106479289 Efektivitas Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran Ips Terpadu Di Smp Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran 2012

A. Judul
EFEKTIVITAS

METODE

DISKUSI

DALAM

MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PELAJARAN IPS
TERPADU DI SMP NEGERI 2 GANGGA TAHUN PELAJARAN
2012/2013.

B. Latar belakang masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau latihan bagi pernannya di masa yang
akan dating. Pendidikan mempunyai

posisi strategis dalam rangka


peningkatan kualitas sumber daya manusia . Posisi yang strategis tersebut
dapat tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas.
Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan
produk (Sudjana, 2000:35). Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses
apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan
peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan
disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran
dan tujuan pendidikan. Hal ini dalihat pada hasil belajar yang dinyatakan
dalam proses akademik.
Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan
pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua Komponen
-komponen pendidikan, seperti mencakup tujuan pengajaran, pendidik dan
peserta didik, bahan pelajaran, strategi / metode belajar mengajar, alat dan

1

sumber pelajaran serta evaluasi (Sugito, 1994:3). Komponen - komponen
tersebut dilibatkan secara langsung tanpa menonjolkan salah satu komponen

saja, akan tetapi komponen tersebut diberdayakan secara bersama-sama.
Pengajaran IPS Terpadu ditujukan bagi pembinaan generasi penerus
usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata
kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan
penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di
lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah
dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan
hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya,
dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, Keterampilan
dalam menghayati kehidupan yang nyata ini.
Melalui pengajaran IPS Terpadu seperti yang digambarkan di atas
diharapkan terbinanya sikap peserta didik yang peka terhadap masalah sosial
yang memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan
manusia dengan lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS Terpadu.
IPS Terpadu merupakan pelajaran

yang memadukan sejumlah Ilmu-ilmu

sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada pengetahuan
geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah. Keuntungan paduan dari

Ilmu-ilmu sosial menjadi IPS Terpadu adalah pengertian Peserta didik akan
lebih mendalam

dan minatnya juga akan lebih besar, karena ia lebih

menghayati Hal - hal yang dipelajarinya. Di samping itu dalam masyarakat
pada umumnya bersifat kompleks dan tidak dapat dipahami dengan

2

pandangan satu segi saja. Dengan IPS terpadu problem tersebut dapat
dipahami dari berbagai segi yaitu dari segi geografi, sejrah, antropologi dan
sebagainya.
Pengajaran IPS diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
perpendidikan tinggi. Materi pelajaran IPS sangat luas dan berkembang.
Mengingat meteri pelajaran IPS yang luas dan berkembang itu maka dalam
pengajaran IPS dilakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan
jenjang pendidikan tingkat masing-masing. Untuk SMP ruang lingkup
pengajaran dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau
pada ekonomi, geografi dan sejarah.

Pendidik mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam
pengajaran, karena pendidik merupakan penentu kualitas pengajaran. Oleh
karena itu pendidik harus selalu meningatkan peranan dan kompetensinya
dalam mengelola komponen-komponen pengajaran. Pendidik yang memiliki
kompetensi tinggiakan mampu mendorong peserta didik meraih prestasi yang
optimal. Oleh karena itu pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik,
karena peserta didik merupakan komponen pokok dan subyek didik. Sedang
pendidik berfungsi sebagai pendorong, pembimbing, pengarah, pembina
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik (Usman, 1999:21)
Peningkatan prestasi akan tercapai apabila terjadi pembelajaran yang
bermakana, yakni pembelajaran yang mampu melibatkan secara aktif peserta
didik baik fisik, mental intelektual dan emosional. Hal ini tergantung pada
kemampuan pendidik di dalam mengajar. Pendidik akan memiliki kompetensi

3

mengajar, apabila seorang pendidik memiliki pemahaman dan penerapan
secara taktis dari berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan
belajar disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang.
Ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat oleh pendidik dalam

menentukan metode pengajaran yang akan dipakai, anatara lain adalah: (1)
Tujuan pengajaran, (2) Karakteristik peseta didik, (3) Besar kecilnya kelas, (4)
bahan dan alat yang tersedia, (5) Isi bahan pelajaran, (6) Kemampuan
pendidik, (7) Evaluasi yang akan digunakan (Sugito, 1999:31)
Pembelajaran IPS Terpadu tahun pelajaran 2012/2013 telah dilakukan
dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran. Efektifitas dari
penerapan metode terhadap hasil belajar Peserta Didik dapat diketahui dari
ketuntasan hasil belajar yang dicapai. Menurut pendidik pengampu IPS
Terpadu pada sekolah tersebut, ketuntasan hasil belajar Peserta Didik pada
pembelajaran

dengan model Direct Instruction (DI) adalah 34,28%.

