PEMAHAMAN GURU PROPINSI JAWA TENGAH TERHADAP KEMAMPUAN MELIHAT DAN BERTANYA TENTANG REALITAS DALAM RANGKA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ILMIAH Oleh: Harsono (Staf Pengajar FKIP UMS) Abstract - PEMAHAMAN GURU PROPINSI JAWA TENGAH TERHADAP KEMAMPUAN MELIHAT
PEMAHAMAN GURU PROPINSI JAWA TENGAH TERHADAP KEMAMPUAN
MELIHAT DAN BERTANYA TENTANG REALITAS DALAM RANGKA PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN ILMIAH
Oleh: Harsono (Staf Pengajar FKIP UMS)
Abstract
T
he publication paper title is “ Elementary school Teachers Knowing for see and
question in Central Java”. That is a part of researct publication. The reaserch
location is Semarang, Demak, Kudus, and Pati teritorial. The problem statement
of the paper are how long elementary school teachers knowed about capacity
for reality see and questions.
Instrumen of research is questionary, there are any question about elementary school teachers
knowed about capacity for reality see and elementary school teachers knowed about capacity
for reality questions. That is a quantitaive research and then survay research design.
We get some information that level of capasity elementary school teachers knowed about
capacity for reality see and questions are low. That is consistent with other research result, when
we get a same kinds.
Keywords; teachers knowing, see, question
PENDAHULUAN
kompetensi yang lain dalam kerangka
Untuk menerapkan metode ilmiah,
guru
dituntut
untuk
meningkatkan
pendekatan
Ilmiah
sebagaimana
diprogramkan oleh pemerintah.
kemampuan profesionalnya. Dari 5 unsur
Banyak pihak yang semenjak awal
Permendikbud No 81 Tahun 2014 ada
meragukan kemampuan guru dalam hal
kemampuan
mengumpulkan
melihat,
menanya,
memahami kemampuan ilmiah, khususnya
informasi,
mengasosiasi,
kemampuan melihat objek dan kemampuan
mengkomunikasikan, dan mencipta. Dalam
bertanya (Asmira,2014).
paper
akan menyatakan bahwa guru memiliki
ini,
kita
mencoba
membahas
mengenai kemampuan guru dalam hal
kemampuan
mengamati obyek dan bertanya kepada
pembelajaran yang aktif baik siswa maupun
pihak lain mengenai objek yang dimaksud.
guru kalau para guru saja tidak memiliki
Kedua kemampuan itu menjadi persyaratan
kemampuan yang cukup untuk melihat
bagi guru sebelum yang bersangkutan
objek dan bertanya tentang objek yang
melangkahkan
dilihatnya (Koper,2005).
kaki
untuk
memahami
untuk
Bagaimana kita
membangun
38
Ini menjadi kritik yang membangun
terhadap penerapan kembali kurikulum 2006
indikator yang menentukan kualitas suatu
penelitian evaluasi.
kurikulum
Guru dengan kepesertaannya dalam
memiliki
berbagai pelatihan, ragam program-program
kemampuan untuk mengajarkan materi pada
pelatihan dan pendampingan dalam rangka
materi yang dihafal, baik karena belajar
implementasi
ataupun karena sudah lama mengajarkan
berhasil meningkatkan pemahaman para
materi serupa sehingga menjadi hafal karena
guru terhadap pendekatan saintifik dalam
proses.
rangka untuk menerapkan kurikulum 2013.
yang
disebut-sebut
KTSP,
dimana
sebagai
guru
hanya
k-13,
semestinya
telah
Untuk dapat menarik kesimpulan
Realitas yang terjadi, banyaknya guru pada
secara tepat, kita harus membuktikan secara
berbagai jenjang pendidikan, SD, SMP,
meyakinkan bahwa lemahnya pemahaman
SMA, SMK telah berkeluh kesah betapa
guru terhadap pendekatan saintifik itu
sulitnya memahami pendekatan saintifik.
memang disebabkan oleh ketergesa-gesaan
Bahkan tidak sedikit yang merasa telah
sosialisasi tersebut, dan bukan oleh faktor
memahami pendekatan saintifik, pada hal,
lain. Padahal, dalam kenyataannya, banyak,
realitasnya mereka salah secara mendasar
faktor dapat berpengaruh terhadap lemahnya
memahami apakah itu pendekatan saintifik.
pemahaman
Pernyataan Masalah
guru
terhadap
pendekatan
saintifik tersebut, misalnya, posisi nyaman
Pernyataan masalah yang diajukan dalam
guru yang menyebabkan tidak mau berubah
kesempatan ini adalah:
(Roger,2010;27-32),
•
ancaman
guru
melihat dan mengamati.
(Hauser,2006), pengaruh campur tangan
orang tua bagi siswa, pengaruh media masa,
dsb.
Karena
penelitian
itu,
evaluasi
kunci utama
ini
adalah
•
Adakah varitas pemahaman guru tentang
konsep
dalam
melihat
dan
mereka bekerja.
seberapa akurat kita sehingga informasi
•
Adakah varitas pemahaman guru tentang
pertimbangan para peneliti dan pengambil
konsep
kebijakan guna memahami realitas lapangan
berdasarkan
(Roger,2010;78).
dimana mereka bekerja.
Keberhasilan
dalam
mengamati
berdasarkan jenjang pendidikan dimana
sampai
yang baik itu dapat dijadikan sebagai bahan
Seberapa besar guru mengetahui konsep
melihat
dan
wilayah
mengamati
kabupaten/kota
menggambarkan realitas tersebut merupakan
39
lebih luas. Metode ilmiah umumnya
TEORI
•
menempatkan fenomena unik dengan
Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran
merupakan
suatu
kajian
spesifik
dan
detail
untuk
proses ilmiah (Herington & Herington,
kemudian merumuskan simpulan umum.
2005;15). Karena itu Kurikulum 2013
Aliran pemikiran seperti yang kedua
(K-13)
itulah yang nantinya akan dianut untuk
mengamanatkan
esensi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran,
dimana
setiap
penyelenggaraan
mengembangkan penelitian survai ini.
Metode ilmiah cenderung merujuk
pembelajaran yang berkualitas haruslah
pada
memakai pendekatan ilmiah.
fenomena atau gejala, tujuannya adalah
Pendekatan ilmiah diyakini oleh
banyak
pihak
sebagai
titian
emas
teknik-teknik
investigasi
atas
untuk memperoleh pengetahuan baru,
atau
mengoreksi
dan
memadukan
perkembangan dan pengembangan sikap,
pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat
keterampilan, dan pengetahuan peserta
disebut
didik (lih.Fi’liyah,2013).
(method of inquiry) harus berbasis pada
Dalam suatu pendekatan atau proses
bukti-bukti
kerja yang memenuhi kriteria ilmiah,
diobservasi, empiris, dan terukur dengan
para
lebih
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik
induktif
(Koper,2005;213). Karena itu, metode
ilmuwan
mengedepankan
diharuskan
pelararan
ilmiah,
dari
metode
objek
pencarian
yang
dapat
(inductive
reasoning)
ketimbang
ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
penalaran
deduktif
(deductive
pengoleksian data melalui observasi dan
survai, kemudian memformulasi, dan
reasoning)(Bloom,956;112).
Penalaran deduktif melihat fenomena
umum
untuk
kemudian
menarik
memungkinkan untuk menguji hipotesis.
Survai
yang
dikembangkan
ini
simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
tidaklah dimaksudkan untuk menguji
penalaran
memandang
hipotesis, tetapi dimaksudkan untuk
fenomena atau situasi spesifik untuk
menyajikan data dasar, dalam mana data
kemudian
ini diharapkan dapat
induktif
menarik
keseluruhan.
simpulan
Sejatinya,
secara
penalaran
induktif cenderung menempatkan bukti-
berguna bagi
penelitian selanjutnya untuk menjadi
pangkal
tolak
penelitian,
atau
bukti spesifik ke dalam relasi idea yang
40
mengusung
data
survai
ini
K-13 menekankan pada dimensi
untuk
penelitian lain sesuai dengan tujuan.
•
Langkah-langkah
pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu pembelajaran yang menggunakan
Pemakaian
pendekatan ilmiah.
Pendekatan Ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran
Proses pembelajaran pada K-3 untuk
sebagaimana
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah
atau
yang
dan
ilmiah,
menggamit
Makalah
Ranah
keterampilan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah
pengetahuan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.” Hasil
akhirnya
adalah
peningkatan
dan
keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
ini
kemampuan
semua
mata
secara
prosedural.
khusus
guru
membahas
pada
konsep
mengamati dan bertanya.
transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu mengapa.”
untuk
tertentu, sangat mungkin
diaplikasikan
proses
sikap
ranah
mencoba,
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
pendekatan
mencipta
atau situasi
proses pembelajaran menyentuh tiga
berbasis
menanya,
pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi,
Merujuk suatu aliran pendidikan, dimana
pembelajaran
meliputi
mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
ilmiah secara gradual dan atau bertahap.
Dalam
dimaksud
mengamati,
sederajat
dilaksanakan menggunakan pendekatan
keterampilan.
Pendekatan ilmiah
•
Mengamati
Metode
pembelajaran
ilmiah
untuk
mensyaratkan
terlibat
pada
aktivitas mengamati dan mengutamakan
kebermaknaan
(meaningfull
proses
pembelajaran
learning).
Metode ini
memiliki keunggulan tertentu, misalnya
metode ini menyajikan media mengenai
obyek secara nyata atau apa adanya,
peserta didik merasa senang dan merasa
lebih tertantang, dan metode ini mudah
pelaksanaannya. Karena itu semenjak
awal para siswa perlu diperkenalkan
“teknik mengamati” yang tepat yang
keterampilan, dan pengetahuan.
41
menjadikan bekal agar jika terlibat
mengumpulkan data agar berjalan
dalam proses pengamatan suatu obyek.
mudah dan lancar
sangat
• Menentukan cara dan melakukan
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
pencatatan atas hasil observasi,
tahu terhadap kenyataan bagi peserta
seperti menggunakan buku catatan,
didik.
kamera,
Metode
mengamati
Proses
pembelajaran
yang
tape
recorder,
video
mengedapankan “metode pengamatan”
perekam, hp, dan alat-alat tulis
dapat
lainnya.
maka
proses
pembelajaran
Kegiatan observasi
memiliki kebermaknaan yang tinggi
dalam proses
(Ary dkk,2002;58). Dengan metode
pembelajaran
observasi peserta didik menemukan
keterlibatan
fakta bahwa ada hubungan antara obyek
langsung. Dalam kaitan ini, guru harus
yang
materi
memahami bentuk keterlibatan peserta
oleh
didik dalam observasi tersebut secara
dianalisis
pembelajaran
yang
dengan
digunakan
Kegiatan
mengamati
dalam
•
Observasi
pembelajaran dapat dilakukan dengan
didik
secara
langkah-langkah
seperti
biasa
(common
observation).
•
Observasi terkendali (controlled
berikut ini.
observation).
• Menentukan objek apa yang akan
•
Observasi partisipatif (participant
diobservasi
• Membuat
peserta
rinci/detail.
guru.
menempuh
meniscayakan
observation).
pedoman
observasi
Selama proses pembelajaran, peserta
sesuai dengan lingkup objek yang
didik
akan diobservasi
pelibatan diri dapat terlibat dalam dua
• Menentukan secara jelas data-data
dapat
melakukan
observasi
pendekatan.
apa yang perlu diobservasi, baik
•
Observasi berstruktur.
primer maupun sekunder
•
Observasi tidak berstruktur.
• Menentukan di mana tempat/lokasi
objek yang akan diobservasi
• Menentukan secara jelas bagaimana
observasi akan dilakukan untuk
Praktik
observasi
dalam
pembelajaran hanya akan efektif jika
peserta didik dam guru melengkapi
diri
dengan
dengan
alat-alat
42
•
pencatatan dan alat-alat lain, seperti:
Guru dan peserta didik perlu
(1) tape recorder, untuk merekam
memahami
pembicaraan;
untuk
dicatat, direkam, dan sejenisnya,
merekam objek atau kegiatan secara
serta bagaimana membuat catatan
visual; (2) film atau video, untuk
atas perolehan observasi.
(1)
kamera,
merekam kegiatan objek atau secara
•
Secara lebih luas, alat atau instrumen
Guru
yang
peserta
meningkatkan
dan
ranah
observasi, dapat berupa daftar cek
pengetahuannya.
