Jam 5 sore Dono docx
Jam 5 sore Dono siap-siap pulang dari toko.
Brrmm, mobil dihidupkan kemudian cabut.
Sebelum ke rumah, Dono mampir dulu ke mini market, beli susu untuk anak. Gak disangka-sangka, Dono ketemu ria
yakni pacarnya jaman SMA yang sudah 20 tahun gak ketemu.
"Ria kok kamu ada di Jakarta?" tanya Dono kepada Ria.
"Iya mas. Suamiku pindah tugas sebulan lalu, tapi dia lagi dinas trip ke Afrika 2 minggu" kata Ria.
"Wah, jadi kamu di rumah sendirian?" tanya Dono
"Iya" jawab Ria.
"Tadi ke sini naik apa?" tanya Dono.
Kemudian Ria menjawab, "Bajaj"
"Oo.. kalau begitu aku antar saja pulangnya, belanjaan kamu kan banyak. Sekalian ngobrol-ngobrol, kangen gak ketemu
lama banget"
"Iya mas, 20 tahun ya"
Dan meluncurlah mereka ke rumah ria. Obrolan di mobil pun semakin seru, mengingatkan saat-saat masih mesra dulu.
Dan tak terasa sudah sampai di depan rumah ria.
"Mampir dulu mas, kita lanjutkan ngobrolnya di dalam rumah "
"Okelah kalau begitu", Dono menyanggupi ajakan Ria.
Dan obrolan pun lanjut. 1 jam, 2 jam berlalu. Tak terasa, obrolan makin menjurus dan akhirnya berlanjut ke ranjang.
Kangen lama terpendam membuat pertarungan 3 ronde tak terasa, sampai Dono lupa kalau HP-nya kehabisan baterei
sejak sore tadi .
"Waduh! Sudah lewat jam 12 malam nih. Aku pulang dulu Ria. Istriku pasti gelisah mencari aku"
"Lah terus bagaimana mas?"
Dono berpikir sebentar...
"Ria, aku minta bedak baby donk"
"Ada mas, buat apa?"
"Adalah..biar aman"
Dan Dono pun pulang setelah meninggalkan 1 ciuman mesra kepada Ria
Sampai di rumah, istri Dono masih melek dan pasang tampang garang.
"INI, LAKI SATU KEMANA AJA! DITELPON JUGA HP DIMATIIN. GAK USAH PULANG SEKALIAN NGAPA??!!"
"Sabar Mah..papa cerita dulu kenapa sampai pulang larut gini"
"MAU KASIH ALASAN APA LAGI??"
"Gini Mah.. Tadi papa pulang kantor mampir dulu ke mini market belikan pesanan mama. Gak tahunya ketemu mantan
pacar papa waktu masih SMA. Terus papa antar pulang sekalian.
Terus kami ngobrol-ngobrol.
Terus karena asyik, ya lanjut ke ranjang sampai lupa waktu.
Jadinya papa baru pulang sekarang"
Istri Dono diam...mikir..
"Gak percaya! Mana sini, liat tangan papa!"
Dono kasi liat tangannya..
"PAPA KALO MAU BOHONG KASI ALASAN YG BAGUS KEK! UDAH TUA MASIH SOK LAKU! LAIN KALI KALO MAIN BILYAR
INGET WAKTU!!
………………………………………………………………………………………………….......................................................................
Januari 2015, NASA bekerja sama dengan beberapa lembaga Antariksa Asia untuk misi penelitian ke planet Mars dengan
mengirimkan tiga orang astronot. Aku mewakili LAPAN untuk bergabung bersama aliansi NASA. Aku adalah seorang
ilmuwan LAPAN (lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) di bidang astronautic engineering, Aku dan dua
Astronot lain yakni James ahli Astrobiologi dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) dan Hiro ahli
Geologi dari JAXA (Japan Aerospace Eksploration Agency) Ditugaskan untuk misi penelitian ke planet Mars, sebuah misi
impian umat manusia.
Pagi itu Istriku membangunkanku untuk berangkat menuju markas pusat NASA.
“Ayah… sekarang kau harus berangkat ke markas, dua hari lagi keberangkatanmu, ayo bangun..!!”. kata Istriku
membangunkanku yang tengah tergeletak di tempat tidurku, seolah Aku lupa kalau dua hari lagi Aku berangkat ke suatu
tempat jauh, yang disebut Mars.
“Astaga.. Aku lupa. apa kau sudah bersiap ma?”
“sudah dari tadi, yang mau berangkat misi itu kamu, bukan Aku. tapi dilihat dirimu, ayolah”
“iya iya, tunggu sebentar.” Aku lekas menuju kamar mandi.
Kami pun berangkat ke markas, kami harus tinggal di markas dua hari sebelum keberangkatan, untuk persiapan dan
pengecekan kesehatan astronot.
Disana sudah menanti dua orang temanku, James astronot NASA, dan Hiro Astronot JAXA. dua hari pun terlewati,
berbagai pemeriksaan pun selesai, kami bertiga pun siap untuk misi, meninggalkan keluarga untuk misi mulia dalam
ilmu pengetahuan.
Sebelum keberangkatan, kami mempunyai kesempatan untuk berpamitan dengan keluarga yang ikut mengantarkan ke
pusat keberangkatan. Istriku memelukku dengan erat seolah tak mengizinkanku pergi, tapi Aku mencoba untuk
meyakinkanya, bahwa Aku dan dua orang temanku akan kembali ke bumi dengan selamat. Aku mencium keningnya dan
pergi meninggalkanya menuju modul pesawat ruang angkasa.
Setelah berpamitan, Aku dan dua orang rekanku, James dan Hiro memasuki modul ruang angkasa dengan roket
pendorong yang sangat besar, ratusan petugas NASA, JAXA dan LAPAN ikut meramaikan suasana keberangkatan, sorak
sorai masyarakat yang ikut melihat keberangkatan meramaikan dekat area penerbangan.
Perjalanan bumi ke Mars memerlukan waktu kurang lebih satu tahun, kami memakai sebuah teknologi canggih yang
membuat kami bisa bertahan tanpa makanan di ruang angkasa dalam setahun, bahkan bertahun tahun. kami bertiga
di“mati”kan untuk sementara, detak jantung dan aliran darah dihentikan untuk sementara, seluruh tubuh di bekukan
hingga minus 150 derajat celsius, hal itu digunakan untuk membuat kami tak membutuhkan makanan selama setahun
di dalam modul, dengan teknologi ini kami tidak butuh makan, kami akan “mati” tertidur untuk waktu satu tahun
lamanya, bahkan saat kami dalam mode tidur seperti ini, sel sel kami berhenti mati, atau beregenerasi, sehingga kami
tidak mengalami penuaan selama setahun.
Kami pun berangkat, dan kami segera di tidurkan, sistem komputer automatis yang telah di rancang untuk menuju
koordinat yang tepat akan membawa kami ke planet Mars secara automatis, dan sistem komputer itu akan secara
automatis membangunkan kami ketika sampai di tanah merah planet Mars.
“Apa yang sedang terjadi?” Beberapa waktu kemudian, Aku terbangun, menjumpai sesuatu yang aneh, es di sekitar
tubuku mencair mungkin sekitar tiga hari yang lalu, dinding pesawat sudah berkarat mesin mesin hancur berantakan
semua sistem telah mati, Aku terbangun karena sistem tidurku rusak, terutama pada bagian penidur atau pembeku. dan
Aku mulai sadar kalau kami mengalami pendaratan yang gagal, namun kami telah sampai di Mars. Aku sudah sadar,
namun tubuh dan seluruh persendianku masih tak bisa kugerakan. Aku menunggu berjam jam hingga Aku akhirnya bisa
bergerak
Tak berlama lama Aku berjalan sempoyongan menuju mesin beku milik James dan Hiro.
“James..! Hiro…! kalian tidak apa apa? apa yang sedang terjadi…?” tanyAku sambil jalan sempoyongan, Aku terkejut dan
shock melihat Hiro telah menjadi kerangka, tubuhnya tertindih baja pesawat ulang alik yang penyok.
“Hiro…!! ti.. tidak mungkin, astaga.. apakah kami gagal? tunggu dulu, James.. James..!” teriAku berjalan menuju mesin
tidur milik James. kemudian Aku melihat mesinya, kacanya masih utuh, masih terlihat es dan uap bersuhu minus 150
derajat. samar samar Aku melihat wajahnya dibalik kaca setebal ilma centimeter. Aku mulai mengambil besi bekas
patahan kursi baja dan memukulkanya untuk memecahkan tabung mesin James, berkali kali Aku mencoba hingga
akhirnya pecah, keluar asap dingin.
Terus kucoba untuk mengeluarkan James. suhunya benar benar sangat dingin, kAku seperti balok es, mungkin itu yang
terjadi ketika Aku tak bisa bergerak tadi. Aku membuat peralatan sederhana dari mesin kapal yang tersisa dan anehnya
sudah berkarat, Aku berasumsi bahwa kapal berkarat karena beroksidasi dengan permukaan Mars yang berkarat juga.
Aku merangkai alat itu menjadi sebuah alat pengejut jantung dengan tegangan lIstrik kecil, mencoba untuk
menghidupkan James yang tertidur selama kurasa setahun.
“James bangunlah..! James..!” Aku terus meneriakinya berharap ia terbangun.
Ia pun tersadar, namun tubuhya masih tak bisa bergerak. Aku menemaninya berjam jam menunggunya bangkit. ia
membuka mulutnya dan mulai bicara padaku, ia sangat kebingunan sama seperti Aku.
“Dr. Fian.. di.. dimana kita?” ucapnya disertai tubuh yang menggigil. “Apakah sudah sampai?”
“James, pendaratan kita gagal. kita mengalami kecelakaan, dan…”
“dan apa..?”
“Dr. Hiro, meninggal.”
Akhirnya kita berdua bisa mulai mencari tahu apa yang terjadi. kapal kami rusak parah, semua sistem hancur, komputer
mati dan ada beberapa hal yang aneh. kenapa semua besi disini sudah berkarat? James dan Aku terheran heran melihat
Hiro tinggal kerangka yang lazimnya sudah mati bertahun tahun.
“ini aneh fian… bagaimana mungkin Dr. Hiro sudah menjadi kerangka, jika kita mengalami kecelakaan beberapa hari
yang lalu, seharusnya tubuhnya masih utuh, belum menjadi kerangka seperti ini..” ujar James heran melihat tubuh Hiro
menjadi kerangka.
“kau benar, ini biasa terjadi pada orang yang meninggal bertahun tahun.”
Kami belum bisa berpikir jernih setelah tertidur selama setahun. kami mengenakan helm yang masih berfungsi dan
pakaian yang sedikit koyak, kami mulai mempertimbangkan untuk keluar karena radiasi matahari yang tak tersaring
atmosphere Mars bisa saja membunuh kami berdua, tapi jika kami tetap di dalam kapal, kami akan membusuk tanpa
berusaha apapun.
“Kau siap Dr. Fian..?”
“Ayo..”. Kami pun memberanikan diri untuk keluar, berusaha mencari tahu sesuatu, kami mulai berpikir jika kami akan
mati disini karena tak ada makanan dan kapal telah hancur, kami tak bisa kembali ke bumi. Aku dan James sangat rindu
keluarga kami. sebelum keluar kami mencoba mencari mesin semacam black box yang merekam kejadian dan masalah
sistem di dalam pesawat. kami melihat komputer macet dan berhenti fungsi saat pendaratan, itu yang menyebabkan
kami tak dibangunkan dan pesawat tidak mengeluarkan mode pendaratan yang menimbulkan benturan keras yang
menghancurkan pesawat kami. dan anehnya black box itu langsung penuh dan mati, padahal itu bisa merekam data
selama sepuluh tahun. kapal kami terkubur pasir dan batuan merah Mars, kami berusaha keluar dengan susah payah.
Walaupun terlihat seperti gurun tandus dan panas, namun suhu disini seperti di kutub karena jauh dari matahari dan
ditambah atmosphere Mars yang tak mampu membuat efek rumah kaca. kami berjalan menyusuri Mars, Aku
membantu James meneliti tanah dan tanda tanda kehidupan, berkilo kilo kami berjalan sangat pelan karena gravitasi
yang sangat kecil disini. dan kami terkejut melihat sebuah rumput kecil tumbuh dari pecahan batu, kami tercengang,
dan ternyata di Mars ada kehidupan walau berupa tumbuhan. Namun kejutan terbesar bukan disitu.
“Ja.. James.. tolong lihat ini.” ujarku dengan mata molotot melihat sesuatu yang tak pernah kuduga. ada KOTA
PERADABAN, kota itu kecil, bangunanya terbuat dari besi. kami benar benar tercengang dan terdiam. kami mendekat
untuk mencari bantuan.
“Astaga… Aku tidak percaya ini.”