Ketuntasan hasil belajar Peserta Didik pada pembelajaran yang menerapkan
Metode Diskusi 68,42%. Dan ketuntasan hasil belajar Peserta Didik pada
pembelajaran yang menerapkan model jigsaw 34,21%.
Secara ringkas ditunjukkan oleh Tabel 1. Dari keterangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa: 1) penggunaan model pembelajaran mempengaruhi
hasil belajar Peserta Didik. 2) melalui diskusi materi pasar lebih mudah
dipahami Peserta Didik. 3) tingkat keberhasilan belajar materi pasar dengan

menerapkan model pembelajaran diskusi di SMP Negeri 2 Gangga lebih baik
dari pada Direct Instruction (DI) atau jigsaw.

4

Tabel 1. Ketuntasan belajar, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dan Model Pembelajaran

NO

Tahun Pelajaran

Peserta Didik
tuntas

KKM

1

2009/2010


34,28%

67

2
3

2010/2011
2012/2013

68,42%
34,21%

68
68

Model Pembelajaran
Direct Instruction(DI)tanya jawab.
Diskusi

Jigsaw.

Dalam pembelajarannya juga harus menggunakan metode yang
dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak untuk mengikuti pelajaran
dengan baik dengan harapan prestasi belajar peserta didik dapat
meningkat.
Dengan dasar pemikiran di atas maka penulis terdorong
mengadakan penelitian dengan judul: Efektifitas metode diskusi dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS
terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013.
C. Rumusan masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan metode diskusi pada Mata Pelajaran IPS Terpadu
dalam Meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2
Gangga tahun pelajaran 2012/2013
2. Bagaimana prestasi belajar peserta didik

sebelum menggunakan dan


setelah menggunakan metode diskusi
3. Bagaimana perbedaan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan
dan yang tidak menggunakan metode diskusi di SMP Negeri 2 Gangga
tahun pelajaran 2012/2013
D. Batasan masalah

5

Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
penulisan proposal ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar,
maka arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan mengenai :
1. Efektifitas metode diskusi terhadap motivasi belajar Peserta Didik.
2. Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan
diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keefektifan belajar IPS terpadu yang menggunakan
metode Diskusi pada peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga Tahun

2.

Pelajaran 2012/2013.
Untuk mengetahui Peningkatan motivasi Belajar Peserta didik di SMP

3.

Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013.
Untuk mengetahui Perbedaan Prestasi Peserta didik yang menggunakan
metode diskusi dengan yang tidak menggunakan metode diskusi pada
peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013.

F.

Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
hal proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS Terpadu serta
sebagai bahan masukan dalam mengembangkan inovasi metode

2.

pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga.
Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik, untuk dapat membantu peserta didik di dalam
menumbuhkan motif-motf belajarnya kearah yang lebih keras, giat
dan tekun sehingga mendapatkan prestasi belajar yang baik, dengan

6

prestasi belajar yang di dapatkan itulah peserta didik akan terdorong
b.

untuk melanjutkan pendidikannya.
Bagi pendidik, untuk dapat

membantu

pendidik

dalam

menumbuhkan motif-motif belajar pada peserta didik nya, agar dapat
belajar dengan lebih keras, giat dan tekun sehingga tercapai prestasi
c.

belajar yang diharapkan.
Bagi sekolah, untuk dapat memperoleh gambaran tentang prestasi
belajar peserta didik yang telah didapatkan di sekolah tersebut, serta
untuk megetahui Motif-motif apa yang mendorong peserta didik

d.

