Korupsi Dalam Perspektif Hadis Nabi

Korupsi Dalam Perspektif Hadis Nabi
Asep Nahrul M.1

Sahih Muslim 3415

‫حددث ننناَ أ ننبوُ ب نك ل‬
‫ن أ نحبيِ ن‬
َ‫حددث نننا‬
‫شيِ لب ن ن‬
‫و ح‬
‫ح ن‬
‫ن اَّل ل ن‬
‫كيِ ن‬
‫ة ن‬
‫ن‬
‫ع بل ن‬
‫ر بل ن‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫ح‬
‫جدراَّ ح‬
‫ن‬

‫ن‬
‫ن ن‬
‫عيِ ن‬
‫ن‬
‫ن أحبيِ ن‬
‫ن ن‬
‫زم م ن‬
‫د ن‬
‫م ح‬
‫ع ح‬
‫خاَل ح م‬
‫ن أحبيِ ن‬
‫إح ل‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫ل بل ن‬
‫د ي‬
‫س ن‬
‫ي بل ح‬
‫س بل ح‬

‫قيِ ل ح‬
‫حاَ ح‬
‫د‬
‫ن‬
‫د‬
‫د‬
‫د‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ي ن‬
‫سوُ ن‬
‫م‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫عليِ ل ح‬
‫ل اَّلل ح‬
‫س ح‬
‫ميِنرةن اَّلك حن ل ح‬
‫ع ح‬
‫م ل‬

‫ع ن‬
‫و ن‬
‫ت نر ن‬
‫قاَل ن‬
‫سل ن‬
‫صلىَّ اَّلل ن‬
‫د ي‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫خيِ ن ط‬
‫طاَ ن‬
‫ل ن‬
‫ين ن‬
‫قوُ ن‬
َ‫ما‬
‫م ل‬
‫عنلىَّ ن‬
‫م ن‬
‫منناَ ح‬
‫مل لنناَهن ح‬

‫ست ن ل‬
‫ن اَّ ل‬
‫م ل‬
‫ف ن‬
‫فك نت ن ل‬
‫ع ن‬
‫من لك ن ل‬
‫ع ن‬
‫ل ن‬
‫م م‬
‫ل‬
‫ه ن‬
‫ن ن‬
‫ف ن‬
‫ل ن‬
‫ة ن‬
‫وُ ن‬
‫ن‬
‫ج ل‬
‫قاَ ن‬

‫ل‬
‫م اَّل ل ح‬
‫م إ حل نيِ ل ح‬
‫م ح‬
‫غنلوُطل ي نأحتيِ ب ح ح‬
‫كاَ ن‬
‫ه نر ن‬
‫قاَ ن‬
‫وُ ن‬
‫قنيِاَ ن‬
‫ق ن‬
‫ه ين ل‬
‫ف ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ه اَّ ل‬
‫ف ن‬
‫ه ن‬

‫قب ن ل‬
‫سوُ ن‬
‫قاَ ن‬
‫ل‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫ر ك نأينيِ أن لظننر إ حل نيِ ل ح‬
‫وُدن ح‬
‫ل نياَ نر ن‬
‫أ ل‬
‫م ل‬
‫ن اَّللن ل ن‬
‫س ن‬
‫صاَ ح‬
‫عت ن ن‬
‫ماَ ل ن ن‬
‫مل ن ن‬
‫ذاَّ ن‬
‫ك تن ن‬
‫ك ن‬
‫ك ن‬

‫قاَ ن‬
‫وك ن ن‬
‫ل كن ن‬
‫قوُ ن‬
‫قاَ ن‬
‫قاَ ن‬
‫ل‬
‫عينيِ ن‬
‫ن‬
‫س ح‬
‫م ل‬
‫ل ن‬
‫و ن‬
‫ع ن‬
‫ذاَّ ن‬
‫ل ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل ن‬
‫وأنناَ أ ن‬

‫ئ‬
‫عنلىَّ ن‬
‫م ن‬
‫ج ل‬
‫مل لنناَهن ح‬
‫ه اَّلل ن‬
‫ست ن ل‬
‫ن اَّ ل‬
‫م ل‬
‫ع ن‬
‫من لك ن ل‬
‫ع ن‬
‫ن ن‬
‫قوُل ن ن‬
‫فل ليِ ن ح‬
‫م م‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬

‫ه ن‬
‫بح ن‬
َّ‫هى‬
‫هأ ن‬
‫يِ ن‬
‫يِ ح‬
‫ر ح‬
‫قحليِل ح ح‬
‫علنه اَّن لت ن ن‬
‫و ن‬
‫من ل ن‬
‫ف ن‬
‫خذن ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫ماَ أوت ح ن‬
‫وكحثيِ ح‬
‫ماَ ن ن ح‬
Abu Bakr bin Aby Syaibah telah menceritakan kepada kami, Waki’ bin Jarah telah
menceritakan kepada kami, Isma’il bin Khalid telah menceritakan kepada kami dari Qais

bin Aby Hazim dari ‘Addy bin ‘Amirah al-Kindy ia berkata: saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda : Barangsiapa diantara kalian yang aku serahi suatu pekerjaan,
kemudian dia menyembunyikan dari kami (meskipun) sebuah jarum atau sesuatu
yang lebih kecil dari itu, maka itu adalah ghulul (korupsi) yang akan ia
pertanggungjawabkan kelak di hari kiamat. Kemudian ‘Addy bin ‘Amirah berkata:
lalu seorang laki-laki berkulit hitam dari Anshar – dan sepertinya saya pernah
melihatnya – berdiri sambil berkata: wahai Rasulullah, kalau demikian, saya akan
menarik kembali tugas yang anda berikan kepada saya, Rasulullah balik bertanya:
ada apa denganmu ?, ia menjawab: saya mendengar anda berkata begini dan
begini, Rasulullah berkata :sekarang aku sampaikan barangsiapa yang aku serahi
suatu pekerjaan, hendaklah ia kerjakan sedikit banyaknya, apa yang dibolehkan
untuknya ia boleh mengambilnya dan apa yang memang dilarang, maka
hendaklah ia menahan dirinya.
Hadits di atas merupakan satu diantara sekian hadits Nabi yang menceritakan
kasus ghulul. Terma ghulul sendiri dalam bahasa arab memiliki arti kalung besi (
thauqun min hadid ) dan kemudian dikonotasikan kepada pengkhianatan, kata Ghalla
1. Mahasiswa Semester 3 Jurusan tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta

berarti akhana (berkhianat).


2

Dalam hadits di atas dijelaskan seperti apa perbuatan

ghulul tersebut, yakni menyembunyikan / mengambil sesuatu yang bukan menjadi
haknya ketika diserahi suatu pekerjaan. Dalam terma modern, ghulul dapat disamakan
dengan korupsi, meskipun hanya merepresentasikan sebagian dari makna korupsi,
karena sejatinya, korupsi dalam terminologis sekarang mencakup muatan makna
pelanggaran yang beragam, semisal penggelapan ( ghulul ), Money Politics ( Risywah),
pencurian

(

sirqah),

dsb.

Korupsi

sendiri

merupakan

penyelewengan

atau

penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.