Dari jauh seseorang mirip manusia, dan ternyata memang manusia, memakai seragam aneh berhelm gelap
mengendarai kendaraan terbang seperti sepeda motor. kami meminta bantuan dan berteriak, ia menghampiri kami dan
menodongkan senjata api. tiba tiba saja ia menembakan senjata itu ke arah kami, kami langsung menghindar dan
melihat batu meleleh terkena tembakanya.
“hei… apa apaan ini, Fian.. lari…!” teriak James berlari menjauh dari sosok misterius itu. Dan anehnya orang itu
berbicara bahasa kami, bahasa inggris, kami benar benar bingung dan tidak mengerti. kami berdua berlari sekuat
tenaga dikejar orang asing itu. kami melihat sebuah pangkalan terbang dengan lambang NASA..!, dan ada kendaraan
mirip piring terbang perak. kami langsung masuk ke dalamnya, kami tak tahu cara mengendalikanya, namun ada simbol
simbol dalam astronautic engineering yang Aku tahu, kami pun lepas landas dan dikejar oleh orang orang Mars yang
aneh itu. ini adalah hal yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya, ini GILA..!
“fian… Aku benar benar tak mengerti, mengapa ada kehidupan dan mengapa ada lambang NASA di kota asing ini..?”
kata James kebingungan.
“Aku juga sangat bingung, ini bisa membuatku gila, kecelakaan, alien Mars, lalu apa lagi..?”
Kami berangkat pulang menuju bumi dan berharap menceritakan semua yang kami rekam dalam benak kami ke seluruh
penduduk bumi. Kendaraan ini berjalan dengan kecepatan luar biasa, mungkin 30 persen dari kecepatan cahaya. kami
dengan cepat sampai tanpa menggunakan sistem tidur kami. kami mulai mendekat ke bumi. dan ada hal janggal yang
sangat aneh di depan mata kami. bumi tak lagi hijau, semua benua menjadi gurun, dan lebih anehnya benua amerika
selatan berpisah dengan amerika utara di laut atlantik.
“ohahh..!! apa yang terjadi.! apa Aku gila..!!?” teriAku, Kami mendarat dan ingin tahu apa yang terjadi. ternyata terjadi
perang yang mengerikan di bumi, kami mendarat di pulau jawa, disana juga berperang. entah apa yang mereka
perebutkan, namun baju dan senjata mereka benar benar asing lebih mirip baju orang Mars yang mengejar kami.
“hei..! sedang apa kalian, cepat berlindung..!!” teriak seorang wanita berpakaian perang. wanita itu mengajak kami
untuk berlindung. kami dibawa ke markas militer Jawa.
“NamAku, Elin… kalian aneh sekali, baju macam apa itu..?!” kata wanita berusia 20 tahunan.
“seharusnya kami yang tanya seperti itu…” .Wanita itu membawa kami ke tempat di bawah tanah. disana kami ditolong
dan di interogasi oleh orang orang militer. kami berdiskusi sangat lama. dan kami mulai memikirkan kejanggalan
kejanggalan dari mulai kami mendarat di Mars. pesawat kami tiba tiba jatuh karena sitemnya rusak, black box begitu
penuh padahal itu bisa merekam sampai 10 tahun lamanya, kapal sudah berkarat seperti berpuluh puluh tahun, mayat
Hiro sudah tinggal kerangka, yang artinya Hiro sudah tewas bertahun tahun lamanya, dan kata penduduk bumi
sekarang, orang orang yang berada di Mars adalah para pemimpin bangsa dan bangsawan kaya raya yang tidak peduli
dengan nasib manusia dan mereka pergi meninggalkan bumi ke Mars, membangun peradaban baru. kami tidak tertidur
selama hanya setahun, ada kesimpulan yang kami tarik dari semua masalah ini, kami melihat kalender aneh, dan
menyadari kami berada di MASA DEPAN.
Kalender menunjukan tahun 2115, yang artinya kami tertidur selama seratus tahun.!!!. dan dunia ini tengah berperang,
perang nuklir, berawal ketika negara negara adidaya memperebutkan hasil hasil bumi dari negara negara lain, PBB
sudah tidak ada, perang tak bisa terelakkan, dunia terbagi menjadi dua, blok barat dan blok timur, seluruh negara asia
dan afrika bergabung menjadi satu aliansi yaitu Lemuria, sementara sebagian eropa bergabung bersama amerika
membentun blok timur atau aliansi Atlantis. perang makin pecah ketika musnahnya hasil bumi kerena bom atom,
musnahnya barang yang mereka perebutkan menjadi perang semakin memanas, ini perang dendam, perang
kehancuran. inilah perang dunia ke tiga. perang ARMAGEDDON.
“jadi kau dari masa lalu dan tertidur selama seratus tahun..?” tanya wanita itu.
“kurasa begitu..”
“maukah kalian kembali ke masa kalian, dan membantu kami..?” tanyanya.
“bagaimana..?” tanya James.
Kami bersama tentara gerilya jawa, sebuah negara hasil pemekaran indonesia. mereka mencoba membuat mesin waktu
dan berusaha mengubah masa depan dengan kembali ke masa lalu, mereka berkali mengirimkan tentara ke masa seribu
tahun lalu untuk mencegah invasi, namun mereka semua menghilang dan tak kembali.mesin waktu ini memanfatkan
teknologi mini wormhole, kelemahanya adalah hal ini tidak pasti. wormhole bisa menghilang kapan saja, dan kadang
ketika terjadi kesalahan perhitungan tiba tiba, orang yang dikirim bisa musnah dari alam semesta, atau terkirim dan
nyasar ke dimensi lain.
Markas kami diserang, banyak dari kami yang terluka.
“James..!!” teriakku melihat tembakan menembus dada James.
“ech.. maafkan Aku Fian, tolong, selamatkanlah masa depan sebisa mu…”
“tidak tanpamu, kau harus bertahan, Aku akan cari pertolongan.”
“ti.. tidak, sudah tak ada waktu, Aku sudah tidak kuat, Aku yakin kau bisa tanpa Aku.”
hal yang sangat ku sesali adalah, James tak terselamatkan, ia tewas, dan berwasiat kepadAku untuk melAkukan sesuatu
untuk masa depan bumi. akhirnya di tengah tengah bencana, Aku memberanikan diri untuk masuk mesin waktu dan
kembali kemasa ku, meski itu akan membunuhku. mesin waktu milik Jawa membuktikan bahwa alam semesta tidaklah
pararel, artinya masa depan bisa dirubah.
“Elin..!! tolong hidupkan mesinya, Aku akan berangkat.”
“apa kau yakin, kemungkinanya sangat kecil.. terlalu berbahaya.”
“sudah nyalakan saja, jika Aku berangkat resikonya Aku akan mati, tapi jika Aku tetap tinggal kita semua akan mati
tanpa usaha.”
“baiklah.. tolong selamatkan dunia, Aku percaya padamu..” akhirnya mereka mengirimkanku kemasa seratus tahun
yang lalu. mesin mulai menyala, Aku membawa kunci mesin waktu di tanganku, Aku merasakan energi besar
menghancurkan tubuhku seukuran nano. dan pandangan kabur, Aku mulai berpikir mungkin ini adalah akhir hidupku,
dan mungkin Aku akan gagal. Aku tidak berharap ini akan berhasil, Aku serahkan semua pada tuhan, tapi Aku berharap
satu hal… Aku berharap… semua ini hanya… MIMPI.
“Ayah… sekarang kau harus berangat ke markas, dua hari lagi keberangkatanmu, ayo bangun..!!”. Aku terbangun, Istriku
membangunkanku. Aku sadar Aku berada di tempat tidurku. Tunggu dulu, aneh, ada yang salah… apa yang terjadi?
Semua ini gila, aneh, aneh dan aneh… semua seperti terulang sebelum keberangkatanku ke Mars seratus tahun lalu, Aku
ingat ketika tentara jawa dan Elin mengirimkanku ke masa 100 tahun tepat di tahun 2015. dan Aku tersadar berada si
atas tempat tidur lengkap dengan piyama ku.
“ma… apa yang terjadi?!, aahh..!! ada apa ini..!!?” Aku kebingungan, dan hampir gila.
“apanya yang terjadi? kau baru saja kesiangan, dasar suami tukang tidur..! kau mimpi buruk ya..?”
akhirnya Aku berkesimpulan. itu semua hanya mimpi.
Aku mulai berangkat dari rumah bersama Istriku menuju kantor nasa, mengenakan jas putih dinas ku. untuk
pemeriksaan dua hari sebelum keberangkatan, sama persis dengan mimpi anehku.
Sesampainya disana, Aku segera menuju ruang kesehatan, sesuatu terjatuh dari saku jas putih ku. Aku terkejut dan
melongo, mengetahui sesuatu yang terjatuh itu adalah… KUNCI MESIN WAKTU lengkap dengan simbol JAVA milik
tentara jawa. Aku langsung sadar, mereka mengirimkanku ke 100 tahun yang lalu, memutar balikan dimensi ruang dan
waktu hingga Aku kembali ke tempat tidur, waktu mundur hingga awal keberangkatanku. Istriku membentakku ketika
Aku terdiam membisu.
“ayah…kenapa kau ini.?” tanya Istriku.
“tidak, ada sesuatu yang harus Aku lakukan, kau tunggu disini ya.” Aku berangkat tergesa gesa menuju pusat mesin
NASA, bila semua itu bukan mimpi, maka kecelakaan itu juga nyata, dan berarti ada dua tugas yang harus kulAkukan,
mengingatkan seluruh petugas NASA akan sistem komputer yang eror, dan memberi pesan untuk tidak melakukan
invasi kepada negara lain, karena jika itu mereka lakukan maka 100 tahun yang akan datang, dunia akan hancur, Aku
memegang amanah dari generasiku di 100 tahun yang akan datang.
Aku bertemu James dan Hiro di sana, tentu saja ini seratus tahun sebelum armageddon terjadi dan mereka masih hidup
bersamaku, sesaat Aku terlihat seperti orang gila karena semua kegilaan ini.
“hai Dr. Fian, kenapa kau terlihat panik, apa kau stres karena keberangkatan dua hari besok?” tanya James.
“oh tidak Mr. James, ada sesuatu yang sangat penting yang harus kulakukan.”
“ehmm.. Dr. Fian, sejujurnya Aku semalam bermimpi aneh, Aku bermimpi ditembak orang aneh dan Aku tewas, Aku
melihatmu di sisiku” ternyata kejadian 2015 juga ikut terbawa ke ingatan James walau dalam bentuk mimpi.
“kurasa kau perlu istirahat Dr.” Aku meninggalkanya.
Sebelum berangkat Aku memerintahkan petugas engineering lain untuk memeriksa sistem operasi, prosesor, dan sistem
daya listrik komputer. dan mereka terkejut ketika mendapati kerusakan pada setiap yang kusebutkan tadi. penerbangan
di tunda tiga hari untuk perbaikan
“bagaimana kau tahu semua ini Dr. Fian?” tanya Dr. Hiro, Aku turut senang melihatnya hidup, bukan dalam bentuk
kerangka.
“dari mimpi” kata ku terus terang, ia kelihatan bingung, namun kami segera menyiapkan segala persiapan.
Hari pun berjalan sama persis seperti seratus tahun yang lalu, kami memberi salam pamit pada keluarga dan berangkat
ke planet Mars.
kami sampai dengan selamat. dan ajaibnya, sama seperti dalam ingatanku, kami menemukan rumput kecil di Mars,
kami membawa salah satu samplenya ke bumi. kami kembali dengan selamat di bumi pada tahun 2017. kami mendapat
penghargaan ilmuwan dan pahlawan international, mereka ingin memberi kami permintaan untuk tanda penghargaan.
James meminta laboratorium baru, Hiro meminta untuk mendirikan unversitas astrogeologi di china. sepertinya Aku
sudah merubah satu masa depan.
Aku masih punya satu tugas, amanat dari 100 tahun yang akan datang. Aku diberi permintaan istimewa juga.
permintaanku agak aneh. Aku minta di buatkan sebuah monumen setinggi monas dengan bertuliskan perjanjian
perdamaian negara di dunia dan dihapuskanya invasi atas negara lain, tugu yang terbuat dari perunggu berlapiskan
alumunium itu disetujui masyarakat sedunia. dengan begini perang armageddon tak akan terjadi. ketika Aku pensiun
Aku mencoba menceritakan kisah ini dalam bentuk novel fiksi ilmiah.
