KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH AFRIKA DALA (1)

1

KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH AFRIKA DALAM MENGURANGI
TINGGINYA PERDAGANGAN SENJATA ILEGAL DI BENUA AFRIKA

Arlisa Siti Zahra
Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Jl. Brawijaya, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: arlisalisa22@gmail.com

Abstract
Penulisan ini bertujuan untuk mepaparkan bagaimana arah kebijakan Pemerintah Afrika
yang mengikutsertakan organisasi internasional didalamnya untuk menanganani isu
perdagangan senjata ilegal di Benua Afrika yang semakin komples. Pemerintah Afrika
mengambil suatu kebijakan dengan PBB selaku organisasi tertinggi untuk membuat suatu
organisasi yang dinamakan Army Trade Treaty (ATT). ATT merupakan perjanjian
mutilateral pertama yang memiliki tujuan untuk mengatur perdagangan senjata
konvensional meliputi: tank baja, kendaraan perang, sistem artileri dengan kaliber besar,
pesawat tempur, helikopter penyerang, kapal perang, misil berserta launcher-nya, senjata
kecil dan ringan. Dalam artikel ini penulis dengan rinci mencabarkan faktor-faktor
maraknya peredaran senjata, aktor, jalur perdagangan gelap, dan tentunya upaya

pemerintah melalui keikutsertaan organisasi ini. Artikel ini menggunakan teori liberalisme
untuk mengungkapkan bahwa perdamaian dapat dicapai dengan keikutsertaan organisasi
didalamnya.
Kata kunci: kebijakan, benua afrika, organisasi internasional, senjata
PENGENALAN
Senjata merupakan alat yang digunakan dalam pertempuran untuk tujuan membunuh,
melukai, atau mengalahkan musuh. Bukan hanya untuk tujuan pertempuran, namun senjata
sering kali digunakan suatu negara untuk melindungi diri dari serangan musuh. Senjata
memiliki banyak jenis, mulai dari pedang, panah, pistol, meriam, senjata kimia hingga rudal.
(Young, n.d) Transaksi perdagangan senjata dilakukan pada setiap wilayah di dunia, resmi
ataupun illegal. Terjadinya konflik bersenjata internasional ataupun noninternasional
menambah hidupnya proses transaksi serta distribusi senjata dan amunisinya. Perdagangan

2

senjata sepertinya hampir di sejajarkan dengan komoditi lainnya di pasar global maupun
nasional. (Rachmawatie, 2014)
Dalam dunia internasional, keberadaan senjata sangat penting. Keberadaan senjata
tidak hanya digunakan untuk menjaga keamanan, tetapi juga untuk membangun sistem
pertahanan. Senjata menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari sebuah negara. Kebutuhan

negara akan senjata juga tidak lepas dari dinamika keamanan yang dialami negara tersebut.
Negara-negara yang terlibat konflik akan memubutuhkan lebih banyak senjata untuk
meredam konflik yang ada. Akibatnya, semakin banyak konflik bersenjata yang terjadi, maka
semakin tinggi pula kebutuhan akan senjata itu sendiri. (Salehati, 2017)
Konflik berkepanjangan, perang proksi, dan perselisihan antar-komunitas mewarnai
banyak wilayah di Benua Afrika. Kekerasan seperti itu terus mempercepat kemiskinan
struktural dan proses pemiskinan di seluruh benua. Ini telah menyebabkan kekejaman yang
tak terhitung, termasuk kematian, kekerasan seksual, komunitas yang hancur dan hilangnya
harapan untuk hidup dengan layak. Para ahli global memperkirakan bahwa setidaknya
500.000 orang meninggal setiap tahun, dan jutaan lainnya mengungsi, semua itu sebagai
akibat dari kekerasan bersenjata dan konflik (Adeniyi, 2017)
Dalam kondisi konflik berkepanjangan, peredaran persenjataan ilegal dan
perdagangan manusia masih menjadi salah satu masalah keamanan utama di Benua Afrika.
Diperkirakan terdapat sekitar 100 juta senjata ringan yang tidak terkendali tersebar di zona
krisis dan lingkungan. (Adeniyi, 2017) Senjata dibawa melalui jalur-jalur rahasia yang tidak
diketahui pemerintah, dijual di pasar-pasar gelap, diedarkan oleh oknum-oknum yang tidak
memiliki wewenang hukum untuk membeli atau memanggul senjata. Dengan tantangan
keamanan tersebut, tentunya akan sangat berdampak pada keamanan domestik negara Afrika.
Dengan begitu, pemerintah dan organisasi internasional lainnya tidak lantas tinggal
diam menanggapi hal tersebut. Pemerintah Afrika

