ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATE

ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATERIAL SISA TAMBANG SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG EKSPANSI TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dari Program Studi S1 Teknik Pertambangan dan memperoleh

gelar Sarjana Teknik dari Universitas Cenderawasih

Oleh : MAMBRI THEIS WANMA

NIM. 0110640131

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2016

HALAMAN JUDUL ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATERIAL SISA TAMBANG SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG EKSPANSI TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA SKRIPSI

Oleh : MAMBRI THEIS WANMA NIM. 0110640131 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA

HALAMAN PERSETUJUAN ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATERIAL SISA TAMBANG SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG EKSPANSI TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA

Disusun Oleh : MAMBRI THEIS WANMA NIM. 0110640131

Telah dinyatakan lengkap dan memenuhi syarat untuk diajukan dalam Ujian sidang Skripsi Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan

Disetujui oleh :

Pembimbing 1 Tanggal : 04 Juli 2016

PATRICK M. FANDY, ST. MT NIP :1979 0208 2008 011007

Pembimbing 2 Tanggal : 04 Juli 2016

BEVIE M. NAHUMURY, ST. MT NIP : 1981 0421 2008 121003

HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATERIAL SISA TAMBANG SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG EKSPANSI TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA

Disusun Oleh : MAMBRI THEIS WANMA

NIM. 0110640131

Telah diujikan dalam ujian sidang Skripsi pada tanggal 04 Juli 2016 dan dinyatakan lulus dari Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknik, Universitas Cenderawasih

Dewan Penguji :

Pembimbing 1 PATRICK M. FANDY, ST. MT NIP. 1979 0208 2008 011007

(.……………) Pembimbing 2 BEVIE M. NAHUMURY, ST. MT NIP. 1981 0421 2008 121003

(.……………) Penguji 1

BODIAN PANGGABEAN, M.Eng NIP. 1975 0131 2005 011003

(…………….) Penguji 2

DJUARDENSI PATABANG, M.Eng NIP. 1969 0602 2003 121001

(……….……) Penguji 3

LIA MEDY TANDY, ST. MT NIP. 1981 0104 2008 012009

Jayapura, 04 Juli 2016 Disahkan Oleh :

Mengetahui : Dekan Fakultas Teknik

Ketua Jurusan Universitas Cenderawasih

Teknik pertambangan

APOLO SAFANPO, ST. MT FRANS TAMBING, ST. MT NIP : 19750424 200112 1 002

NIP : 19651019 2003 121 001

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Mambri Theis Wanma

NIM

: 0110640131

Program Studi

: Teknik Pertambangan

Fakultas

: Teknik, Universitas Cenderawasih

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya tulis ilmiah atau pemikiran saya sendiri, bukan hasil karya intelektual orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau seluruh skripsi ini adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jayapura, 04 Juli 2016

Mambri Theis Wanma

ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATERIAL SISA TAMBANG SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG EKSPANSI TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA

Oleh : MAMBRI THEIS WANMA

NIM. 0110640131

ABSTRAK

Kestabilan lereng sangat penting untuk diperhatikan karena kestabilan lereng berbicara menyangkut keselamatan pada daerah CIP ( Commonn Infrastructure Project) atau bisa disebut juga sebagai area infrastruktur khusus underground yang mendukung penuh kegiatan underground. Upaya teknis yang dilakukan agar daerah CIP tetap stabil adalah menghitung faktor keamanan pada daerah tersebut. Metode yang digunakan pada perhitungan tersebut adalah metode Bishop yang dilakukan secara manual dan juga menggunakan software Slope/w. Data yang dibutuhkan

adalah parameter tanah pada daerah timbunan CIP, yang meliputi c = Daya lekat , 𝛾 = Berat jenis , ϕ= Sudut geser dalam . Berdasarkan data pada daerah tersebut menghasilkan Perhitungan secara

manual adalah bidang longsor 1 bagian Utara = 1.75 dan bagian Selatan = 1.78, bidang Longsor 2 bagian Utara = 1.82 dan bagian Selatan = 2.17, bidang longsor 3 bagian Utara = 2.51 dan bagian Selatan = 1.68. Perhitungan menggunakan Slope/w adalah bidang longsor 1 bagian Utara = 1.501 dan bagian Selatan = 1.143, bidang longsor 2 bagian Utara = 1.70 dan bagian Selatan = 1.426, bidang longsor 3 bagian Utara = 2.650 dan bagian Selatan = 1.18. Selisih hasil perhitungan antara manual dan juga menggunakan slope/w adalah bidang longsor 1 bagian Utara = 0.24 dan bagian Selatan = 0.63 bidang longsor 2 bagian Utara = 0.12 dan bagian Selatan =

