Memperkaya Bahasa Daerah Anak melalui Mu
Abstrak: Pembelajaran bahasa daerah merupakan salah satu mata pelajaran muatan
lokal di beberapa sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan yang ada di daerah. Pembelajaran bahasa daerah menuntut pendidik
menjadi sosok guru yang profesional. Tuntutan profesionalitas yang menghendaki para
guru untuk mampu menjadi pendidik yang terampil dan kreatif dalam penggunaan
strategi, metode dan media pembelajaran menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para
guru pada setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penggunaan metode yang
tepat disertai dengan penggunaan media yang kreatif yang sesuai dengan materi ajar,
akan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
Kata kunci: pembelajaran, bahasa daerah, muatan lokal, metode
PENDAHULUAN
Dalam dunia sastra, bahasa memegang
sehingga
peranan
dipisahkan.
penting,
yaitu
sebagai
keduanya
Karena
tidak
dapat
begitu
eratnya
pengungkap ekspresi. Bahasa daerah
jalinan antara bahasa dan budaya.
telah merekam pikiran dan pengalaman
Tanpa bahasa, budaya kita pun akan
manusia Indonesia dengan kekhasan
mati.
masing-masing sehingga membentuk
sebagaimana dikatakan oleh
keanekaragaman dalam berbagai ras
(2000:3)
kehidupan bangsa yang pluralistik.
budaya,
Bahasa daerah di Indonesia memiliki
terkandung
keragaman tersendiri. Pada saat ini
diekspresikan melalui bahasa, bukan
bahasa daerah menjadi pusat perhatian
melalui cara lain. Ketika kita berbicara
pemerintah dan masyarakat untuk
tentang bahasa, sebagian besar yang
melestarikannya. Dalam pelestarian dan
kita bicarakan adalah budaya. Untuk
penggunaan bahasa daerah sangat
menghambat
memprihatinkan, ada alasan mendasar
kepunahan bahasa-bahasa daerah di
mengapa
Indonesia,
berbagai
sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki
pemertahanan
dilakukan,
jalinan yang sangat erat dengan budaya
melalui lembaga pendidikan. Terlebih
kepunahan
suatu
bahasa
Hal
ini
bisa
bahasa
adalah
sebagian
di
terjadi
atau
Purwo
penyangga
besar
dalam
karena,
budaya
bahasa
mencegah
dan
laju
upaya
termasuk
generasi muda yang tidak memahami
perkembangan zaman. UU No. 22/1999
bahasa
Bahasa
tentang Pemerintahan Daerah dan UU
daerah dari waktu kewaktu semakin
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
terjerus dengan berkembangnya bahasa
Nasional, yang bersumber dari UUD
asing yang seakan-akan menjadi hal
1945 yang menyangkut Pendidikan dan
yang wajib sebagai salah satu bekal di
Kebudayaan. Hal ini sesuai dengan
masa depan. Seperti bahasa daerah
Peraturan
Sumatera Utara tepatnya Buluh Naman
Indonesia
yaitu bahasa Karo. Saat ini banyak
tentang Standar Nasional Pendidikan,
sekali
Bab
daerahnya
sendiri.
yang
takut
dan
malu
menggunakan
bahasa
Karo
dalam
III
Pemerintah
Nomor
Pasal
7
19
Republik
Tahun
Ayat
3–8,
2005
yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
percakapan sehari-hari meskipun orang
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB,
itu memiliki keturunan Karo. Bahkan di
dan SMK/MAK diberikan pengajaran
kampung-kampung
Bahasa
ibu-ibu
yang
bahasa
Indonesia
semakin
mengajarkan
daripada
banyak
daerah
mempunyai
fungsi
anaknya
pendukung bahasa Indonesia sebagai
bahasa
bahasa pengantar utama dalam sistem
Karo, ada juga yang anaknya sendiri lah
pendidikan
yang tidak ingin menggunakan bahasa
bahasa
daerah nya meski ia berketurunan Karo
berkedudukan
dan hidup di tatar Tanah Karo. Tidak
kebanggaan
heran banyak generasi muda sekarang
identitas
yang
penghubung di dalam keluarga dan
tidak
tahu/mengerti
bahasa
nasional.
nasional,
Dalam
bahasa
sebagai
daerah,
daerah,
(1)
(2)
dan
politik
daerah
lambang
lambang
(3)
alat
daerahnya sendiri.
masyarakat daerah. Dalam pada itu,
Bahasa Karo adalah bahasa “Ibu” bagi
bahasa daerah berfungi sebagai (1)
masyarakat Tanah Karo. Penjelasan
pendukung bahasa nasional, (2) bahasa
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36,
pengantar
Bab XV tentang Bendera, Bahasa, dan
pengembang serta pendukung budaya
Lambang
Lagu
daerah. Rekomendasi UNESCO tahun
Kebangsaan. Dengan demikian perlu
1999 tentang pemeliharaan bahasa-
adanya pelestarian bahasa daerah juga
bahasa ibu di dunia mengukuhkan
dikembangkan
kedudukan dan fungsi bahasa daerah
Negara
serta
sesuai
dengan
di
sekolah,
(3)
alat
sebagai bahasa ibu (Alwi & Sugono,
dia
berasal
2011, hlm. 3).
Sumenep ketika mereka berbicara.
Perbedaan
A. BAHASA DAERAH
Bahasa
daerah
dari
ini
Bangkalan
bisa
atau
dilihat
dari
perbedaan aksen dan intonasi yang
adalah
bahasa
diucapkan oleh dua masyarakat yang
komunikasi sehari-hari yang dipakai
berbeda tapi sama tersebut.
oleh masyarakat lokal. Bahasa ini telah
Meskipun berbeda, bahasa daerah ini
bertahan melewati berbagai macam
memiliki kesamaan yang tidak dapat
perubahan zaman dan telah sering
dibantahkan terutama dalam hal yang
bersinggungan
berhubungan
dengan
bahasa
lain
dengan
sastra.
seperti bahasa daerah lain, bahasa
Peribahasa adalah contoh nyata dari hal
asing maupun bahasa Indonesia. Akibat
ini. Antara masyarakat Malang maupun
dari berinteraksinya bahasa ini dengan
masyarakat Yogyakarta pasti tidak akan
berbagai macam kondisi dan stuasi,
berbeda pendapat untuk mengartikan
maka muncullah berbagai macam jenis
Tut Wuri Handayani
dialek
makna
dan
logat
yang
berbeda.
Akibatnya, bahasa daerah yang
ucapkan
oleh
memberikan
motivasi untuk maju. Demikian juga
Madura
meskipun secara akar dan rumpun
kaojanan,
yang
sama, tetapi dalam prakteknya memiliki
seseorang yang tidak mempan untuk
perbedaan dengan bahasa daerah yang
dinasehati,
diucapkan oleh masyarakat daerah lain.
