau lesi karies interproksimal.

  5. Mengurangi perdarahan gingiva.

  20 6.

  Berkontribusi untuk sanitasi mulut secara umum dan kontrol halitosis.

  d. Menggunakan Obat Kumur Secara umum, obat kumur digunakan untuk memberikan nafas yang segar. Kebanyakan obat kumur mengandung campuran ammonium, asam benzoat, dan fenol. Dalam hal pemasaran, obat kumur berhubungan dengan rasa, warna, bau dan sensani yang diberikan obat kumur tersebut. Menurut Schiott, penggunaan obat kumur setiap hari secara terus menerus dapat mengurangi bakteri dalam saliva

  8 sebanyak 30-50% dan dalam plak sebanyak 55-97%.

  e. Menggunakan Pembersih Lidah Selain menyikat gigi, lidah juga harus dibersihkan untuk mengurangi debris, plak dan sejumlah mikroorganisme. Papilla pada lidah merupakan tempat berkumpulnya bakteri dan debris. Pembersih lidah digunakan dengan menempatkanya di bagian tengah lidah dan kemudian menariknya perlahan-lahan ke arah depan dengan sedikit tekanan pada permukaan lidah. Penggunaan pembersih lidah terutama diindikasikan pada perokok, atau orang-orang yang mempunyai lidah

  8 dengan fisur yang dalam atau papilla yang panjang (hairy tongue). f.

  Mengunyah Permen Karet Persepsi mengunyah permen karet yang awalnya untuk menikmati aroma dan rasa manisnya telah berubah karena adanya inovasi terbaru untuk menyempurnakan pemeliharaan kesehatan gigi yaitu mengunyah permen karet yang mengandung xilitol atau sorbitol. Xilitol adalah bahan pemanis alami yang berbeda dengan pemanis lainnya seperti laktosa, sukrosa dan glukosa. Mengunyah permen karet xilitol merupakan strategi yang efektif untuk mencegah karies dengan menekan jumlah

  

Streptococcus mutans sehingga pembentukan plak pada enamel gigi dapat dicegah.

  Penggunaan permen karet xilitol merupakan kontrol plak tambahan yang bermanfaat 8,23 untuk kesehatan mulut .

2.9 Kerangka Konsep

  Kebiasaan menyikat gigi b.Waktu menyikat gigi c.

  Universitas Sumatera Utara

  F (filling) Uji Chi-Square

  extracted ) d.

  Me (missing

  indicated ) c.

  D (decay) b. Mi (missing

  h. Kunjungan berkala ke dokter gigi Pengalaman Karies Gigi Tetap (Indeks DMFT Klein) a.

  g. Penggunaan pasta gigi

  Kepemilikkan sikat gigi

  Penggantian sikat gigi rutin f.

  d. Durasi menyikat gigi e.

  Frekuensi menyikat gigi

  Siswa Pendidikan Formal (SD Islam Terpadu Alif)

  Siswa Pendidikan Nonformal (SD Yayasan Amal Shaleh)

  g. Penggunaan pasta gigi

  Kepemilikkan sikat gigi

  Penggantian sikat gigi rutin f.

  d. Durasi menyikat gigi e.

  Frekuensi menyikat gigi

  Kebiasaan menyikat gigi b.Waktu menyikat gigi c.

  F (filling) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut (Arikunto, 2009) a.

  extracted ) d.

  Me (missing

  indicated ) c.

  D (decay) b. Mi (missing

  Pengalaman Karies Gigi Tetap (Indeks DMFT Klein) a.

  h. Kunjungan berkala ke dokter gigi Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut (Arikunto, 2009) a.

Dokumen yang terkait

KATA PENGANTAR - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 37

Kata Pengantar - Pengaruh Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Manajemen Risiko, Audit Internal dan Rencana Bisnis Bank terhadap Keputusan Pemberian Kredit Pada Perusahaan Perbankan di Kota Medan

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Analisis Pengaruh Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan, EVA, Dividend Payout Ratio Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Industri Manufaktur Tekstil dan Garmen Yang Ter

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Dairi Tahun 2011-2013

4 17 28

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 18

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 16

A. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut - Perbedaan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dan Pengalaman Karies Pada Siswa Pendidikan Formal (Sdit Alif) Dan Nonformal (Sd Yayasan Amal Shaleh) Di Kecamatan Medan Polonia

0 1 20