PENDEKATAN KONSELING ISLAMI DENGAN METOD (1)

PENDEKATAN KONSELING ISLAMI DENGAN METODE SHALAT
DHUHA UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI SISWA YANG
MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
Anggi Setiawati ¹
Laelatul Maghfiroh 2

¹ Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182
¹ Email : anggisetiawati28@gmail.com
2
Email : Laelatulmaghfiroh24@gmail.com
ABSTRAK
Anak kesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugas-tugas akademik disekolah baik disebabkan karena adanya disfungsi neorologis,
proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajar yang
dicapainya dibawah potensi yang sebenarnya. Sedangkan shalat dhuha adalah shalat
sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi hari, tepatnya adalah pada waktu dhuha yaitu
dimulai ketika matahari mulai naik sepenggalah atau setelah matahari terbit (sekitar
pukul 07.00) sampai sebelum masuk waktu dhuhur (sekitar pukul11.00). salah satu
manfaat shalat dhuha yaitu menmbah motivasi dan spirit dan juga membantu menambah

inspirasi dan intuisi. Karena dipercaya bahwa shalat dhuha membawa ketenangan batin
bagi yang melaksankannya. Shalat Dhuha dipilih menjadi teknik untuk meningkatkan
konsentrasi pada siswa kesulitan belajar didasarkan pada firman Allah, yang
menyatakan bahwa “shalat dapat membawa ketenangan” (QS. Ar-Ra’d: 28). Dapat
diartikan bahwa jika siswa melaksanakan shalat dhuha sebelum memualai kegiatan
belajar mengajar, siswa akan merasa tenang dan tidak akan mengalami kecemasan atau
tekanan, dan jika siswa tenang maka siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar
dengan baik dan juga penuh konsentrasi.
Kata kunci : kesulitan belajar, shalat dhuha
ABSTRACT
Children's learning difficulties are children who have difficulty in carrying out academic
tasks at school either because their changes are application- neorologis dysfunction, the
basic psychological processes as well as other causes that learning achievements
accomplished under his true potential. While the Dhuha prayer is sunnah prayer is done
in the mornings, precisely at the time of Dhuha that begins when the sun starts to rise
sepenggalah or after sunrise (around 07.00) until just before the entrance time dhuhur
(approximately pukul11.00). one of the benefits of Dhuha prayer is menmbah motivation
and spirit and also help add inspiration and intuition. Since it was believed that the
Dhuha prayer brings peace of mind to those who melaksankannya. Dhuha prayer have
become a technique to increase the concentration on student learning difficulties based

on the word of God, which states that "prayer can bring peace" (QS. Ar-Ra'd: 28). It has
been suggested that if students carry Dhuha prayer before memualai teaching and
learning activities, students will feel calm and will not be experiencing anxiety or stress,
and if students are quiet, the students can follow the learning process well and with
concentration.
Keywords: learning difficulties, Dhuha prayer

Pendahuluan
Pendidikan itu diberikan kepada seluruh manusia tanpa memandang anak,
baik normal maupun anak yang berkebutuhan khusus. Dengan kata lain,
pelayanan pendidikan tidak membedakan fisik, emosi, sosial dan intelektual.
Berkenaan dengan itu, anak berkebutuhan khusus juga memiliki potensi dan
kemampuan yang masih bisa dikembangkan. Banyak potensi yang dapat di
kembangkan dari masing-masing individu dari ke kurangan yang mereka miliki,
seperti istilah mengatakan carilah potensi mereka di balik banyak hambatan
mereka. (Aristiyani, 2013).
Masalah klasik yang sering dikeluhkan oleh kebanyakan siswa tidak lain
yaitu terkait konsentrasi dalam belajar. Terlebih siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Namun kerap sekali hal ini di sepelekan dan dianggap wajar bahkan hal
ini dibiarkan dan tidak segera tergerak untuk ditangani karena hanya dianggap