untuk dapat melanjutkan pendidikanya.
Bagi Peneliti, untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan

dalam bidang pendidikan dan penelitian.
G. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis
1. Penegasan pengertian istilah
a. Metode Diskusi
Menurut Djajadisastra (1992 : 45) metode diskusi adalah format
belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara
anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugastugas belajar secara

bersama-sama. Karena itu pendidik dituntut

mampu melibatkan keaktifan anak bekerjasama dan berkolaborasi
dalam kelompok.
Metode Diskusi juga suatu cara yang baik untuk menanamkan
kebiasaan tertentu dan juga dapat menambah kecepatan, ketepatan,
dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta dapat pula dipakai
sebagai suatu cara untuk mengulangi bahan yang telah disajikan.
Metode diskusi dalam penelitian prestasi belajar peserta didik
kelompok kontrol yang diajarkan dengan menggunakan metode

7

ceramah dan prestasi belajar peserta didik kelompok eksperimental
diajarkan dengan menggunakan metode diskusi.
Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara
individu/peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain
sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadinya hubungan sosial
individu dengan masyarakat. Mengembangkan kemampuan dan
kesanggupan peserta didik untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain / peserta didik lain, mengembangkan sikap dan prilaku
yang demokratis, serta menumbuhkan produktifitas kegiatan belajar
peserta didik.
b. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah “Keadaan internal
organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah”
(Gleitman, dalam Muhibbin, 1997 : 136). Sedangkan menurut
Daryanto motivasi adalah alasan atau dorongan (1998 : 407).
Menurut Dimyati (2002 : 80) motivasi adalah kekuatan mental
yang

menggerakkan

dan

mengarahkan

perilaku

manusia,

termasuk prilaku mengajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Sedangkan
Motivasi menurut Kartini Kartono (2004 : 18) adalah gambaran
pendorong kerja disugestikan berwujud dan insentif berupa uang

8

sebagai satu-satunya rangsangan untuk bekerja. Belajar sendiri di
artikan sebagai sebagai suatu proses timbul atau berubahnya
tingkah laku melalui latihan (usaha pendidikan) dan dibedakan
dengan perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak
dapat digolongkan kepada latihan usaha pendidikan itu sendiri
(Hilgar, E.R, 1984 dalam Masrial, 1993 : 8)
Berdasarkan pendapat ahli di atas bahwa motivasi belajar
adalah suatu bentuk dorongan hati yang menjadi penggerak utama
seseorang, sebuah keluarga atau organisasi untuk mencapai apa
juga yang diinginkan dan dengan bentuk motivasi itu akan
memberikan dorongan kepada pelajar untuk mengarahkan
tindakan, melakukan sesuatu perbuatan dan sebagainya dalam hal
kegiatan belajar mengajar.
2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan
bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada pada diri
Peserta Didik. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi
bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarkat. Kedua
kemajuan tersebut pula dimiliki oleh Peserta Didik SMP,
sedangkan pendidik SMP dan SMA dituntut memperkuat
motivasi Peserta Didik SMP dan SMA (Monks, Knoers, Siti
Rahayu, 1989 dalam Dimyati, 2002 : 85)

9

Motivasi belajar penting bagi Peserta Didik dan pendidik.
Bagi Peserta Didik pentingnya motivasi belajar adalah sebagai
berikut (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses
dan hasil akhir, (2) Mengkonfirmasikan tentang kekuatan usaha
belajar

yang

dibandingkan

dengan

teman

sebaya,

(3)

Mengarahkan kegiatan belajar sebagai ilustrasi, setelah ia
diketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius perilaku
belajarnya, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (selanya
antara istirahat dan bermain)
Motivasi juga perlu diketahui oleh seorang pendidik.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada
Peserta Didik bermanfaat bagi pendidik, manfaaat itu sebagai
berikut (1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara
semangat

Peserta

membangkitkan

Didik

bila

untuk

Peserta

belajar
Didik

sampai

tidak

berhasil,

bersemangat,

meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam,
memelihara bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan
belajar, (2) Mengetahui dan memahamin motivasi belajar Peserta
Didik di kelas bermacam-macam ragam, ada yang acuh dan tak
acuh, ada yang memusatkan perhatian, ada yang bermain, di
samping bersemangat untuk belajar, (3) Meningkatkan dan
menyadarkan pendidik untuk memilih satu di antara bermacam-

10

macam peran sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman
diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik, (4)
Memberi peluang pendidik untuk “unjuk kerja” rekayasa
paedagogis (Dimyati, 2002 : 86).