Catatan:
Seratus tahun kemudian, bumi benar benar damai, tak ada peperangan, teknologi yang ramah lingkungan berkembang
pesat. semua itu juga tak lepas dari menumen kuno yang dibangun seratus tahun yang lalu oleh Dr. Fian, astronot yang
mengubah masa depan. “masa depan itu bisa diubah atau tidak, tergantung masa sekarang. tuhan tak akan mengubah
nasib suatu kaum, melainkan kaum itu yang mengubah masa depanya sendiri”
“Aku berangkat…” kata seorang wanita cantik berusia 20 tahunan bernama Elin, yang sedang berangkat kuliah. ya..
tentu saja masa depan sudah berubah…
TAMAT
“Hidup ini ibarat labirin yang hanya mempunyai dua pintu, pintu masuk dan pintu keluar. Ketika telah masuk maka akan
ada simpangan berliku yang harus dihadapi walau tanpa seteguk kopi”
Aku mendengus pelan memperhatikan setiap jentik tulisan yang ku buat berulang kali.
“ah kalau begini ceritanya bagaimana kau bisa menjadi penulis sejati?” berucap monolog
“huh sudah lah sudah larut malam, lebih baik aku menulis di dalam mimpiku saja” ucapku mengakhiri pembicaraan
kepada diriku sendiri.
Pagi itu adalah selasa dengan cinta, di saat semalam aku benar-benar frustasi dengan hidup yang mengecewakan.
Terlebih dengan kenyataan bahwa aku tak pernah mengerti tentang trigonometri atau laju reaksi. Aku juga tak ahli
dalam biologi bahkan seni musik pun tak pernah ku ilhami.
Setelah sekian lama berargumen dengan diriku sendiri, akhrinya aku memutuskan untuk bergegas ke sekolah lebih awal.
Untung saja jarak sekolah dan rumahku terlampau dekat, hanya butuh 10 menit untuk berjalan kaki.
“Kota medan kali ini benar-benar tumpah dengan desakan air, november yang menutup mentari” ucap seseorang yang
mendahuluiku
Aku melihatnya sekilas, dan kemudian tak ku sangka dia adalah yugo. Yugo? Benarkah? Mimpi apa aku semalam?
aku tak berani menatap, hanya bisa tersenyum tak terungkap. dia meninggalkan ku lagi – berulang kali.
Setelah sampai di kelas, segalanya lebih berbeda. Tidak ada ku lihat percikan air yang menggenang. Suasana tak
terkendali, mereka panik. Sementara aku meneguk kopi yang dibungkus dalam botol minumku dengan santai. Suma
melihatku sekilas
“sudah siap fisika, ulna?” tanyanya dengan rancu
Aku masih saja melamunkan hujan tadi, hujan yang mempertemukanku dengan yugo
“u-l-n-a? Kau tak mendengarkan ku ya?” ucapnya memaksimalkan tekanan suara
“ah yaa. Aku mendengar perkataanmu, coba ulangi sekali lagi? Hehe” ucapku
“itu sama saja, kau tidak mendengarkan ku. KAU SUDAH SIAP FISIKA, ULNA?” sumi bertanya dengan wajah datar
Aku langsung meninggalkan sumi dan mencari buku fisika ku, alhasil tak ada goresan tinta yang ku buat sedikitpun. Aku
mencoba untuk mencari jalan keluar dari persoalan fisika yang benar-benar membawaku ke dunia fantasi blantara.
Seakan aku tercabik-cabik dalam hitungan detik, dalam dekap sang raja rimba atau bahkan Crocodylus porosus. Aku
benar-benar tak mengerti. Untung saja ada sumi beserta jawaban fisika sumi yang terbungkus dalam cover buku
minimous yang lucu.
Tik-tok-tik-tok tak ku sangka pak burhan datang dengan segala pesona, mereka langsung diam seribu bahasa, begitu
juga denganku. Aku tak bisa berkutik sedikitpun. Aku~ selalu kalah dalam materi pembelajaran ini. aku selalu
terasingkan. aku~ aku~ aku~
Jam berotasi dengan segala himpunan detik. Waktu berputar tanpa arti, aku sudah bosan mendengar cerita pak burhan.
Kopi yang dibuat ibuku telah dingin, tak ada pasokan energi lagi untuk meminum kopi itu. aku mendengus nafas secara
perlahan kemudian bunyi bell mengambang di permukaan. Itu bell istirahat kesukaanku
Aku melanjutkan tepak langkah berikutnya, menuju kantin idaman setiap pelajar. Membeli secangkir kopi. Kemudian
merasakan canda-tawa teman-temanku. Namun bagian terfavorit adalah melihat senyum yugo. Yugo ada di sana. Di
ujung bangku sebelah meja merah.
Aku selalu malu-malu dalam desakan yang temaram, aku tak mengerti tentang segala sanubari. Dahulu, yugo yang
memulainya dengan memanggilku “si wajah oriental” dia bilang aku seperti putri malu. Jika disentuh sedikit saja
langsung menguncup! Huh menyebalkan.
Waktu tak pernah berhenti dalam aksinya. Dia selalu saja mendahuluiku. Kopiku juga sudah dingin, dan yugo juga sudah
meninggalkan ku. Berulang kali meninggalkanku. Sumi mengajakku untuk masuk dan meinggalkan gemuruh kantin.
Namun batinku berkata untuk tetap tinggal di kantin. Dan nyatanya sumi berjalan ke kelas tanpa aku.
Di tengah perjalanan di lorong taman sekolah, aku melihat sepotong ubin terepecah belah. Aku mencatat dalam buku
labirin merah jambuku
“sungguh kasihan ubin itu. di saat seluruh ubin terlihat luarbiasa, hanya sepotong ubin itu yang terpuruk dalam
nasibnya. Kisahnya hampir sama denganku, namun nasibku tidak seburuk itu”
Setelah memperhatikan dengan seksama. Aku agak menggeser ubin itu ke tempat semula, agar sepotong ubin tersebut
tidak sendirian, tidak kesepian.
Lantas terjajar sebuah kertas buram berwarna kuning dengan segala tulisan yang menghentak
Lembar pertama:
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita
menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
Lembar kedua:
“jika memang hal itu diperlukan, maka beranikanlah diri anda untuk melakukannya.”
Lembar ketiga :
“peluang emas selalu berada satu langkah dari anda. Yang anda butuhkan adalah keberanian untuk melangkahkan kaki
pertama”
Dan lembar terakhir :
“semua karya besar, diawali dengan keberanian untuk membuatnya.”
Aku mencerna hal-hal tersebut. Kemudian inisiatifku memintanya untuk menyimpan tulisan-tulisan itu. Aku berjalan
menjauhi ubin itu, semakin jauh dan jauh. Hingga sumi menemukan ku dan bertanya mengapa jalanku terseok-seok
seperti seorang mafia yang diselidiki polisi.
Aku terdiam seribu kata, tanpa jeda tanpa suara hanya udara yang terdengar. Tiga detik kemudian, aku
menceritakannya kepada sumi. Dan sumi tak mau menanggapi, mungkin hanya aku saja yang termotivasi atau aku yang
melebihkan arti? Entahlah aku juga tak mengerti.
Siang itu juga ketika sumi dan seluruh isi sekolah meninggalkanku. Aku masih saja menepaki sekolahku. Melihat yugo di
tengah-tengah desakan pelajar yang merindukan rumah mereka. Aku memandangnya dari jauh.
“jika memang hal itu diperlukan, maka beranikanlah diri anda untuk melakukannya.”
Tiba-tiba saja tulisan tersebut muncul di lorong pemikiran, yugo juga melihatku. Aku memberanikan diri untuk
tersenyum. Yugo menghampiriku dengan perawakan langkahnya yang panjang,
aku tak bisa bernafas, segalanya menjadi terdesak. Sungguh sesak sekali
“ulna kan? Yang rumahnya di kompleks utara?” yugo bertanya memastikan
“eh iya? Kok tau?” aku menjawabnya tanpa sengaja
“kita kan satu kompleks?” yugo menjawabnya juga dengan heran
Setelah heran dan heran menyatu, akhirnya kami tertawa berasamaan. Yugo menemaniku dalam perjalanan pulangku.
Aku sungguh bahagia kala itu, yang terpenting karena tulisan di balik ubin itu aku jadi mengetahui ternyata yugo satu
kompleks denganku.
Keesokan paginya ketika aku yang telah siap menerima pelajaran pak basuki tentang laju reaksi, suma menghampiri ku
lagi
“ulna, ada apa gerangan? Mengapa kau terlihat anteng begini? Seperti bukan dirimu saja” tanya suma dengan heran
“sudahlah jangan terlalu kau fikirkan tentang aku, jalani saja hidupmu” jawabku sambil tertawa
Selepas dari pembicaraan itu, suara pak basuki yang berat menghentikan pembicaraan kami, dia menulis soal laju reaksi
di papan tulis putih.
“ada yang bisa menjawab” tanyanya dengan sangat serius
Tak ada yang berani menjawab. Semuanya terkena (bahasa latin dari bisu), termasuk aku juga.
Lagi-lagi fikiranku masih saja menerawang tulisan ubin yang lampau
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita
menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
……………………………………………………………………………………………............................................................................
Malam semakin larut, tapi Aku masih belum tidur. Aku memang mempunyai penyakit susah tidur saat malam, atau yang
biasa Kita sebut Insomnia. Aku masih sibuk dengan sebuah jejaring sosial yang sekarang tenar dengan nama Facebook.
Tepat pada pukul 00.30 WIB, Aku mendengar suara ayam jantan berkokok. Bagiku itu aneh sekali, karena Aku belum
pernah mendengar ayam berkokok pada waktu tersebut. Aku merasa semakin aneh, karena ayam jantan yang berkokok
itu mengeluarkan suara aneh, seperti batuk-batuk dan suaranya serak. Dan setelah itu Aku merasa ada suara yang
mengganjal. Suara itu sangat aneh, Aku pun tak bisa mengungkapkan bagaimana suara itu. Seperti tidak ada, tapi ada.
Aku sendiri bingung. Aku tak berani bergerak. Aku merasa bulu kuduk-ku merinding. Aku mulai mengucap berbagai ayat
pendek Al-Qur’an dan berdo’a. Lama kelamaan Aku merasa takut. Apalagi hanya Aku sendiri yang belum tertidur.
Aku berusaha menghubungi teman-temanku lewat handphone-ku, agar pikiranku teralihkan dari suara itu. Namun,
siapa sih yang masih terjaga jam segini. Tak satu pun dari teman-temanku yang membalas pesanku. Aku pun mulai
semakin takut. Aku ingin membangunkan Ibu ku, tapi, bergerak sedikit saja Aku tak berani, apalagi keluar kamar dan
membangunkan Ibuku.
Aku pun meng-update status pada akun jejaring sosial Facebook milikku. Dalam status itu, aku tuliskan apa apa saja
yang baru aku alami. Untungnya, masih ada beberapa Facebookers yang masih online. Beberapa dari mereka
mengomentari statusku. Rata-rata mereka mengeluarkan pendapat yang tak masuk diakal, karena itu berhubungan
dengan mitos. Sebagian beranggapan bahwa ada yang akan meninggal dunia, ada orang yang hamil diluar nikah, ada
maling, dan tidak ada apa-apa. Bahkan ada pula yang menyuruhku mengecek ayam tersebut, “Mana tahu sakit” kata
salah satu pemilik akun facebook lain.
Huh! Aku pun memutuskan untuk tidur.
Pagi pun datang. Mentari mulai menampakkan wujudnya. Aku pun bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Aku tak sabar
ingin menceritakan pengalaman ku tadi malam.
Sesampainya di sekolah. Aku langsung bergabung dengan teman-temanku, mereka adalah Vinny, Anggun, Vovi, Via dan
Della. Aku pun mulai menceritakan kejadian yang aku alami semalam.
“Menurutku ayammu itu punya kelainan.” sahut Via nyeleneh.
“Mungkin ayammu minta dikawani tidur.” Kata Vovi.
“Ayammu keselek permen kali!” Della menimpali. Kami pun tertawa terbahak-bahak.
“Eh eh, Aku serius nih.. lagian itu bukan ayam aku.” kataku. “Menurut Vinny gimana?”
“Menurut aku sihh, emm…” Vinny tak melanjutkan pembicaraannya. Kami pun mulai duduk merapat. Suasana yang
tadinya lucu, mulai berubah menjadi seram.
“Menurut aku itu Miss. K!!!” lanjut Vinny. Kami pun tersentak. Miss. K adalah panggilan dari kami untuk hantu yang
biasanya orang lain panggil Kuntilanak.
“Kata mbah aku, kalo ada ayam jantan berkokok berulang-ulang tengah malam, berarti ada Miss. K, itu sebabnya tadi
malam Dwi ngerasa merinding.” Vinny melanjutkan pembicaraannya.
“Ihh, masa’ sih?” tanyaku, Aku tak pernah percaya apa yang orangtua dulu katakan.
Itu hanya mitos! Aku menekankan kata-kata itu dalam hatiku. Aku tak ingin membahasnya lagi.
