BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Menurut Reza Oscar ( Komunitas Ayah ASI Lampung ) Istilah suami siap antar jaga ( SIAGA ), kiranya tepat disematkan pada calon ayah yang setia mendampingi istrinya pada masa kehamilan dan persalinan. Peran suami juga dianggap penting, karena orang terdekat yang turut andil dalam kesuksesan melindungi istri dan anaknya pada masa tersebut. Tidak terbatas Siaga dalam kehamilan dan persalinan,

  support suami dalam hal menyusui sang buah hati tidak kalah pentingnya. Terutama dukungan dalam pemberian Air Susu Ibu ( ASI ) secara Eksklusif (Romanto, 2013 ).

  Guna meningkatkan cakupan Air Susu Ibu ( ASI ) eksklusif di Indonesia yang masih dibawah 50 %, ketua pembina sentra laktasi indonesia, dr Utami Roesli SpA menekankan pentingnya peran suami dalam membantu istrinya memberikan ASI eksklusif. Dikatakan Utami, dukungan yang di berikan suami bisa memunculkan hormon oksitoksin yang sangat penting mengalirkan ASI dari alveoli kesaluran ASI. “Keberadaan hormon ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu. Disinilah peran serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran

  • –pikiran negatif atau rasa kurang percaya diri pada ibu bisa mempengaruhi kelancaran aliran ASI, meskipun produksi ASI
  • – nya tetap baik,” menurutnya para suami dapat berperan dalam menumbuhkan rasa percaya istrinya bahwa dia pasti bisa memberikan ASI secara eksklusif untuk anaknya (Roesli, 2012 ).

  WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men.Kes / SK / IV / 2004 tanggal 7 April 2004 telah mentapkan

  1 rekomendasi pemberian ASI esklusif selama 6 bulan.Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASIselama 6 bulan pertama.Selanjutnya,demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2004).

  Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilakukan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukan bahwa hanya 27% bayi umur 4-6 bulan mendaopat ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan atau lain). Selain ASI 8% bayi pada umur yang sama diberi susu lain 8% diberi air putih. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%). Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam. Pemberian kolostrum cukup baik, dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya. (SDKI, 2012)

  Cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2005 adalah 3,17 %, tahun 2006 adalah 12,3 %, pada tahun 2007 adalah 22,4 % dan tahun 2008 sebesar 42,3 % walaupun sudah terjadi peningkatan dan angka cakupan ditahun 2008 sudah lebih meningkat dari angka cakupan, namun pencapaian menurut kriteria world Health organization ( WHO ) masuk dalam kategori tidak mencukupi ( Depkes, 2008 )

  Menurut data dari Departemen Kesehatan (2005), sebanyak 95,9% bayi di Indonesia pernah mendapat ASI pada tahun 2002, 39,5% diantaranya mendapat ASI eksklusif Selama 6 bulan, sedangkan 55,1% bayi mendapatkannya selama 4 bulan.

  

2 Angka bayi yang pernah mendapat ASI ini sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 1997 yang angkanya adalah sebesar 96,3%, sedangkan angka bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan lebih tinggi dengan angka 42,2 % pada tahun 1997 (Depkes, 2005).

  ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI, dan untuk mempromosikan pemberian ASI, maka kementerian kesehatan telah menerbitkan suratkeputusan Menteri Kesehatan Nomor: 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia.

  Pada tahun 2012 telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan telah diikuti dengan diterbitkannya 2 (dua) peraturan Menteri Kesehatan yaitu : Permenkes Nomor 15 tahun 2013 tentang tata cara penyedian Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air SusuIbu dan PermenkesNomor 39 tahun 2013tentang Susu Formula Bayi dan Produk lainnyaMenurut WHO/UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir, menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir samapai dengan umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan meneruskan menyusui sampai umur 24 bulan. (WHO, 2012)

  Ketika bayi tumbuh dan berkembang di dalam kandungan, tubuh ibu memberikan antibody melalui plasenta.Ini memberikan kekebalan pasif yang mampu melindungi janin ibu dari serangan penyakit selama kehamilan. Namun, begitu bayi dilahirkan, ia tidak lagi mendapatkan suplai antibody.

  

3 Sementara itu sistem kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir belum bekerja secara sempurna.Oleh karena itu, pada tahun pertama hidupnya, bayi sangat rentan terkena risiko infeksi. Dua pertiga dari system kekebalan tubuh bayi ada di bagian perutnya, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan minum. Itulah sebabnya mengapa bayi yang baru lahir sangat membutuhkan Air Susu Ibu (ASI), terutama selama 6 bulan pertama.Sebagai seorang Ayah, Anda tentunya ingin merawat dan melindungi istri dan anak Anda.Dengan membantu istri dalam menyusui bayi, Anda telah melakukan sesuatu yang terbaik dalam memulai perlindungan terhadap anak Anda.Adalah keinginan setiap orang untuk mempunyai anak yang sehat, pintar, kreatif, emosi yang stabil, lucu dan bahagia. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa anak Anda akan seperti ini, namun hasil penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI tumbuh lebih sehat, lebih pintar, lebih kreatif, lebih stabil, lebih lucu dan lebih bahagia (Lim, 2007).