Sampang maupun Madura Jember tidak
Kita ambil contoh yaitu bahasa Jawa
akan
Solo. Meskipun secara rumpun sama,
mengartikannya.
namun dalam beberapa aspek, jelas
ratusan bahasa sastra dan peribahasa
berbeda
Jawa
yang ada di masyarakat daerah yang
Banyuwangi. Demikian pula yang terjadi
mungkin akan saying sekali apabila
di
bahasa
Madura.
masyarakat,
belakang
peribahasa
dengan
satu
di
dari
yang memiliki
bahasa
Meskipun
sama-sama
belling
memiliki
pastilah
berbeda
ini
Akantha
orang
makna
Madura
persepsi
Ada
hilang
untuk
puluhan
hanya
atau
karena
menggunakan bahasa Madura, orang
masyarakat daerah tidak menggunakan
Madura akan dapat terlihat jelas apakah
atau
bahkan
mempelajarinya
mungkin
sama
tidak
sekali.
Kekhawatiran
ini
memang
berasalan.
Menurut
cukup
Kurikulum
kurikulum
Menengah
Pendidikan
Dasar
mencantumkan
dan
Bahasa
DEPDIKNAS bahasa daerah berfungsi
Daerah sebagai muatan lokal yang
untuk
harus dan wajib dipelajari. Kurikulum
mengembangkan
bernalar,
kemampuan
berkomunikasi
dan
Tingkat
Satuan
(KTSP),
substansinya
adalah
mengungkapkan pikiran atau perasaan
yang
serta melestarikan aset nasional di
kurikulum
daerah ( Dinas P & K Jatim,1997 ). Di
menawarkan
setitik
tingkat SD meliputi kemampuan dan
peningkatan
kualitas
ketrampilan
bahasa daerah sebagai salah satu
berbicara,
berbahasa
meliputi
mendengarkan,
membaca
dan menulis. Dimana
pada tingkat
pada
Pendidikan
berbasis
muatan lokal.
kompetensi,
asa
terhadap
pembelajaran
Mata
pelajaran
ini
merupakan kegiatan kurikuler untuk
sekolah dasar masuk dalam Kurikulum
mengembangkan
Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
yang
muatan lokal yang wajib dipelajari di
daerah beserta ciri khasnya, termasuk
lingkungan tempat tinggal siswa itu
di dalamnya keunggulan daerah, corak
bersekolah.
temuan
kehidupan lokal daerah tersebut yang
mengejutkan yang didapat dari hasil
kesemuanya dikelompokkan ke dalam
penelitian
dari
topik atau subtopik yang bervariasi. Inti
sejumlah perguruan tinggi menjelaskan
dari mata pelajaran bahasa daerah ini
bahwa sebanyak 10 bahasa daerah di
ditentukan
Indonesia
Keberadaan mata pelajaran bahasa
Sebuah
para
pakar
dinyatakan
bahasa
telah
punah,
kompetensi
disesuaikan
oleh
dengan
Satuan
siswa
potensi
Pendidikan.
sedang puluhan hingga ratusan bahasa
daerah
merupakan
daerah lainnya saat ini juga terancam
penyelenggaraan
punah. Pada tahun 2005, berdasarkan
pendidikan yang tidak terpusat. Inilah
penelitian Pusat Bahasa Depdiknas RI,
wujud nyata desentralisasi pendidikan
bahasa daerah di Indonesia berjumlah
yang
731 bahasa. Pada 2007 tinggal 726
terhadap keadaan dan kebutuhan lokal.
berakar
kuat
pada
bahasa, karena 5 bahasa diantaranya
mati. Untuk menyelamatkan bahasa
daerah dari kebinasaan inilah, maka
B. MUATAN LOKAL (MULOK)
bentuk
kearifan
Utomo,
dkk
(1997:
1)
menyatakan
disesuaikan
dengan
ciri
khas
dan
bahwa muatan lokal adalah seperangkat
potensi daerah, termasuk keunggulan
rencana dan pengaturan mengenai isi
daerah, yang materinya tidak sesuai
dan bahan pelajaran serta cara yang
menjadi bagian dari mata pelajaran lain
digunakan
dan atau telalu banyak sehingga harus
sebagai
penyelenggaraan
pedoman
kegiatan
belajar-
menjadi
mata
pelajaran
tersendiri.
mengajar yang ditetapkan oleh daerah
Substansi muatan lokal ditentukan oleh
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
satuan pendidikan dan tidak terbatas
daerah masing- masing.
pada mata pelajaran keterampilan.
Muslich
(2007:
bahwa
muatan
17)
mengemukakan
merupakan
dapat disimpulkan bahwa muatan lokal
kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk
adalah suatu kegiatan kurikuler yang
mengembangkan kompetensi sesuai
terencana
dengan ciri khas dan potensi daerah,
dengan mengembangkan
termasuk keunggulan daerah. Senada
cirri khas daerah tersebut dan bahan
dengan hal itu Hidayat (2013: 96)
pelajaran yang disusun oleh satuan
menjelaskan
lokal
pendidikan sesuai dengan keragaman
merupakan kegiatan kurikuler untuk
potensi daerah, karakteristik daerah,
mengembangkan
yang
keunggulan daerah, kebutuhan daerah
dan
dan lingkungan masing-masing serta isi
potensi daerah, termasuk keunggulan
dan media penyampaiannya dikaitkan
daerah, yang materinya tidak selalu
dengan lingkungan alam, lingkungan
menjadi bagian dari mata pelajaran lain
sosial, serta lingkungan budaya.
dan atau terlalu banyak sehingga harus
Muatan lokal (mulok) sebagai salah satu
menjadi
unsur muatan Kurikulum 1994 mulai
disesuaikan
lokal
Berdasarkan beberapa pendapat diatas
bahwa
kompetensi
dengan
mata
Selanjutnya,
muatan
ciri
pelajaran
dalam
khas
tensendiri.
Panduan
mengenai
suatu
daerah
kompetensi
diterapkan sejak tahun 1994 Status
Penyusunan KTSP (Arifin: 2011: 206)
mulok
dijelaskan
pelajaran
yang
merupakan kegiatan kurikuler untuk
sekolah
(dasar
mengembangkan
kemudian diperkuat posisinya dalam
bahwa
muatan
kompetensi
lokal
yang
sebagai
salah
wajib
dan
satu
mata
diajarkan
di
menengah)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang
yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003
mengungkapkan
(pos
Sayangnya,
menggunakan bahasa halus secara
meskipun suda diterapkan, hasilnya
tepat dan lancar. Fenomena ini dapat
ternyata tidak sesuai dengan apa yang
menjadi
diharapkan.
masyarakat Madura, karena para calon
kupang.com).
Hal
mendasar
yang
mampu
secara
lancar
idenya
pukulan
dengan
telak
terhadap
mungkin dapat dijadikan alasan adalah
duta wisata yang diharapkan mampu
bahwa bahasa daerah adalah bukan
mewakili
nama
bahasa official/resmi yang wajib dipakai
kelahiran
mereka
di
formal.
kelemahan yang mungkin bagi sebagian
bahasa
masyarakat yang
dalam
segala
Bahasa
kegiatan
daerah
komunikasi
hanyalah
sehari-hari
yang
baik
kota
ternyata
tempat
memiliki
masih memegang
ketika
teguh budaya sebagai cacat yang tidak
dipakaipun kadang kurang memenuhi
termaafkan. Berkaca dari pengalaman
standard penggunaannya karena sering
tersebut,
dicampur adukkan dengan bahasa lain.
pertanyaan yang perlu kita kaji secara
Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa
mendalam. Mengapa semua itu bisa
resmi negara Indonesia dipakai sebagai
terjadi? Secara logis, satu pertanyaan
bahasa formal yang kegunaannya akhir-
tersebut muaranya berasal dari dua hal.
akhir ini menjadi “trend” dan mampu
Yang
“mengalahkan”
keluarga
penggunaan
bahasa
daerah dalam masyarakat.
