Peranan Remaja Kristen Dalam Pembangunan
Peranan Remaja Kristen Dalam
Pembangunan Nasional
BAB I PENDAHULUAN
Negara kita sudah merdeka selama 64 tahun, mulai dari tahun 1945 – sekarang.
Tetapi yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah apakah kita sudah mengisi
kemerdekaan bangsa kita? Apakah tindakan, tugas, dan peranan kita dalam mengisi
kemerdekaan bangsa kita ini?
Pertanyaan-pertanyaan diatas sering muncul di benak kita, apabila kita merayakan
hari kemerdekaan bangsa kita. Kita mulai mengingat setiap perjuangan yang telah
dilakukan oleh pahlawan bangsa kita.
Tetapi yang menjadi pokok penulisan karya tulis adalah “Apakah peranan setiap
remaja dalam pembangunan nasional bangsa kita khusus remaja Kristen?
Remaja adalah generasi bangsa kita, tanpa kehadiran setiap remaja, maka bangsa
kita akan kehilangan pemimpin selanjutnya untuk menggantikan setiap pemimpin
yang lama. Oleh karena itu, maka sangat besar sebenarnya peranan, tugas, dan
tanggung jawab setiap remaja Kristen dalam membangun bangsa ini menjadi
bangsa yang maju dan lebih baik lagi.
Hanya saja, sebagian besar remaja pada saat ini tidak memahami seberapa
pentingnya mereka di dalam pembangunan bangsa ini, makanya mereka banyak
menyia-nyiakan masa depan mereka dengan berbagai kegiatan yang tidak berguna
sama sekali.
Jadi, tujuan penulis adalah ingin memaparkan kepada setiap remaja yang ada di
Indonesia bahwa diri Anda sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, terutama remaja
Kristen. Remaja yang mengikut keteladanan dari Yesus Kristus.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Istilah
Judul dari karya tulis ini adalah ‘Peranan Remaja Kristen dalam Pembangunan
Nasional”. Jadi penulis ingin mengartikan setiap istilah yang sering digunakan.
Peranan artinya : (1) bagian yang dimainkan oleh seorang pemain (di dalam film,
sandiwara) – yang dibebankan kepadanya (2) tindakan yang dilakukan oleh
seseorang di dalam suatu peristiwa
Remaja artinya : (1) mulai dewasa; sudah sampai umur untuk nikah; ia sekarang
bukan lagi anak-anak (2) muda; pengantin perempuannya masih – benar (3) pemuda
Kristen artinya : agama yang disampaikan oleh Kristus (Nabi Isa)
Pembangunan artinya : proses, cara, perbuatan membangun.
Nasional artinya : bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri;
meliputi suatu bangsa
Jadi secara harafiah, pengertian diatas dapat disimpulkan menjadi tindakan-
tindakan yang harus dilakukan oleh pemuda-pemuda yang mengikut ajaran Kristus
khususnya dalam proses untuk membangun bangsanya sendiri.
Remaja Kristen adalah semua pemuda yang berpegang teguh pada ajaran-ajaran
yang disampaikan oleh Yesus Kristus, jadi apabila seorang yang tidak berpegang
teguh pada ajaran-ajaran Kristus berarti dia bukan Remaja Kristen. Jadi syarat
dikatakan seorang pemuda dianggap Remaja Kristen yaitu apabila dia percaya
kepada Yesus Kristus.
Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
a) Tawuran
Sering sekali kita mendengar kasus tawuran antar pelajar, khususnya di kota-kota
besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya. Hal itu seakan sudah menjadi
kebiasaan di kalangan remaja kita. Bahkan ironisnya persoalan yang memicu
terjadinya kontak fisik itu adalah hal-hal yang sangat remeh. Misalnya, karena
minta rokok dan tidak diberi, atau karena ketersinggungan yang hanya bersifat
dugaan semata. Hal-hal semacam itu berpotensi sekali untuk menyulut api
bentrokan antar pelajar. Kontak fisik seolah menjadi solusi satu-satunya untuk
menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Mereka tidak lagi memikirkan
akibat yang akan diderita oleh berbagai pihak. Bahkan mereka tidak menghiraukan
lagi kalau tindakan mereka itu akan menimbulkan kerugian yang sangat besar; baik
bagi diri sendiri,keluarga, ataupun sosial.
b) Miras Dan Narkoba
Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya (narkoba), 90 persen
adalah generasi muda, termasuk 25.000 Remaja Kristen. Karena itu, narkoba
menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa. Alwi Nurdin, Kepala
Kanwil Depdiknas DKI mengatakan, ‘Sebanyak 1.015 siswa di 166 SMU di
Yogyakarta selama tahun 1999/2000 terlibat tindak penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan narkoba. Sedangkan 700 siswa sisanya ditindak dengan pembinaan
agar jera, dan tidak mempengaruhi teman lain yang belum terkena sebagai
pengguna narkoba. Para siswa penyalahgunaan narkoba tersebar di Jakarta-Utara
(Jakut) sebanyak 248 orang dari 26 SMU, Jakarta-Pusat atau Jakpus (109) di 12
SMU, Jakarta-Barat atau Jakbar (167) di 32 SMU, Jakarta-Timur atau Jaktim (305) di
43 SMU dan Jakarta-Selatan atau Jaksel (186) di 40 SMU, (kompas, 05 Februari
2001).
Negara kita sedang mengalami ancaman badai yang sangat mengkhawatirkan.
Peredaran minuman keras (miras) dan narkobapun semakin hari semakin mengarah
pada peningkatan yang siknifikan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam
beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal yang bersumber dari
penggunaan kedua jenis barang di atas. Kurva peningkatan peredaran miras dan
narkoba itu tidak terlepas dari dampak negatif semakin mengguritanya tempattempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir sudut kota-kota besar. Bahkan
ironisnya, peredaran itu sekarang tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu,
namun sudah merebah kepada anak-anak yang dikategorikan masih di bawah umur.
Ada beberapa dampak negatif atau kerugian bagi pecandu miras dan narkoba;
c) Pergaulan Bebas (pornografi dan pornoaksi)
Seiring dengan derasnya arus globalisasi, yang menjadikan dunia ini semakin
sempit, maka di waktu yang sama hal itu akan membawa sebuah konsekwensi; baik
positif atapun negatif. Kita tidak akan membicarakan mengenai konsekwensi positif
dari globalisasi saat ini. Karena hal itu tidak akan membahayakan rusaknya moral
generasi muda. Namun yang menjadi perhatian kita adalah efek atau dampak
negatif yang dibawa oleh arus globalisasi itu sendiri yang mengakibatkan
merosotnya moral para remaja saat ini.
Diantara sekian banyak indikator akan rusaknya moral generasi suatu bangsa
adalah semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak
bangsa ke jurang hitam. Bahkan bukan merupakan hal yang tabu lagi di era
sekarang ini, hubungan antar muda-mudi yang selalu diakhiri dengan hubungan
layaknya suami-isteri atas landasan cinta dan suka sama suka. Sebuah fenomena
yang sangat menyedihkan tentunya ketika prilaku semacam itu juga ikut
disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah istansi berbasis agama.
Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di era yang semakin bebas
dan arus yang semakin global ini.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, akan semakin
memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang mendukung terciptanya
suasana yang serba bebas. Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih terbatas
pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang dapat
diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya situs-situs berbau
pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna internet. Memang
di satu sisi tidak bisa dinafikan, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam
perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet
juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara.
berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri Jakarta) saja, hampir 100 persen
remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet,
VCD, atau buku-buku porno lainnya, (Harian Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).
Alasan Remaja Kristen Tidak Melaksanakan Setiap Tugasnya
Tetapi kadang-kadang Remaja Kristen, bukanlah seorang yang kita harapkan,
malahan mereka menjadi orang-orang memuakkan bagi kita. Kita jengkel melihat
apabila ada Remaja Kristen yang tidak melakukan ajaran-ajaran Kristus di dalam
hidupnya. Tetapi jangan terlalu membenci mereka karena kita semua berdosa dan
tidak akan luput dari dosa, malah tugas kita sebenarnya yaitu memberitakan setiap
kebenaran yang menjadi ajaran-ajaran Yesus Kristus.
Dibawah ini alasan-alasan mengapa Remaja Kristen tidak melaksanakan setiap
tugasnya adalah sebagai berikut:
Fatkor Internal
Psikologi Pribadi
Karena mental remaja yang masih tergolong labil dengan didukung keingintahuan
yang kuat, maka biasanya mereka cenderung melakukan apa saja tanpa
mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan.
Keluarga
Kerusakan moral pada remaja juga tidak terlepas dari kondisi dan suasana
keluarga. Keadaan keluarga yang carut-marut dapat memberikan pengaruh yang
sangat negatif bagi anak yang sedang/sudah menginjak masa remaja. Karena,
ketika mereka tidak merasakan ketenangan dan kedamaian dalam lingkungan
keluarganya sendiri, mereka akan mencarinya ditempat lain. Sebagai contoh;
pertengkaran antara ayah dan ibu yang terjadi, secara otomatis akan memberikan
pelajaran kekerasan kepada seorang anak. Bukan hanya itu, kesibukan orang tua
yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak adalah juga
merupakan faktor penyebab moral anaknya bejat.
Faktor Eksternal
Lingkungan Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter moral generasi muda. Pertumbuhan remaja tidak akan jauh dari warna
lingkungan tempat dia hidup dan berkembang. Lingkungan yang sudah penuh
dengan tindakan-tindakan amoral, secara otomatis akan melahirkan generasi yang
rusak.
Teman Pergaulan
Perilaku seseorang tidak akan jauh dari teman pergaulannya. Pepatah arab
mengatakan, yang artinya: ” dekat penjual minyak wangi, akan ikut bau wangi,
sedangkan dekat pandai besi akan ikut bau asap”. Menurut beberapa psikolog,
remaja itu cenderung hidup berkelompok (geng) dan selalu ingin diakui identitas
kelompoknya di mata orang lain. Oleh sebab itu, sikap perilaku yang muncul
diantara mereka itu sulit untuk dilihat perbedaannya. Tidak sedikit para remaja
yang terjerumus ke dunia hitam, karena pengaruh teman pergaulannya. Karena
takut dikucilkan dari kelompok/gengnya, maka seorang remaja cenderung menurut
saja dengan segala tindak-tanduk yang sudah menjadi konsensus anggota geng
tanpa berfikir lagi plus-minusnya.
Pengaruh Media Masa
Kita tidak dapat menutup mata akan pengaruh media masa; cetak maupun
elektronik, dalam membentuk moralitas generasi bangsa ini. Media-media yang ada
sekarang ini tidak lagi membatasi diri dengan hanya menyajikan berita dan
informasi semata. Namun sayap media sekarang ini sudah semakin lebar dan tidak
terbatas. Tayangan-tayangan televisi yang semakin marak dengan tontonan yang
sensual, seakan sudah menjadi hal yang biasa tersaji setiap harinya. Hal itu juga
didukung dengan beberapa artikel di media cetak yang tidak jarang menyajikan
wacana menyoal masalah-masalah yang berbau pornografi, kekerasan dan
semisalnya.
Di Indonesia, realitasnya justru lebih bebas. Di negara Paman Sam, film-film diberi
rate apakah bebas untuk semua umur atau termasuk jenis film triple x atau film
biru (blue film). Di Indonesia, tidak ada aturan yang tegas semacam itu. KUHP
memang melarang tindakan yang sama, tapi buktinya pornografi tetap marak.
Kaset-kaset dan VCD porno malah dijual bebas dan anak-anak pun malah bisa
menikmatinya secara leluasa, termasuk anak-anak di bawah umur. Film perkosaan
dan adegan berciuman di televisi ditayangkan di saat anak-anak masih menonton
televisi, yakni pada saat prime time, (harian republika, 29 mei 2006).
Solusi Menghadapi Kenakalan Remaja
Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh guna membentengi generasi muda dari
rongrongan dampak negatif arus globalisasi.
a) Peran Penting Keluarga
Demi mewujudkan cita-cita bersama dalam membentuk moralitas generasi bangsa
yang mulia, maka hal yang paling penting untuk dilakukan adalah pendekatan
individu. Peran ini sangat mungkin untuk dilakukan oleh pihak keluarga, khususnya
kedua orang tua. Karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan karakter
anak-anaknya. Hendaknya orang tua selalu peka dengan perkembangan buah
hatinya. Sehingga anak akan selalu terkontrol dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Karena sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa sumber kenakalan remaja
adalah juga bermuara pada kondisi keluarga yang carut-marut. Oleh sebab itu
sebagai benteng pertama, orang tua harus mampu memerankan peran aktifnya
dalam mendidik moral anaknya.
b) Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan harus menjalankan perannya dengan baik, sebagai wadah
pengelolahan sumber daya manusia (SDM) yang kuat baik dalam intelektual dan
moral. Dalam tataran peningkatan intelektual, lembaga pendidikan yang ada di
negara kita sedikit- banyak sudah terealisasikan. Akan tetapi satu peran lagi yang
seakan luntur seiring pemkembangan zaman, yaitu peran untuk menanamkan nilai
moral. Khususnya lembaga pendidikan yang berlebel umum. Ironisnya, terkadang
guru pengajar itu sendiri kurang begitu memberi tauladan yang baik bagi para
muridnya; baik dalam cara berpakaian (khususnya guru wanita), ataupun
berprilaku.