3

Perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang

secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka.
A. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, kata korupsi berasal dari bahasa latin corruption atau
corruptus, dari kata kerja corrumpre yang berarti rusak atau hancur. Sedangkan secara
terminologis, sebagaimana dalam Undang-Undang RI no. 31 tahun 1999 yang diubah
dengan UU no. 20 th. 2001 tentang pemberantasan tidak korupsi, yang dimaksud
korupsi adalah ; pertama, setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain dalam suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Kedua, setiap orang yang
dengan tujuan menguntunkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.4
Pemahaman korupsi sendiri mulai populer di barat pada permulaan abad ke-19,
setela revolusi Prancis, Inggris dan Amerika, yaitu ketika prinsip pemisahan antara
keuangan umum atau keuangan negara dan keuangan pribadi mulai diterapkan dan

2 . ‘Aunul Ma’bud
3 . KBBI
4 . Amzulian Rifa’I, “ Praktik Korupsi Sstemis : Berdayakah hukum “, 5-6

penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi khususnya dalam soal keuangan
dianggap sebagai korupsi. 5

B. Korupsi Dan Syari’at Islam
Setidaknya, landasan-landasan al-Qur’an dalam menetapkan hukum korupsi
tertera dalam beberapa ayat berikut :
1. Surat Ali Imran : 161

‫م‬
‫وُ ن‬
‫ين ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫موُ ن‬
‫ي نظل ن‬

‫غل ن ل ل‬
‫ن‬
‫ماَ ن‬
‫ماَ ن‬
‫غ د‬
‫غ د‬
‫ل‬
‫ن ين ل‬
‫ن ين ن‬
‫ل ي نأ ح‬
‫يِ أ ل‬
‫كاَ ن‬
‫م ل‬
‫ت بح ن‬
‫و ن‬
‫و ن‬
‫ل ن‬
‫ن‬
‫ن ل حن نب ح ي‬
‫م لن‬
‫ل‬
‫ل نن ل‬
‫وُ د‬
‫فىَّ ك ن ل‬
‫و ن‬
‫اَّل ح‬
‫م ح‬
‫سب ن ل‬
‫ماَ ك ن ن‬
‫ه ل‬
‫س ن‬
‫ة ثن د‬
‫قنيِاَ ن‬
‫ت ن‬
‫م تن ن‬
‫ف م‬

tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiaptiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
2. Surat an-Nisa : 58

‫إن اَّلل ده يأ لمرك ن ن‬
‫ن‬
‫ن تن ن‬
‫وإ ح ن‬
َّ‫ذا‬
‫ت إ حنلىَّ أ ن ل‬
‫ماَنناَ ح‬
‫مأ ل‬
‫ح د‬
‫ؤ ل‬
‫هل ح ن‬
‫دواَّ اَّلل ن‬
‫ن ن ن ن ل‬
‫هاَ ن‬
‫ن‬
َ‫ما‬
‫ه نح ح‬
‫ل إح د‬
‫سأ ل‬
‫موُاَّ حباَل ل ن‬
‫ن تن ل‬
‫ن‬
‫م ب نيِ ل ن‬
‫ع د‬
‫ن اَّلل د ن‬
‫حك ن ن‬
‫مت ن ل‬
‫حك ن ل‬
‫عدل ح‬
‫ن اَّلدناَ ح‬
‫ه ن‬
َّ‫صيِطرا‬
‫ين ح‬
‫عاَ ب ن ح‬
‫س ح‬
‫م بح ح‬
‫كاَ ن‬
‫ه إح د‬
‫ميِ ط‬
‫ن ن‬
‫ن اَّلل د ن‬
‫عظنك ن ل‬

Sesungguhnya

Allah

menyuruh

kamu

menyampaikan

amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar
lagi Maha melihat.
3. Surat Al-Baqarah : 188

5 . Yunahar Ilyas, dkk., Korupsi dalam Perspektif Agama-Agama (Yogyakarta: LP3 UMY,
2004), ix

‫ن‬
‫ل‬
َّ‫هاَ إ حنلى‬
‫ل‬
‫م‬
‫م حباَل لنباَطح‬
‫وت ندلنلوُاَّ ب ح ن‬
‫م ب نيِ لن نك ن ل‬
‫وُاَّل نك ن ل‬
‫ونل ت نأك ننلوُاَّ أ ل‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫د‬
‫ري ط‬
‫حكاَم ح ل حت نأكلوُاَّ ن‬
‫م‬
‫قاَ ح‬
‫اَّل ن‬
‫م ل‬
‫وأن لت ن ل‬
‫نأ ل‬
‫س حباَل حث لم ح ن‬
‫وُاَّ ح‬
‫م ن‬
‫ف ح‬
‫ل اَّلدناَ ح‬
‫ن‬
‫موُ ن‬
‫تن ل‬
‫عل ن ن‬

dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara

kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
4. Surat Al-Zukhruf : 65

‫م ن‬
‫ن‬
‫وُي ل ل‬
‫ن‬
‫فاَ ل‬
‫خت نل ن ن‬
‫موُاَّ ح‬
‫ل ل حل د ح‬
‫ب ح‬
‫حنزاَّ ن‬
‫ف اَّلل ن ل‬
‫م ل‬
‫ذي ن‬
‫م ل‬
‫ن ظنل ن ن‬
‫ه ل‬
‫ف ن‬
‫ن ب نيِ لن ح ح‬
‫ن‬
‫ع ن‬
‫ن‬
‫ذاَّ ح‬
‫ب ين ل‬
‫وُم م أحليِم م‬
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu
kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim Yakni siksaan hari yang
pedih (kiamat).
5. Surat Al-Anfal : 27

‫ن‬
‫ن‬
‫سوُ ن‬
َّ‫خوُننوُا‬
‫وت ن ن‬
‫مننوُاَّ نل ت ن ن‬
‫هاَ اَّل د ح‬
‫واَّلدر ن‬
‫نياَ أي ل ن‬
‫ذي ن‬
‫خوُننوُاَّ اَّلل د ن‬
‫نآ ن‬
‫ل ن‬
‫ه ن‬
‫أ نماَنناَت حك نم ن‬
‫ن‬
‫موُ ن‬
‫م تن ل‬
‫عل ن ن‬
‫وأن لت ن ل‬
‫ن‬
‫ل ن‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Demikianlah beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan penetapan
hukum keharaman korupsi. Syari’at Islam diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan
bagi umat Islam, di kalangan Ulama Ushul, konsep ini dikenal dengan Maqasshid
Syari’ah. Diantara kemaslahatan yang hendak dituju tersebut adalah hifdzul Mal
(terpeliharanya harta) dari berbagai bentuk penyelewengan dan pelanggaran.
Sebagaimana dipopulerkan as-Syatiby, maqashid Syari’ah dirinci ke dalam tiga macam :
1. Dlaruriyyat ( primer )
2. Hajjiyat ( sekunder )

3. Tahsinyat ( tersier )
Dalam kategori dlaruriyyat dikemukakan bahwa tujuan syari’at ialah menjaga
lima hal :
a. Hifdz ad-Din ( agama )
b. Hifdz an-Nafs ( jiwa )
c. Hifdz an-Nasab ( keturunan )
d. Hifdz al-Mal ( harta )
e. Hifdz al-‘Aql ( akal/ fikiran ). 6
Korupsi merupakan bentuk pelanggaran hifdzul mal yang tentunya bersebrangan
dengan maqashid syari’ah. Islam mengkhendaki keharmonisan dan keselarasan dalam
seluruh tatanan sosial, Islam menyatakan perang terhadap segala hal yang bisa merusak
keharmonisan sosial, dalam berbagai aspek.
Dalam hal ini, Islam sangat menjunjung tinggi konsep milkiyyah ( kepemilikan ).
Sesuatu yang telah menjadi milik sah seseoran atau suatu lembaga, tidak bisa berpindah
kepemilikan kepada pihak lain, kecuali dengan melalui prosedur-prosedur tertentu yang
diatur dalam syari’at Islam. Secara umum, semua prosedur yang memiliki legalitas
dalam syari’at Islam terbagi kepada 3 kelompok besar :
1. Mu’awadlah (imbal-balik), contohnya seperti jual beli, akad sewa, hutang
piutang, pinjam-meminjam, dsb.
2. Tabarru’ ( sukarela ), contohnya seperti hibah, hadiah, sedekah, wasiat, dsb.
3. Khallafiyyah ( proses penggantian) yang terdiri dari penggantian orang dari
orang lainnya, seperti pewarisan orang yang meninggal kepada ahli warisnya,
dan penggantian barang dari barang, seperti penggantian kerugian berupa
barang atau uang atas tindak kejahahatan, dsb.
Dengan demikian, harta yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak benar,
seperti mencuri, riba, menggasab, termasuk korupsi yang seluruhnya melanggar konsep
kepemilikan. Inilah bentuk-bentuk memakan harta dengan cara yang bathil
sebagaimana ditegaskan dalam surat al-baqarah : 188 :