(checklist),
bertanya,
rentang
(rating
hendak
efektif
menginspirasi
yang digunakan dalam melakukan
skala
yang
Menanya
audio-visual; dan (3) alat-alat lain
sesuai dengan keperluan.
apa
sikap,
mampu
didik
untuk
mengembangkan
keterampilan,
Pada
pada
saat
dan
saat
itu
guru
pula
dia
scale), catatan anekdotal (anecdotal
membimbing atau memandu peserta
record), catatan berkala, dan alat
didiknya belajar dengan baik.
mekanikal
Berbeda
(mechanical
device).
dengan
penugasan
Catatan anekdotal berupa catatan yang
menginginkan
dibuat oleh peserta didik dan guru
pertanyaan
mengenai
luar
memperoleh tanggapan verbal. Istilah
biasa yang ditampilkan oleh subjek
“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
atau objek yang diobservasi.
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat
kelakuan-kelakuan
Prinsip-prinsip
yang
harus
dalam
tindakan
yang
dimaksudkan
bentuk
keduanya
didik selama observasi pembelajaran
verbal. Fungsi bertanya
disajikan berikut ini.
•
•
Banyak
atau
sedikit
serta
menginginkan
asalkan
tanggapan
Membangkitkan rasa ingin tahu,
minat, dan perhatian.
Cermat, objektif, dan jujur serta
terfokus
untuk
pernyataan,
diperhatikan oleh guru dan peserta
•
nyata,
•
Mendorong dan menginspirasi .
•
Mendiagnosis
kesulitan
belajar
sekaligus mencari solusinya.
homogenitas atau hiterogenitas
subyek, obyek, atau situasi yang
•
Menstrukturkan tugas-tugas.
diobservasi.
•
Membangkitkan
peserta
didik
keterampilan
dalam
berbicara,
43
mengajukan
memberi
•
pertanyaan,
jawaban
secara
logis,
memberikan jawaban yang baik dan
Mendorong partisipasipeserta didik
benar pula. Guru harus memahami
dalam
berargumen,
kualitas
kemampuan
menggambarkan
berdiskusi,
pertanyaan,
untuk
sehingga
tingkatan
kognitif
Membangun
dari yang lebih rendah hingga yang
sikap
keterbukaan
pendapat
serta
toleransi
sosial
dalam
hidup
muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara
dan
lebih tinggi.
mengembangkan
merespon persoalan yang tiba-tiba
membangkitkan
kemampuan
berempati satu sama lain.
Kriteria pertanyaan yang baik
•
Singkat dan jelas.
•
Menginspirasi jawaban.
•
Memiliki fokus.
•
Bersifat probing atau divergen.
•
Bersifat validatif atau penguatan.
•
Memberi kesempatan untuk berfikir
Merangsang
METODE PENELITIAN
• Desain Penelitian
Jenis peneliiannya adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang mengedepankan proses pengukuran
pada semua variabel penelitian. Asumsi
dasar
jenis
keterukuran
penelitian
pada
ini
semua
adalah
variabel
penelitian (Ary dkk,2002;126-155).
Desain penelitiannya adalah survai.
• Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah perilaku
ulang
peningkatan
kemampuan koqnitif.
•
didik
seperti apa yang akan disentuh, mulai
Membiasakan peserta didik berpikir
•
peserta
berpikir, dan menarik simpulan.
spontan dan cepat, serta sigap dalam
•
Pertanyaan guru yang baik dan benar
yang baik dan benar.
berkelompok.
•
Tingkatan Pertanyaan
menginspirasi
untuk saling memberi dan menerima
•
•
sistematis, dan menggunakan bahasa
mengembangkan
•
dan
Merangsang proses interaksi.
pemahaman guru pendidikan dasar dan
PAUD
atas
pendekatan
ilmiah
sesuai
dengan
pendekatan
rancangan
implementasi K-13.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
guru pendidikan dasar dan menengah di
propinsi Jawa Tengah pada tahun 2014.
Sampel adalah anggota populisi dengan
44
jumlah
tertentu
yang
dipilih
untuk
mewakili populasi secara keseluruhan.
Teknik Sampling merupakan cara
teknis
yang dipakai untuk memilih
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
•
Jawa Tengah
Data yang dikumpulkan berkaitan
dengan
kemampuan
guru
anggota populasi untuk dijadikan anggota
pendekatan
sampel. Penelitian ini memakai teknik
dipaparkan dalam Permendikbud No
sampling bertingkat, (a) tingkat pertama,
81A tahun 2014, yaitu “mengamati,
memilih kabupaten / kota, (b) tingkat
menanya,
kedua, memilih para guru pendidikan
mengasosiasi, mengomunikasikan, serta
dasar di kabupaten/kota terpilih untuk
pengembangannya yaitu mencipta”.
dijadikan anggota sampel. Pada tahap
ilmiah
terhadap
sebagaimana
mengumpulkan
Mengamati
meliputi
informasi
kompetensi
kedua ini, peneliti mengirimkan 348 guru
membaca, medengarkan, menyimak, dan
pada berbagai jenjang sekolah negeri dan
melihat tanpa alat. Menanya meliputi
swasta.
kompetensi
mengenai
• Teknik pengumpulan data
Dengan
mengajukan
keterbatasan-keterbatasan
apa
mengajukan
yang
pertanyaan
dilihat,
pertanyaan
dan
untuk
yang dimiliki peneliti, maka diambil
mengembangkan materi. Mengumpulkan
653
informasi meliputi kemampuan untuk
guru SD yang tersebar di 5
kabupaten/kota di Jawa Tengah, dengan
melakukan
cara didatangkan ke pendopo kabupaten
sumber
masing-masing,
satu
beraktivitas, dan melakukan wawancara
kegiatannya adalah mengisi angket
kepada para nara sumber. Mengasosiasi
penelitian.
meliputi kemampuan untuk mengolah
dimana
salah
• Teknik Analisis Data
Angket yang terkumpul dilakukan
eksperimen,
lain,
membaca
mengamati
informasi
yang
(analisis)
dan
telah
kejadian,
dikumpulkan
mengolah
informasi
pengecekan kelengkapan pengisiannya,
tambahan.
dibuat tabel kasar, kemudian dibuat tabel
termasuk
2 dimensi untuk mengetahui hubungan
menyampaikan hasil penelitian secara
masing-masing variabel.
lesan,
tertulis,
Mengkomunikasikan
kemampuan
dan
melalui
untuk
media.
Mencipta meliputi kemampuan unuk
memberikan contoh, melakukan pilihan,
45
memberikan
dorongan/motivasi,
dan
yang
mengajukan gagasan.
Tabel
memiliki pengetahuan tentang
mengasosiasi,
berikut
menyajikan
memiliki
90,20%
guru
pengetahuan
yang
tentang
menjelaskan pengetahuan guru (tahu dan
mengkomunikasikan. Sehingga secara
tidak tahu) berkaitan dengan seluruh
keseluruhan pengetahuan guru tentang
kemampuan di atas.
pendekatan ilmiah belum sempurna.
Tabel A.4.1. Pengetahuan Guru di Jawa
Tengah tentang Pendekatan Ilmiah
Persenta
se (%)
TAH
TAH
U
U
Membaca
295
69
81,04
Mendengar
275
89
75,54
Menyimak
326
38
89,56
lihat alat
237
127
65,10
348
16
305
59
tanya
pengayaan
Keseluruh
perlu
berkaitan
dilacan
dengan
95,60
83,79
Hanya 77,8% guru yang memiliki
tentang
guru
yang
yang
pengetahuan
guru
Tabel B.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
NO
KABUPATEN
Demak
TAHU
(%)
tdk
Tahu
tahu
Membaca
24
7
77,42
Mendengar
20
11
64,51
Menyimak
23
8
74,19
lihat alat
19
12
61,29
Keseluruhan
tanya lihat
pengetahuan
informasi
terhadap pendekatan ilmiah.
76,53
an
89,69%
itu
77,81
an
tanya lihat
Kabupaten Demak terpilih sebagai
utara jawa untuk daerah agraris, karena
TDK
Keseluruh
Kabupaten Demak
sampel penelitian untuk daerah pantai
Frekuensi
Keterangan
•
Pengayaan
69,35
31
0
100
27
4
87,09
mengamati,
Keseluruhan
93,54
memiliki
Keseluruhan
93,54
pengetahuan tentang menanya, 87,41%
guru yang memiliki pengetahuan tentang
Dari tabel di atas kita bisa melihat
mengumpulkan informasi, 88,73% guru
bahwa sebanyak 69,35% guru yang
46
mengetahui
mengamati,
tentang
mengenai
93,54%
menanya,
mengetahui
kemampuan
guru
88%
tentang
gah
mengenai
guru
Pertam
yang
a
kemampuan
4 Sekolah 0
mengumpulkan informasi, 79,02% guru
Menen
yang mengetahui tentang kemampuan
gah
mengasosiasi, 93,54% guru mengetahui
Atas
tentang
Jumlah
kemampuan
mengkomunikasikan
keseluruhan ada
hasil.
0
0,0
0,0
77,7
Secara
84,69% guru yang
Ternyata guru TK yang mengetahui
telah mengetahui mengenai pendekatan
pendekatan
ilmiah.
sementara guru SD sebesar 79,46%, dan
Hal ini mendorong kami untuk
melakukan
pemahaman
lebih
ilmiah
sebesar
87,05%,
guru SMP sebesar 81,25%. Informasi ini
lanjut
memberikan gambaran bahwa makin
apakah variabel jenjang pendidikan dan
rendah
variabel jenis kelamin dapat menjelaskan
pengetahuan tentang pendekatan ilmiah
tingkat
makin baik, makin tinggi pendidikan
pengetahuan
guru
terhadap
pendekatan ilmiah.
pendidikan
guru
memiliki
guru dan penugasan guru cenderung
memiliki
Tabel B.4.2. Pendidikan Guru dan
pengetahuan
pendekatan
ilmiah yang makin jelek.
Pendekatan Ilmiah
Kami yakin yakin hasil penelitian ini
N Jenjang
o Penuga
san
1 Taman
Ta
hu
12
Tid
ak
tah
u
2
Persentase
Tah tdk
u
tahu
menyakitkan banyak pihak, karena itu
mungkin perlu dilakukan pendalaman
lebih lanjut.
87,0
13,0
Laki-laki
yang
memahmi
teknik
kanak-
mengamati dan bertanya sebesar 50%
kanak
sementara perempuan 79%.
2 Sekolah 13
3
79,5
20,5
Menen
Kabupaten Semarang
Kabupaten Semarang terpilih sebagai
Dasar
3 Sekolah 2
•
1
66,7
33,3
sampel penelitian untuk wilayah pantai
utara Jawa dan daerah perkotaan, karena
47
itu
perlu
berkaitan
dilacan
dengan
informasi
yang
Kesel
pengetahuan
guru
uruh
terhadap pendekatan ilmiah.
Tabel B.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Sebanyak 75,86% guru di sampel di
Pendekatan Ilmiah
Kabupaten Semarang yang mengetahui
KABUPA
TEN
NO
JUMLAH (%)
Tah
tdk
u
tah
Tahu
tahu
87,93%
guru
yang
memiliki
mengenai
kemampuan
pengetahuan
mengenai
kemampuan
mengumpulkan informasi, 86,20% guru
kemampuan mengasosiasi, dan 92,59%
22
7
75,86
24,14
15
14
51,72
48,27
26
3
89,65
10,34
25
4
86,21
13,79
guru
yang
memiliki
pengetahuan
mengenai kemampuan mengkomunikasi-
Meny
kan. Secara keseluruhan 84,79% guru
yang memiliki kemampuan mengenai
pendekatan ilmiah.
lihat
alat
mengamati,
yang memiliki pengetahuan mengenai
Mend
imak
kemampuan
menanya, 81,37% guru yang memiliki
tdk
Mem
engar
mengenai
pengetahuan
Semarang
u
baca
92,59
an
Informasi itu perlu kita dalami apa
Kesel
ada
hubungannya
dengan
tingkat
pendidikan/penugasan dan jenis kelamin.
uruh
75,86
Tabel C.4.2. Jenjang Penugasan dan
an
Pendekatan Ilmiah
tanya
lihat
29
0
100
0
No Jenjang
Ta
Penugasan hu
tanya
penga
yaan
22
7
75,86
uruh
an
87,93
Persentase
ak
Tah
tdk
tah
u
tahu
0,0
0,0
u
24,13
1
Kesel
Tid
Taman
0
0
kanakkanak
48
2
Sekolah
9
1
90,0
10,0
ilmiah.
