Chapter II Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio dan Peringkat Sukukpada Perusahaan Penerbit Sukuk di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1

Teori Tentang Obligasi Syariah (Sukuk)

2.1.1 Pengertian Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam
untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman
dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan
(Jogiyanto, 2003:11).
Menurut Moechdie, et al.(2012:299) Obligasi adalah salah satu jenis
hutang. Secara umum obligasi adalah surat tanda hutang jangka panjang. Menurut
konvensi yang berlaku di Indonesia, surat hutang dengan tenor di atas 5 (lima)
tahun disebut obligasi, meskipun beberapa surat hutang bertenor 3 (tiga) tahun
yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi.
Kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan paling
panjang adalah 30 (tiga puluh) tahun.
Menurut Tandelilin (2010) dalam Pandutama (2012), dari sudut pandang
perusahaan, obligasi perusahaan menyatakan hutang perusahaan kepada
23


pemegangnya, sedangkan dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan
merupakan suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa. Saham biasa
menyatakan klaim kepemilikan pada suatu perusahaan, sedangkan obligasi
menyatakan klaim kreditur pada suatu perusahaan. Kupon obligasi yang diterima
pemodal secara periodik dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo, dapat
dikatakan bahwa obligasi merupakan suatu pendapatan tetap. Investasi pada
obligasi relatif lebih aman dibanding dengan investasi saham, karena pemegang
obligasi memiliki hak pertama atas asset perusahaan jika perusahaan tersebut
mengalami likuidasi.Hal tersebut terjadi karena perusahaan telah memiliki kontrak
perjanjian untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi.
Dalam islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan shukuk. Shukuk
merupakan bentuk jamak shukkum yang artinya surat pengakuan utang, cek bak.
Kata shukuk sendiri artinya dokumen atau piagam akte. Dalam istilah perbankan
syariah maknanya surat berharga yang diterbitkan sesuai prinsip syariah. Istilah
Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dalam bahasa arab yang
berasal dari kata ”sakk” yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan
(www.wikipedia.or.id).
Sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang mewakili bagian tak
terpisahkan dalam kepemilikan suatu aset berwujud, manfaat atau jasa, atau

kepemilikan dari aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu, yang terjadi
setelah adanya penerimaan dana sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang
diterima dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penerbitan sukuk.

24

Obligasi syariah merupakan obligasi yang ditawarkan dengan ketentuan
yang mewajibkan emiten untuk membayar kepada pemegang obligasi syariah
sejumlah pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana obligasi syariah pada
tanggal pembayaran kembali dana obligasi syariah. Pendapatan bagi hasil
dibayarkan setiap periode tertentu (3 bulan, 6 bulan atau setiap tahun). Besarnya
pendapatan bagi hasil dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang
obligasi syariah dengan pendapatan yang dibagi hasilkan, yang besarnya
tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten triwulan yang terakhir
diterbitkan

sebelum

tanggal


pembayaran

pendapatan

bagi

hasil

yang

bersangkutan. Pembayaran pendapatan bagi hasil kepada masing-masing
pemegang sukuk akan dilakukan secara proporsional sesuai dengan porsi
kepemilikan sukuk yang belum dibayar kembali.
2.1.2 Karakteristik Obligasi Syariah (Sukuk)
Ada beberapa kriteria persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten, yaitu:
1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi
Fatwa No.20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis
kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah islam diantaranya adalah:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang, usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan

asuransi konvensional.
b. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan
minuman haram.

25

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
2. Peringkat Investment Grade:
a. Memiliki fundamental usaha yang kuat
b. Memiliki fundamental keuangan yang kuat
c. Memiliki citra yang baik di publik
3. Keuntungan tambahan jika termasuk korporasi atau institusi syariah yang terdaftar
dalam komponen Jakarta Islamic Index.