0.25 bidang longsor 3 bagian Utara = 0.86 dan bagian Selatan = 0.5. dari hasil perhitungan Faktor Keamanan dalam kondisi stabil. Dalam suatu lereng pengaruh muka air tanah juga sangat mempengaruhi kestabilan lereng timbunan sehingga perlu dilakukan upaya untuk mencegah hal tersebut dengan cara memperhatikan sistem drainase yang digunakan

Kata Kunci : Material Timbunan, Kestabilan lereng, Faktor Keamanan, Muka Air Tanah, Slope/W, Metode Bishop.

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Fakultas Teknik dan Universitas Cenderawasih, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pangarang. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Usaha memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi haruslah seizin tertulis dari Dekan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih. Perpustakaan yang meminjamkan skripsi ini untuk keperluan anggotanya harus mengisi nama, dan tanda tangan peminjam serta tanggal pinjam.

LEMBAR PERUNTUKAN

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28)

Orang yang paling menikmati kehidupan adalah mereka yang tahu bagaimana cara BERSYUKUR

Dengan segala kerendahan hati karya ini kupersembahkan kepada :  Tuhan Yesus sebagai Bapa yang selalu Memberkati dan memberi

Hikmat  Kedua Alm. Orang tua tercinta Frans Wanma & Fransina Radamusa

atas Kasih Sayang dan segala hal yang pernah diberikan.  Kedua Orang tua angkat Berto Rarawi & Monalisa Munamber,

Terimakasih buat segala kerja keras, pengorbanan dan doanya selama ini

 Kakak Christy, Kakak Beatrix, Ade Chatrine, Ade Vhebby, Ade Yohanis, dan Ade Aldo atas semua kasih sayang dan dukungan nya.

 Kedua Mentor Rohani Pdt. Budianto Daud, S.Th & Pdt. Alam Parirak, S.Th Terimakasih buat segala didikan, pengajaran dan serta

dukungan doanya selama ini.  Bapak Bevie Marcho Nahumury, MT atas pengajaran, motivasi dan

dukungan selama masa perkuliahan.  Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Teknik Pertambangan

Uncen, terimakasih buat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin diantara kita

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yesus, karena atas Pertolongan serta pengasihanNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN MATERIAL

SISA TAMBANG SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG EKSPANSI

TAMBANG BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA ” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Teknik Pertambangan, dan memperoleh gelar Sarjana Teknik Dari Universitas.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Onesimus Sahuleka, SH., M.Hum sebagai Rektor Universitas Cenderawasih.

2. Apolo Safanpo, ST., MT sebagai Dekan Fakultas Pertambangan Universitas Cenderawasih.

3. Frans Tambing, ST., MT selaku ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih.

4. Bevie Marco Nahumury, ST., MT selaku ketua Program Studi Teknik

Pertambangan Universitas Cenderawasih sekaligus Dosen pembimbing II.

5. Patrick M Fandy, ST., MT sebagai Dosen pembimbing I.

6. Semua dosen Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

7. Iwan Setiawan manager Dept Civil Geotech PT. Freeport Indonesia yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir.

8. Anton Djunaidi & Hendri Silaen selaku pembimbing selama pelaksanaan Tugas Akhir dari awal hingga kegiatan selesai.

9. Keluarga Besar Civil Geotech & Hydrologi PT. Freeport Indonesia

10. Keluarga Besar Papua Engineer PT. Freeport Indonesia.

11. Keluarga terkasih dan sahabat-sahabat yang memberikan semangat dan kasih sayang.

12. Saudara dan saudari seperjuangan TEKNIK PERTAMBANGAN angkatan 2011 yang telah bersama berjuang untuk menempuh kuliah di Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih.