“Aaaaaaa!!!” tiba-tiba Via berteriak sambil menunjuk ke arah jendela yang berada di dekat Anggun. Sontak Anggun
meloncat dan berlari seraya berteriak. Via tertawa, dan Kami pun ikut tertawa. Dia hanya bercanda, menakut-nakuti
Anggun. Anggun memang orang yang penakut.
Sepulang sekolah, Aku dan Hesti pergi ke rumah temanku, Fatijah. Kami berencana untuk mengerjakan tugas sekolah.
Sambil mengerjakan tugas tersebut, Aku bercerita kembali tentang kejadian yang aku alami tadi malam.
“Emang tuh ayam berkokok berapa kali, Wi?” tanya Hesti.
“Aku kagak ngitung, Hes. Sangkin takutnya, kagak kepikiran buat ngitung. Emang kenapa?” tanya ku.
“Untung gak dihitung. Kalau misalnya nih, tuh ayam berkokok tiga kali, itu berarti bakal ada yang meninggal. Tapi, kalau
berkokoknya udah lebih dari tiga kali, mending kagak usah di-itung. Apalagi ngitung-nya sampe tujuh kali.” Jelas Hesti.
“Emang kenapa kalau dihitung sampe tujuh kali?” tanyaku penasaran.
“Kalau ayamnya berkokok sampe tujuh kali berarti ada Mr. G!! Kalau misalnya kamu ngitung berapa kali tuh ayam
berkokok sampe tujuh kali, si Mr. G bakalan tahu posisi kamu di mana, dan dia bakalan ikutin kamu.” kata Hesti.
“What??!! Mr. G?? Astagfirullahaladzim…” Aku tersentak. Mr. G? Alias hantu yang nge-trend dengan nama Gondoruwo
itu? Gila. Kagak habis pikir dah, bisa-bisanya di era yang serba canggih gini mitos begituan masih tetep aja ada.
Tiba-tiba hujan mulai turun dengan derasnya, disertai petir dan kilatnya yang mulai menyambar-nyambar. Suasana
mulai mencekam
“Kenapa pake acara hujan segala sih?” kataku.
“Alah, kemaren kagak hujan hujan ngomel, sekarang giliran hujan tiba juga ngomel.” kata Fatijah seraya membawa baki
berisi beberapa makanan dan minuman dari dapur.
“Yaa, jangan sekarang juga kali, ntar aja hujannya pas aku udah sampe rumah.” timpalku.
“Hihihi” Hesti tertawa. Tertawa yang menurutku tidak asik, karena pikiranku terganggu oleh penjelasannya tentang
kejadian semalam yang ku alami tadi.
Sambil menunggu hujan reda, kami pun bercerita tentang mitos-mitos rakyat. Hesti yang banyak bercerita tentang hal
itu, karena sebelum Dia pindah ke kota Jambi tempatku tinggal, Dia tinggal di tanah Jawa, tempat di mana mitos-mitos
sangat dipercayai. Tempat di mana Dia hidup, terikat oleh mitos-mitos.
Aku mengambil sepotong pisang goreng yang disuguhkan oleh Fatijah ketika sebuah petir besar menyambar
pepohonan.
Duuaaarrr!!!
Sontak aku terkejut dan menjatuhkan pisang goreng yang ku pegang dan Aku mulai latah. Yaa, Aku memang mempunyai
penyakit khas Indonesia yang disebut Latah. Hesti dan Fatijah pun tertawa.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Aku masih sibuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guruku.
Sambil mengerjakan tugas, Aku mendengarkan musik favoritku yang beraliran Alternative Rock. Aku bisa lebih fokus
belajar dengan mendengarkan musik. Kata guruku, itu bisa membuat aktivitas otak kiri dan otak kanan seimbang.
Drrrttt!!
Handphone-ku bergetar. Ada sebuah pesan singkat masuk. Dari Irfan.
“Masih tuh ayam berkokok?” tanyanya.
“Kagak tahu lah, paling ntar berkokok lagi.” Aku membalas pesan singkat darinya.
“Kata Ibu aku sih, kalau ada ayam berkokok tengah malam, berarti ada orang yang hamil diluar nikah. Biasanya, tuh
ayam berkokok arahnya pasti ngadep rumah orang yang hamil diluar nikah ini. Nah, ayam itu gak bakal berhenti
berkokok sampe yang hamil diluar nikah itu ketahuan. Gituuu…” balas Irfan.
“Hmm.. sekarang ini, aku gak mempermasalahkan masalah ayam berkokoknya. Kali aja karena udah menjelang pagi
makanya ayamnya berkokok, yang jadi masalahnya suara setelah ayam berkokok itu lho. Itu suara apa’an?” balasku.
Tak lama kemudian Irfan membalas pesan dariku dengan jawaban yang kurang memuaskan bagiku.
“Yaa, mana aku tahu..”
Aku tak membalas pesan darinya. Aku melanjutkan tugas yang tadi ku kerjakan.
Sekitar pukul 21.30 WIB, suara kokok ayam itu mulai terdengar lagi. Tapi tidak serak. Aku menarik kata-kataku tadi.
Ayam itu tidak berkokok karena menjelang pagi!
Aku langsung mengirim pesan singkat ke Irfan.
“Ayamnya berkokok lagi!”
Ku tunggu-tunggu balasan pesan darinya. Tapi, tak datang-datang juga.
Sudah tidur! Pasti.
Paginya, aku menemui Irfan di kelasnya. Dia meminta maaf karena tidak membalas pesanku tadi malam. Dia mulai
memantapkan tanggapannya kemarin, bahwa yang dikatakannya itu benar. Dan kalau Aku boleh memilih, Aku lebih
memilih pendapat Irfan dari pada pendapat Vinny ataupun Hesti.
Aku kembali ke kelasku. Aku bercerita bahwa tadi malam Aku mendengar ayam itu berkokok lagi. Teman-temanku pun
binggung.
“Kalian aja bingung, apalagi aku.” Kataku.
“Udah deh, gak usah terlalu dipikirkan” kata Vovi.
“Iya deh.” Kata ku.
Seperti biasanya, Aku tak bisa tertidur. Waktu telah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Aku mulai was-was. Di benakku
terlintas berbagai pertanyaan-pertanyaan. Akankah ayam itu berkokok lagi?
Benar. Ayam itu berkokok lagi. Aku langsung bersembunyi di balik selimut hangatku. Aku tak ingin mendengar suarasuara aneh setelah kokok ayam itu lagi, meskipun suara aneh itu berasal dari penyanyi papan atas Chester Bennington
sekalipun.
Malam itu, tepat pukul 00.00 WIB, aku di kejutkan oleh suara sebuah mobil Ambulance.
“Siapa yang diangkut mobil ambulance jam segini? Semoga orang itu baik-baik saja.” Aku bergumam.
Kali ini aku tak mendengar suara kokok ayam itu lagi.
Esok harinya di sekolah, Aku mendengar berita bahwa ada peristiwa kecelakaan malam tadi di jalan raya depan rumah
temanku yang bernama Turi.
“Bekas darahnya masih ada, dilingkari garis pilox putih. Kabarnya korbannya meninggal dunia.” kata temanku, Robi.
“Semalam jam dua belas aku memang mendengar suara mobil Ambulance.” Sahutku
“Tapi aku tak mendengarnya.” Vinny menimpali.
“Memang kamu tidur jam berapa?” tanya Robi.
“Jam sembilan.” jawab Vinny.
“Yeee, pantes aja gak dengar.” Kata Robi.
“Wuu!! Dasar aneh.” Sorak ku.
Berarti mitos yang Hesti katakan itu benar.
“misalnya nih, tuh ayam berkokok tiga kali, itu berarti bakal ada yang meninggal.”
Kata-kata Hesti terlintas di benakku. Tapi, ayam itu berkokok lebih dari tiga kali. Aku
bertanya-tanya dalam hati. Sungguh pertanyaan yang sesungguhnya tak layak untuk dipikirkan.
Semenjak itu, Aku semakin sering mendengar kokok ayam tersebut. Siang, pagi, dan malam. Aku tak ingin mengurusi
hal itu lagi.
Sore itu, Aku pergi ke rumah temanku, Amin. Rumahnya berada di depan rumahku. Aku hendak menge-print tugas
Geografi ku. Sambil menunggu tugasku selesai diprint. Aku bercerita dengan Ibunya Amin, Ibu Mardi, tentang kejadian
yang aku alami belakangan ini.
Ibu Mardi tampak tertarik dengan ceritaku. Ketika aku selesai bercerita, Ibu Mardi tampak tertawa. Aku heran dan
kemudian bertanya.
“Ini serius lho, Bu. Serem. Kok Ibu malah tertawa sih? Kan bukan kisah lucu. Ibu kenapa tertawa?”
Aku menunggu sampai Ibu Mardi selesai tertawa. Kemudian disisa-sisa tertawanya itu, Beliau menjelaskan.
“Suara kokok ayam yang Dwi dengar itu, suara ayam suami Ibu, Pak Mardi.”
“Nah, terus?” tanyaku penasaran.
“Ayam itu diikutkan dalam lomba kokok ayam termerdu sama suami Ibu. Tapi, kemarin ayam itu sakit, suaranya jadi
jelek, serak-serak gitu. Mungkin Dwi mendengar ayam itu berkokok ketika dia sedang sakit. Pas pula dini hari, itu
memang wajar, meskipun sebelumnya Dwi tak pernah dengar ayam berkokok jam segitu. Mungkin karena kita tinggal di
Komplek perumahan, jadi tidak ada suara ayam berkokok.” Aku mengiyakan kata-kata Ibu Mardi.
Ibu Mardi melanjutkan ceritanya.
“Karena sehabis sakit suara ayam itu tidak merdu lagi, suami Ibu melatihnya lagi. Makanya Dwi sering mendengar ayam
itu berkokok. Bukan karena mitos-mitos yang teman-teman Dwi katakan. Dan suara aneh yang Dwi dengar setelah
kokok ayam itu mungkin perasaan Dwi saja, karena terbawa suasana serem gitu, Ibu juga sering gitu” Ibu Mardi
mengakhiri ceritanya dan melanjutkan tawanya.
“Olala! Ternyata suara kokok ayamnya Pak Mardi tho.” Kataku seraya ikut tertawa.
Aku merasa geli sendiri atas semua kejadian-kejadian yang aku alami ini. Ternyata tak seseram dan seburuk yang
dibayangkan.
Aku mengambil hasil print-ku, kemudian pamit pulang dengan Ibu Mardi dan Pak Mardi. Mungkin Ibu Mardi akan
bercerita kepada Pak Mardi tentang hal yang kami bicarakan tadi.
Dalam perjalanan pulang Aku tertawa kecil, mengingat ternyata semuanya bukanlah karena mitos-mitos yang temantemanku katakan. Aku tak sabar agar hari esok tiba, Aku ingin menceritakan semuanya kepada teman-temanku.
Selesai
....................................................................................……………………………………………………………………………………
Pada sabtu sore, Wilda dan Dinda pergi ke Surabaya untuk mencari teman lama mereka yaitu Rinda. Mereka berangkat
dari Semarang ke Surabaya. Mereka pun pergi dengan berbekal alamat yang kurang jelas. Yaitu hanya berbekalkan
selembar foto yang sudah kusam. Mereka berangkat dengan mengendarai bis. Bis berangkat dari Semarang pada sore
hari dan sampai di Surabaya pada pagi hari. Setelah sampai di terminal Surabaya, Wilda dan Dinda memutuskan untuk
mencari tempat penginapan terlebih dahulu.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya mereka pun menemukan tempat penginapan. Mereka pun beristirahat di
tempat penginapan itu untuk menghilangkan penat. Setelah berisitirahat, mereka pun kembali pada tujuan sebelumnya
yaitu mencari teman lama mereka. Dengan bekal yang kurang jelaas tadi, Wilda dan Dinda menelusuri kampung demi
kampung yang ada di daerah itu.
Tak terasa hari mulai sore, dan mereka harus kembali ke penginapan.
Keesokan harinya, mereka kembali mencari Rinda. Mereka memasuki sebuah kampung, dimana kampung tersebut
pemandangannya sangat indah sekali. Mereka sangat menikmati pemandangan yang indah ini. Di perjalanan, Wilda dan
Dinda bersenda gurau. Karena terlalu asik bergurau, akhirnya Wilda dan Dinda bertabrakan dengan seorang gadis yang
sebaya dengan mereka. Setelah saling bermaafan, mereka bertiga saling berpandangan dan berusaha mengingat satu
sama lain. Dan rupanya itulah Rinda, orang yang mereka cari selama ini.
Akhirnya mereka pergi ke rumah Rinda yang jelas dengan hati yang sangat senang. Di rumah Rinda, Wilda dan Dinda
menceritakan semua yang dialaminya selama mereka mencari Rinda. Mereka bertiga pun berbicara mengingat
kenangan masa lalu mereka.
Rinda adalah teman Wilda dan Dinda saat mereka masih satu kampung, dan sekarang Rinda pindah karena ikut
orangtuanya
~ TAMAT ~
Brrmm, mobil dihidupkan kemudian cabut.