THEORETICAL FRAMEWORK
Terdapat beberapa satu kerangka teoritik yang didasatkan pada data yang pernah
dikaji oleh para ahli dengan tujuan menyediakan sebuah pijakan untuk penelitian selanjutnya
di masa mendatang. Teori merupakan sebuah bentuk pernyataan guna memandang dan

3

menjawab pertanyaan “mengapa”. Artikel ini menggunakan pendekatan liberalisme, dimana
keterlibatan organisasi internasional didalamnya untuk tercapainya suatu kepentingan negara
Arfika, yaitu tercapainya keamanan dan perdamaian. Pemerintah Afrika. Artikel ini juga
diteliti menggunakan metode library research guna mengumpulkan beberapa fakta yang
dipaparkan dalam artikel ini.
RESULT AND ANALYSIS
KAWASAN BENUA AFRIKA
Afrika adalah benua terbesar kedua di dunia, baik wilayah maupun populasinya. Ini
adalah daratan yang hampir seluruhnya terisolasi, hanya ada jembatan tanah kecil di timur
laut yang menghubungkan Afrika dengan Asia Barat. Luas benua ini sekitar 30.244.000 km²
(11.700.000 mi²) termasuk pulau-pulau yang berdekatan, mencakup sekitar 20 persen dari
total luas daratan Bumi. Wilayah daratan Afrika dibagi menjadi 48 negara, ditambah enam
negara pulau. Memiliki populasi 1,1 miliar penduduk manusia, sekitar 14 persen dari

populasi dunia (pada tahun 2016). [ CITATION Natnd \l 1057 ]
Masalah senjata ilegal yang tidak terkontrol, serta akuisisi dan transfer terlarang
merupakan tantangan keamanan yang cukup serius di benua Afrika. Meskipun barang
tersebut tidak secara langsung menyebabkan konflik, konsentrasi mereka di zona krisis sering
menopang atau memperpanjangnya. Senjata yang tidak terkontrol juga memicu perang sipil,
memberdayakan kelompok bersenjata non-negara untuk melancarkan serangan terhadap
pemerintah dan komunitas lokal. Dewan Hubungan Luar Negeri menempatkan nilai moneter
tahunan perdagangan senjata gelap pada $1 miliar. Ini mewakili antara 10 hingga 20 persen
perdagangan global di benua Afrika. Penggunaan senjata terus memiliki konsekuensi serius,
yakni menghancurkan setiap individu, keluarga dan komunitas di seluruh Afrika, di mana
lebih dari 100 juta senjata kecil diperkirakan telah beredar.[ CITATION Ade17 \l 1057 ]
Sumber utama dari maraknya senjata-senjata ilegal diantaranya bisa berasal dari beberapa
aktifitas, diantaranya reaktivasi senjata yang dinetralkan, pencurian, penggelapan senjata dari
hukum, penjualan senjata di pasar ilegal, reaktivasi senjata api milik tentara atau polisi yang
dinonaktifkan serta konversi pistol gas. [ CITATION Eurnd \l 1057 ]

4

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MARAKNYA PERDAGANGAN SENJATA
ILEGAL

Negara

Perang

Ekstrimis

Konflik

Kejahatan

Militantsi

Saudara/

keras /

antar

terorganisir


ethnopolitik

pemberonta

teroris

negara

Separatisme

kan

Algeria
Angola
Burundi
Cameroon
CAR
Chad
Chongo
Cote d'lvoire

Djibouti
Egypt
Ethiopia
Eritrea
Libya
Mali
Mauritania
Niger
Nigeria
Senegal
Somalia
South Sudan
Sudan
Tunisia
Uganda
West Sahara