13. Saudara/i Winner Kambu (UGM), Jhon Kocu (ITATS), Oscar Oihulun (STTNAS), Petronela Korwa & Rhienhard Rumayom (USTJ), Heriyanto Pangabean (UNP), Charles Andrianto (UNSRI), Abraham Ioni (ITN), Djori sedik (WARSM), Jordy Simanjuntak (ITM), Ibnu (UNJ), Firwansyah Aras, Roni Mandibodibo, Griece Ayamiseba (UNIPA). Selaku rekan-rekan mahasiswa kerja praktik dan tugas akhir di PT. Freeport Indonesia. Semoga ini menjadi pengalaman berharga dan tidak terlupakan bagi kita dan kita semua dapat bertemu kembali di lain kesempatan.

14. Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan ini. Namun demikian, penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi kasih dan pengharapan kepada kita sekalian. Amin.

Jayapura, 04 Juli 2016

Penulis

BAB I

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Freeport Indonesia merupakan perusahan tambang emas dan tembaga terbesar nomor dua di dunia yang berlokasi di daerah Tembagapura, Timika, Papua. Sistem penambangan yang dilakukan PT. Freeport Indonesia dibagi dalam dua macam yaitu sistem tambang terbuka dan sistem tambang bawah tanah. Dengan adanya peningkatan kegiatan pengembangan tambang bawah tanah, DMLZ (Deep Mill Level Zone) & GBC (Grasberg Block Cave) maka sarana pembangunan infrastruktur juga turut meningkat. Namun ada salah satu penghambat dalam peningkatan pembangunan infrastrukur tersebut yaitu keterbatsan lahan.

Keterbatasan lahan ini yang menjadi kendala dalam pembangunan infrastruktur sehingga perlu diadakan perluasan lahan dengan cara melakukan penimbunan pada daerah-daerah yang berbentuk lembah atau memanfaatkan daerah-daerah timbunan batuan penutup yang terdapat di sekitar daerah tambang. Pada banyak kasus penggunaan daerah timbunan sebagai lokasi infrastruktur sebenarnya tidak layak untuk digunakan sehingga infrastruktur yang dibangun pada daerah timbunan sering kali mengalami kendala yaitu pada daerah timbunannya mengalami penurunan yang berkelanjutan sehingga berdampak terjadinya kerusakan pada infrastruktur yang terletak di atasnya. Oleh sebab itu perlu di lakukan upaya tertentu untuk memastikan daerah timbunan menjadi layak untuk di gunakan dengan cara menganalisis stabilitas timbunan.

Timbunan atau urugan yang digunakan untuk perluasan lahan pembangunan sarana infrastruktur salah satu nya adalah pada daerah CIP (common Infrastructure Project) Mile Point 72 PT. Freeport Indonesia.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang di gambarkan di atas maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana menjadikan daerah CIP (Common Infrastructure Project) menjadi layak untuk pembangunan infrastruktur

2. Bagaimana menstabilakan suatu lereng pada area timbunan CIP (Common Infrastructure Project) , jika ternyata hasil evaluasi awal menunjukkan daerah tersebut tidak layak.

1.2.2 Batasan Masalah

1. Pada penelitian ini, pembahasan/kajian hanya akan dilakukan untuk daerah timbunan CIP (Common Infrastructure Project) yang terdapat di Mile Point 72 di area kerja PT. Freeport Indonesia.

2. Penelitian ini akan fokus pada analisis stabilitas lereng area CIP (Common Infrastructure Project) dengan menggunakan metode Bishop baik secara manual maupun dengan software Slope/W 2004.

3. Data kondisi geometri lereng CIP (Common Infrastructure Project) menggunakan peta kontur tahun 2015.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Untuk memastikan bahwa daerah CIP (Common Infrastructure Project) aman untuk di gunakan berdasarkan nilai faktor angka keamanan.

2. Membandingkan hasil faktor keamanan perhitungan analisis stabilitas lereng dengan perhitungan dengan metode bishop (manual) dan software Slope/W.

3. Meninjau pengaruh kenaikan muka air tanah lereng CIP (Common Infrastructure Project) terhadap ketidakstabilan dengan menggunakan software Slope/W.

1.3.2 Manfaat Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk Penulis, manfaat penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang stabilitas lereng

2. Untuk Akademisi, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai konsumsi ilmiah bagi kaum akademis dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang mempunyai topik serupa.

3. Untuk Perusahaan, berupa informasi dan arsip bagi PT.Freeport Indonesia

1.4 Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahan terhadap stabilitas timbunan yang dilakukan secara aman.