Sebelum ke rumah, Dono mampir dulu ke mini market, beli susu untuk anak. Gak disangka-sangka, Dono ketemu ria
yakni pacarnya jaman SMA yang sudah 20 tahun gak ketemu.
"Ria kok kamu ada di Jakarta?" tanya Dono kepada Ria.
"Iya mas. Suamiku pindah tugas sebulan lalu, tapi dia lagi dinas trip ke Afrika 2 minggu" kata Ria.
"Wah, jadi kamu di rumah sendirian?" tanya Dono
"Iya" jawab Ria.
"Tadi ke sini naik apa?" tanya Dono.
Kemudian Ria menjawab, "Bajaj"
"Oo.. kalau begitu aku antar saja pulangnya, belanjaan kamu kan banyak. Sekalian ngobrol-ngobrol, kangen gak ketemu
lama banget"
"Iya mas, 20 tahun ya"
Dan meluncurlah mereka ke rumah ria. Obrolan di mobil pun semakin seru, mengingatkan saat-saat masih mesra dulu.
Dan tak terasa sudah sampai di depan rumah ria.
"Mampir dulu mas, kita lanjutkan ngobrolnya di dalam rumah "
"Okelah kalau begitu", Dono menyanggupi ajakan Ria.
Dan obrolan pun lanjut. 1 jam, 2 jam berlalu. Tak terasa, obrolan makin menjurus dan akhirnya berlanjut ke ranjang.
Kangen lama terpendam membuat pertarungan 3 ronde tak terasa, sampai Dono lupa kalau HP-nya kehabisan baterei
sejak sore tadi .
"Waduh! Sudah lewat jam 12 malam nih. Aku pulang dulu Ria. Istriku pasti gelisah mencari aku"
"Lah terus bagaimana mas?"
Dono berpikir sebentar...
"Ria, aku minta bedak baby donk"
"Ada mas, buat apa?"
"Adalah..biar aman"
Dan Dono pun pulang setelah meninggalkan 1 ciuman mesra kepada Ria
Sampai di rumah, istri Dono masih melek dan pasang tampang garang.
"INI, LAKI SATU KEMANA AJA! DITELPON JUGA HP DIMATIIN. GAK USAH PULANG SEKALIAN NGAPA??!!"
"Sabar Mah..papa cerita dulu kenapa sampai pulang larut gini"
"MAU KASIH ALASAN APA LAGI??"
"Gini Mah.. Tadi papa pulang kantor mampir dulu ke mini market belikan pesanan mama. Gak tahunya ketemu mantan
pacar papa waktu masih SMA. Terus papa antar pulang sekalian.
Terus kami ngobrol-ngobrol.
Terus karena asyik, ya lanjut ke ranjang sampai lupa waktu.
Jadinya papa baru pulang sekarang"
Istri Dono diam...mikir..
"Gak percaya! Mana sini, liat tangan papa!"
Dono kasi liat tangannya..
"PAPA KALO MAU BOHONG KASI ALASAN YG BAGUS KEK! UDAH TUA MASIH SOK LAKU! LAIN KALI KALO MAIN BILYAR
INGET WAKTU!!
………………………………………………………………………………………………….......................................................................
Januari 2015, NASA bekerja sama dengan beberapa lembaga Antariksa Asia untuk misi penelitian ke planet Mars dengan
mengirimkan tiga orang astronot. Aku mewakili LAPAN untuk bergabung bersama aliansi NASA. Aku adalah seorang
ilmuwan LAPAN (lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) di bidang astronautic engineering, Aku dan dua
Astronot lain yakni James ahli Astrobiologi dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) dan Hiro ahli
Geologi dari JAXA (Japan Aerospace Eksploration Agency) Ditugaskan untuk misi penelitian ke planet Mars, sebuah misi
impian umat manusia.
Pagi itu Istriku membangunkanku untuk berangkat menuju markas pusat NASA.
“Ayah… sekarang kau harus berangkat ke markas, dua hari lagi keberangkatanmu, ayo bangun..!!”. kata Istriku
membangunkanku yang tengah tergeletak di tempat tidurku, seolah Aku lupa kalau dua hari lagi Aku berangkat ke suatu
tempat jauh, yang disebut Mars.
“Astaga.. Aku lupa. apa kau sudah bersiap ma?”
“sudah dari tadi, yang mau berangkat misi itu kamu, bukan Aku. tapi dilihat dirimu, ayolah”
“iya iya, tunggu sebentar.” Aku lekas menuju kamar mandi.
Kami pun berangkat ke markas, kami harus tinggal di markas dua hari sebelum keberangkatan, untuk persiapan dan
pengecekan kesehatan astronot.
Disana sudah menanti dua orang temanku, James astronot NASA, dan Hiro Astronot JAXA. dua hari pun terlewati,
berbagai pemeriksaan pun selesai, kami bertiga pun siap untuk misi, meninggalkan keluarga untuk misi mulia dalam
ilmu pengetahuan.
Sebelum keberangkatan, kami mempunyai kesempatan untuk berpamitan dengan keluarga yang ikut mengantarkan ke
pusat keberangkatan. Istriku memelukku dengan erat seolah tak mengizinkanku pergi, tapi Aku mencoba untuk
meyakinkanya, bahwa Aku dan dua orang temanku akan kembali ke bumi dengan selamat. Aku mencium keningnya dan
pergi meninggalkanya menuju modul pesawat ruang angkasa.
Setelah berpamitan, Aku dan dua orang rekanku, James dan Hiro memasuki modul ruang angkasa dengan roket
pendorong yang sangat besar, ratusan petugas NASA, JAXA dan LAPAN ikut meramaikan suasana keberangkatan, sorak
sorai masyarakat yang ikut melihat keberangkatan meramaikan dekat area penerbangan.
Perjalanan bumi ke Mars memerlukan waktu kurang lebih satu tahun, kami memakai sebuah teknologi canggih yang
membuat kami bisa bertahan tanpa makanan di ruang angkasa dalam setahun, bahkan bertahun tahun. kami bertiga
di“mati”kan untuk sementara, detak jantung dan aliran darah dihentikan untuk sementara, seluruh tubuh di bekukan
hingga minus 150 derajat celsius, hal itu digunakan untuk membuat kami tak membutuhkan makanan selama setahun
di dalam modul, dengan teknologi ini kami tidak butuh makan, kami akan “mati” tertidur untuk waktu satu tahun
lamanya, bahkan saat kami dalam mode tidur seperti ini, sel sel kami berhenti mati, atau beregenerasi, sehingga kami
tidak mengalami penuaan selama setahun.
Kami pun berangkat, dan kami segera di tidurkan, sistem komputer automatis yang telah di rancang untuk menuju
koordinat yang tepat akan membawa kami ke planet Mars secara automatis, dan sistem komputer itu akan secara
automatis membangunkan kami ketika sampai di tanah merah planet Mars.
“Apa yang sedang terjadi?” Beberapa waktu kemudian, Aku terbangun, menjumpai sesuatu yang aneh, es di sekitar
tubuku mencair mungkin sekitar tiga hari yang lalu, dinding pesawat sudah berkarat mesin mesin hancur berantakan
semua sistem telah mati, Aku terbangun karena sistem tidurku rusak, terutama pada bagian penidur atau pembeku. dan
Aku mulai sadar kalau kami mengalami pendaratan yang gagal, namun kami telah sampai di Mars. Aku sudah sadar,
namun tubuh dan seluruh persendianku masih tak bisa kugerakan. Aku menunggu berjam jam hingga Aku akhirnya bisa
bergerak
Tak berlama lama Aku berjalan sempoyongan menuju mesin beku milik James dan Hiro.
“James..! Hiro…! kalian tidak apa apa? apa yang sedang terjadi…?” tanyAku sambil jalan sempoyongan, Aku terkejut dan
shock melihat Hiro telah menjadi kerangka, tubuhnya tertindih baja pesawat ulang alik yang penyok.
“Hiro…!! ti.. tidak mungkin, astaga.. apakah kami gagal? tunggu dulu, James.. James..!” teriAku berjalan menuju mesin
tidur milik James. kemudian Aku melihat mesinya, kacanya masih utuh, masih terlihat es dan uap bersuhu minus 150
derajat. samar samar Aku melihat wajahnya dibalik kaca setebal ilma centimeter. Aku mulai mengambil besi bekas
patahan kursi baja dan memukulkanya untuk memecahkan tabung mesin James, berkali kali Aku mencoba hingga
akhirnya pecah, keluar asap dingin.
Terus kucoba untuk mengeluarkan James. suhunya benar benar sangat dingin, kAku seperti balok es, mungkin itu yang
terjadi ketika Aku tak bisa bergerak tadi. Aku membuat peralatan sederhana dari mesin kapal yang tersisa dan anehnya
sudah berkarat, Aku berasumsi bahwa kapal berkarat karena beroksidasi dengan permukaan Mars yang berkarat juga.
Aku merangkai alat itu menjadi sebuah alat pengejut jantung dengan tegangan lIstrik kecil, mencoba untuk
menghidupkan James yang tertidur selama kurasa setahun.
“James bangunlah..! James..!” Aku terus meneriakinya berharap ia terbangun.
Ia pun tersadar, namun tubuhya masih tak bisa bergerak. Aku menemaninya berjam jam menunggunya bangkit. ia
membuka mulutnya dan mulai bicara padaku, ia sangat kebingunan sama seperti Aku.
“Dr. Fian.. di.. dimana kita?” ucapnya disertai tubuh yang menggigil. “Apakah sudah sampai?”
“James, pendaratan kita gagal. kita mengalami kecelakaan, dan…”
“dan apa..?”
“Dr. Hiro, meninggal.”
Akhirnya kita berdua bisa mulai mencari tahu apa yang terjadi. kapal kami rusak parah, semua sistem hancur, komputer
mati dan ada beberapa hal yang aneh. kenapa semua besi disini sudah berkarat? James dan Aku terheran heran melihat
Hiro tinggal kerangka yang lazimnya sudah mati bertahun tahun.
“ini aneh fian… bagaimana mungkin Dr. Hiro sudah menjadi kerangka, jika kita mengalami kecelakaan beberapa hari
yang lalu, seharusnya tubuhnya masih utuh, belum menjadi kerangka seperti ini..” ujar James heran melihat tubuh Hiro
menjadi kerangka.
“kau benar, ini biasa terjadi pada orang yang meninggal bertahun tahun.”
Kami belum bisa berpikir jernih setelah tertidur selama setahun. kami mengenakan helm yang masih berfungsi dan
pakaian yang sedikit koyak, kami mulai mempertimbangkan untuk keluar karena radiasi matahari yang tak tersaring
atmosphere Mars bisa saja membunuh kami berdua, tapi jika kami tetap di dalam kapal, kami akan membusuk tanpa
berusaha apapun.
“Kau siap Dr. Fian..?”
“Ayo..”. Kami pun memberanikan diri untuk keluar, berusaha mencari tahu sesuatu, kami mulai berpikir jika kami akan
mati disini karena tak ada makanan dan kapal telah hancur, kami tak bisa kembali ke bumi. Aku dan James sangat rindu
keluarga kami. sebelum keluar kami mencoba mencari mesin semacam black box yang merekam kejadian dan masalah
sistem di dalam pesawat. kami melihat komputer macet dan berhenti fungsi saat pendaratan, itu yang menyebabkan
kami tak dibangunkan dan pesawat tidak mengeluarkan mode pendaratan yang menimbulkan benturan keras yang
menghancurkan pesawat kami. dan anehnya black box itu langsung penuh dan mati, padahal itu bisa merekam data
selama sepuluh tahun. kapal kami terkubur pasir dan batuan merah Mars, kami berusaha keluar dengan susah payah.
Walaupun terlihat seperti gurun tandus dan panas, namun suhu disini seperti di kutub karena jauh dari matahari dan
ditambah atmosphere Mars yang tak mampu membuat efek rumah kaca. kami berjalan menyusuri Mars, Aku
membantu James meneliti tanah dan tanda tanda kehidupan, berkilo kilo kami berjalan sangat pelan karena gravitasi
yang sangat kecil disini. dan kami terkejut melihat sebuah rumput kecil tumbuh dari pecahan batu, kami tercengang,
dan ternyata di Mars ada kehidupan walau berupa tumbuhan. Namun kejutan terbesar bukan disitu.
“Ja.. James.. tolong lihat ini.” ujarku dengan mata molotot melihat sesuatu yang tak pernah kuduga. ada KOTA
PERADABAN, kota itu kecil, bangunanya terbuat dari besi. kami benar benar tercengang dan terdiam. kami mendekat
untuk mencari bantuan.
“Astaga… Aku tidak percaya ini.”