Dasar
3
pengetahuan guru terhadap pendekatan
Sekolah
4
0
80,0
20,0
Tabel D.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
Menengah
Pertama
4
KABUPAT
Sekolah
9
1
75,0
15,0
Menengah
tabel
di
penugasan maka makin tinggi tingkat
pendidikan
makin
maka
tinggi
makin
tingkat
baik pula
pengetahuan guru terhadap pendekatan
ilmiah. Pada kenyataannya, kita lihat
tabel
di
atas
sebaliknya
menunjukkan
Tah
tdk
tah
tah
u
tahu
u
u
atas,
diasumsikan bahwa makin tinggi jenjang
pendidikan,
tdk
81,6
Sebagaimana
posisi
makin tinggi pendidikan
H (%)
negara
NO
Atas
Jumlah
JUMLA
EN Banjar
Membaca
22
3
88
12
r
20
5
80
20
Menyimak
24
1
96
4
lihat alat
22
3
88
12
Mendenga
Keseluruh
88
an
10
makin kurang pengetahuan guru tentang
pendekatan ilmiah. Hal ini haruslah
menjadi perhatian yang serius bagi
yang
memahami
teknik
pengamatan dan bertanya sebesar 77%
•
25
0
0
0
20
5
80
20
tanya
pengayaan
pemerintah kabupaten.
Laki-laki
tanya lihat
Keseluruh
90
an
dan perempuan sebesar 83%.
Keseluruh
Kabupaten Banjar negara
an
77
23
Banjarnegara
terpilih
Tabel di atas menjelaskan bahwa
penelitian
wilayah
88% guru di Banjarnegara mengetahui
tengah di Propinsi Jawa Tengah untuk
mengenai kemampuan mengamati, 90%
daerah agraris, karena itu perlu dilacak
guru mengetahui mengenai kemampuan
informasi
menanya,
Kabupaten
sebagai
sampel
yang
berkaitan
dengan
88%
guru
mengetahui
49
kemampuan
informasi,
untuk
96%
mengumpulkan
guru
Meneng
mengetahui
ah Atas
kemampuan untuk mengasosiasi, 94%
Jumlah
83,6
guru mengetahui tentang kemampuan
Tabel di atas polanya sama dengan
mengkomunikasikan, dan 77% guru
dengan pola yang lain, dimana makin
memiliki
tinggi tingkat penugasan pendidikan,
pengetahuan
tentang
kemampuan mencipta.
logikanya
Secara keseluruhan 88% guru yang
mengetahui
mengenai
makin
tinggi
tingkat
pendidikan guru, tetapi pengetahuannya
pendekatan
tentang pendekatan ilmiah juga makin
ilmiah.
lemah.
Apakah jenjang pendidikan dan jenis
Proporsi
guru
laki-laki
yang
mengamati
dan
kelamin dapat memberikan penjelasan
memahami
mengenai pengetahuan guru terhadap
bertanya sebesar 80% dan perempuan
pendekatan illmiah, kita lihat penjelasan
90%.
tabel berikut.
•
Tabel D.4.2. Jenjang Penugasan dan
teknik
Kabupaten Kebumen
Kabupaten kebumen terpilih sebagai
Pendekatan Ilmiah
perwakilan dari daerah selatan Jawa
N
Jenjang
Ta Tid
Persentase
Tengah
o
Penugas
hu
ak
Tah
tdk
untuk wilayah agraris, karena itu perlu
tah
u
tahu
dilacan informasi yang berkaitan dengan
an
u
1
2
Taman
4
1
pengetahuan guru terhadap pendekatan
80,0
20,0
ilmiah.
kanak-
Tabel E.4.1 Pengetahuan Guru tentang
kanak
Pendekatan Ilmiah
Sekolah
8
1
88,9
11,1
0
0
0,0
0,0
KABUPA
Dasar
3
Sekolah
Meneng
TEN
No
ah
Pertama
4
sebagai sampel penelitian
Sekolah
9
2
81,8
18,,2
Memb
Persentase (%)
Kebumen
tah
tdk
u
tahu
37
9
tdk
Tahu
tahu
80,43
19,56
50
aca
Apakah
ngar
31
15
67,39
32,61
jenjang
guru terhadap pendekatan ilmiah. Kita
pelajari bersama pada tabel berikut ini.
Menyi
mak
38
8
82,61
17,39
Tabel E.4.2. Jenjang Penugasan dan
Pendekatan Ilmiah
lihat
alat
30
16
65,22
34,78
No Jenjang
Tahu Tidak Persentase
Penugasan
Keselu
ruhan
tahu
Tahu tdk
tahu
73,91
1
tanya
lihat
44
2
95,65
Taman
17
4
80,9
19,1
12
3
83,3
16,7
1
1
50,0
50,0
5
3
62,5
37,5
kanak-
4,348
kanak
tanya
2
pengay
aan
37
9
80,43
Sekolah
Dasar
19,56
3
Keselu
ruhan
Sekolah
Menengah
88,04
Pertama
Keselu
ruhan
4
68,48
Sekolah
Menengah
Sebanyak 73,91% guru mengetahui
tentang kemampuan mengamati, 88,04%
Atas
guru mengetahui tentang kemampuan
Jumlah
tentang
hubungan
penugasan guru dengan pengetahuan
Mende
menanya,
ada
85,21%
guru
kemampuan
mengetahui
mengumpulkan
76,1
Hal ini menjelaskan bahwa makin
tinggi
jenjang
penugasan
informasi, 92,39% guru mengetahui
berdampak
tentang
kemampuan
pengetahuan guru tentang pendekatan
92,76%
guru
mengasosiasi,
mengetahui
tentang
ilmiah,
hal
pada
makin
guru
tersebut
baiknya
ternyata
tidak
kemampuan mengkomunikasikan hasil.
terbukti, meskipun
Dan
sebanyak
variasi informasi. Bisa jadi kebingungan
tentang
pemaknaan itu dikarenakan hanya 2 guru
secara
68,48%
guru
keseluruhan
mengetahui
yang
sedikit ditemukan
pendekatan ilmiah. Jumlah ini tentu saja
SMP
mengembalikan
angket,
sangatlah jauh dari harapan.
sementara diantara keduanya mereka
51
berada pada 2 sisi yang berbeda.
Kabupaten
Persentase
Pati
(%)
Pengaruhnya cukup kuat terhadap hasil
analisis, sehingga dua informasi ini
No
tdk
sebaiknya didrop atau digabungkan ke
posisi yang lebih tinggi.
Tahu
tahu
membaca
66
8
89,18 10,82
mendengar
49
25
66,21 33,79
menyimak
70
4
tentang pendekatan ilmiah, kita cermati
lihat alat
56
18
bersama pada tabel berikut ini.
Keseluruhan
Bagaimana hubungan antara jenis
kelamin
guru
Laki-laki
dengan
yang
pengetahuan
memahami
teknik
pengamatan dan teknik bertanya, lakilaki 71% dan perempuan 82%.
•
Tahu tahu
tdk
Pati
terpilih
sebagai
perwakilan dari daerah pantai utara Jawa
Tengah
sebagai sampel penelitian
untuk wilayah petani nelayan, karena itu
perlu dilacak informasi yang berkaitan
dengan
pengetahuan
pendekatan
ilmiah.
guru
terhadap
Logika
yang
dikembangkan adalah pengetahuan guru
dari
pendidikan
denga
formal,
kehidupan
melahirkan
berkorelasi
sehari-hari,
pemahaman
yang
akan
baru,
khususnya tingkat ketanggapan guru
terhadap
perkembangan
dunia
pendidikan kekinian.
Tabel F.4.1 Pengetahuan Guru terhadap
Pendekatan Ilmiah
5,41
75,67 24,33
81,41
66
8
89,18 10,82
70
4
94,59
tanya
pengayaan
Kabupaten Pati
Kabupaten
tanya lihat
94,59
Keseluruhan
91,88
Keseluruhan
94,14
5,41
Sebanyak 81,14% guru memilihi
pengetahuan tentang teknik mengamati,
sebanyak
91,88%
guru
mengaku
mengetahui tentang teknik menanya,
sebanyak
91,59%
mengetahui
guru
mengaku
tentang
mengumpulkan
93,47%
gur
tentang
teknik
informasi,
mengaku
teknik
sebanyak
mengetahui
mengasosiasi,
dan
sebanyak 94,14% mengaku mengetahui
tentang teknik mengkomunikasikan hasil
penelitian kepada pihak lain.
Secara
91,61%
guru
keseluruhan
sebanyak
mengaku
mengetahui
tentang pendekatan ilmiah yang harus
dipakai sebagai metode pembelajaran
sesuai dengan pentunjuk pemerintah.
52
Kita telusuri apakah ada hubungan
ilmiah makin baik. Perempuan yang
antara jenjang penugasan guru dengan
memahami pendekatan pengamatan dan
pengetahuan pendekatan ilmiah bagi
bertanya laki-laki 85% dan perempuan
guru-guru pada tabel berikut.
92%.
Tabel F.4.2. Jenjang Penugasan dan
Pendekatan Ilmiah
•
Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten terpilih sebagai
N
Jenjang Ta
Tid
Persentase
perwakilan dari daerah tengah Jawa
o
Penuga
ak
Tah
tdk
Tengah
tah
u
tahu
untuk wilayah perkotaan (dibandingkan
hu
san
dengan
u
1
2
Taman
0
0
0
0
4
Kebumen).
Klaten
kota
merupakan daerah penghubungan antara
kanak-
Surakarta
kanak
perlintasan jalur selatan pulau Jawa, dan
Sekola
39
4
88,6
11,4
Sekola
dan
Yogyakarta,
20
2
90,9
9,1
daerah
telah berkembang sedemikian rupa untuk
menjadi daerah urban,
h Dasar
3
sebagai sampel penelitian
dan daerah
industri.
h
Perekonomian Kota Klaten begitu maju,
Menen
telah
gah
masyarakatnya tentang kehidupan, dan
Pertam
gaya hidup. Beberapa sekolah di Klaten
a
telah meluncur pada kualitas lebih baik
Sekola
16
2
88,9
h
mengubah
banyak
pandangan
11,1
dan berhasil meninggalkan sekolah maju
1
pada daerah sekitar. Karena itu perlu
Menen
dilacak informasi yang berkaitan dengan
gah
pengetahuan guru terhadap pendekatan
Atas
ilmiah.
Jumlah
89,4
Dari tabel di atas kita bisa melihat dari
Tabel G.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah.
sisi proporsi guru, dimana makin tinggi
tingkat pendidikan guru berdampak pada
pengetahuan dia tentang pendekatan
NO
KABUPATEN
JUMLAH
Klaten
(%)
Tahu
tdk
tahu
53
tdk
tahu
tahu
pendekatan ilmiah dalam pelaksanaan
Membaca
200
54
78,74 21,26 pembelajaran.
Mendengar
190
64
74,80 25,20 Apakah pengetahuan guru itu sejalan
Menyimak
226
28
88,98 11,02 dengan jenjang pendidikan yang mereka
lihat alat
160
94
62,99 37,01 tempuh,
76,35
Keseluruhan
tanya lihat
yang
tercermin
dalam
penugasan akademiknya, dapat kita lihat
6,30 bersama pada tabel berikut.
Tabel F.4.2. Jenjang Penugasan dan
238
16
93,70
220
34
Keseluruhan
86,61 13,39 Pendekatan Ilmiah
No Jenjang
Tahu Tidak Persentase
80,15
Keseluruhan
88,06
tanya
pengayaan
Dari tabel di atas,
mengaku
Penugasan
tahu
mengenai
1
yang
2
mengetahui
kemampuan
untuk
mengenai
3
Sekolah
Sekolah
4
Sekolah
mengasosiasi sebesar 88,25%, dan guru
Menengah
yang mengaku mengetahui mengenai
Atas
kemampuan untuk mengkomunikasikan
Jumlah
penelitian
Sehingga
sebesar
secara
disampaikan
146
23
86,4
13,6
10
2
83,3
16,7
21
3
87,5
1,25
84,2
88,06%.
Kita bisa melihat bersama bahwa makin
dapat
tinggi pendidikan seorang guru yang
kasar
bahwa
20,4
Pertama
informasi sebesar 86,84%, guru yang
hasil
79,6
Menengah
mengumpulkan
mengaku mengetahui kemampuan untuk
10
Dasar
menanya sebesar 80,15%, guru yang
mengaku
39
kanak
mengaku
mengetahui mengenai kemampuan untuk
Taman
kanak-
kemampuan untuk mengamati sebesar
guru
Tahu tdk
guru yang
mengetahui
76,35%,
tahu
83,93%
guru
tercermin
dari penugasannya,
maka
mengetahui mengenai pendekatan ilmiah
makin baik pengetahuannya mengenai
dalam pembelajaran, karena itu secara
pendekatan ilmiah. Meskipun demikian
kasar pula disampaikan bahwa para guru
secara
belum
pendekatan ilmiah bagi guru-guru di
cukup
baik
memahami
menyeluruh
pengetahuan
54
kota Klaten masih sangat jauh dari
sempurna,
KABUPAT
yaitu diunjukkan dengan
EN
angka 84,21%. Pola ini menjelaskan
Wonosobo
NO
bahwa pekerjaan kantor pendidikan dan
kebudayaan
setempat
masih
sangat
besar.