Sebagai
bukti
nyata
pertama
ada
dalam
kedua
adalah
sebagai
adalah
menimba
Madura.
andaipun
hasi
timbul
basis
sebuah
dari
faktor
pendidikan
terkecil dari masyarakat, dan yang
pelaksanaan Festival Duta Wisata di
Dari
maka
pengamatan
dari
ilmu
tempat
yaitu
kita
mereka
sekolah.
diminta
Dan
untuk
penulis2, tidak kurang dari 40 persen
membandingkan keduanya, lebih besar
peserta festival tidak bias berbahasa
manakah
daerah,
bisa
sekolah yang menyebabkan fenomena
catatan
ini mampu terjadi, maka kita dengan
bahasa yang mereka pakai adalah
yakin dapat menunjuk sekolah sebagai
bahasa kasar. Hanya 3 persen dari
bagian
keseluruhan peserta festival tersebut
terhadap adanya fenomena ini terjadi.
60
berbahasa
persen
daerah
sisanya
dengan
pengaruh
yang
keluarga
menyumbang
dan
tangan
Mengapa
Sekolah?
Karena
jelas
Padahal tidak semua siswa di sekolah
lembaga ini memiliki perangkat formal
tersebut
yang
mampu
tersebut. Mereka butuh kaset atau
tersebut.
media lainnya yang bisa mereka pelajari
Perangkat pertama adalah sistem, yang
di rumah yang berisi kosakata dan
kedua adalah kurikulum. Sistem dapat
bagaimana cara mengucapkannya. (2)
memaksa
kegiatan pembelajaran masih
sebenarnya
menanggulangi
sangat
masalah
anak-anak
untuk
belajar
adalah
asli
bahasa daerah dengan baik dan benar
menggunakan
melalui
ceramah
dan
kegiatan
praktek
formal
pelaksanaan
sehari-hari
pembelajaran
yang
kemudian
orang
gaya
daerah
lama,
jarang
yaitu
melibatkan
seperti
presentasi
secara formal pula dikhiri dengan ujian,
menggunakan bahasa daerah halus,
sedangkan kurikulum adalah kerangka
atau memberikan sambutan dengan
dan pedoman nyata akan kemana mata
menggunakan bahasa daerah. (3) Guru
pelajaran muatan lokal ini diarahkan.
jarang
Sistem dan kurikulum ini memang telah
pernah memakai peralatan multimedia
diimplementasikan oleh sekolah-sekolah
seperti tape, dan TV untuk mengajarkan
yang mengajarkan muatan lokal bahasa
bahasa
daerah. Namun sayangnya ada banyak
sumber belajar anak-anak tidak hanya
sekali
ada di buku diktat mereka saja.
kelemahan
yang
dijumpai,
atau
bahkan
daerah
di
mungkin
kelas.
tidak
Padahal
diantara lain: (1) materi pengajaran
Kelemahan yang dipaparkan di atas
bahasa
menyebabkan
daerah
menekankan
peribahasa,
lebih
pada
arti
banyak
pembahasan
kosakata,
isi
dari
daerah
pengajaran
terkesan
membosankan,
bahasa
monoton
sehingga
dan
banyak
sebuah teks, perubahan bahasa kasar
diantara siswa yang malas untuk
ke
belajar dengan sungguh-sungguh ketika
bahasa
menulis
halus,
dan
dengan
bagaimana
huruf
kuno
(honocoroko,
hanacaraka),
sedang
pembahasan
tentang
bahasa
daerah
yang
baik
tata
dan
bagaimana
pengajaran bahasa ini dilaksanakan.
C. PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL
Pembelajaran
bahasa
daerah
mengucapkan satu kata lewat metode
hendaknya berlangsung tidak sekedar
menyimak, jarang dilaksanakan.
meaning getting, tetapi berupa proses
meaning making, sehingga akan terjadi
dimiliki
internalisasi nilainilai dalam diri siswa.
kehidupan sehari-hari .Dengan konsep
(wibawa, sutrisna, 2007).
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
Pola
pembelajaran
bahasa
daerah
dengan
bermakna
penerapan
bagi
dalam
siswa.
Proses
berlangsung
alamiah
didasarkan atas pendekatan kontekstual
pembelajaran
atau
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
yang
dikenal
pembelajaran
dengan
CTL
pola
(Contextual
dan mengalami, bukan mentransfer
Teaching and Learning). Pembelajaran
pengetahuan dari guru ke siswa. Untuk
kontekstual sebagai dijelaskan dalam
pelaksanaan
KTSP (Depdiknas, 2006) adalah konsep
digunakan pendekatan “penyatukaitan
pembelajaran
diri dengan yang dipelajari” (immerison,
yang
membantu
guru
pembelajaran,
mengkorelasikan antara materi atau
mencelupkan
topik
(wibawa, sutrisna, 2007). Penerapan
yang
keadaan
di
diajarkannya
kehidupan
dengan
nyata
dan
dari
diri
ke
dapat
pendekatan
dalamnya)
ini,
dalam
mendorong siswa membuat hubungan
pembelajaran bahasa daerah, siswa
antara pengetahuan yang dimilikinya
harus dibawa secara langsung dengan
dengan penerapannya dalam kehidupan
cara melibatkan diri mereka ke dalam
mereka sehari-hari, dengan melibatkan
pembelajaran bahasa tersebut secara
tujuh komponen utama pembelajaran
utuh.
efektif,
konstruktivisme
bahasa daerah secara langsung untuk
(constructivism), bertanya (questioning),
menulis atau mengarang, berbicara,
menemukan
masyarakat
membaca,
community),
diperlukan guru di dalam kelas hanyalah
refleksi
memberikan instruksi seperlunya untuk
yakni:
belajar
(inquiri),
(learning
pemodelan
(modeling),
Siswa
(reflection) dan penilaian sebenarnya
mengarahkan
(authentic
seharusnya
assessment).
Atau
diajak
dan
menggunakan
menyimak.
siswa
mereka
Yang
bagaimana
belajar
bahasa
singkatnya CTL adalah konsep belajar
daerah di kelas tersebut. Selebihnya,
yang
dengan
diserahkan
menghadirkan dunia nyata ke dalam
merekalah
kelas dan mendorong siswa membuat
pembelajaran. Proses immersion ini
hubungan antara pengetahuan yang
dapat
ditunjukan
oleh
guru
kepada
siswa
sebenarnya
diimplementasikan
karena
pusat
ke
dalam
berbagai macam kegiatan kelas. Kita
melatih kreatifitas mereka. Semakin dini
ambil
kreatifitas ini diasah, semakin bagus
contoh
berbicara,
dalam
siswa
pembelajaran
secara
langsung
dan jelas hasilnya. Yang tak kalah
belajar untuk berbicara (berkomunikasi
pentingnya adalah penggunaan media.
dengan orang lain, berpidato, bercerita,
(Raharjo
dan
visualisasi mempermudah orang untuk
menyanyi).
kesempatan
Mereka
untuk
diberi
berekspresi
1991)
menyatakan
bahwa
memahami suatu pengertian.
menggunakan bahasa daerah mereka.
