PEMAHAMAN GURU PROPINSI JAWA TENGAH TERHADAP KEMAMPUAN MELIHAT DAN BERTANYA TENTANG REALITAS DALAM RANGKA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ILMIAH Oleh: Harsono (Staf Pengajar FKIP UMS) Abstract - PEMAHAMAN GURU PROPINSI JAWA TENGAH TERHADAP KEMAMPUAN MELIHAT

PEMAHAMAN GURU PROPINSI JAWA TENGAH TERHADAP KEMAMPUAN
MELIHAT DAN BERTANYA TENTANG REALITAS DALAM RANGKA PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN ILMIAH
Oleh: Harsono (Staf Pengajar FKIP UMS)
Abstract

T

he publication paper title is “ Elementary school Teachers Knowing for see and
question in Central Java”. That is a part of researct publication. The reaserch
location is Semarang, Demak, Kudus, and Pati teritorial. The problem statement
of the paper are how long elementary school teachers knowed about capacity
for reality see and questions.
Instrumen of research is questionary, there are any question about elementary school teachers
knowed about capacity for reality see and elementary school teachers knowed about capacity
for reality questions. That is a quantitaive research and then survay research design.
We get some information that level of capasity elementary school teachers knowed about
capacity for reality see and questions are low. That is consistent with other research result, when
we get a same kinds.
Keywords; teachers knowing, see, question


PENDAHULUAN

kompetensi yang lain dalam kerangka

Untuk menerapkan metode ilmiah,
guru

dituntut

untuk

meningkatkan

pendekatan

Ilmiah

sebagaimana

diprogramkan oleh pemerintah.


kemampuan profesionalnya. Dari 5 unsur

Banyak pihak yang semenjak awal

Permendikbud No 81 Tahun 2014 ada

meragukan kemampuan guru dalam hal

kemampuan
mengumpulkan

melihat,

menanya,

memahami kemampuan ilmiah, khususnya

informasi,


mengasosiasi,

kemampuan melihat objek dan kemampuan

mengkomunikasikan, dan mencipta. Dalam

bertanya (Asmira,2014).

paper

akan menyatakan bahwa guru memiliki

ini,

kita

mencoba

membahas


mengenai kemampuan guru dalam hal

kemampuan

mengamati obyek dan bertanya kepada

pembelajaran yang aktif baik siswa maupun

pihak lain mengenai objek yang dimaksud.

guru kalau para guru saja tidak memiliki

Kedua kemampuan itu menjadi persyaratan

kemampuan yang cukup untuk melihat

bagi guru sebelum yang bersangkutan

objek dan bertanya tentang objek yang


melangkahkan

dilihatnya (Koper,2005).

kaki

untuk

memahami

untuk

Bagaimana kita

membangun

38

Ini menjadi kritik yang membangun
terhadap penerapan kembali kurikulum 2006


indikator yang menentukan kualitas suatu
penelitian evaluasi.

kurikulum

Guru dengan kepesertaannya dalam

memiliki

berbagai pelatihan, ragam program-program

kemampuan untuk mengajarkan materi pada

pelatihan dan pendampingan dalam rangka

materi yang dihafal, baik karena belajar

implementasi


ataupun karena sudah lama mengajarkan

berhasil meningkatkan pemahaman para

materi serupa sehingga menjadi hafal karena

guru terhadap pendekatan saintifik dalam

proses.

rangka untuk menerapkan kurikulum 2013.

yang

disebut-sebut

KTSP,

dimana


sebagai

guru

hanya

k-13,

semestinya

telah

Untuk dapat menarik kesimpulan

Realitas yang terjadi, banyaknya guru pada

secara tepat, kita harus membuktikan secara

berbagai jenjang pendidikan, SD, SMP,


meyakinkan bahwa lemahnya pemahaman

SMA, SMK telah berkeluh kesah betapa

guru terhadap pendekatan saintifik itu

sulitnya memahami pendekatan saintifik.

memang disebabkan oleh ketergesa-gesaan

Bahkan tidak sedikit yang merasa telah

sosialisasi tersebut, dan bukan oleh faktor

memahami pendekatan saintifik, pada hal,

lain. Padahal, dalam kenyataannya, banyak,

realitasnya mereka salah secara mendasar


faktor dapat berpengaruh terhadap lemahnya

memahami apakah itu pendekatan saintifik.

pemahaman

Pernyataan Masalah

guru

terhadap

pendekatan

saintifik tersebut, misalnya, posisi nyaman

Pernyataan masalah yang diajukan dalam

guru yang menyebabkan tidak mau berubah


kesempatan ini adalah:

(Roger,2010;27-32),



ancaman

guru

melihat dan mengamati.

(Hauser,2006), pengaruh campur tangan
orang tua bagi siswa, pengaruh media masa,
dsb.

Karena

penelitian

itu,

evaluasi

kunci utama
ini

adalah



Adakah varitas pemahaman guru tentang
konsep

dalam

melihat

dan

mereka bekerja.

seberapa akurat kita sehingga informasi


Adakah varitas pemahaman guru tentang

pertimbangan para peneliti dan pengambil

konsep

kebijakan guna memahami realitas lapangan

berdasarkan

(Roger,2010;78).

dimana mereka bekerja.

Keberhasilan

dalam

mengamati

berdasarkan jenjang pendidikan dimana

sampai

yang baik itu dapat dijadikan sebagai bahan

Seberapa besar guru mengetahui konsep

melihat

dan

wilayah

mengamati

kabupaten/kota

menggambarkan realitas tersebut merupakan
39

lebih luas. Metode ilmiah umumnya

TEORI


menempatkan fenomena unik dengan

Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran

merupakan

suatu

kajian

spesifik

dan

detail

untuk

proses ilmiah (Herington & Herington,

kemudian merumuskan simpulan umum.

2005;15). Karena itu Kurikulum 2013

Aliran pemikiran seperti yang kedua

(K-13)

itulah yang nantinya akan dianut untuk

mengamanatkan

esensi

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran,
dimana

setiap

penyelenggaraan

mengembangkan penelitian survai ini.
Metode ilmiah cenderung merujuk

pembelajaran yang berkualitas haruslah

pada

memakai pendekatan ilmiah.

fenomena atau gejala, tujuannya adalah

Pendekatan ilmiah diyakini oleh
banyak

pihak

sebagai

titian

emas

teknik-teknik

investigasi

atas

untuk memperoleh pengetahuan baru,
atau

mengoreksi

dan

memadukan

perkembangan dan pengembangan sikap,

pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat

keterampilan, dan pengetahuan peserta

disebut

didik (lih.Fi’liyah,2013).

