Landasan Teroretis Kondisi Fisik

9

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Kondisi Fisik
Kondisi fisik menurut Sajoto (1988:37) adalah : “satu prasarat yang sangat
diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan
sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi atau titik
tolak suatu olahraga prestasi”
Dari uraian diatas dapat dijelaskan kondisi fisik adalah keadaan yang ada pada
diri setiap atlet yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi
seorang atlet bahkan bisa dikatakan sebagai landasan ataupun sebagai titik tolak awal
dari olahraga prestasi.
Harsono (1988 : 153) mengemukakan bahwa “ Kondisi fisik memegang
peranan penting pada atlet waktu mengikuti program latihan, maupun saat
bertanding’. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan
sistematis sehingga dengan demikian atlet dapat berprestasi secara maksimal. Seperti
yang diungkapkan oleh Sajoto (1988 : 57) “Komponen kondisi fisik adalah satu
kesatuan yang utuh dari komponen – komponen kesegaran jasmani motorik dari

seorang atlet atau olahragawan”.

9

10

Bompa (1994:2) menjelaskan bahwa “Kondisi fisik harus dipertimbangkan
sebagai unsur yang diperlukan didalam latihan guna mencapai prestasi yang
tertinggi”. Untuk mencapai kondisi kesegaran yang prima seseorang perlu melakukan
latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan
yang benar. Seperti yang diungkapkan oleh Moeslim M. dalam Harsuki (2003 : 318)
“hanya atlet yang memiliki kemampuan fisik prima mampu berlatih secara optimal.
Dan hanya atlet yang berlatih secara optimal yang memungkinkan perolehan yang
optimal”.
Untuk maksud yang sama Harsono (1998:100) mengemukakan bahwa :
“Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting oleh karena tanpa
kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna”.
Selanjutnya Sajoto (1988:58) mengemukakan : “beberapa unsur yang masuk
dalam lingkup kondisi fisik, antara lain kekuatan (Strength), Daya Tahan Otot (
Muscular Endurance), Daya Tahan (Endurence) Daya Ledak Otot (Muscular Power ),


Kecepatan (Speed), Kelentukan (Flexibility), Keseimbangan (Balance), Koordinasi
(Coordination), Kelincahan (Agility), Ketepatan (Accuracy), Kecepatan Reaksi
(Reaction Speed)”.
Maka dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan kondisi fisik maka harus
melalui latihan latihan – latihan fisik itu sendiri, seperti yang diutarakan Harsono
(1998:153) bahwa : “kondisi fisik harus dilatih sesuai dengan program-program yang

11

sudah direncanakan secara baik dan sistematis yang ditujukan untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuh dengan
demikian memungkinkan atlet akan berprestasi dengan baik”
Pada cabang olahraga atletik, Lutan, dkk (1999:28) menyatakan “kondisi fisik
atlet atletik yang perlu dibina adalah : Kekuatan (Srength), Daya Tahan Otot
(Muscular Endurance ), Daya Ledak (Power ), Kecepatan (Speed), Kelentukan
(Flexibility), dan Daya Tahan (Endurance).
a. Kekuatan (Strength)
Harsono (1988:177) mengatakan “Kekuatan (strength) merupakan dasar
(basis) dari power dan daya tahan otot. Kekuatan merupakan kondisi fisik yang

mendasar dan harus dimiliki oleh setiap individu”. Seperti diuraikan Sajoto (1988:58)
bahwa “ Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya
dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”. lebih lanjut
Harsono (1988:178) mengatakan bahwa “Kekuatan kemampuan otot untuk
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk dapat mengembangkan kemampuan kekuatan tubuh adalah
dengan mengangkat, mendorong atau menarik beban baik dengan beban tubuh sendiri
atau dengan beban dari luar.
Energi yang diperoleh untuk menggerakkan tubuh diproses dibagian otot,
maka otot perlu dilatih agar dapat menyiapkan energi lebih banyak lagi, karena