Dari jauh seseorang mirip manusia, dan ternyata memang manusia, memakai seragam aneh berhelm gelap
mengendarai kendaraan terbang seperti sepeda motor. kami meminta bantuan dan berteriak, ia menghampiri kami dan
menodongkan senjata api. tiba tiba saja ia menembakan senjata itu ke arah kami, kami langsung menghindar dan
melihat batu meleleh terkena tembakanya.
“hei… apa apaan ini, Fian.. lari…!” teriak James berlari menjauh dari sosok misterius itu. Dan anehnya orang itu
berbicara bahasa kami, bahasa inggris, kami benar benar bingung dan tidak mengerti. kami berdua berlari sekuat
tenaga dikejar orang asing itu. kami melihat sebuah pangkalan terbang dengan lambang NASA..!, dan ada kendaraan
mirip piring terbang perak. kami langsung masuk ke dalamnya, kami tak tahu cara mengendalikanya, namun ada simbol
simbol dalam astronautic engineering yang Aku tahu, kami pun lepas landas dan dikejar oleh orang orang Mars yang
aneh itu. ini adalah hal yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya, ini GILA..!
“fian… Aku benar benar tak mengerti, mengapa ada kehidupan dan mengapa ada lambang NASA di kota asing ini..?”
kata James kebingungan.
“Aku juga sangat bingung, ini bisa membuatku gila, kecelakaan, alien Mars, lalu apa lagi..?”
Kami berangkat pulang menuju bumi dan berharap menceritakan semua yang kami rekam dalam benak kami ke seluruh
penduduk bumi. Kendaraan ini berjalan dengan kecepatan luar biasa, mungkin 30 persen dari kecepatan cahaya. kami
dengan cepat sampai tanpa menggunakan sistem tidur kami. kami mulai mendekat ke bumi. dan ada hal janggal yang
sangat aneh di depan mata kami. bumi tak lagi hijau, semua benua menjadi gurun, dan lebih anehnya benua amerika
selatan berpisah dengan amerika utara di laut atlantik.
“ohahh..!! apa yang terjadi.! apa Aku gila..!!?” teriAku, Kami mendarat dan ingin tahu apa yang terjadi. ternyata terjadi
perang yang mengerikan di bumi, kami mendarat di pulau jawa, disana juga berperang. entah apa yang mereka
perebutkan, namun baju dan senjata mereka benar benar asing lebih mirip baju orang Mars yang mengejar kami.
“hei..! sedang apa kalian, cepat berlindung..!!” teriak seorang wanita berpakaian perang. wanita itu mengajak kami
untuk berlindung. kami dibawa ke markas militer Jawa.
“NamAku, Elin… kalian aneh sekali, baju macam apa itu..?!” kata wanita berusia 20 tahunan.
“seharusnya kami yang tanya seperti itu…” .Wanita itu membawa kami ke tempat di bawah tanah. disana kami ditolong
dan di interogasi oleh orang orang militer. kami berdiskusi sangat lama. dan kami mulai memikirkan kejanggalan
kejanggalan dari mulai kami mendarat di Mars. pesawat kami tiba tiba jatuh karena sitemnya rusak, black box begitu
penuh padahal itu bisa merekam sampai 10 tahun lamanya, kapal sudah berkarat seperti berpuluh puluh tahun, mayat
Hiro sudah tinggal kerangka, yang artinya Hiro sudah tewas bertahun tahun lamanya, dan kata penduduk bumi
sekarang, orang orang yang berada di Mars adalah para pemimpin bangsa dan bangsawan kaya raya yang tidak peduli
dengan nasib manusia dan mereka pergi meninggalkan bumi ke Mars, membangun peradaban baru. kami tidak tertidur
selama hanya setahun, ada kesimpulan yang kami tarik dari semua masalah ini, kami melihat kalender aneh, dan
menyadari kami berada di MASA DEPAN.
Kalender menunjukan tahun 2115, yang artinya kami tertidur selama seratus tahun.!!!. dan dunia ini tengah berperang,
perang nuklir, berawal ketika negara negara adidaya memperebutkan hasil hasil bumi dari negara negara lain, PBB
sudah tidak ada, perang tak bisa terelakkan, dunia terbagi menjadi dua, blok barat dan blok timur, seluruh negara asia
dan afrika bergabung menjadi satu aliansi yaitu Lemuria, sementara sebagian eropa bergabung bersama amerika
membentun blok timur atau aliansi Atlantis. perang makin pecah ketika musnahnya hasil bumi kerena bom atom,
musnahnya barang yang mereka perebutkan menjadi perang semakin memanas, ini perang dendam, perang
kehancuran. inilah perang dunia ke tiga. perang ARMAGEDDON.
“jadi kau dari masa lalu dan tertidur selama seratus tahun..?” tanya wanita itu.
“kurasa begitu..”
“maukah kalian kembali ke masa kalian, dan membantu kami..?” tanyanya.
“bagaimana..?” tanya James.
Kami bersama tentara gerilya jawa, sebuah negara hasil pemekaran indonesia. mereka mencoba membuat mesin waktu
dan berusaha mengubah masa depan dengan kembali ke masa lalu, mereka berkali mengirimkan tentara ke masa seribu
tahun lalu untuk mencegah invasi, namun mereka semua menghilang dan tak kembali.mesin waktu ini memanfatkan
teknologi mini wormhole, kelemahanya adalah hal ini tidak pasti. wormhole bisa menghilang kapan saja, dan kadang
ketika terjadi kesalahan perhitungan tiba tiba, orang yang dikirim bisa musnah dari alam semesta, atau terkirim dan
nyasar ke dimensi lain.
Markas kami diserang, banyak dari kami yang terluka.
“James..!!” teriakku melihat tembakan menembus dada James.
“ech.. maafkan Aku Fian, tolong, selamatkanlah masa depan sebisa mu…”
“tidak tanpamu, kau harus bertahan, Aku akan cari pertolongan.”
“ti.. tidak, sudah tak ada waktu, Aku sudah tidak kuat, Aku yakin kau bisa tanpa Aku.”
hal yang sangat ku sesali adalah, James tak terselamatkan, ia tewas, dan berwasiat kepadAku untuk melAkukan sesuatu
untuk masa depan bumi. akhirnya di tengah tengah bencana, Aku memberanikan diri untuk masuk mesin waktu dan
kembali kemasa ku, meski itu akan membunuhku. mesin waktu milik Jawa membuktikan bahwa alam semesta tidaklah
pararel, artinya masa depan bisa dirubah.
“Elin..!! tolong hidupkan mesinya, Aku akan berangkat.”
“apa kau yakin, kemungkinanya sangat kecil.. terlalu berbahaya.”
“sudah nyalakan saja, jika Aku berangkat resikonya Aku akan mati, tapi jika Aku tetap tinggal kita semua akan mati
tanpa usaha.”
“baiklah.. tolong selamatkan dunia, Aku percaya padamu..” akhirnya mereka mengirimkanku kemasa seratus tahun
yang lalu. mesin mulai menyala, Aku membawa kunci mesin waktu di tanganku, Aku merasakan energi besar
menghancurkan tubuhku seukuran nano. dan pandangan kabur, Aku mulai berpikir mungkin ini adalah akhir hidupku,
dan mungkin Aku akan gagal. Aku tidak berharap ini akan berhasil, Aku serahkan semua pada tuhan, tapi Aku berharap
satu hal… Aku berharap… semua ini hanya… MIMPI.
“Ayah… sekarang kau harus berangat ke markas, dua hari lagi keberangkatanmu, ayo bangun..!!”. Aku terbangun, Istriku
membangunkanku. Aku sadar Aku berada di tempat tidurku. Tunggu dulu, aneh, ada yang salah… apa yang terjadi?
Semua ini gila, aneh, aneh dan aneh… semua seperti terulang sebelum keberangkatanku ke Mars seratus tahun lalu, Aku
ingat ketika tentara jawa dan Elin mengirimkanku ke masa 100 tahun tepat di tahun 2015. dan Aku tersadar berada si
atas tempat tidur lengkap dengan piyama ku.
“ma… apa yang terjadi?!, aahh..!! ada apa ini..!!?” Aku kebingungan, dan hampir gila.
“apanya yang terjadi? kau baru saja kesiangan, dasar suami tukang tidur..! kau mimpi buruk ya..?”
akhirnya Aku berkesimpulan. itu semua hanya mimpi.
Aku mulai berangkat dari rumah bersama Istriku menuju kantor nasa, mengenakan jas putih dinas ku. untuk
pemeriksaan dua hari sebelum keberangkatan, sama persis dengan mimpi anehku.
Sesampainya disana, Aku segera menuju ruang kesehatan, sesuatu terjatuh dari saku jas putih ku. Aku terkejut dan
melongo, mengetahui sesuatu yang terjatuh itu adalah… KUNCI MESIN WAKTU lengkap dengan simbol JAVA milik
tentara jawa. Aku langsung sadar, mereka mengirimkanku ke 100 tahun yang lalu, memutar balikan dimensi ruang dan
waktu hingga Aku kembali ke tempat tidur, waktu mundur hingga awal keberangkatanku. Istriku membentakku ketika
Aku terdiam membisu.
“ayah…kenapa kau ini.?” tanya Istriku.
“tidak, ada sesuatu yang harus Aku lakukan, kau tunggu disini ya.” Aku berangkat tergesa gesa menuju pusat mesin
NASA, bila semua itu bukan mimpi, maka kecelakaan itu juga nyata, dan berarti ada dua tugas yang harus kulAkukan,
mengingatkan seluruh petugas NASA akan sistem komputer yang eror, dan memberi pesan untuk tidak melakukan
invasi kepada negara lain, karena jika itu mereka lakukan maka 100 tahun yang akan datang, dunia akan hancur, Aku
memegang amanah dari generasiku di 100 tahun yang akan datang.
Aku bertemu James dan Hiro di sana, tentu saja ini seratus tahun sebelum armageddon terjadi dan mereka masih hidup
bersamaku, sesaat Aku terlihat seperti orang gila karena semua kegilaan ini.
“hai Dr. Fian, kenapa kau terlihat panik, apa kau stres karena keberangkatan dua hari besok?” tanya James.
“oh tidak Mr. James, ada sesuatu yang sangat penting yang harus kulakukan.”
“ehmm.. Dr. Fian, sejujurnya Aku semalam bermimpi aneh, Aku bermimpi ditembak orang aneh dan Aku tewas, Aku
melihatmu di sisiku” ternyata kejadian 2015 juga ikut terbawa ke ingatan James walau dalam bentuk mimpi.
“kurasa kau perlu istirahat Dr.” Aku meninggalkanya.
Sebelum berangkat Aku memerintahkan petugas engineering lain untuk memeriksa sistem operasi, prosesor, dan sistem
daya listrik komputer. dan mereka terkejut ketika mendapati kerusakan pada setiap yang kusebutkan tadi. penerbangan
di tunda tiga hari untuk perbaikan
“bagaimana kau tahu semua ini Dr. Fian?” tanya Dr. Hiro, Aku turut senang melihatnya hidup, bukan dalam bentuk
kerangka.
“dari mimpi” kata ku terus terang, ia kelihatan bingung, namun kami segera menyiapkan segala persiapan.
Hari pun berjalan sama persis seperti seratus tahun yang lalu, kami memberi salam pamit pada keluarga dan berangkat
ke planet Mars.
kami sampai dengan selamat. dan ajaibnya, sama seperti dalam ingatanku, kami menemukan rumput kecil di Mars,
kami membawa salah satu samplenya ke bumi. kami kembali dengan selamat di bumi pada tahun 2017. kami mendapat
penghargaan ilmuwan dan pahlawan international, mereka ingin memberi kami permintaan untuk tanda penghargaan.
James meminta laboratorium baru, Hiro meminta untuk mendirikan unversitas astrogeologi di china. sepertinya Aku
sudah merubah satu masa depan.
Aku masih punya satu tugas, amanat dari 100 tahun yang akan datang. Aku diberi permintaan istimewa juga.
permintaanku agak aneh. Aku minta di buatkan sebuah monumen setinggi monas dengan bertuliskan perjanjian
perdamaian negara di dunia dan dihapuskanya invasi atas negara lain, tugu yang terbuat dari perunggu berlapiskan
alumunium itu disetujui masyarakat sedunia. dengan begini perang armageddon tak akan terjadi. ketika Aku pensiun
Aku mencoba menceritakan kisah ini dalam bentuk novel fiksi ilmiah.