(method of inquiry) harus berbasis pada

Dalam suatu pendekatan atau proses

bukti-bukti

kerja yang memenuhi kriteria ilmiah,

diobservasi, empiris, dan terukur dengan

para

lebih

prinsip-prinsip penalaran yang spesifik

induktif

(Koper,2005;213). Karena itu, metode

ilmuwan

mengedepankan

diharuskan
pelararan

ilmiah,

dari

metode

objek

pencarian

yang

dapat

(inductive

reasoning)

ketimbang

ilmiah umumnya memuat serial aktivitas

penalaran

deduktif

(deductive

pengoleksian data melalui observasi dan
survai, kemudian memformulasi, dan

reasoning)(Bloom,956;112).
Penalaran deduktif melihat fenomena
umum

untuk

kemudian

menarik

memungkinkan untuk menguji hipotesis.
Survai

yang

dikembangkan

ini

simpulan yang spesifik. Sebaliknya,

tidaklah dimaksudkan untuk menguji

penalaran

memandang

hipotesis, tetapi dimaksudkan untuk

fenomena atau situasi spesifik untuk

menyajikan data dasar, dalam mana data

kemudian

ini diharapkan dapat

induktif

menarik

keseluruhan.

simpulan

Sejatinya,

secara

penalaran

induktif cenderung menempatkan bukti-

berguna bagi

penelitian selanjutnya untuk menjadi
pangkal

tolak

penelitian,

atau

bukti spesifik ke dalam relasi idea yang
40

mengusung

data

survai

ini

K-13 menekankan pada dimensi

untuk

penelitian lain sesuai dengan tujuan.


Langkah-langkah

pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu pembelajaran yang menggunakan

Pemakaian

pendekatan ilmiah.

Pendekatan Ilmiah

(scientific appoach) dalam pembelajaran

Proses pembelajaran pada K-3 untuk

sebagaimana

jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah

atau

yang

dan

ilmiah,

menggamit

Makalah

Ranah

keterampilan

menggamit

transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah

pengetahuan

menggamit

transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.” Hasil
akhirnya

adalah

peningkatan

dan

keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap,

ini

kemampuan

semua

mata

secara

prosedural.

khusus
guru

membahas

pada

konsep

mengamati dan bertanya.

transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu mengapa.”

untuk

tertentu, sangat mungkin

diaplikasikan

proses

sikap

ranah

mencoba,

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat

ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

pendekatan

mencipta

atau situasi

proses pembelajaran menyentuh tiga

berbasis

menanya,

pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi,

Merujuk suatu aliran pendidikan, dimana

pembelajaran

meliputi

mengolah, menyajikan, menyimpulkan,

ilmiah secara gradual dan atau bertahap.

Dalam

dimaksud

mengamati,

sederajat

dilaksanakan menggunakan pendekatan

keterampilan.

Pendekatan ilmiah



Mengamati
Metode
pembelajaran

ilmiah
untuk

mensyaratkan
terlibat

pada

aktivitas mengamati dan mengutamakan
kebermaknaan
(meaningfull

proses

pembelajaran

learning).

Metode ini

memiliki keunggulan tertentu, misalnya
metode ini menyajikan media mengenai
obyek secara nyata atau apa adanya,
peserta didik merasa senang dan merasa
lebih tertantang, dan metode ini mudah
pelaksanaannya. Karena itu semenjak
awal para siswa perlu diperkenalkan
“teknik mengamati” yang tepat yang

keterampilan, dan pengetahuan.
41

menjadikan bekal agar jika terlibat

mengumpulkan data agar berjalan

dalam proses pengamatan suatu obyek.

mudah dan lancar

sangat

• Menentukan cara dan melakukan

bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin

pencatatan atas hasil observasi,

tahu terhadap kenyataan bagi peserta

seperti menggunakan buku catatan,

didik.

kamera,

Metode

mengamati

Proses

pembelajaran

yang

tape

recorder,

video

mengedapankan “metode pengamatan”

perekam, hp, dan alat-alat tulis

dapat

lainnya.

maka

proses

pembelajaran

Kegiatan observasi

memiliki kebermaknaan yang tinggi

dalam proses

(Ary dkk,2002;58). Dengan metode

pembelajaran

observasi peserta didik menemukan

keterlibatan

fakta bahwa ada hubungan antara obyek

langsung. Dalam kaitan ini, guru harus

yang

materi

memahami bentuk keterlibatan peserta

oleh

didik dalam observasi tersebut secara

dianalisis

pembelajaran

yang

dengan
digunakan

Kegiatan

mengamati

dalam



Observasi

pembelajaran dapat dilakukan dengan

didik

secara

langkah-langkah

seperti

biasa

(common

observation).


Observasi terkendali (controlled

berikut ini.

observation).

• Menentukan objek apa yang akan



Observasi partisipatif (participant

diobservasi
• Membuat

peserta

rinci/detail.

guru.

menempuh

meniscayakan

observation).
pedoman

observasi

Selama proses pembelajaran, peserta

sesuai dengan lingkup objek yang

didik

akan diobservasi

pelibatan diri dapat terlibat dalam dua

• Menentukan secara jelas data-data

dapat

melakukan

observasi

pendekatan.

apa yang perlu diobservasi, baik



Observasi berstruktur.

primer maupun sekunder



Observasi tidak berstruktur.

• Menentukan di mana tempat/lokasi
objek yang akan diobservasi
• Menentukan secara jelas bagaimana
observasi akan dilakukan untuk

Praktik

observasi

dalam

pembelajaran hanya akan efektif jika
peserta didik dam guru melengkapi
diri

dengan

dengan

alat-alat
42



pencatatan dan alat-alat lain, seperti:

Guru dan peserta didik perlu

(1) tape recorder, untuk merekam

memahami

pembicaraan;

untuk

dicatat, direkam, dan sejenisnya,

merekam objek atau kegiatan secara

serta bagaimana membuat catatan

visual; (2) film atau video, untuk

atas perolehan observasi.

(1)

kamera,

merekam kegiatan objek atau secara



Secara lebih luas, alat atau instrumen

Guru

yang

peserta

meningkatkan

dan

ranah

observasi, dapat berupa daftar cek

pengetahuannya.