3. Jenis Motivasi
Dilihat dan jenisnya motivasi itu ada 2 yaitu motivasi
primer dan motivasi skunder. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada penjelasan di bawah ini:
a.

Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan
pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya
berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia
adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh
oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.

b.

Motivasi Skunder
Motivasi skunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal
ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang
yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk
memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih
dahulu agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar
bekerja. “Bekerja dengan baik” merupakan motivasi skunder.

11

Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan
baik. Bila orang memiliki uang, setelah ia bekerja dengan
baik, maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan
rasa lapar (Sumadi Suryabrata dalam Dimyati, 2002 : 86-88)
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri
Peserta Didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau
tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena
itu, motivasi belajar pada diri Peserta Didik perlu diperkuat terus
menerus. Agar Peserta Didik memiliki motivasi belajar yang kuat
pada
2.

tempatnya

diciptakan

suasana

belajar

yang

menggembirakan.
Landasan teori
a. Hakekat Pengajaran IPS Terpadu.
Pengorganisasian bahan pengajaran IPS Terpadu sumbernya
dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam
mata

pelajaran. Dengan demikian

pengajaran IPS Terpadu

merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika
membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahanbahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua bahan
kajian IPS Terpadu, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial mencakup
lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan
pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan

12

masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Mengajar IPS
Terpadu pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) memerlukan
stimulan yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk
mendapatkan partisipasi peserta didik. Akan tetapi kondisi kelas juga
harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin.
Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias
dalam menembah pengetahuan pribadinya terhadap pengetahuan
sejarah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas
yang pasif dan membosankan.
Menurut Hartono Kasmadi (2001 : 152) ada tiga kegiatan
yang dapat diterapkan oleh pendidik sejarah untuk meningkatkan
partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu : (1) partisipasi peserta
didik melalui Keterampilan latihan, (2) partisipasi

peserta didik

melalui penelitian, dan (3) partisipasi peserta didik melalui Diskusi.
Dalam partisipasi peserta didik melalui Keterampilan latihan, yang
bisa dilakukan ialah dengan membuat catatan. Hal ini disebabkan
karena buku catatan mampu menyimpan semua hasil belajar di kelas,
seperti ringkasan, diagram, chart dan gambar.
Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang
dilakukan berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat
suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik yang ”enggan” mempelajari sejarah. Sedangkan dalam
partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi merupakan salah

13

satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta didik
dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi
penting dalam perkembangan peserta didik. Peserta didik yang aktif
dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan
kerangka jiwanya untuk menghadapi setiap masalah, membentuk
pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk
membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk permasalahan
atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka
mengamati suatu model dramatisasi peristiwa sejarah yang
diperagakan oleh temannya.
b. Tujuan Pengajaran IPS Terpadu.
Perumusan

tujuan

pengajaran

sangat

penting

untuk

dilakukan karena tujuan merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Menurut I Gede Widja
(2005 : 27-29), secara umum tujuan pengajaran IPS terpadu sebagai
berikut :
1)

Aspek Pengetahuan / Pengertian
a. Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia
di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun
internal.
b. Menuasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus (unik) dari
peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta
kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

14

c. Menguasai
d.

pengetahuan

tentang

unsur-unsur

umum

(generalisasi)
Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwaperistiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas)
dari

periode

satu

ke

periode

berikutnya

yang

menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa
masa kini.
e. Menumbuhkan pengertian tentang hubungan antara fakta satu
dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif
(berkaitan secara intrinsik).
f. Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan
fakta lebih penting dari pada fakta-fakta yang berdiri sendiri.
g. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh-pengaruh sosial
kultural terhadap peristiwa.
h. Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh
sejarah

terhadap

perkembangan

sosial

dan

kultural

masyarakat.
i. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan
peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam
prespektifnya dengan situasi yang akan datang.
2) Aspek Pengembangan Sikap.
a. Penumbuhan kesadaran sejarah pada murid terutama dalam
artian agar mereka mampu berpikir dan bertindak (bertingkah
laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan
tuntutan zaman pada waktu mereka hidup).
b. Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan
pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa.