12

dengan adanya kondisi otot yang baik dapat meningkatkan kekuatan si atlet.
Kemampuan kerja otot sangat dibutuhkan dalam setiap aktifitas olahraga, khususnya
cabang atletik. Otot yang paling dominan bekerja adalah otot lengan dan otot tungkai.
Dengan memiliki kekuatan otot lengan dan otot tungkai yang baik, maka lemparan
atau tolakan akan semakin jauh dan terarah.
Kemudian Harsono (1998:177) menambahkan bahwa
“kekuatan otot merupakan basis dari semua komponen fisik karena :

merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik, memegang peranan penting
dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cidera, dengan kekuatan otot
akan dapat lari cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, serta
memukul lebih kuat, dapat membantu stabilitas sendi-sendi”.

Dengan demikian kekuatan merupakan basis dari semua aktifitas. Dapat
dikatakan kekuatan ini secara umum memang dibutuhkan dalam semua gerak dan
semua aktifitas olahraga terutama dalam cabang atletik.
Khusus pada cabang olahraga atletik, otot paling dominan adalah otot lengan,
otot perut dan otot tungkai. Dengan memiliki otot lengan, perut, dan otot tungkai
yang baik,maka lemparan atau tolakan akan semakin jauh dan terarah. Untuk
meningkatkan kekuatan otot perlu dilakukan latihan dengan memakai beban, dimana
bias beban anggota tubuh sendiri ataupun beban dari luar. Agar hasilnya lebih baik
latihan kekuatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga atlet mengeluarkan
tenaga secara maksimal. Sebagai contoh dalam peningkatan kekuatan yakni dengan

13

pemberian beban pada otot yang akan dilatih,akan tetapi beban tersebut haruslah
sedikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot lebih kuat. Untuk

mendapatkan kekuatan yang baik dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas
dan latihan dengan beban ringan tapi memiliki waktu yang lama seperti : bench press,
leg press, latihan squat thrust, push up, sit-up, pull up, squat jump, renang dan lain –

lain. Dengan demikian dapat dikatakan kekuatan ini secara umum memang
dibutuhkan dalam semua gerak dan semua aktifitas olahraga terutama dalam cabang
olahraga atletik.
b. Daya Tahan Otot (Muscular Endurance )
Menurut Sajoto (1988:210) “Daya tahan otot (Muscular Endurance) adalah
daya tahan yang menunjukkan kemampuan otot atau sekelompok otot, dalam
melaksanakan tugasnya dengan waktu yang cukup lama. Sementara Harsono
(1998:202) menjelaskan : “Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan
kontraksi secara berturut-turut untuk waktu yang lama”.
Dick dalam Harsono (1998:202) menambahkan bahwa “ Daya tahan otot yang
diistilahkan dengan Strength Endurance adalah kemampuan seluruh organisme tubuh
untuk mengatasi lelah pada waktu melakukan aktifitas yang menuntut Strength dalam
waktu yang lama.
Dalam upaya peningkatan daya tahan otot, untuk weight training dapat
digunakan namun ada hal yang patut diperhatikan yakni bahwa sesuai dengan batasan


14

daya tahan otot, repetisi angkatannya harus lebih banyak daripada repetisi untuk
latihan strength dan latihan power , yaitu antara 20 – 25 RM ( Repetisi Maksimal ).
Hal ini berarti bahwa beban saat weight trainingnya lebih ringan daripada 25 RM (
Harsono (1988 : 191)).
Dari beberapa kutipan diatas dapat diterangkan bahwa dengan memiliki daya
tahan otot yang baik, maka seorang atlet akan dapat melakukan aktifitas secara terus
menerus sampai waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dalam
cabang olahraga atletik daya tahan otot ini sangat perlu sekali dimilki oleh pelari
400M, 800M. Dalam beberapa nomor atletik, faktor daya tahan otot sangat
berpengaruh dominan dalam mencapai hasil yang maksimal karena dalam melakukan
lari perlu adanya daya tahan otot yang baik, seperti daya tahan otot perut, punggung,
lengan maupun otot tungkai
c. Daya Ledak (Power)
Menurut Harsono (1998:200) “Power atau daya ledak adalah kemampuan otot
untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat” Sementara
menurut Sajoto (1988:55) “daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secara
explosive”. Bompa (1994:55) “Menyatakan bahwa : Daya ledak merupakan hasil kali


daripada kecepatan maksimum dan kekuatan maksimum.