Catatan:
Seratus tahun kemudian, bumi benar benar damai, tak ada peperangan, teknologi yang ramah lingkungan berkembang
pesat. semua itu juga tak lepas dari menumen kuno yang dibangun seratus tahun yang lalu oleh Dr. Fian, astronot yang
mengubah masa depan. “masa depan itu bisa diubah atau tidak, tergantung masa sekarang. tuhan tak akan mengubah
nasib suatu kaum, melainkan kaum itu yang mengubah masa depanya sendiri”
“Aku berangkat…” kata seorang wanita cantik berusia 20 tahunan bernama Elin, yang sedang berangkat kuliah. ya..
tentu saja masa depan sudah berubah…
TAMAT
“Hidup ini ibarat labirin yang hanya mempunyai dua pintu, pintu masuk dan pintu keluar. Ketika telah masuk maka akan
ada simpangan berliku yang harus dihadapi walau tanpa seteguk kopi”
Aku mendengus pelan memperhatikan setiap jentik tulisan yang ku buat berulang kali.
“ah kalau begini ceritanya bagaimana kau bisa menjadi penulis sejati?” berucap monolog
“huh sudah lah sudah larut malam, lebih baik aku menulis di dalam mimpiku saja” ucapku mengakhiri pembicaraan
kepada diriku sendiri.
Pagi itu adalah selasa dengan cinta, di saat semalam aku benar-benar frustasi dengan hidup yang mengecewakan.
Terlebih dengan kenyataan bahwa aku tak pernah mengerti tentang trigonometri atau laju reaksi. Aku juga tak ahli
dalam biologi bahkan seni musik pun tak pernah ku ilhami.
Setelah sekian lama berargumen dengan diriku sendiri, akhrinya aku memutuskan untuk bergegas ke sekolah lebih awal.
Untung saja jarak sekolah dan rumahku terlampau dekat, hanya butuh 10 menit untuk berjalan kaki.
“Kota medan kali ini benar-benar tumpah dengan desakan air, november yang menutup mentari” ucap seseorang yang
mendahuluiku
Aku melihatnya sekilas, dan kemudian tak ku sangka dia adalah yugo. Yugo? Benarkah? Mimpi apa aku semalam?
aku tak berani menatap, hanya bisa tersenyum tak terungkap. dia meninggalkan ku lagi – berulang kali.
Setelah sampai di kelas, segalanya lebih berbeda. Tidak ada ku lihat percikan air yang menggenang. Suasana tak
terkendali, mereka panik. Sementara aku meneguk kopi yang dibungkus dalam botol minumku dengan santai. Suma
melihatku sekilas
“sudah siap fisika, ulna?” tanyanya dengan rancu
Aku masih saja melamunkan hujan tadi, hujan yang mempertemukanku dengan yugo
“u-l-n-a? Kau tak mendengarkan ku ya?” ucapnya memaksimalkan tekanan suara
“ah yaa. Aku mendengar perkataanmu, coba ulangi sekali lagi? Hehe” ucapku
“itu sama saja, kau tidak mendengarkan ku. KAU SUDAH SIAP FISIKA, ULNA?” sumi bertanya dengan wajah datar
Aku langsung meninggalkan sumi dan mencari buku fisika ku, alhasil tak ada goresan tinta yang ku buat sedikitpun. Aku
mencoba untuk mencari jalan keluar dari persoalan fisika yang benar-benar membawaku ke dunia fantasi blantara.
Seakan aku tercabik-cabik dalam hitungan detik, dalam dekap sang raja rimba atau bahkan Crocodylus porosus. Aku
benar-benar tak mengerti. Untung saja ada sumi beserta jawaban fisika sumi yang terbungkus dalam cover buku
minimous yang lucu.
Tik-tok-tik-tok tak ku sangka pak burhan datang dengan segala pesona, mereka langsung diam seribu bahasa, begitu
juga denganku. Aku tak bisa berkutik sedikitpun. Aku~ selalu kalah dalam materi pembelajaran ini. aku selalu
terasingkan. aku~ aku~ aku~
Jam berotasi dengan segala himpunan detik. Waktu berputar tanpa arti, aku sudah bosan mendengar cerita pak burhan.
Kopi yang dibuat ibuku telah dingin, tak ada pasokan energi lagi untuk meminum kopi itu. aku mendengus nafas secara
perlahan kemudian bunyi bell mengambang di permukaan. Itu bell istirahat kesukaanku
Aku melanjutkan tepak langkah berikutnya, menuju kantin idaman setiap pelajar. Membeli secangkir kopi. Kemudian
merasakan canda-tawa teman-temanku. Namun bagian terfavorit adalah melihat senyum yugo. Yugo ada di sana. Di
ujung bangku sebelah meja merah.
Aku selalu malu-malu dalam desakan yang temaram, aku tak mengerti tentang segala sanubari. Dahulu, yugo yang
memulainya dengan memanggilku “si wajah oriental” dia bilang aku seperti putri malu. Jika disentuh sedikit saja
langsung menguncup! Huh menyebalkan.
Waktu tak pernah berhenti dalam aksinya. Dia selalu saja mendahuluiku. Kopiku juga sudah dingin, dan yugo juga sudah
meninggalkan ku. Berulang kali meninggalkanku. Sumi mengajakku untuk masuk dan meinggalkan gemuruh kantin.
Namun batinku berkata untuk tetap tinggal di kantin. Dan nyatanya sumi berjalan ke kelas tanpa aku.
Di tengah perjalanan di lorong taman sekolah, aku melihat sepotong ubin terepecah belah. Aku mencatat dalam buku
labirin merah jambuku
“sungguh kasihan ubin itu. di saat seluruh ubin terlihat luarbiasa, hanya sepotong ubin itu yang terpuruk dalam
nasibnya. Kisahnya hampir sama denganku, namun nasibku tidak seburuk itu”
Setelah memperhatikan dengan seksama. Aku agak menggeser ubin itu ke tempat semula, agar sepotong ubin tersebut
tidak sendirian, tidak kesepian.
Lantas terjajar sebuah kertas buram berwarna kuning dengan segala tulisan yang menghentak
Lembar pertama:
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita
menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
Lembar kedua:
“jika memang hal itu diperlukan, maka beranikanlah diri anda untuk melakukannya.”
Lembar ketiga :
“peluang emas selalu berada satu langkah dari anda. Yang anda butuhkan adalah keberanian untuk melangkahkan kaki
pertama”
Dan lembar terakhir :
“semua karya besar, diawali dengan keberanian untuk membuatnya.”
Aku mencerna hal-hal tersebut. Kemudian inisiatifku memintanya untuk menyimpan tulisan-tulisan itu. Aku berjalan
menjauhi ubin itu, semakin jauh dan jauh. Hingga sumi menemukan ku dan bertanya mengapa jalanku terseok-seok
seperti seorang mafia yang diselidiki polisi.
Aku terdiam seribu kata, tanpa jeda tanpa suara hanya udara yang terdengar. Tiga detik kemudian, aku
menceritakannya kepada sumi. Dan sumi tak mau menanggapi, mungkin hanya aku saja yang termotivasi atau aku yang
melebihkan arti? Entahlah aku juga tak mengerti.
Siang itu juga ketika sumi dan seluruh isi sekolah meninggalkanku. Aku masih saja menepaki sekolahku. Melihat yugo di
tengah-tengah desakan pelajar yang merindukan rumah mereka. Aku memandangnya dari jauh.
“jika memang hal itu diperlukan, maka beranikanlah diri anda untuk melakukannya.”
Tiba-tiba saja tulisan tersebut muncul di lorong pemikiran, yugo juga melihatku. Aku memberanikan diri untuk
tersenyum. Yugo menghampiriku dengan perawakan langkahnya yang panjang,
aku tak bisa bernafas, segalanya menjadi terdesak. Sungguh sesak sekali
“ulna kan? Yang rumahnya di kompleks utara?” yugo bertanya memastikan
“eh iya? Kok tau?” aku menjawabnya tanpa sengaja
“kita kan satu kompleks?” yugo menjawabnya juga dengan heran
Setelah heran dan heran menyatu, akhirnya kami tertawa berasamaan. Yugo menemaniku dalam perjalanan pulangku.
Aku sungguh bahagia kala itu, yang terpenting karena tulisan di balik ubin itu aku jadi mengetahui ternyata yugo satu
kompleks denganku.
Keesokan paginya ketika aku yang telah siap menerima pelajaran pak basuki tentang laju reaksi, suma menghampiri ku
lagi
“ulna, ada apa gerangan? Mengapa kau terlihat anteng begini? Seperti bukan dirimu saja” tanya suma dengan heran
“sudahlah jangan terlalu kau fikirkan tentang aku, jalani saja hidupmu” jawabku sambil tertawa
Selepas dari pembicaraan itu, suara pak basuki yang berat menghentikan pembicaraan kami, dia menulis soal laju reaksi
di papan tulis putih.
“ada yang bisa menjawab” tanyanya dengan sangat serius
Tak ada yang berani menjawab. Semuanya terkena (bahasa latin dari bisu), termasuk aku juga.
Lagi-lagi fikiranku masih saja menerawang tulisan ubin yang lampau
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita
menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
……………………………………………………………………………………………............................................................................
Malam semakin larut, tapi Aku masih belum tidur. Aku memang mempunyai penyakit susah tidur saat malam, atau yang
biasa Kita sebut Insomnia. Aku masih sibuk dengan sebuah jejaring sosial yang sekarang tenar dengan nama Facebook.
Tepat pada pukul 00.30 WIB, Aku mendengar suara ayam jantan berkokok. Bagiku itu aneh sekali, karena Aku belum
pernah mendengar ayam berkokok pada waktu tersebut. Aku merasa semakin aneh, karena ayam jantan yang berkokok
itu mengeluarkan suara aneh, seperti batuk-batuk dan suaranya serak. Dan setelah itu Aku merasa ada suara yang
mengganjal. Suara itu sangat aneh, Aku pun tak bisa mengungkapkan bagaimana suara itu. Seperti tidak ada, tapi ada.
Aku sendiri bingung. Aku tak berani bergerak. Aku merasa bulu kuduk-ku merinding. Aku mulai mengucap berbagai ayat
pendek Al-Qur’an dan berdo’a. Lama kelamaan Aku merasa takut. Apalagi hanya Aku sendiri yang belum tertidur.
Aku berusaha menghubungi teman-temanku lewat handphone-ku, agar pikiranku teralihkan dari suara itu. Namun,
siapa sih yang masih terjaga jam segini. Tak satu pun dari teman-temanku yang membalas pesanku. Aku pun mulai
semakin takut. Aku ingin membangunkan Ibu ku, tapi, bergerak sedikit saja Aku tak berani, apalagi keluar kamar dan
membangunkan Ibuku.
Aku pun meng-update status pada akun jejaring sosial Facebook milikku. Dalam status itu, aku tuliskan apa apa saja
yang baru aku alami. Untungnya, masih ada beberapa Facebookers yang masih online. Beberapa dari mereka
mengomentari statusku. Rata-rata mereka mengeluarkan pendapat yang tak masuk diakal, karena itu berhubungan
dengan mitos. Sebagian beranggapan bahwa ada yang akan meninggal dunia, ada orang yang hamil diluar nikah, ada
maling, dan tidak ada apa-apa. Bahkan ada pula yang menyuruhku mengecek ayam tersebut, “Mana tahu sakit” kata
salah satu pemilik akun facebook lain.
Huh! Aku pun memutuskan untuk tidur.
Pagi pun datang. Mentari mulai menampakkan wujudnya. Aku pun bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Aku tak sabar
ingin menceritakan pengalaman ku tadi malam.
Sesampainya di sekolah. Aku langsung bergabung dengan teman-temanku, mereka adalah Vinny, Anggun, Vovi, Via dan
Della. Aku pun mulai menceritakan kejadian yang aku alami semalam.
“Menurutku ayammu itu punya kelainan.” sahut Via nyeleneh.
“Mungkin ayammu minta dikawani tidur.” Kata Vovi.
“Ayammu keselek permen kali!” Della menimpali. Kami pun tertawa terbahak-bahak.
“Eh eh, Aku serius nih.. lagian itu bukan ayam aku.” kataku. “Menurut Vinny gimana?”
“Menurut aku sihh, emm…” Vinny tak melanjutkan pembicaraannya. Kami pun mulai duduk merapat. Suasana yang
tadinya lucu, mulai berubah menjadi seram.
“Menurut aku itu Miss. K!!!” lanjut Vinny. Kami pun tersentak. Miss. K adalah panggilan dari kami untuk hantu yang
biasanya orang lain panggil Kuntilanak.
“Kata mbah aku, kalo ada ayam jantan berkokok berulang-ulang tengah malam, berarti ada Miss. K, itu sebabnya tadi
malam Dwi ngerasa merinding.” Vinny melanjutkan pembicaraannya.
“Ihh, masa’ sih?” tanyaku, Aku tak pernah percaya apa yang orangtua dulu katakan.
Itu hanya mitos! Aku menekankan kata-kata itu dalam hatiku. Aku tak ingin membahasnya lagi.
“Aaaaaaa!!!” tiba-tiba Via berteriak sambil menunjuk ke arah jendela yang berada di dekat Anggun. Sontak Anggun
meloncat dan berlari seraya berteriak. Via tertawa, dan Kami pun ikut tertawa. Dia hanya bercanda, menakut-nakuti
Anggun. Anggun memang orang yang penakut.