Tabel 2.1
Perbandingan Obligasi Syariah (Sukuk) dengan Obligasi Konvensional
Deskripsi
Obligasi Syariah
Obligasi

Konvensional
Penerbit
Pemerintah, korporasi
Pemerintah, korporasi
Sifat
Sertifikat kepemilikan/penyertaan Instrumen Pengakuan
Instrumen
atas suatu asset
Hutang
Penghasilan
Imbalan, bagi hasil, margin
Bunga kupon, capital
gain
Jangka Waktu
Pendek-menengah
Menengah-panjang
Underlying
Perlu
Tidak Perlu
Asset

Price
Market Price
Market Price
Investor
Islami, konvensional
Konvensional
Penggunaan
Harus sesuai syariah
Bebas
Dana Hasil
Penerbitan
Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah

2.1.3 Jenis Obligasi Syariah (Sukuk)
Academy for International Modern Studies (AIMS) mengklasifikasikan
jenis sukuk sebagai berikut:
1. Sukuk mudharabah
2. Sukuk musyarakah
26


3. Sukuk ijarah
4. Sukuk murabahah
5. Sukuk salam
6. Sukuk istishna
7. Sukuk hybrid
Di samping itu, AIMS juga membagi sukuk menjadi empat kelompok
berdasarkan aset atau proyek yang menjadi dasar transaksinya, sebagai berikut:
1. Sukuk yang mewakili kepemilikan pada aset berwujud (sebagian besar berupa
transaksisale and lease back atau direct lease).
2. Sukuk yang mewakili kemanfaatan atau jasa (mendasarkan pada transaksi sub
lease atau penjualan jasa/sale of service).
3. Sukuk yang mewakili bagian ekuitas dalam usaha atau portofolio investasi
tertentu (berdasarkan akad musyarakah atau mudharabah)
4. Sukuk yang mewakili piutang atau barang yang diterima di masa depan
(berdasarkan murabahah, salam, atau istishna). Atas dasar proyek atau aset
yang mendasarinya tersebut di atas, sukuk dapat juga dikelompokkan menjadi
dua yaitu sukuk yang dapat diperdagangkan dan sukuk yang tidak dapat
diperdagangkan. Sukuk yang dapat diperdagangkan (tradable sukuk) adalah
sukuk yang mewakili aset berwujud atau porsi kepemilikan dari usaha atau
portofolio investasi tertentu. Contohnya:sukuk ijarah, sukuk mudharabah, atau

sukuk musyarakah. Sementara sukuk yang mewakili piutang dalam bentuk
uang maupun barang tidak dapat diperdagangkan (non-tradable sukuk).
Contohnya : sukuk salam, sukuk istishna, atau sukuk murabahah.

27

Di Indonesia, fatwa DSN MUI baru mengatur beberapa jenis Obligasi
Syariah

yaitu

Obligasi

Syariah

Mudharabah

(fatwa

Nomor


33/DSN-

MUI/IX/2002), Obligasi Syariah Ijarah (fatwa Nomor 41/DSN-MUI/III/2004)
dan

Obligasi

MUI/V/2007).

Syariah

Mudharabah

Jenis-jenis

sukuk

Konversi


yang

(fatwa

dimungkinkan

Nomor
untuk

59/DSNditerbitkan

berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.14 tentang Akad-Akad
yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal adalah sukuk
Mudharabah dan sukuk Ijarah.

2.2 Peringkat Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk)
Peringkat sukuk merupakan peringkat yang menyatakan mutu sukuk yang
mencerminkan kemungkinan gagal bayar Bringham dan Houston (2006:373) yang
disebut dengan risiko kredit. Peringkat obligasi berdasarkan definisi Peringkat
PEFINDO adalah sebagai berikut:


idAAA(sy)

idAA(sy)

idA(sy)

idBBB(sy)

Tabel 2.2
Peringkat SukukBerdasarkan PEFINDO
Efek Utang dengan peringkat idAAA(sy) merupakan Efek Utang yang
didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding
entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
Efek Utang dengan peringkat idAA(sy) memiliki kualitas kredit sedikit
di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor
yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, relatif dibandingkan
ekuitas Indonesia lainnya.
Efek Utang dengan Peringkat idA(sy) memiliki dukungan kemampuan
Obligor yang kuat dibandingkan entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan keadaan
yang merugikan
Efek Utang dengan peringkat idBBB(sy) didukung oleh kemampuan
obligor yang memadai relatif dibandingkan entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai
28

idBB(sy)

idB(sy)

idCCC(sy)

idD(sy)

dengan yang diperjanjikan, namun kemampuan tersebut dapat
diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan.
Efek Utang dengan peringkat idBB(sy) menunjukkan dukungan
kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan entitas
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap
keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan
merugikan.