6 . as-Syatiby, al-Muwafaqat, Juz. 1, hlm. 10, 15, Juz. 2, hlm. Hlm. 2

‫ن‬
‫ل‬
َّ‫هاَ إ حنلى‬
‫وت ندلنلوُاَّ ب ح ن‬
‫م ب نيِ لن نك ن ل‬
‫وُاَّل نك ن ل‬
‫ونل ت نأك ننلوُاَّ أ ل‬
‫ل ن‬
‫م حباَل لنباَطح ح‬
‫م ن‬
‫ن‬
‫قاَ من أ نموُاَّل اَّلدناَس باَللث لم ن‬
‫ح د‬
‫كاَم ح ل حت نأ لك ننلوُاَّ ن‬
‫م‬
‫اَّل ل ن‬
‫وأن لت ن ل‬
‫ح ح ح ح ن‬
‫ري ط ح ل ل ن ح‬
‫ف ح‬
‫ن‬
‫موُ ن‬
‫تن ل‬
‫عل ن ن‬
dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
Selanjutnya, dalam perpektif fiqih Islam, fenomena korupsi yang terjadi selama
ini setidaknya dapat dikategorikan ke dalam empat bentuk : 7
1. al-Risywah ( suap-menyuap ), contohnya seperti uang pelicin, Money Politics, dsb.
Kasus ini merupakan salah satu pelanggaran yang sangat dikecam oleh Islam,
sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah Saw. :
( Sunan Tirmidzy no. 3019)

‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ب ن‬
‫ر ح‬
‫ن أحبيِ ح‬
‫ن اَّل ل ن‬
‫س ن‬
‫حددث ننناَ أ ل‬
‫ن‬
‫ع ل‬
‫حددث ننناَ اَّب ل ن‬
‫مدن ب ل ن‬
‫ح ن‬
‫ذئ ل م‬
‫ن نيوُن ن ن‬
‫حاَ ح‬
‫ث بل ح‬
‫ن‬
‫ن‬
‫د‬
‫ن‬
‫رو ن‬
‫قاَ ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫ة ن‬
‫ن ن‬
‫ن‬
‫م ن‬
‫د اَّلل ح‬
‫عب ل ح‬
‫عب ل ح‬
‫لل ن‬
‫د اَّلدر ل‬
‫ن أحبيِ ن‬
‫ع ن‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫سل ن‬
‫ح ن‬
‫م م‬
‫ه بل ح‬
‫م ح‬
‫سوُ ن‬
ِ‫شي‬
‫ه ن‬
‫ملرت ن ح‬
‫م اَّلدراَّ ح‬
‫عل نيِ ل ح‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫و ن‬
‫نر ن‬
‫واَّل ل ن‬
‫سل د ن‬
‫صدلىَّ اَّلل د ن‬
‫ه ن‬
‫شيِ ن‬
‫ه ن‬

Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami, Ibnu Aby Dzi’b telah menceritakan
kepada kami dari Haris bin ‘Abdurrahman dari Abi Salmah dari Abdullah bin ‘Amr, ia
berkata: Rasulullah saw. melaknat orang yang menyuap dan disuap.
Risywah berarti suatu harta benda yang diberikan kepada seseorang dengan
motif untuk membatalkan suatu kebenaran atau membenarkan suatu kebathilan.

8

Dalam kosakata bahasa Indonesia, risywah adalah suap atau sogok. Kasus suap terjadi
dari mulai skala terkecil hingga skala pemerintahan. Kegiatan suap-menyuap kendati
telah diketahui keharamannya namun tetap saja gencar dilakukan orang-orang, entah
itu untuk meraih pekerjaan, pemenangan hukum, hingga untuk memasukan anak ke
7 . Berdasarkan keputusan Bahtsul Masa’il ” Membangun Fiqih Anti Korupsi ” kerjasama
P3M dan Partnership di Hotel Kaisar 1-4 Mei 2004. Lihat Membangun Fiqih Anti Korupsi,
hlm. 217.
8 . ‘Aun al-Ma’bud Syah Abu Daud.

lembaga pendidikan-pun tak lepas dari praktik suap-menyuap. Untuk memasukkan
anak ke sekolah yang bonafit, tidak cukup hanya bermodal nilai UN yang tinggi tapi
dibutuhkan juga uang yang banyak untuk menyumpal mulut para panitia. Sungguh
fenomena yang sangat menyedihkan. Dan yang lebih menyedihkan lagi, mereka yang
melakukannya adalah orang-orang yang mengaku muslim, padahal jelas-jelas Rasulullah
sebagai teladan bagi seorang muslim sangat mengecam keras para pelaku suapmenyuap tersebut.
Dalam skala pemerintahan, pelanggaran semacam ini dikenal dengan kasus
money politics. Uang kini dini “ dinobatkan “ sebagai raja diraja dalam demokrasi di
Indonesia, money politics merupakan cerminan dari demokratisasi politik di negara kita.
Inilah salah satu bentuk korupsi akut yang sedang marak dan harus kita perangi
bersama-sama.
Untuk Pejabat, Hadiah datau Suap ?
Hibah dan hadiah pada dasarnya adalah sah, bahkan dianjurkan oleh
Rasulullah. Definisi hadiah dalam terminology fiqih Islam adalah memberikan
sesuatu dengan tujuan mengekspresikan kecintaan agar dibalas dicintai, ata –
setidaknya – bertujuan mendapat pahala, para shaih atau siapa saja yang
dianggapn baik. 9
Dalam salah satu hadits Rasulullah saw. disebutkan :

‫ن‬
‫ف ن‬
‫ع ن‬
‫قاَ ن‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫هنري ليينرةن‬
‫د ن‬
‫ر ن‬
‫ن أ نب حيييِ ن‬
‫س ح‬
‫خل ن ل‬
‫عيِ م‬
‫م ل‬
‫ل ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫عيي ل‬
‫ع ل‬
‫حددث ننناَ أنبوُ ن‬
‫ش م‬
‫د‬
‫ن‬
‫د‬
‫د‬
‫د‬
‫واَّ ن‬
‫ل ن‬
‫ن‬
‫سوُ ن‬
‫قاَ ن‬
‫قاَ ن‬
‫ن‬
‫ه ن‬
‫عليِ ليي ح‬
‫ل اَّلليي ح‬
‫فييإ ح د‬
‫م تن ن‬
‫و ن‬
‫ل نر ن‬
‫سييل ن‬
‫صييلىَّ اَّلليي ن‬
‫ه ن‬
‫هيياَدن ل‬
‫ه ن‬
‫و ن‬
‫ر‬
‫دي د ن‬
‫ة ت نذل ح‬
‫ه ح‬
‫ه ن‬
‫اَّل ل ن‬
‫غنر اَّل د‬
‫ب ن‬
‫صدل ح‬
Khalaf telah menceritakan kepada kami, Abu Ma’syar telah menceritakan kepada
kami, dari Sa’id dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: saling member
hadiahlah, sesungguhna hadiah itu menghilangkan kedengkian hati.
( Musnad Ahmad no. 8882)
Namun, seiring dengan perkembangan fenomena yang ada, terutama
dalam skala pemerintahan, tidak jarang hibah dan hadiah ini bergeser dari
9 . Abdullah Jamaluddin, Ta’rib as-Siyasah, hlm. 50

tujuan mulanya, manakala diawali dengan motif-motif tertentu. Diantaranya
adalah mata rantai kepentingan yang saling merebut untuk bisa mendapatkan
sesuatu. Pada titik ini, hadiah menjadi berailh menjadi sesuatu yang sarat akan
suap. Islam menutup semua celah perbuatan tercela seperti itu, sehingga
pemberian hadiah kepada para pejabat pemerintah terjadi kekeburan motif,
sehingga timbullah hukum yang berbeda. Lantas, bagaimana saja gambaran
hadiah yang sah dan tidak di kalangan pejabat ?
Setidaknya, para ulama telah menjelaskan batasan-batasan ini, diantaranya : 10
1. Seorang pejabat, terlebih jabatan hukum, haram menerima hadiah dari
orang yang sedang terkait perkara atau urusan, baik sudah terbiasa saling
memberi sebelum menduduki jabatan itu atau tidak ( Ahmad bin Muhammad arRamli VIII : 94 ).
2. Termasuk hadiah yang diharamkan bagi seorang pejabat ialah
pemberian dari orang yang – meski – tidak terkait perkara atau urusan, terbiasa
saling member jauh sebelum menjadi pejabat, namun setelah menjadi pejabat
terjadi peningkatan volume hadiah dari kebiasaan sebelumnya (Ibnu Abidin IV :
34 ).
3. Seorang pejabat juga haram menerima hadiah dari seseorang yang jika
bukan karena jabatannya, niscaya orang tersebut tidak akan memberikannya
( Ibnu Abidin V : 373).
Adapun pemberian hadiah yang bukan dari orang-orang yang selain
disebutkan di atas, maka boleh saja diterima oleh pejabat bersangkutan, dengan
pengandaian meskipun ia tidak menjadi pejabat ( rakyat biasa ) pun dia tetap
menerima hadiah itu.
Dalam beberapa hadits dijelaskan tentang tindakan preventif tersebut,
yakni larangan memberikan hadiah kepada pejabat.
Sahih Bukhari no. 6464.