masalah yang sepele.
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang
telah ditetapkan. Bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak
Antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai
oleh peserta didik (prestasi actual). (Surya, Hendra 2009).
Kesulitan belajar bisa terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal
dimana dapat menghambat perkembangan prestasi dan konsentrasi siswa yang
memiliki kesulitan belajar. Maka dari itu perlu adanya konsentrasi yang tinggi
agar anak dapat mengatasi kesulitan beljar tersebut, untu meningkatkan
konsentrasi siswa perlu adanya keyakinan yang akan membuat siswa merasa
(Rasmanah, 2011)tenang dan nyaman saat akan memulai belajar. Dengan metode
shalat dhuha yang dilaksanakan saat pagi sebelum siswa melakukan kegiatan
belajar sangat bagus untuk meningkatkan konsentrasi.
Karena didalam shalat dhuha mengandung manfaat Shalat Dhuha Dapat
membangun motivasi dan spiri. Dengan melaksanakan Shalat Dhuha seseorang akan
mendapatkan tambahan tenaga batin berupa intuisi dan inspirasi ,Shalat Dhuha dapat
mendatangkan rezeki, Shalat Dhuha dapat menuntut umat untuk berusaha lebih
semangat , berdo’a dan bekerja penuh , Shalat Dhuha dapat memperoleh keberdayaan
ekonomi demi menggapai ridho Ilahi.(Sidi, 2014)

Berdasarkan manfaat diatas penulis menyimpulkan bahwa shalat dhuha
dapat membangun motivasi dan spirit, dan juga menambah intuisi dan inspirasi,
maka dari itu shalat dhuha sangat baik untuk dilaksanakan oleh siswa sebelum
memulai kegiatan belajar.

Tinjauan Teori
1. Kesulitan belajar
a. Definisi kesulitan belajar
Anak kesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas-tugas akademik disekolah baik disebabka karena
adanya disfungsi neorologis, proses psikologis dasar maupun sebabsebab lain sehingga prestasi belajar yang dicapainya dibawah potensi
yang sebenarnya. (Aristiani, 2013)
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Menurut Sabri (Dalam
Aristiani, 2013) kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima
atau menyerap pelajaran di sekolah.
b. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor penghambat dalam belajar dapat digolongkan menjadi empat
macam, seperti yang dikemukan Drs. Oemar Hamalik (dalam Maas,
2004), Metode belajar dan Kesulitan Pelajar yaitu :

1) Faktor-faktor yang bersumber dari diri anak adalah sebagai berikut :
a) Kesehatan yang sering terganggu
b) Kecakapan mengikuti pelajaran
c) Kebiasaan belajar
d) Kurangnya penguasaan bahasa.
2) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah :
a) Cara memberikan pelajaran
b) Kurangnya bahan-bahan bacaan
c) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan
d) Penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
3) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga :
a) Masalah broken home
b) Rindu kampung
c) Bertamu dan menerima tamu
d) Kurangnya kontrol orang tua.
4) Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat :
a) Gangguan dari jenis kelamin lain
b) Bekerja disamping belajar di sekolah
c) Aktif berorganisasi
d) Tidak dapat membagi waktu, rekreasi dan waktu senggang

e) Tidak mempunyai teman belajar
2.

Shalat Dhuha
a. Pengertian shalat Dhuha
Shalat Dhuha merupakan shalat sunnah yang dikerjakan pada
waktu pagi hari, tepatnya adalah pada waktu dhuha yaitu dimulai ketika
matahari mulai naik sepenggalah atau setelah matahari terbit (sekitar
pukul 07.00) sampai sebelum masuk waktu dhuhur (sekitar pukul11.00).
(Sidi, 2014).