Sambungan Tabel 2.2
Peingkat Sukuk Berdasarkan PEFINDO
Efek utang dengan peringkat idB(sy) menunjukkan parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya,
namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk memenuhi
kewajiban finansialnya.
Hutang dengan peringkat ini rentan terhadap non-payment, dan
tergantung pada bisnis yang menguntungkan dan kondisi keuangan
bagi obligor untuk memenuhi hutang jangka panjangnya.
Keamanan hutang pada peringkat ini dalam gagal bayar, atau gagal
memenuhi kewajiban, terjadi secara otomatis pada kewajiban nonpayment yang pertama kali. Pengecualian dibenarkan bila
pembayaran bunga lewat dari tanggal jatuh tempo yang dilakukan
dalam masa tenggang.

Sumber: www.pefindo.com

Dari peringkat AA(sy) ke B(sy) dapat dimodifikasi dengan penambahan
tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori
dalam peringkat, atau disebut sebagai rating outlook. Peringkat sukuk dengan
tanda positif (+) menandakan peringkat tersebut dapat ditingkatkan, sedangkan
peringkat sukuk dengan tanda negatif (-) menandakan peringkat tersebut dapat
diturunkan. Tetapi peringkat dengan tanda negatif (-) nilainya lebih rendah dari
peringkat tanpa tanda dan peringkat dengan tanda positif (+). Sebaliknya,

29

peringkat dengan tanda positif (+) nilainnya lebih tinggi dari peringkattanpa tanda
dan peringkat dengan tanda negatif (-).
2.3 Risiko Investasi Obligasi Syariah (Sukuk)
Sukuk berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset
(finansial aset), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap
sehingga dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko,
maka investasi dalam sukuk adalah instrumen yang paling tepat. Berikut ini
beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Fabozzi,
2000) yaitu:
1. Risiko Suku Bunga atau Risiko Tingkat Bunga
Pada umunya harga sukuk bergerak berlawanan arah terhadap perubahan
suku bunga.Apabila suku bunga naik, harga sukukakan turun, dan sebaliknya.
Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan sukuk sampai jatuh tempo,
perubahan harga sukuk sebelum maturitas tidak menarik perhatiannya akan tetapi
bagi investor yang ingin menjual obligasi sebelum jatuh tempo, suatu kenaikan
suku bunga setelah membeli sukuk berarti adalah capital loss yang direalisasikan.
Risiko tersebut disebut interest rate risk atau disebut juga price risk. Kenaikan
tingkat bunga pasar menyebabkan menurunnya harga sukuk karena sebesar
apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang sukuk tetap hanya
akan menerima tingkat bagi hasil yang sudah ditetapkan.
2. Reinvestment Risk (Risiko Reinvestasi)

30

Menurut Moeljadi (2006:109) Risiko tingkat reinvestasi merupakan “risiko
penurunan suku bunga yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari
portofolio obligasi”. Kenaikan suku bunga akan merugikan pemegang sukuk,
karena menurunkan nilai sukuk. Demikian juga jika ada penurunan suku bunga,
maka para pemegang sukukakan mengalami penurunan pendapatan.
Risiko suku bunga berhubungan dengan nilai sukuk, sedangkan risiko
reinvestasi berhubungan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh bagi hasil.
Pemegang sukuk jangka panjang akan menghadapi risiko suku bunga, namun
tidak menghadapi risiko tingkat investasi. Pemegang sukuk jangka pendek, tidak
akan menghadapi risiko suku bunga sehingga nilai bagi hasil tetap stabil, namun
akan menghadapi risiko investasi dan pendapatan akan berfluktuasi dengan
perubahan suku bunga.
3. Default Risk (Risiko Bangkrut atau Risiko Kredit)
Risiko kredit yaitu risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi
pembayaran bagi hasil dan pokok pinjaman, sesuai dengan kontrak. Sukuk
perusahaan mempunyai default risk yang lebih besar daripada sukuk pemerintah.
Tidak bagi masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko ini.Cara terbaik
untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor peringkat yang diberikan
oleh perusahaan efek.Di Indonesia badan tersebut dikenal dengan Pemeringkat
Efek Indonesia (PEFINDO).Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA dan
yang paling tidak aman atau paling banyak risikonya diberi peringkat D.
4. Risiko Inflasi