‫سوُ ن‬
‫م ن‬
َّ‫عل نييى‬
‫جطل ن‬
‫ه ن‬
‫عل نيِ ليي ح‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫م نر ن‬
‫ست ن ل‬
‫و ن‬
‫ل نر ن‬
‫اَّ ل‬
‫سييل د ن‬
‫صدلىَّ اَّلل د ن‬
‫ع ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫ة ن‬
‫صدن ن‬
‫ه‬
‫سل نيِ لم م ي ندل ن‬
‫ن اَّل لل دت نب حيِ د ح‬
‫قاَ ح‬
‫جيياَءن ن‬
‫ميياَ ن‬
‫حاَ ن‬
‫ت ب نحنيِ ن‬
‫عىَّ اَّب ل ن‬
‫سييب ن ن‬
‫فل ن د‬
‫ن‬
‫ف ن‬
‫ة ن‬
‫ن‬
‫سوُ ن‬
‫قاَ ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫قاَ ن‬
‫ه‬
‫دي د ل‬
‫ذاَّ ن‬
‫و ن‬
‫ل ن‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫ه ح‬
‫ل نر ن‬
‫صدلىَّ اَّلدليي ن‬
‫ماَل نك ن ل‬
‫ذاَّ ن‬
‫ه ن‬
‫م ن‬
10 . Rofiqul A’la, ‘ Suap Dalam Perspektif Islam ‘ dalam P3M, Korupsi di Negeri Kaum
Beragama, hlm. 195

‫ك ن‬
‫ن‬
‫مي ن‬
‫م ن‬
َّ‫حدتيى‬
‫ن‬
‫ت ح‬
‫فييِ ب نيِ ليي ح‬
‫عل نليِي ح‬
‫ك ن‬
‫هدل ن‬
‫سيي ن‬
‫جل ن ل‬
‫ف ن‬
‫و ن‬
‫وأ ي‬
‫سيل د ن‬
‫ت أحبيِي ن ن‬
‫ه ن‬
‫دي دت ن ن‬
‫ت نأ لت حيِ ن ن‬
‫خطنب ننناَ ن‬
‫د ط‬
َّ‫وأ نث لننى‬
‫م ن‬
‫ك ن‬
‫ح ح‬
‫صاَ ح‬
‫ه ح‬
‫ك إح ل‬
‫ف ن‬
‫ن ك نن ل ن‬
‫مدن اَّلل د ن‬
‫قاَ ث ن د‬
‫ت ن‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫قاَ ن ن‬
‫عدن ن‬
‫م ن‬
‫جيي ن‬
‫م ن‬
َّ‫عل نييى‬
‫م ن‬
‫ن‬
‫ل ح‬
‫ع ح‬
‫عل نيِ ل ح‬
‫ل اَّلدر ن‬
‫ست ن ل‬
‫ماَ ب ن ل‬
‫فإ حينيِ أ ل‬
‫من لك نيي ل‬
‫لأ د‬
‫ه ثن د‬
‫فيِ ن ن‬
‫فيِ نأ لحتيِ ن‬
‫ه ن‬
‫هيي ن‬
‫هيي ن‬
‫قييوُ ن‬
َّ‫ذا‬
‫و ن‬
‫ل ن‬
‫ل ح‬
‫اَّل ل ن‬
‫ميياَل نك ن ل‬
‫ذاَّ ن‬
‫ودلحنيِ اَّلل د ن‬
‫م د‬
‫ع ن‬
‫م ن‬
‫ماَ ن‬
‫م ح‬
‫فيييِ بيِييت أ نبيِييه ن‬
‫ت حليِ أ ن ن‬
َّ‫حت دييى‬
‫دي د ل‬
‫س ح‬
‫ة أن ل‬
‫ن‬
‫ميي ح‬
‫ه ح‬
‫ه ح‬
‫ه ن‬
‫فنل ن‬
‫دي ن ل‬
‫وأ ي‬
‫جل نيي ن‬
‫ن ل ح ح ح ن‬

‫هديت نه واَّلل ده نل يأ ل ن ن‬
‫ل‬
‫ح ي‬
‫م ن‬
‫ه إ حدل‬
‫شيييِ لطئاَ ب ح ن‬
‫قيي ح‬
‫حدل ح‬
‫ح‬
‫ر ن‬
‫خذن أ ن‬
‫ن‬
‫من لك ن ل‬
‫ت نأت حيِ ن ن‬
‫ه ن ح د ن ن‬
‫غيِ ليي ح‬
‫ن‬
‫ر ن‬
‫ة ن‬
ِ‫ي‬
‫فنل ن ل‬
‫م لن ح‬
‫م اَّل ل ح‬
‫لن ح‬
‫داَّ ح‬
‫م ح‬
‫ح ح‬
‫ح ط‬
‫نأ ن‬
‫ه ين ل‬
‫وُ ن‬
‫ف د‬
‫من لك ن ل‬
‫قنيِاَ ن‬
‫مل ن ن‬
‫يِ اَّلل د ن‬
‫ه ين ل‬
‫قيي ن‬
‫ق ن‬
‫ع ح‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ه نر ن‬
‫و بن ن‬
‫و ن‬
‫م ن‬
‫عيينر‬
‫هاَ ن‬
‫ل بن ح‬
‫ح ح‬
‫شاَةط ت نيِ ل ن‬
‫ه ين ل‬
‫قنرةط ل ن ن‬
‫عيِطراَّ ل ن ن‬
‫اَّلل د ن‬
‫وُاَّلر أ ل‬
‫خ ن‬
‫غاَءل أ ل‬
‫ه ين ن‬
‫م نر ن‬
‫هيي ل‬
‫قييوُ ن‬
‫ل‬
‫م ن‬
‫ض إ حب لطحيي ح‬
‫ع ي ندنهن ن‬
‫ف ن‬
‫ل اَّلل د ن‬
‫هيي د‬
‫ثن د‬
‫يِ ب نيِ نيياَ ن‬
‫حت دييىَّ نرئ حيي ن‬
ِ‫ع أ نذنحني‬
‫ب نل د ل‬
‫صنر ن‬
‫م ن‬
‫غ ن‬
‫و ن‬
‫س ل‬
‫ت بن ل‬
‫عيِ لحنيِ ن‬

Rasulullah saw. mengangkat seorang laki-laki bernama Ibn al-‘Atbiyah untuk
menjadi pejabat pemungut zakat di Bani Sulaim. Ketika ia datang menghadap
Nabi untuk melapor, beliau memeriksanya. Ia berkata: ” ini harta zakatmu
(Nabi/negara) dan ini adalah hadiah (untuku). Lalu Rasulullah saw. bersabda: jika
engkau benar, maka apakah jika engkau duduk di rumah ayah atau ibumu, hadiah
itu akan datang kepadamu ? Kemudian Rasulullah berpidato menucapkan tahmid
dan dan memuji Allah, lalu berkata: amma ba’du ; aku mengangkat salah seorang
diantara kamu untuk melakukan suatu tugas yang merupakan bagian dari apa
yang telah dibebankan oleh Allah kepadaku. Lalu orang ini datang dan berkata: ini
harta zakatmu (Nabi/negara) dan ini adalah hadiah yang diberikan kepadaku.
Jika ia memang benar, maka apakah jika ia duduk di rumah ayah atau ibunya,
hadiah itu akan datang kepadanya ?. Demi Allah, begitu seseorang mengambil
sesuatu dari hadiah itu tanpa hak, maka kelak di hari kiamat ia akan menemui
Allah dengan membawa hadiah itu,lalu aku akan mengenali seseoran diantara
kamu ketika menemui Allah itu, ia memikul unta di atas pundaknya dengan suara
melengkik atau sapi yang mengeluh, atau kambing yang mengembek. Kemudian
Rasulullah mengangkat tangannya sehingga terlihat bulu ketiaknya yang putih
seraya berkata: “ Yaa Allah apakah telah ku sampaikan pandangan mataku dan
pendengaran telingaku “.