Sebuah
Tugas guru hanyalah membetulkan jika
sebuah gambar “berbicara“ seribu kali
ada kesalahan penggunaan kata dan
dari yang dibicarakan melalui kata-kata
tata bahasa. Pembelajaran menulis juga
(a picture is worth a thousand words).
demikian. Siswa diajak menulis atau
Hal
mengarang
sebuah wayang atau gambarnya akan
secara
langsung
ini
pemeo
mengatakan
tidaklah
lebih
bebas,
Dalam
pengertiannya) daripada definisi atau
pembelajaran menyimak, guru dapat
penjelasan dengan seribu kata kepada
menggunakan
orang yang belum pernah mengenalnya.
lainnya).
fasilitas
multimedia
barangnya
karena
(mengarang puisi, cerita pendek, cerita
atau
menjelaskan
berlebihan
bahwa
(atau
(audio visual) untuk membangkitkan
semangat
siswa
Multimedia
ini
menampilkan
secara
dalam
digunakan
penggunaan
langsung
yang
belajar.
KESIMPULAN
untuk
Indonesia adalah Negara yang sangat
bahasa
kaya, dan salah satu cirri khas dari
ada
di
Indonesia adalah banyaknya suku dan
masyarakat seperti tayangan ketoprak,
budaya.
ludruk, lagu-lagu campur sari, pentas
mempunyai adat istiadat yang berbeda,
wayang, panembrama, karawitan, dan
dan membawa bahasa daerah yang
lomba puisi berbahasa daerah.
beragam. Maka dari itu jangan pernah
Menggunakan permainan individu atau
melupakan bahasa daerah, adat istiadat
kelompok dalam pengajaran bahasa
suku daerah kita, karna itu merupakan
daerah
juga
Setiap
suku
yang
ada
dianjurkan.
Selain
suatu hal yang sangat membanggakan.
pembelajaran
yang
Saya sendiri sangat bangga menjadi
monoton, permainan juga dipakai untuk
warga Negara Indonesia, saya bangga
menghindari
lahir di Indonesia, saya bangga memiliki
suku karo dan menyandang marga
Tarigan dibelakang nama saya. Menurut
saya pembelajaran muatan lokal bahasa
daerah adalah salah satu pembelajaran
yang
dapat
membantu
guru
untuk
DEPDIKNAS.2002. Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran
Kontekstual, Jakarta: Pemerintah RI
DEPDIKBUD.1993.Kurikulum
Pendidikan Dasar, Landasan Program
dan Pengembangan, Jakarta:
Pemerintah RI
membuat anak murid/generasi muda
tidak
melupakan
adat
budaya
nya
masing-masing, dan dengan muatan
lokal
bahasa
daerah
dapat
Jones F.V. and Jones, S.L.1998.
Comprehensive Classroom
Management Creating Communities of
Support and Solving Problem. Boston :
Allyn and Bacon
mempertahankan bahasa daerah yang
dikabarkan hampir punah. Saya sangat
Joyce, B and Weil,M.1996. Models of
Teaching. Boston : Allyn and Bacon
berharap pembelajaran muatan lokal
diseluruh sekolah di Indonesia.
Kinsvatter, William,W; Ishler,M.1996.
Dynamics of Effective Teaching.USA:
Longman Publisher
DAFTAR PUSTAKA
Mashnur,M,Drs.1994.Kurikulum 1994,
Dasar-Dasar Pemahaman.Malang: YA3
bahasa
daerah
dapat
dilaksanakan
Departemen Pendidikan Nasional RI,
2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP): Bahan Sosialaisasi.
htpp//:www.depdiknas.id.org.
Wibawa, Sutrisna. 2007. Implementasi
Pembelajaran Bahasa Daerah Sebagai
Muatan Lokal. Makalah disampaikan
dalam Seminar Nasional Pembelajaran
Bahasa
Barba, H.R.1998. Science in The
Multicultural Classroom A Guide to
Teaching and Learning. Boston : Allyn
and Bacon
Saxe,W.D. 1994. Social Studies For
Elementary Teaching, Massachusett:
Allyn and Bacon
Undang-Undang RI No 20 tahun 2003.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta : Asoka Dikta Durat Bahagia
Anonim. 2004. Standar Kompetensi
Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Depdiknas.
_________. 2005. Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Pendidikan
Lanjutan Pertama Dirjen Dikdasmen,
Depdiknas.
_________. 2007. MGMP Bahasa
Jawa. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran
Bahasa Jawa. Semarang: Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah.
_________. 2005.Pemprov Jateng.
Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor.
895.5/01/2005 tentang Kurikulum Mata
Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004
untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/
SMK/MA Negeri dan Swasta Propinsi
Jawa Tengah. Semarang: Pemerintah
Propins i Jawa Tengah.
Berns, Robert G. and Patricia M.
Erickson. 2002. Contextual Teaching
and Learning:Preparing Students for the
New Economy. Article. The Highlight
Zone:Research@Work.
Erickson, H. Lynn. 2002. ConceptBased Curriculum and Instruction:
Teaching Beyond
the Facts. California: Corwin Press, Inc.
Halliday, M.A.K. 2002. Language as a
Social Semiotics. London: EdwardArnold.
Harmer, J. 2005. How to Teach English:
An Introduction to the Practice of
English
language teaching. New York:
Longman.
Krieger, Daniel. 2005. Teaching ESL
Versus EFL: Principles and Practices.
English
Teaching Forum Vol. 43 No. 2, 2005.
pp. 8 – 16.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas RI.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Surabaya:
PT Gramedia.
Alwi, H., & Sugono, D. (2011). Politik
Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Seksi PAUD dan Pendidikan Inklusif, &
Divisi Pendidikan Dasar. (2005).
Pendidikan Anak Usia Dini dan
Kebijakan Keluarga Laporan Review
Kebijakan: Pendidikan dan Perawatan
Anak Usia Dini di Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (2003).
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, Serta lagu Kebangsaan.
(2009).