31

Menurut Tandelilin (2010:48) peningkatan inflasi secara secara relative
merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal.Inflasi meningkatkan
pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi
dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya
beli rupiah yang telah diinvestasikan, maka dari itu risiko ini juga disebut sebagai
risiko daya beli.
5. Risiko Kurs Valuta Asing
Orang Indonesia yang membeli sukuk di negara lain dapat mengalami
kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreign exchange risk).
6. Marketability Risk (Risiko Likuidasi)
Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual
sukuknya, sedekat mungkin dengan nilai dari sukuk tersebut.Cara untuk mengukur
likuiditas adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara harga permintaan
dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek.Semakin
besar spead tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi.
7. Event Risk
Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bagi hasil dan pokok
pinjaman tanpa terduga berubah karena, bencana alam dan pengambilalihan.
2.4 Faktor-faktor Keuangan Yang Mempengaruhi Peringkat Sukuk
Peringkat sukuk membantu investor dalam penilaian hutang dan risiko
kegagalan (default risk) dari sukuk.Peringkat sukuk mencoba mengukur adanya
risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai dalam membayar bagi
32

hasil selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham, et al.(2006:373)
adalah sebagai berikut:
1.

Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt to equity ratio,
current ratio dan return on asset. Jika perusahaan mengalami kenaikan pada
debt to equity ratio maka peringkat sukuk perusahaan akan menurun namun
jika current ratio dan return on assetperusahaan mengalami kenaikan maka
peringkat sukuk perusahaan akan mengalami kenaikan.

2.

Jaminan aset untuk sukuk yang diterbitkan (mortage provision). Apabila
sukuk dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan
membaik.

3.

Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan
dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang
melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi
rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus
dimasukkan dalam analisis.

4.

Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua
informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalami laporan
keuangan. Kadangkala informasi tambahan di luar laporan keuangan
diperlukan. Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang lebih tajam.

5.

Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman
sedikit demi sedikit setiap bulan).

33

6.

Masa waktu jatuh tempo. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih
pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.

7.

Stabilitas laba dan penjualan emiten.

8.

Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.

9.

Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.

10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif
11. Mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.

2.5 Debt to Equity Ratio
Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan
menggunakan debt to equity ratio. Menurut Sudana (2011:20) debt to equity ratio
adalah rasio yang mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk
membiayai modal perusahaan.
Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan
perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan (Herwidi, 2005:28). Hal ini mengindikasikan
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan
yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti
sebagian besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan
perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringakat sukuk yang rendah.
2.6 Return on Asset

34

Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), Return on Assets (ROA) merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba
pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui
ROA, dapat dinilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan
aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.Semakin besar
ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan
asset. Manurung, etal.(2009) mengatakan bahwa semakin besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki maka penerbit sukuk
dikelompokkan pada ketegori peringkat investasi (investment grade).
2.7 Current Ratio
Menurut Kasmir (2008:134), current ratio adalah rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio dapat
pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety)
suatu perusahaan. Menurut Gitman (629:2006), semakin tinggi tingkat current rasio

di suatu perusahaan, maka semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula
peringkat obligasi yang diberikan kepada perusahaan tersebut.
2.8 Masa Jatuh tempo (Maturitas)
Setiap sukuk mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal demgam istilah
maturity date yaitu tanggal yang tercantum pada sukuk dimana nilai pokok sukuk
tersebut harus dilunasi oleh penerbit sukuk (Halim, 2015:9). Emiten memiliki
kewajiban mutlak untuk membayar kembali nilai nominal dengan cara membagi