Alasan mendasar pelarangan Nabi di atas ialah karena kekuasaaan,
sebagaimana terlihat dalam ungkapan afalaa jalasa fi bati ummihi …. Dst. Bahkan
Imaml al-Bukhari membuat bab khusus ‫ ( باَب من لم يقبل اَّلهدية لعلة‬Bab
Siapa saja yang tidak menerima hadiah karena ada motif yang tidak sehat ).
Dalam bab tersebut, Imam Bukhari menukil perkataan ‘Umar bin Abdul Aziz :

‫ واَّليِوُم رشوُة‬،‫كاَنت اَّلهدية فيِ زمن رسوُل اَّلله هدية‬
“Pada zaman Rasulullah pemberian itu dinamakan Hadiah, maka zaman
sekarang ini dinamakan risywah (suap)”. ( Sahih Bukhari, Juz 9, hlm. 51,
Maktabah Syamilah)
2. al-Khianat ( Berkhianat / Penyalahgunaan Wewenang ), contohnya seperti :
a. Mark Up, yaitu penggelembungan atau menaikkan dengan beberapakali lipat
harga barang atau suatu proyek pemerintah. Tujuannya agar selisih harga
tersebut bisa masuk ke dalam kantong pribadi.
b. Kolusi, adalah kerja sama rahasia atau persekongkolan untuk maksud tidak
terpuji seperti untuk melawan hukum antar penyelenggara Negara atau antara
penyelenggara dengan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan
Negara. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang
diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar
segala urusannya menjadi lancar.
c. Nepotisme,. Yaitu perilaku yg memperlihatkan kesukaan yang berlebihan
kepad

kerabat

dekat

atau

kecenderungan

untuk

mengutamakan

(menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di
lingkungan pemerintah.
3. Penyalahgunaan uang dan fasilitas negara secara umum, dsb.
Secara prinsipil, semua bentuk korupsi memang termasuk pengkhianatan terhadap
suatu kepercayaan. Pelanggaran semacam ini jelas-jelas sangat dikecam dalam Islam :
Surat Al-Anfal : 27

‫ن‬
‫ن‬
‫سوُ ن‬
َّ‫خوُننوُا‬
‫وت ن ن‬
‫مننوُاَّ نل ت ن ن‬
‫هاَ اَّل د ح‬
‫واَّلدر ن‬
‫نياَ أي ل ن‬
‫ذي ن‬
‫خوُننوُاَّ اَّلل د ن‬
‫نآ ن‬
‫ل ن‬
‫ه ن‬
‫أ نماَنناَت حك نم ن‬
‫ن‬
‫موُ ن‬
‫م تن ل‬
‫عل ن ن‬
‫وأن لت ن ل‬
‫ن‬
‫ل ن‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Surat an-Nisa : 58

‫إن اَّلل ده يأ لمرك ن ن‬
‫ن‬
‫ن تن ن‬
‫وإ ح ن‬
َّ‫ذا‬
‫ت إ حنلىَّ أ ن ل‬
‫ماَنناَ ح‬
‫مأ ل‬
‫ح د‬
‫ؤ ل‬
‫هل ح ن‬
‫دواَّ اَّلل ن‬
‫ن ن ن ن ل‬
‫هاَ ن‬
‫ن‬
َ‫ما‬
‫ه نح ح‬
‫ل إح د‬
‫سأ ل‬
‫موُاَّ حباَل ل ن‬
‫ن تن ل‬
‫ن‬
‫م ب نيِ ل ن‬
‫ع د‬
‫ن اَّلل د ن‬
‫حك ن ن‬
‫مت ن ل‬
‫حك ن ل‬
‫عدل ح‬
‫ن اَّلدناَ ح‬
‫ه ن‬
َّ‫صيِطرا‬
‫ين ح‬
‫عاَ ب ن ح‬
‫س ح‬
‫م بح ح‬
‫كاَ ن‬
‫ه إح د‬
‫ميِ ط‬
‫ن ن‬
‫ن اَّلل د ن‬
‫عظنك ن ل‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.
4. Ghulul ( penggelapan), yaitu menggelapkan uang negara demi menunjang motif
pribadi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, ghulul berarti menyembunyikan /
mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya ketika diserahi suatu pekerjaan.
Penggelapan merupakan bagian dari al-khianat hanya saja ghulul secara khusus
merujuk kepada penggelapan seorang yang diserahi pekerjaan / pejabat, seperti
penggelapan pajak oleh petugas pajak, dsb. Pelanggaran ini juga dikecam oleh Islam :

‫غل ن ل ل‬
‫ن‬
‫ماَ ن‬
‫ميياَ ن‬
‫غيي د‬
‫غ د‬
‫ة‬
‫ن ين ل‬
‫ن ين ن‬
‫م اَّل ل ح‬
‫ميي ح‬
‫ل ي نأ ح‬
‫يِ أ ل‬
‫كاَ ن‬
‫وُ ن‬
‫م ل‬
‫قنيِاَ ن‬
‫ت بح ن‬
‫و ن‬
‫و ن‬
‫ل ي نيي ل‬
‫ل ن‬
‫ن‬
‫ن ل حن نب ح ي‬
‫ل نن ل‬
‫وُ د‬
‫فىَّ ك ن ل‬
‫موُن‬
‫و ن‬
‫سب ن ل‬
‫ماَ ك ن ن‬
‫م نل ي نظلل ن ن‬
‫ه ل‬
‫س ن‬
‫ثن د‬
‫ت ن‬
‫م تن ن‬
‫ف م‬
tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari
kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri
akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal,
sedang mereka tidak dianiaya.

(Al-Baqarah : 161)
5. al-Muksu ( pemerasan ), yaitu semacam pemerasan atau penarikan paksa dari pihak
pemerintah yang lazim disebut upeti. Pemungutan upeti sendiri diharamkan dalam
syari’at Islam. Rasulullah Saw. bersabda :

ِ‫حدثناَ مطلب بن شعيِب اَّلزدي ثناَ عبد اَّلله بن صاَلح حدثني‬
‫اَّبن لهيِعة عن يزيد بن أبيِ حبيِب عن أبيِ اَّلخيِر قاَل سمعت‬
‫ سمعت اَّلنبيِ صلىَّ اَّلله عليِه و سلم‬: ‫رويفع بن ثاَبت قاَل‬
‫ صاَحب اَّلمكس فيِ اَّلناَر‬: ‫يقوُل‬
Mathlab bin Syu’aib al-Azdary telah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Shalih telah
menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepadaku, dari Yazid bin Abi
Habib dari Abi al-Khair ia berkata: aku mendengar Ruwaifi’ bin Tsabit berkata: Nabi saw.
bersabda: pemungut upeti akan masuk neraka
( Mu’jam al-Kabir li at-thabrany no. 4493)

Korupsi pada masa Nabi
Penyakit Korupsi sendiri telah muncul sejak Nabi saw. Secara umum, korupsi
masa Nabi terbagi dua bagian : korupsi ghanimah dan non-ghanimah. Beberapa contoh
kasus korupsi pada zaman Rasulullah saw. misalnya :
1. Kasus Korupsi Beludru Merah
Sunan Abu Daud no. 3457 :