Shalat al-dluha atau disebut juga shalat Al-awwib adalah shlat
sunat yang dikerjakan pada saat matahari sudah naik, kira-kira
sepenggalah (setinggi tonggak) dan berakhir saat tergelincirnya matahri
diwaktu Dzuhur. (shiddieqy,2000).
Sedangkan pengertian shalat Dhuha menurut para pemikir Islam
(dalam Sidi, 2014) adalah sebagai berikut :
1) Menurut Abdul Manan Bin H.Muhammad Sobari adalah :
“Shalat Dhuha dikerjakan ketika matahari sedang naik, kurang lebih
setinggi hasta (pukul 07.00 pagi) sampai dengan kurang lebih pukul

11.00 siang”.
2) Menurut Drs. Sudarsono SH adalah :
“Shalat Dhuha adalah shalat pada waktu naik matahari yakni dua
rekaat sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, sesudah naik matahari,
kira-kira jam delapan dan sembilan pagi”.
3) Sedangkan Menurut Sayyid Sabiq adalah :
“Shalat dhuha adalah ibadah yang di sunnatkan diwaktu matahari
sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari
lingsir, paling sedikit dua rekaat dan paling banyak dua belas rekaat”
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa
shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari
naik (07.00 pagi) sampai dengan kurang lebih pukul 11.00 siang.
b. Manfaat Shalat Dhuha
Menurut Sidi (2014) Shalat Dhuha yang dikerjakan dengan istiqomah
dan sungguh akan banyak mendatangkan manfaat diantaranya:
1) Shalat Dhuha Dapat membangun motivasi dan spiri.
2) Dengan melaksanakan Shalat Dhuha seseorang akan mendapatkan
tambahan tenaga batin berupa intuisi dan inspirasi
3) Shalat Dhuha dapat mendatangkan rezeki
4) Shalat Dhuha dapat menuntut umat untuk berusaha lebih semangat,

berdo’a dan bekerja penuh
5) Shalat Dhuha dapat memperoleh keberdayaan ekonomi demi
menggapai ridho Ilahi
c. Fadhilat shalat dhuha
Diriwayatkan olah Al-Bukhary, Muslim dan Abu daud dar Abu Hurai’ra,
katanya :
1) “diperintahkan kepadaku oleh kekasihku SAW, untuk berpuasa tiga
hari pada tiap-tiap bulan, mengerajakan dua raka’at sunnat Dhuha dan
supaya saya berwitir sebelum tidur. “(H. R. Al Bukhary At Targhib, 1:
425).
2) Bersabda Rasulullah SAW :

‫ول هى‬
‫ول « ىِ ا ىإنْس ى‬
‫ان‬
ُ ‫ يَ ُق‬-‫صلى ه عليه وسلم‬- َ‫ا‬
َ ‫ت َر ُس‬
ُ ‫أىَِ بُ َريْ َد َة يَ ُق‬
ُ ‫ول َىَ ْع‬
َ

‫ى ى‬
‫ى‬
‫ى ى‬
‫ى‬
‫ قَالُوا َوَم ْن‬.» َ‫ِ َدق‬
َ َ‫ثَاَُائَ َوستُو َن َمِْاً فَ َعلَْيه أَ ْن يَت‬
َ ‫ِ هد َق َع ْن ُك ىٍ َمٍِْ مْهُ بى‬

‫ِ هى‬
‫َ ْىُُ ُ َْ ىِ ىيه َع ىن الَه ىري ى‬
‫اع ُ ىِ ال َْم ْس ىج ىد َُ ْدفىُْ ََا َوال ه‬
َ َ‫اَ ق‬
َ ‫يُ ىَي ُ ذَلى‬
‫ك يَا نَى ه‬
َ ‫ال « الُْ َخ‬
‫ك‬
َ ُ‫ُِى َُْ ىزئ‬
َ ‫» فَىإ ْن َْ َىَ ْد فَ َرْك َعتَا الض‬.