15

Selanjutnya Sajoto (1988 : 55) menambahkan bahwa “ Daya ledak otot adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang
dikerahkannya dalam waktu sependek – pendeknya”.
Selanjutnya Bompa (1994:231) menyatakan bahwa:
“Membedakan daya ledak menjadi dua bagian yaitu daya ledak siklis dan daya
ledak asiklis. Daya ledak siklis merupakan daya ledak yang dilakukan secara
berulang seperti pada lari cepat, renang cepat dan lain-lain, sedangkan daya
ledak asiklis merupakan daya ledak yang dilakukan sekali saja tanpa ada
pengulangan seperti menendang bola dan nomor lempar dan tolak dalam
cabang olahraga atletik.
Dari beberapa kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa latihan daya ledak tidak
boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pula pada kecepatan
mengangkat, mendorong atau menarik beban. Oleh sebab itu, mengangkat dengan
cepat maka berat bebannya tidak boleh seberat beban untuk latihan kekuatan. Dan
tidak boleh juga terlalu ringan sehingga otot tidak merasakan beban. Beban juga tidak
boleh terlalu berat sehingga transfer optimal dari kekuatan ke daya ledak tidak

terjadi, jadi berat beban harus disesuaikan
Dengan demikian jelas bahwa dengan memiliki power otot tungkai yang baik,
maka pelari maupun pelompat akan lebih mudah dalam melakukan gerakan gerakan
secara explosive baik saat berlari, start maupun pada saat melompat

16

d. Kecepatan (Speed)
Menurut Sajoto (1988 :58) kecepatan (speed) adalah : “Kemampuan
seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama
dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.” Harsono (1998:216) juga menambahkan
bahwa “kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting guna
memberikan akselarasi kepada objek-objek eksternal seperti atletik, sepak bola, soft
ball, bola voli dan sebagainya”. Dalam cabang olahraga atletik, faktor kecepatan

sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi atlet, karena kecepatan merupakan
kemampuan untuk menempuh suatu jarak dengan waktu yang singkat. Kecepatan
bukan saja berarti menggerakkan tubuh secara keseluruhan tetapi juga dapat terbatas
pada kecepatan anggota tubuh tertentu.
Nossek (1982:19) mengemukakan bahwa

“Kecepatan dalam aplikasinya dibedakan atas kecepatan lari atau Sprinting,
kecepatan reaksi atau reaction speed dan kecepatan bergerak atau speed of
movement. Kecepatan sprint adalah kemampuan organisme untuk bergerak
dengan cepat lurus kedepan. Kecepatan ini tergantung pada kemampuan otot
dan sistem artikulasi. Kecepatan reaksi adalah kecepatan menjawab suatu
rangsangan sampai adanya respon awal pada otot, sedangkan kecepatan
bergerak adalah kemampuan merubah dari suatu tempat ke tempat lain dalam
suatu gerakan yang utuh degnan waktu yang cepat. Kecepatan bergerak ini
dipengaruhi oleh unsur lain seperti kekuatan otot, daya ledak, kelincahan dan
keseimbangan.”