‫حددث ننناَ ن‬
َ‫حددث نننا‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫قت نيِ لب ن ن‬
‫وُاَّ ح‬
‫س ح‬
‫ح ح‬
‫عيِ م‬
‫زنياَمد ن‬
‫د ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫د بل ن‬
‫ة بل ن‬
‫عب لدن اَّل ل ن‬
‫ن ح‬
‫ل ن‬
‫س ن‬
‫م ل‬
‫قاَ ن‬
‫قاَ ن‬
‫س‬
َ‫عدبا‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫صيِ ل ل‬
‫حددث ننناَ ح‬
‫وُنلىَّ اَّب ل‬
‫ف ن‬
‫ق ن‬
‫ل اَّب ل ن‬
‫م ن‬
‫س ل‬
‫خ ن‬
‫م ل‬
‫عدباَ م‬
‫م‬
‫ح‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫د‬
‫ماَ ن‬
‫غ د‬
{‫ل‬
‫ن ين ن‬
‫ه ن‬
‫ه اَّلي ن ن‬
‫ت ن‬
‫ذ ح‬
‫ه ح‬
‫نر ح‬
‫يِ أ ل‬
‫كاَ ن‬
‫ماَ ن ننزل ل‬
‫عن ل ن‬
‫و ن‬
‫ه ن‬
‫يِ اَّلل ن‬
‫ة} ن‬
‫ن ل حن نب ح ي‬
‫ض ن‬
‫ف ن‬
‫ر ن‬
‫منراَّءن ن‬
‫طيِ ن‬
‫فيِ ن‬
‫ع د‬
‫قاَ ن‬
‫ل‬
‫ف ح‬
‫ح‬
‫ف م‬
‫ق ح‬
‫س لن ن‬
‫ل بن ل‬
‫ة ن‬
‫وُ ن‬
‫قدن ل‬
‫ح ل‬
‫ع ن‬
‫ت ين ل‬
‫م ب ندل م‬
‫ض اَّلدناَ ح‬
‫ن‬
‫ن‬
‫هاَ ن‬
‫فأن لنز ن‬
‫سوُ ن‬
‫عدز‬
‫مأ ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫خذن ن‬
‫عل نيِ ل ح‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫و ن‬
‫نر ن‬
‫ل اَّلل د ن‬
‫سل د ن‬
‫صدلىَّ اَّلل د ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ماَ ن‬
‫غ د‬
‫ج د‬
‫ة‬
‫ن ين ن‬
‫ل {إ حلىَّ آ ح‬
‫ر اَّلي ن ح‬
‫يِ أ ل‬
‫كاَ ن‬
‫و ن‬
‫و ن‬
‫ل} ن‬
‫ن‬
‫ن ل حن نب ح ي‬
‫خ ح‬

‫‪Qutaybah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abdul wahid bin Ziyad telah‬‬
‫‪menceritakan kepada kami, Khushaif telah menceritakan kepada kami, Miqsam (budak‬‬
‫‪yang dimerdekakan ibn Abbas) telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Abbas‬‬
‫‪berkata: Ayat ini ( maa kaana linabiyyin an Yaghulla ) diturunkan turun mengenai kasus‬‬
‫‪beludru merah yang hilang ketika perang badar. Sebagian orang mengatakan: barangkali‬‬
‫‪Rasulullah saw. mengambilnya, maka Allah menurunkan ayat ini ( maa kaana linabiyyin‬‬
‫‪an yaghulla … ) sampai akhir ayat.‬‬
‫)‪2. Kasus Korupsi Ghanimah (Harta Rampasan Perang‬‬
‫‪Sahih Bukhari no. 2845‬‬

‫س ل‬
‫رو ن‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫د اَّلل د ح‬
‫عب ل ح‬
‫فنيِاَ ن‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫يِ ب ل ن‬
‫ع ل‬
‫عل ح ل‬
‫م م‬
‫ساَل حم ح‬
‫ن‬
‫ل ن‬
‫عنلىَّ ث ن ن‬
‫رو ن‬
‫قاَ ن‬
‫ل‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫ن ن‬
‫د ن‬
‫د اَّلل د ح‬
‫عب ل ح‬
‫ع ح‬
‫كاَ ن‬
‫ج ل‬
‫ن أحبيِ اَّل ل ن‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫ق ح‬
‫م م‬
‫ه بل ح‬
‫بل ح‬
‫ن‬
‫د‬
‫ن‬
‫د‬
‫د‬
‫ه ك حلرك حنرةن ن‬
‫ل ين ن‬
‫قاَ ن‬
‫ج ل‬
‫ت‬
‫ه ن‬
‫عليِ ل ح‬
‫م نر ن‬
‫ماَ ن‬
‫و ن‬
‫ف ن‬
‫لل ن‬
‫سل ن‬
‫صلىَّ اَّلل ن‬
‫يِ ن‬
‫ه ن‬
‫اَّلن دب ح ي‬
‫ف ن‬
‫ن‬
‫سوُ ن‬
‫قاَ ن‬
‫ر‬
‫ه ن‬
‫وُ ح‬
‫م ن‬
‫عل نيِ ل ح‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫و ن‬
‫ل نر ن‬
‫سل د ن‬
‫صدلىَّ اَّلل د ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫فيِ اَّل ندناَ ح‬
‫قدل ن‬
‫هاَ ن‬
‫عنباَءنةط ن‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫قاَ ن‬
‫علبد‬
‫ل أنبوُ ن‬
‫دواَّ ن‬
‫فذن ن‬
‫ن إ حل نيِ ل ح‬
‫هنبوُاَّ ي نن لظننرو ن‬
‫ج ن‬
‫وُ ن‬
‫غل د ن‬
‫ف ن‬
‫ضنبوُ ل‬
‫ح اَّل ل ن‬
‫عحنيِ ب ح ن‬
‫ه ن‬
‫قاَ ن‬
‫ط‬
‫و ن‬
‫م ل‬
‫اَّلل د ح‬
‫كاَ ح‬
‫سنلم م ك نلرك ننرةن ي ن ل‬
‫ن ن‬
‫ل اَّب ل ن‬
‫وُ ن‬
‫ه ن‬
‫ف ن‬
‫فت ل ح‬
‫كن ن‬
‫ذاَّ‬
‫‪Aly bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan‬‬
‫‪kepada kami, dari ‘Amr dari Salim bin Abi al-Ja’d dari Abdullah bin ‘Amr ia berkata:‬‬
‫‪Pada rombungan Rasulullah saw. terdapat seorang laki-laki yang bernama‬‬
‫‪Karkarahyang mati di medan perang. Rasulullah saw bersabda: ia masuk neraka.‬‬
‫‪Para sahabat bergegas pergi melihatnya, kemudian mereka mendapati mantel‬‬
‫‪yang ia curi dari ampasan perang.‬‬
‫‪3. Kasus Korupsi Manik-Manik‬‬
‫‪Sunan Ibnu Majah no. 2838‬‬

