BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Investasi
Pengertian investasi di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. Berdasarkan tujuan investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi jangka pendek 2.
Investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari terjadinya kas yang menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :
1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin bahan atau pasar yang diperlukan.
2. Untuk memperoleh bagian laba (dividen).
3. Untuk mendapatkan capital gain.
4. Untuk membentuk dana tertentu.
Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "investasi" diantaranya adalah :
1. Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK
(2008:138) adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi
i
(seperti: bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
2. Menurut Lubis dan Putra (2012:55)Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
3. Menurut Husnan (1996:123) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.”
2.1.2 Return Saham
Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, Ang (1997:78).motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Investor tentunya tidak akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang. Return merupakan tingkat keuntungan dari suatu investasi (Jogiyanto, 2003:97). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengukuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Sumber-sumber dari return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu :
1. Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.
2. Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga dari suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) para investor. Dengan kata lain capital gain (loss) adalah selisih harga beli dan harga jual.
Menurut Jogiyanto (2003:105) menjelaskan return saham dinyatakan sebagai berikut ini. :
- –( −1)
x 100% Return Saham =
−1
Keterangan : Pt = Harga saham pada periode sekarang (tahun t) Pt-1 = Harga saham pada periode sebelumnya (tahun t-1)
Menurut Jogiyanto (2003: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected
return).
1. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang.
2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko.
Menurut Ang (1997:58), menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
2.1.3 Ukuran Perusahaan (firm size)
Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini.
Menurut Ganerse dan Suarjaya (2012:56) yaitu “Besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva”.
Menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp 1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan ke dalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp 1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dapat dikelompokkan kedalam industri menengah dan besar.
Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/1997, yang menyatakan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari 100 milyar rupiah”.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural. Menurut Trisnadewi (2012 : 58) ukuran perusahaan juga dapat di hitung dengan :
Firm Size = log
total asset x 100% Perusahaan yang ukurannya lebih besar cenderung menghasilkan laba yang lebih besar sehingga return yang diharapkan lebih tinggi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan demikian ukuran perusahaan yang besar mencerminkan prospek baik perusahaan dan menarik minat investor untuk berinvestasi. Apabila ukuran perusahaan semakin besar maka return yang diharapkan investor akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Ganerse dan Suarjaya (2012:1) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.1.4 Earning Per Share
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Lestari, 2012:78).
Earning Per Share (EPS) sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka Earning Per
Share (EPS) paling sering digunakan dalam publikasi mengenai
performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum(go public). Perhitungan Earning Per Share (EPS) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Earning Per Share (EPS) merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan secara luas dan sering merupakan dasar untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fachruddin (2006:139) Earning Per Share (EPS) adalah “Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak” (Kasmir 2008:207). Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
Rumus yang digunakan untuk mengukur Earning Per Share (EPS) menurut Lubis dan Putra (2012:175) adalah sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak Earning Per Share = x 100% jumlah saham yang beredar
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
return , jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan dividen sehingga return yang diharapkan juga kecil. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki EPS yang tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS yang rendah. Apabila EPS besar maka perusahaan berhasil memuaskan pemegang saham melalui return sahamnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast, dan Shirsavar (2013:1) mengatakan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap stock return.
2.1.5 Book To Market Ratio
Book to Market Ratio merupakan cerminan apresiasi atau penilaian
investor terhadap nilai buku sebuah perusahaan melalui harga saham. Book
to market ratio yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai
bersih sumber daya perusahaan. Book to market ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban, sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Semakin tinggi book to
market ratio, maka semakin baik pula penilaian investor terhadap nilai buku
perusahaan.Dengan demikian, book to market ratio menurut Arlian (2009 : 31) dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:
x 100% =
Margaretha dan Damayanti (2008) menjelaskan nilai buku terdiri dari : 1.
Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan.
2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah dipisahkan.
Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam
menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain (Drew 2003:68) : 1.
Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.
2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan,
book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang
berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. Menurut Pontiff dan Schall (1998:142), dalam penelitiannya market to
book ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai buku dengan stock
return , serta menentukan apakah investor akan mendapatkan capital gain
(keuntungan) atau capital loss (kerugian) atas investasi saham yang telah dipilihnya. Apabila book to market ratio memiliki rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut masih undervalue, suatu kondisi dimana perusahaan tersebut kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya. Demikian pula apabila rasio book to market ratio rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut overvalue sehingga mampu memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.
2.1.6 Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001: 281) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Ada beberapa teori kebijakan dividen yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu, teori-teori tersebut adalah sebagai berikut (Lubis dan Putra, 2012:235) : 1.
The dividend irrelevancce theory
Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak relevan, karena tidak ada pengaruh dividen terhadap harga saham maupun cost
of capital . Nilai perusahaan ditentukan oleh basic earning power dan business risk perusahaan. Miller dan Modigliani (1961:235)
mengatakan bahwa nilai perusahaan tergantung hanya pada income yang diperoleh dari assets yang dimilikinya dan bukan bagaimana
income tersebut dibagi (didistribusikan) yaitu antara dividend dan retained earning. Jadi menurut Miller dan Modgliani, dividen adalah
tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
2. The bird in the hand theory
Menurut Keown (2000:611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan modal. Sedangkan menurut Litner (1962:236) mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained
earning . Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan
penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory .
3. The tax preference theory Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Lubis dan Putra (2012:158) faktor yang mempengaruhi dalam menetukan kebijakan dividen, antara lain:
1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
2. Pembatasan dari saham preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang dibayarkan kecil.
5. Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.
6. Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan
kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. menurut Lubis dan Putra (2012:187)
Devidend Payout Ratio dapat dirumuskan dengan :
DPR = x 100%
Dimana : DPR = Dividend Payout Ratio DPS = Dividend Per Share EPS = Earning Per Share
kebijakan Menurut Sartono (2001:292), faktor-faktor yang mempengaruhi dividen ada lima, yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan.
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.
4. Keadaan pemegang saham Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi.
Menurut Twaijry (2008:36) faktor penentu paling penting dalam strategi dividen adalah:
1. Pola dividen masa lalu.
2. Stabilitas pendapatan.
3. Laba saat ini dan masa yang akan datang.
Adapun pengaruh dari kebijaksanaan dividen, yaitu : 1.
Pemegang saham lebih tertarik terhadap current dibandingkan future
income 2.
Akan menahan dividen yang beresiko tinggi dibandingkan capital gains 3. Adanya keuntungan dari pajak terhadap capital gain 4. Informasi mengenai dividend A (signaling)
Kebijakan dividen termasuk bagian inti suatu keputusan pembelanjaan perusahaan yang dikarenakan dari likuiditas perusahaan itu sendiri (Lubis dan Putra, 2012:235). Sehingga semakin baik kebijakan deviden yang dibuat oleh perusahaan dalam membagikan deviden kepada pemegang sahamnya, maka return yang diharapkan oleh para investor juga dianggap semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Damayanti (2008:1) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stock return.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast dan Shirsavar
(2013:2) dalam penelitian berjudul “The Effects of Performance Evaluation
Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange”
menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh secara positif terhadap return saham.
Acheampong, Agalega, Shibu (2014:1) dalam penelitian berjudul “Effect of
Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange :
Evidence from Selected Stocks in the Manufacturing Sector” menunjukkan bahwa Stock Return berpengaruh positif terhadap market size di Ghana Stock Exchange.
Dwi Martani, Mulyono, Rahfiani Khairurizka (2009:1) dalam penelitian berjudul
“The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the
interim report to the stock return” menunjukkan bahwa firm size berpengaruh terhadap
return saham.Margaretha dan Damayanti (2008:2) menguji Price Earnings Ratio,
Dividend Yield dan Book to Market Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek
Indonesia. Hasilnya adalah book to market ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham Ganerse dan Suarjaya (2012:3) dalam penelitiannya yang berjudul
“ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Retun
Saham Perusahaan F&B ( food and beverages)” menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan (firm size) berpengaruh positif terhadap return saham Sinaga (2013:2) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan bahwa kebijakan deviden tidak mampu secara signifikan memoderasi hubungan rasio keuangan (current ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow) dengan return saham.
Ikhtisar dari tinjauan penelitian terdahulu di atas tercantum pada Tabel 2.1 bermanfaat bagi peneliti untuk membangun kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu2. Prince
berpengaruh terhadap return
market ratio dan firm size
Profitabilitas,
Variabel Independen: profitability, liquidity, leverage, market ratio, firm size, and cash flow from operating activities Variable Dependen: Stock Return
“The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the interim report to the stock return”
Mulyono, Rahfiani Khairurizka (2009)
3. Dwi Martani,
Stock Return berpengaruh negatif signifikan terhadap financial leverage dan memiliki pengaruh positif terhadap size pada perusahaan manufaktur di Ghana Stock Exchange
Variabel Independen: Financial leverage, market size Variable Dependen: Stock Return Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda
“Effect of Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange : Evidence from Selected Stocks in the Manufacturing Sector”
Acheampong, Evans Agalega, Albert Kwabena Shibu (2014)
Earning Ratio (P/E) dan Ratio of Market Value to Book Value (M/B) di Tehran Stock Exchange
NO Penulis
memiliki pengaruh negatif terhadap Price to
Earning Per Share (EPS) dan
berpengaruh positif terhadap
Stock Return
Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda
Variabel Independen: Earning Per Share (EPS), Price to Earnings Ratio (P/E), Ratio of Market Value to Book Value (M/B) Variable Dependen: Stock Return
The Effects of Performance Evaluation Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange”
(2013)
Emamgholipour, Abbasali Pouraghajan, Naser Ail Yadollahzadeh Tabari, Milad Haghparast, Ali Akbar Alizadeh Shirsavar
1 Milad
danTahun Judul Penelitian Analisis Penelitian dan Variabel Hasil Penelitian
saham
NO Penulis dan Tahun Judul Penelitian Analisis Penelitian dan Variabel Hasil Penelitian
Likuiditas berpengaruh negatif terhadap
food and beverages) ” Variabel independen :
Profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan
Variabel dependen Return Saham
Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif terhadap
Return Saham ,
Return Saham
Saham
, dan Ukuran berpengaruh positif terhadap
Return Saham
6. Annisa Nauli Sinaga (2013)
“Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”
Variabel Independen : current ratio, debt to equity ratio, return on assets, size , cash flow to debt , cash flow Variabel Dependen Return saham
Hipotesis pertama menunjukksn bahwa current
ratio, debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow
Perusahaan F&B (
Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Retun
4. Farah Margaretha dan Irma Damayanti (2008)
Efek Indonesia”
“Pengaruh Price
Earnings Ratio, Dividend Yield
dan Book to
Market Ratio
terhadap Stock
Return di Bursa
Variabel Independen : Price Earnings Ratio, Dividend Yield dan Book to Market Ratio Variabel dependen Stock Return Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda
“ Pengaruh
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Price
Earnings Ratio, Dividend Yield
dan Book to
Market Ratio
memiliki pengaruh signifikan terhadap Stock
Return 5.