Wibowo, W. (2001). Manajemen
Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Wurm, Stephen A. (ed.). 2001. Atlas of
the World’s Language in Danger of
Disappearing. Paris: UNESCO
Publishing
Mahsun. 1997-2000. “Pengembangan
Materi Muatan Lokal yang Berdimensi
DEPDIKBUD.1997.Kurikulum
Muatan
Lokal
Propinsi
Jatim,
Landasan
Program dan Pengembangan JATIM,
Surabaya:Dinas P & K Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I
MEMPERKAYA BAHASA DAERAH ANAK MELALUI MUATAN LOKAL DENGAN
METODE CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DI SEKOLAH DASAR
Diajukan untuk Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra
Indonesia
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Zulela M.S
Oleh
Annisa Persada Br Tarigan
1815163253
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
lokal di beberapa sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan yang ada di daerah. Pembelajaran bahasa daerah menuntut pendidik
menjadi sosok guru yang profesional. Tuntutan profesionalitas yang menghendaki para
guru untuk mampu menjadi pendidik yang terampil dan kreatif dalam penggunaan
strategi, metode dan media pembelajaran menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para
guru pada setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penggunaan metode yang
tepat disertai dengan penggunaan media yang kreatif yang sesuai dengan materi ajar,
akan mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
Kata kunci: pembelajaran, bahasa daerah, muatan lokal, metode
PENDAHULUAN
Dalam dunia sastra, bahasa memegang
sehingga
peranan
dipisahkan.
penting,
yaitu
sebagai
keduanya
Karena
tidak
dapat
begitu
eratnya
pengungkap ekspresi. Bahasa daerah
jalinan antara bahasa dan budaya.
telah merekam pikiran dan pengalaman
Tanpa bahasa, budaya kita pun akan
manusia Indonesia dengan kekhasan
mati.
masing-masing sehingga membentuk
sebagaimana dikatakan oleh
keanekaragaman dalam berbagai ras
(2000:3)
kehidupan bangsa yang pluralistik.
budaya,
Bahasa daerah di Indonesia memiliki
terkandung
keragaman tersendiri. Pada saat ini
diekspresikan melalui bahasa, bukan
bahasa daerah menjadi pusat perhatian
melalui cara lain. Ketika kita berbicara
pemerintah dan masyarakat untuk
tentang bahasa, sebagian besar yang
melestarikannya. Dalam pelestarian dan
kita bicarakan adalah budaya. Untuk
penggunaan bahasa daerah sangat
menghambat
memprihatinkan, ada alasan mendasar
kepunahan bahasa-bahasa daerah di
mengapa
Indonesia,
berbagai
sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki
pemertahanan
dilakukan,
jalinan yang sangat erat dengan budaya
melalui lembaga pendidikan. Terlebih
kepunahan
suatu
bahasa
Hal
ini
bisa
bahasa
adalah
sebagian
di
terjadi
atau
Purwo
penyangga
besar
dalam
karena,
budaya
bahasa
mencegah
dan
laju
upaya
termasuk
generasi muda yang tidak memahami
perkembangan zaman. UU No. 22/1999
bahasa
Bahasa
tentang Pemerintahan Daerah dan UU
daerah dari waktu kewaktu semakin
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
terjerus dengan berkembangnya bahasa
Nasional, yang bersumber dari UUD
asing yang seakan-akan menjadi hal
1945 yang menyangkut Pendidikan dan
yang wajib sebagai salah satu bekal di
Kebudayaan. Hal ini sesuai dengan
masa depan. Seperti bahasa daerah
Peraturan
Sumatera Utara tepatnya Buluh Naman
Indonesia
yaitu bahasa Karo. Saat ini banyak
tentang Standar Nasional Pendidikan,
sekali
Bab
daerahnya
sendiri.
yang
takut
dan
malu
menggunakan
bahasa
Karo
dalam
III
Pemerintah
Nomor
Pasal
7
19
Republik
Tahun
Ayat
3–8,
2005
yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
percakapan sehari-hari meskipun orang
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB,
itu memiliki keturunan Karo. Bahkan di
dan SMK/MAK diberikan pengajaran
kampung-kampung
Bahasa
ibu-ibu
yang
bahasa
Indonesia
semakin
mengajarkan
daripada
banyak
daerah
mempunyai
fungsi
anaknya
pendukung bahasa Indonesia sebagai
bahasa
bahasa pengantar utama dalam sistem
Karo, ada juga yang anaknya sendiri lah
pendidikan
yang tidak ingin menggunakan bahasa
bahasa
daerah nya meski ia berketurunan Karo
berkedudukan
dan hidup di tatar Tanah Karo. Tidak
kebanggaan
heran banyak generasi muda sekarang
identitas
yang
penghubung di dalam keluarga dan
tidak
tahu/mengerti
bahasa
nasional.
nasional,
Dalam
bahasa
sebagai
daerah,
daerah,
(1)
(2)
dan
politik
daerah
lambang
lambang
(3)
alat
daerahnya sendiri.
masyarakat daerah. Dalam pada itu,
Bahasa Karo adalah bahasa “Ibu” bagi
bahasa daerah berfungi sebagai (1)
masyarakat Tanah Karo. Penjelasan
pendukung bahasa nasional, (2) bahasa
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36,
pengantar
Bab XV tentang Bendera, Bahasa, dan
pengembang serta pendukung budaya
Lambang
Lagu
daerah. Rekomendasi UNESCO tahun
Kebangsaan. Dengan demikian perlu
1999 tentang pemeliharaan bahasa-
adanya pelestarian bahasa daerah juga
bahasa ibu di dunia mengukuhkan
dikembangkan
kedudukan dan fungsi bahasa daerah
Negara
serta
sesuai
dengan
di
sekolah,
(3)
alat
sebagai bahasa ibu (Alwi & Sugono,
dia
berasal
2011, hlm. 3).
Sumenep ketika mereka berbicara.
Perbedaan
A. BAHASA DAERAH
Bahasa
daerah
dari
ini
Bangkalan
bisa
atau
dilihat
dari
perbedaan aksen dan intonasi yang
adalah
bahasa
diucapkan oleh dua masyarakat yang
komunikasi sehari-hari yang dipakai
berbeda tapi sama tersebut.
oleh masyarakat lokal. Bahasa ini telah
Meskipun berbeda, bahasa daerah ini
bertahan melewati berbagai macam
memiliki kesamaan yang tidak dapat
perubahan zaman dan telah sering
dibantahkan terutama dalam hal yang
bersinggungan
berhubungan
dengan
bahasa
lain
dengan
sastra.
seperti bahasa daerah lain, bahasa
Peribahasa adalah contoh nyata dari hal
asing maupun bahasa Indonesia. Akibat
ini. Antara masyarakat Malang maupun
dari berinteraksinya bahasa ini dengan
masyarakat Yogyakarta pasti tidak akan
berbagai macam kondisi dan stuasi,
berbeda pendapat untuk mengartikan
maka muncullah berbagai macam jenis
Tut Wuri Handayani
dialek
makna
dan
logat
yang
berbeda.
Akibatnya, bahasa daerah yang
ucapkan
oleh
memberikan
motivasi untuk maju. Demikian juga
Madura
meskipun secara akar dan rumpun
kaojanan,
yang
sama, tetapi dalam prakteknya memiliki
seseorang yang tidak mempan untuk
perbedaan dengan bahasa daerah yang
dinasehati,
diucapkan oleh masyarakat daerah lain.