Menurut Bompa (1994:29) “ Ada tiga elemen istilah yang erat hubungannya
dan tergabung dalam kecepatan yaitu waktu reaksi, frekuensi dari gerakan per-unit

17

waktu dan kecepatan melintasi suatu jarak yang diberikan. Hubungan antara ketiga
faktor tersebut membantu memberikan suatu penilaian dari tampilan latihan yang
memerlukan kecepatan” Bompa (1994:30) juga megemukakan bahwa:
“Membedakan kemampuan pada dua tipe yaitu kecepatan umum dan

kecepatan special. Kecepatan umum didefenisikan sebagai kemampuan untuk
menampilkan beberapa macam gerakan atau reaksi gerak dengan cara
berulang-ulang. Sedangkan kecepatan spesial pada bagian yang lain
tergantung pada kemampuan untuk melakukan sebuah latihan atau
keterampilan pada kecepatan tertentu yang biasanya sangat tinggi.”
Kecepatan itu tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu
kekuatan, waktu reaksi (reaction time), dan fleksibilitas (Koni Pusat didalam Deni
(2010 : 16)). Jadi pada saat berlatih dalam upaya peningkatan kecepatan, seorang atlet
haruslah dilatih juga kekuatannya, fleksibilitas dan kecepatan reaksinya dan tidak
hanya berlatih kecepatannya saja tanpa unsur pendukungnya juga dilatih.
Kemudian Kent (1994 : 354) didalam Sudarman (2009) menjelaskan bahwa
“Kecepatan pada cabang olahraga tertentu sangat dominan dan mutlak dibutuhkan.
Kecepatan lahir dari kekuatan yang telah dimiliki, dimana kecepatan ini menampilkan
sebuah gerakan dalam periode waktu sesingkat mungkin.
Dari beberapa uraian diatas dpat dijelaskan bahwa kecepatan merupakan suatu
usaha seseorang untuk melakukan aktifitas dengan cepat dan sesingkat mungkin.
Dengan demikian faktor kecepatan akan sangat memberikan kontribusi yang sangat
besar pada nomor-nomor jarak pendek dan lempar.

18


e. Kelentukan (Flexibility)
Menurut Sajoto (1988:58) bahwa ”kelentukan adalah keefektifan seseorang
dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktifitas tubuh dengan
penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen sekitar persendian.
Harsono (2000:8) juga berpendapat “kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya
otot-otot, tendon dan ligamen disekitar sendi tersebut. Dengan demikian seseorang
yang fleksibel, adalah seseorang yang mempunyai ruang gerak luas dalam sendisendinya dan mempunyai otot-otot elastis
Kelentukan merupakan salah satu bagian komponen kondisi fisik, yang
dikategorikan juga sebagai komponen kondisi fisik dasar. Disebut sebagai komponen
fisik dasar adalah karena kelentukan tersebut berdiri sendiri, tidak dipengaruhi
komponen kondisi fisik lainnya.
Para ahli memberikan defenisi terhadap kelentukan, seperti yang diungkapkan
oleh Sadoso dalam Agita (2011:16) menyatakan bahwa “Kelentukan atau flexibility
adalah kemungkinan gerak pada daerah gerak persendian atau golongan persendian”.
kemudian dapat disebutkan bahwa setiap orang memiliki kualitas kelentukan masingmasing, dengan kata lain kualitas daripada kelentukan tersebut adalah cenderung
berbeda antar orang yang satu dengan yang lain
Perbedaan secara nyata daripada kelentukan tersebut tentu saja berakibat
langsung terhadap perbedaan kemampuan gerak daripada pelakunya. Kemudian dapat

19

juga diungkapkan bahwa apabila seseorang terbentur dalam meningkatkan kualitas
biomotor lainnya seperti kekuatan tersebut akan terbantu dengan peningkatan