Tah
tdk
u
tahu
tdk
Tahu
tahu
Membaca
37
6
86,05
13,95
teknik
Mendengar
35
8
81,40
18,60
pengamatan dan bertanya sebesar 86%
Menyimak
40
3
93,02
6,98
dan perempuan 85%.
lihat alat
27
16
62,79
37,21
Kabupaten Wonosobo
Keseluruh
Laki-laki
•
JUMLAH (%)
yang
Kabupaten
memahami
wonosobo
terpilih
an
80,82
sebagai perwakilan dari daerah tengah
tanya lihat
Jawa Tengah sebagai sampel penelitian
tanya
untuk wilayah pertanian sayuran yang
pengayaan
terkenal di tanah Jawa. Wonosobo
penghasil sayuran yang dijajakan hingga
kota besar tanah jawa melalui pedagang
antar kota.
mengubah
banyak
pandangan
masyarakatnya tentang kehidupan, dan
gaya hidup masyarakatnya.
Karena itu
perlu dilacak informasi yang berkaitan
dengan
pengetahuan
guru
terhadap
pendekatan ilmiah.
Tabel G.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
0
100
0
30
13
69,77
30,23
Keseluruh
an
84,89
Keseluruh
an
Perekonomian Wonosobo begitu maju,
telah
43
84,89
Dari tabel di atas dapat kita ketahui
bersama bahwa 80,82% guru mengaku
bahwa mereka mengetahui mengenai
kemampuan mengamati pada kurikulum
2013, 84,89% guru mengaku bahwa
mereka
mengetahui
mengenai
kemampuan menanya pada kurikulum
2013, 90,23% guru mengaku bahwa
mereka
mengetahui
mengenai
kemampuan mengumpulkan informasi
pada kurikulum 2013, 84,88% guru
mengaku bahwa mereka mengetahui
mengenai
kemampuan
mengasosiasi
55
pada kurikulum 2013, 93,80% guru
2
Sekolah
mengaku bahwa mereka mengetahui
kemampuan mengkomunikasikan hasil
3
Sekolah
Meneng
84,89%
ah
mengaku
mengetahui
mengenai kemampuan mencipta pada
kurikulum 2013.
4
Sekolah
kurikulum 2013 (K-13). Karena itu kami
berkesimpulan
bahwa
guru-guru
di
wilayah kabupaten Wonosobo belum
memiliki kemampuan yang cukup untuk
menerapkan pendekatan ilmiah dalam
Apakah ada perbedaan diantara para
guru pada berbagai jenjang pendidikan,
Tabel G.4.2. Jenjang Penugasan Guru
84
16
8
2
80
20
83
Dari tabel di atas dapat kita ketahui
bahwa makin tinggi pendidikan yang
ditunjukkan dengan jenajng penugasan
seorang
guru,
ternyata
pengetahuan
mengenai pendekatan ilmiahnya makin
rendah. Hasil kolektif pengetahuan guru
pendekatan
ilmiah
hanya
sekitar 83,44% yaitu angka yang sangat
sederhana. Karena itu tugas dinas terkait
dalam
kita lihat bersama tabel berikut ini.
4
Jumlah
mengenai
pembelajaran.
22
ah Atas
pendekatan ilmiah untuk kepentingan
pada
15
Meneng
guru mengaku mengetahui menganai
pembelajaran
85
Pertama
Secara keseluruhan, sebanyak 86,59%
pelaksanaan
1
Dasar
penelitian pada kurikulum 2013, dan
guru
6
peningkatan
kualitas
guru
sangatlah diperlukan.
Dilihat dari jeis kelamin, laki-laki yang
dan Pendekatan Ilmiah
memahami
teknik
mengamati
dan
N
Jenjang
Tah
Tida Persentas
bertanya sebesar 91% dibandingkan
o
Penugas
u
k
e
perempuan 83%.
tahu
Tah
tdk
Dari angka di atas dapat kita lihat bahwa
u
tah
guru laki-laki memiliki pengetahuan
u
yang lebih baik mengenai pendekatan
0
ilmiah dalam pembelajaran kurikulum
an
1
Taman
0
0
0
kanak-
2013 (K-13) dibandingkan dengan guru
kanak
perempuan. Pola ini sesuai dengan
56
pendapat
•
umum
yang
mengatakan
ilmiah
bahwa laki-laki mengedepankan logika
Daerah
kabupa
Semakin
Penget
dibandingkan dengan perempuan.
muslim
ten
tinggi
ahuan
Pembahasan
pantai
Demak
jenjang
guru
Sebelum menulis laporan lengkap, kami
(utara
, dan
penugas
laki-
sampaikan tabel kasar sebagai berikut:
dan
Kebum an
laki
selatan)
en
makin
lebih
Lokasi
Daerah
Hubung
Perbed
dengan
Terpili
an
aan
jelek
rendah
karakteri h
Jenjang
Jender
pemaha
dari
stiknya
sebaga
Penugas
dalam
man
pada
i
an
hal
tentang
perem
sampel
dengan
Penget
pendeka
puan
Pengeta
ahuan
tan
huan
tentan
ilmiah
mengen
g
Daerah
Kabup
Pada
Penget
ai
Pende
pertania
aten
tingkat
ahuan
Pendeka
katan
n,
Pati
SD
guru
tan
Ilmiah
pemang
dan
nilainya
laki-
ku adat
Banjar
rendah,
laki
negara
pada
lebih
Ilmiah
Daerah
Kabup
Semakin
Penget
Muslim
aten
tinggi
ahuan
tingkat
rendah
Pedalam
Wonos
jenjang
guru
SMP
dari
an
obo
penugas
laki-
meningk
pada
an
laki
at, dan
perem
makin
lebih
SMA/Se
puan
jelek
baik
derajad
pemaha
dari
turun
man
pada
lagi
tentang
guru
(meleng
pendeka
perem
kung)
tan
puan
57
Semakin
Penget
temuan
moltingp Semar
tinggi
ahuan
(2014), dan Yusun dan Rustiyarso
ot
jenjang
guru
(2013) sebagai berikut.
(campur
penugas
laki-
an
an
laki
ditemukan semakin tinggi jenjang
berbagai
makin
lebih
penugasan yang dimaknai semakin
suku
jelek
rendah
tinggi pendidikan guru, ternyata
bangsa)
pengeta
dari
semakin
huan
pada
mengenai pendekatan ilmiah. Guru
guru
perem
laki-laki
tentang
puan
mengenai pendekatan ilmiah lebih
Daerah
Kota
ang
•
Utami (2012),
Yunus
dkk
Pada daerah muslim pedalaman,
tidak
memiliki
mengetahui
pengetahuan
baik dari pada guru perempuan.
pendeka
•
tan
Daerah muslim di pesisir utara dan
selatan,
ilmiah
semakin tinggi
jenjang
Daerah
Kota
Semakin
Penget
penugasan yang mengindikasikan
transit
klaten
tinggi
ahuan
semakin tinggi pendidikan guru
jenjang
guru
semakin
tidak
penugas
laki-
mengenai
pendekatan
an
laki
Perbedaannya
makin
lebih
muslim pedalaman adalah, dimana
baik
baik
pengetahuan
pengeta
dari
ilmiah bagi guru laki-laki lebih
huan
pada
rendah
guru
perem
dengan guru perempuan.
tentang
puan
•
mengetahui
dengan
tentang
bilamana
ilmiah.
daerah
pendekatan
dibandingkan
Derah pertanian yang diwakili Pati
pendeka
dan
banjarnegara,
memiliki
tan
keunikan dimana pengetahuan guru
ilmiah
SD rendah, guru SMP makin tinggi,
sementara guru SMA merendah
Tabel tersebut merupakan pemetaan
lagi. Kami mengistilahkan dengan
hasil penelitian yang tidak jauh dari
pola
melengkung.
Sementara
58
•
pengetahuan mengenai pendekatan
penugasan yang dimaknai semakin
ilmiah bagi guru perempuan lebih
tinggi
baik dari pada guru laki-laki.
semakin tidak mengetahui mengenai
Daerah melting pot dimana terjadi
pendekatan
percampuran antar berbagai suku
memiliki
bangsa yang tinggal, sebagai sampel
pendekatan ilmiah lebih baik dari pada
adalah semarang kota. Makin tinggi
guru perempuan.
jenjang penempatan tugas yang
pendidikan cenderung makin rendah
penugasan
pengetahuan
semakin
guru
ilmiah.
perempuan
tentang
Guru
laki-laki
mengenai
semakin
tinggi
yang
jenjang
mengindikasikan
tinggi
pendidikan
guru
Pengetahuan
semakin tidak mengetahui mengenai
lebih
pendekatan
baik
ilmiah.
dengan
laki pada pendekatan ilmiah.
adalah, dimana pengetahuan tentang
penempatan
tugas
melambangkan
pendidikan
tinggi
makin
yang
tingginya
cenderung
dengan guru perempuan.
•
memiliki
keunikan
dimana pengetahuan guru SD rendah,
guru SMP makin tinggi, sementara guru
ilmiah. Demikian juga, pemahaman
SMA
guru laki-laki terhadap pendekatan
merendah
mengistilahkan
ilmiah lebih baik dari pada guru
lagi.
Kami
dengan
pola
melengkung. Sementara pengetahuan
perempuan.
mengenai pendekatan ilmiah bagi guru
perempuan lebih baik dari pada guru
KESIMPULAN
Kesimpuan atas hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
daerah
ditemukan
Derah pertanian yang diwakili Pati dan
banjarnegara,
makin
mengetahui mengenai pendekatan
Pada
pedalaman
lebih rendah bilamana dibandingkan
jenjang
guru
muslim
pendekatan ilmiah bagi guru laki-laki
Daerah transit, seperti kota Klaten,
makin
daerah
Perbedaannya
ketimbang pengetahuan guru laki-
ternyata
•
ilmiah.
ternyata
Daerah muslim di pesisir utara dan
selatan,
guru
guru,
pengetahuan
melambangkan tingginya jenjang
pendekatan
•
•
pendidikan
muslim
semakin
pedalaman,
tinggi
jenjang
laki-laki.
•
Daerah melting pot dimana terjadi
percampuran
antar
berbagai
suku
bangsa yang tinggal, sebagai sampel
59
adalah semarang kota. Makin tinggi
jenjang
penempatan
yang
penempatan
melambangkan
tugas
guru
makin
tingginya
pendidikan
pendidikan cenderung makin rendah
mengetahui
pengetahuan guru tentang pendekatan
ilmiah. Demikian juga, pemahaman
ilmiah. Pengetahuan guru perempuan
guru laki-laki terhadap pendekatan
lebih baik ketimbang pengetahuan guru
ilmiah lebih baik dari pada guru
laki-laki pada pendekatan ilmiah.
perempuan.
tingginya
cenderung
yang
jenjang
melambangkan
•
tugas
•
mengenai
makin
pendekatan
Daerah transit, seperti kota Klaten,
ternyata makin tinggi jenjang
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald, Kacobs, Lucy, dan Razavech,Aghar. 2002. Introduction to Research in Education.
Canada: Wadsworth
Asmira, Wanto Rifai, dan Izhar Salim. 2014. Analisis Ketrampilan Bertanya oleh Guru Mata
pelajaran Sosiologi pada Kelas X Mas Khulafaur Rosyidin.Tanjung Pura: Prodi
Sosiologi FKIP Universitas Tanjung Pura
Bloom, Benyamin S etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: the classificatin of
educational Goals. Canada: David McKay Company Inc.
Fi’liyah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Problem Posing untuk
Meningkatkan Aktivitas Bertanya Siswa dan Hasil Belajar Siswa pada pokok
Bahasan SPLD V Kelas VIII MTs Darul Ulum Waru. Tulangan: SMAM 3
Hauser, Marc D. 2006. Moral Minds: The Nature of Right and Wrong. New York: HarperCollin
Publisher
Herington,Anthoni & Herington, Jan. 2005. Authentic Learning Environments in Hagher
Education. Hershey: Information Science Publishing
Koper, Rob & Tattersall, Colin. 2005. Learning Design: A Handbook on Modelling and
Delivering Networked Education and Training. The Netherlands: Springer Verlag
Rogers, Glyn & Badham, Linda. 2010. Evaluation in Schools: Getting started on training and
implementation. New York: Routledge
Utami, Gamilla Nuri. 2012. “Pendekatan ilmiah pada Materi Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit dalam Meningkatkan Ketrampilan Elaborasi”. Google.com. Dipulikasi 12
Oktobr 2012. Diunduh tanggal 1 Maret 2015.
60
Yunus, Marli Suhardi, dan Hery K. 2014. Peningkatan Ketrampilan Bertanya Siswa dengan
Menggunakan Media Audio pada Pembelajaran Bahasa Indonesia.Pontianak:
Prdik PGSD Universitas Tanjung Pura.