X
X
X

X
X
X
X

X
X

X
X
X
X

X
X
X

X

X

X
X
X
X

X
X

X
X
X

X
X
X
X

X
X
X


X
X
X

X
X
X
X

X
X

X
X
X

X
X


X

X
X

X

Source: Based on data from oxfam.org

Data tersebut menunjukkan bahwa konflik di Afrika memiliki persentase yang signifikan
dari konflik global. Saat ini, sekitar 25 negara Afrika berjuang melawan ketidakamanan,
seperti pemberontakan terorganisir atau perang saudara, kejahatan terorganisir, ekstremisme
brutal, militansi etno-politik, agitasi separatis, dll. Dalam laporan 2015 tentang konflik,
kekerasan dan ekstremisme di Afrika, Institut Studi Keamanan (ISS) mencatat bahwa 52
persen insiden konflik bersenjata global pada tahun 2014 terjadi di Afrika. Statistik yang
diterbitkan dari Barometer Konflik Heidelberg menunjukkan bahwa 87 dari 236 konflik

5

intensitas tinggi global antara tahun 2011 dan 2015 terjadi di Afrika. Situasi keamanan Afrika
menunjukkan intersitas panas.[ CITATION Ade17 \l 1057 ]
Faktor tingginya intensitas konflik yang terjadi di benua Afrika membuat para aktoraktor yang berkonflik sangat membutuhkan banyak suplai senjata. Senjata sebenarnya tidak
bisa sembarangan masuk kewilayah suatu negra tanpa prosedur yang jelas, pedagang dan
senjata yang diperjualbelikan harus memiliki lisensi yang jelas, dan tentunya senjata yang
masuk wilayah negara harus dikontrol oleh pemerintah maupun organisasi yang berwenang
dalam bidangnya, agar tidak terjadi kelebihan dan malah disalahguakan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Intensitas konflik yang tinggi tentu akan sangat berpengaruh
pada jumlah permintaan sentaja, semakin tinggi konflik maka semakin tinggi permintaan.
Selain faktor konflik yang berkepanjangan yan terjadi di benua ini, faktor keuntungan
juga menjadi salah satu yang paling memikat. Broker-broker internasional kelas kakap tentu
memanfaatkan kondisi ini sebagai lahan yang bagus untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya, maka dari itu mereka biasa memasok senjata kepada pemberontak,
kelompok-kelompok pemberontak dengan jumlah yang berfariasi masuk Afrika. Dewan
Hubungan Luar Negeri menempatkan nilai moneter tahunan perdagangan senjata gelap pada
$1 miliar. Ini mewakili antara 10 dan 20 persen perdagangan global di benua Afrika.
[ CITATION Ade17 \l 1057 ]
AKTOR YANG BEPERAN DALAM PENJUALAN SENJATA ILEGAL DI BENUA
AFRIKA
Aktor yang perperan dalam perdagangan senjata bisa kita bedakan mejadi dua, aktor
negara dan non negara. Aktor Negara biasanya melakukan transaksi dengan negara penjual
senjata menggunakan sebuah perjanjian yang mengikat. Selain terikat hukum penjuat dan
senjata yang diperjual belikan harus memiliki lisensi dan sertifikat yang resmi. Sedangkan
aktor non negara biasanya terdiri dari kelompok pemberontak dan broker senjata. Kelompok
bersenjata di sebuah negara bisa mendapatkan pasokan senjata dengan merampas pasokan
senjata milik pemerintah, atau bahkan bekerjasama dengan oknum-oknum korup yang ada
dalam pemerintahan untuk mendapatkan pasokan senjata atau bahkan disuplai oleh negara
lain yang memiliki kepentingan. Selain itu, kelompok pemberontak yang memiliki keuangan