Tentunya yang penulis paparkan ini masih sangat subyektif, karena belum adanya
penelitian secara menyeluruh di kawasan nusantara. Akan tetapi penilaian yang
subyektif ini bisa jadi ada benarnya. Karena hal itu berdasarkan pengamatan
pribadai penulis selama menimbah ilmu di salah satu sekolah menengah umum
negeri (SMUN). Demikian juga asumsi itu didukung kuat oleh beberapa tulisan di
media masa.
Peran moral inilah yang harus digalakkan kembali di seluruh lembaga pendidikan di
indonesia, demi terlahirnya insan yang berkualitas baik dalam bidang IPTEK
ataupun IMTAK.
c) Legitiminasi Hukum Negara
Peran keluarga dan pendidikan dirasa kurang begitu kuat tanpa adanya undangundang yang memberi sanksi hukum bagi para pelaku amoral. Jumlah pelanggaran
norma sosial seperti tawuran antar pelajar, peredaran miras dan narkoba, serta
pergaulan bebas di kalagan muda-mudi, tidak akan berkurang kalau tidak ditekan
dari undang-undang yang berlaku.
Disinilah, pemerintah mempunyai andil sangat besar untuk menentukan kebijakankebijakan undang-undang yang berkaitan dengan moralitas bangsa. Sekalipun
sudah kita ketahui bersama bahwa hal itu sudah dilakukan oleh pemerintah, namun
dalam kenyataannya di lapangan, tindakan kriminal dan perbuatan asusila tidak
kunjung berkurang, bahkan kian bertambah. Ketika dirasa sanksi yang diberikan
oleh pemerintah tidak kunjung meredahkan laju pertumbuhan pelanggaranpelanggaran itu, maka pemerintah harus berani mengevaluasi kembali kinerja yang
selama ini dilakukan. Karena pekerjaan tidak akan mengalami kegagalan kalau
tidak ada sebuah kesalahan.
Peranan Remaja Kristen dalam Pembangunan Nasional
Pepatah mengatakan, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal
sejarahnya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selama tiga setengah abad hidup
dalam cengkeraman Belanda di tambah lagi hidup dalam penjajahan Jepang selama
tiga setengah tahun. Kemudian, kemerdekaan yang kita raih adalah bukti nyata dari
sebuah pengorbanan yang sangat besar dari semua komponen bangsa.
Pembangunan Nasional dalam rangka mewujudkan bangsa yang adil, makmur serta
berdaulat dengan berlandaskan azas pancasila serta UUD 1945 tidak akan pernah
tercapai jika tidak di dukung oleh semua rakyat Indonesia. Negara Kesatuan
Republik Indonesia menganut asas demokrasi yang bersumber kepada nilai- nilai
kehidupan yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Perwujudan dari asas
demokrasi itu diartikan sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber kepada
nilai kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Demokrasi ini juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap nilai- nilai
musyawarah yang mencerminkan kesungguhan dan tekad dari bangsa Indonesia
untuk berdiri diatas kebenaran dan keadilan.
Nilai- nilai kesanggupan dan kerelaan untuk berkorban dengan penuh keikhlasan
dan kejujuran dalam mengisi kemerdekaan demi kepentingan bangsa dan negara
telah digantikan oleh kerelaan berkorban hanya untuk mengisi kesenangan dan
kemakmuran pribadi pihak- pihak tertentu.
Terjadinya Kolusi Korupsi Nepotisme pada masa pemerintahan Orde Baru
merupakan bukti nyata pengingkaran terhadap sikap keikhlasan dan kejujuran.
Tidak hanya itu Indonesia mengalami krisis multi dimensi yang demikian pelik,
mulai dari krisis moral, krisis ekonomi, krisis kepercayaan, hingga krisis
kepemimpinan.
Tumbanganya pemerintahan Orde Baru pada 21 Mei 1998 masih segar dalam
ingatan kita bahwa pemerintahan yang tidak bersih dan mengabaikan rasa keadilan
tidak akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat. Benarlah apa yang
dikatakan pujangga Mesir Syauqy Beyq : Suatu bangsa yang kokoh bertahan.
Selama akhlak mewarnai kehidupan.
Setiap orang pasti merindukan pemerintah yang bersih, jujur, kuat, berani dan
berwibawa. Harapan itu merupakan amanat dari Pancasila dan UUD 1945 yang
selalu mendambakan pemerintahan yang memiliki moral kemanusiaan dengan
semangat kebangsaan. Disamping itu, peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan
serta pembangunan nasional telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
bangsa.
Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan
sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan
terhadap social, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri,
disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur,
berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air.
Maka hasil dari sebuah refleksi dari kepemimpinan pemerintah selama ini
mengatakan generasi terdahulu belum bisa menunjukan dirinya sebagai pemimpin.
Dalam berbagai kebijakan-kebijakannya pemerintah tidak pro rakyat. Kenaikan
harga BBM, kenaikan harga bahan-bahan pokok, serta bahan-bahan baku lainnya
adalah bukti dari dampak kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Mereka
masih berpegang teguh pada aturan lama yang selalu memihak kelompok berduit.
Kenyataan ini telah disadari oleh kaum muda Indonesia. Kesadaran yang
diharapkan mendorong segenap kaum muda untuk segera mempersiapkan dan
merancang prosesi pergantian generasi. Karena pada hakikatnya kita
membutuhkan wajah-wajah baru. Sehingga muka lama yang hampir usang itu bisa
tergantikan dengan muka baru yang lebih muda serta juga memiliki cita-cita dan
semangat baru.
Indonesia membutuhkan pemimpin dari kaum muda yang mampu
merepresentasikan wajah baru kepemimpinan bangsa. Ini bukan tanpa alasan,
karena kaum muda dapat dipastikan hanya memiliki masa depan dan nyaris tidak
memiliki masa lalu. Dan ini sesuai dengan kebutuhan Indonesia kini dan ke
depannya yang perlu mulai belajar melihat ke depan, dan tidak lagi berasyikmasyuk dengan tabiat yang suka melihat ke belakang. Kita harus segera maju ke
kepan dan bukan berjalan ke masa lalu. Dan secara filosofisnya, masa depan itu
adalah milik kaum muda. Mereka lebih steril dari berbagai penyimpangan orde
yang telah lalu. Mereka tidak memiliki dendam masa lalu dengan lawan politiknya.
Mereka tidak memiliki kekelaman masa lalu. Mereka juga tidak memiliki trauma
masa lalu yang sangat mungkin akan membayang-bayangi jika nanti ditakdirkan
memimpin. Lebih dari itu, kaum muda paling memiliki masa depan yang bisa
mereka tatap dengan ketajaman dan kecemerlangan visi serta memperjuangkannya
dengan keberanian dan energi yang lebih baru.
Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi
baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah
dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa
setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul
sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada
umurnya.
Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk
mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum
muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah
dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum
muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu
tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
Pemuda dalam tiap masa selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan.
Apakah itu perubahan menuju lebih baik atau sebaliknya. Pemuda dalam definisi
sosial adalah generasi antara umur 20 – 40 tahun ( atau 18- 35 tahun dalam
referensi lain). Dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan peran publik seorang
manusia ialah antara umur 40 -60 tahun. Dari perbandingan di atas, kita dapat
menyimpulkan, bahwa pemuda adalah penerus generasi sebelumnya untuk masa
yang akan datang.
Akan tetapi peran pemuda dalam keberjalanan roda Negara tetaplah krusial.
Banyak contoh di berbagai Negara, dimana titik tolak perubahan justru berawal
dari perjuangan pemuda. Sangatlah wajar. Setidaknya ada dua rahasia besar
kekuatan pemuda, yaitu kekuatan personal dan keunggulan mengorganisasi
kekuatan.
Rahasia berikutnya adalah keunggulan mengorganisasi kekuatan. Ada setidaknya
lima faktor prinsip yang dipegang pemuda, dalam mengorganisasi kekuatan
mereka, yaitu :
1. Kekuatan asas perjuangan
2. Kekuatan konsep dan metode perjuangan
3. Kekuatan persatuan
4. Kekuatan sikap dan posisi perjuangan
5. Kekuatan aksi dan opini : memiliki isu sentral, konsistensi misi, imun dalam
perjuangan, kesinambungan aksi dan opini.
Pembangunan Hari Ini
Lihatlah keadaan hari ini, dimana pembangunan fisik dan mental negeri bergerak
sangat lambat. Banyak bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai, masih juga
belum diperbaiki, padahal keadaan itu sudah berlangsung lama. Atau proyek jalan
tol yang terbengkalai bertahun-tahun. Belum lagi masalah kualitas pendidikan kita,
yang hampir semuanya berorientasi membentuk kuli. Ini hanya secuil bagian dari
besarnya masalah dalam pembangunan negeri ini.
Lalu bagaimana harusnya sikap pemuda? Setidaknya ada beberapa fakta yang
mesti diperhatikan para pemuda, sebagai agen akselerator transformasi. Pemuda,
adalah kelompok usia produktif yang memiliki potensi yang sama untuk
mendapatkan status sosial ekonomi yang relatif mapan dan akan masuk ke dalam
kelas menengah. Padahal, peran elit ( the rulling class ) dan kelas menengah
( middle class) sangat siginifikan dalam menggerakkan dan mengarahkan
perubahan sosial, sebagai salah satu pilar pembangunan. Dan, The Rulling Class ini
dibentuk dari kelas menengah, yang terdiri dari kelompok-kelompok strategis dari
kalangan intelektual, pengusaha, birokrat dan militer. Nah, untuk melakukan
mobilitas vertikal dan masuk ke dalam kelas menengah haruslah berbasis
kompetensi, bukan patronase politik.
Dengan kenyataan di atas, maka ada agenda strategis, dalam rangka memelopori
akselerasi pembangunan ini. Yaitu dengan mengelola dengan baik dan profesional
seluruh insitusi kepemudaan, sebagai sarana perekrutan pemuda-pemuda potensial
Indonesia dalam usia produktif. Selanjutnya, penguatan kelas menengah pemuda
sebagai kandidat elit (the rulling class) dalam konteks sirkulasi kepemimpinan lokal
dan nasional.
Dalam tataran aplikasinya, untuk saat ini, aktivis pelajar dan Remaja Kristen bisa
bergabung dalam organisasi massa. Lebih mengkerucut lagi, bisa ormas politik.
Dimulai dari aktivitas-aktivitas politik organisasi di kampus. Untuk pemuda yang
sudah tidak lagi Remaja Kristen, mereka bisa berkecimpung lebih dalam di
organisasi-organisasi keprofesian yang independen. Ini semua tidak lain adalah
untuk mempertajam kompetensi dan profesionalisme, agar ketika mereka sudah
menjadi bagian dalam the rulling class, mereka sudah siap.
Dengan kesiapan para pemuda menjalani the rulling class, akselerasi pembangunan
dapat dimaksimalkan. Harapan ini tentulah bukan sebuah khayalan. Sejarah
Indonesia sendiri telah menghasilkan individu seperti ini, contohnya, M. Natsir.
Percepatan pembangunan harus dimulai dengan perubahan mental dan cara
berfikir. Walaupun pemerintahan saat ini sudah on the track, tapi jalannya masih
lambat. Dengan kematangan mental dan perbedaan cara berfikir yang segar, the
next rulling class siap membantu dan mempercepat pembangunan negeri.
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya Remaja Kristen
telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh
untuk generasi muda, Remaja Kristen pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan
pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia
membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya
KAMI(Kesatuan Aksi Remaja Kristen Indonesia) yang didirikan oleh Remaja Kristen
dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal
dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti
menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa
depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, Remaja Kristen pada garis besarnya mempunyai
peranan sebagai :
a.agent of change
b.agent of development
c.agent of modernization
Sebagai agent of change, Remaja Kristen bertugas untuk mengadakan perubahanperubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent
of development, Remaja Kristen bertugas untuk melancarkan pembangunan di
segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of
modernization, Remaja Kristen bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam
pembahruan.
Sejarah mencatat sejak lahirnya bangsa ini pada tanggal 17 agustus 1945 sampai
sekarang Indonesia telah banyak mengalami sebuah perjalanan panjang dan sebuah
keniscayaan dalam setiap perjalanan pasti terjadi perubahan.Dalam konteks
keIndonesiaan kita pun mengalami perubahan yang cukup berarti baik ditingkat
lokal maupun global.Namun di sisi lain jelas negeri ini tidak dapat melupakan efek
negatif dari perubahan tersebut. Sebut saja seperti terjadinya konflik-konflik yang
terjadi baik konflik yang bersifat SARA maupun konflik yang dilatarbelakangi oleh
kepentingan politik, maupun ekonomi.
Konflik yang terjadi di negeri kita ini bagaikan sebuah pembukaan dalam sejarah
kelam bangsa Indonesia.Masalah bangsa datang silih berganti belum selesai duka
negeri Aceh kita kemudian di kejutkan oleh tragedi sunami di jawa belum selesai
rehabilitasi secara fisik dan mental muncul masalah lumpur Sidoarjo.pada bidang
kesehatan masih berbekas dalam ingatan kita permasalahan kekurangan gizi di
beberapa daerah menambah daftar masalah yang harus diselesaikan itu hanya
sekelumit masalah yang harus dipecahkan bangsa ini.