Yusun, M Alex, dan Rustiyarso. 2013. Interaksi Sosial Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Sosiologi di SMA. Tanjungpura: Prodi Sosiologi FKIP Untan.
=======================
61
MELIHAT DAN BERTANYA TENTANG REALITAS DALAM RANGKA PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN ILMIAH
Oleh: Harsono (Staf Pengajar FKIP UMS)
Abstract
T
he publication paper title is “ Elementary school Teachers Knowing for see and
question in Central Java”. That is a part of researct publication. The reaserch
location is Semarang, Demak, Kudus, and Pati teritorial. The problem statement
of the paper are how long elementary school teachers knowed about capacity
for reality see and questions.
Instrumen of research is questionary, there are any question about elementary school teachers
knowed about capacity for reality see and elementary school teachers knowed about capacity
for reality questions. That is a quantitaive research and then survay research design.
We get some information that level of capasity elementary school teachers knowed about
capacity for reality see and questions are low. That is consistent with other research result, when
we get a same kinds.
Keywords; teachers knowing, see, question
PENDAHULUAN
kompetensi yang lain dalam kerangka
Untuk menerapkan metode ilmiah,
guru
dituntut
untuk
meningkatkan
pendekatan
Ilmiah
sebagaimana
diprogramkan oleh pemerintah.
kemampuan profesionalnya. Dari 5 unsur
Banyak pihak yang semenjak awal
Permendikbud No 81 Tahun 2014 ada
meragukan kemampuan guru dalam hal
kemampuan
mengumpulkan
melihat,
menanya,
memahami kemampuan ilmiah, khususnya
informasi,
mengasosiasi,
kemampuan melihat objek dan kemampuan
mengkomunikasikan, dan mencipta. Dalam
bertanya (Asmira,2014).
paper
akan menyatakan bahwa guru memiliki
ini,
kita
mencoba
membahas
mengenai kemampuan guru dalam hal
kemampuan
mengamati obyek dan bertanya kepada
pembelajaran yang aktif baik siswa maupun
pihak lain mengenai objek yang dimaksud.
guru kalau para guru saja tidak memiliki
Kedua kemampuan itu menjadi persyaratan
kemampuan yang cukup untuk melihat
bagi guru sebelum yang bersangkutan
objek dan bertanya tentang objek yang
melangkahkan
dilihatnya (Koper,2005).
kaki
untuk
memahami
untuk
Bagaimana kita
membangun
38
Ini menjadi kritik yang membangun
terhadap penerapan kembali kurikulum 2006
indikator yang menentukan kualitas suatu
penelitian evaluasi.
kurikulum
Guru dengan kepesertaannya dalam
memiliki
berbagai pelatihan, ragam program-program
kemampuan untuk mengajarkan materi pada
pelatihan dan pendampingan dalam rangka
materi yang dihafal, baik karena belajar
implementasi
ataupun karena sudah lama mengajarkan
berhasil meningkatkan pemahaman para
materi serupa sehingga menjadi hafal karena
guru terhadap pendekatan saintifik dalam
proses.
rangka untuk menerapkan kurikulum 2013.
yang
disebut-sebut
KTSP,
dimana
sebagai
guru
hanya
k-13,
semestinya
telah
Untuk dapat menarik kesimpulan
Realitas yang terjadi, banyaknya guru pada
secara tepat, kita harus membuktikan secara
berbagai jenjang pendidikan, SD, SMP,
meyakinkan bahwa lemahnya pemahaman
SMA, SMK telah berkeluh kesah betapa
guru terhadap pendekatan saintifik itu
sulitnya memahami pendekatan saintifik.
memang disebabkan oleh ketergesa-gesaan
Bahkan tidak sedikit yang merasa telah
sosialisasi tersebut, dan bukan oleh faktor
memahami pendekatan saintifik, pada hal,
lain. Padahal, dalam kenyataannya, banyak,
realitasnya mereka salah secara mendasar
faktor dapat berpengaruh terhadap lemahnya
memahami apakah itu pendekatan saintifik.
pemahaman
Pernyataan Masalah
guru
terhadap
pendekatan
saintifik tersebut, misalnya, posisi nyaman
Pernyataan masalah yang diajukan dalam
guru yang menyebabkan tidak mau berubah
kesempatan ini adalah:
(Roger,2010;27-32),
•
ancaman
guru
melihat dan mengamati.
(Hauser,2006), pengaruh campur tangan
orang tua bagi siswa, pengaruh media masa,
dsb.
Karena
penelitian
itu,
evaluasi
kunci utama
ini
adalah
•
Adakah varitas pemahaman guru tentang
konsep
dalam
melihat
dan
mereka bekerja.
seberapa akurat kita sehingga informasi
•
Adakah varitas pemahaman guru tentang
pertimbangan para peneliti dan pengambil
konsep
kebijakan guna memahami realitas lapangan
berdasarkan
(Roger,2010;78).
dimana mereka bekerja.
Keberhasilan
dalam
mengamati
berdasarkan jenjang pendidikan dimana
sampai
yang baik itu dapat dijadikan sebagai bahan
Seberapa besar guru mengetahui konsep
melihat
dan
wilayah
mengamati
kabupaten/kota
menggambarkan realitas tersebut merupakan
39
lebih luas. Metode ilmiah umumnya
TEORI
•
menempatkan fenomena unik dengan
Pendekatan Ilmiah
Pembelajaran
merupakan
suatu
kajian
spesifik
dan
detail
untuk
proses ilmiah (Herington & Herington,
kemudian merumuskan simpulan umum.
2005;15). Karena itu Kurikulum 2013
Aliran pemikiran seperti yang kedua
(K-13)
itulah yang nantinya akan dianut untuk
mengamanatkan
esensi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran,
dimana
setiap
penyelenggaraan
mengembangkan penelitian survai ini.
Metode ilmiah cenderung merujuk
pembelajaran yang berkualitas haruslah
pada
memakai pendekatan ilmiah.
fenomena atau gejala, tujuannya adalah
Pendekatan ilmiah diyakini oleh
banyak
pihak
sebagai
titian
emas
teknik-teknik
investigasi
atas
untuk memperoleh pengetahuan baru,
atau
mengoreksi
dan
memadukan
perkembangan dan pengembangan sikap,
pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat
keterampilan, dan pengetahuan peserta
disebut
didik (lih.Fi’liyah,2013).
(method of inquiry) harus berbasis pada
Dalam suatu pendekatan atau proses
bukti-bukti
kerja yang memenuhi kriteria ilmiah,
diobservasi, empiris, dan terukur dengan
para
lebih
prinsip-prinsip penalaran yang spesifik
induktif
(Koper,2005;213). Karena itu, metode
ilmuwan
mengedepankan
diharuskan
pelararan
ilmiah,
dari
metode
objek
pencarian
yang
dapat
(inductive
reasoning)
ketimbang
ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
penalaran
deduktif
(deductive
pengoleksian data melalui observasi dan
survai, kemudian memformulasi, dan
reasoning)(Bloom,956;112).
Penalaran deduktif melihat fenomena
umum
untuk
kemudian
menarik
memungkinkan untuk menguji hipotesis.
Survai
yang
dikembangkan
ini
simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
tidaklah dimaksudkan untuk menguji
penalaran
memandang
hipotesis, tetapi dimaksudkan untuk
fenomena atau situasi spesifik untuk
menyajikan data dasar, dalam mana data
kemudian
ini diharapkan dapat
induktif
menarik
keseluruhan.
simpulan
Sejatinya,
secara
penalaran
induktif cenderung menempatkan bukti-
berguna bagi
penelitian selanjutnya untuk menjadi
pangkal
tolak
penelitian,
atau
bukti spesifik ke dalam relasi idea yang
40
mengusung
data
survai
ini
K-13 menekankan pada dimensi
untuk
penelitian lain sesuai dengan tujuan.
•
Langkah-langkah
pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu pembelajaran yang menggunakan
Pemakaian
pendekatan ilmiah.
Pendekatan Ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran
Proses pembelajaran pada K-3 untuk
sebagaimana
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah
atau
yang
dan
ilmiah,
menggamit
Makalah
Ranah
keterampilan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah
pengetahuan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu apa.” Hasil
akhirnya
adalah
peningkatan
dan
keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
ini
kemampuan
semua
mata
secara
prosedural.
khusus
guru
membahas
pada
konsep
mengamati dan bertanya.
transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik “tahu mengapa.”
untuk
tertentu, sangat mungkin
diaplikasikan
proses
sikap
ranah
mencoba,
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
pendekatan
mencipta
atau situasi
proses pembelajaran menyentuh tiga
berbasis
menanya,
pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi,
Merujuk suatu aliran pendidikan, dimana
pembelajaran
meliputi
mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
ilmiah secara gradual dan atau bertahap.
Dalam
dimaksud
mengamati,
sederajat
dilaksanakan menggunakan pendekatan
keterampilan.
Pendekatan ilmiah
•
Mengamati
Metode
pembelajaran
ilmiah
untuk
mensyaratkan
terlibat
pada
aktivitas mengamati dan mengutamakan
kebermaknaan
(meaningfull
proses
pembelajaran
learning).
Metode ini
memiliki keunggulan tertentu, misalnya
metode ini menyajikan media mengenai
obyek secara nyata atau apa adanya,
peserta didik merasa senang dan merasa
lebih tertantang, dan metode ini mudah
pelaksanaannya. Karena itu semenjak
awal para siswa perlu diperkenalkan
“teknik mengamati” yang tepat yang
keterampilan, dan pengetahuan.
41
menjadikan bekal agar jika terlibat
mengumpulkan data agar berjalan
dalam proses pengamatan suatu obyek.
mudah dan lancar
sangat
• Menentukan cara dan melakukan
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
pencatatan atas hasil observasi,
tahu terhadap kenyataan bagi peserta
seperti menggunakan buku catatan,
didik.
kamera,
Metode
mengamati
Proses
pembelajaran
yang
tape
recorder,
video
mengedapankan “metode pengamatan”
perekam, hp, dan alat-alat tulis
dapat
lainnya.
maka
proses
pembelajaran
Kegiatan observasi
memiliki kebermaknaan yang tinggi
dalam proses
(Ary dkk,2002;58). Dengan metode
pembelajaran
observasi peserta didik menemukan
keterlibatan
fakta bahwa ada hubungan antara obyek
langsung. Dalam kaitan ini, guru harus
yang
materi
memahami bentuk keterlibatan peserta
oleh
didik dalam observasi tersebut secara
dianalisis
pembelajaran
yang
dengan
digunakan
Kegiatan
mengamati
dalam
•
Observasi
pembelajaran dapat dilakukan dengan
didik
secara
langkah-langkah
seperti
biasa
(common
observation).
•
Observasi terkendali (controlled
berikut ini.
observation).
• Menentukan objek apa yang akan
•
Observasi partisipatif (participant
diobservasi
• Membuat
peserta
rinci/detail.
guru.
menempuh
meniscayakan
observation).
pedoman
observasi
Selama proses pembelajaran, peserta
sesuai dengan lingkup objek yang
didik
akan diobservasi
pelibatan diri dapat terlibat dalam dua
• Menentukan secara jelas data-data
dapat
melakukan
observasi
pendekatan.
apa yang perlu diobservasi, baik
•
Observasi berstruktur.
primer maupun sekunder
•
Observasi tidak berstruktur.
• Menentukan di mana tempat/lokasi
objek yang akan diobservasi
• Menentukan secara jelas bagaimana
observasi akan dilakukan untuk
Praktik
observasi
dalam
pembelajaran hanya akan efektif jika
peserta didik dam guru melengkapi
diri
dengan
dengan
alat-alat
42
•
pencatatan dan alat-alat lain, seperti:
Guru dan peserta didik perlu
(1) tape recorder, untuk merekam
memahami
pembicaraan;
untuk
dicatat, direkam, dan sejenisnya,
merekam objek atau kegiatan secara
serta bagaimana membuat catatan
visual; (2) film atau video, untuk
atas perolehan observasi.
(1)
kamera,
merekam kegiatan objek atau secara
•
Secara lebih luas, alat atau instrumen
Guru
yang
peserta
meningkatkan
dan
ranah
observasi, dapat berupa daftar cek
pengetahuannya.
(checklist),
bertanya,
rentang
(rating
hendak
efektif
menginspirasi
yang digunakan dalam melakukan
skala
yang
Menanya
audio-visual; dan (3) alat-alat lain
sesuai dengan keperluan.
apa
sikap,
mampu
didik
untuk
mengembangkan
keterampilan,
Pada
pada
saat
dan
saat
itu
guru
pula
dia
scale), catatan anekdotal (anecdotal
membimbing atau memandu peserta
record), catatan berkala, dan alat
didiknya belajar dengan baik.
mekanikal
Berbeda
(mechanical
device).
dengan
penugasan
Catatan anekdotal berupa catatan yang
menginginkan
dibuat oleh peserta didik dan guru
pertanyaan
mengenai
luar
memperoleh tanggapan verbal. Istilah
biasa yang ditampilkan oleh subjek
“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
atau objek yang diobservasi.