  Pada tahun 2006 WHO mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap menyusui bayinya hingga usia mencapai 2 tahun. Di indonesia, anjuran ini dipertegas dengan peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan, upaya pemerintah ini lantas mendapat sambutan positif dari dunia internasional. Majalah Time Healthland dalam edisi parenting edisi Februari 2012 bahkan sampai memuat headline „What the Us Can learn form Indonesia about

  4

  Breastfeeding’. Tapi nyatanya, realisasi dari peraturan pemerintah tersebut masih kurang ( WHO, 2006 ).

  Dari berbagai sumber data yang ditemukan Mentri Kesehatan RI Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan pekan ASI sedunia 2012 di Balai Kartini jakarta rabu 19-9- 2012, bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI Eksklusif di indonesia masih rendah dan menunjukan perkembengan yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian dinegara lain di Asia Tenggara, pencapaian ini memang kurang dapat dibanggakan. Sebagai perbandingan, cakupan ASI Eksklusif di india saja sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27%, dan Myanmar 24% (Harwono, 2012 ).

  Di Indonesia, pada tahun 2007 angka kematian bayi adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Karena itu, organisasi kesehatan dunia merekomendasikan semua bayi perlu mendapatkan kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi, dan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi(Muryunani, 2012).

  Berdasarkan data dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukan, pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah. Terutama ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI denngan alasan kesibukan kerja.pada hal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun(Muryunani, 2012).

  

5 Berdasarkan data dari RISKESDAS (2013) dikatan bahwa di indonesia jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif masih sangat memprihatinkan Khususnya di provinsi Sumatera utara pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan masih sangat rendah yaitu hanya 41,3 %, bila dibandingkan dengan NTB pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 79,7% bayi yang diberikan ASI eksklusif. Persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di Papua Barat (21,7%)

  Berdasarkan data survei awal yang didapat data jumlah KK 245 orang dan hanya 99 orang yang memiliki balita usia 0

  • – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Juni – Oktober 2014.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah: Faktor

  • – faktor Apakah Yang Berhubungan Dengan Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014.

  1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

  Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014.

  6

1.3.2.Tujuan Khusus 1.

  Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pengetahuan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

  2. Untuk mengetahui pengaruh antara Umur dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

  3. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pendidikan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

  4. Untuk mengetahui pengaruh antara Pekerjaan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

  5. Untuk mengetahui pengaruh antara Sikap dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

  6. Untuk mengetahui pengaruh antara Tradisi dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

  7. Untuk mengetahui pengaruh antara Penolong Persalinan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Kecamatan

  Sebagai bahan masukan bagi camat untuk lebih mendukung program kesehatan khususnya dalam hal peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh

  1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

  Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khusunya tentang hubungan pengetahuan dan sikap suami mengenai ASI eksklusif dengan penerapan breastfeeding fathersebagai masukan dalam menambah mata ajar yang diberikan guna memperluas wawasan, khususnya pendidikan kesehatan.

  1.4.3. Bagi penelitian Selanjutnya

  Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian berikutnya untuk mengembangkan atau membandingkan pemberian ASI dengan dukungan suami dan tanpa dukungan suami.

  8

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Keadaan Ambient

1 0 10

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan Laju Pengadukan pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Keadaan Ambient

1 1 6

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre Medan Tahun 2013-2014

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Defenisi Organisasi - Budaya Organisasi pada BSA Owner Motorcycle’ Siantar di Kota Pematangsiantar

0 2 46

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Budaya Organisasi pada BSA Owner Motorcycle’ Siantar di Kota Pematangsiantar

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biskuit - Daya Terima Biskuit dengan Modifikasi Tepung Biji Nangka, Tepung Kacang Merah dan Tepung Pisang serta Kontribusinya terhadap Kecukupan Energi, Protein dan Zat Besi Remaja

0 1 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Daya Terima Biskuit dengan Modifikasi Tepung Biji Nangka, Tepung Kacang Merah dan Tepung Pisang serta Kontribusinya terhadap Kecukupan Energi, Protein dan Zat Besi Remaja

0 0 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Strategi Adaptasi Dan Mitigasi Bencana Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun

0 0 24

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014

0 0 23

2.2 Pengertian ASI Eksklusif - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014

1 1 14