Sepulang sekolah, Aku dan Hesti pergi ke rumah temanku, Fatijah. Kami berencana untuk mengerjakan tugas sekolah.
Sambil mengerjakan tugas tersebut, Aku bercerita kembali tentang kejadian yang aku alami tadi malam.
“Emang tuh ayam berkokok berapa kali, Wi?” tanya Hesti.
“Aku kagak ngitung, Hes. Sangkin takutnya, kagak kepikiran buat ngitung. Emang kenapa?” tanya ku.
“Untung gak dihitung. Kalau misalnya nih, tuh ayam berkokok tiga kali, itu berarti bakal ada yang meninggal. Tapi, kalau
berkokoknya udah lebih dari tiga kali, mending kagak usah di-itung. Apalagi ngitung-nya sampe tujuh kali.” Jelas Hesti.
“Emang kenapa kalau dihitung sampe tujuh kali?” tanyaku penasaran.
“Kalau ayamnya berkokok sampe tujuh kali berarti ada Mr. G!! Kalau misalnya kamu ngitung berapa kali tuh ayam
berkokok sampe tujuh kali, si Mr. G bakalan tahu posisi kamu di mana, dan dia bakalan ikutin kamu.” kata Hesti.
“What??!! Mr. G?? Astagfirullahaladzim…” Aku tersentak. Mr. G? Alias hantu yang nge-trend dengan nama Gondoruwo
itu? Gila. Kagak habis pikir dah, bisa-bisanya di era yang serba canggih gini mitos begituan masih tetep aja ada.
Tiba-tiba hujan mulai turun dengan derasnya, disertai petir dan kilatnya yang mulai menyambar-nyambar. Suasana
mulai mencekam
“Kenapa pake acara hujan segala sih?” kataku.
“Alah, kemaren kagak hujan hujan ngomel, sekarang giliran hujan tiba juga ngomel.” kata Fatijah seraya membawa baki
berisi beberapa makanan dan minuman dari dapur.
“Yaa, jangan sekarang juga kali, ntar aja hujannya pas aku udah sampe rumah.” timpalku.
“Hihihi” Hesti tertawa. Tertawa yang menurutku tidak asik, karena pikiranku terganggu oleh penjelasannya tentang
kejadian semalam yang ku alami tadi.
Sambil menunggu hujan reda, kami pun bercerita tentang mitos-mitos rakyat. Hesti yang banyak bercerita tentang hal
itu, karena sebelum Dia pindah ke kota Jambi tempatku tinggal, Dia tinggal di tanah Jawa, tempat di mana mitos-mitos
sangat dipercayai. Tempat di mana Dia hidup, terikat oleh mitos-mitos.
Aku mengambil sepotong pisang goreng yang disuguhkan oleh Fatijah ketika sebuah petir besar menyambar
pepohonan.
Duuaaarrr!!!
Sontak aku terkejut dan menjatuhkan pisang goreng yang ku pegang dan Aku mulai latah. Yaa, Aku memang mempunyai
penyakit khas Indonesia yang disebut Latah. Hesti dan Fatijah pun tertawa.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Aku masih sibuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guruku.
Sambil mengerjakan tugas, Aku mendengarkan musik favoritku yang beraliran Alternative Rock. Aku bisa lebih fokus
belajar dengan mendengarkan musik. Kata guruku, itu bisa membuat aktivitas otak kiri dan otak kanan seimbang.
Drrrttt!!
Handphone-ku bergetar. Ada sebuah pesan singkat masuk. Dari Irfan.
“Masih tuh ayam berkokok?” tanyanya.
“Kagak tahu lah, paling ntar berkokok lagi.” Aku membalas pesan singkat darinya.
“Kata Ibu aku sih, kalau ada ayam berkokok tengah malam, berarti ada orang yang hamil diluar nikah. Biasanya, tuh
ayam berkokok arahnya pasti ngadep rumah orang yang hamil diluar nikah ini. Nah, ayam itu gak bakal berhenti
berkokok sampe yang hamil diluar nikah itu ketahuan. Gituuu…” balas Irfan.
“Hmm.. sekarang ini, aku gak mempermasalahkan masalah ayam berkokoknya. Kali aja karena udah menjelang pagi
makanya ayamnya berkokok, yang jadi masalahnya suara setelah ayam berkokok itu lho. Itu suara apa’an?” balasku.
Tak lama kemudian Irfan membalas pesan dariku dengan jawaban yang kurang memuaskan bagiku.
“Yaa, mana aku tahu..”
Aku tak membalas pesan darinya. Aku melanjutkan tugas yang tadi ku kerjakan.
Sekitar pukul 21.30 WIB, suara kokok ayam itu mulai terdengar lagi. Tapi tidak serak. Aku menarik kata-kataku tadi.
Ayam itu tidak berkokok karena menjelang pagi!
Aku langsung mengirim pesan singkat ke Irfan.
“Ayamnya berkokok lagi!”
Ku tunggu-tunggu balasan pesan darinya. Tapi, tak datang-datang juga.
Sudah tidur! Pasti.
Paginya, aku menemui Irfan di kelasnya. Dia meminta maaf karena tidak membalas pesanku tadi malam. Dia mulai
memantapkan tanggapannya kemarin, bahwa yang dikatakannya itu benar. Dan kalau Aku boleh memilih, Aku lebih
memilih pendapat Irfan dari pada pendapat Vinny ataupun Hesti.
Aku kembali ke kelasku. Aku bercerita bahwa tadi malam Aku mendengar ayam itu berkokok lagi. Teman-temanku pun
binggung.
“Kalian aja bingung, apalagi aku.” Kataku.
“Udah deh, gak usah terlalu dipikirkan” kata Vovi.
“Iya deh.” Kata ku.
Seperti biasanya, Aku tak bisa tertidur. Waktu telah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Aku mulai was-was. Di benakku
terlintas berbagai pertanyaan-pertanyaan. Akankah ayam itu berkokok lagi?
Benar. Ayam itu berkokok lagi. Aku langsung bersembunyi di balik selimut hangatku. Aku tak ingin mendengar suarasuara aneh setelah kokok ayam itu lagi, meskipun suara aneh itu berasal dari penyanyi papan atas Chester Bennington
sekalipun.
Malam itu, tepat pukul 00.00 WIB, aku di kejutkan oleh suara sebuah mobil Ambulance.
“Siapa yang diangkut mobil ambulance jam segini? Semoga orang itu baik-baik saja.” Aku bergumam.
Kali ini aku tak mendengar suara kokok ayam itu lagi.
Esok harinya di sekolah, Aku mendengar berita bahwa ada peristiwa kecelakaan malam tadi di jalan raya depan rumah
temanku yang bernama Turi.
“Bekas darahnya masih ada, dilingkari garis pilox putih. Kabarnya korbannya meninggal dunia.” kata temanku, Robi.
“Semalam jam dua belas aku memang mendengar suara mobil Ambulance.” Sahutku
“Tapi aku tak mendengarnya.” Vinny menimpali.
“Memang kamu tidur jam berapa?” tanya Robi.
“Jam sembilan.” jawab Vinny.
“Yeee, pantes aja gak dengar.” Kata Robi.
“Wuu!! Dasar aneh.” Sorak ku.
Berarti mitos yang Hesti katakan itu benar.
“misalnya nih, tuh ayam berkokok tiga kali, itu berarti bakal ada yang meninggal.”
Kata-kata Hesti terlintas di benakku. Tapi, ayam itu berkokok lebih dari tiga kali. Aku
bertanya-tanya dalam hati. Sungguh pertanyaan yang sesungguhnya tak layak untuk dipikirkan.
Semenjak itu, Aku semakin sering mendengar kokok ayam tersebut. Siang, pagi, dan malam. Aku tak ingin mengurusi
hal itu lagi.
Sore itu, Aku pergi ke rumah temanku, Amin. Rumahnya berada di depan rumahku. Aku hendak menge-print tugas
Geografi ku. Sambil menunggu tugasku selesai diprint. Aku bercerita dengan Ibunya Amin, Ibu Mardi, tentang kejadian
yang aku alami belakangan ini.
Ibu Mardi tampak tertarik dengan ceritaku. Ketika aku selesai bercerita, Ibu Mardi tampak tertawa. Aku heran dan
kemudian bertanya.
“Ini serius lho, Bu. Serem. Kok Ibu malah tertawa sih? Kan bukan kisah lucu. Ibu kenapa tertawa?”
Aku menunggu sampai Ibu Mardi selesai tertawa. Kemudian disisa-sisa tertawanya itu, Beliau menjelaskan.
“Suara kokok ayam yang Dwi dengar itu, suara ayam suami Ibu, Pak Mardi.”
“Nah, terus?” tanyaku penasaran.
“Ayam itu diikutkan dalam lomba kokok ayam termerdu sama suami Ibu. Tapi, kemarin ayam itu sakit, suaranya jadi
jelek, serak-serak gitu. Mungkin Dwi mendengar ayam itu berkokok ketika dia sedang sakit. Pas pula dini hari, itu
memang wajar, meskipun sebelumnya Dwi tak pernah dengar ayam berkokok jam segitu. Mungkin karena kita tinggal di
Komplek perumahan, jadi tidak ada suara ayam berkokok.” Aku mengiyakan kata-kata Ibu Mardi.
Ibu Mardi melanjutkan ceritanya.
“Karena sehabis sakit suara ayam itu tidak merdu lagi, suami Ibu melatihnya lagi. Makanya Dwi sering mendengar ayam
itu berkokok. Bukan karena mitos-mitos yang teman-teman Dwi katakan. Dan suara aneh yang Dwi dengar setelah
kokok ayam itu mungkin perasaan Dwi saja, karena terbawa suasana serem gitu, Ibu juga sering gitu” Ibu Mardi
mengakhiri ceritanya dan melanjutkan tawanya.
“Olala! Ternyata suara kokok ayamnya Pak Mardi tho.” Kataku seraya ikut tertawa.
Aku merasa geli sendiri atas semua kejadian-kejadian yang aku alami ini. Ternyata tak seseram dan seburuk yang
dibayangkan.
Aku mengambil hasil print-ku, kemudian pamit pulang dengan Ibu Mardi dan Pak Mardi. Mungkin Ibu Mardi akan
bercerita kepada Pak Mardi tentang hal yang kami bicarakan tadi.
Dalam perjalanan pulang Aku tertawa kecil, mengingat ternyata semuanya bukanlah karena mitos-mitos yang temantemanku katakan. Aku tak sabar agar hari esok tiba, Aku ingin menceritakan semuanya kepada teman-temanku.
Selesai
....................................................................................……………………………………………………………………………………
Pada sabtu sore, Wilda dan Dinda pergi ke Surabaya untuk mencari teman lama mereka yaitu Rinda. Mereka berangkat
dari Semarang ke Surabaya. Mereka pun pergi dengan berbekal alamat yang kurang jelas. Yaitu hanya berbekalkan
selembar foto yang sudah kusam. Mereka berangkat dengan mengendarai bis. Bis berangkat dari Semarang pada sore
hari dan sampai di Surabaya pada pagi hari. Setelah sampai di terminal Surabaya, Wilda dan Dinda memutuskan untuk
mencari tempat penginapan terlebih dahulu.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya mereka pun menemukan tempat penginapan. Mereka pun beristirahat di
tempat penginapan itu untuk menghilangkan penat. Setelah berisitirahat, mereka pun kembali pada tujuan sebelumnya
yaitu mencari teman lama mereka. Dengan bekal yang kurang jelaas tadi, Wilda dan Dinda menelusuri kampung demi
kampung yang ada di daerah itu.
Tak terasa hari mulai sore, dan mereka harus kembali ke penginapan.
Keesokan harinya, mereka kembali mencari Rinda. Mereka memasuki sebuah kampung, dimana kampung tersebut
pemandangannya sangat indah sekali. Mereka sangat menikmati pemandangan yang indah ini. Di perjalanan, Wilda dan
Dinda bersenda gurau. Karena terlalu asik bergurau, akhirnya Wilda dan Dinda bertabrakan dengan seorang gadis yang
sebaya dengan mereka. Setelah saling bermaafan, mereka bertiga saling berpandangan dan berusaha mengingat satu
sama lain. Dan rupanya itulah Rinda, orang yang mereka cari selama ini.
Akhirnya mereka pergi ke rumah Rinda yang jelas dengan hati yang sangat senang. Di rumah Rinda, Wilda dan Dinda
menceritakan semua yang dialaminya selama mereka mencari Rinda. Mereka bertiga pun berbicara mengingat
kenangan masa lalu mereka.
Rinda adalah teman Wilda dan Dinda saat mereka masih satu kampung, dan sekarang Rinda pindah karena ikut
orangtuanya
~ TAMAT ~