6

yang bagus, dapat membeli senjata dari luar negeri, tentu saja dengan memanfaatkan celahcelah hukum yang ada.[ CITATION Sal17 \l 1057 ]
Broker-broker senjata biasanya menyediakan sertifikat dan dokumen-dokumen palsu
yang memungkinkan pedagang dan kliennya untuk menghindari embargo senjata PBB. Para
broker memiliki armada tersendiri, dan selanjutnya transfer senjata sangat bergantung pada
pihak ketiga. Perantara ini dapat dieksploitasi lagi untuk mengirimkan senjata dengan volume
yang lebih besar tergantung dengan permintaan. Biasanya semakin intens koflik terjadi, maka
volume akan semakin besar.[ CITATION Bur01 \l 1057 ]
Pertukaran informal senjata berskala kecil biasanya telah mempunyai jaringan mereka
sendiri dan jaringan tersebut tentunya yang sangat sulit terdeteksi. Oleh sebab itu jika
keamanan wilayah maupun perbatasan lemah, maka lahan yang lemah akan dengan mudah
dieksploitasi untuk operasi perdagangan senjata yang lebih besar. Broker-broker terus
berusaha untuk mendapatkan senjata dan amunisi untuk kelompok-kelompok pemberontak
karena imbalan uang yang sangat tinggi jika berhasil memberikan senjata. Cadangan emas
dan berlian yang besar di kawasan Afrika dapat dieksploitasi sebagai bentuk pembayaran
ideal untuk pasokan senjata besar, menjadikan negara ini menjadi tempat yang menarik bagi
penyelundup. [ CITATION Aar15 \l 1057 ]
Di Afrika Tengah terdapat pengalaman buruk di masa lalu dan kelanjutan konflik
menciptakan peluang bagi para pemimpin kelompok pemberontak dari Seleka dan antibalaka. Afrika Tengah hanya menerima pengiriman senjata kecil dari Chad, Cina, Prancis,
Israel, Libya, dan Rumania. Selain itu, kelompok pemberontak atau tentara pemerintah yang
melarikan diri dari konflik di Chad, Sudan, dan Republik Demokratik Kongo untuk menjual
senjata mereka di pasar gelap.[ CITATION Aar15 \l 1057 ]
JALUR PERDAGANGAN SENJATA ILEGAL DI BENUA AFRIKA
Sebagian besar senjata yang diselundupkan untuk dijual yaitu senjata ringan yang mudah
tersamarkan. Senjata yang diselundupkan masuk Afrika hampir tidak terbatas. Perbatasan
darat yang panjang, berpori dan tidak dijaga dengan baik memfasilitasi pemindahan senjata
secara ilegal dengan berjalan kaki atau dengan truk. Beberapa dari jalur ini bersekala besar
dan sistematis. Pelaku juga menyelundupkan senjata kecil di sepanjang sungai dan pantai

7

Afrika. Mereka mengemas senjata kecil ke dalam karung tahan air, lalu menempelkannya ke
bagian bawah perahu, dan membawanya ke Sungai Niger.[CITATION Sch06 \l 1057 ]
Jalur lain yaitu dengan pesawat, pesawat digunakan untuk mengangkut senjata antar
benua dan regional. Pesawat kargo militer sering memainkan peran penting dalam transfer
ilegal antarbenua besar yang diatur oleh broker internasional. Beberapa lapangan udara
Afrika yang sering digunakan untuk jalur perdagangan ini yaitu, Entebbe, Goma, Kigali, dan
Luanda. Sementara jalur laut terdapat pelabuhan Aseb, Beira, Conakry, Dar-es-Salaam,
Djibouti, Durban, Luanda, Merca, Mombasa, Monrovia, dan Nacala. Setelah tiba, senjata
diteruskan ke tujuan mereka melalui jalan darat, kereta api, udara, atau feri. Misalnya,
pengiriman melalui Dar-es-Salaam biasanya dikirim dengan kereta api ke Mwanza, sebuah
pelabuhan di Danau Victoria, dan kemudian dibawa menggunakan feri menuju Port Bell di
Uganda selatan atau tujuan regional lainnya.[ CITATION Bur01 \l 1057 ]
DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI TINGGINYA PENJUALAN SENJATA
ILEGAL DI BENUA AFRIKA
Keberadaan senjata-senjata yang sangat mudah ditemukan dapat memicu adanya perang
saudara diantara negara di benua Afrika. Bukan hanya memicu konflik, namun akan
menambah panas tensi yang terjadi diantara kelompok-kelompok yang berkonflik, serta
tentunya memperburuk kondisi keamanan domestik negara. Dampak bagi dunia
internasional, Afrika bisa menjadi biang keladi dari 90% korban mati di kawasan konflik,
karena mayoritas tujuan perdagangan senjata ilegal menyasar negara-negara di benua Afrika,
seperti Somalia, Kongo, Liberia, Sierra Leone, dan Sudan.
Beberapa dampak yang mungkin akan ditimbulkan dari maraknya penyelundupan
barang ilegal tersebut diantaranya dapat mempengaruhi keamanan, kemanusiaan dan
pembangunan di benua Afrika.
1. Keamanan
- Senjata-senjata ini digunakan sebagai alat melanggar hak asasi manusia, termasuk di
masa damai, khususnya melalui kebangkitan kejahatan dan gerombolan bersenjata serta
pemblokir jalan (coupeurs de route) dan tentara bayaran;