(checklist),

bertanya,

rentang

(rating

hendak

efektif

menginspirasi

yang digunakan dalam melakukan

skala

yang

Menanya

audio-visual; dan (3) alat-alat lain
sesuai dengan keperluan.

apa

sikap,

mampu

didik

untuk

mengembangkan

keterampilan,
Pada

pada

saat

dan

saat
itu

guru

pula

dia

scale), catatan anekdotal (anecdotal

membimbing atau memandu peserta

record), catatan berkala, dan alat

didiknya belajar dengan baik.

mekanikal

Berbeda

(mechanical

device).

dengan

penugasan

Catatan anekdotal berupa catatan yang

menginginkan

dibuat oleh peserta didik dan guru

pertanyaan

mengenai

luar

memperoleh tanggapan verbal. Istilah

biasa yang ditampilkan oleh subjek

“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk

atau objek yang diobservasi.

“kalimat tanya”, melainkan juga dapat

kelakuan-kelakuan

Prinsip-prinsip

yang

harus

dalam

tindakan

yang

dimaksudkan

bentuk

keduanya

didik selama observasi pembelajaran

verbal. Fungsi bertanya

disajikan berikut ini.





Banyak

atau

sedikit

serta

menginginkan

asalkan
tanggapan

Membangkitkan rasa ingin tahu,
minat, dan perhatian.

Cermat, objektif, dan jujur serta
terfokus

untuk

pernyataan,

diperhatikan oleh guru dan peserta



nyata,



Mendorong dan menginspirasi .



Mendiagnosis

kesulitan

belajar

sekaligus mencari solusinya.

homogenitas atau hiterogenitas
subyek, obyek, atau situasi yang



Menstrukturkan tugas-tugas.

diobservasi.



Membangkitkan
peserta

didik

keterampilan
dalam

berbicara,
43

mengajukan
memberi



pertanyaan,

jawaban

secara

logis,

memberikan jawaban yang baik dan

Mendorong partisipasipeserta didik

benar pula. Guru harus memahami

dalam

berargumen,

kualitas

kemampuan

menggambarkan

berdiskusi,

pertanyaan,

untuk

sehingga

tingkatan

kognitif

Membangun

dari yang lebih rendah hingga yang

sikap

keterbukaan

pendapat

serta

toleransi

sosial

dalam

hidup

muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara
dan

lebih tinggi.

mengembangkan

merespon persoalan yang tiba-tiba

membangkitkan

kemampuan

berempati satu sama lain.
Kriteria pertanyaan yang baik


Singkat dan jelas.



Menginspirasi jawaban.



Memiliki fokus.



Bersifat probing atau divergen.



Bersifat validatif atau penguatan.



Memberi kesempatan untuk berfikir

Merangsang

METODE PENELITIAN
• Desain Penelitian
Jenis peneliiannya adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang mengedepankan proses pengukuran
pada semua variabel penelitian. Asumsi
dasar

jenis

keterukuran

penelitian
pada

ini

semua

adalah
variabel

penelitian (Ary dkk,2002;126-155).
Desain penelitiannya adalah survai.
• Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah perilaku

ulang
peningkatan

kemampuan koqnitif.


didik

seperti apa yang akan disentuh, mulai

Membiasakan peserta didik berpikir



peserta

berpikir, dan menarik simpulan.

spontan dan cepat, serta sigap dalam



Pertanyaan guru yang baik dan benar

yang baik dan benar.

berkelompok.



Tingkatan Pertanyaan

menginspirasi

untuk saling memberi dan menerima





sistematis, dan menggunakan bahasa

mengembangkan



dan

Merangsang proses interaksi.

pemahaman guru pendidikan dasar dan
PAUD

atas

pendekatan

ilmiah

sesuai

dengan

pendekatan
rancangan

implementasi K-13.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
guru pendidikan dasar dan menengah di
propinsi Jawa Tengah pada tahun 2014.
Sampel adalah anggota populisi dengan
44

jumlah

tertentu

yang

dipilih

untuk

mewakili populasi secara keseluruhan.
Teknik Sampling merupakan cara
teknis

yang dipakai untuk memilih

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN


Jawa Tengah
Data yang dikumpulkan berkaitan
dengan

kemampuan

guru

anggota populasi untuk dijadikan anggota

pendekatan

sampel. Penelitian ini memakai teknik

dipaparkan dalam Permendikbud No

sampling bertingkat, (a) tingkat pertama,

81A tahun 2014, yaitu “mengamati,

memilih kabupaten / kota, (b) tingkat

menanya,

kedua, memilih para guru pendidikan

mengasosiasi, mengomunikasikan, serta

dasar di kabupaten/kota terpilih untuk

pengembangannya yaitu mencipta”.

dijadikan anggota sampel. Pada tahap

ilmiah

terhadap

sebagaimana

mengumpulkan

Mengamati

meliputi

informasi

kompetensi

kedua ini, peneliti mengirimkan 348 guru

membaca, medengarkan, menyimak, dan

pada berbagai jenjang sekolah negeri dan

melihat tanpa alat. Menanya meliputi

swasta.

kompetensi
mengenai

• Teknik pengumpulan data
Dengan

mengajukan

keterbatasan-keterbatasan

apa

mengajukan

yang

pertanyaan
dilihat,

pertanyaan

dan
untuk

yang dimiliki peneliti, maka diambil

mengembangkan materi. Mengumpulkan

653

informasi meliputi kemampuan untuk

guru SD yang tersebar di 5

kabupaten/kota di Jawa Tengah, dengan

melakukan

cara didatangkan ke pendopo kabupaten

sumber

masing-masing,

satu

beraktivitas, dan melakukan wawancara

kegiatannya adalah mengisi angket

kepada para nara sumber. Mengasosiasi

penelitian.

meliputi kemampuan untuk mengolah

dimana

salah

• Teknik Analisis Data
Angket yang terkumpul dilakukan

eksperimen,

lain,

membaca

mengamati

informasi

yang

(analisis)

dan

telah

kejadian,

dikumpulkan

mengolah

informasi

pengecekan kelengkapan pengisiannya,

tambahan.

dibuat tabel kasar, kemudian dibuat tabel

termasuk

2 dimensi untuk mengetahui hubungan

menyampaikan hasil penelitian secara

masing-masing variabel.

lesan,

tertulis,

Mengkomunikasikan
kemampuan

dan

melalui

untuk

media.

Mencipta meliputi kemampuan unuk
memberikan contoh, melakukan pilihan,
45

memberikan

dorongan/motivasi,

dan

yang

mengajukan gagasan.
Tabel

memiliki pengetahuan tentang

mengasosiasi,

berikut

menyajikan

memiliki

90,20%

guru

pengetahuan

yang
tentang

menjelaskan pengetahuan guru (tahu dan

mengkomunikasikan. Sehingga secara

tidak tahu) berkaitan dengan seluruh

keseluruhan pengetahuan guru tentang

kemampuan di atas.

pendekatan ilmiah belum sempurna.