daripada nilai kelentukan. Terkait dengan olahraga atletik, unsur kelentukan sangat
diperlukan terutama pada nomor-nomor lempar, lompat dan jalan cepat.
f. Daya Tahan (Endurance)
Istilah daya tahan sering disama artikan sebagai ketahanan. Para ahli
memberikan defenisi atau pengertian tentang daya tahan, seperti Harsono (1998:155)
menyatakan bahwa “daya tahan adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh yang
mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Harsono (1988:155) menyatakan bahwa :
“Oleh karena batasan daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja (atau
berlatih) dalam waktu yang lama” maka latihan untuk mengembangkan
komponen daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut, yaitu latihanlatihan yang kita pilih haruslah berlangsung untuk waktu yang lama, misalnya
lari jarak jauh, cross country atau lari lintas alam, fartlek, interval training,
atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh kita untuk bekerja dalam
waktu yang lama (lebih dari enam menit)”.
Harre (1982:124) menyatakan bahwa “Daya tahan dalam olahraga merupakan
kemampuan untuk menahan kelelahan” lebih lanjut Harre (1982:124) kebutuhan akan
daya tahan semata-mata tidak hanyapada saat kompetisi berlangsung, akan tetapi
diperlukan juga pada saat latihan atau pada aktivitas lainnya, dengan kata lain jika

20

seseorang memiliki daya tahan yang prima akan cepat mengalami pemulihan setelah
melakukan kerja yang berat”.
Pengertian yang relatif sama dikemukakan oleh Harsono (1998:23) bahwa
“Daya tahan dapat dibagi tiga bagian kategori yakni : daya tahan spesial yaitu
kemampuan tubuh (pusat saraf)melawan kelelahan, daya tahan otot lokal yaitu
kemampuan tubuh (otot lokal) untuk melawan kelelahan sub maksimal dan daya
tahan umum yaitu kemampuan tubuh (jantung – paru) dalam melawan kelelahan
dengan insensitas rendah waktu lama”. Terkait dengan cabang olahraga atletik unsur
daya tahan sangat diperlukan terutama pada nomor lari jarak jauh (5.000m, 10.000m),
jalan cepat dan maraton. Dalam melatih daya tahan otot dapat juga dilatih melalui
latihan – latihan seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988 : 157) bahwa : “ Dua
sistem latihan yang dapat menjamin peningkatan daya tahan (endurance), yaitu
Fartlek dan interval training”.
Jadi dari uraian komponen fisik diatas maka seorang pelatih haruslah melihat
kondisi para atletnya sebelum berlatih. Karena seorang atlet yang tidak memiliki
kondisi fisik yang baik sudah tentu akan menghambat dan sulit dalam mencapai
prestasi yang diharapkan. Dari keenam komponen fisik itu yakni kekuatan, daya
tahan otot, kecepatan, daya ledak, kelentukan dan daya tahan, sangat berpengaruh
dalam peningkatan kemampuan atlet atletik.

21

2. Profil Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) SUMUT
Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera
Utara berdiri sejak tahun 1984 yang dilaksanakan oleh direktorat Keolahragaan
Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda da Olahraga Provinsi Sumatera Utara, yang
berorientasi kepada pembinaan olahragawan pelajar berbakat untuk dibina dan
ditingkatkan prestasinya di bidang olahraga. Disamping itu mereka harus dapat juga
menyelesaikan studi dengan baik.
Di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Sumatera Utara
cabang olahraga atletik mencakup nomor lari (100m, 200m, 400m, 800M, 1500m,
3000m steeplechase, 5000m), Lempar (Lembing, Cakram dan Tolak Peluru),dan
jalan.
Atlet yang terdaftar sebagai atlet PPLP diberikan fasilitas yang memadai,
mulai dari tempat tinggal dengan segala perlengkapannya seperti tempat tidur, lemari,
dispenser, makan tiga kali sehari, uang saku perbulannya dan diberikan juga les
malam demi meningkatkan mutu akademik mereka masing – masing.
Pada dasarnya, PPLP merupakan wadah untuk pembinaan olahraga pelajar
yang dipantau dari kejuaraan daerah dan dikarantinakan di PPLP SUMUT. Mereka
yang tergabung di PPLP berasal dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Utara
yakni diantara lain seperti dari Medan, karo, Tapsel, Binjai, Langkat, Deli Serdang,
Dan kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Para pelatih PPLP berjumlah 3 orang