15

c. Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai
aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka
hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang
lampau.
d. Penumbuhan kesadaran akan perubahan – perubahan yang
telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa diharapkan
menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan
datang.
3) Aspek Keterampilan.
a. Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka
pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan
pengembangan kemampuan dasar di kalangan murid berupa
kemampuan heuristik, kemampuan kritik, Keterampilan
menginterpretasikan serta merangkaikan fakta-fakta dan
akhirnya juga Keterampilan menulis.
b. Keterampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah dan mencari hubungan satu peristiwa
dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lainlain.
c. Keterampilan menelaah secara elementer buku-buku terutama
yang menyangkut keanekaragaman IPS terpadu.
d. Keterampilan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif
di sekitar masalah keanekaragaman IPS terpadu.
e. Keterampilan mengembangkan cara-cara berpikir analitis
tentang Masalah- masalah sosial historis di lingkungan
masyarakatnya.

16

f. Keterampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara
hidup.
c. Metode Diskusi
Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara
individu /peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain
sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadinya hubungan sosial
individu dengan masyarakat.
Mengembangkan kemampuan dan kesanggupan peserta didik
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain / peserta didik lain,
mengembangkan

sikap

dan

prilaku

yang

demokratis,

serta

menumbuhkan produktifitas kegiatan belajar peserta didik.
H. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Metode adalah pendekatan yang digunakan dalam rangka
mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi atau diteliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahli yang mengatakan bahwa
“Metode adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2008 : 1). Metode eksperimen adalah
suatu pendekatan dimana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja
ditimbulkan” (Suharsimi Arikunto, 2002 : 12).
Dalam penelitian ini cara pendekatan adalah pendekatan
kuantitatif karena penulis memberi perlakuan dan menguji kembali
“Efektifitas metode Diskusi dalam meningkatkan motivasi belajar Peserta
Didik pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga Tahun
Pelajaran 2012/2013.

17

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen yaitu
eksperimen kelompok control (Control Group experiment), dengan
rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Data Akhir
Kelas

Data Awal Perlakuan

Tes Angket

Eksperimen

Ya

Ya

Ya

Ya

kontrol

Ya

Tidak

Ya

Ya

Berdasarkan pola di atas dari data dokumentasi kelas
eksperimen dan kelas kontrol akan dibandingkan untuk menegaskan
bahwa kedua sample dalam keadaan homogen. Sedangkan dari hasil tes
kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk melihat pengaruh
dari perlakuan yang diberikan, sedangkan sebaran angket yang diberikan
kepada kelas eksperimen untuk melihat respon Peserta Didik terhadap
2.

perlakuan.
Populasi dan sampel
a. Populasi Penelitian
Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya
penelitian-penelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh
kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah
yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam
daerah yang tidak hanya lebih sempit. Dalam buku Metode
Penelitian Pendidikan Nana Syaodik Sukmadinata (2009 : 250)
mendefiniskan bahwa populasi adalah “kelompok besar dan wilayah
yang menjadi lingkup penelitian”. Sementara itu ahli lain
18

mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
ditentukan (Nurul Zuriah, 2007 : 116).
Jadi berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Gangga Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara.
b. Sampel Penelitian
Dalam

penelitian

pendidikan,

subjek

yang

dikenai

penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan
bagian dari populasi. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli
mengemukakan bahwa: “Sekelompok anggota populasi yang
mewakili populasi” (Nana Syaodik Sukmadinata, 2009 : 250). Ahli
lain juga berpendapat bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2008 :
118).
Dalam penelitian ini akan diambil 1 kelas dari 4 kelas
sebagai sampel. Dengan teknik penentuan sampel yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara pengambilan secara random
sampling. Setelah diadakan pengambilan secara random sampling
ternyata kelompok I sebagai kelompok eksperimen dan kelompok II
sebagai kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini
Tabel 3.2 : Keadaan sampel siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga tahun
pembelajaran 2012/2013

19

Kelas

Kelompok/

Keterangan Perlakuan

Sampel

Dengan
VIII

menggunakan

VIII 1 / 30

demonstrasi

VIII 2 / 30

Tidak

menggunakan

metode
metode

demonstrasi
Jumlah
3.