Tabel A.4.1. Pengetahuan Guru di Jawa
Tengah tentang Pendekatan Ilmiah

Persenta
se (%)

TAH

TAH

U

U

Membaca

295

69

81,04

Mendengar

275

89

75,54

Menyimak

326

38

89,56

lihat alat

237

127

65,10

348

16

305

59

tanya
pengayaan
Keseluruh

perlu

berkaitan

dilacan
dengan

95,60
83,79

Hanya 77,8% guru yang memiliki
tentang
guru

yang

yang

pengetahuan

guru

Tabel B.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
NO

KABUPATEN
Demak

TAHU
(%)

tdk
Tahu

tahu

Membaca

24

7

77,42

Mendengar

20

11

64,51

Menyimak

23

8

74,19

lihat alat

19

12

61,29

Keseluruhan
tanya lihat

pengetahuan

informasi

terhadap pendekatan ilmiah.

76,53

an

89,69%

itu

77,81

an
tanya lihat

Kabupaten Demak terpilih sebagai

utara jawa untuk daerah agraris, karena

TDK

Keseluruh

Kabupaten Demak

sampel penelitian untuk daerah pantai

Frekuensi
Keterangan



Pengayaan

69,35
31

0

100

27

4

87,09

mengamati,

Keseluruhan

93,54

memiliki

Keseluruhan

93,54

pengetahuan tentang menanya, 87,41%
guru yang memiliki pengetahuan tentang

Dari tabel di atas kita bisa melihat

mengumpulkan informasi, 88,73% guru

bahwa sebanyak 69,35% guru yang
46

mengetahui
mengamati,
tentang

mengenai
93,54%

menanya,

mengetahui

kemampuan

guru
88%

tentang

gah

mengenai
guru

Pertam

yang

a

kemampuan

4 Sekolah 0

mengumpulkan informasi, 79,02% guru

Menen

yang mengetahui tentang kemampuan

gah

mengasosiasi, 93,54% guru mengetahui

Atas

tentang

Jumlah

kemampuan

mengkomunikasikan
keseluruhan ada

hasil.

0

0,0

0,0

77,7

Secara

84,69% guru yang

Ternyata guru TK yang mengetahui

telah mengetahui mengenai pendekatan

pendekatan

ilmiah.

sementara guru SD sebesar 79,46%, dan

Hal ini mendorong kami untuk
melakukan

pemahaman

lebih

ilmiah

sebesar

87,05%,

guru SMP sebesar 81,25%. Informasi ini

lanjut

memberikan gambaran bahwa makin

apakah variabel jenjang pendidikan dan

rendah

variabel jenis kelamin dapat menjelaskan

pengetahuan tentang pendekatan ilmiah

tingkat

makin baik, makin tinggi pendidikan

pengetahuan

guru

terhadap

pendekatan ilmiah.

pendidikan

guru

memiliki

guru dan penugasan guru cenderung
memiliki

Tabel B.4.2. Pendidikan Guru dan

pengetahuan

pendekatan

ilmiah yang makin jelek.

Pendekatan Ilmiah

Kami yakin yakin hasil penelitian ini
N Jenjang
o Penuga
san
1 Taman

Ta
hu

12

Tid
ak
tah
u
2

Persentase
Tah tdk
u
tahu

menyakitkan banyak pihak, karena itu
mungkin perlu dilakukan pendalaman
lebih lanjut.

87,0

13,0

Laki-laki

yang

memahmi

teknik

kanak-

mengamati dan bertanya sebesar 50%

kanak

sementara perempuan 79%.

2 Sekolah 13

3

79,5

20,5

Menen

Kabupaten Semarang
Kabupaten Semarang terpilih sebagai

Dasar
3 Sekolah 2



1

66,7

33,3

sampel penelitian untuk wilayah pantai
utara Jawa dan daerah perkotaan, karena
47

itu

perlu

berkaitan

dilacan
dengan

informasi

yang

Kesel

pengetahuan

guru

uruh

terhadap pendekatan ilmiah.
Tabel B.4.1. Pengetahuan Guru tentang

Sebanyak 75,86% guru di sampel di

Pendekatan Ilmiah

Kabupaten Semarang yang mengetahui

KABUPA
TEN
NO

JUMLAH (%)

Tah

tdk

u

tah

Tahu

tahu

87,93%

guru

yang

memiliki

mengenai

kemampuan

pengetahuan

mengenai

kemampuan

mengumpulkan informasi, 86,20% guru

kemampuan mengasosiasi, dan 92,59%
22

7

75,86

24,14

15

14

51,72

48,27

26

3

89,65

10,34

25

4

86,21

13,79

guru

yang

memiliki

pengetahuan

mengenai kemampuan mengkomunikasi-

Meny

kan. Secara keseluruhan 84,79% guru
yang memiliki kemampuan mengenai
pendekatan ilmiah.

lihat
alat

mengamati,

yang memiliki pengetahuan mengenai

Mend

imak

kemampuan

menanya, 81,37% guru yang memiliki

tdk

Mem

engar

mengenai

pengetahuan

Semarang

u

baca

92,59

an

Informasi itu perlu kita dalami apa

Kesel

ada

hubungannya

dengan

tingkat

pendidikan/penugasan dan jenis kelamin.

uruh

75,86

Tabel C.4.2. Jenjang Penugasan dan

an

Pendekatan Ilmiah

tanya
lihat

29

0

100

0

No Jenjang

Ta

Penugasan hu

tanya
penga
yaan

22

7

75,86

uruh
an

87,93

Persentase

ak

Tah

tdk

tah

u

tahu

0,0

0,0

u

24,13
1

Kesel

Tid

Taman

0

0

kanakkanak

48

2

Sekolah

9

1

90,0

10,0

ilmiah.