22

yaitu : Bapak Nur Hasyim, S.Pd, pada nomor lempar, Bapak Lilik Herianto, S.Pd,
pada nomor lari jarah menengah,jauh,dan jalan,dan yang terakhir Bapak Mardi
Lestari, SE ,pada nomor lari Pendek (Sprint).
Dalam mencapai sebuah prestasi yang maksimal, tentulah harus ada upaya
semaksimal mungkin dengan dibarengi usaha yang keras juga dari seorang atlet.
Karena ini tentu akan menentukan prestasi yang akan dicapau olah atlet itu sendiri.
Begitu juga dengan para atlet yang tergabung di PPLP yang dikarantina dan
dipusatkan di Sunggal. Mereka difasilitasi dengan berbagai fasilitas yaitu diantaranya
pemberian tempat tidur, sepatu latihan, baju latihan, sepatu lempar/lari, dan
penambahan ekstra makanan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh secara langsung dari PPLP Sunggal,
bahwa sistem perekrutan atlet PPLP Sunggal dilakukan dengan cara menyeleksi
siswa atau pelajar yang berpotensi untuk dijadikan atlet dengan meleui berbagai tes
yang telah ditetapkan seperti tes kesehatan dan tes fisik yang dilakukan oleh pihak
Dispora Sumatera Utara. Dimana sebelumnya setiap pemerintah daerah telah
mengirim calon atlet yang akan di seleksi untuk masuk dan bergabung dalam
pemusatan latihan di Sunggal.
Dalam meraih prestasi yang diharapkan, maka bukan hanya faktor eksternal
saja yang menetukan,akan tetapi faktor internal juga menentukan keberhasilan
seorang atlet. Ini dapat kita kita contohkan misalnya seorang atlet tidak cukup

23

istirahatnya dikarenakan karena faktor aktifitasnya yang menyita waktunya, padahal
aktifitas tadi belum tentu berguna atau bahkan tidak berguna yaitu seperti menelpon
sampai larut atau bermain game sampai larut malam. Oleh karena itu para atlet harus
tahu betul segala aktifitas yang ia jalani dan diharapkan dapat secara selektif memilih
aktifitas yang memang bermanfaat bagi dirinya sehingga tidak mempengaruhi
prestasinya sendiri.
Setiap hari kegiatan dari pada atlet – atlet PPLP ini sudah terprogram dan
terjadwal, Mereka berlatih dari senin – sabtu dan pada hari kamis dan minggu mereka
diberikan rest atau waktu untuk refreshing. Disamping itu mereka juga ditekankan
menjaga waktu istirahatnya dalam upaya agar stamina masing – masing atlet tidak
terganggu.Ini dapat dilihat dari jadwal kegiatan atlet PPLP berikut ini :
Tabel 1. Daftar kegiatan Atlet Setiap Harinya
NO

WAKTU

KEGIATAN

1

05.00

Bangun Pagi,Shalat

2

05.30

Latihan Pagi

3

06.30

Makan Pagi

4

07.00 – 13.00

Pergi Sekolah, pulang Sekolah

5

13.30

Makan Siang

6

14.00

Istirahat Siang

7

15.15

Apel Sore

24

8

15.30 – 18.00

Latihan Sore

9

20.00

Makan Malam

10

20.30 – 22.00

Belajar, Apel Malam

11

22.00

Tidur

(Sumber : Dikutip dari daftar kegiatan sehari – hari atlet PPLP)
Dalam pemenuhan nutrisi PPLP, pihak pengelola telah menunjuk pihak
catering yang telah mengatur menu setiap hari untuk para atlet yang berada di PPLP.
Dalam penyediaan makanan pihak catering melayani seluruh atlet yang yang ada di
PPLP, tentu ini sebenarnya tidak dianjurkan karena tentu akan mengurangi dari segi
rasa atau bahkan dari segi nilai gizinya. Adapun menu atlet PPLP tidaklah tetap,ini
akan terus berubah – ubah sesuai dengan pihak catering. Berikut adalah contoh dari
menu makanan atlet PPLP :
Tabel 2. Daftar menu makanan atlet PPLP SUMUT
Hari

