USAHA PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYAR

USAHA PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
KECAMATAN MUARA, KABUPATEN TAPANULI UTARA DALAM
PENGELOLAAN SEKTOR PARIWISATA SECARA BERKELANJUTAN
Kiki Riris Nababan
Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
Kikinababan3@gmail.com
Abstrak: Daerah wisata diharapkan bukan hanya menguntungkan pihak pengunjung,
tetapi juga masyarakat yang hidup di wilayah tersebut. Kecamatan Muara merupakan
salah satu sector wisata terbesar di kabupaten Tapanuli Utara. Dikatakan besar karena
mencakup beragam jenis wisata, yakni wisata alam, budaya, dan rohani. Berdasarkan
analisisnya wilayah ini masih dapat dikatakan tertinggal dari wilayah disekitarnya,
dikarenakan sector wisata masih dipegang utuh oleh pemerintah pusat daerah
Tapanuli Utara. Hal-hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya
kualitas pendidikan yang masih rendah dan sosialisasi yang kurang oleh pemerintah
setempat, sehingga objek wisata tersebut masih jauh dari perhatian masyarakat sekitar
dan hanya terpatok pada satu objek mata pencaharian. Maka diharapkan melalui
potensi sumber daya pariwisata yang ada, diharapkan masyarakat turut serta dalam
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya yang ada. Melalui hal-hal tersebut
masyarakat lebih peka akan lingkungan sekitar, lebih menjaga lingkungan sekitar
karena ada rasa memiliki, serta diharapkan mampu berpotensi menghasilkan
perekonomian yang baik bagi masyarakat sekitar. Melalui pemberdayaan sumber

daya manusia sekitar, diharapkan mampu bukan hanya mengembangkan sector wisata
secara sementara, tetapi secara berkelanjutan dengan berbasis pengembangan
kelingkungan serta mampu meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat setempat
sehingga dikelola oleh sumber daya manusia yang tinggi.
Kata Kunci: Pariwisata, Sosial Ekonomi, Kecamatan Muara, Pengelolaan.
Kecamatan Muara adalah salah satu wilayah yang terdapat di kabupaten
Tapanuli utara, provinsi Sumatera utara. Wilayah ini merupakan kecamatan yang
menjadi pusat daerah tujuan wisata di kabupaten Tapanuli utara. Dikatakan sebagai
pusat pariwisata karena wilayah ini bukan hanya menyimpan satu jenis objek wisata
saja, tetapi wilayah ini merupakan sector wisata yang terdiri dari beragam jenis
wisata, yaitu dari mulai wisata pertanian, wisata alam, wisata budaya, dan wisata
rohani.
Dalam era globalisasi saat ini, sector pariwisata merupakan industri terbesar
dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global (Soebagyo, 2012). Berdasarkan

analisis social ekonominya, sector pariwisata merupakan penyumbang devisa
tertinggi bagi tingkat perekonomian Indonesia. Berdasarkan letak dan karakteristik
wilayahnya, Indonesia merupakan negara dengan jenis pariwisata yang cukup
banyak, karena obejk wisatanya tersebar dari sabang sampai merauke. Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau atau disebut

juga sebagai nusantara atau negara maritim, telah menyadari pentingnya sector
pariwisata terhadap perekonomian Indonesia dikarenakan pertumbuhan pariwisata
Indonesia selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Soebagyo mengatakan pada
abad 21 Sektor pariwisata akan menjadi pendorong utama perekonomian dunia dan
menjadi salah satu industry yang mengglobal.
Industry atau sector pariwisata merupakan suatu industry yang membutuhkan
pembaharuan dan pembangunan yang berkelanjutan, sesuai dengan analisis dampak
lingkungan. Selain aturan analisis mengenai dampak lingkungan, pariwisata juga
harus di upgrade untuk kepentingan jasa dari pariwisata itu sendiri, termasuk
bagaimana menjaga kebudayaan yang jasanya di jual agar tidak hilang dan luntur. Hal
tersebut didukung oleh undang-undang kepariwisataan No 10 tahun 2009 ayat 3 yang
berisi: bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang
dilakukan secara sistematis, terencana terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab
dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang
hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan
nasional.
Dalam undang-undang kepariwisataan No 10 tahun 2009 ayat 1 dikatakan
bahwa: Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan

kepariwisataan

untuk

peningkatan

kemakmuran

dan

kesejahteraan

rakyat

sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tuhan 1945. Berdasarkan undang-undang yang berlaku
maka diharapkan suatu objek pariwisata bukan hanya menguntungkan bagi
pengunjung sendiri, tetapi diharapkan mampu menguntungkan masyarakat setempat,

agar terjadi keseimbangan. Adanya rasa kepemilikan akan objek wisata tersebut akan

menarik perhatian masyarakat untuk menjaga objek sekelilingnya untuk bisa
menghasilkan dan sama-sama menguntungkan bagi kedua pihak, tetapi dalam hal ini,
meskipun ada dalam kepemilikan warga setempat di harapkan pihak lingkungan dan
kebudayaan tetap berperan aktif dalam pemantauan kualitas lingkungan wilayah
pariwisata itu sendiri.
Wilayah pariwisata kecamatan Muara, kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera
Utara masih sepenuhnya diambil alih oleh pemerintah pusat daerah, dikarenakan
keterbatasan sumber daya manusia. Masyarakat sekitar seharusnya memiliki potensi
dalam pengembangan wisata tersebut sebagai tuan rumah atau yang menjamu para
wisatawan untuk menikmati wisata yang tersedia yang mampu menghasilkan
peningkatan perekonomian masyarakat setempat. diharapkan masyarakat setempat
mampu menjadi tuan rumah karena segala sesuatu ditempat wisata tersebut hanya
diketahui oleh masyarakat setempat, bukan pemerintah pusat daerah, sehingga
pemerintah hanya sebagai pemantau dan konseptor dalam pengembangan lokasi
pariwisata tersebut. Sehingga mampu menguntungkan bagi pihak-pihak yang ada di
lokasi wisata.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Sugiyono (2011) menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif adalah sebuah
penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau

fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk
menjawab masalah secara aktual”. Begitu juga dengan Sukmadinata (2006)
menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha
mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnyam kondisi atau hubungan
yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. Metode ini
penulis gunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis usaha pemberdayaan social
ekonomi masyarakat kecamatan muara, kabupaten tapanuli utara dalam pengelolaan

sector pariwisata secara berkelanjutan berdasarkan keadaan yang nyata di lapangan
serta dibantu berdasarkan data kepustakaan yang dikumpulkan dari beberapa referensi
yang relevan.
Hasil Penelitian
Kecamatan Muara merupakan sector pariwisata besar di kabupaten Tapanuli
Utara. Dikatakan besar karena wilayah ini memiliki beragam jenis dan objek
pariwisata. Jika ditinjau dari segi geografisnya, secara pendekatan keruangan (Spatial
Aprroach), analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat
penting atau seri sifat-sifat penting (Sumarmi: 2014). Maka dalam analisis keruangan
tersebut akan dibahas bagaimana pola persebaran yang terdapat pada Kecamatan
Muara, pola persebaran yang dimaksud adalah persebaran penggunaan ruang dan

penyediaan ruang yang akan digunakan atau masih dalam proses perancangan.
Kecamatan Muara memiliki pola pemukiman terpusat. Pola pemukiman terpusat
biasanya terjadi karena ikatan keluarga ataupun keadaan alam. pola pemukiman di
Kecamatan Muara masih dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat. Pola
pemukiman di beberapa daerah pada wilayah ini biasanya dipengaruhi oleh marga,
misalnya: dalam suatu daerah didominasi oleh marga yang sama, dimana menurut
kepercayaan orang Batak jika memiliki marga yang sama, maka masih dalam suatu
ikatan keluarga dan mereka hidup dalam suatu desa yang sama. Hal ini lah yang
mempengaruhi bahwa wilayah ini termasuk dalam objek wisata budaya.
Pendekatan Ekologi (Ecological Approach), Ekologi adalah cabang sains
yang mengkaji habitat dan interaksi antara benda hidup dengan alam sekitar (Zulkifli;
2014). Kecamatan Muara merupakan wilayah dataran tinggi yang berpotensi agraris,
dan kualitas air tanah terpenuhi dan cukup baik. Wilayah ini merupakan dataran
tinggi yang dikelilingi oleh danau toba, sehingga sangat menarik perhatian para
wisatawan. Selain digunakan sebagai tempat rekreasi, dataran tertinggi wilayah ini
dijadikan sebagai bukit doa, yang mengundang rasa penasaran wisatawan untuk
melakukan ritual ibadah di bukit tersebut. Dengan kondisinya yang dikelilingi danau
toba yang terkenal sangat luas, potensi ikan juga cukup besar di wilayah ini, sehingga