Abu Buraidah mengatakan, "Saya mendengar Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dalam diri manusia terdapat
360 ruas tulang, wajib bagi semua orang untuk mensedekahi setiap ruas
tulangnya ." Para sahabat bertanya: "Siapakah yang mampu melakukan hal
itu, wahai Nabi Allah? " Beliau bersabda: "Menutupi ludah di masjid
dengan tanah, menyingkirkan sesuatu dari jalan (bernilai sedekah). Jika
kamu tidak bisa mendapatkan amalan tersebut maka dua rakaat dluha
menggantikan (kewajiban)mu." (HR. Abu Daud, Ahmad dan dishahihkan
Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib 661).
Shalat ini boleh dikerjakan secara sendiri-sendiri namun boleh juga
berjamaah karena Nabi SAW pernah shalat sunat dhuha dirumah ‘itban
lalu para sahabat berdiri dibelakangnya, lalu mengikuti shalat beliau
(HSR Ahmad, al-daruquthni, Ibn Khuzaymah, dari ‘Itban bin Malik ra.).
(Jamaludin, 2008).
3. Pengertian konseling
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan psikologis kepada
seseorang yang secara psikologis membutuhkannya, yakni membantu agar
yang bersangkutan dapat menyelesaikan atau mengatasi sendiri problem yang
sedang dihadapinya. Konsep konseling selama ini dipahami sebagai western
science, karena memang istilah konseling muncul dan berkembang di Barat
yang notabene berkebudayaan matrealistis, liberal dan sekuler. Yang

dimaksud sekuler adalah faham yang memisahkan urusan negara (dunia)
dengan agama termasuk ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan
yang berkembang di sana termasuk konseling sama sekali dijauhkan dari
konsepkonsep keyakinan agama. (Rasmanah, 2011).
4. Pengertian konseling islami
Konseling Islam sebagai suatu ilmu masih berada pada tahap
perumusan dan penelitian, oleh karena itu masih sangat diperlukan berbagai
kajian secara ilmiah untuk merumuskan berbagai pandangan Islam tentang
manusia dan segala permasalahannya.
Psikologi islam mempunyai pandangan tentang manusia seutuhnya yang
dalam kajiannya selalu didasarkan pada Al qur’an dan hadist. Konseling
sebagai ilmu terapan dalam psikologi islam sudah selayaknya menggunakan
pendekatan yang bersumber Al Qur’an dan hadist agar dalam pendekatan
masalah manusia bisa lebih utuh dan bersifat vertikal. Konseling dengan
pendekatan islam menggunakan getar iman (daya rohaniah) dalam mengatasi
problem kejiwaan. Oleh karena itu maka terapi sabar, tawakkal, ikhlas,

sadaqah, ridla, cinta, ibadah, zikir, jihad dan lain-lainnya pasti digunakan
sesuai dengan masalahnya. (Na'imah, 2011).
Menurut Suroso (2002), hal yang terpenting dalam perumusan teori adalah
melakukan rekonstruksi teori yakni menata ulang berbagai sudut pandang
sesuai dengan keyakinan yang dimiliki. Hal penting lain dalam perumsan
konseling Islam berdasaran pandangan dunia Islam adalah objektivikasi yakni
proses mengubah pandangan-pandangan yang normatif menjadi pandangan
yang objektif atau menjadi teori yang dapat diukur.