1.5 Keadaan Lingkungan

Secara garis besar area kontrak karya PT. Freeport Indonesia dapat dibagi menjadi dua daerah (Gambar 1.1), yaitu: Daerah dataran rendah (lowland) dan daerah dataran tinggi (highland).

Daerah Dataran Rendah (lowland) merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10 mdpl sampai 2000 mdpal dan daerah dataran tinggi (highland) merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2000 mdpl sampai 4200 mdpal yang terdiri dari wilayah pabrik pengolahan bijih (mil74), Mil Level Adit (MLA) portal, Ali Budihardjo Tunnel (level 2510), Kasuang Portal (level 2860), ARD Portal (level 2950), Amole Portal (level 3020), dan Agawagon Portal (level 3046), tambang DOZ, tambang IOZ, tambang Big Gossan, tambang gunung bijih timur (GBT) dan lokasi tambang terbuka Grasberg.

(Sumber : UG Mine Geology Dept. PTFI, 2013)

Gambar 1.1 Lokasi Project Area PT.Freeport Indonesia

Lokasi PT. Freeport Indonesia terletak di pegunungan Jayawijaya, Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, berada pada posisi geografis 04º 06' - 04º 12' Lintang Selatan dan 137º 06' – 137º 12' Bujur Timur. Kegiatan operasional PT. Freeport Indonesia terbentang dari lokasi penambangan bijih tertinggi di Grasberg sampai pelabuhan Amamapare yang panjangnya lebih kurang 125 km.

Wilayah kerja PT. Freeport Indonesia mempunyai iklim tropis. Tetapi kenyataannya, kondisi iklim sebenarnya berubah secara bervariasi sesuai dengan perubahan terhadap ketinggian. Secara umum daerah dataran rendah (lowland)dan memiliki iklim yang panas, basah dan lembab, sedangkan daerah dataran tinggi (highland) memiliki iklim yang basah, dan dingin.

Temperatur udara rata 0 –rata bervariasi antara 7 C pada daerah pemantauan alat meteorologi tertinggi sampai sekitar 26 0

C pada pelabuhan Amamapare. Temperatur bulanan rata-rata hampir selalu konstan, yang merupakan karakteristik dari iklim tropis. Curah hujan di daerah penambangan yang dipantau dari stasiun GBT berkisar antara (16 – 816 mm/bulan) dan hari hujan berkisar antara (9 – 31 hari hujan/bulan).

Topografi pada daerah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia sangat bervariasi mulai dari daerah pantai dan rawa sampai dengan daerah yang berketinggian 4200 mdpal (gambar 1.2)

KONDISI GEOGRAFIS KONDISI GEOGRAFIS

(Sumber : UG Mine Geology Dept. PT. Freeport Indonesia, 2002)

Gambar 1.2 Kondisi Geografis PT. Freeport Indonesia

Pada area penambangan merupakan daerah yang tidak rata dan bergunung- gunung, karena terletak di daerah pegunungan Sudirman atau Highland dengan ketinggian antara 2000 m sampai 4200 mdpal (Gambar Daerah dataran rendah atau Lowland mempunyai ketinggian antara 10 m sampai 2000 mdpal yang meliputi pelabuhan Amamapare, Timika dan Kuala Kencana dan merupakan daerah yang relatif datar dan rata.

(Sumber : Big Gossan Mine’s Feasibility study 2-8)

Gambar 1.3 Topografi Area Pertambangan PT. Freeport Indonesia

Keadaan morfologi daerah penambangan sangat variatif, yaitu pada daerah pelabuhan (Portsite) merupakan daerah rawa dan pantai yang dikelilingi oleh hutan bakau. Meninggalkan daerah pelabuhan ketinggian semakin besar dan rawa bakau sedikit demi sedikit menjadi rawa nipa atau sagu. Pada jarak sekitar 40 km memasuki area pedalaman terdapat dataran dengan ketinggian 350-500 mdpal yang ditumbuhi oleh hutan lebat. Pada daerah ini mulai timbul pegunungan dengan bentuk jurang yang terjal.

Mendekati daerah Tembagapura dengan ketinggian sekitar 2000 mdpal terdapat banyak jurang dan dinding batuan yang terjal, bentuk air tejun yang besar maupun yang kecil dan lembah-lembah yang curam. Jika memasuki daerah penambangan dengan ketinggian sekitar 2800 m sampai 4000 m dari permukaan air laut, pada permukaannya hampir tidak ditemui adanya pohon namun hanya tanaman perdu, rumput dan lumut. Hal ini di sebabkan karena cuaca yang sangat dingin dan terkadang diselimuti salju.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut :

1) BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan secara singkat penulisan mengenai : latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan serta sistematika penulisan.