‫ن‬
‫ح أ نن لب نأ ننناَ اَّلل ديِ ل ن‬
‫د ن‬
‫ع م‬
‫ن ين ل‬
‫س ل‬
‫م ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫ع ل‬
‫ث بل ن‬
‫مدن ب ل ن‬
‫ن نر ل‬
‫ح د‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫حنيِىَّ ب ل ح‬
‫م م‬
‫ن‬
‫د‬
‫منرةن ن‬
‫ن أحبيِ ن‬
‫ن ن‬
‫د ن‬
‫س ح‬
‫ن نزي ل ح‬
‫م ح‬
‫عيِ م‬
‫حدباَ ن‬
‫ن ن‬
‫ن ين ل‬
‫م ن‬
‫ن‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫ح د‬
‫ن ن‬
‫حنيِىَّ ب ل ح‬
‫د بل ح‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ف ن‬
‫خيِ لب ننر ن‬
‫وُ ي‬
‫يِ ن‬
‫قاَ ن‬
‫نأ ل‬
‫ج ل‬
‫قاَ ن‬
‫ل‬
‫ع بح ن‬
‫ن ن‬
‫ل ح‬
‫خاَل ح م‬
‫ج ن‬
‫ش ن‬
‫يِ نر ن‬
‫د اَّل ن‬
‫ج ن‬
‫م ل‬
‫ل تن ن‬
‫ف ن‬
‫هن ح ي‬
‫بل ح‬
‫ن‬
‫م ن‬
‫فأن لك ننر‬
‫صللوُاَّ ن‬
‫ه ن‬
‫صاَ ح‬
‫عل نيِ ل ح‬
‫و ن‬
‫حب حك ن ل‬
‫سل د ن‬
‫صدلىَّ اَّلل د ن‬
‫عنلىَّ ن‬
‫م ن‬
‫يِ ن‬
‫ه ن‬
‫اَّلن دب ح ل‬
‫ن‬
‫ماَ نرأىَ ذنل ح ن‬
‫س ذنل ح ن‬
‫ك ن‬
‫م ن‬
‫قاَ ن‬
‫ن‬
‫وت ن ن‬
‫جوُ ن‬
‫ل إح د‬
‫و ن‬
‫غيِ دنر ل‬
‫ه ن‬
‫فل ن د‬
‫ه ل‬
‫ت لن ن‬
‫اَّلدناَ ن‬
‫ه ن‬
‫ك ن‬
‫ل‬
‫د‬
‫ن‬
‫م ن‬
‫ل نزي لدل ن‬
‫ه ن‬
‫قاَ ن‬
‫غ د‬
‫ه‬
‫منتاَ ح‬
‫سوُاَّ ح‬
‫ل ح‬
‫صاَ ح‬
‫ع ح‬
‫ل اَّلل ح‬
‫م ن‬
‫فيِ ن‬
‫فيِ ن‬
‫فاَلت ن ن‬
‫حب نك ل‬
‫ن‬
‫سحبيِ ح‬
‫ن‬
‫فإ ح ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫ذاَّ ن‬
‫دلر ن‬
‫وي ح‬
‫ت ح‬
‫خنرنزاَّ ل‬
‫ماَ ت ن ن‬
‫ز ين ن‬
‫م ل‬
‫ه ن‬
‫هوُدن ن‬
‫ساَ ح‬
‫ميِ ل ح‬
‫خنر ح‬

‫‪Muhammad bin Rumh telah menceritakan kepada kami, al-Laits bin Sa’d telah‬‬
‫‪memberitahukan kepada kami, dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Yahya bin‬‬
‫‪Hibban dari Abi ‘Amrah dari Zaid bin Khalid al-Juhany ia berkata: seseorang dari‬‬
‫‪dari Bany Asyja’ meninggal pada waktu penaklukan Khaibar, lalu Rasulullah saw.‬‬
‫‪bersabda: “ Shalatkanlah kawanm itu. Lalu terheran dan berubahlah wajah orang‬‬‫‪orang karena perkataan tersebut. Tatkala Rasulullah melihathal tersebut, beliau‬‬
‫‪bersabda: Sesungguhnya kawanmu telah melakukan ghulul dalam perang. Zaid‬‬
‫‪mengatakan bahwa kemudian para sahabat memeriksa barang-barangnya, lalu‬‬
‫‪ditemukan manic-manik (mutiara) milik orang Yahudi yang harganya di bawah‬‬
‫‪dua dirham.‬‬
‫‪4. Korupsi Berupa Pemberian Hadiah‬‬
‫‪Sahih Bukhari no. 6464.‬‬

‫سوُ ن‬
‫م ن‬
‫عل نييىَّ‬
‫جطل ن‬
‫ه ن‬
‫عل نيِ ليي ح‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫م نر ن‬
‫ست ن ل‬
‫و ن‬
‫ل نر ن‬
‫اَّ ل‬
‫سييل د ن‬
‫صدلىَّ اَّلل د ن‬
‫ع ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫ة ن‬
‫صدن ن‬
‫ه‬
‫سل نيِ لم م ي ندل ن‬
‫ن اَّل لل دت نب حيِ د ح‬
‫قاَ ح‬
‫جيياَءن ن‬
‫ميياَ ن‬
‫حاَ ن‬
‫ت ب نحنيِ ن‬
‫عىَّ اَّب ل ن‬
‫سييب ن ن‬
‫فل ن د‬
‫ن‬
‫ف ن‬
‫ة ن‬
‫ن‬
‫سوُ ن‬
‫قاَ ن‬
‫ه ن‬
‫ه ن‬
‫قاَ ن‬
‫ه‬
‫دي د ل‬
‫ذاَّ ن‬
‫و ن‬
‫ل ن‬
‫ل اَّلل د ح‬
‫ه ح‬
‫ل نر ن‬
‫صدلىَّ اَّلدليي ن‬
‫ماَل نك ن ل‬
‫ذاَّ ن‬
‫ه ن‬
‫م ن‬
‫ك ن‬
‫ن‬
‫مي ن‬
‫م ن‬
‫حدتيىَّ‬
‫ن‬
‫ت ح‬
‫فييِ ب نيِ ليي ح‬
‫عل نليِي ح‬
‫ك ن‬
‫هدل ن‬
‫سيي ن‬
‫جل ن ل‬
‫ف ن‬
‫و ن‬
‫وأ ي‬
‫سيل د ن‬
‫ت أحبيِي ن ن‬
‫ه ن‬
‫دي دت ن ن‬
‫ت نأ لت حيِ ن ن‬
‫خطنب ننناَ ن‬
‫د ط‬
‫وأ نث لننىَّ‬
‫م ن‬
‫ك ن‬
‫ح ح‬
‫صاَ ح‬
‫ه ح‬
‫ك إح ل‬
‫ف ن‬
‫ن ك نن ل ن‬
‫مدن اَّلل د ن‬
‫قاَ ث ن د‬
‫ت ن‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫قاَ ن ن‬
‫عدن ن‬
‫م ن‬
‫جيي ن‬
‫م ن‬
‫عل نييىَّ‬
‫م ن‬
‫ن‬
‫ل ح‬
‫ع ح‬
‫عل نيِ ل ح‬
‫ل اَّلدر ن‬
‫ست ن ل‬
‫ماَ ب ن ل‬
‫فإ حينيِ أ ل‬
‫من لك نيي ل‬
‫لأ د‬
‫ه ثن د‬
‫فيِ ن ن‬
‫فيِ نأ لحتيِ ن‬
‫ه ن‬
‫هيي ن‬
‫هيي ن‬
‫قييوُ ن‬
‫ذاَّ‬
‫و ن‬
‫ل ن‬
‫ل ح‬
‫اَّل ل ن‬
‫ميياَل نك ن ل‬
‫ذاَّ ن‬
‫ودلحنيِ اَّلل د ن‬
‫م د‬
‫ع ن‬
‫م ن‬
‫ماَ ن‬
‫م ح‬
‫فيييِ بيِييت أ نبيِييه ن‬
‫ت حليِ أ ن ن‬
‫حت دييىَّ‬
‫دي د ل‬
‫س ح‬
‫ة أن ل‬
‫ن‬
‫ميي ح‬
‫ه ح‬
‫ه ح‬
‫ه ن‬
‫فنل ن‬
‫دي ن ل‬
‫وأ ي‬
‫جل نيي ن‬
‫ن ل ح ح ح ن‬