mampu menjadi penyalur kebutuhan akan ikan ke wilayah-wilayah sekitarnya dan

menjadi objek wisata pancing. Human activity yang terdapat homogeny, yaitu petani,
dimana dengan kata lain, sebagian besar objek wisata yang ada disana tidak dikelola
oleh warga sekitar, tetapi pemerintah pusat daerah serta masyarakat lain yang
menanam saham di wilayah tersebut. Hal ini lah yang menjadi landasan penulis
dalam peningkatan social ekonomi masyarakat setempat melalui potensi yang
dimiliki.
Pendekatan Historis, Kecamatan Muara merupakan wilayah yang banyak
menyimpan sejarah dan melewati banyak tahap dalam pembentukannya. Pada
masa Hindia Belanda, Kecamatan Muara termasuk Kabupaten Dairi dan Toba
Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang
Residen bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga (Tapanuli Tengah). Sesudah
kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945,
pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di
daerah. Hal ini lah yang mampu menjadikan wilayah ini sebagai wisata edukasi.
Selain edukasi mengenai sejarahb wilayah, tempat ini juga sebagai salah satu bukti
dari proses meletusnya gunung toba, dilihat dari kaldera dan pegunungan yang ada
ditempat tersebut. Ditinjau berdasarkan pendekatan historisnya, wilayah ini
menyimpan banyak sejarah dan kebudayaan, wilayah ini memiliki potensi pariwisata
dengan menjual kebudayaan-kebudayaan dan sejarah yang pernah ada dan sudah
berjalan dengan baik di wilayah ini.

Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain,bersifat
sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spilane, 1987 dalam Soebagyo, 2012).
Pernyataan tersebut didukung oleh adanya undang-undang kepariwisataan tahun 2009
ayat 2, yaitu bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang
dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia. Dari pengertian

tersebut dapat diartikan dalam kepariwisataan terdapat interaksi antara pendatang dan
masyarakat setempat. Ada yang mendatangi dan ada yang meninggali tempat yang
dianggap memiliki karakteristik yang berbeda dan menarik. Suatu wilayah adalah
daerah tertentu yang didalamnya tercipta homogenitas struktur ekonomi dan sosial
sebagai perwujudan kombinasi antara factor lingkungan dan demografis (Sumarmi;
2013).
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: (1) pariwisata untuk

menikmati perjalanan (pleasure tourism); (2) pariwisata untuk berekreasi (recreation
tourism); (3) pariwisata untuk budaya (culture tourism); (4) pariwisata untuk olah
raga (sport tourism); (5) pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism);
dan (6) pariwisata untuk berkonvensi (conventional tourism).
Jatna Supriatna (2014) dalam bukunya yang berjudul Berwisata Alam di
Taman Nasional mengatakan “wisata alam merupakab bisnis yang sangat besar,
sekitar 12 milliar dolar AS per tahun pariwisata dunia memang saat ini menjadi
industry terbesar dan 10% ekonomi dunia dihasilkan dari industry ini, salah satu
wisata yang saat ini menjadi perhatian adalah wisata alam, atau sering disebut wisata
eko. Ungkapan atau pendapat yang dicetuskan oleh supriatna (2014) didukung oleh
adanya undang-undang kepariwisataan tahun 2009 No 10 ayat 4 dan pasal 1: 10,
yaitu: bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan
kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global, dan Kawasan strategis pariwisata
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan
hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu: (1) menggalakkan