Dasar
3

pengetahuan guru terhadap pendekatan

Sekolah

4

0

80,0

20,0

Tabel D.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah

Menengah
Pertama
4

KABUPAT

Sekolah

9

1

75,0

15,0

Menengah

tabel

di

penugasan maka makin tinggi tingkat

pendidikan

makin
maka

tinggi
makin

tingkat

baik pula

pengetahuan guru terhadap pendekatan
ilmiah. Pada kenyataannya, kita lihat
tabel

di

atas

sebaliknya

menunjukkan

Tah

tdk

tah

tah

u

tahu

u

u

atas,

diasumsikan bahwa makin tinggi jenjang

pendidikan,

tdk

81,6

Sebagaimana

posisi

makin tinggi pendidikan

H (%)

negara

NO

Atas
Jumlah

JUMLA

EN Banjar

Membaca

22

3

88

12

r

20

5

80

20

Menyimak

24

1

96

4

lihat alat

22

3

88

12

Mendenga

Keseluruh
88

an

10

makin kurang pengetahuan guru tentang
pendekatan ilmiah. Hal ini haruslah
menjadi perhatian yang serius bagi

yang

memahami

teknik

pengamatan dan bertanya sebesar 77%



25

0

0

0

20

5

80

20

tanya
pengayaan

pemerintah kabupaten.
Laki-laki

tanya lihat

Keseluruh
90

an

dan perempuan sebesar 83%.

Keseluruh

Kabupaten Banjar negara

an

77

23

Banjarnegara

terpilih

Tabel di atas menjelaskan bahwa

penelitian

wilayah

88% guru di Banjarnegara mengetahui

tengah di Propinsi Jawa Tengah untuk

mengenai kemampuan mengamati, 90%

daerah agraris, karena itu perlu dilacak

guru mengetahui mengenai kemampuan

informasi

menanya,

Kabupaten
sebagai

sampel

yang

berkaitan

dengan

88%

guru

mengetahui
49

kemampuan
informasi,

untuk
96%

mengumpulkan

guru

Meneng

mengetahui

ah Atas

kemampuan untuk mengasosiasi, 94%

Jumlah

83,6

guru mengetahui tentang kemampuan

Tabel di atas polanya sama dengan

mengkomunikasikan, dan 77% guru

dengan pola yang lain, dimana makin

memiliki

tinggi tingkat penugasan pendidikan,

pengetahuan

tentang

kemampuan mencipta.

logikanya

Secara keseluruhan 88% guru yang
mengetahui

mengenai

makin

tinggi

tingkat

pendidikan guru, tetapi pengetahuannya

pendekatan

tentang pendekatan ilmiah juga makin

ilmiah.

lemah.

Apakah jenjang pendidikan dan jenis

Proporsi

guru

laki-laki

yang

mengamati

dan

kelamin dapat memberikan penjelasan

memahami

mengenai pengetahuan guru terhadap

bertanya sebesar 80% dan perempuan

pendekatan illmiah, kita lihat penjelasan

90%.

tabel berikut.



Tabel D.4.2. Jenjang Penugasan dan

teknik

Kabupaten Kebumen
Kabupaten kebumen terpilih sebagai

Pendekatan Ilmiah

perwakilan dari daerah selatan Jawa

N

Jenjang

Ta Tid

Persentase

Tengah

o

Penugas

hu

ak

Tah

tdk

untuk wilayah agraris, karena itu perlu

tah

u

tahu

dilacan informasi yang berkaitan dengan

an

u
1

2

Taman

4

1

pengetahuan guru terhadap pendekatan
80,0

20,0

ilmiah.

kanak-

Tabel E.4.1 Pengetahuan Guru tentang

kanak

Pendekatan Ilmiah

Sekolah

8

1

88,9

11,1

0

0

0,0

0,0

KABUPA

Dasar
3

Sekolah
Meneng

TEN
No

ah
Pertama
4

sebagai sampel penelitian

Sekolah

9

2

81,8

18,,2

Memb

Persentase (%)

Kebumen
tah

tdk

u

tahu

37

9

tdk
Tahu

tahu

80,43

19,56

50

aca

Apakah

ngar

31

15

67,39

32,61

jenjang

guru terhadap pendekatan ilmiah. Kita
pelajari bersama pada tabel berikut ini.

Menyi
mak

38

8

82,61

17,39

Tabel E.4.2. Jenjang Penugasan dan
Pendekatan Ilmiah

lihat
alat

30

16

65,22

34,78

No Jenjang

Tahu Tidak Persentase

Penugasan

Keselu
ruhan

tahu

Tahu tdk
tahu

73,91
1

tanya
lihat

44

2

95,65

Taman

17

4

80,9

19,1

12

3

83,3

16,7

1

1

50,0

50,0

5

3

62,5

37,5

kanak-

4,348

kanak

tanya
2

pengay
aan

37

9

80,43

Sekolah
Dasar

19,56
3

Keselu
ruhan

Sekolah
Menengah

88,04

Pertama

Keselu
ruhan

4

68,48

Sekolah
Menengah

Sebanyak 73,91% guru mengetahui
tentang kemampuan mengamati, 88,04%

Atas

guru mengetahui tentang kemampuan

Jumlah

tentang

hubungan

penugasan guru dengan pengetahuan

Mende

menanya,

ada

85,21%

guru

kemampuan

mengetahui

mengumpulkan

76,1

Hal ini menjelaskan bahwa makin
tinggi

jenjang

penugasan

informasi, 92,39% guru mengetahui

berdampak

tentang

kemampuan

pengetahuan guru tentang pendekatan

92,76%

guru

mengasosiasi,

mengetahui

tentang

ilmiah,

hal

pada

makin

guru

tersebut

baiknya

ternyata

tidak

kemampuan mengkomunikasikan hasil.

terbukti, meskipun

Dan

sebanyak

variasi informasi. Bisa jadi kebingungan

tentang

pemaknaan itu dikarenakan hanya 2 guru

secara

68,48%

guru

keseluruhan
mengetahui

yang

sedikit ditemukan

pendekatan ilmiah. Jumlah ini tentu saja

SMP

mengembalikan

angket,

sangatlah jauh dari harapan.

sementara diantara keduanya mereka
51

berada pada 2 sisi yang berbeda.

Kabupaten

Persentase

Pati

(%)

Pengaruhnya cukup kuat terhadap hasil
analisis, sehingga dua informasi ini

No

tdk

sebaiknya didrop atau digabungkan ke
posisi yang lebih tinggi.

Tahu

tahu

membaca

66

8

89,18 10,82

mendengar

49

25

66,21 33,79

menyimak

70

4

tentang pendekatan ilmiah, kita cermati

lihat alat

56

18

bersama pada tabel berikut ini.

Keseluruhan

Bagaimana hubungan antara jenis
kelamin

guru

Laki-laki

dengan

yang

pengetahuan

memahami

teknik

pengamatan dan teknik bertanya, lakilaki 71% dan perempuan 82%.