60

Data penelitian
a.

Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitan kuantitatif, analisa data dilakukan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul,
kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk
merumuskan masalah, melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.
Ditinjau dari jenisnya, menurut suharsimi, data dapat
dikategorikan kedalam:
1. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
2.

memperoleh kesimpulan.
Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data,
maka dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan
analisa statistik atau non statistik (suharsimi, 1998:245)

20

Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa
angka-angka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa angka-angka
maka analisa yang digunakan adalah analisa statistik.
b. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam penelitian. Sebab data-data yang diperoleh selanjutnya akan olah.
Hasil

penelitian

akan

dikatakan

logis

apabila

dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan
data yang lengkap autentik dan akurat.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.

Test
Menurut Suharsimi instrumen adalah alat pada waktu
peneliti menggunakan sesuatu metode (1998 : 137). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Margono
mengemukakan tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli)
yang diberikan pada seseorang dengan maksud untuk mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka
(1978 : 170).
Sedangkan Suharsimi menjelaskan tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelengensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (1998 :
139). Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah,

21

dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan
respon sesuai dengan petunjuk itu (Thoha, 2003 : 43).
Jadi tes adalah merupakan suatu cara untuk mendapatkan
data yang berbentuk tugas berupa perintah atau pertanyaanpertanyaan yang dapat diberikan kepada peserta didik dan
jawaban dari anak tersebut merupakan nilai tes yang digunakan
biasanya berupa tes essay dalam bentuk uraian terbatas dan
pedoman observasi untuk pengamatan pembelajaran.
2.

Observasi
Pada dasarnya teknik observasi ini di gunakan untuk
melihat, mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang
tumbuh dan berkembang, kemudian dapat di lakukan penelitian.
Dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data
observasi dapat dibedakan participant observation (observasi
berperan serta) dan Non participant observation (observasi non
partisipan) (sugiyono, 2005 : 166), peneliti menggunakan
observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut menjadi
bagian dari apa yang di teliti, karena peneliti berfungsi sebagai
peninjau, yakni menguraikan dan menganalisis data yang telah
terkumpul dari keterangan-keterangan tentang gambaran umum
yang akan di peroleh dari responden tentang Penggunaan
metode diskusi

pada Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam

22

Meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2
Gangga tahun pelajaran 2012/2013.
3.

Angket atau Quisioner
Angket dan quisioner merupakan “suatu alat pengumpul
data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
untuk

dijawab

secara

tertulis

pula

oleh

responden”

(Margono,2003 : 167), sedangkan ahli lain mengatakan bahwa
angket atau quisioner “merupakan sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya” (Suharsimi, 2002 : 128)
4.

Dokumentasi
Dokumentasi sebagai “setiap bahan tertulis atau film”
(Maleong,

2002:161).Dokumentasi

juga

berarti

“cara

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsiparsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori-teori,
dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian” (Margono, 2003:159). Dengan metode ini
peneliti kiranya akan mendapatkan data dalam bentuk tertulis
mengenai prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS Terpadu.
4.

Variabel penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai
ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan

23

menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala
yang menjadi obyek penelitian (Yatim,1996: 11) Variabel adalam hal ini
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering pula diartikan bahwa variabel
penelitian itu sebagai faktor – faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 97)
variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi.
a.
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
diskusi pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga
b.

tahun pelajaran 2012/2013.
Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar peserta
didik yang diajarkan dengan tidak menggunakan metode diskusi
dalam kelompok kontrol pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP

5.

Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013.
Analisis data
Data adalah keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Berhasil
tidaknya suatu penelitian sebagian besar tergantung bagaimana

data

dikumpulkan dan diolah.
Berdasarkan hipotesis maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
Ho = Mk < Me
Ha = Mk > Me
Dari kedua kelas sampel, kelas pertama menggunakan metode
diskusi dan kelas kedua tidak menggunakan metode diskusi, kemudian

24

diadakan post test. Dalam hal ini test digunakan untuk menguji
signifikansi perbedaan mean. Rumus uji dalam analisis hasil penelitian
ini adalah :

Keterangan :
Mk = Mean dari kelompok control.
Me = Mean dari kelompok eksperimen
= Jumlah deviasi dari mean perbedaan.
N = Jumlah subyek
Kriteria : Jika t data < table dengan taraf signifikansi 5%, derajat
kebebasan
(N1 + N2 – 2) maka antara kedua tidak berbeda secara signifikan
(Arikunto, 1998 : 247)
6.