8

- Senjata kecil dan senjata ringan juga merupakan akar dari gelombang baru krisis dan
konflik yang membahayakan setiap prospek perdamaian dan keamanan.
2. Masalah kemanusiaan
- Ancaman langsung dari penggunaan senjata ringan memaksa jutaan orang untuk
meninggalkan rumah mereka, mengakibatkan semakin banyak pengungsi dan orangorang terlantar. (Angola, Gabon, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Uganda);
- Penggunaan senjata ringan mendorong perekrutan tentara anak dan kekerasan
seksual terhadap perempuan dan anak perempuan.
3. Pembangunan
- Keberadaan senjata ringan dalam skala besar menghambat perkembangan sosioekonomi dan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Afrika Tengah.[ CITATION
Rel10 \l 1057 ]
KEBIJAKAN YANG DIBUAT PEMERINTAH DALAM UPAYA MENGURANGI
TINGGINYA PERDAGANGAN SENJATA ILEGAL DI KAWASAN
Sebagai respon karena maraknya kasus perdagangan senjata ilegal di dunia, Pemerintah
Afrika mengambil suatu kebijakan dengan PBB selaku organisasi tertinggi untuk membuat
suatu organisasi yang dinamakan Army Trade Treaty (ATT). ATT merupakan perjanjian
mutilateral pertama yang memiliki tujuan untuk mengatur perdagangan senjata konvensional
meliputi: tank baja, kendaraan perang, sistem artileri dengan kaliber besar, pesawat tempur,
helikopter penyerang, kapal perang, misil berserta launcher-nya, senjata kecil dan ringan.
Negosiasi isi dimulai pada tanggal 2-27 Juli 2012 dan kemudian dilanjutkan pada tanggal 1828 Maret 2013 di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. [ CITATION
Placeholder1 \l 1057 ]

Mengingat situasi keamanan di Afrika, ada kebutuhan dan upaya terkoordinasi di tingkat
regional dan multilateral untuk memerangi aliran senjata yang tidak terkendali dan transfer
senjata gelap. Konvensi yang masih ada dan instrumen hukum tentang pengendalian senjata
di Afrika mencerminkan tujuan ATT, misalnya, 'Deklarasi Bamako' dalam Uni Afrika tahun
2000 menggambarkan posisi umum Afrika dalam perdagangan senjata gelap dan proliferasi

9

senjata ringan. Ada juga strategi Uni Afrika tentang Pengendalian Proliferasi Gelap, Sirkulasi
dan Perdagangan Senjata Ringan, dengan tujuan keseluruhan untuk menghapus proliferasi
senjata dan perdagangan di Afrika. Konvensi terkait di tingkat sub-regional termasuk
Southern African Development Commission (SADC) 2001 tentang Pengendalian Senjata Api,
Amunisi dan Bahan Terkait, Protokol Nairobi 2004 tentang Pengendalian, Pencegahan, dan
Pengurangan Senjata Ringan di Wilayah Danau Besar, Tanduk Afrika dan Negara Bagian
Perbatasan, Economic Community of West African States (ECOWAS) 2006 tentang Senjata
Ringan, Amunisi dan Bahan Terkait Lainnya, dan Konvensi Afrika Tengah 2010 untuk
Pengendalian Senjata, Amunisi dan Suku Cadang.[ CITATION Ade17 \l 1057 ]
Negara-negara Afrika sebagian besar menunjukkan dukungan besar pada ATT.
Pengembangan ATT memiliki beberapa manfaat bagi negara-negara Afrika. Diantaranya,
pengurangan dan pencegahan kelebihan senjata yang dibuang di Afrika, mengontrol
keluarnya senjata dari industri persenjataan dengan menstandardisasi kriteria ekspor dan
impor, memastikan penghormatan yang lebih besar terhadap hukum internasional, dan
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan senjata. Manfaat besar lainnya
adalah promosi pengambilan keputusan yang lebih baik di tingkat nasional untuk memastikan
bahwa keputusan tentang pengadaan senjata mencerminkan kepentingan suatu negara dengan
mempertimbangkan kebutuhan pembangunan.[ CITATION Dom09 \l 1057 ]
KESIMPULAN
Afrika adalah benua terbesar kedua di dunia, baik wilayah maupun populasinya.
Dengan wilayah dan populasi yang relatif besar maka konsekuensi yang dirimpulkan yaitu
terjadinya berbagai konflik, seperti perang saudara, pemberontakan, teroris, separatisme
maupun konflik antar negara. Ketika berbicara mengenai konflik, maka senjata adalah hal
yang sangat penting, mengingat semakin banyak konflik maka akan sangat besar pula senjata
yang beredar, baik legal maupun ilegal.
Masalah senjata ilegal yang tidak terkontrol, serta akuisisi dan transfer terlarang
merupakan tantangan keamanan yang cukup serius di Benua Afrika. Senjata-senjata tersebut
dibawa oleh broker-broker internasional untuk diedarkan dikawasan Afrika . Senjata yang
diselundupkan masuk Afrika hampir tidak terbatas. Perbatasan darat yang panjang, berpori
dan tidak dijaga dengan baik memfasilitasi pemindahan senjata secara ilegal dengan berjalan