5. Teknik-teknik konseling islami
a. Sholat
Dalam sholat akan tercipta hubungan antara manusia dengan Rabbnya sehingga dapat memberikan kekuatan spiritual yang melahirkan
perasaan kebeningan spiritual, ketenteraman qolbu dan ketenangan jiwa.
Melalui sholat manusia dapat melepaskan segala kesibukan dan
problematika duniawi sehingga akan tercipta relaksasi.
Kondisi ini akan membantu menghilangkan kegelisahan jiwa,
termasuk kegelisahan akibat kesulitan dalam belajar. Kekuatan sholat
Dhuha dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam mengatasi kesulitan
belajar. Jika sholat itu dilakukan sendiri maka akan medatangkan
kedamaian diri atau dilakukan berjamaah yang nantinya akan memberikan
aspek terapeutik, yakni terapi kelompok. Yang mana pengaruh kelompok
sosial di atas tentu menjadikan shalat jamaah lebih efektif dalam
membentuk kepribadian individu. Interaksinya lebih dari sekedar imitasi,
tetapi justru lebih mendalam, yakni simpati. Individu yang berperilaku
buruk bisa dengan mudah berubah menjadi baik manakala ia bersama
orang-orang yang berperilaku baik. Begitu juga terkait kesulitan dalam
belajar, maka individu tersebut akan mampu mengatasi kesulitan dalam
belajar dengan gaya modelling.
b. Berpuasa
Dengan puasa sangat menyehatkan tubuh dan dapat menjadi suatu
metode Detoksifikasi (Pembersihan darah) yang sangat baik. Dengan
puasa, baik puasa fisik seperti menahan lapar, minum, dan hubungan
seksual, maupun puasa psikis seperti menahan hawa nafsu dari mencuri,
marah, dengki, iri hati, angkuh, perilaku agresif dan sebagainya maka akan
mengobati rasa sakit seseorang yang bersemayam di hatinya.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Al Bukhari dan Abu Dawud
yang bersumber dari Abu Hurairah mengemukakan bahwa puasa adalah
perisai dari segala perbuatan maksiat. Apabila dikaitkan dengan masalah
kesulitan dalam belajar, siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
akan terhindar dari berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat atau berperilaku

malas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya jika menggunakan puasa
sebagai perisai penguatnya.
1. Berdoa
Berarti "seruan, menyampaikan ungkapan, permintaan,
permohonan pertolongan," adalah berpalingnya seseorang dengan
tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya, Yang
Mahakuasa, Maha Pengasih dan Penyayang, dengan kesadaran bahwa
dirinya adalah wujud yang memiliki kebergantungan. Dengan berdoa
seseorang dapat memanjatkan keluhan dan penderitaan hidupnya,
berupa kesulitan baik dalam belajar, ekonomi maupun lainnya. Upaya
mengadu pada sang Kholik merupakan katarsis seseorang untuk
melepaskan masalahnya. Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam
surat Yunus, 10 : 12, yang artinya : “ Dan apabila manusia ditimpa
bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya,
dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak
pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang
telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.
2. Dzikir
Berarti mengingat secara terus menerus kepada Alloh SWT
dengan segala kekuasaannya. Menurut Chalil dan Latuconsina (2008)
berdzikir bisa dilakukan dengan istighfar, isti’azah, basmalah, takbir,
tasbih dan tahmid. Dzikir tidak sekedar ucapan yang dilakukan
berulang-ulang tetapi merupakan bentuk meditasi transedental. Oleh
karena itu dzikir harus dilakukan dengan sadar, totalitas baik kognitif
maupun emosi. Dengan demikian seseorang akan merasa percaya diri
karena dekat dengan Alloh, aman dan dapat memelihara diri dari waswas dan perbuatan maksiat.
Dalam konseling islami ada juga terapi perilaku yang
bersumber dari pendekatan behavioristik, tetapi terapi perilaku dalam
konseling islami mengarah pada keseimbangan perilaku horisontal
yaitu dengan terapi kelompok dan vertikal yaitu dengan perilaku
sholat, puasa, berdoa dan berdzikir. Selain itu dalam pendekatan
konseling barat juga mengenal konsep kepribadian sehat sebagai
tujuan akhir konseling, dalam pendekatan islam juga mengenal
kepribadian sehat. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang
menfungsikan imannya sebagai penentu aktifitas kognitif, afektif dan
psikomotoriknya.