Menu
Pagi

Senin

Siang
Malam
Pagi

Selasa
Siang

Nasi, Telur, dadar, ikan
dencis, pisang
Nasi, ayam goreng, ikan
mujair, tauco terong
Nasi, Sop daging, sambel
udang, gado – gado,
papaya, bubur kacang ijo
Nasi, telur sambel,ikan,
tumis sawi, pisang
Nasi, tempe goreng, ikan
tongkol, daun tumbuk,
semangka

25

Nasi, ikan, tumis tahu,
Malam
papaya,telor, susu
Rabu

Pagi

Siang

Malam
Kamis

Pagi

Siang

Malam

Pagi
Jum’at

Siang
Malam
Pagi

Sabtu

Siang

Malam

Nasi, telur mata sapi,
sambel kentang, tumis
sawi, pisang
Nasi, ayam kecap, ikan
tongkol, rebus bayam,
semangka
Nasi,sambel ayam, sayur
bening, sambel telur,
jeruk
Nasi, sambel teri, telur
dadar, buncis santan,
pisang
Nasi, ikan gembung,
ayam Kentucky, kacang
panjang gulai, semangka
Nasi, lele goreng, tumis
tahu, rebusan bayam,
semangka, bubur kacang
hijau
Nasi,
soto
ayam,
pergedel,pisang.
Nasi, ikan sambel, ayam
rendang,
ubi
rebus,
semangka
Nasi, ayam kecap, ikan ,
capcai,susu, telor
Nasi, sambel hati, sawi
rebus, telur rebus,pepaya
Nasi,telur rendang, ikan
goreng,sayur
bayam,semangka
Nasi, gado – gado, ayam
semur,
telur
sambel,
papaya,bubur kacang ijo

26

Untuk bidang akademik PPLP SUMUT bekerja sama dengan pihak SMA
Negeri 15 Medan, Yayasan pendidikan Mulia dan SMP Negeri 30 Medan dan
dibidang pelatih direkomendasikan oleh induk organisasi olahraga terkait,untuk
atletik direkomendasikan oleh PASI). Berikut Nama-nama atlet atletik PPLP SUMUT
Tahun 2012.
Tabel 3. Nama – Nama Atlet Atletik Nomor Sprint PPLP Sumatera Utara
tahun 2012
No

Nama Atlet

L/P

Tahun
Masuk

Spesialis

Asal
Daerah

1

Agustina Mardika

P

2010

100 – 200

Asahan

2

Agnes Sendyova

P

2010

200 - 400

Karo

3

Satria

L

2011

100 – 200

Langkat

4

Afri Rahayu

P

2011

200

Medan

5

M. Aswin

L

2011

100 – 200

Binjai

6

Kevrina

P

2012

100 – 200

Sibolga

7

Era Sani

P

2012

100 – 200

Simalungun

Tabel 4. Nama – Nama Atlet Atletik Nomor Jarak Menengah - Jauh PPLP
Sumatera Utara tahun 2012
No

Nama Atlet

L/P

Tahun
Masuk

Spesialis

Asal
Daerah

1

Tetty Suastri

P

2008

1500 – 5000

Karo

2

Ari Sanjaya

L

2010

800 – 1500

Medan

27

3

Winda Sari

P

2011

800 - 1500

Karo

Tabel 5. Nama – Nama Atlet Atletik Nomor Lempar PPLP Sumatera Utara
tahun 2012
No

Nama Atlet

L/P

Tahun
Masuk

Spesialis

Asal
Daerah

1

Abd. Hafiz

L

2010

L.Lembing

Medan

2

Wahyudi Ginting

L

2010

T. Peluru

Karo

3

Yolanda Ginting

P

2011

T. Peluru

Medan

4

Ayu Ardila

P

2011

L.Cakram

Binjai

Tabel 6. Nama – Nama Atlet Atletik Nomor Jalan PPLP Sumatera Utara
tahun 2012
No

Nama Atlet

L/P

Tahun
Masuk

Spesialis

Asal
Daerah

1

Yuni Shara

P

2011

Jalan Cepat

Medan

2

Syafaat Tarigan

L

2012

Jalan Cepat

Karo

Pada umumnya seluruh atlet PPLP SUMUT ini merupakan

siswa yang

tergabung dalam di PPLP mayoritas adalah siswa yang duduk di bangku SMA,
dimana mereka disekolahkan tidak jauh dari asrama mereka yakni di SMA N.15

28

Medan, dimana SMA N.15 ini memang sudah bekerja sama dengan pihak Dispora
dalam pembinaan atlet.
B.