10

kaki atau dengan truk. Selain melalui jalui jalur darat penyalundupan juga dilakukan dengan
jalur udara, menggunakan pesawat.
Keberadaan senjata-senjata yang sangat mudah ditemukan dapat memicu adanya
perang saudara diantara negara di Afrika. Bukan hanya memicu konflik, namun akan
menambah panas tensi yang terjadi diantara kelompok-kelompok yang berkonflik, serta
tentunya memperburuk kondisi keamanan domestik negara. Beberapa dampak yang mungkin
akan ditimbulkan dari maraknya penyelundupan barang ilegal tersebut diantaranya dapat
mempengaruhi keamanan, kemanusiaan dan pembangunan di benua Afrika.
Dengan kondisi tersebut PBB selaku organisasi tertinggi, mendirikan sebuah badan
yang dinamakan Army Trade Treaty (ATT). Negara-negara Afrika sebagian besar
menunjukkan dukungan besar pada ATT. Pengembangan ATT memiliki beberapa manfaat
bagi negara-negara Afrika. Diantaranya, pengurangan dan pencegahan kelebihan senjata yang
dibuang di Afrika, mengontrol keluarnya senjata dari industri persenjataan dengan
menstandardisasi kriteria ekspor dan impor, memastikan penghormatan yang lebih besar
terhadap hukum internasional, dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengadaan senjata.

11

REFERENCES

European Union’s Law Enforcement Agency. (n.d). European Union’s Law Enforcement
Agency. Retrieved April 20, 2018, from European Union’s Law Enforcement Agency
Web Site: https://www.europol.europa.eu/crime-areas-and-trends/crime-areas/illicitfirearms-trafficking
Adeniyi, A. (2017). The Human Cost of Uncontrolled Arms in Africa . London: Oxfam Org.
Bureau of Intelligence and Research. (2001, July 1). Retrieved April 18, 2018, from Go To
Current State.Gov Website: https://2001-2009.state.gov/s/inr/rls/fs/2001/4004.htm
Dye, D. (2009). Institude For Securty Studies . Retrieved April 20, 2018, from Institute For
Security Studies Web Site:
https://issafrica.s3.amazonaws.com/site/uploads/Paper191.pdf
Gluck, A. (2015, May). International Affairs Review George. Retrieved April 19, 2018, from
International Affairs Review George Washington University Website: http://www.iargwu.org/content/major-arms-trafficking-risk-central-african-republic
Jonesti, P. (2016). Kebijakan Indonesia Abstain Dalam Amrs Trade Treaty Tahun 2013.
Jurnal Online Mahasiswa FISIP Vol. 3 No. 2 , 6-7.
Nations Online Project . (n.d). Nations Online Project Corporation. Retrieved April 20, 2018,
from Nations Online Project Corporation Web site:
http://www.nationsonline.org/oneworld/africa.htm
ReliefWeb Corporation. (2010, March 17). ReliefWeb. Retrieved April 18, 2018, from
https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/5CD771900DE92CAD492576E
C00092F51-Full_Report.pdf

12

Salehati. (2017). Perdagangan Senjata Dan Dampaknya Terhadap Keamanan Regional Timur
Tengah. SKRIPSI Universitas Hasanuddin, 1-2.
Schroeder, M. (2006). Federation of American Scientists Corporation. Retrieved April 21,
2018, from Federation of American Scientists Web Site:
https://fas.org/asmp/library/articles/SchroederLamb.pdf