Akan tetapi ini adalah hal yang harus kita hadapi bersama tanggung jawab ini
bukan hanya milik pemerintah tapi ini merupakan sebuah pertanggunjawaban
secara kolektif kita yang mengatasnamakan bangsa Indonesia.kita berfikir dan
bergerak sekarang atau kita diam sama sekali…
Dari ratusan juta rakyat, sebenarnya Indonesia menyimpan SDM yang potensial
yang dibutuhkan untuk dijadikan modal untuk berjuang. Pertanyaan selanjutnya
adalah siapa dari SDM yang mempunyai energi besar, mumpuni dan mempunyai
daya gedor luar biasa dan telah terbukti dalam sejarah akan sepak terjangnya
dalam membangun bangsa kita ini?
Kalau dilihat dari sederet sejarah panjang bangsa ini rasanya tidak salah apabila
kita menyatakan bahwa para pemudalah yang mempunyai andil besar dalam rangka
membangun bangsa ini menuju bangsa yang lebih maju.
Lihat saja sejarah yang dimulai digerakkan Budi utomo tahun 1908 yang
merupakan organisasi kebangsaaan pertama, walaupun sebenarnya didalamnya
hanya terdiri dari golongan masyarakat tertentu tapi perjuangannya dalam
menyerukan kemerdekan sudah merupakan usaha untuk mendorong ke arah
kemajuan bangsa ini. Peristiwa Rengas dengklok merupakan peran pemuda yang
sangat berarti bagi bangsa Indonesia yang melandasi lahirnya teks Proklamasi.
Tragedi 1965 yang berhasil melengserkan orde lama juga tak lepas dari kekuatan
dan peran pemuda pada waktu itu dengan ditandainya banyak demonstrasi yang
menuntut segera dilakukan perbaikan–perbaikan negeri. Lahirnya peristiwa 1998
yang pada waktu itu dipelopori oleh Remaja Kristen sebagai elemen dari pemuda
yang akhirnya sekali lagi membuktikan kekuatannya yaitu berhasil melengserkan
pemerintahan orde baru. Para pemuda dan Remaja Kristen menuntut adanya
reformasi di berbagai bidang guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera dan segera keluar dari krisis ekonomi yang menghantam negeri ini.
Pemuda adalah tulang punggung negara, karenanya masa depan suatu negara
sangat tergantung dari peran pemuda itu sendiri. Ditangan pemuda jualah mau
kemana negara ini akan dibawa. Mau di beri warna apa bangsa ini, pemudalah yang
mempunyai prioritas utama untuk memikul tanggung jawabnya.Tidak dapat
dipungkiri, peran pemuda sangat besar bagi kemajuan suatu bangsa karena
merekalah tumpuan harapan bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Dalam sebuah tulisan seorang aktivis kepemudaan mengatakan bahwa generasi
muda tidak bisa tidak bisa dilepaskan dari pembangunan negara kita ini karena
memiliki empat hal yang ada pada dirinya yaitu semangat mudanya,sifat kritisnya
dan kematangan logikanya serta kearifan untuk melihat problem yang sesuai
dengan tempatnya.
Maka tak salah kemudian dalam setiap momen bersejerah bangsa ini kita akan
menjumpai para pemuda yang melakukan sebuah ”revolusi” peradaban
mengatasnamakan Nasionalisme.Dalam sejarah bangsa kita yang mulia ini para
pemuda menorehkan tinta emas sebagai garda terdepan perubahan.
Nasionalisme Gelombang Pertama: Kebangkitan Nasional 1908
Berdasarkan sejarah, gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia diawali oleh
Boedi Oetomo di tahun 1908, dengan dimotori oleh para Remaja Kristen kedokteran
Stovia, sekolahan anak para priyayi Jawa, di sekolah yang disediakan Belanda di
Djakarta. Jadi patut dipertanyakan sebagai tonggak kebangkitan
nasional Indonesia.Para Remaja Kristen kedokteran di Stovia, merasa muak dengan
para penjajah, –walaupun mereka sekolah di sekolah penjajah—dengan membuat
organisasi yang memberi pelayanan kesehatan kepada rakyat yang menderita.
Nasionalisme Gelombang Kedua: Soempah Pemoeda 1928
Setelah Perang Dunia I, filsafat nasionalisme abad pertengahan, mulai merambat ke
negara-negara jajahan melalui para Remaja Kristen negara jajahan yang belajar ke
negara penjajah.
Filsafat nasionalisme itu banyak mempengaruhi kalangan terpelajar Indonesia,
misalnya, Soepomo ketika merumuskan konsep negara integralistik tentang prinsip
persatuan antara pimpinan dan rakyat dan persatuan dalam negara seluruhnya.
Demikian pula, pada masa ini banyak diciptakan lagu-lagu kebangsaan yang sarat
dengan muatan semangat nasionalisme seperti Indonesia Raya, Dari Sabang
Sampai Merauke, Padamu Negeri, dan sebagainya.
Di dalam negeri sendiri, Soekarno sejak remaja, masa Remaja Kristennya bahkan
setelah lulus kuliahnya, terus aktif menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi
negerinya, 20 tahun setelah kebangkitan nasional, kesadaran untuk menyatukan
negara, bangsa dan bahasa ke dalam 1 negara, bangsa dan bahasa Indonesia, telah
disadari oleh para pemoeda yang sudah mulai terkotak-kotak dengan organisasi
kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera dan sebagainya,
kemudian diwujudkan secara nyata dengan menggelorakan Sumpah Pemoeda di
tahun 1928.
Nasionalisme Gelombang Ketiga: Kemerdekaan 1945
Pada nasionalisme gelombang ketiga ini, peran nyata para pemoeda yang
menyandra Soekarno-Hatta ke Rengas-Dengklok agar segera memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia, dapat kita baca dari buku-buku sejarah. Kurang dari 20
tahun (hanya 17 tahun), sejak Soempah Pemoeda dikumandangkan.
Nasionalisme Gelombang Keempat: Lahirnya Orde Baru 1966
Tepat 20 tahun setelah kemerdekaan, terjadi huru-hara pemberontakan G30S/PKI
dan eksesnya. Disini kembali pemuda memperlihatkan kembali aksinya dengan
melakukan tuntutan untuk membubarkan PKI
Nasionalisme Gelombang Kelima: Lahirnya Orde Reformasi 1998
Gelombang krismon yang melanda Asia Tenggara, dimanfaatkan dengan baik oleh
para Remaja Kristen dan pemuda kaum muda sekali lagi memperlihatkan ke
nasionalismean dengan menurunkan Soeharto sekaligus mengakhiri 32 tahun
jaman kejayaannya.
Sebuah keironian bila kita melihat kondisi para pemuda sekarang. Tingkat
permisivitas gaya hidup dan derasnya arus globalisasi, termasuk globalisasi budaya
asing, menyebabkan pemuda kerap lengah dan akhirnya tergoda untuk melakukan
tindakan-tindakan yang fatal, baik bagi masa depan dirinya maupun
keluarga,masyarakat bangsa.
Persoalan-persoalan tersebut, lebih bersifat non-ideologis, tapi justeru ini bisa
direfleksikan lebih lanjut ke persoalan ideologis, yakni penumbuhan kesadaran
akan peran-peran pemuda secara ideal dalam bingkai hubungan masyarakat,
bangsa dan negara.
Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan para pemuda yang ada didaerah –
daerah.Serbuan budaya barat yang di klaim sebagai sebuah kebudayaan yang
berkeadaban menjadi sebuah tren masa kini.Apalah jadinya bangsa kita ini ketika
bangsa ini memerlukan tenaga para pemudanya untuk lebih berkarya dengan
kondisi bangsa yang semrawut kita tidak bisa menjadi garda terdepan perubahan
yang berkeadaban.
Menyikapi kompleksitas problematika bangsa ini maka harus ada reaktualisasi
peranpemuda.Riza Patri (ketua DPP KNPI) mengatakan bahwa para pemuda harus
melakukan peran perubahan (agent of change) yang meliputi Pertama, revitalisasi
peran dalam menyikapi beragam persoalan secara objektif, dalam kedudukannya
sebagai subjek (bukan objek) pembangunan nasional.Kedua, Peningkatan peran
pemberdayaan pemuda secara internal dan eksternal. Ketiga, peran pemuda
senantiasa mengedepankan daya kritis dan inisiatif-nya, yang perlu
direaktualisasikan secara konkret. Keempat, Pemuda Indonesia memiliki peran
penting dalam proses pencerahan guna pencerdasan masyarakat. Kelima, Pemuda
Indonesia harus meningkatkan dirinya atau merevitalisasi perannya sebagai
anggota masyarakat global.
Karenanya di samping peningkatan kualitas komunikasi dengan publik
internasional, juga mengerti akan problematika-problematika global dan
dampaknya bagi kepentingan nasional dan lokal (dalam konteks otonomi daerah).
Saatnya kita semua pemuda Indonesia, harus melakukan reaktualisasi peran, tidak
saja mampu memahami persoalan, namun juga bisa mengimplementasikan dengan
baik.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya….
Penggalan syair lagu Indonesia raya di atas haruslah menjadi pemicu bagi negeri
ini untuk sadar diri. Sadar bahwasanya apapun yang terjadi negeri ini rakyat harus
bangun dan bangkit. Maka dari itu Indonesia harus menatap ke depan,
menganalisis situasi dan bahu-membahu siapapun dia.
Pemuda merupakan suatu potensi bagi negara sebagai armada dalam kemajuan
bangsa. Peran pemuda sangatlah penting dalam mengisi pembangunan dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa, mengingat catatan sejarah peran pemuda
senantiasa menjadi pilar dan motor untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
Di mulai dari Budi Utomo tahun 1908, Sumpah pemuda tahun 1928, Proklamasi
Kemerdekaan tahun 1945, hingga saat ini, pada masa reformasi, pemuda yang
merupakan tokoh intelektual bangsa senantiasa memberikan pemikiran dan
pergerakan demi kedaulatan bangsa.
Dalam situasi yang senantiasa tumbuh dan berkembang di era globalisasi ini,
menuntut peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen
perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Selain itu, dalam
Pembangunan Nasional, pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam
menjaga Pancasila, keutuhan NKRI, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa. Dengan demikian kesadaran pemuda akan kecintaan terhadap tanah air
dan bangsanya semakin meningkat.
Pemuda diharapkan tetap terus menempa dirinya menjadi pribadi-pribadi yang
memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, dan memiliki
kesetiakawanan sosial dan semangat pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan
negara yang tinggi. Pemuda sebagai garda terdepan dalam proses perjuangan,
pembaruan dan pembangunan bangsa, diharapkan mampu mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan yang telah di raih negara ini selama kurang lebih 64 tahun
silam dengan berbagai hal.
Dalam tataran kampus atau perguruan tinggi, pemuda memiliki tugas pokok untuk
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemuda dalam hal ini Remaja Kristen
diharapkan mampu melaksanakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian terhadap
Masyarakat. Pendidikan dalam konteks menerima dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diterima selama menjadi Remaja Kristen. Penelitian meliputi
kajian-kajian strategis baik perbaikan maupun penemuan baru demi kemajuan
bangsa. Pengabdian terhadap masyarakat yaitu pengamalan potensi, ilmu dan
pengetahuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di
masyarakat.
Situasi negara yang saat ini kurang stabil, dengan banyak terjadinya bencana,
konflik kepentingan, degradasi moral dan terorisme, menuntut pemuda khususnya
Remaja Kristen untuk menjadi stabilisator, dinamisator, kreator dan inovator
perubahan ke arah yang lebih baik. Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat
mengingatkan diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki semangat
kejuangan, sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis dan futuristik tanpa
meninggalkan akar budaya bangsa Indonesia yang tercermin dalam
kebhinnekatunggalikaan. Semoga negara Indonesia ini tetap jaya dengan para
pemuda yang senantiasa berkarya.
Generasi Muda sebagai pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai
sumber insani bagi pembangunan nasional, ibarat mata rantai yang tergerai
panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang
paling sentral dalam artian bahwa, pemuda berperan sebagai pelestari nilai budaya,
kejuangan, pelopor dan perintis pembaruan melalui karsa, karya dan dedikasI.
Selain itu pemuda juga mempunyai peran dalam menggerakkan pembangunan
sekaligus menjadi pelaku aktif dalam proses pembangunan nasional serta berperan
dalam memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan
(Dirjen Pothan Dephan) Bambang Murgiyanto, MSc, Rabu (17/9) pada pembukaan
Penataran Tenaga Inti Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (Targati PPBN) bagi
Organisasai Kepemudaan Tk. Pusat Tahun 2003. Penataran akan berlangsung
selama lima hari di Aula Ditjen Pothan Dephan Jl. Tanah Abang Timur No. 8 Jakpus,
diikuti 30 peserta yang berasal dari UI, UKI, Guna Dharma, Resimen Remaja
Kristen dan KNPI.
Bambang Murgiyanto, MSc, mengatakan, pemuda sebagai bagian integral dari
Warga Negara sangat berperan dalam berbagai aspek kehidupan kebangsaan,
sehingga sudah seharusnya generasi muda memiliki semangat Bela Negara yang
tinggi, karena generasi muda sebagai motor penggerak pembangunan harus
mampu menciptakan inovasi dan kreatifitas yang kondusif dalam masyarakat agar
Pembangunan Nasional dapat tercapai.