Sampang maupun Madura Jember tidak
Kita ambil contoh yaitu bahasa Jawa
akan
Solo. Meskipun secara rumpun sama,
mengartikannya.
namun dalam beberapa aspek, jelas
ratusan bahasa sastra dan peribahasa
berbeda
Jawa
yang ada di masyarakat daerah yang
Banyuwangi. Demikian pula yang terjadi
mungkin akan saying sekali apabila
di
bahasa
Madura.
masyarakat,
belakang
peribahasa
dengan
satu
di
dari
yang memiliki
bahasa
Meskipun
sama-sama
belling
memiliki
pastilah
berbeda
ini
Akantha
orang
makna
Madura
persepsi
Ada
hilang
untuk
puluhan
hanya
atau
karena
menggunakan bahasa Madura, orang
masyarakat daerah tidak menggunakan
Madura akan dapat terlihat jelas apakah
atau
bahkan
mempelajarinya
mungkin
sama
tidak
sekali.
Kekhawatiran
ini
memang
berasalan.
Menurut
cukup
Kurikulum
kurikulum
Menengah
Pendidikan
Dasar
mencantumkan
dan
Bahasa
DEPDIKNAS bahasa daerah berfungsi
Daerah sebagai muatan lokal yang
untuk
harus dan wajib dipelajari. Kurikulum
mengembangkan
bernalar,
kemampuan
berkomunikasi
dan
Tingkat
Satuan
(KTSP),
substansinya
adalah
mengungkapkan pikiran atau perasaan
yang
serta melestarikan aset nasional di
kurikulum
daerah ( Dinas P & K Jatim,1997 ). Di
menawarkan
setitik
tingkat SD meliputi kemampuan dan
peningkatan
kualitas
ketrampilan
bahasa daerah sebagai salah satu
berbicara,
berbahasa
meliputi
mendengarkan,
membaca
dan menulis. Dimana
pada tingkat
pada
Pendidikan
berbasis
muatan lokal.
kompetensi,
asa
terhadap
pembelajaran
Mata
pelajaran
ini
merupakan kegiatan kurikuler untuk
sekolah dasar masuk dalam Kurikulum
mengembangkan
Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
yang
muatan lokal yang wajib dipelajari di
daerah beserta ciri khasnya, termasuk
lingkungan tempat tinggal siswa itu
di dalamnya keunggulan daerah, corak
bersekolah.
temuan
kehidupan lokal daerah tersebut yang
mengejutkan yang didapat dari hasil
kesemuanya dikelompokkan ke dalam
penelitian
dari
topik atau subtopik yang bervariasi. Inti
sejumlah perguruan tinggi menjelaskan
dari mata pelajaran bahasa daerah ini
bahwa sebanyak 10 bahasa daerah di
ditentukan
Indonesia
Keberadaan mata pelajaran bahasa
Sebuah
para
pakar
dinyatakan
bahasa
telah
punah,
kompetensi
disesuaikan
oleh
dengan
Satuan
siswa
potensi
Pendidikan.
sedang puluhan hingga ratusan bahasa
daerah
merupakan
daerah lainnya saat ini juga terancam
penyelenggaraan
punah. Pada tahun 2005, berdasarkan
pendidikan yang tidak terpusat. Inilah
penelitian Pusat Bahasa Depdiknas RI,
wujud nyata desentralisasi pendidikan
bahasa daerah di Indonesia berjumlah
yang
731 bahasa. Pada 2007 tinggal 726
terhadap keadaan dan kebutuhan lokal.
berakar
kuat
pada
bahasa, karena 5 bahasa diantaranya
mati. Untuk menyelamatkan bahasa
daerah dari kebinasaan inilah, maka
B. MUATAN LOKAL (MULOK)
bentuk
kearifan
Utomo,
dkk
(1997:
1)
menyatakan
disesuaikan
dengan
ciri
khas
dan
bahwa muatan lokal adalah seperangkat
potensi daerah, termasuk keunggulan
rencana dan pengaturan mengenai isi
daerah, yang materinya tidak sesuai
dan bahan pelajaran serta cara yang
menjadi bagian dari mata pelajaran lain
digunakan
dan atau telalu banyak sehingga harus
sebagai
penyelenggaraan
pedoman
kegiatan
belajar-
menjadi
mata
pelajaran
tersendiri.
mengajar yang ditetapkan oleh daerah
Substansi muatan lokal ditentukan oleh
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
satuan pendidikan dan tidak terbatas
daerah masing- masing.
pada mata pelajaran keterampilan.
Muslich
(2007:
bahwa
muatan
17)
mengemukakan
merupakan
dapat disimpulkan bahwa muatan lokal
kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk
adalah suatu kegiatan kurikuler yang
mengembangkan kompetensi sesuai
terencana
dengan ciri khas dan potensi daerah,
dengan mengembangkan
termasuk keunggulan daerah. Senada
cirri khas daerah tersebut dan bahan
dengan hal itu Hidayat (2013: 96)
pelajaran yang disusun oleh satuan
menjelaskan
lokal
pendidikan sesuai dengan keragaman
merupakan kegiatan kurikuler untuk
potensi daerah, karakteristik daerah,
mengembangkan
yang
keunggulan daerah, kebutuhan daerah
dan
dan lingkungan masing-masing serta isi
potensi daerah, termasuk keunggulan
dan media penyampaiannya dikaitkan
daerah, yang materinya tidak selalu
dengan lingkungan alam, lingkungan
menjadi bagian dari mata pelajaran lain
sosial, serta lingkungan budaya.
dan atau terlalu banyak sehingga harus
Muatan lokal (mulok) sebagai salah satu
menjadi
unsur muatan Kurikulum 1994 mulai
disesuaikan
lokal
Berdasarkan beberapa pendapat diatas
bahwa
kompetensi
dengan
mata
Selanjutnya,
muatan
ciri
pelajaran
dalam
khas
tensendiri.
Panduan
mengenai
suatu
daerah
kompetensi
diterapkan sejak tahun 1994 Status
Penyusunan KTSP (Arifin: 2011: 206)
mulok
dijelaskan
pelajaran
yang
merupakan kegiatan kurikuler untuk
sekolah
(dasar
mengembangkan
kemudian diperkuat posisinya dalam
bahwa
muatan
kompetensi
lokal
yang
sebagai
salah
wajib
dan
satu
mata
diajarkan
di
menengah)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang
yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003
mengungkapkan
(pos
Sayangnya,
menggunakan bahasa halus secara
meskipun suda diterapkan, hasilnya
tepat dan lancar. Fenomena ini dapat
ternyata tidak sesuai dengan apa yang
menjadi
diharapkan.
masyarakat Madura, karena para calon
kupang.com).
Hal
mendasar
yang
mampu
secara
lancar
idenya
pukulan
dengan
telak
terhadap
mungkin dapat dijadikan alasan adalah
duta wisata yang diharapkan mampu
bahwa bahasa daerah adalah bukan
mewakili
nama
bahasa official/resmi yang wajib dipakai
kelahiran
mereka
di
formal.
kelemahan yang mungkin bagi sebagian
bahasa
masyarakat yang
dalam
segala
Bahasa
kegiatan
daerah
komunikasi
hanyalah
sehari-hari
yang
baik
kota
ternyata
tempat
memiliki
masih memegang
ketika
teguh budaya sebagai cacat yang tidak
dipakaipun kadang kurang memenuhi
termaafkan. Berkaca dari pengalaman
standard penggunaannya karena sering
tersebut,
dicampur adukkan dengan bahasa lain.
pertanyaan yang perlu kita kaji secara
Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa
mendalam. Mengapa semua itu bisa
resmi negara Indonesia dipakai sebagai
terjadi? Secara logis, satu pertanyaan
bahasa formal yang kegunaannya akhir-
tersebut muaranya berasal dari dua hal.
akhir ini menjadi “trend” dan mampu
Yang
“mengalahkan”
keluarga
penggunaan
bahasa
daerah dalam masyarakat.