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat
kelakuan-kelakuan
Prinsip-prinsip
yang
harus
dalam
tindakan
yang
dimaksudkan
bentuk
keduanya
didik selama observasi pembelajaran
verbal. Fungsi bertanya
disajikan berikut ini.
•
•
Banyak
atau
sedikit
serta
menginginkan
asalkan
tanggapan
Membangkitkan rasa ingin tahu,
minat, dan perhatian.
Cermat, objektif, dan jujur serta
terfokus
untuk
pernyataan,
diperhatikan oleh guru dan peserta
•
nyata,
•
Mendorong dan menginspirasi .
•
Mendiagnosis
kesulitan
belajar
sekaligus mencari solusinya.
homogenitas atau hiterogenitas
subyek, obyek, atau situasi yang
•
Menstrukturkan tugas-tugas.
diobservasi.
•
Membangkitkan
peserta
didik
keterampilan
dalam
berbicara,
43
mengajukan
memberi
•
pertanyaan,
jawaban
secara
logis,
memberikan jawaban yang baik dan
Mendorong partisipasipeserta didik
benar pula. Guru harus memahami
dalam
berargumen,
kualitas
kemampuan
menggambarkan
berdiskusi,
pertanyaan,
untuk
sehingga
tingkatan
kognitif
Membangun
dari yang lebih rendah hingga yang
sikap
keterbukaan
pendapat
serta
toleransi
sosial
dalam
hidup
muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara
dan
lebih tinggi.
mengembangkan
merespon persoalan yang tiba-tiba
membangkitkan
kemampuan
berempati satu sama lain.
Kriteria pertanyaan yang baik
•
Singkat dan jelas.
•
Menginspirasi jawaban.
•
Memiliki fokus.
•
Bersifat probing atau divergen.
•
Bersifat validatif atau penguatan.
•
Memberi kesempatan untuk berfikir
Merangsang
METODE PENELITIAN
• Desain Penelitian
Jenis peneliiannya adalah kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang mengedepankan proses pengukuran
pada semua variabel penelitian. Asumsi
dasar
jenis
keterukuran
penelitian
pada
ini
semua
adalah
variabel
penelitian (Ary dkk,2002;126-155).
Desain penelitiannya adalah survai.
• Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah perilaku
ulang
peningkatan
kemampuan koqnitif.
•
didik
seperti apa yang akan disentuh, mulai
Membiasakan peserta didik berpikir
•
peserta
berpikir, dan menarik simpulan.
spontan dan cepat, serta sigap dalam
•
Pertanyaan guru yang baik dan benar
yang baik dan benar.
berkelompok.
•
Tingkatan Pertanyaan
menginspirasi
untuk saling memberi dan menerima
•
•
sistematis, dan menggunakan bahasa
mengembangkan
•
dan
Merangsang proses interaksi.
pemahaman guru pendidikan dasar dan
PAUD
atas
pendekatan
ilmiah
sesuai
dengan
pendekatan
rancangan
implementasi K-13.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
guru pendidikan dasar dan menengah di
propinsi Jawa Tengah pada tahun 2014.
Sampel adalah anggota populisi dengan
44
jumlah
tertentu
yang
dipilih
untuk
mewakili populasi secara keseluruhan.
Teknik Sampling merupakan cara
teknis
yang dipakai untuk memilih
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
•
Jawa Tengah
Data yang dikumpulkan berkaitan
dengan
kemampuan
guru
anggota populasi untuk dijadikan anggota
pendekatan
sampel. Penelitian ini memakai teknik
dipaparkan dalam Permendikbud No
sampling bertingkat, (a) tingkat pertama,
81A tahun 2014, yaitu “mengamati,
memilih kabupaten / kota, (b) tingkat
menanya,
kedua, memilih para guru pendidikan
mengasosiasi, mengomunikasikan, serta
dasar di kabupaten/kota terpilih untuk
pengembangannya yaitu mencipta”.
dijadikan anggota sampel. Pada tahap
ilmiah
terhadap
sebagaimana
mengumpulkan
Mengamati
meliputi
informasi
kompetensi
kedua ini, peneliti mengirimkan 348 guru
membaca, medengarkan, menyimak, dan
pada berbagai jenjang sekolah negeri dan
melihat tanpa alat. Menanya meliputi
swasta.
kompetensi
mengenai
• Teknik pengumpulan data
Dengan
mengajukan
keterbatasan-keterbatasan
apa
mengajukan
yang
pertanyaan
dilihat,
pertanyaan
dan
untuk
yang dimiliki peneliti, maka diambil
mengembangkan materi. Mengumpulkan
653
informasi meliputi kemampuan untuk
guru SD yang tersebar di 5
kabupaten/kota di Jawa Tengah, dengan
melakukan
cara didatangkan ke pendopo kabupaten
sumber
masing-masing,
satu
beraktivitas, dan melakukan wawancara
kegiatannya adalah mengisi angket
kepada para nara sumber. Mengasosiasi
penelitian.
meliputi kemampuan untuk mengolah
dimana
salah
• Teknik Analisis Data
Angket yang terkumpul dilakukan
eksperimen,
lain,
membaca
mengamati
informasi
yang
(analisis)
dan
telah
kejadian,
dikumpulkan
mengolah
informasi
pengecekan kelengkapan pengisiannya,
tambahan.
dibuat tabel kasar, kemudian dibuat tabel
termasuk
2 dimensi untuk mengetahui hubungan
menyampaikan hasil penelitian secara
masing-masing variabel.
lesan,
tertulis,
Mengkomunikasikan
kemampuan
dan
melalui
untuk
media.
Mencipta meliputi kemampuan unuk
memberikan contoh, melakukan pilihan,
45
memberikan
dorongan/motivasi,
dan
yang
mengajukan gagasan.
Tabel
memiliki pengetahuan tentang
mengasosiasi,
berikut
menyajikan
memiliki
90,20%
guru
pengetahuan
yang
tentang
menjelaskan pengetahuan guru (tahu dan
mengkomunikasikan. Sehingga secara
tidak tahu) berkaitan dengan seluruh
keseluruhan pengetahuan guru tentang
kemampuan di atas.
pendekatan ilmiah belum sempurna.
Tabel A.4.1. Pengetahuan Guru di Jawa
Tengah tentang Pendekatan Ilmiah
Persenta
se (%)
TAH
TAH
U
U
Membaca
295
69
81,04
Mendengar
275
89
75,54
Menyimak
326
38
89,56
lihat alat
237
127
65,10
348
16
305
59
tanya
pengayaan
Keseluruh
perlu
berkaitan
dilacan
dengan
95,60
83,79
Hanya 77,8% guru yang memiliki
tentang
guru
yang
yang
pengetahuan
guru
Tabel B.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
NO
KABUPATEN
Demak
TAHU
(%)
tdk
Tahu
tahu
Membaca
24
7
77,42
Mendengar
20
11
64,51
Menyimak
23
8
74,19
lihat alat
19
12
61,29
Keseluruhan
tanya lihat
pengetahuan
informasi
terhadap pendekatan ilmiah.
76,53
an
89,69%
itu
77,81
an
tanya lihat
Kabupaten Demak terpilih sebagai
utara jawa untuk daerah agraris, karena
TDK
Keseluruh
Kabupaten Demak
sampel penelitian untuk daerah pantai
Frekuensi
Keterangan
•
Pengayaan
69,35
31
0
100
27
4
87,09
mengamati,
Keseluruhan
93,54
memiliki
Keseluruhan
93,54
pengetahuan tentang menanya, 87,41%
guru yang memiliki pengetahuan tentang
Dari tabel di atas kita bisa melihat
mengumpulkan informasi, 88,73% guru
bahwa sebanyak 69,35% guru yang
46
mengetahui
mengamati,
tentang
mengenai
93,54%
menanya,
mengetahui
kemampuan
guru
88%
tentang
gah
mengenai
guru
Pertam
yang
a
kemampuan
4 Sekolah 0
mengumpulkan informasi, 79,02% guru
Menen
yang mengetahui tentang kemampuan
gah
mengasosiasi, 93,54% guru mengetahui
Atas
tentang
Jumlah
kemampuan
mengkomunikasikan
keseluruhan ada
hasil.
0
0,0
0,0
77,7
Secara
84,69% guru yang
Ternyata guru TK yang mengetahui
telah mengetahui mengenai pendekatan
pendekatan
ilmiah.
sementara guru SD sebesar 79,46%, dan
Hal ini mendorong kami untuk
melakukan
pemahaman
lebih
ilmiah
sebesar
87,05%,
guru SMP sebesar 81,25%. Informasi ini
lanjut
memberikan gambaran bahwa makin
apakah variabel jenjang pendidikan dan
rendah
variabel jenis kelamin dapat menjelaskan
pengetahuan tentang pendekatan ilmiah
tingkat
makin baik, makin tinggi pendidikan
pengetahuan
guru
terhadap
pendekatan ilmiah.
pendidikan
guru
memiliki
guru dan penugasan guru cenderung
memiliki
Tabel B.4.2. Pendidikan Guru dan
pengetahuan
pendekatan
ilmiah yang makin jelek.
Pendekatan Ilmiah
Kami yakin yakin hasil penelitian ini
N Jenjang
o Penuga
san
1 Taman
Ta
hu
12
Tid
ak
tah
u
2
Persentase
Tah tdk
u
tahu
menyakitkan banyak pihak, karena itu
mungkin perlu dilakukan pendalaman
lebih lanjut.
87,0
13,0
Laki-laki
yang
memahmi
teknik
kanak-
mengamati dan bertanya sebesar 50%
kanak
sementara perempuan 79%.
2 Sekolah 13
3
79,5
20,5
Menen
Kabupaten Semarang
Kabupaten Semarang terpilih sebagai
Dasar
3 Sekolah 2
•
1
66,7
33,3
sampel penelitian untuk wilayah pantai
utara Jawa dan daerah perkotaan, karena
47
itu
perlu
berkaitan
dilacan
dengan
informasi
yang
Kesel
pengetahuan
guru
uruh
terhadap pendekatan ilmiah.
Tabel B.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Sebanyak 75,86% guru di sampel di
Pendekatan Ilmiah
Kabupaten Semarang yang mengetahui
KABUPA
TEN
NO
JUMLAH (%)
Tah
tdk
u
tah
Tahu
tahu
87,93%
guru
yang
memiliki
mengenai
kemampuan
pengetahuan
mengenai
kemampuan
mengumpulkan informasi, 86,20% guru
kemampuan mengasosiasi, dan 92,59%
22
7
75,86
24,14
15
14
51,72
48,27
26
3
89,65
10,34
25
4
86,21
13,79
guru
yang
memiliki
pengetahuan
mengenai kemampuan mengkomunikasi-
Meny
kan. Secara keseluruhan 84,79% guru
yang memiliki kemampuan mengenai
pendekatan ilmiah.
lihat
alat
mengamati,
yang memiliki pengetahuan mengenai
Mend
imak
kemampuan
menanya, 81,37% guru yang memiliki
tdk
Mem
engar
mengenai
pengetahuan
Semarang
u
baca
92,59
an
Informasi itu perlu kita dalami apa
Kesel
ada
hubungannya
dengan
tingkat
pendidikan/penugasan dan jenis kelamin.
uruh
75,86
Tabel C.4.2. Jenjang Penugasan dan
an
Pendekatan Ilmiah
tanya
lihat
29
0
100
0
No Jenjang
Ta
Penugasan hu
tanya
penga
yaan
22
7
75,86
uruh
an
87,93
Persentase
ak
Tah
tdk
tah
u
tahu
0,0
0,0
u
24,13
1
Kesel
Tid
Taman
0
0
kanakkanak
48
2
Sekolah
9
1
90,0
10,0
ilmiah.
Dasar
3
pengetahuan guru terhadap pendekatan
Sekolah
4
0
80,0
20,0
Tabel D.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
Menengah
Pertama
4
KABUPAT
Sekolah
9
1
75,0
15,0
Menengah
tabel
di
penugasan maka makin tinggi tingkat
pendidikan
makin
maka
tinggi
makin
tingkat
baik pula
pengetahuan guru terhadap pendekatan
ilmiah. Pada kenyataannya, kita lihat
tabel
di
atas
sebaliknya
menunjukkan
Tah
tdk
tah
tah
u
tahu
u
u
atas,
diasumsikan bahwa makin tinggi jenjang
pendidikan,
tdk
81,6
Sebagaimana
posisi
makin tinggi pendidikan
H (%)
negara
NO
Atas
Jumlah
JUMLA
EN Banjar
Membaca
22
3
88
12
r
20
5
80
20
Menyimak
24
1
96
4
lihat alat
22
3
88
12
Mendenga
Keseluruh
88
an
10
makin kurang pengetahuan guru tentang
pendekatan ilmiah. Hal ini haruslah
menjadi perhatian yang serius bagi
yang
memahami
teknik
pengamatan dan bertanya sebesar 77%
•
25
0
0
0
20
5
80
20
tanya
pengayaan
pemerintah kabupaten.