Menurut Dirjen Pothan Dephan, salah satu bentuk riil dari upaya sosialisasi Bela
Negara adalah melalui Targati PPBN, untuk memebentuk Kader Tenaga Inti yang
dipersiapkan sebagai ujung tombak dalam rangka penyebarluasan faham, rasa dan
semangat Bela Negara pada lingkungan masing-masing maupun pada lingkungan
masyarakat secara keseluruan.
“Sebagaimana telah diamanatkan dalam Pasal 27 dan 3O UUD 1945 serta Pasal 9
Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, menyatakan dengan
tegas bahwa, upaya Pembelaan Negara merupakan Hak dan Kewajiban setiap
Warga Negara Indonesia” Ujarnya.
Dirjen Pothan Dephan Bambang Murgiyanto, MSc, menjelaskan, upaya pembelaan
Negara sebagaimana dimaksud dalam perundang-Undang tersebut merupakan
pengejawantahan dari cita-cita luhur Bangsa Indonesia untuk menjaga,
mengamankan dan memelihara Kesatuan dan Persatuan serta Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Dengan demikian kita selaku elemen bangsa yang memiliki Hak dan Kewajiban
dalam Pembelaan Negara, perlu untuk menanamkan dalam sanubari, faham, rasa
dan semangat Bela Negara serta dapat mengaplikasikannya dalam berkehidupan
kebangsaan sehari-hari. “Perlu disadari bahwa kesadaran warga negara akan hak
dan kewajibannya itu tidak dibawa sejak lahir, untuk itu harus ditanamkan dan
ditumbuh kembangkan secara terus menerus melalui sisialisasi”.
INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Lesslie Newbigin
1. Dogma dan keraguan di dalam kebudayaan yang majemuk.
Dogma berasal dari kata Yunani “Dokein” yang berarti ‘Mengira”. Kata ini dipergunakan untuk
menunjukkan hal yang tampaknya baik bagi penguasa yang sah dan diumumkan kepada masyarakat.
Kata seperti itu dipergunakan dalam keputusan rasul-rasul dalam persidangan di Yerusalem (Kis
16:4), dalam sejarah gereja kata itu dikluarkan oleh pihak yang berwenang dan harus diterima dalam
Iman.
Ada tiga pokok pendahuluan tentang dogma yaitu:
a. Dogma bukanlah kekhususan yang unik dari gereja. Setiap pemikiran yang sistematis harus dimulai
dari titik berangkat tertentu, dia harus mulai dengan menerima susuatu yang diangggap benar tanpa
harus dipersoalkan lagi. Pemikiran Kristen harus sah dan logis, yaitu bahwa Allah sudah berbuat
sesuatu untuk menyatakan dan dan memberlakukan maksud-Nya terhadap dunia dengan cara yang
dapat diketahui dari Alkitab.
b. Kita perlu memperhatikan apa yang sudah diajarkan kepada kita. Setiap masyarakat
menggantungkan keutuhannya atas suatu perangkat yang disebut kemasuk-akalan, yaitu pola-pola
kepercayaan, dan tingkah laku yang diterima didalam masyarakat tertentu, yang menentukan
kepercayaan-kepercayaan mana yang masuk akal dan tidak masuk akal. Injil memberikan kebangkita
kepada suatu struktur kemasuk-akalan yang baru, suatu cara melihat perkara-perkara yang secara
radikal berbeda dari visi-visi yang membentuk semua kebudayaan manusia yang terpisah dai Injil.
c. Ada suasana kerendahan hati yang patut dihargai tentang pernyataan kebenaran itu jauh lebih
besar daripada yang dapat ditangkap oleh satu orang atau oleh satu tradisi keagamaan.
Dogma sudah lama dikaitkan dengan pemaksaan, kekuasaan politis, penolakan atas
kebebasan berpikir dan suara hati. Sebetulnya hanya dogma hanya dogma yang dimengerti secara
benar yaitu Anugerah Allah yang Cuma-Cuma dalam Yesus Kristus yang dapat memberikan dan
menyokong kebebasan pikiran dan suara hati. Dogma sesuatu yang diberikan kepada kita untuk
diterima dalam Iman, bukan auatu perangkat rumusan yang tidak dibatasi waktu.
2. Akar-akar kemajemukan
Ada 5 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Perlu adanya kritik atas keraguan. Ketika kita berusaha meragukan suatu pernyataan, kita
melakukannya di atas dasar kepercayaan-kepercayaan tang tidak kita ragukan. Ada 2 bentuk asumsi
keraguan yaitu pernyataan anda tidak terbukti dan pernyataan anda tidak pernah dapat dibuktikan
atau tidak ada kirteria yang seperti itu. Hanya dapat meragukan karena ada hal-hal yang dipercayai
tanpa meragukannya.
b. Peran yang relatif dari Iman dan keraguan dalam usha untuk mengetahui. Pengetahuan harus
dimulai dengan tindakan Iman, kita harus mempercayai bukti yang kita lihat dan dengar, atau kalau
kita sedang mempelajari suatu bahasa, ilmu pengetahuan, sejarah, atau bidang pengetahuan lainnya,
kita harus mulai dengan mempercayai mereka yang melaksanakan pengajaran untuk kita.
c. Karya para Filsuf dan ahli sejarah ilmu pengetahuan dalam abad ini sudah memperlihatkan dengan
jelas bahwa keseluruhan karya ilmu pengetahuan modern adalah berdasarkan komitmen-komitmen
iman, yang mana komitmen-komitmen ini pada dirinya sendiri tidak dapat diperlihatkan oleh
metode-metode ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan sudah tidak akan mungkin
tanpa adanya dua kepercayaan, yaitu bahwa alam semesta adalah rasional dan bahwa dia adalah
bergantung pada sesuatu.
d. Fakta bahwa semua pengetahuan kita adalah terbatas seharusnya tidak diperhunakan untuk
menolak pernyataan-pernyataan tentang apa yang dapat kita ketahui sebagaimana kita mampu
membuatnya. Setiap orang bebas untuk memahami sesuka hatinya, Ilah yang tidak diketahui adalah
obyek kepercayaan yang menyenangkan, karena sifat-sifatnya ditentukan oleh diri sendiri.
e. Penurunan nilai pernyataan-pernyataan kepercayaan sebagai pernyataan yang subyektif,
menyebabkan timbulnya kekaburan logis. Hal ini adanya pengetahuan yang obyektif terlepas dari
pengetahuan sebagaimana dipercayai kebenarannya oleh seseorang. Keobyektifan palsu adalah
kebenaran sebagai persesuaian antara kepercayaan-kepercayaan pribadi dengan fakta-fakta yang
actual.
3. Tahu dan percaya
Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. mengamanti fakta-fakta yang penting. Bagi para ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dalam
memecahkan persoalan, maka yang penting adalah fakta-fakta tujuan itu. Kalau ia hanya memeriksa
fakta-fakta secara acak, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dan menghabiskan waktunya
dengan sia-sia. Ahli ilmu pengetahuan harus mengidentifikasikan permasalahannya dan kemudian
menilai fakta-fakta mana yang penting dalam hubungannya dengan persoalna itu. Itu adalah masalah
penilaian dan tidak ada peraturan untuk menentukan hal itu, dan masalah itu haruslah masalah yang
baik, banyak waktu telah dibuang dalam usaha untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak
bermakna.
b. Penyusunan suatu hipotesa. Tidak ada peraturan-peraturan untuk menyusun hipotesa itu lwbih
banyak merupakan masalah intuisi dan imajinasi. Beberapa teori baru yang paling penting sudah
datang dari suatu penglihatan atau angan-angan.
c. Verifikasi atas suatu hipotesis dengan eksperimen. Suatu hipotesis yang benar akan membuktikan
dirinya benar dalam segala macam cara yang tidak diduga, dan ilmuwan-ilmuwan akan secara terus
menerus mengujinya dalam situasi-situasi yang baru. Suatu teori dilepaskna hanya kalau sudah
dibuktikan bahwa ada teori lain yang secara intelektual dan estetis lebih memuaskan dan dapat
mempertanggung jawabkan lebih banyak fakta-fakta. Fakta-fakta itu adalah bebas nilai yang darinya
mereka adalah bagiannya, bukanlah hasil dari suatu tujuan apapun, tetapi merupakan hasil operasi
dari dua faktor kembar, yaitu: kesempatan dan sebab-akibat.
4. Otoritas, otonomi, dan tradisi.
Kemenangan ilmu pengetahuan adalah sesuai sesuai untuk menggantikan akan pengamatan
dan penyimpulan sebagai kewibawaan. Setiap usaha untuk menghidupkan kembali kewibawaan
dalam hal-hal intelektual adalah suatu langkah mundur. Salah satu dari manfaat yang besar yang
diberikan oleh ilmu pengetahuan untuk mereka yang mengerti semangatnya adalah bahwa dia
memampukan mereka untuk hidup tanpa dukungan yang khayal dari kewibawaan yang subyektif.
Iman dipegang tidak sebagai pendapat pribadi tetapi sebagai kebenaran yang adalah benar bagi
semua, karena itu dia harus secara umum ditegaskan, dan terbuka bagi penyelidikan umum dan
perdebatan. Secara khusus, seperti yang diperintahkan Yesus kepada kita, iman itu harus diberitakan
kepada semua bangsa, semua kelompok manusia apapun, kepercayaan, dan kebudayaan. Integritas
dan kemanfaatan pengajaran dan komunikasi yang terus-menerus ini akan menuntut pengakuan dan
penghargaan dari kewibawaan tradisi. Ada kesejajaran yang erat antara cara-cara yang dalamnya
kewibawaan tradisi berlaku didalam masyarakan ilmu pengetahuan dan didalam persekutuan Kristen.
Namun kesejajaran itu sama sekali tidak berarti lengkap, tanpa adanya pelajaran, tulisan, dan ucapan
manusia. Dalam persekutuan Kristen tradisi adalah kesaksian tentang perbuatan Allah dalam sejarah,
perbuatan yang menyatakan dan memberlakukan tujuan dari sang Pencipta. Pemahaman Kristen
tentang dunia bukanlah hanya masalah suatau tradisii peringatan, pemahaman itu adalah masalah
tinggal didalam riwayat kegiatan Allah, kegiatan yang tetap terus sedang berlangsung. Pengetahuan
yang dicari oleh Iman Kristen adalah pengetahuan tentang Allah yang sudah bertindak dan sedang
bertindak.
5. Akal budi, penyataan, dan pengalaman
Ketika akal budi dan tradisi di pertentangkan sebagai kriteria kebenaran yang terpisah atau
bersaing, maka hakikat akal budi tergantung pada tradisi sosial dan linguistic dan karena itu sesuatu
yang mempnuyai sifat yang kebetulan atau tidak disengaja dari semua peristiwa sejarah. Akal budi
tidak beroperasi kecuali didalam tradisi sosial yang terus berlaku, dan tidak dapat dimengerti sebagai
operasi pikiran yang murni yang tidak berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi
dalam masyarakat yang meneruskan tradisi. Pengetahuan analitis, psikologis, sosiologis, atau
neurologi tentang cara bekerja nalar orang lain, sama sekali bukanlah langkah menuju kepengenalan
akan orang lain yang kita alami dalam kasih dan persahabatan. Pengetahuan pribadi yang benar
hanya menjadi suatu kemungkinan klaim tentang akal budi yang berkuasa. Akal budi sudah menjadi
pelayan dalam keterbukaan mendengarkan dan mempercayai, daripada menjadi pelayan bagi
otonomi yang berkuasa. Perbedaannya bukanlah antara penggunaan akal budi dan penanggalannya,
perbedaannya adalah antara dua cara dalam memahami dunia, satu yang dalamnya diri orang itu
berkuasa dan yang dalamnya hanya memahami diri sendiri. Orang percaya mulai dari iman bahwa
kenyataan adalah rasional, bahwa suatu tujuan yang logis dapat dilihat dalam pengalaman.
Perjuangannya adalah untuk membuktikan bahwa iman adalah benar didalam keadaan-keadaan
yang rupa-rupanya meragukan/mempertanyakan. Usaha itu selalu merupakan usaha yang rasional,
usaha untuk memperoleh arti yang rasional didalam peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak
rasional melalui pola yang diberikan dalam penyataan yang mula-mula. Dengan semikian tradisi itu
secara terus-menerus dibentuk kembali dan disesuaikan dalam perjuangan untuk menguasai
pengalaman yang berjalan terus.
6. Penyataan didalam sejarah
Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Sekelompok kesulitan pertama timbul dari kekuasaan yang disebut dunia ilmiah modern. Ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan sudah berhasil dalam menyingkapkan mata rantai sebab-akibat yang
terletak dibelakang semua peristiwa sehingga kelihatannya tidak ada celah atau sela-sela yang
melaluinya tindakan ilahi dapat masuk kedalam peristiwa-peristiwa itu dan mempengaruhi.
2. Garis penalaran berlaku sepanjang salama ini dan juga membawa kepada kesulitan-kesulitan yang
lebih lanjut, tradisi Kristen menegaskan bahwa beberapa hal yang sudah terjadi menyata
Pembangunan Nasional
BAB I PENDAHULUAN
Negara kita sudah merdeka selama 64 tahun, mulai dari tahun 1945 – sekarang.