‫هديت نه واَّلل ده نل يأ ل ن ن‬
‫ل‬
‫ح ي‬
‫م ن‬
‫ه إ حدل‬
‫شيييِ لطئاَ ب ح ن‬
‫قيي ح‬
‫حدل ح‬
‫ح‬
‫ر ن‬
‫خذن أ ن‬
‫ن‬
‫من لك ن ل‬
‫ت نأت حيِ ن ن‬
‫ه ن ح د ن ن‬
‫غيِ ليي ح‬
‫ن‬
‫ر ن‬
‫ة ن‬
‫يِ‬
‫فنل ن ل‬
‫م لن ح‬
‫م اَّل ل ح‬
‫لن ح‬
‫داَّ ح‬
‫م ح‬
‫ح ح‬
‫ح ط‬
‫نأ ن‬
‫ه ين ل‬
‫وُ ن‬
‫ف د‬
‫من لك ن ل‬
‫قنيِاَ ن‬
‫مل ن ن‬
‫يِ اَّلل د ن‬
‫ه ين ل‬
‫قيي ن‬
‫ق ن‬
‫ع ح‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ه نر ن‬
‫و بن ن‬
‫و ن‬
‫م ن‬
‫عيينر‬
‫هاَ ن‬
‫ل بن ح‬
‫ح ح‬
‫شاَةط ت نيِ ل ن‬
‫ه ين ل‬
‫قنرةط ل ن ن‬
‫عيِطراَّ ل ن ن‬
‫اَّلل د ن‬
‫وُاَّلر أ ل‬
‫خ ن‬
‫غاَءل أ ل‬
‫ه ين ن‬
‫م نر ن‬
‫هيي ل‬
‫قييوُ ن‬
‫ل‬
‫م ن‬
‫ض إ حب لطحيي ح‬
‫ع ي ندنهن ن‬
‫ف ن‬
‫ل اَّلل د ن‬
‫هيي د‬
‫ثن د‬
‫يِ ب نيِ نيياَ ن‬
‫حت دييىَّ نرئ حيي ن‬
‫ع أ نذنحنيِ‬
‫ب نل د ل‬
‫صنر ن‬
‫م ن‬
‫غ ن‬
‫و ن‬
‫س ل‬
‫ت بن ل‬
‫عيِ لحنيِ ن‬

‫‪Rasulullah saw. mengangkat seorang laki-laki bernama Ibn al-‘Atbiyah untuk‬‬
‫‪menjadi pejabat pemungut zakat di Bani Sulaim. Ketika ia datang menghadap‬‬
‫‪Nabi untuk melapor, beliau memeriksanya. Ia berkata: ” ini harta zakatmu‬‬

(Nabi/negara) dan ini adalah hadiah (untuku). Lalu Rasulullah saw. bersabda: jika
engkau benar, maka apakah jika engkau duduk di rumah ayah atau ibumu, hadiah
itu akan datang kepadamu ? Kemudian Rasulullah berpidato menucapkan tahmid
dan dan memuji Allah, lalu berkata: amma ba’du ; aku mengangkat salah seorang
diantara kamu untuk melakukan suatu tugas yang merupakan bagian dari apa
yang telah dibebankan oleh Allah kepadaku. Lalu orang ini datang dan berkata: ini
harta zakatmu (Nabi/negara) dan ini adalah hadiah yang diberikan kepadaku.
Jika ia memang benar, maka apakah jika ia duduk di rumah ayah atau ibunya,
hadiah itu akan datang kepadanya ?. Demi Allah, begitu seseorang mengambil
sesuatu dari hadiah itu tanpa hak, maka kelak di hari kiamat ia akan menemui
Allah dengan membawa hadiah itu,lalu aku akan mengenali seseoran diantara
kamu ketika menemui Allah itu, ia memikul unta di atas pundaknya dengan suara
melengkik atau sapi yang mengeluh, atau kambing yang mengembek. Kemudian
Rasulullah mengangkat tangannya sehingga terlihat bulu ketiaknya yang putih
seraya berkata: “ Yaa Allah apakah telah ku sampaikan pandangan mataku dan
pendengaran telingaku “.
Hal ini juga diperkuat dengan hadits Nabi lainnya yang menyatakan :

‫عيِ ن‬
‫ن‬
‫ش ن‬
‫ن ن‬
‫ماَ ح‬
‫ن ح‬
‫سىَّ ن‬
‫س ن‬
‫ن‬
‫حددث ننناَ إ ح ل‬
‫عيِ ن‬
‫حددث ننناَ إ ح ل‬
‫ع ل‬
‫ل بل ن‬
‫حاَقن ب ل ن‬
‫س ن‬
‫عديِاَ م‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ر ن‬
‫ن ن‬
‫د ن‬
‫ساَ ح‬
‫س ح‬
‫ع ح‬
‫ميِ ل م‬
‫عيِ م‬
‫ن أحبيِ ن‬
‫ين ل‬
‫د اَّل د‬
‫ن ن‬
‫ع ل‬
‫ع ل‬
‫د ي‬
‫ح ن‬
‫علر ن‬
‫ن اَّللزب نيِ ل ح‬
‫وةن ب ل ح‬
‫حنيِىَّ ب ل ح‬
‫ن‬
‫ل‬
‫د‬
‫ن‬
‫د‬
‫د‬
‫د‬
‫م ن‬
‫قاَ ن‬
‫سوُ ن‬
‫ل‬
‫ه ن‬
‫ل ن‬
‫عليِ ل ح‬
‫ل اَّلل ح‬
‫أ د‬
‫داَّنياَ اَّل ن‬
‫ه ن‬
‫و ن‬
‫ن نر ن‬
‫ع د‬
‫سل ن‬
‫صلىَّ اَّلل ن‬
‫ه ن‬
‫ماَ ح‬
‫ه ن‬
‫ن‬
‫غنلوُ ل‬
‫ل‬
Ishaq bin ‘Isa telah menceritakan kepada kam, Isma’il bin ‘Ayyasy telah
menceritakan kepada kami, dari Yahya bn Sa’id dari ‘Urwah bin Zubair dari Abi
Humaid al-Sa’idy bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Hadiah ( yang diterima ) para
pejabat adalah korupsi
Demikianlah beberapa contoh ragam kasus korupsi pada masa Rasulullah saw.
yang secara umum terbagi dua ragam korupsi, ghanimah, seperti kasus beludru dan
manic-manik dan non-ghanimah, yaitu kasus korupsi pemberian hadiah. Lantas
Bagaimanakah tata cara Nabi menyelesaikan kasus ini ?
Penyelesaian Rasulullah Terhadap Kasus Korupsi

Dalam beberapa hadits Nabi, dapat kita temukan bagaimana penanganan
langsung Rasulullah terhadap ghulul yang secara keseluruhan bersifat moralitas dan
teologis. Diantaranya adalah :
1. Tertolaknya Sedekah Hasil korupsi
Sahih Muslim no. 329

‫وأ ننبوُ ن‬
‫و ن‬
‫ي‬
‫قت نيِ لب ن ن‬
‫س ح‬
‫س ح‬
‫كاَ ح‬
‫عيِ م‬
‫ج ل‬
‫ل اَّل ل ن‬
‫ن‬
‫ن ن‬
‫حددث ننناَ ن‬
‫ة بل ن‬
‫عيِدن ب ل ن‬
‫ر ل‬
‫ن ن‬
‫من ل ن‬
‫م م‬
‫د ن‬
‫ر ن‬
‫حدن ح‬
‫صوُ م‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫د‬
‫د ن‬
‫واَّلل ل‬
‫ب‬
‫ة ن‬
‫حددث ننناَ أنبوُ ن‬
‫وُاَّن ن ن‬
‫س ح‬
‫ن ح‬
‫عيِ م‬
‫ن ن‬
‫ماَ ح‬
‫قاَلوُاَّ ن‬
‫فظ ل ح ن‬
‫عيي ل‬
‫سيي ن‬
‫حييلر م‬
‫ع ن‬
‫ن‬
‫ك ب ليي ح‬
‫ن‬
‫د‬
‫ن‬
‫د ن‬
‫خ ن‬
‫ن‬
‫قاَلييدن ن‬
‫ميينر ن‬
‫ن ن‬
‫ل ن‬
‫ن‬
‫عب لييدن اَّلليي ح‬
‫ع م‬
‫س ل‬
‫ص ن‬
‫ن ن‬
‫ه ب ليي ن‬
‫ع ل‬
‫ع ن‬
‫ن ن‬
‫ع ح‬
‫م ل‬
‫علييىَّ اَّب ليي ح‬
‫ب بل ح‬
‫ن‬
‫ف ن‬
‫ض ن‬
‫قاَ ن‬
‫ميينر‬
‫ن ن‬
‫ل أنل ت ندل ن‬
‫ن‬
‫و ن