Sebagai
bukti
nyata
pertama
ada
dalam
kedua
adalah
sebagai
adalah
menimba
Madura.
andaipun
hasi
timbul
basis
sebuah
dari
faktor
pendidikan
terkecil dari masyarakat, dan yang
pelaksanaan Festival Duta Wisata di
Dari
maka
pengamatan
dari
ilmu
tempat
yaitu
kita
mereka
sekolah.
diminta
Dan
untuk
penulis2, tidak kurang dari 40 persen
membandingkan keduanya, lebih besar
peserta festival tidak bias berbahasa
manakah
daerah,
bisa
sekolah yang menyebabkan fenomena
catatan
ini mampu terjadi, maka kita dengan
bahasa yang mereka pakai adalah
yakin dapat menunjuk sekolah sebagai
bahasa kasar. Hanya 3 persen dari
bagian
keseluruhan peserta festival tersebut
terhadap adanya fenomena ini terjadi.
60
berbahasa
persen
daerah
sisanya
dengan
pengaruh
yang
keluarga
menyumbang
dan
tangan
Mengapa
Sekolah?
Karena
jelas
Padahal tidak semua siswa di sekolah
lembaga ini memiliki perangkat formal
tersebut
yang
mampu
tersebut. Mereka butuh kaset atau
tersebut.
media lainnya yang bisa mereka pelajari
Perangkat pertama adalah sistem, yang
di rumah yang berisi kosakata dan
kedua adalah kurikulum. Sistem dapat
bagaimana cara mengucapkannya. (2)
memaksa
kegiatan pembelajaran masih
sebenarnya
menanggulangi
sangat
masalah
anak-anak
untuk
belajar
adalah
asli
bahasa daerah dengan baik dan benar
menggunakan
melalui
ceramah
dan
kegiatan
praktek
formal
pelaksanaan
sehari-hari
pembelajaran
yang
kemudian
orang
gaya
daerah
lama,
jarang
yaitu
melibatkan
seperti
presentasi
secara formal pula dikhiri dengan ujian,
menggunakan bahasa daerah halus,
sedangkan kurikulum adalah kerangka
atau memberikan sambutan dengan
dan pedoman nyata akan kemana mata
menggunakan bahasa daerah. (3) Guru
pelajaran muatan lokal ini diarahkan.
jarang
Sistem dan kurikulum ini memang telah
pernah memakai peralatan multimedia
diimplementasikan oleh sekolah-sekolah
seperti tape, dan TV untuk mengajarkan
yang mengajarkan muatan lokal bahasa
bahasa
daerah. Namun sayangnya ada banyak
sumber belajar anak-anak tidak hanya
sekali
ada di buku diktat mereka saja.
kelemahan
yang
dijumpai,
atau
bahkan
daerah
di
mungkin
kelas.
tidak
Padahal
diantara lain: (1) materi pengajaran
Kelemahan yang dipaparkan di atas
bahasa
menyebabkan
daerah
menekankan
peribahasa,
lebih
pada
arti
banyak
pembahasan
kosakata,
isi
dari
daerah
pengajaran
terkesan
membosankan,
bahasa
monoton
sehingga
dan
banyak
sebuah teks, perubahan bahasa kasar
diantara siswa yang malas untuk
ke
belajar dengan sungguh-sungguh ketika
bahasa
menulis
halus,
dan
dengan
bagaimana
huruf
kuno
(honocoroko,
hanacaraka),
sedang
pembahasan
tentang
bahasa
daerah
yang
baik
tata
dan
bagaimana
pengajaran bahasa ini dilaksanakan.
C. PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL
Pembelajaran
bahasa
daerah
mengucapkan satu kata lewat metode
hendaknya berlangsung tidak sekedar
menyimak, jarang dilaksanakan.
meaning getting, tetapi berupa proses
meaning making, sehingga akan terjadi
dimiliki
internalisasi nilainilai dalam diri siswa.
kehidupan sehari-hari .Dengan konsep
(wibawa, sutrisna, 2007).
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
Pola
pembelajaran
bahasa
daerah
dengan
bermakna
penerapan
bagi
dalam
siswa.
Proses
berlangsung
alamiah
didasarkan atas pendekatan kontekstual
pembelajaran
atau
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
yang
dikenal
pembelajaran
dengan
CTL
pola
(Contextual
dan mengalami, bukan mentransfer
Teaching and Learning). Pembelajaran
pengetahuan dari guru ke siswa. Untuk
kontekstual sebagai dijelaskan dalam
pelaksanaan
KTSP (Depdiknas, 2006) adalah konsep
digunakan pendekatan “penyatukaitan
pembelajaran
diri dengan yang dipelajari” (immerison,
yang
membantu
guru
pembelajaran,
mengkorelasikan antara materi atau
mencelupkan
topik
(wibawa, sutrisna, 2007). Penerapan
yang
keadaan
di
diajarkannya
kehidupan
dengan
nyata
dan
dari
diri
ke
dapat
pendekatan
dalamnya)
ini,
dalam
mendorong siswa membuat hubungan
pembelajaran bahasa daerah, siswa
antara pengetahuan yang dimilikinya
harus dibawa secara langsung dengan
dengan penerapannya dalam kehidupan
cara melibatkan diri mereka ke dalam
mereka sehari-hari, dengan melibatkan
pembelajaran bahasa tersebut secara
tujuh komponen utama pembelajaran
utuh.
efektif,
konstruktivisme
bahasa daerah secara langsung untuk
(constructivism), bertanya (questioning),
menulis atau mengarang, berbicara,
menemukan
masyarakat
membaca,
community),
diperlukan guru di dalam kelas hanyalah
refleksi
memberikan instruksi seperlunya untuk
yakni:
belajar
(inquiri),
(learning
pemodelan
(modeling),
Siswa
(reflection) dan penilaian sebenarnya
mengarahkan
(authentic
seharusnya
assessment).
Atau
diajak
dan
menggunakan
menyimak.
siswa
mereka
Yang
bagaimana
belajar
bahasa
singkatnya CTL adalah konsep belajar
daerah di kelas tersebut. Selebihnya,
yang
dengan
diserahkan
menghadirkan dunia nyata ke dalam
merekalah
kelas dan mendorong siswa membuat
pembelajaran. Proses immersion ini
hubungan antara pengetahuan yang
dapat
ditunjukan
oleh
guru
kepada
siswa
sebenarnya
diimplementasikan
karena
pusat
ke
dalam
berbagai macam kegiatan kelas. Kita
melatih kreatifitas mereka. Semakin dini
ambil
kreatifitas ini diasah, semakin bagus
contoh
berbicara,
dalam
siswa
pembelajaran
secara
langsung
dan jelas hasilnya. Yang tak kalah
belajar untuk berbicara (berkomunikasi
pentingnya adalah penggunaan media.
dengan orang lain, berpidato, bercerita,
(Raharjo
dan
visualisasi mempermudah orang untuk
menyanyi).
kesempatan
Mereka
untuk
diberi
berekspresi
1991)
menyatakan
bahwa
memahami suatu pengertian.
menggunakan bahasa daerah mereka.