Kerangka Berpikir
Untuk dapat

mencapai prestasi yang maksimal, faktor kondisi fisik

merupakan pendukung yang utama. Kondisi fisik memegang peranan penting pada
atlet pada waktu mengikuti program latihan maupun pada saat akan berlomba.
Program latihan kondisi fisik haruslah disusun secara baik dan sistematis agar
terwujud tingkat kesegaran jasmani yang baik sehingga dengan demikian
memungkinkan seseorang atlet untuk mencapai prestasi yang diharapkan.
Adapun kondisi fisik yang perlu dibina adalah : Kekuatan ( Strength ), Daya
Tahan Otot ( Muscular Endurence), Daya ledak ( Power ), Kecepatan ( Speed ),
Kelentukan ( Flexibility ), dan Daya Tahan ( Endurence ).
Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan
satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban. Khususnya untuk
cabang olahraga atletik. Otot yang paling dominan bekerja adalah otot lengan dan
otot tungkai. Dengan memiliki kekuatan otot lengan dan otot tungkai yang baik, maka
lemparan atau tolakan akan semakin jauh dan terarah.
Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus
menerus pada tingkat intensitas submaksimal dalam waktu yang lama hampir semua
cabang olahraga membutuhkan daya tahan otot yang tinggi khususnya dayung,

29

renang, senam alat, tinju, atletik dan sebagainya. Dalam cabang olahraga atletik daya
tahan otot sangat perlu sekali dimiliki oleh pelari 400 m, 800 m, dan 1.500 m.
Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh suatu jarak dengan waktu
yang singkat. Kecepatan ini sangat memberikan kontribusi yang sangat besar pada
nomor-nomor jarak pendek/sprint (100 m, 200 m, 400 m) dan lempar.
Kelentukan adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang
sendi secara maksimal. Terkait dengan olahraga atletik, unsur kelentukan sangat
diperlukan terutama pada nomor-nomor lempar, lompat dan jalan cepat.
Daya ledak adalah gabungan antara kecepatan maksimal dan kekuatan
maksimal. Daya ledak sangat diperlukan bagi seorang pelempar, pelompat, juga pada
pelari jarak pendek, yakni pada saat start.
Daya tahan adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ringan sampai
tingkat intensitas sub maksimal, dengan melibatkan kelompok otot-otot besar secara
terus menerus dalam waktu yang relative lama tanpa mengalami kelelahan yang
berarti. Terkait dengan cabang olahraga atletik unsur daya tahan sangat diperlukan
terutama pada nomor lari jarak jauh (5.000 m, 10.000 m) dan jalan cepat.
Dengan demikian apabila atlet PPLP Sumatera Utara memiliki kondisi fisik
yang baik yaitu melalui latihan – latihan yang tentunya mendukung dalam
peningkatan kondisi fisik, maka tentu akan memperoleh atau menghasilkan sebuah
prestasi yang memuaskan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat profil

30

kondisi atlet atletik yang ada dalam pembinaan PPLP dimana dari penelitian ini akan
menghasilkan sebuah hasil sejauh mana tingkat kondisi fisik atlet atletik PPLP. Dari
hasil penelitian ini juga tentu akan bermanfaat bagi para pelatih untuk mengatur
program latihan kepada para atletnya, yang kemudian akan menyesuaikan dengan
kondisi para atlet hingga atlet akan mencapai hasil yang memuaskan dalam
peningkatan prestasinya di dalam sebuah pertandingan.