Tetapi yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah apakah kita sudah mengisi
kemerdekaan bangsa kita? Apakah tindakan, tugas, dan peranan kita dalam mengisi
kemerdekaan bangsa kita ini?
Pertanyaan-pertanyaan diatas sering muncul di benak kita, apabila kita merayakan
hari kemerdekaan bangsa kita. Kita mulai mengingat setiap perjuangan yang telah
dilakukan oleh pahlawan bangsa kita.
Tetapi yang menjadi pokok penulisan karya tulis adalah “Apakah peranan setiap
remaja dalam pembangunan nasional bangsa kita khusus remaja Kristen?
Remaja adalah generasi bangsa kita, tanpa kehadiran setiap remaja, maka bangsa
kita akan kehilangan pemimpin selanjutnya untuk menggantikan setiap pemimpin
yang lama. Oleh karena itu, maka sangat besar sebenarnya peranan, tugas, dan
tanggung jawab setiap remaja Kristen dalam membangun bangsa ini menjadi
bangsa yang maju dan lebih baik lagi.
Hanya saja, sebagian besar remaja pada saat ini tidak memahami seberapa
pentingnya mereka di dalam pembangunan bangsa ini, makanya mereka banyak
menyia-nyiakan masa depan mereka dengan berbagai kegiatan yang tidak berguna
sama sekali.
Jadi, tujuan penulis adalah ingin memaparkan kepada setiap remaja yang ada di
Indonesia bahwa diri Anda sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, terutama remaja
Kristen. Remaja yang mengikut keteladanan dari Yesus Kristus.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Istilah
Judul dari karya tulis ini adalah ‘Peranan Remaja Kristen dalam Pembangunan
Nasional”. Jadi penulis ingin mengartikan setiap istilah yang sering digunakan.
Peranan artinya : (1) bagian yang dimainkan oleh seorang pemain (di dalam film,
sandiwara) – yang dibebankan kepadanya (2) tindakan yang dilakukan oleh
seseorang di dalam suatu peristiwa
Remaja artinya : (1) mulai dewasa; sudah sampai umur untuk nikah; ia sekarang
bukan lagi anak-anak (2) muda; pengantin perempuannya masih – benar (3) pemuda
Kristen artinya : agama yang disampaikan oleh Kristus (Nabi Isa)
Pembangunan artinya : proses, cara, perbuatan membangun.
Nasional artinya : bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri;
meliputi suatu bangsa
Jadi secara harafiah, pengertian diatas dapat disimpulkan menjadi tindakan-
tindakan yang harus dilakukan oleh pemuda-pemuda yang mengikut ajaran Kristus
khususnya dalam proses untuk membangun bangsanya sendiri.
Remaja Kristen adalah semua pemuda yang berpegang teguh pada ajaran-ajaran
yang disampaikan oleh Yesus Kristus, jadi apabila seorang yang tidak berpegang
teguh pada ajaran-ajaran Kristus berarti dia bukan Remaja Kristen. Jadi syarat
dikatakan seorang pemuda dianggap Remaja Kristen yaitu apabila dia percaya
kepada Yesus Kristus.
Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
a) Tawuran
Sering sekali kita mendengar kasus tawuran antar pelajar, khususnya di kota-kota
besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya. Hal itu seakan sudah menjadi
kebiasaan di kalangan remaja kita. Bahkan ironisnya persoalan yang memicu
terjadinya kontak fisik itu adalah hal-hal yang sangat remeh. Misalnya, karena
minta rokok dan tidak diberi, atau karena ketersinggungan yang hanya bersifat
dugaan semata. Hal-hal semacam itu berpotensi sekali untuk menyulut api
bentrokan antar pelajar. Kontak fisik seolah menjadi solusi satu-satunya untuk
menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Mereka tidak lagi memikirkan
akibat yang akan diderita oleh berbagai pihak. Bahkan mereka tidak menghiraukan
lagi kalau tindakan mereka itu akan menimbulkan kerugian yang sangat besar; baik
bagi diri sendiri,keluarga, ataupun sosial.
b) Miras Dan Narkoba
Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya (narkoba), 90 persen
adalah generasi muda, termasuk 25.000 Remaja Kristen. Karena itu, narkoba
menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa. Alwi Nurdin, Kepala
Kanwil Depdiknas DKI mengatakan, ‘Sebanyak 1.015 siswa di 166 SMU di
Yogyakarta selama tahun 1999/2000 terlibat tindak penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan narkoba. Sedangkan 700 siswa sisanya ditindak dengan pembinaan
agar jera, dan tidak mempengaruhi teman lain yang belum terkena sebagai
pengguna narkoba. Para siswa penyalahgunaan narkoba tersebar di Jakarta-Utara
(Jakut) sebanyak 248 orang dari 26 SMU, Jakarta-Pusat atau Jakpus (109) di 12
SMU, Jakarta-Barat atau Jakbar (167) di 32 SMU, Jakarta-Timur atau Jaktim (305) di
43 SMU dan Jakarta-Selatan atau Jaksel (186) di 40 SMU, (kompas, 05 Februari
2001).
Negara kita sedang mengalami ancaman badai yang sangat mengkhawatirkan.
Peredaran minuman keras (miras) dan narkobapun semakin hari semakin mengarah
pada peningkatan yang siknifikan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam
beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal yang bersumber dari
penggunaan kedua jenis barang di atas. Kurva peningkatan peredaran miras dan
narkoba itu tidak terlepas dari dampak negatif semakin mengguritanya tempattempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir sudut kota-kota besar. Bahkan
ironisnya, peredaran itu sekarang tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu,
namun sudah merebah kepada anak-anak yang dikategorikan masih di bawah umur.
Ada beberapa dampak negatif atau kerugian bagi pecandu miras dan narkoba;
c) Pergaulan Bebas (pornografi dan pornoaksi)
Seiring dengan derasnya arus globalisasi, yang menjadikan dunia ini semakin
sempit, maka di waktu yang sama hal itu akan membawa sebuah konsekwensi; baik
positif atapun negatif. Kita tidak akan membicarakan mengenai konsekwensi positif
dari globalisasi saat ini. Karena hal itu tidak akan membahayakan rusaknya moral
generasi muda. Namun yang menjadi perhatian kita adalah efek atau dampak
negatif yang dibawa oleh arus globalisasi itu sendiri yang mengakibatkan
merosotnya moral para remaja saat ini.
Diantara sekian banyak indikator akan rusaknya moral generasi suatu bangsa
adalah semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak
bangsa ke jurang hitam. Bahkan bukan merupakan hal yang tabu lagi di era
sekarang ini, hubungan antar muda-mudi yang selalu diakhiri dengan hubungan
layaknya suami-isteri atas landasan cinta dan suka sama suka. Sebuah fenomena
yang sangat menyedihkan tentunya ketika prilaku semacam itu juga ikut
disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah istansi berbasis agama.
Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di era yang semakin bebas
dan arus yang semakin global ini.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, akan semakin
memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang mendukung terciptanya
suasana yang serba bebas. Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih terbatas
pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang dapat
diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya situs-situs berbau
pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna internet. Memang
di satu sisi tidak bisa dinafikan, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam
perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet
juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara.
berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri Jakarta) saja, hampir 100 persen
remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet,
VCD, atau buku-buku porno lainnya, (Harian Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).
Alasan Remaja Kristen Tidak Melaksanakan Setiap Tugasnya
Tetapi kadang-kadang Remaja Kristen, bukanlah seorang yang kita harapkan,
malahan mereka menjadi orang-orang memuakkan bagi kita. Kita jengkel melihat
apabila ada Remaja Kristen yang tidak melakukan ajaran-ajaran Kristus di dalam
hidupnya. Tetapi jangan terlalu membenci mereka karena kita semua berdosa dan
tidak akan luput dari dosa, malah tugas kita sebenarnya yaitu memberitakan setiap
kebenaran yang menjadi ajaran-ajaran Yesus Kristus.
Dibawah ini alasan-alasan mengapa Remaja Kristen tidak melaksanakan setiap
tugasnya adalah sebagai berikut:
Fatkor Internal
Psikologi Pribadi
Karena mental remaja yang masih tergolong labil dengan didukung keingintahuan
yang kuat, maka biasanya mereka cenderung melakukan apa saja tanpa
mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan.
Keluarga
Kerusakan moral pada remaja juga tidak terlepas dari kondisi dan suasana
keluarga. Keadaan keluarga yang carut-marut dapat memberikan pengaruh yang
sangat negatif bagi anak yang sedang/sudah menginjak masa remaja. Karena,
ketika mereka tidak merasakan ketenangan dan kedamaian dalam lingkungan
keluarganya sendiri, mereka akan mencarinya ditempat lain. Sebagai contoh;
pertengkaran antara ayah dan ibu yang terjadi, secara otomatis akan memberikan
pelajaran kekerasan kepada seorang anak. Bukan hanya itu, kesibukan orang tua
yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak adalah juga
merupakan faktor penyebab moral anaknya bejat.
Faktor Eksternal
Lingkungan Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter moral generasi muda. Pertumbuhan remaja tidak akan jauh dari warna
lingkungan tempat dia hidup dan berkembang. Lingkungan yang sudah penuh
dengan tindakan-tindakan amoral, secara otomatis akan melahirkan generasi yang
rusak.
Teman Pergaulan
Perilaku seseorang tidak akan jauh dari teman pergaulannya. Pepatah arab
mengatakan, yang artinya: ” dekat penjual minyak wangi, akan ikut bau wangi,
sedangkan dekat pandai besi akan ikut bau asap”. Menurut beberapa psikolog,
remaja itu cenderung hidup berkelompok (geng) dan selalu ingin diakui identitas
kelompoknya di mata orang lain. Oleh sebab itu, sikap perilaku yang muncul
diantara mereka itu sulit untuk dilihat perbedaannya. Tidak sedikit para remaja
yang terjerumus ke dunia hitam, karena pengaruh teman pergaulannya. Karena
takut dikucilkan dari kelompok/gengnya, maka seorang remaja cenderung menurut
saja dengan segala tindak-tanduk yang sudah menjadi konsensus anggota geng
tanpa berfikir lagi plus-minusnya.
Pengaruh Media Masa
Kita tidak dapat menutup mata akan pengaruh media masa; cetak maupun
elektronik, dalam membentuk moralitas generasi bangsa ini. Media-media yang ada
sekarang ini tidak lagi membatasi diri dengan hanya menyajikan berita dan
informasi semata. Namun sayap media sekarang ini sudah semakin lebar dan tidak
terbatas. Tayangan-tayangan televisi yang semakin marak dengan tontonan yang
sensual, seakan sudah menjadi hal yang biasa tersaji setiap harinya. Hal itu juga
didukung dengan beberapa artikel di media cetak yang tidak jarang menyajikan
wacana menyoal masalah-masalah yang berbau pornografi, kekerasan dan
semisalnya.
Di Indonesia, realitasnya justru lebih bebas. Di negara Paman Sam, film-film diberi
rate apakah bebas untuk semua umur atau termasuk jenis film triple x atau film
biru (blue film). Di Indonesia, tidak ada aturan yang tegas semacam itu. KUHP
memang melarang tindakan yang sama, tapi buktinya pornografi tetap marak.
Kaset-kaset dan VCD porno malah dijual bebas dan anak-anak pun malah bisa
menikmatinya secara leluasa, termasuk anak-anak di bawah umur. Film perkosaan
dan adegan berciuman di televisi ditayangkan di saat anak-anak masih menonton
televisi, yakni pada saat prime time, (harian republika, 29 mei 2006).
Solusi Menghadapi Kenakalan Remaja
Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh guna membentengi generasi muda dari
rongrongan dampak negatif arus globalisasi.
a) Peran Penting Keluarga
Demi mewujudkan cita-cita bersama dalam membentuk moralitas generasi bangsa
yang mulia, maka hal yang paling penting untuk dilakukan adalah pendekatan
individu. Peran ini sangat mungkin untuk dilakukan oleh pihak keluarga, khususnya
kedua orang tua. Karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan karakter
anak-anaknya. Hendaknya orang tua selalu peka dengan perkembangan buah
hatinya. Sehingga anak akan selalu terkontrol dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Karena sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa sumber kenakalan remaja
adalah juga bermuara pada kondisi keluarga yang carut-marut. Oleh sebab itu
sebagai benteng pertama, orang tua harus mampu memerankan peran aktifnya
dalam mendidik moral anaknya.
b) Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan harus menjalankan perannya dengan baik, sebagai wadah
pengelolahan sumber daya manusia (SDM) yang kuat baik dalam intelektual dan
moral. Dalam tataran peningkatan intelektual, lembaga pendidikan yang ada di
negara kita sedikit- banyak sudah terealisasikan. Akan tetapi satu peran lagi yang
seakan luntur seiring pemkembangan zaman, yaitu peran untuk menanamkan nilai
moral. Khususnya lembaga pendidikan yang berlebel umum. Ironisnya, terkadang
guru pengajar itu sendiri kurang begitu memberi tauladan yang baik bagi para
muridnya; baik dalam cara berpakaian (khususnya guru wanita), ataupun
berprilaku.