Sebuah
Tugas guru hanyalah membetulkan jika
sebuah gambar “berbicara“ seribu kali
ada kesalahan penggunaan kata dan
dari yang dibicarakan melalui kata-kata
tata bahasa. Pembelajaran menulis juga
(a picture is worth a thousand words).
demikian. Siswa diajak menulis atau
Hal
mengarang
sebuah wayang atau gambarnya akan
secara
langsung
ini
pemeo
mengatakan
tidaklah
lebih
bebas,
Dalam
pengertiannya) daripada definisi atau
pembelajaran menyimak, guru dapat
penjelasan dengan seribu kata kepada
menggunakan
orang yang belum pernah mengenalnya.
lainnya).
fasilitas
multimedia
barangnya
karena
(mengarang puisi, cerita pendek, cerita
atau
menjelaskan
berlebihan
bahwa
(atau
(audio visual) untuk membangkitkan
semangat
siswa
Multimedia
ini
menampilkan
secara
dalam
digunakan
penggunaan
langsung
yang
belajar.
KESIMPULAN
untuk
Indonesia adalah Negara yang sangat
bahasa
kaya, dan salah satu cirri khas dari
ada
di
Indonesia adalah banyaknya suku dan
masyarakat seperti tayangan ketoprak,
budaya.
ludruk, lagu-lagu campur sari, pentas
mempunyai adat istiadat yang berbeda,
wayang, panembrama, karawitan, dan
dan membawa bahasa daerah yang
lomba puisi berbahasa daerah.
beragam. Maka dari itu jangan pernah
Menggunakan permainan individu atau
melupakan bahasa daerah, adat istiadat
kelompok dalam pengajaran bahasa
suku daerah kita, karna itu merupakan
daerah
juga
Setiap
suku
yang
ada
dianjurkan.
Selain
suatu hal yang sangat membanggakan.
pembelajaran
yang
Saya sendiri sangat bangga menjadi
monoton, permainan juga dipakai untuk
warga Negara Indonesia, saya bangga
menghindari
lahir di Indonesia, saya bangga memiliki
suku karo dan menyandang marga
Tarigan dibelakang nama saya. Menurut
saya pembelajaran muatan lokal bahasa
daerah adalah salah satu pembelajaran
yang
dapat
membantu
guru
untuk
DEPDIKNAS.2002. Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran
Kontekstual, Jakarta: Pemerintah RI
DEPDIKBUD.1993.Kurikulum
Pendidikan Dasar, Landasan Program
dan Pengembangan, Jakarta:
Pemerintah RI
membuat anak murid/generasi muda
tidak
melupakan
adat
budaya
nya
masing-masing, dan dengan muatan
lokal
bahasa
daerah
dapat
Jones F.V. and Jones, S.L.1998.
Comprehensive Classroom
Management Creating Communities of
Support and Solving Problem. Boston :
Allyn and Bacon
mempertahankan bahasa daerah yang
dikabarkan hampir punah. Saya sangat
Joyce, B and Weil,M.1996. Models of
Teaching. Boston : Allyn and Bacon
berharap pembelajaran muatan lokal
diseluruh sekolah di Indonesia.
Kinsvatter, William,W; Ishler,M.1996.
Dynamics of Effective Teaching.USA:
Longman Publisher
DAFTAR PUSTAKA
Mashnur,M,Drs.1994.Kurikulum 1994,
Dasar-Dasar Pemahaman.Malang: YA3
bahasa
daerah
dapat
dilaksanakan
Departemen Pendidikan Nasional RI,
2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP): Bahan Sosialaisasi.
htpp//:www.depdiknas.id.org.
Wibawa, Sutrisna. 2007. Implementasi
Pembelajaran Bahasa Daerah Sebagai
Muatan Lokal. Makalah disampaikan
dalam Seminar Nasional Pembelajaran
Bahasa
Barba, H.R.1998. Science in The
Multicultural Classroom A Guide to
Teaching and Learning. Boston : Allyn
and Bacon
Saxe,W.D. 1994. Social Studies For
Elementary Teaching, Massachusett:
Allyn and Bacon
Undang-Undang RI No 20 tahun 2003.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta : Asoka Dikta Durat Bahagia
Anonim. 2004. Standar Kompetensi
Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Depdiknas.
_________. 2005. Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Pendidikan
Lanjutan Pertama Dirjen Dikdasmen,
Depdiknas.
_________. 2007. MGMP Bahasa
Jawa. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran
Bahasa Jawa. Semarang: Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah.
_________. 2005.Pemprov Jateng.
Keputusan Gubernur Jawa Tengah
Nomor.
895.5/01/2005 tentang Kurikulum Mata
Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004
untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/
SMK/MA Negeri dan Swasta Propinsi
Jawa Tengah. Semarang: Pemerintah
Propins i Jawa Tengah.
Berns, Robert G. and Patricia M.
Erickson. 2002. Contextual Teaching
and Learning:Preparing Students for the
New Economy. Article. The Highlight
Zone:Research@Work.
Erickson, H. Lynn. 2002. ConceptBased Curriculum and Instruction:
Teaching Beyond
the Facts. California: Corwin Press, Inc.
Halliday, M.A.K. 2002. Language as a
Social Semiotics. London: EdwardArnold.
Harmer, J. 2005. How to Teach English:
An Introduction to the Practice of
English
language teaching. New York:
Longman.
Krieger, Daniel. 2005. Teaching ESL
Versus EFL: Principles and Practices.
English
Teaching Forum Vol. 43 No. 2, 2005.
pp. 8 – 16.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas RI.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Surabaya:
PT Gramedia.
Alwi, H., & Sugono, D. (2011). Politik
Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Seksi PAUD dan Pendidikan Inklusif, &
Divisi Pendidikan Dasar. (2005).
Pendidikan Anak Usia Dini dan
Kebijakan Keluarga Laporan Review
Kebijakan: Pendidikan dan Perawatan
Anak Usia Dini di Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (2003).
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, Serta lagu Kebangsaan.
(2009).
Wibowo, W. (2001). Manajemen
Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Wurm, Stephen A. (ed.). 2001. Atlas of
the World’s Language in Danger of
Disappearing. Paris: UNESCO
Publishing
Mahsun. 1997-2000. “Pengembangan
Materi Muatan Lokal yang Berdimensi
DEPDIKBUD.1997.Kurikulum
Muatan
Lokal
Propinsi
Jatim,
Landasan
Program dan Pengembangan JATIM,
Surabaya:Dinas P & K Daerah Propinsi
Daerah Tingkat I
MEMPERKAYA BAHASA DAERAH ANAK MELALUI MUATAN LOKAL DENGAN
METODE CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DI SEKOLAH DASAR
Diajukan untuk Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra
Indonesia
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Zulela M.S
Oleh
Annisa Persada Br Tarigan
1815163253
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018