Pengujian hipotesis
Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa
dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian
yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang
relevan.Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat,
memungkinkan diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono,
2000:158).
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada atau tidaknya
Pengaruh Metode Problem Based Instruction terhadap hasil belajar
terhadap prestasi belajar peserta didik, maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan rumus statistik yaitu rumus korelasi

25

product moment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi (1980:285) yang
menyatakan: “tekhnik statistik yang kerap kali digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel adalah tekhnik korelasi”
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesis.Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
“Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian” (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16). Atas dasar
pendapat

di

atas,

hipotesis

yang

diajukan

masih

perlu

diuji

kebenarannya.Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor.Sesuai dengan
teknik analisis yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka hipotesis
alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha)

Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pembelajaran Metode
Diskusi terhadap motivasi belajar peserta didik pada materi pokok pasar di

(Ho)

SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2012/2013
Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pengaruh pembelajaran
Metode Diskusi terhadap motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 2
Gangga tahun Pelajaran 2012/2013

Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan
signifikan tentang pemberian pembelajaran Metode diskusi dengan yang
tidak menggunakan pembelajaran Metode diskusi pada peserta didik di
SMP Negeri 2 Gangga

26

X1  X 2

t=

S

1
1

n1 n 2

Dengan keterangan:
t

= t hitung

X 1 = Rata-Rata Kelompok Eksperimen

X 2 = Rata-Rata Kelompok Eksperimen

n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok kontrol
S

= Varian Gabungan

(Sugiyono, 2003 : 145).
a.

Tolak Ho, apabila t hitung> t

pada taraf uji 95 % dan

tabel

derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung< t tabel
maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
b.

Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan
dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

I.

Jadwal kegiatan penelitian

NO

KEGIATAN

1
2
3
4
5
6
7

Persiapan
Penyusunan Proposal
Konsultasi Proposal
Perizinan
Penyusunan Skripsi
Konsultasi Skripsi
Seminar

BULAN
September
2012

Agustus
2012
1

2

3

4

5

1

2

3

4

Oktober
2012
5

1

2

3

4

5

27

Adapun tempat melakukan penelitian ini yaitu di Kelas VIII SMP
Negeri 2 Gangga Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai dari bulan Juli
sampai dengan bulan September tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi Revisi V). Jakarta : Rineka Cipta
Aqib, Zainal, 2002.Profesionalisme Pendidik Dalam Pembelajaran. Surabaya :
Insan Cendekia
Kartono, Kartini, 2004, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Yamin,H.M.2007.Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Jakarta:Persada
Press.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful, 1991, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Pendidik, Surabaya :
Usaha Nasional
Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algensindo
..........................., 2003, Proses Belajar Mengaja, Bandung : Bumi Aksara
Hadi, Sutrisno, 1980, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Jakrta : Bumi Aksara
Moleong, Lexi, 1988, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya

28

Margono, S, 1996, .Metode Penelitian Pendidikan, Jakrta :Rineke Cipta.
Nurkancana dan Sumartana, 1986, Evaluasi Pendidika, Surabaya : Usaha
Nasional.
Purwanto, Ngalim, 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesi, Jakarta : Balai pustaka
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakrta :Rineke Cipta
Roestiyah, 1989, Masalah-masalah Ilmu KePendidikan, Jakrta : Bina Aksara
Sardiman, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja, Surabaya : Usaha
Nasional.
Slameto, 2003, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta.
Sugiyono, 2000, Statistik Untuk Penelitiani, Bandung : Alfabeta.
Suryabrata, 1994, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers
Nurkancana, 1986, Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Ridwan, 1994, Metodologi Penelitian (Makalah). Selong : STKIP Hamzanwadi
Riyanto, Yatim, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC
Soetomo, 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha
Nasional.
Sudjana, Nana, 2000, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional

29

Suryabrata, Sumadi. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali Pers.

30

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25