35

hasil atau membayar sewa kepada investor. Periode jatuh tempo obligasi
bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas lima tahun. Obligasi yang
akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun akan lebih mudah untuk diprediksi,
sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang
memiliki periode jatuh tempo dalam waktu lima tahun.
Maturitas adalah tanggal dimana jumlah pokok sukuk yang akan dibayar
penuh dan biasanya diatur ketika dikeluarkan oleh penerbitnya (Gannon, 2005).
Menurut Brigham,et al.(2006), umur obligasi berpengaruh pada peringkat
obligasi, umur obligasi yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi
yang lebih pendek dari pada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih
lama. Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih
panjang karena risiko yang akan didapat juga akan semakin besar. Umur obligasi
yang pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi yang investment grade.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 2.3 berikut ini:

No

Nama
Peneliti

Tabel 2.3
Tabel Penelitian Terdahulu
Metode
Judul
Variabel
Analisis
Penelitian
Penelitian
Data

Hasil Penelitian

36

1

Pandutama
(2012)

Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Prediksi
Peringkat
Obligasi Pada
Perusahaan
Manufaktur Di
BEI

Dependen:
Peringkat obligasi
Independen:
debt to equity ratio,
ukuran perusahaan,
return on asset,
market to book
value, umur
obligasi, reputasi
auditor, dan jaminan
obligasi

Regresi
logistic

2

Satoto
(2011)

Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Bond Rating

Dependen:
Bond rating
Independen:
time interest earned,
debt ratio, current
ratio, operating
profit margin, cash
flow to debt ratio,
return on asset

Regresi
linear
berganda

1. Jaminan Obligasi
positif dan signifikan
terhadap Peringkat
Obligasi.
2. Market to Book Value
dan Reputasi Auditor
berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap
Peringkat Obligasi.
3. Debt to Equity Ratio,
Ukuran Perusahaan,
Return on Asset, Umur
Obligasi berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
peringkat obligasi.
1. Debt Ratio, Cash
Flow to Debt Ratio,
Return On Asset
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Bond
Rating.
2. Current Ratio
berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap
bond rating.
3. Time Interest Earned,
Operating Profit Margin
berpengaruh negative

dan tidak signifikan
terhadap Bond Rating.

No

Nama
Peneliti

LanjutanTabel 2.3
Tabel Penelitian Terdahulu
Metode
Judul
Variabel
Analisis
Penelitian
Penelitian
Data

Hasil Penelitian

3

Susilowati
dan
Sumarto
(2010)

Memprediksi
Tingkat Obligasi
Perusahaan
Manufaktur yang
Listing di BEI

Dependen:
Peringkat obligasi
Independen:
profitabilitas,
likuiditas, ukuran
perusahaan dan
umur obligasi

Regresi
logistik

1. Likuiditas
berpengaruh signifikan
terhadap Peringkat
obligasi
2. Profitabilitas, Ukuran
perusahaan, umur
obligasi berpengaruh
tidak signifikan terhadap
peringkat obligasi.

4

Magreta dan
Nurmayanti
(2009)

Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Prediksi
Peringkat
Obligasi Ditinjau
dari Faktor
Akuntansi dan

Dependen:
peringkat obligasi
Independen:
ukuran perusahaan,
current catio, return
on investment, debt
to equity ratio,
produktivitas,

Regresi
logistic

1. Return On Investment
dan produktivitas
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
peringkat obligasi.
2. jaminan berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap peringkat

37

5

Manurung, et
al
(2009)

Non akuntansi

jaminan, umur
obligasi, reputasi
auditor.