Pembahasan
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Oleh karena itu, hasil belajar bukan ukuran tetapi dapat diukur
setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa tersebut. Menurut Gagne
(dalam Purwasari, 2013) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai meliputi
lima kemampuan, yaitu:
1. Kemampuan intelektual, kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa tentang
operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukan, misalnya kemampuan
mendiskripsi, konsep kongkrit dan konsep terdefenisi;
2. informasi verbal (pengetahuan deklaratif), pengetahuan yang disajikan dalam
bentuk gagasan dan bersifat statis;
3. sikap, merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap benda-benda dan kejadian-kejadian atau makhluk
hidup lainnya; (d) keterampilan motorik, kemampuan yang meliputi kegiatan
fisik, penggabungan motorik dengan keterampilan intelektual;
4. strategi kognitif, merupakan suatu proses kontrol dan proses internal yang
digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.”
Shalat Dhuha dipilih menjadi teknik untuk meningkatkan konsentrasi pada
siswa kesulitan belajar didasarkan pada firman Allah, yang menyatakan bahwa
“shalat dapat membawa ketenangan” (QS. Ar-Ra’d: 28). (Sholeh, 2002).
Dapat diartikan bahwa jika siswa melaksanakan shalat dhuha sebelum
memualai kegiatan belajar mengajar, siswa akan merasa tenang dan tidak akan
mengalami kecemasan atau tekanan, dan jika siswa tenang maka siswa dapat
mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan juga penuh konsentrasi.
Kesimpulan
Anak kesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas-tugas akademik disekolah baik disebabka karena adanya
disfungsi neorologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga
prestasi belajar yang dicapainya dibawah potensi yang sebenarnya. Menurut Sidi
(2014) Shalat Dhuha yang dikerjakan dengan istiqomah dan sungguh akan banyak
mendatangkan manfaat diantaranya: Shalat Dhuha dapat membangun motivasi
dan spirit, dengan melaksanakan Shalat Dhuha seseorang akan mendapatkan
tambahan tenaga batin berupa intuisi dan inspirasi, shalat Dhuha dapat
mendatangkan rezeki, shalat Dhuha dapat menuntut umat untuk berusaha lebih
semangat, berdo’a dan bekerja penuh, Shalat Dhuha dapat memperoleh
keberdayaan ekonomi demi menggapai ridho Ilahi.
Shalat Dhuha dipilih menjadi teknik untuk meningkatkan konsentrasi pada
siswa kesulitan belajar didasarkan pada firman Allah, yang menyatakan bahwa
“shalat dapat membawa ketenangan” (QS. Ar-Ra’d: 28). Dapat diartikan bahwa

jika siswa melaksanakan shalat dhuha sebelum memulai kegiatan belajar
mengajar, siswa akan merasa tenang dan tidak akan mengalami kecemasan atau
tekanan, dan jika siswa tenang maka siswa dapat mengikuti proses belajar
mengajar dengan baik dan juga penuh konsentrasi.
Daftar Pustaka
Aristiani, N. (2013). Penggunaan Media Batang Napier Dalam Maningkatkan
Kemampuan Operasi Perkalian Bagi Anak Kesulitan Belajar Kelas 3 SD 11
Belakang Tangsi Padang. Jurnal Ilmu Pendidikan Khusus, 1 (1), 294-310.
Jamaluddin, S. (2008). Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW. Yogyakarta: LPPI UMY.
Maas, M. (2014). Faktor-faktor kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS SMAK BPK
Penabur Sukabumi. Jurnal Pendidikan Penabur, 3 (3), 22-49.
Na'imah, T. (2011). Aplikasi Konseling Keluarga Islam untuk Mengatasi Masalah
Psikososial Akibat Kemiskinan. Psycho Idea, 9, (2) , 1-11.
Purwasari. (2013). Meningkatkan hasil Belajar IPA tentang Perubahan Kenampakan
Permukaan Bumi dan Benda Langit Melalui Peta Pikiran pada Anak Kesulitan
Belajar Kelas IV SD 13 Balai-Balai Kota Padang Panjang. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 1 (1), 536-548.
Rasmanah, M. (2011). Pendekatan Halaqah dalam Konseling Islam . Wardah, 22, (22),
55-69.
Shiddieqy, T. M. (2000). Pedoman Shalat . Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Sholeh, M. (2002). Mengubah Perilaku Maladjusted Akibat Stres Dengan Terapi Salat
Dhuha. Jurnal Ilmu Pendidikan, 4 (9) , 323-334.