Tahu tahu

tdk

Pati

terpilih

sebagai

perwakilan dari daerah pantai utara Jawa
Tengah

sebagai sampel penelitian

untuk wilayah petani nelayan, karena itu
perlu dilacak informasi yang berkaitan
dengan

pengetahuan

pendekatan

ilmiah.

guru

terhadap

Logika

yang

dikembangkan adalah pengetahuan guru
dari

pendidikan

denga

formal,

kehidupan

melahirkan

berkorelasi

sehari-hari,

pemahaman

yang

akan
baru,

khususnya tingkat ketanggapan guru
terhadap

perkembangan

dunia

pendidikan kekinian.
Tabel F.4.1 Pengetahuan Guru terhadap
Pendekatan Ilmiah

5,41

75,67 24,33
81,41

66

8

89,18 10,82

70

4

94,59

tanya
pengayaan

Kabupaten Pati
Kabupaten

tanya lihat

94,59

Keseluruhan

91,88

Keseluruhan

94,14

5,41

Sebanyak 81,14% guru memilihi
pengetahuan tentang teknik mengamati,
sebanyak

91,88%

guru

mengaku

mengetahui tentang teknik menanya,
sebanyak

91,59%

mengetahui

guru

mengaku

tentang

mengumpulkan
93,47%

gur

tentang

teknik

informasi,
mengaku

teknik
sebanyak
mengetahui

mengasosiasi,

dan

sebanyak 94,14% mengaku mengetahui
tentang teknik mengkomunikasikan hasil
penelitian kepada pihak lain.
Secara
91,61%

guru

keseluruhan

sebanyak

mengaku

mengetahui

tentang pendekatan ilmiah yang harus
dipakai sebagai metode pembelajaran
sesuai dengan pentunjuk pemerintah.
52

Kita telusuri apakah ada hubungan

ilmiah makin baik. Perempuan yang

antara jenjang penugasan guru dengan

memahami pendekatan pengamatan dan

pengetahuan pendekatan ilmiah bagi

bertanya laki-laki 85% dan perempuan

guru-guru pada tabel berikut.

92%.

Tabel F.4.2. Jenjang Penugasan dan
Pendekatan Ilmiah



Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten terpilih sebagai

N

Jenjang Ta

Tid

Persentase

perwakilan dari daerah tengah Jawa

o

Penuga

ak

Tah

tdk

Tengah

tah

u

tahu

untuk wilayah perkotaan (dibandingkan

hu

san

dengan

u
1

2

Taman

0

0

0

0

4

Kebumen).

Klaten

kota

merupakan daerah penghubungan antara

kanak-

Surakarta

kanak

perlintasan jalur selatan pulau Jawa, dan

Sekola

39

4

88,6

11,4

Sekola

dan

Yogyakarta,

20

2

90,9

9,1

daerah

telah berkembang sedemikian rupa untuk
menjadi daerah urban,

h Dasar
3

sebagai sampel penelitian

dan daerah

industri.

h

Perekonomian Kota Klaten begitu maju,

Menen

telah

gah

masyarakatnya tentang kehidupan, dan

Pertam

gaya hidup. Beberapa sekolah di Klaten

a

telah meluncur pada kualitas lebih baik

Sekola

16

2

88,9

h

mengubah

banyak

pandangan

11,1

dan berhasil meninggalkan sekolah maju

1

pada daerah sekitar. Karena itu perlu

Menen

dilacak informasi yang berkaitan dengan

gah

pengetahuan guru terhadap pendekatan

Atas

ilmiah.

Jumlah

89,4

Dari tabel di atas kita bisa melihat dari

Tabel G.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah.

sisi proporsi guru, dimana makin tinggi
tingkat pendidikan guru berdampak pada
pengetahuan dia tentang pendekatan

NO

KABUPATEN

JUMLAH

Klaten

(%)

Tahu

tdk

tahu
53

tdk

tahu

tahu

pendekatan ilmiah dalam pelaksanaan

Membaca

200

54

78,74 21,26 pembelajaran.

Mendengar

190

64

74,80 25,20 Apakah pengetahuan guru itu sejalan

Menyimak

226

28

88,98 11,02 dengan jenjang pendidikan yang mereka

lihat alat

160

94

62,99 37,01 tempuh,
76,35

Keseluruhan
tanya lihat

yang

tercermin

dalam

penugasan akademiknya, dapat kita lihat
6,30 bersama pada tabel berikut.
Tabel F.4.2. Jenjang Penugasan dan

238

16

93,70

220

34

Keseluruhan

86,61 13,39 Pendekatan Ilmiah
No Jenjang
Tahu Tidak Persentase
80,15

Keseluruhan

88,06

tanya
pengayaan

Dari tabel di atas,
mengaku

Penugasan

tahu

mengenai

1

yang

2

mengetahui

kemampuan

untuk

mengenai

3

Sekolah

Sekolah

4

Sekolah

mengasosiasi sebesar 88,25%, dan guru

Menengah

yang mengaku mengetahui mengenai

Atas

kemampuan untuk mengkomunikasikan

Jumlah

penelitian

Sehingga

sebesar

secara

disampaikan

146

23

86,4

13,6

10

2

83,3

16,7

21

3

87,5

1,25

84,2

88,06%.

Kita bisa melihat bersama bahwa makin

dapat

tinggi pendidikan seorang guru yang

kasar

bahwa

20,4

Pertama

informasi sebesar 86,84%, guru yang

hasil

79,6

Menengah

mengumpulkan

mengaku mengetahui kemampuan untuk

10

Dasar

menanya sebesar 80,15%, guru yang
mengaku

39

kanak

mengaku

mengetahui mengenai kemampuan untuk

Taman
kanak-

kemampuan untuk mengamati sebesar
guru

Tahu tdk

guru yang

mengetahui

76,35%,

tahu

83,93%

guru

tercermin

dari penugasannya,

maka

mengetahui mengenai pendekatan ilmiah

makin baik pengetahuannya mengenai

dalam pembelajaran, karena itu secara

pendekatan ilmiah. Meskipun demikian

kasar pula disampaikan bahwa para guru

secara

belum

pendekatan ilmiah bagi guru-guru di

cukup

baik

memahami

menyeluruh

pengetahuan

54

kota Klaten masih sangat jauh dari
sempurna,

KABUPAT

yaitu diunjukkan dengan

EN

angka 84,21%. Pola ini menjelaskan

Wonosobo

NO

bahwa pekerjaan kantor pendidikan dan
kebudayaan

setempat

masih

sangat

besar.