Laki-laki
tanya lihat
Keseluruh
90
an
dan perempuan sebesar 83%.
Keseluruh
Kabupaten Banjar negara
an
77
23
Banjarnegara
terpilih
Tabel di atas menjelaskan bahwa
penelitian
wilayah
88% guru di Banjarnegara mengetahui
tengah di Propinsi Jawa Tengah untuk
mengenai kemampuan mengamati, 90%
daerah agraris, karena itu perlu dilacak
guru mengetahui mengenai kemampuan
informasi
menanya,
Kabupaten
sebagai
sampel
yang
berkaitan
dengan
88%
guru
mengetahui
49
kemampuan
informasi,
untuk
96%
mengumpulkan
guru
Meneng
mengetahui
ah Atas
kemampuan untuk mengasosiasi, 94%
Jumlah
83,6
guru mengetahui tentang kemampuan
Tabel di atas polanya sama dengan
mengkomunikasikan, dan 77% guru
dengan pola yang lain, dimana makin
memiliki
tinggi tingkat penugasan pendidikan,
pengetahuan
tentang
kemampuan mencipta.
logikanya
Secara keseluruhan 88% guru yang
mengetahui
mengenai
makin
tinggi
tingkat
pendidikan guru, tetapi pengetahuannya
pendekatan
tentang pendekatan ilmiah juga makin
ilmiah.
lemah.
Apakah jenjang pendidikan dan jenis
Proporsi
guru
laki-laki
yang
mengamati
dan
kelamin dapat memberikan penjelasan
memahami
mengenai pengetahuan guru terhadap
bertanya sebesar 80% dan perempuan
pendekatan illmiah, kita lihat penjelasan
90%.
tabel berikut.
•
Tabel D.4.2. Jenjang Penugasan dan
teknik
Kabupaten Kebumen
Kabupaten kebumen terpilih sebagai
Pendekatan Ilmiah
perwakilan dari daerah selatan Jawa
N
Jenjang
Ta Tid
Persentase
Tengah
o
Penugas
hu
ak
Tah
tdk
untuk wilayah agraris, karena itu perlu
tah
u
tahu
dilacan informasi yang berkaitan dengan
an
u
1
2
Taman
4
1
pengetahuan guru terhadap pendekatan
80,0
20,0
ilmiah.
kanak-
Tabel E.4.1 Pengetahuan Guru tentang
kanak
Pendekatan Ilmiah
Sekolah
8
1
88,9
11,1
0
0
0,0
0,0
KABUPA
Dasar
3
Sekolah
Meneng
TEN
No
ah
Pertama
4
sebagai sampel penelitian
Sekolah
9
2
81,8
18,,2
Memb
Persentase (%)
Kebumen
tah
tdk
u
tahu
37
9
tdk
Tahu
tahu
80,43
19,56
50
aca
Apakah
ngar
31
15
67,39
32,61
jenjang
guru terhadap pendekatan ilmiah. Kita
pelajari bersama pada tabel berikut ini.
Menyi
mak
38
8
82,61
17,39
Tabel E.4.2. Jenjang Penugasan dan
Pendekatan Ilmiah
lihat
alat
30
16
65,22
34,78
No Jenjang
Tahu Tidak Persentase
Penugasan
Keselu
ruhan
tahu
Tahu tdk
tahu
73,91
1
tanya
lihat
44
2
95,65
Taman
17
4
80,9
19,1
12
3
83,3
16,7
1
1
50,0
50,0
5
3
62,5
37,5
kanak-
4,348
kanak
tanya
2
pengay
aan
37
9
80,43
Sekolah
Dasar
19,56
3
Keselu
ruhan
Sekolah
Menengah
88,04
Pertama
Keselu
ruhan
4
68,48
Sekolah
Menengah
Sebanyak 73,91% guru mengetahui
tentang kemampuan mengamati, 88,04%
Atas
guru mengetahui tentang kemampuan
Jumlah
tentang
hubungan
penugasan guru dengan pengetahuan
Mende
menanya,
ada
85,21%
guru
kemampuan
mengetahui
mengumpulkan
76,1
Hal ini menjelaskan bahwa makin
tinggi
jenjang
penugasan
informasi, 92,39% guru mengetahui
berdampak
tentang
kemampuan
pengetahuan guru tentang pendekatan
92,76%
guru
mengasosiasi,
mengetahui
tentang
ilmiah,
hal
pada
makin
guru
tersebut
baiknya
ternyata
tidak
kemampuan mengkomunikasikan hasil.
terbukti, meskipun
Dan
sebanyak
variasi informasi. Bisa jadi kebingungan
tentang
pemaknaan itu dikarenakan hanya 2 guru
secara
68,48%
guru
keseluruhan
mengetahui
yang
sedikit ditemukan
pendekatan ilmiah. Jumlah ini tentu saja
SMP
mengembalikan
angket,
sangatlah jauh dari harapan.
sementara diantara keduanya mereka
51
berada pada 2 sisi yang berbeda.
Kabupaten
Persentase
Pati
(%)
Pengaruhnya cukup kuat terhadap hasil
analisis, sehingga dua informasi ini
No
tdk
sebaiknya didrop atau digabungkan ke
posisi yang lebih tinggi.
Tahu
tahu
membaca
66
8
89,18 10,82
mendengar
49
25
66,21 33,79
menyimak
70
4
tentang pendekatan ilmiah, kita cermati
lihat alat
56
18
bersama pada tabel berikut ini.
Keseluruhan
Bagaimana hubungan antara jenis
kelamin
guru
Laki-laki
dengan
yang
pengetahuan
memahami
teknik
pengamatan dan teknik bertanya, lakilaki 71% dan perempuan 82%.
•
Tahu tahu
tdk
Pati
terpilih
sebagai
perwakilan dari daerah pantai utara Jawa
Tengah
sebagai sampel penelitian
untuk wilayah petani nelayan, karena itu
perlu dilacak informasi yang berkaitan
dengan
pengetahuan
pendekatan
ilmiah.
guru
terhadap
Logika
yang
dikembangkan adalah pengetahuan guru
dari
pendidikan
denga
formal,
kehidupan
melahirkan
berkorelasi
sehari-hari,
pemahaman
yang
akan
baru,
khususnya tingkat ketanggapan guru
terhadap
perkembangan
dunia
pendidikan kekinian.
Tabel F.4.1 Pengetahuan Guru terhadap
Pendekatan Ilmiah
5,41
75,67 24,33
81,41
66
8
89,18 10,82
70
4
94,59
tanya
pengayaan
Kabupaten Pati
Kabupaten
tanya lihat
94,59
Keseluruhan
91,88
Keseluruhan
94,14
5,41
Sebanyak 81,14% guru memilihi
pengetahuan tentang teknik mengamati,
sebanyak
91,88%
guru
mengaku
mengetahui tentang teknik menanya,
sebanyak
91,59%
mengetahui
guru
mengaku
tentang
mengumpulkan
93,47%
gur
tentang
teknik
informasi,
mengaku
teknik
sebanyak
mengetahui
mengasosiasi,
dan
sebanyak 94,14% mengaku mengetahui
tentang teknik mengkomunikasikan hasil
penelitian kepada pihak lain.
Secara
91,61%
guru
keseluruhan
sebanyak
mengaku
mengetahui
tentang pendekatan ilmiah yang harus
dipakai sebagai metode pembelajaran
sesuai dengan pentunjuk pemerintah.
52
Kita telusuri apakah ada hubungan
ilmiah makin baik. Perempuan yang
antara jenjang penugasan guru dengan
memahami pendekatan pengamatan dan
pengetahuan pendekatan ilmiah bagi
bertanya laki-laki 85% dan perempuan
guru-guru pada tabel berikut.
92%.
Tabel F.4.2. Jenjang Penugasan dan
Pendekatan Ilmiah
•
Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten terpilih sebagai
N
Jenjang Ta
Tid
Persentase
perwakilan dari daerah tengah Jawa
o
Penuga
ak
Tah
tdk
Tengah
tah
u
tahu
untuk wilayah perkotaan (dibandingkan
hu
san
dengan
u
1
2
Taman
0
0
0
0
4
Kebumen).
Klaten
kota
merupakan daerah penghubungan antara
kanak-
Surakarta
kanak
perlintasan jalur selatan pulau Jawa, dan
Sekola
39
4
88,6
11,4
Sekola
dan
Yogyakarta,
20
2
90,9
9,1
daerah
telah berkembang sedemikian rupa untuk
menjadi daerah urban,
h Dasar
3
sebagai sampel penelitian
dan daerah
industri.
h
Perekonomian Kota Klaten begitu maju,
Menen
telah
gah
masyarakatnya tentang kehidupan, dan
Pertam
gaya hidup. Beberapa sekolah di Klaten
a
telah meluncur pada kualitas lebih baik
Sekola
16
2
88,9
h
mengubah
banyak
pandangan
11,1
dan berhasil meninggalkan sekolah maju
1
pada daerah sekitar. Karena itu perlu
Menen
dilacak informasi yang berkaitan dengan
gah
pengetahuan guru terhadap pendekatan
Atas
ilmiah.
Jumlah
89,4
Dari tabel di atas kita bisa melihat dari
Tabel G.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah.
sisi proporsi guru, dimana makin tinggi
tingkat pendidikan guru berdampak pada
pengetahuan dia tentang pendekatan
NO
KABUPATEN
JUMLAH
Klaten
(%)
Tahu
tdk
tahu
53
tdk
tahu
tahu
pendekatan ilmiah dalam pelaksanaan
Membaca
200
54
78,74 21,26 pembelajaran.
Mendengar
190
64
74,80 25,20 Apakah pengetahuan guru itu sejalan
Menyimak
226
28
88,98 11,02 dengan jenjang pendidikan yang mereka
lihat alat
160
94
62,99 37,01 tempuh,
76,35
Keseluruhan
tanya lihat
yang
tercermin
dalam
penugasan akademiknya, dapat kita lihat
6,30 bersama pada tabel berikut.
Tabel F.4.2. Jenjang Penugasan dan
238
16
93,70
220
34
Keseluruhan
86,61 13,39 Pendekatan Ilmiah
No Jenjang
Tahu Tidak Persentase
80,15
Keseluruhan
88,06
tanya
pengayaan
Dari tabel di atas,
mengaku
Penugasan
tahu
mengenai
1
yang
2
mengetahui
kemampuan
untuk
mengenai
3
Sekolah
Sekolah
4
Sekolah
mengasosiasi sebesar 88,25%, dan guru
Menengah
yang mengaku mengetahui mengenai
Atas
kemampuan untuk mengkomunikasikan
Jumlah
penelitian
Sehingga
sebesar
secara
disampaikan
146
23
86,4
13,6
10
2
83,3
16,7
21
3
87,5
1,25
84,2
88,06%.
Kita bisa melihat bersama bahwa makin
dapat
tinggi pendidikan seorang guru yang
kasar
bahwa
20,4
Pertama
informasi sebesar 86,84%, guru yang
hasil
79,6
Menengah
mengumpulkan
mengaku mengetahui kemampuan untuk
10
Dasar
menanya sebesar 80,15%, guru yang
mengaku
39
kanak
mengaku
mengetahui mengenai kemampuan untuk
Taman
kanak-
kemampuan untuk mengamati sebesar
guru
Tahu tdk
guru yang
mengetahui
76,35%,
tahu
83,93%
guru
tercermin
dari penugasannya,
maka
mengetahui mengenai pendekatan ilmiah
makin baik pengetahuannya mengenai
dalam pembelajaran, karena itu secara
pendekatan ilmiah. Meskipun demikian
kasar pula disampaikan bahwa para guru
secara
belum
pendekatan ilmiah bagi guru-guru di
cukup
baik
memahami
menyeluruh
pengetahuan
54
kota Klaten masih sangat jauh dari
sempurna,
KABUPAT
yaitu diunjukkan dengan
EN
angka 84,21%. Pola ini menjelaskan
Wonosobo
NO
bahwa pekerjaan kantor pendidikan dan
kebudayaan
setempat
masih
sangat
besar.