Hubungan RasioRasio Keuangan
dengan Rating
Obligasi

Dependen: Rating
Obligasi
Independen:
Current Ratio, Total
Asset Turnover,
Return on Asset, Net
Profit Margin,
Return on Equity,
debt to equity ratio

Regresi
Linear
Berganda

obligasi.
3. ukuran perusahaan,
Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Umur
Obligasi, Reputasi
Auditor berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
peringkat obligasi.
1. Return on Asset
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Peringkat Obligasi.
2. Current Ratio, Total
Asset Turnover
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
Peringkat Obligasi.
3. Net Profit Margin,
Return on Equity, debt to
equity ratio berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
Peringkat Obligasi.

2.10 Kerangka Konseptual
Dari landasan teori dan penelitian terdahulu, maka yang menjadi variabel
variabel dalam penelitian ini adalah leverage, profitabilitas, likuiditas, dan
maturitas sebagai variabel independen (bebas).Sedangkan peringkat sukuk sebagai
variabel dependen (terikat).
Debt equity ratio menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk
membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki dan besarnya proporsi utang
dibanding ekuitas dapat meningkatkan risiko terkait kesulitan keuangan.Proporsi
penggunaan utang dalam kegiatan pendanaan perusahaan tergantung pada
kebijakan perusahaan.Proporsi utang yang baik adalah adanya keseimbangan

38

antara hasil utang dengan kemampuan pelunasan kewajiban perusahaan. Menurut
Herwidi (2005), jika rasio ini cukup tinggi maka hal tersebut menujukkan
tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan biasanya memiliki resiko kebangkrutan yang
cukup besar. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar
sumber pendanaan perusahaan yang didanai oleh utang sehingga kondisi tersebut
menyebabkan perusahaan dihadapkan pada kemungkinan default risk.Risiko
kebangkrutan yang besar mengakibatkan peringkat obligasi menjadi rendah.
Dengan demikian berarti semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik
peringkat yang diberikan terhadap perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas
di ukur dengan ROA (Return on Asset) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dan aset yang dipergunakan (Hanafi dan Halim,
2003:27). Semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin
besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki
dan penerbit obligasi dikelompokkan pada ketegori peringkat investasi
(investment grade) (Manurung,et al.2009).
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan utang lancarnya juga bisa mempengaruhi peringkat obligasi
yang diperoleh. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola
aset untuk memenuhi kewajibannya atau membayar utang jangka pendeknya

39

(Kasmir, 2008). Likuiditas diukur dengan menggunakan current ratio (rasio
lancar). Current ratio digunakan karena merupakan indikator terbaik untuk
menilai sejauh mana perusahaan menggunakan aktiva-aktivanya dapatdiubah
menjadi kas dengan cepat untuk melunasi utang perusahaan. Menurut Gitman
(629:2006), semakin tinggi tingkat current rasio di suatu perusahaan, maka
semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula peringkat obligasi yang
diberikan kepada perusahaan tersebut.
Setiap sukuk mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan istilah
maturitas yaitu tanggal dimana nilai pokok sukuk tersebut harus dilunasi oleh
penerbit obligasi (Halim, 2015:9). Emiten memiliki kewajiban mutlak untuk
membayar kembali nilai nominal dengan cara membagi hasil atau membayar sewa
kepada investor. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari
sampai dengan diatas lima tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko yang
lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo
dalam waktu lima tahun. Menurut Brigham,et al.(2006), obligasi dengan umur
obligasi yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.Sehingga
perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih
pendek dari pada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama.
Investor cenderung tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang
karena risiko yang akandidapat juga akan semakin besar. Umur obligasi yang
pendek ternyata menunjukkan peringkat obligasi yang investment grade.
Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

40

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Debt To Equity Ratio
Return on Asset
Peringkat Sukuk
Current Ratio
Maturitas
2.11 Hipotesis Penelitian
Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan,
diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.Hipotesis adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang
diperkirakan secara logis dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran,
2009:135). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H1: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Peringkat sukuk Pada
Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
H2: Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat sukuk
Pada Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
H3: Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat sukuk
Pada Perusahaan Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.
H4: Maturitasberpengaruh negatif terhadap Peringkat sukuk Pada Perusahaan
Penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia.

41

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24