ekonomi; (2) memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu
lingkungan hidup; (3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa (Joyosuharto :1995
dalam Soebagyo: 2012). Sebuah pariwisata dapat dikatan mampu meningkatkan
kuaitas ekonomi karena mampu menbuka lapangan pekerjaan, menstimulasi berbagai
sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan
kemajuan dalam usaha usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya,
pengangkutan serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan,
proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat
memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupaun
wisatawan dari luar.
Faktor Pendorong Perkembangan Pariwisata
Suatu wilayah memiliki keunikan tersendiri, yang artinya suatu wilayah
memiliki potensi masing-masing yang dapat menjadikan ciri khas suatu wilayah
tersebut, baik dalam lingkup kota, kabupaten maupun kecamatan, setiap wilayah
membawa nama tersendiri dari keunikannya. Potensi yang dimiliki tiap-tiap wilayah
di Indonesia tidak dikembangkan secara sama dan merata, hal ini diakibatkan factor
lingkungan dan alam serta ketersediaan SDM yang mencukupi. Berdasarkan tinjauan
teoritis dan praktis oleh Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman
dan Prasarana wilayah, konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu
proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan

pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.
Dengan kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan
penggabungan dari berbagai teori dan model yang telah diuji dan diterapkan
kemudian dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan pembangunan di Indonesia.
Dalam sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia,
terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya. Pertama adalah
Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan

sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik,
sosial-ekonomi, dan budaya, sehingga suatu wilayah pariwisata tidak dapat berdiri
sendiri tanpa bantuan wilayah lain disekitarnya. Maka, dalam pembangunan dan
pengembangan suatu daerha wisata yang baru dibutuhkan bantuan dari wilayahwilayah sekitarnya, baik melalui SDM, Bahan bangunan, promosi, dll.
Semakin bertingginya jumlah penduduk, maka semakin tinggi tingkat
kesibukan, maka semakin tinggi minat manusia untuk berwisata atau refreshing.
Menurut Fandeli, 1995 dalam soebagyo, factor yang mendorong manusia untuk
berwisata adalah: 1.Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari
di kota, keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2.
Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3. Keinginan
untuk melihat dan memperoleh pengalaman pengalaman baru mengenai budaya
masyarakat dan di tempat lain. Selain dari factor-faktor yang dikemukan oleh fandeli,
factor lain berwisata juga pada masa sekarang dimanfaatkan sebagai pemberian
informasi kepada orang-orang yang suka berpetualang. Pemberian informasi biasanya
dilakukan lewat media elektronik, seperti siaran televisi, lewat media cetak, seperti
koran, bahkan lewat media social, seperti Instagram, path, facebook, twitter, Tumbler,
dll. Dimana bertujuan menghasilkan uang bagi si pemberi informasi. Hal ini lah yang
patut ditiru oleh masyarakat Kecamatan Muara, dengan kata lain melakukan promosi
yang lebih menarik perhatian wisatawan.
Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia menurut
Spilane, 1987 dalam soebagyo adalah: 1. Berkurangnya peranan minyak bumi
sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu; 2. Merosotnya nilai
ekspor pada sector non migas; 3. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata
secara konsisten; 4. Besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi
pengembangan pariwisata. Factor- factor diatas secara keseluruhan berlaku di
Indonesia. Jika dibangdingkan dengan kecamatan Muara sendiri, factor-faktor
pendorong pengembangan pariwisata di kecamatan Muara: 1. Memanfaatkan serta
melestarikan sumber daya alam yang ada; 2. Mempertahankan kebudayaan yang ada;