I Made Brian Ganerse, Anak Agung Gede Suarjaya (2012)
berpengaruh terhadap return
Penulis dan Judul Penelitian NO Analisis Penelitian Hasil Penelitian Tahun dan Variabel VariabeModerating saham melalui uji
faktor. Variabel Kebijakan deviden
current ratio, debt to equity
Metode yang
ratio, return on
digunakan adalah
asset, size, cash
analisis regresi
flow to debt dan
berganda
cash flow
berpengaruh secara simultan terhadap return saham sedangkan secara parsial hanya variabel
current ratio
berpengaruh terhadap return saham. Pada hasil penelitian untuk hipotesis kedua, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi hubungan rasio keuangan (current ratio,
debt to equity ratio, return on asset, size, cash flow to debt dan cash flow)
dengan return saham.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara firm size, earning per share, book to market ratio, kebijakan
deviden dan return saham, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
Firm Size ( X1) Return Saham
H4 H2
Earning Per Share (X2) ( Y )
H3
Book to Market Ratio (X3)
H5
Kebijakan Deviden (Z) Variabel Moderating
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PenelitianDalam penelitian ini, return saham menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Alasan peneliti untuk menjadikan return saham sebagai dependen karena investasi atau penanaman sejumlah sumber daya yang dilakukan oleh investor bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian berupa hasil atau keuntungan yang diperoleh dari investasi yang disebut return.
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut : a.
Pengaruh Firm Size terhadap Return Saham Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Faktor ini merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan return. Perusahaan yang lebih besar dapat menghasilkan earning yang lebih besar sehingga menghasilkan
return yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Maka
H1: Firm Size Berpengaruh terhadap Return Saham b. Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
Tujuan utama investor melakukan investasi saham adalah mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar. Earning Per
Share (EPS) dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan perusahaan, apabila
Earning Per Share (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka
pengembalian atas investasi (return) yang diharapkan juga tinggi hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham sedangkan Earning Per
Share (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan
tersebut gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.
H2 : EPS berpengaruh terhadap Return Saham c. Pengaruh Book to Market Ratio terhadap Return Saham
Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Analisis book to market ratio diperlukan bagi investor karena book
to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan
tersebut masih undervalue. Ketika suatu perusahaan dinilai undervalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan keuntungan (return) bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.
H3 : Book to Market Ratio berpengaruh terhadap Return Saham d. Pengaruh Firm Size, Earning Per Share dan Book to Market Ratio secara simultan terhadap Return Saham
Firm Size, EPS dan Book to Market Ratio adalah penilaian yang
digunakan oleh para investor untuk memutuskan apakah mereka akan berinvestasi di suatu perusahaan atau tidak. Dengan firm size yang nilainya tinggi, EPS yang tinggi, dan BtM yg memiliki rasio rendah menjadi penilaian yang baik bagi para investor sehingga dapat menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya karena return yang diharapkan juga akan dianggap semakin tinggi. Semakin baik nilai perusahaan maka semakin baik pula return yang akan diperoleh oleh para investor.
H4 : Firm Size, EPS dan Book to Market Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return saham e.
Pengaruh Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Dalam Memoderasi Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Return Saham
Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Dividen yang diberikan oleh badan usaha dapat berupa dividen kas dan dividen saham.
Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka return saham perusahaan akan dianggap semakin tinggi dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik. Maka semakin baik kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan dapat menentukan apakah return yang diharapkan oleh investor semakin besar.
H5 : Kebijakan Deviden mempengaruhi Firm Size, Earning Per Share dan Book to Market Ratio terhadap Return Saham
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Firm Size berpengaruh terhadap Return saham. H2 : Earning Per Share berpengaruh terhadap Return saham. H3 : Book To Market Ratio berpengaruh terhadap Return saham. H4 : Firm size, earning per share dan book to market ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return saham H5 : Kebijakan deviden mempengaruhi Firm size, earning per share dan book to
market ratio terhadap Return saham