Tah

tdk

u

tahu

tdk
Tahu

tahu

Membaca

37

6

86,05

13,95

teknik

Mendengar

35

8

81,40

18,60

pengamatan dan bertanya sebesar 86%

Menyimak

40

3

93,02

6,98

dan perempuan 85%.

lihat alat

27

16

62,79

37,21

Kabupaten Wonosobo

Keseluruh

Laki-laki



JUMLAH (%)

yang

Kabupaten

memahami

wonosobo

terpilih

an

80,82

sebagai perwakilan dari daerah tengah

tanya lihat

Jawa Tengah sebagai sampel penelitian

tanya

untuk wilayah pertanian sayuran yang

pengayaan

terkenal di tanah Jawa. Wonosobo
penghasil sayuran yang dijajakan hingga
kota besar tanah jawa melalui pedagang
antar kota.

mengubah

banyak

pandangan

masyarakatnya tentang kehidupan, dan
gaya hidup masyarakatnya.

Karena itu

perlu dilacak informasi yang berkaitan
dengan

pengetahuan

guru

terhadap

pendekatan ilmiah.
Tabel G.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah

0

100

0

30

13

69,77

30,23

Keseluruh
an

84,89

Keseluruh
an

Perekonomian Wonosobo begitu maju,
telah

43

84,89

Dari tabel di atas dapat kita ketahui
bersama bahwa 80,82% guru mengaku
bahwa mereka mengetahui mengenai
kemampuan mengamati pada kurikulum
2013, 84,89% guru mengaku bahwa
mereka

mengetahui

mengenai

kemampuan menanya pada kurikulum
2013, 90,23% guru mengaku bahwa
mereka

mengetahui

mengenai

kemampuan mengumpulkan informasi
pada kurikulum 2013, 84,88% guru
mengaku bahwa mereka mengetahui
mengenai

kemampuan

mengasosiasi
55

pada kurikulum 2013, 93,80% guru

2

Sekolah

mengaku bahwa mereka mengetahui
kemampuan mengkomunikasikan hasil

3

Sekolah
Meneng

84,89%

ah

mengaku

mengetahui

mengenai kemampuan mencipta pada
kurikulum 2013.

4

Sekolah

kurikulum 2013 (K-13). Karena itu kami
berkesimpulan

bahwa

guru-guru

di

wilayah kabupaten Wonosobo belum
memiliki kemampuan yang cukup untuk
menerapkan pendekatan ilmiah dalam

Apakah ada perbedaan diantara para
guru pada berbagai jenjang pendidikan,

Tabel G.4.2. Jenjang Penugasan Guru

84

16

8

2

80

20

83

Dari tabel di atas dapat kita ketahui
bahwa makin tinggi pendidikan yang
ditunjukkan dengan jenajng penugasan
seorang

guru,

ternyata

pengetahuan

mengenai pendekatan ilmiahnya makin
rendah. Hasil kolektif pengetahuan guru
pendekatan

ilmiah

hanya

sekitar 83,44% yaitu angka yang sangat
sederhana. Karena itu tugas dinas terkait
dalam

kita lihat bersama tabel berikut ini.

4

Jumlah

mengenai

pembelajaran.

22

ah Atas

pendekatan ilmiah untuk kepentingan
pada

15

Meneng

guru mengaku mengetahui menganai

pembelajaran

85

Pertama

Secara keseluruhan, sebanyak 86,59%

pelaksanaan

1

Dasar

penelitian pada kurikulum 2013, dan
guru

6

peningkatan

kualitas

guru

sangatlah diperlukan.
Dilihat dari jeis kelamin, laki-laki yang

dan Pendekatan Ilmiah

memahami

teknik

mengamati

dan

N

Jenjang

Tah

Tida Persentas

bertanya sebesar 91% dibandingkan

o

Penugas

u

k

e

perempuan 83%.

tahu

Tah

tdk

Dari angka di atas dapat kita lihat bahwa

u

tah

guru laki-laki memiliki pengetahuan

u

yang lebih baik mengenai pendekatan

0

ilmiah dalam pembelajaran kurikulum

an

1

Taman

0

0

0

kanak-

2013 (K-13) dibandingkan dengan guru

kanak

perempuan. Pola ini sesuai dengan
56

pendapat



umum

yang

mengatakan

ilmiah

bahwa laki-laki mengedepankan logika

Daerah

kabupa

Semakin

Penget

dibandingkan dengan perempuan.

muslim

ten

tinggi

ahuan

Pembahasan

pantai

Demak

jenjang

guru

Sebelum menulis laporan lengkap, kami

(utara

, dan

penugas

laki-

sampaikan tabel kasar sebagai berikut:

dan

Kebum an

laki

selatan)

en

makin

lebih

Lokasi

Daerah

Hubung

Perbed

dengan

Terpili

an

aan

jelek

rendah

karakteri h

Jenjang

Jender

pemaha

dari

stiknya

sebaga

Penugas

dalam

man

pada

i

an

hal

tentang

perem

sampel

dengan

Penget

pendeka

puan

Pengeta

ahuan

tan

huan

tentan

ilmiah

mengen

g

Daerah

Kabup

Pada

Penget

ai

Pende

pertania

aten

tingkat

ahuan

Pendeka

katan

n,

Pati

SD

guru

tan

Ilmiah

pemang

dan

nilainya

laki-

ku adat

Banjar

rendah,

laki

negara

pada

lebih

Ilmiah
Daerah

Kabup

Semakin

Penget

Muslim

aten

tinggi

ahuan

tingkat

rendah

Pedalam

Wonos

jenjang

guru

SMP

dari

an

obo

penugas

laki-

meningk

pada

an

laki

at, dan

perem

makin

lebih

SMA/Se

puan

jelek

baik

derajad

pemaha

dari

turun

man

pada

lagi

tentang

guru

(meleng

pendeka

perem

kung)

tan

puan
57

Semakin

Penget

temuan

moltingp Semar

tinggi

ahuan

(2014), dan Yusun dan Rustiyarso

ot

jenjang

guru

(2013) sebagai berikut.