Tentunya yang penulis paparkan ini masih sangat subyektif, karena belum adanya
penelitian secara menyeluruh di kawasan nusantara. Akan tetapi penilaian yang
subyektif ini bisa jadi ada benarnya. Karena hal itu berdasarkan pengamatan
pribadai penulis selama menimbah ilmu di salah satu sekolah menengah umum
negeri (SMUN). Demikian juga asumsi itu didukung kuat oleh beberapa tulisan di
media masa.
Peran moral inilah yang harus digalakkan kembali di seluruh lembaga pendidikan di
indonesia, demi terlahirnya insan yang berkualitas baik dalam bidang IPTEK
ataupun IMTAK.
c) Legitiminasi Hukum Negara
Peran keluarga dan pendidikan dirasa kurang begitu kuat tanpa adanya undangundang yang memberi sanksi hukum bagi para pelaku amoral. Jumlah pelanggaran
norma sosial seperti tawuran antar pelajar, peredaran miras dan narkoba, serta
pergaulan bebas di kalagan muda-mudi, tidak akan berkurang kalau tidak ditekan
dari undang-undang yang berlaku.
Disinilah, pemerintah mempunyai andil sangat besar untuk menentukan kebijakankebijakan undang-undang yang berkaitan dengan moralitas bangsa. Sekalipun
sudah kita ketahui bersama bahwa hal itu sudah dilakukan oleh pemerintah, namun
dalam kenyataannya di lapangan, tindakan kriminal dan perbuatan asusila tidak
kunjung berkurang, bahkan kian bertambah. Ketika dirasa sanksi yang diberikan
oleh pemerintah tidak kunjung meredahkan laju pertumbuhan pelanggaranpelanggaran itu, maka pemerintah harus berani mengevaluasi kembali kinerja yang
selama ini dilakukan. Karena pekerjaan tidak akan mengalami kegagalan kalau
tidak ada sebuah kesalahan.
Peranan Remaja Kristen dalam Pembangunan Nasional
Pepatah mengatakan, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal
sejarahnya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selama tiga setengah abad hidup
dalam cengkeraman Belanda di tambah lagi hidup dalam penjajahan Jepang selama
tiga setengah tahun. Kemudian, kemerdekaan yang kita raih adalah bukti nyata dari
sebuah pengorbanan yang sangat besar dari semua komponen bangsa.
Pembangunan Nasional dalam rangka mewujudkan bangsa yang adil, makmur serta
berdaulat dengan berlandaskan azas pancasila serta UUD 1945 tidak akan pernah
tercapai jika tidak di dukung oleh semua rakyat Indonesia. Negara Kesatuan
Republik Indonesia menganut asas demokrasi yang bersumber kepada nilai- nilai
kehidupan yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Perwujudan dari asas
demokrasi itu diartikan sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber kepada
nilai kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Demokrasi ini juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap nilai- nilai
musyawarah yang mencerminkan kesungguhan dan tekad dari bangsa Indonesia
untuk berdiri diatas kebenaran dan keadilan.
Nilai- nilai kesanggupan dan kerelaan untuk berkorban dengan penuh keikhlasan
dan kejujuran dalam mengisi kemerdekaan demi kepentingan bangsa dan negara
telah digantikan oleh kerelaan berkorban hanya untuk mengisi kesenangan dan
kemakmuran pribadi pihak- pihak tertentu.
Terjadinya Kolusi Korupsi Nepotisme pada masa pemerintahan Orde Baru
merupakan bukti nyata pengingkaran terhadap sikap keikhlasan dan kejujuran.
Tidak hanya itu Indonesia mengalami krisis multi dimensi yang demikian pelik,
mulai dari krisis moral, krisis ekonomi, krisis kepercayaan, hingga krisis
kepemimpinan.
Tumbanganya pemerintahan Orde Baru pada 21 Mei 1998 masih segar dalam
ingatan kita bahwa pemerintahan yang tidak bersih dan mengabaikan rasa keadilan
tidak akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat. Benarlah apa yang
dikatakan pujangga Mesir Syauqy Beyq : Suatu bangsa yang kokoh bertahan.
Selama akhlak mewarnai kehidupan.
Setiap orang pasti merindukan pemerintah yang bersih, jujur, kuat, berani dan
berwibawa. Harapan itu merupakan amanat dari Pancasila dan UUD 1945 yang
selalu mendambakan pemerintahan yang memiliki moral kemanusiaan dengan
semangat kebangsaan. Disamping itu, peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan
serta pembangunan nasional telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
bangsa.
Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan
sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan
terhadap social, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri,
disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur,
berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air.
Maka hasil dari sebuah refleksi dari kepemimpinan pemerintah selama ini
mengatakan generasi terdahulu belum bisa menunjukan dirinya sebagai pemimpin.
Dalam berbagai kebijakan-kebijakannya pemerintah tidak pro rakyat. Kenaikan
harga BBM, kenaikan harga bahan-bahan pokok, serta bahan-bahan baku lainnya
adalah bukti dari dampak kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Mereka
masih berpegang teguh pada aturan lama yang selalu memihak kelompok berduit.
Kenyataan ini telah disadari oleh kaum muda Indonesia. Kesadaran yang
diharapkan mendorong segenap kaum muda untuk segera mempersiapkan dan
merancang prosesi pergantian generasi. Karena pada hakikatnya kita
membutuhkan wajah-wajah baru. Sehingga muka lama yang hampir usang itu bisa
tergantikan dengan muka baru yang lebih muda serta juga memiliki cita-cita dan
semangat baru.
Indonesia membutuhkan pemimpin dari kaum muda yang mampu
merepresentasikan wajah baru kepemimpinan bangsa. Ini bukan tanpa alasan,
karena kaum muda dapat dipastikan hanya memiliki masa depan dan nyaris tidak
memiliki masa lalu. Dan ini sesuai dengan kebutuhan Indonesia kini dan ke
depannya yang perlu mulai belajar melihat ke depan, dan tidak lagi berasyikmasyuk dengan tabiat yang suka melihat ke belakang. Kita harus segera maju ke
kepan dan bukan berjalan ke masa lalu. Dan secara filosofisnya, masa depan itu
adalah milik kaum muda. Mereka lebih steril dari berbagai penyimpangan orde
yang telah lalu. Mereka tidak memiliki dendam masa lalu dengan lawan politiknya.
Mereka tidak memiliki kekelaman masa lalu. Mereka juga tidak memiliki trauma
masa lalu yang sangat mungkin akan membayang-bayangi jika nanti ditakdirkan
memimpin. Lebih dari itu, kaum muda paling memiliki masa depan yang bisa
mereka tatap dengan ketajaman dan kecemerlangan visi serta memperjuangkannya
dengan keberanian dan energi yang lebih baru.
Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi
baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah
dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa
setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul
sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada
umurnya.
Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk
mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum
muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah
dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum
muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu
tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
Pemuda dalam tiap masa selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan.
Apakah itu perubahan menuju lebih baik atau sebaliknya. Pemuda dalam definisi
sosial adalah generasi antara umur 20 – 40 tahun ( atau 18- 35 tahun dalam
referensi lain). Dalam kajian ilmu sosial, puncak kematangan peran publik seorang
manusia ialah antara umur 40 -60 tahun. Dari perbandingan di atas, kita dapat
menyimpulkan, bahwa pemuda adalah penerus generasi sebelumnya untuk masa
yang akan datang.
Akan tetapi peran pemuda dalam keberjalanan roda Negara tetaplah krusial.
Banyak contoh di berbagai Negara, dimana titik tolak perubahan justru berawal
dari perjuangan pemuda. Sangatlah wajar. Setidaknya ada dua rahasia besar
kekuatan pemuda, yaitu kekuatan personal dan keunggulan mengorganisasi
kekuatan.
Rahasia berikutnya adalah keunggulan mengorganisasi kekuatan. Ada setidaknya
lima faktor prinsip yang dipegang pemuda, dalam mengorganisasi kekuatan
mereka, yaitu :
1. Kekuatan asas perjuangan
2. Kekuatan konsep dan metode perjuangan
3. Kekuatan persatuan
4. Kekuatan sikap dan posisi perjuangan
5. Kekuatan aksi dan opini : memiliki isu sentral, konsistensi misi, imun dalam
perjuangan, kesinambungan aksi dan opini.
Pembangunan Hari Ini
Lihatlah keadaan hari ini, dimana pembangunan fisik dan mental negeri bergerak
sangat lambat. Banyak bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai, masih juga
belum diperbaiki, padahal keadaan itu sudah berlangsung lama. Atau proyek jalan
tol yang terbengkalai bertahun-tahun. Belum lagi masalah kualitas pendidikan kita,
yang hampir semuanya berorientasi membentuk kuli. Ini hanya secuil bagian dari
besarnya masalah dalam pembangunan negeri ini.
Lalu bagaimana harusnya sikap pemuda? Setidaknya ada beberapa fakta yang
mesti diperhatikan para pemuda, sebagai agen akselerator transformasi. Pemuda,
adalah kelompok usia produktif yang memiliki potensi yang sama untuk
mendapatkan status sosial ekonomi yang relatif mapan dan akan masuk ke dalam
kelas menengah. Padahal, peran elit ( the rulling class ) dan kelas menengah
( middle class) sangat siginifikan dalam menggerakkan dan mengarahkan
perubahan sosial, sebagai salah satu pilar pembangunan. Dan, The Rulling Class ini
dibentuk dari kelas menengah, yang terdiri dari kelompok-kelompok strategis dari
kalangan intelektual, pengusaha, birokrat dan militer. Nah, untuk melakukan
mobilitas vertikal dan masuk ke dalam kelas menengah haruslah berbasis
kompetensi, bukan patronase politik.
Dengan kenyataan di atas, maka ada agenda strategis, dalam rangka memelopori
akselerasi pembangunan ini. Yaitu dengan mengelola dengan baik dan profesional
seluruh insitusi kepemudaan, sebagai sarana perekrutan pemuda-pemuda potensial
Indonesia dalam usia produktif. Selanjutnya, penguatan kelas menengah pemuda
sebagai kandidat elit (the rulling class) dalam konteks sirkulasi kepemimpinan lokal
dan nasional.
Dalam tataran aplikasinya, untuk saat ini, aktivis pelajar dan Remaja Kristen bisa
bergabung dalam organisasi massa. Lebih mengkerucut lagi, bisa ormas politik.
Dimulai dari aktivitas-aktivitas politik organisasi di kampus. Untuk pemuda yang
sudah tidak lagi Remaja Kristen, mereka bisa berkecimpung lebih dalam di
organisasi-organisasi keprofesian yang independen. Ini semua tidak lain adalah
untuk mempertajam kompetensi dan profesionalisme, agar ketika mereka sudah
menjadi bagian dalam the rulling class, mereka sudah siap.
Dengan kesiapan para pemuda menjalani the rulling class, akselerasi pembangunan
dapat dimaksimalkan. Harapan ini tentulah bukan sebuah khayalan. Sejarah
Indonesia sendiri telah menghasilkan individu seperti ini, contohnya, M. Natsir.
Percepatan pembangunan harus dimulai dengan perubahan mental dan cara
berfikir. Walaupun pemerintahan saat ini sudah on the track, tapi jalannya masih
lambat. Dengan kematangan mental dan perbedaan cara berfikir yang segar, the
next rulling class siap membantu dan mempercepat pembangunan negeri.
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya Remaja Kristen
telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh
untuk generasi muda, Remaja Kristen pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan
pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia
membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya
KAMI(Kesatuan Aksi Remaja Kristen Indonesia) yang didirikan oleh Remaja Kristen
dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal
dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti
menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa
depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, Remaja Kristen pada garis besarnya mempunyai
peranan sebagai :
a.agent of change
b.agent of development
c.agent of modernization
Sebagai agent of change, Remaja Kristen bertugas untuk mengadakan perubahanperubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent
of development, Remaja Kristen bertugas untuk melancarkan pembangunan di
segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of
modernization, Remaja Kristen bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam
pembahruan.
Sejarah mencatat sejak lahirnya bangsa ini pada tanggal 17 agustus 1945 sampai
sekarang Indonesia telah banyak mengalami sebuah perjalanan panjang dan sebuah
keniscayaan dalam setiap perjalanan pasti terjadi perubahan.Dalam konteks
keIndonesiaan kita pun mengalami perubahan yang cukup berarti baik ditingkat
lokal maupun global.Namun di sisi lain jelas negeri ini tidak dapat melupakan efek
negatif dari perubahan tersebut. Sebut saja seperti terjadinya konflik-konflik yang
terjadi baik konflik yang bersifat SARA maupun konflik yang dilatarbelakangi oleh
kepentingan politik, maupun ekonomi.
Konflik yang terjadi di negeri kita ini bagaikan sebuah pembukaan dalam sejarah
kelam bangsa Indonesia.Masalah bangsa datang silih berganti belum selesai duka
negeri Aceh kita kemudian di kejutkan oleh tragedi sunami di jawa belum selesai
rehabilitasi secara fisik dan mental muncul masalah lumpur Sidoarjo.pada bidang
kesehatan masih berbekas dalam ingatan kita permasalahan kekurangan gizi di
beberapa daerah menambah daftar masalah yang harus diselesaikan itu hanya
sekelumit masalah yang harus dipecahkan bangsa ini.