3. Berkurangnya potensi lahan pertanian; 4. Besarnya potensi wisata yang dimiliki
oleh kecamatan Muara; 5. Wisata sebagai penyumbang peningkatan besar.
Strategi Pengembangan Objek Wisata
Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata
perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan per-tumbuhan ekonomi dengan
pemberdayaan ekonomi rakyat, serta pariwisata perlu mengembangkan paket-paket
wisata baru seperti argowisata atau ekowisata. Jenis wisata semacam ini selain tidak
membutuhkan modal yang besar juga dapat berpengaruh langsung bagi masyarakat
sekitar, masyarakat dapat diikutsertakan dan keuntungan yang diperoleh pun dapat
dirasakan oleh masyarakat wilayahnya. Pengembangan pariwisata yang menunjang
pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1) Perlu ditetapkan beberapa peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu
pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada
kepentingan pihak pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas
bagi pihak pihak yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah
ditetapkan.
2) Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal ini penting
karena pengalaman pada beberapa daerah tujuan wisata (DTW) sama sekali
tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak ada sumbangsih
ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar. Seperti yang terjadi di kecamatan
Muara. Harusnya masyarakat mampu menjadi pemeran penting dalam
perkembangan usahanya.
3) Dalam mengelola pariwisata masyarakat diharapkan mampu memberikan
sesuatu yang lebih dari wisata lainnya. Contoh: menyediakan peta pariwisata,
menyediakan jasa tour guide, serta jasa travel lainnya, demi kenyamanan
pengunjung dan keuntungan bersama, secara ekonomi dan lingkungan.
4) Kegiatan

promosi

yang

dilakukan

harus

beragam,

selain

dengan

mencanangkan cara kampanye dan program Visit Indonesian seperti yang

sudah dilakukan sebelumnya, kegiatan promosi juga perlu Dilakukan dengan
membentuk system informasi yang handal dan membangun kerjasama yang
baik dengan pusat pusat informasi pariwisata pada negara negara lain,
terutama negara negara yang potensial.
5) Perlu menentukan DTW DTW utama yang memiliki keunikan dibanding
dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan
saat ini obyek wisata yang alami dan tradisional menjadi sasaran utama para
wisatawan asing..
6) Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan
pemerintah daerah setempat, dengan sistem yang jujur,terbuka dan adil. Kerja
sama ini penting untuk lancarnya pengelolaan secara profesional dengan
mutu pelayanan yang memadai. Selain itu kerjasama di antara penyelenggara
juga perlu dibangun. Kerjasama di antara agen biro perjalanan, penyelenggara
tempat wisata, pengusaha jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait
lainya merupakan hal yang sangat penting bagi keamanan kelancaran dan
kesuksesan pariwisata
7) Perhatian dari pemerintah pusat, agar menjadi DTW yang diperhatikan,
dirawat dan mampu dikenal.
Kesimpulan dan Saran
Kacamatan muara merupakan salah satu sector wisata besar di provinsi
Sumatera utara. Melalui hasil analisis yang dilakukan oleh penulis dengan metode
penelitian deskriptif dan rujukan, maka disimpulkan bahwa kecamatan muara
termasuk dalam pengelolaan industry pariwisata dalam tingkat rendah dari segi
pengelolaan masyarakat setempat. Melalui undang-undang kepariwisataan maka
diharapkan dapat ditekuni dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan
sebaik-baiknya. Maka melalui hal ini pemerintah diharapkan lebih aktif dalam
sosialisasi kepada masyarakat ke tempat serta pembangunan dan peningkatan kualitas
pendidikan yang lebih baik, demi perolehan ekonomi yang layak dan pengembangan
serta pembangunan sector wisata yang berkelanjutan. Diharapkan melalui adanya

otonomi daerah, seluruh masyarakat berperan aktif dalam kemajuan dan
pemeliharann lingkungan setempat, demi keuntungan bersama. Keuntungan bagi
lingkungan hidup, khas dan budaya, wisatan, dan masyarakat setempat.
Daftar Rujukan
Supriatna, Jatna. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Buku Obor: Jakarta
Sumarmi. 2014. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang: Aditya Media
Publishing
Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Fakultas Ekonomi
Universitas Pancasila: Jakarta
Ryalita Sefira, dkk. TT. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah. Fakultas
Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya: Malang
Manalu Bermart, dkk. 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan
Ekowisata
Mula,

di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur MulaKabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Program
Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara: Medan

Jurnal Ilmiah Pariwisata. 2006. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti: Jakarta
Biro Pusat Statisti. 2010. Kabupaten Tapanuli Utara 2010. Tapanuli utara BPS.
Situs Resmi Kabupaten Tapanuli Utara, 2014. Geografis dan Topologi. (Online).
http://www.taputkab.go.id/index.phpSitus Resmi Pemkab Tapanuli Utara
taputkab.go.id