(campur

penugas

laki-

an

an

laki

ditemukan semakin tinggi jenjang

berbagai

makin

lebih

penugasan yang dimaknai semakin

suku

jelek

rendah

tinggi pendidikan guru, ternyata

bangsa)

pengeta

dari

semakin

huan

pada

mengenai pendekatan ilmiah. Guru

guru

perem

laki-laki

tentang

puan

mengenai pendekatan ilmiah lebih

Daerah

Kota

ang



Utami (2012),

Yunus

dkk

Pada daerah muslim pedalaman,

tidak

memiliki

mengetahui

pengetahuan

baik dari pada guru perempuan.

pendeka


tan

Daerah muslim di pesisir utara dan
selatan,

ilmiah

semakin tinggi

jenjang

Daerah

Kota

Semakin

Penget

penugasan yang mengindikasikan

transit

klaten

tinggi

ahuan

semakin tinggi pendidikan guru

jenjang

guru

semakin

tidak

penugas

laki-

mengenai

pendekatan

an

laki

Perbedaannya

makin

lebih

muslim pedalaman adalah, dimana

baik

baik

pengetahuan

pengeta

dari

ilmiah bagi guru laki-laki lebih

huan

pada

rendah

guru

perem

dengan guru perempuan.

tentang

puan



mengetahui

dengan

tentang

bilamana

ilmiah.
daerah

pendekatan

dibandingkan

Derah pertanian yang diwakili Pati

pendeka

dan

banjarnegara,

memiliki

tan

keunikan dimana pengetahuan guru

ilmiah

SD rendah, guru SMP makin tinggi,
sementara guru SMA merendah

Tabel tersebut merupakan pemetaan

lagi. Kami mengistilahkan dengan

hasil penelitian yang tidak jauh dari

pola

melengkung.

Sementara
58



pengetahuan mengenai pendekatan

penugasan yang dimaknai semakin

ilmiah bagi guru perempuan lebih

tinggi

baik dari pada guru laki-laki.

semakin tidak mengetahui mengenai

Daerah melting pot dimana terjadi

pendekatan

percampuran antar berbagai suku

memiliki

bangsa yang tinggal, sebagai sampel

pendekatan ilmiah lebih baik dari pada

adalah semarang kota. Makin tinggi

guru perempuan.

jenjang penempatan tugas yang

pendidikan cenderung makin rendah

penugasan

pengetahuan

semakin

guru

ilmiah.

perempuan

tentang

Guru

laki-laki
mengenai

semakin

tinggi

yang

jenjang

mengindikasikan

tinggi

pendidikan

guru

Pengetahuan

semakin tidak mengetahui mengenai

lebih

pendekatan

baik

ilmiah.

dengan

laki pada pendekatan ilmiah.

adalah, dimana pengetahuan tentang

penempatan

tugas

melambangkan
pendidikan

tinggi

makin

yang

tingginya

cenderung

dengan guru perempuan.


memiliki

keunikan

dimana pengetahuan guru SD rendah,
guru SMP makin tinggi, sementara guru

ilmiah. Demikian juga, pemahaman

SMA

guru laki-laki terhadap pendekatan

merendah

mengistilahkan

ilmiah lebih baik dari pada guru

lagi.

Kami

dengan

pola

melengkung. Sementara pengetahuan

perempuan.

mengenai pendekatan ilmiah bagi guru
perempuan lebih baik dari pada guru

KESIMPULAN
Kesimpuan atas hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
daerah

ditemukan

Derah pertanian yang diwakili Pati dan
banjarnegara,

makin

mengetahui mengenai pendekatan

Pada

pedalaman

lebih rendah bilamana dibandingkan

jenjang

guru

muslim

pendekatan ilmiah bagi guru laki-laki

Daerah transit, seperti kota Klaten,
makin

daerah

Perbedaannya

ketimbang pengetahuan guru laki-

ternyata



ilmiah.

ternyata

Daerah muslim di pesisir utara dan
selatan,

guru

guru,

pengetahuan

melambangkan tingginya jenjang

pendekatan





pendidikan

muslim

semakin

pedalaman,

tinggi

jenjang

laki-laki.


Daerah melting pot dimana terjadi
percampuran

antar

berbagai

suku

bangsa yang tinggal, sebagai sampel
59

adalah semarang kota. Makin tinggi
jenjang

penempatan

yang

penempatan
melambangkan

tugas

guru

makin

tingginya

pendidikan

pendidikan cenderung makin rendah

mengetahui

pengetahuan guru tentang pendekatan

ilmiah. Demikian juga, pemahaman

ilmiah. Pengetahuan guru perempuan

guru laki-laki terhadap pendekatan

lebih baik ketimbang pengetahuan guru

ilmiah lebih baik dari pada guru

laki-laki pada pendekatan ilmiah.

perempuan.

tingginya

cenderung

yang

jenjang

melambangkan



tugas



mengenai

makin
pendekatan

Daerah transit, seperti kota Klaten,
ternyata makin tinggi jenjang
DAFTAR PUSTAKA

Ary, Donald, Kacobs, Lucy, dan Razavech,Aghar. 2002. Introduction to Research in Education.
Canada: Wadsworth
Asmira, Wanto Rifai, dan Izhar Salim. 2014. Analisis Ketrampilan Bertanya oleh Guru Mata
pelajaran Sosiologi pada Kelas X Mas Khulafaur Rosyidin.Tanjung Pura: Prodi
Sosiologi FKIP Universitas Tanjung Pura
Bloom, Benyamin S etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: the classificatin of
educational Goals. Canada: David McKay Company Inc.
Fi’liyah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Problem Posing untuk
Meningkatkan Aktivitas Bertanya Siswa dan Hasil Belajar Siswa pada pokok
Bahasan SPLD V Kelas VIII MTs Darul Ulum Waru. Tulangan: SMAM 3
Hauser, Marc D. 2006. Moral Minds: The Nature of Right and Wrong. New York: HarperCollin
Publisher
Herington,Anthoni & Herington, Jan. 2005. Authentic Learning Environments in Hagher
Education. Hershey: Information Science Publishing
Koper, Rob & Tattersall, Colin. 2005. Learning Design: A Handbook on Modelling and
Delivering Networked Education and Training. The Netherlands: Springer Verlag
Rogers, Glyn & Badham, Linda. 2010. Evaluation in Schools: Getting started on training and
implementation. New York: Routledge
Utami, Gamilla Nuri. 2012. “Pendekatan ilmiah pada Materi Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit dalam Meningkatkan Ketrampilan Elaborasi”. Google.com. Dipulikasi 12
Oktobr 2012. Diunduh tanggal 1 Maret 2015.

60

Yunus, Marli Suhardi, dan Hery K. 2014. Peningkatan Ketrampilan Bertanya Siswa dengan
Menggunakan Media Audio pada Pembelajaran Bahasa Indonesia.Pontianak:
Prdik PGSD Universitas Tanjung Pura.
Yusun, M Alex, dan Rustiyarso. 2013. Interaksi Sosial Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Sosiologi di SMA. Tanjungpura: Prodi Sosiologi FKIP Untan.

=======================

61