Akan tetapi ini adalah hal yang harus kita hadapi bersama tanggung jawab ini
bukan hanya milik pemerintah tapi ini merupakan sebuah pertanggunjawaban
secara kolektif kita yang mengatasnamakan bangsa Indonesia.kita berfikir dan
bergerak sekarang atau kita diam sama sekali…
Dari ratusan juta rakyat, sebenarnya Indonesia menyimpan SDM yang potensial
yang dibutuhkan untuk dijadikan modal untuk berjuang. Pertanyaan selanjutnya
adalah siapa dari SDM yang mempunyai energi besar, mumpuni dan mempunyai
daya gedor luar biasa dan telah terbukti dalam sejarah akan sepak terjangnya
dalam membangun bangsa kita ini?
Kalau dilihat dari sederet sejarah panjang bangsa ini rasanya tidak salah apabila
kita menyatakan bahwa para pemudalah yang mempunyai andil besar dalam rangka
membangun bangsa ini menuju bangsa yang lebih maju.
Lihat saja sejarah yang dimulai digerakkan Budi utomo tahun 1908 yang
merupakan organisasi kebangsaaan pertama, walaupun sebenarnya didalamnya
hanya terdiri dari golongan masyarakat tertentu tapi perjuangannya dalam
menyerukan kemerdekan sudah merupakan usaha untuk mendorong ke arah
kemajuan bangsa ini. Peristiwa Rengas dengklok merupakan peran pemuda yang
sangat berarti bagi bangsa Indonesia yang melandasi lahirnya teks Proklamasi.
Tragedi 1965 yang berhasil melengserkan orde lama juga tak lepas dari kekuatan
dan peran pemuda pada waktu itu dengan ditandainya banyak demonstrasi yang
menuntut segera dilakukan perbaikan–perbaikan negeri. Lahirnya peristiwa 1998
yang pada waktu itu dipelopori oleh Remaja Kristen sebagai elemen dari pemuda
yang akhirnya sekali lagi membuktikan kekuatannya yaitu berhasil melengserkan
pemerintahan orde baru. Para pemuda dan Remaja Kristen menuntut adanya
reformasi di berbagai bidang guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera dan segera keluar dari krisis ekonomi yang menghantam negeri ini.
Pemuda adalah tulang punggung negara, karenanya masa depan suatu negara
sangat tergantung dari peran pemuda itu sendiri. Ditangan pemuda jualah mau
kemana negara ini akan dibawa. Mau di beri warna apa bangsa ini, pemudalah yang
mempunyai prioritas utama untuk memikul tanggung jawabnya.Tidak dapat
dipungkiri, peran pemuda sangat besar bagi kemajuan suatu bangsa karena
merekalah tumpuan harapan bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Dalam sebuah tulisan seorang aktivis kepemudaan mengatakan bahwa generasi
muda tidak bisa tidak bisa dilepaskan dari pembangunan negara kita ini karena
memiliki empat hal yang ada pada dirinya yaitu semangat mudanya,sifat kritisnya
dan kematangan logikanya serta kearifan untuk melihat problem yang sesuai
dengan tempatnya.
Maka tak salah kemudian dalam setiap momen bersejerah bangsa ini kita akan
menjumpai para pemuda yang melakukan sebuah ”revolusi” peradaban
mengatasnamakan Nasionalisme.Dalam sejarah bangsa kita yang mulia ini para
pemuda menorehkan tinta emas sebagai garda terdepan perubahan.
Nasionalisme Gelombang Pertama: Kebangkitan Nasional 1908
Berdasarkan sejarah, gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia diawali oleh
Boedi Oetomo di tahun 1908, dengan dimotori oleh para Remaja Kristen kedokteran
Stovia, sekolahan anak para priyayi Jawa, di sekolah yang disediakan Belanda di
Djakarta. Jadi patut dipertanyakan sebagai tonggak kebangkitan
nasional Indonesia.Para Remaja Kristen kedokteran di Stovia, merasa muak dengan
para penjajah, –walaupun mereka sekolah di sekolah penjajah—dengan membuat
organisasi yang memberi pelayanan kesehatan kepada rakyat yang menderita.
Nasionalisme Gelombang Kedua: Soempah Pemoeda 1928
Setelah Perang Dunia I, filsafat nasionalisme abad pertengahan, mulai merambat ke
negara-negara jajahan melalui para Remaja Kristen negara jajahan yang belajar ke
negara penjajah.
Filsafat nasionalisme itu banyak mempengaruhi kalangan terpelajar Indonesia,
misalnya, Soepomo ketika merumuskan konsep negara integralistik tentang prinsip
persatuan antara pimpinan dan rakyat dan persatuan dalam negara seluruhnya.
Demikian pula, pada masa ini banyak diciptakan lagu-lagu kebangsaan yang sarat
dengan muatan semangat nasionalisme seperti Indonesia Raya, Dari Sabang
Sampai Merauke, Padamu Negeri, dan sebagainya.
Di dalam negeri sendiri, Soekarno sejak remaja, masa Remaja Kristennya bahkan
setelah lulus kuliahnya, terus aktif menyuarakan tuntutan kemerdekaan bagi
negerinya, 20 tahun setelah kebangkitan nasional, kesadaran untuk menyatukan
negara, bangsa dan bahasa ke dalam 1 negara, bangsa dan bahasa Indonesia, telah
disadari oleh para pemoeda yang sudah mulai terkotak-kotak dengan organisasi
kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera dan sebagainya,
kemudian diwujudkan secara nyata dengan menggelorakan Sumpah Pemoeda di
tahun 1928.
Nasionalisme Gelombang Ketiga: Kemerdekaan 1945
Pada nasionalisme gelombang ketiga ini, peran nyata para pemoeda yang
menyandra Soekarno-Hatta ke Rengas-Dengklok agar segera memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia, dapat kita baca dari buku-buku sejarah. Kurang dari 20
tahun (hanya 17 tahun), sejak Soempah Pemoeda dikumandangkan.
Nasionalisme Gelombang Keempat: Lahirnya Orde Baru 1966
Tepat 20 tahun setelah kemerdekaan, terjadi huru-hara pemberontakan G30S/PKI
dan eksesnya. Disini kembali pemuda memperlihatkan kembali aksinya dengan
melakukan tuntutan untuk membubarkan PKI
Nasionalisme Gelombang Kelima: Lahirnya Orde Reformasi 1998
Gelombang krismon yang melanda Asia Tenggara, dimanfaatkan dengan baik oleh
para Remaja Kristen dan pemuda kaum muda sekali lagi memperlihatkan ke
nasionalismean dengan menurunkan Soeharto sekaligus mengakhiri 32 tahun
jaman kejayaannya.
Sebuah keironian bila kita melihat kondisi para pemuda sekarang. Tingkat
permisivitas gaya hidup dan derasnya arus globalisasi, termasuk globalisasi budaya
asing, menyebabkan pemuda kerap lengah dan akhirnya tergoda untuk melakukan
tindakan-tindakan yang fatal, baik bagi masa depan dirinya maupun
keluarga,masyarakat bangsa.
Persoalan-persoalan tersebut, lebih bersifat non-ideologis, tapi justeru ini bisa
direfleksikan lebih lanjut ke persoalan ideologis, yakni penumbuhan kesadaran
akan peran-peran pemuda secara ideal dalam bingkai hubungan masyarakat,
bangsa dan negara.
Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan para pemuda yang ada didaerah –
daerah.Serbuan budaya barat yang di klaim sebagai sebuah kebudayaan yang
berkeadaban menjadi sebuah tren masa kini.Apalah jadinya bangsa kita ini ketika
bangsa ini memerlukan tenaga para pemudanya untuk lebih berkarya dengan
kondisi bangsa yang semrawut kita tidak bisa menjadi garda terdepan perubahan
yang berkeadaban.
Menyikapi kompleksitas problematika bangsa ini maka harus ada reaktualisasi
peranpemuda.Riza Patri (ketua DPP KNPI) mengatakan bahwa para pemuda harus
melakukan peran perubahan (agent of change) yang meliputi Pertama, revitalisasi
peran dalam menyikapi beragam persoalan secara objektif, dalam kedudukannya
sebagai subjek (bukan objek) pembangunan nasional.Kedua, Peningkatan peran
pemberdayaan pemuda secara internal dan eksternal. Ketiga, peran pemuda
senantiasa mengedepankan daya kritis dan inisiatif-nya, yang perlu
direaktualisasikan secara konkret. Keempat, Pemuda Indonesia memiliki peran
penting dalam proses pencerahan guna pencerdasan masyarakat. Kelima, Pemuda
Indonesia harus meningkatkan dirinya atau merevitalisasi perannya sebagai
anggota masyarakat global.
Karenanya di samping peningkatan kualitas komunikasi dengan publik
internasional, juga mengerti akan problematika-problematika global dan
dampaknya bagi kepentingan nasional dan lokal (dalam konteks otonomi daerah).
Saatnya kita semua pemuda Indonesia, harus melakukan reaktualisasi peran, tidak
saja mampu memahami persoalan, namun juga bisa mengimplementasikan dengan
baik.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya….
Penggalan syair lagu Indonesia raya di atas haruslah menjadi pemicu bagi negeri
ini untuk sadar diri. Sadar bahwasanya apapun yang terjadi negeri ini rakyat harus
bangun dan bangkit. Maka dari itu Indonesia harus menatap ke depan,
menganalisis situasi dan bahu-membahu siapapun dia.
Pemuda merupakan suatu potensi bagi negara sebagai armada dalam kemajuan
bangsa. Peran pemuda sangatlah penting dalam mengisi pembangunan dan
mempertahankan kemerdekaan bangsa, mengingat catatan sejarah peran pemuda
senantiasa menjadi pilar dan motor untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
Di mulai dari Budi Utomo tahun 1908, Sumpah pemuda tahun 1928, Proklamasi
Kemerdekaan tahun 1945, hingga saat ini, pada masa reformasi, pemuda yang
merupakan tokoh intelektual bangsa senantiasa memberikan pemikiran dan
pergerakan demi kedaulatan bangsa.
Dalam situasi yang senantiasa tumbuh dan berkembang di era globalisasi ini,
menuntut peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen
perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Selain itu, dalam
Pembangunan Nasional, pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam
menjaga Pancasila, keutuhan NKRI, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa. Dengan demikian kesadaran pemuda akan kecintaan terhadap tanah air
dan bangsanya semakin meningkat.
Pemuda diharapkan tetap terus menempa dirinya menjadi pribadi-pribadi yang
memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, dan memiliki
kesetiakawanan sosial dan semangat pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan
negara yang tinggi. Pemuda sebagai garda terdepan dalam proses perjuangan,
pembaruan dan pembangunan bangsa, diharapkan mampu mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan yang telah di raih negara ini selama kurang lebih 64 tahun
silam dengan berbagai hal.
Dalam tataran kampus atau perguruan tinggi, pemuda memiliki tugas pokok untuk
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemuda dalam hal ini Remaja Kristen
diharapkan mampu melaksanakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian terhadap
Masyarakat. Pendidikan dalam konteks menerima dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diterima selama menjadi Remaja Kristen. Penelitian meliputi
kajian-kajian strategis baik perbaikan maupun penemuan baru demi kemajuan
bangsa. Pengabdian terhadap masyarakat yaitu pengamalan potensi, ilmu dan
pengetahuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di
masyarakat.
Situasi negara yang saat ini kurang stabil, dengan banyak terjadinya bencana,
konflik kepentingan, degradasi moral dan terorisme, menuntut pemuda khususnya
Remaja Kristen untuk menjadi stabilisator, dinamisator, kreator dan inovator
perubahan ke arah yang lebih baik. Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat
mengingatkan diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki semangat
kejuangan, sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis dan futuristik tanpa
meninggalkan akar budaya bangsa Indonesia yang tercermin dalam
kebhinnekatunggalikaan. Semoga negara Indonesia ini tetap jaya dengan para
pemuda yang senantiasa berkarya.
Generasi Muda sebagai pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai
sumber insani bagi pembangunan nasional, ibarat mata rantai yang tergerai
panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang
paling sentral dalam artian bahwa, pemuda berperan sebagai pelestari nilai budaya,
kejuangan, pelopor dan perintis pembaruan melalui karsa, karya dan dedikasI.
Selain itu pemuda juga mempunyai peran dalam menggerakkan pembangunan
sekaligus menjadi pelaku aktif dalam proses pembangunan nasional serta berperan
dalam memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan
(Dirjen Pothan Dephan) Bambang Murgiyanto, MSc, Rabu (17/9) pada pembukaan
Penataran Tenaga Inti Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (Targati PPBN) bagi
Organisasai Kepemudaan Tk. Pusat Tahun 2003. Penataran akan berlangsung
selama lima hari di Aula Ditjen Pothan Dephan Jl. Tanah Abang Timur No. 8 Jakpus,
diikuti 30 peserta yang berasal dari UI, UKI, Guna Dharma, Resimen Remaja
Kristen dan KNPI.
Bambang Murgiyanto, MSc, mengatakan, pemuda sebagai bagian integral dari
Warga Negara sangat berperan dalam berbagai aspek kehidupan kebangsaan,
sehingga sudah seharusnya generasi muda memiliki semangat Bela Negara yang
tinggi, karena generasi muda sebagai motor penggerak pembangunan harus
mampu menciptakan inovasi dan kreatifitas yang kondusif dalam masyarakat agar
Pembangunan Nasional dapat tercapai.