Tah
tdk
u
tahu
tdk
Tahu
tahu
Membaca
37
6
86,05
13,95
teknik
Mendengar
35
8
81,40
18,60
pengamatan dan bertanya sebesar 86%
Menyimak
40
3
93,02
6,98
dan perempuan 85%.
lihat alat
27
16
62,79
37,21
Kabupaten Wonosobo
Keseluruh
Laki-laki
•
JUMLAH (%)
yang
Kabupaten
memahami
wonosobo
terpilih
an
80,82
sebagai perwakilan dari daerah tengah
tanya lihat
Jawa Tengah sebagai sampel penelitian
tanya
untuk wilayah pertanian sayuran yang
pengayaan
terkenal di tanah Jawa. Wonosobo
penghasil sayuran yang dijajakan hingga
kota besar tanah jawa melalui pedagang
antar kota.
mengubah
banyak
pandangan
masyarakatnya tentang kehidupan, dan
gaya hidup masyarakatnya.
Karena itu
perlu dilacak informasi yang berkaitan
dengan
pengetahuan
guru
terhadap
pendekatan ilmiah.
Tabel G.4.1. Pengetahuan Guru tentang
Pendekatan Ilmiah
0
100
0
30
13
69,77
30,23
Keseluruh
an
84,89
Keseluruh
an
Perekonomian Wonosobo begitu maju,
telah
43
84,89
Dari tabel di atas dapat kita ketahui
bersama bahwa 80,82% guru mengaku
bahwa mereka mengetahui mengenai
kemampuan mengamati pada kurikulum
2013, 84,89% guru mengaku bahwa
mereka
mengetahui
mengenai
kemampuan menanya pada kurikulum
2013, 90,23% guru mengaku bahwa
mereka
mengetahui
mengenai
kemampuan mengumpulkan informasi
pada kurikulum 2013, 84,88% guru
mengaku bahwa mereka mengetahui
mengenai
kemampuan
mengasosiasi
55
pada kurikulum 2013, 93,80% guru
2
Sekolah
mengaku bahwa mereka mengetahui
kemampuan mengkomunikasikan hasil
3
Sekolah
Meneng
84,89%
ah
mengaku
mengetahui
mengenai kemampuan mencipta pada
kurikulum 2013.
4
Sekolah
kurikulum 2013 (K-13). Karena itu kami
berkesimpulan
bahwa
guru-guru
di
wilayah kabupaten Wonosobo belum
memiliki kemampuan yang cukup untuk
menerapkan pendekatan ilmiah dalam
Apakah ada perbedaan diantara para
guru pada berbagai jenjang pendidikan,
Tabel G.4.2. Jenjang Penugasan Guru
84
16
8
2
80
20
83
Dari tabel di atas dapat kita ketahui
bahwa makin tinggi pendidikan yang
ditunjukkan dengan jenajng penugasan
seorang
guru,
ternyata
pengetahuan
mengenai pendekatan ilmiahnya makin
rendah. Hasil kolektif pengetahuan guru
pendekatan
ilmiah
hanya
sekitar 83,44% yaitu angka yang sangat
sederhana. Karena itu tugas dinas terkait
dalam
kita lihat bersama tabel berikut ini.
4
Jumlah
mengenai
pembelajaran.
22
ah Atas
pendekatan ilmiah untuk kepentingan
pada
15
Meneng
guru mengaku mengetahui menganai
pembelajaran
85
Pertama
Secara keseluruhan, sebanyak 86,59%
pelaksanaan
1
Dasar
penelitian pada kurikulum 2013, dan
guru
6
peningkatan
kualitas
guru
sangatlah diperlukan.
Dilihat dari jeis kelamin, laki-laki yang
dan Pendekatan Ilmiah
memahami
teknik
mengamati
dan
N
Jenjang
Tah
Tida Persentas
bertanya sebesar 91% dibandingkan
o
Penugas
u
k
e
perempuan 83%.
tahu
Tah
tdk
Dari angka di atas dapat kita lihat bahwa
u
tah
guru laki-laki memiliki pengetahuan
u
yang lebih baik mengenai pendekatan
0
ilmiah dalam pembelajaran kurikulum
an
1
Taman
0
0
0
kanak-
2013 (K-13) dibandingkan dengan guru
kanak
perempuan. Pola ini sesuai dengan
56
pendapat
•
umum
yang
mengatakan
ilmiah
bahwa laki-laki mengedepankan logika
Daerah
kabupa
Semakin
Penget
dibandingkan dengan perempuan.
muslim
ten
tinggi
ahuan
Pembahasan
pantai
Demak
jenjang
guru
Sebelum menulis laporan lengkap, kami
(utara
, dan
penugas
laki-
sampaikan tabel kasar sebagai berikut:
dan
Kebum an
laki
selatan)
en
makin
lebih
Lokasi
Daerah
Hubung
Perbed
dengan
Terpili
an
aan
jelek
rendah
karakteri h
Jenjang
Jender
pemaha
dari
stiknya
sebaga
Penugas
dalam
man
pada
i
an
hal
tentang
perem
sampel
dengan
Penget
pendeka
puan
Pengeta
ahuan
tan
huan
tentan
ilmiah
mengen
g
Daerah
Kabup
Pada
Penget
ai
Pende
pertania
aten
tingkat
ahuan
Pendeka
katan
n,
Pati
SD
guru
tan
Ilmiah
pemang
dan
nilainya
laki-
ku adat
Banjar
rendah,
laki
negara
pada
lebih
Ilmiah
Daerah
Kabup
Semakin
Penget
Muslim
aten
tinggi
ahuan
tingkat
rendah
Pedalam
Wonos
jenjang
guru
SMP
dari
an
obo
penugas
laki-
meningk
pada
an
laki
at, dan
perem
makin
lebih
SMA/Se
puan
jelek
baik
derajad
pemaha
dari
turun
man
pada
lagi
tentang
guru
(meleng
pendeka
perem
kung)
tan
puan
57
Semakin
Penget
temuan
moltingp Semar
tinggi
ahuan
(2014), dan Yusun dan Rustiyarso
ot
jenjang
guru
(2013) sebagai berikut.
(campur
penugas
laki-
an
an
laki
ditemukan semakin tinggi jenjang
berbagai
makin
lebih
penugasan yang dimaknai semakin
suku
jelek
rendah
tinggi pendidikan guru, ternyata
bangsa)
pengeta
dari
semakin
huan
pada
mengenai pendekatan ilmiah. Guru
guru
perem
laki-laki
tentang
puan
mengenai pendekatan ilmiah lebih
Daerah
Kota
ang
•
Utami (2012),
Yunus
dkk
Pada daerah muslim pedalaman,
tidak
memiliki
mengetahui
pengetahuan
baik dari pada guru perempuan.
pendeka
•
tan
Daerah muslim di pesisir utara dan
selatan,
ilmiah
semakin tinggi
jenjang
Daerah
Kota
Semakin
Penget
penugasan yang mengindikasikan
transit
klaten
tinggi
ahuan
semakin tinggi pendidikan guru
jenjang
guru
semakin
tidak
penugas
laki-
mengenai
pendekatan
an
laki
Perbedaannya
makin
lebih
muslim pedalaman adalah, dimana
baik
baik
pengetahuan
pengeta
dari
ilmiah bagi guru laki-laki lebih
huan
pada
rendah
guru
perem
dengan guru perempuan.
tentang
puan
•
mengetahui
dengan
tentang
bilamana
ilmiah.
daerah
pendekatan
dibandingkan
Derah pertanian yang diwakili Pati
pendeka
dan
banjarnegara,
memiliki
tan
keunikan dimana pengetahuan guru
ilmiah
SD rendah, guru SMP makin tinggi,
sementara guru SMA merendah
Tabel tersebut merupakan pemetaan
lagi. Kami mengistilahkan dengan
hasil penelitian yang tidak jauh dari
pola
melengkung.
Sementara
58
•
pengetahuan mengenai pendekatan
penugasan yang dimaknai semakin
ilmiah bagi guru perempuan lebih
tinggi
baik dari pada guru laki-laki.
semakin tidak mengetahui mengenai
Daerah melting pot dimana terjadi
pendekatan
percampuran antar berbagai suku
memiliki
bangsa yang tinggal, sebagai sampel
pendekatan ilmiah lebih baik dari pada
adalah semarang kota. Makin tinggi
guru perempuan.
jenjang penempatan tugas yang
pendidikan cenderung makin rendah
penugasan
pengetahuan
semakin
guru
ilmiah.
perempuan
tentang
Guru
laki-laki
mengenai
semakin
tinggi
yang
jenjang
mengindikasikan
tinggi
pendidikan
guru
Pengetahuan
semakin tidak mengetahui mengenai
lebih
pendekatan
baik
ilmiah.
dengan
laki pada pendekatan ilmiah.
adalah, dimana pengetahuan tentang
penempatan
tugas
melambangkan
pendidikan
tinggi
makin
yang
tingginya
cenderung
dengan guru perempuan.
•
memiliki
keunikan
dimana pengetahuan guru SD rendah,
guru SMP makin tinggi, sementara guru
ilmiah. Demikian juga, pemahaman
SMA
guru laki-laki terhadap pendekatan
merendah
mengistilahkan
ilmiah lebih baik dari pada guru
lagi.
Kami
dengan
pola
melengkung. Sementara pengetahuan
perempuan.
mengenai pendekatan ilmiah bagi guru
perempuan lebih baik dari pada guru
KESIMPULAN
Kesimpuan atas hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
daerah
ditemukan
Derah pertanian yang diwakili Pati dan
banjarnegara,
makin
mengetahui mengenai pendekatan
Pada
pedalaman
lebih rendah bilamana dibandingkan
jenjang
guru
muslim
pendekatan ilmiah bagi guru laki-laki
Daerah transit, seperti kota Klaten,
makin
daerah
Perbedaannya
ketimbang pengetahuan guru laki-
ternyata
•
ilmiah.
ternyata
Daerah muslim di pesisir utara dan
selatan,
guru
guru,
pengetahuan
melambangkan tingginya jenjang
pendekatan
•
•
pendidikan
muslim
semakin
pedalaman,
tinggi
jenjang
laki-laki.
•
Daerah melting pot dimana terjadi
percampuran
antar
berbagai
suku
bangsa yang tinggal, sebagai sampel
59
adalah semarang kota. Makin tinggi
jenjang
penempatan
yang
penempatan
melambangkan
tugas
guru
makin
tingginya
pendidikan
pendidikan cenderung makin rendah
mengetahui
pengetahuan guru tentang pendekatan
ilmiah. Demikian juga, pemahaman
ilmiah. Pengetahuan guru perempuan
guru laki-laki terhadap pendekatan
lebih baik ketimbang pengetahuan guru
ilmiah lebih baik dari pada guru
laki-laki pada pendekatan ilmiah.
perempuan.
tingginya
cenderung
yang
jenjang
melambangkan
•
tugas
•
mengenai
makin
pendekatan
Daerah transit, seperti kota Klaten,
ternyata makin tinggi jenjang
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald, Kacobs, Lucy, dan Razavech,Aghar. 2002. Introduction to Research in Education.
Canada: Wadsworth
Asmira, Wanto Rifai, dan Izhar Salim. 2014. Analisis Ketrampilan Bertanya oleh Guru Mata
pelajaran Sosiologi pada Kelas X Mas Khulafaur Rosyidin.Tanjung Pura: Prodi
Sosiologi FKIP Universitas Tanjung Pura
Bloom, Benyamin S etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: the classificatin of
educational Goals. Canada: David McKay Company Inc.
Fi’liyah. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Problem Posing untuk
Meningkatkan Aktivitas Bertanya Siswa dan Hasil Belajar Siswa pada pokok
Bahasan SPLD V Kelas VIII MTs Darul Ulum Waru. Tulangan: SMAM 3
Hauser, Marc D. 2006. Moral Minds: The Nature of Right and Wrong. New York: HarperCollin
Publisher
Herington,Anthoni & Herington, Jan. 2005. Authentic Learning Environments in Hagher
Education. Hershey: Information Science Publishing
Koper, Rob & Tattersall, Colin. 2005. Learning Design: A Handbook on Modelling and
Delivering Networked Education and Training. The Netherlands: Springer Verlag
Rogers, Glyn & Badham, Linda. 2010. Evaluation in Schools: Getting started on training and
implementation. New York: Routledge
Utami, Gamilla Nuri. 2012. “Pendekatan ilmiah pada Materi Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit dalam Meningkatkan Ketrampilan Elaborasi”. Google.com. Dipulikasi 12
Oktobr 2012. Diunduh tanggal 1 Maret 2015.
60
Yunus, Marli Suhardi, dan Hery K. 2014. Peningkatan Ketrampilan Bertanya Siswa dengan
Menggunakan Media Audio pada Pembelajaran Bahasa Indonesia.Pontianak:
Prdik PGSD Universitas Tanjung Pura.
Yusun, M Alex, dan Rustiyarso. 2013. Interaksi Sosial Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Sosiologi di SMA. Tanjungpura: Prodi Sosiologi FKIP Untan.
=======================
61