Menurut Dirjen Pothan Dephan, salah satu bentuk riil dari upaya sosialisasi Bela
Negara adalah melalui Targati PPBN, untuk memebentuk Kader Tenaga Inti yang
dipersiapkan sebagai ujung tombak dalam rangka penyebarluasan faham, rasa dan
semangat Bela Negara pada lingkungan masing-masing maupun pada lingkungan
masyarakat secara keseluruan.
“Sebagaimana telah diamanatkan dalam Pasal 27 dan 3O UUD 1945 serta Pasal 9
Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, menyatakan dengan
tegas bahwa, upaya Pembelaan Negara merupakan Hak dan Kewajiban setiap
Warga Negara Indonesia” Ujarnya.
Dirjen Pothan Dephan Bambang Murgiyanto, MSc, menjelaskan, upaya pembelaan
Negara sebagaimana dimaksud dalam perundang-Undang tersebut merupakan
pengejawantahan dari cita-cita luhur Bangsa Indonesia untuk menjaga,
mengamankan dan memelihara Kesatuan dan Persatuan serta Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Dengan demikian kita selaku elemen bangsa yang memiliki Hak dan Kewajiban
dalam Pembelaan Negara, perlu untuk menanamkan dalam sanubari, faham, rasa
dan semangat Bela Negara serta dapat mengaplikasikannya dalam berkehidupan
kebangsaan sehari-hari. “Perlu disadari bahwa kesadaran warga negara akan hak
dan kewajibannya itu tidak dibawa sejak lahir, untuk itu harus ditanamkan dan
ditumbuh kembangkan secara terus menerus melalui sisialisasi”.
INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Lesslie Newbigin
1. Dogma dan keraguan di dalam kebudayaan yang majemuk.
Dogma berasal dari kata Yunani “Dokein” yang berarti ‘Mengira”. Kata ini dipergunakan untuk
menunjukkan hal yang tampaknya baik bagi penguasa yang sah dan diumumkan kepada masyarakat.
Kata seperti itu dipergunakan dalam keputusan rasul-rasul dalam persidangan di Yerusalem (Kis
16:4), dalam sejarah gereja kata itu dikluarkan oleh pihak yang berwenang dan harus diterima dalam
Iman.
Ada tiga pokok pendahuluan tentang dogma yaitu:
a. Dogma bukanlah kekhususan yang unik dari gereja. Setiap pemikiran yang sistematis harus dimulai
dari titik berangkat tertentu, dia harus mulai dengan menerima susuatu yang diangggap benar tanpa
harus dipersoalkan lagi. Pemikiran Kristen harus sah dan logis, yaitu bahwa Allah sudah berbuat
sesuatu untuk menyatakan dan dan memberlakukan maksud-Nya terhadap dunia dengan cara yang
dapat diketahui dari Alkitab.
b. Kita perlu memperhatikan apa yang sudah diajarkan kepada kita. Setiap masyarakat
menggantungkan keutuhannya atas suatu perangkat yang disebut kemasuk-akalan, yaitu pola-pola
kepercayaan, dan tingkah laku yang diterima didalam masyarakat tertentu, yang menentukan
kepercayaan-kepercayaan mana yang masuk akal dan tidak masuk akal. Injil memberikan kebangkita
kepada suatu struktur kemasuk-akalan yang baru, suatu cara melihat perkara-perkara yang secara
radikal berbeda dari visi-visi yang membentuk semua kebudayaan manusia yang terpisah dai Injil.
c. Ada suasana kerendahan hati yang patut dihargai tentang pernyataan kebenaran itu jauh lebih
besar daripada yang dapat ditangkap oleh satu orang atau oleh satu tradisi keagamaan.
Dogma sudah lama dikaitkan dengan pemaksaan, kekuasaan politis, penolakan atas
kebebasan berpikir dan suara hati. Sebetulnya hanya dogma hanya dogma yang dimengerti secara
benar yaitu Anugerah Allah yang Cuma-Cuma dalam Yesus Kristus yang dapat memberikan dan
menyokong kebebasan pikiran dan suara hati. Dogma sesuatu yang diberikan kepada kita untuk
diterima dalam Iman, bukan auatu perangkat rumusan yang tidak dibatasi waktu.
2. Akar-akar kemajemukan
Ada 5 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Perlu adanya kritik atas keraguan. Ketika kita berusaha meragukan suatu pernyataan, kita
melakukannya di atas dasar kepercayaan-kepercayaan tang tidak kita ragukan. Ada 2 bentuk asumsi
keraguan yaitu pernyataan anda tidak terbukti dan pernyataan anda tidak pernah dapat dibuktikan
atau tidak ada kirteria yang seperti itu. Hanya dapat meragukan karena ada hal-hal yang dipercayai
tanpa meragukannya.
b. Peran yang relatif dari Iman dan keraguan dalam usha untuk mengetahui. Pengetahuan harus
dimulai dengan tindakan Iman, kita harus mempercayai bukti yang kita lihat dan dengar, atau kalau
kita sedang mempelajari suatu bahasa, ilmu pengetahuan, sejarah, atau bidang pengetahuan lainnya,
kita harus mulai dengan mempercayai mereka yang melaksanakan pengajaran untuk kita.
c. Karya para Filsuf dan ahli sejarah ilmu pengetahuan dalam abad ini sudah memperlihatkan dengan
jelas bahwa keseluruhan karya ilmu pengetahuan modern adalah berdasarkan komitmen-komitmen
iman, yang mana komitmen-komitmen ini pada dirinya sendiri tidak dapat diperlihatkan oleh
metode-metode ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan sudah tidak akan mungkin
tanpa adanya dua kepercayaan, yaitu bahwa alam semesta adalah rasional dan bahwa dia adalah
bergantung pada sesuatu.
d. Fakta bahwa semua pengetahuan kita adalah terbatas seharusnya tidak diperhunakan untuk
menolak pernyataan-pernyataan tentang apa yang dapat kita ketahui sebagaimana kita mampu
membuatnya. Setiap orang bebas untuk memahami sesuka hatinya, Ilah yang tidak diketahui adalah
obyek kepercayaan yang menyenangkan, karena sifat-sifatnya ditentukan oleh diri sendiri.
e. Penurunan nilai pernyataan-pernyataan kepercayaan sebagai pernyataan yang subyektif,
menyebabkan timbulnya kekaburan logis. Hal ini adanya pengetahuan yang obyektif terlepas dari
pengetahuan sebagaimana dipercayai kebenarannya oleh seseorang. Keobyektifan palsu adalah
kebenaran sebagai persesuaian antara kepercayaan-kepercayaan pribadi dengan fakta-fakta yang
actual.
3. Tahu dan percaya
Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. mengamanti fakta-fakta yang penting. Bagi para ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dalam
memecahkan persoalan, maka yang penting adalah fakta-fakta tujuan itu. Kalau ia hanya memeriksa
fakta-fakta secara acak, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dan menghabiskan waktunya
dengan sia-sia. Ahli ilmu pengetahuan harus mengidentifikasikan permasalahannya dan kemudian
menilai fakta-fakta mana yang penting dalam hubungannya dengan persoalna itu. Itu adalah masalah
penilaian dan tidak ada peraturan untuk menentukan hal itu, dan masalah itu haruslah masalah yang
baik, banyak waktu telah dibuang dalam usaha untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak
bermakna.
b. Penyusunan suatu hipotesa. Tidak ada peraturan-peraturan untuk menyusun hipotesa itu lwbih
banyak merupakan masalah intuisi dan imajinasi. Beberapa teori baru yang paling penting sudah
datang dari suatu penglihatan atau angan-angan.
c. Verifikasi atas suatu hipotesis dengan eksperimen. Suatu hipotesis yang benar akan membuktikan
dirinya benar dalam segala macam cara yang tidak diduga, dan ilmuwan-ilmuwan akan secara terus
menerus mengujinya dalam situasi-situasi yang baru. Suatu teori dilepaskna hanya kalau sudah
dibuktikan bahwa ada teori lain yang secara intelektual dan estetis lebih memuaskan dan dapat
mempertanggung jawabkan lebih banyak fakta-fakta. Fakta-fakta itu adalah bebas nilai yang darinya
mereka adalah bagiannya, bukanlah hasil dari suatu tujuan apapun, tetapi merupakan hasil operasi
dari dua faktor kembar, yaitu: kesempatan dan sebab-akibat.
4. Otoritas, otonomi, dan tradisi.
Kemenangan ilmu pengetahuan adalah sesuai sesuai untuk menggantikan akan pengamatan
dan penyimpulan sebagai kewibawaan. Setiap usaha untuk menghidupkan kembali kewibawaan
dalam hal-hal intelektual adalah suatu langkah mundur. Salah satu dari manfaat yang besar yang
diberikan oleh ilmu pengetahuan untuk mereka yang mengerti semangatnya adalah bahwa dia
memampukan mereka untuk hidup tanpa dukungan yang khayal dari kewibawaan yang subyektif.
Iman dipegang tidak sebagai pendapat pribadi tetapi sebagai kebenaran yang adalah benar bagi
semua, karena itu dia harus secara umum ditegaskan, dan terbuka bagi penyelidikan umum dan
perdebatan. Secara khusus, seperti yang diperintahkan Yesus kepada kita, iman itu harus diberitakan
kepada semua bangsa, semua kelompok manusia apapun, kepercayaan, dan kebudayaan. Integritas
dan kemanfaatan pengajaran dan komunikasi yang terus-menerus ini akan menuntut pengakuan dan
penghargaan dari kewibawaan tradisi. Ada kesejajaran yang erat antara cara-cara yang dalamnya
kewibawaan tradisi berlaku didalam masyarakan ilmu pengetahuan dan didalam persekutuan Kristen.
Namun kesejajaran itu sama sekali tidak berarti lengkap, tanpa adanya pelajaran, tulisan, dan ucapan
manusia. Dalam persekutuan Kristen tradisi adalah kesaksian tentang perbuatan Allah dalam sejarah,
perbuatan yang menyatakan dan memberlakukan tujuan dari sang Pencipta. Pemahaman Kristen
tentang dunia bukanlah hanya masalah suatau tradisii peringatan, pemahaman itu adalah masalah
tinggal didalam riwayat kegiatan Allah, kegiatan yang tetap terus sedang berlangsung. Pengetahuan
yang dicari oleh Iman Kristen adalah pengetahuan tentang Allah yang sudah bertindak dan sedang
bertindak.
5. Akal budi, penyataan, dan pengalaman
Ketika akal budi dan tradisi di pertentangkan sebagai kriteria kebenaran yang terpisah atau
bersaing, maka hakikat akal budi tergantung pada tradisi sosial dan linguistic dan karena itu sesuatu
yang mempnuyai sifat yang kebetulan atau tidak disengaja dari semua peristiwa sejarah. Akal budi
tidak beroperasi kecuali didalam tradisi sosial yang terus berlaku, dan tidak dapat dimengerti sebagai
operasi pikiran yang murni yang tidak berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi
dalam masyarakat yang meneruskan tradisi. Pengetahuan analitis, psikologis, sosiologis, atau
neurologi tentang cara bekerja nalar orang lain, sama sekali bukanlah langkah menuju kepengenalan
akan orang lain yang kita alami dalam kasih dan persahabatan. Pengetahuan pribadi yang benar
hanya menjadi suatu kemungkinan klaim tentang akal budi yang berkuasa. Akal budi sudah menjadi
pelayan dalam keterbukaan mendengarkan dan mempercayai, daripada menjadi pelayan bagi
otonomi yang berkuasa. Perbedaannya bukanlah antara penggunaan akal budi dan penanggalannya,
perbedaannya adalah antara dua cara dalam memahami dunia, satu yang dalamnya diri orang itu
berkuasa dan yang dalamnya hanya memahami diri sendiri. Orang percaya mulai dari iman bahwa
kenyataan adalah rasional, bahwa suatu tujuan yang logis dapat dilihat dalam pengalaman.
Perjuangannya adalah untuk membuktikan bahwa iman adalah benar didalam keadaan-keadaan
yang rupa-rupanya meragukan/mempertanyakan. Usaha itu selalu merupakan usaha yang rasional,
usaha untuk memperoleh arti yang rasional didalam peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak
rasional melalui pola yang diberikan dalam penyataan yang mula-mula. Dengan semikian tradisi itu
secara terus-menerus dibentuk kembali dan disesuaikan dalam perjuangan untuk menguasai
pengalaman yang berjalan terus.
6. Penyataan didalam sejarah
Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Sekelompok kesulitan pertama timbul dari kekuasaan yang disebut dunia ilmiah modern. Ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan sudah berhasil dalam menyingkapkan mata rantai sebab-akibat yang
terletak dibelakang semua peristiwa sehingga kelihatannya tidak ada celah atau sela-sela yang
melaluinya tindakan ilahi dapat masuk kedalam peristiwa-peristiwa itu dan mempengaruhi.
2. Garis penalaran berlaku sepanjang salama ini dan juga membawa kepada kesulitan-kesulitan yang
lebih lanjut, tradisi Kristen menegaskan bahwa beberapa hal yang sudah terjadi menyata