2) BAB II DASAR TEORI Menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan dalam penulisan ini

3) BAB III METODE PENELITIAN Menjelaskan tentang rencana penelitian, tahapan metode dan teknik penelitian yang di gunakan dalam penulisan ini.

4) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menulis dan menganalis hasil yang telah didapat terkait judul atau topik yang digunakan dalam penulisan ini

5) BAB V PENUTUP Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil yang diperoleh dalam penulisan tersebut

BAB II

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Lereng

Lereng (slope) merupakan suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal. Lereng dapat terjadi secara alamiah atau buatan. Bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kemiringan lereng akan menyebabkan tanah bergerak ke arah bawah. Bila komponen berat tanah cukup besar, kelongsoran lereng dapat terjadi jika gaya dorong (driving force) lebih besar dari gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor. Jenis lereng dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lereng alam (natural slopes) dan lereng buatan (man made slopes). Pada kedua jenis lereng ini terdapat beberapa faktor yang membuat stabilitas dari lereng dapat berkurang sehingga memungkinkan terjadinya keruntuhan suatu lereng.

2.1.1 Lereng Alam Lereng alam adalah lereng yang terbentuk karena proses alam. Material yang membentuk lereng memiliki kecenderungan tergelincir di bawah beratnya sendiri dan gaya-gaya luar yang ditahan oleh kuat geser tanah dari material tersebut. Gangguan terhadap kestabilan terjadi jika tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng alam yang telah stabil selama bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat:  Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan yang

berkepanjangan, pembanguanan dan pengisian waduk, gangguan pada sistem drainase, dan lain lain.

 Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang bidang yang berpotensi longsor

 Proses pelapukan  Gempa  Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.

2.1.2 Lereng Buatan Lereng ini merupakan lereng yang di buat oleh manusia untuk suatu kepentingan yang berkaitan dengan proyek konstruksi. Lereng buatan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Penggalian Perencanaan pemotongan adalah untuk suatu lereng dengan kemiringan tertentu yang cukup aman dan ekonomis. Kestabilan pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis, tekanan air akibat rembesan dan cara pemotongan.

b. Lereng timbunan (embankment) Lereng dengan timbuanan umumnya adalah untuk badan jalan raya, jalan kereta api,dam,dan tanggul. Sifat teknis tanah timbuanan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan derajat kepadatan tanah. Analisis secara terpisah harus dilakuaan pada lereng timbunan, yaitu :

 Kondisi jangka pendek (saat penimbunan selesai)  Kondisi jangka panjang  Penurunan muka air seketika (sudden draw down)  Gangguan gempa

Lereng timbunan diatas tanah lunak merupakan suatau masalah tersendiri dimana kondisi tanah lunak perlu mendapatkan perhatian khusus berhubungan dengan masalah kestabilan akibat meningkatnya tekanan air pori dan masalah settlement jangka panjang.

2.2 Aspek Geologi Pada Kestabilan Lereng

Pemahaman kondisi geologi lokal merupakan unsur yang amat penting untuk memecahkan masalah kestabilan lereng karena evaluasi kestabilan lereng membutuhkan pendekatan interdisiplin dan pengetahuan mengenai geologi teknik, mekanika tanah, dan mekanika batuan.

Bila secara ekonomis kurang layak untuk melakukan penyelidikan yang cukup, cara evaluasi yang sederhana dapat digunakan bila memperhatikan aspek geoteknik dan pengalaman geologi teknik dari daerah setempat. Sebaliknya bila kondisi geologi setempat relatif seragam, maka cara analisis dengan penyelidikan tanah yanag memadai akan memberikan hasil yang dapat diandalkan. Beberapa hal penting dalam aspek geologi yang perlu diketahui adalah :

a. Fabric Diskontinuitas dalam material geologi mulai dari rentang mikroskopis hingga sebesar joint dan bidang rekahan. Adanya bidang lemah ini memberikan andil besar pada kestabilan lereng.

b. Struktur geologi Posisi joint dan sesar perlu di pelajari sebagai bidang yang menyebabkan longsor.

c. Air tanah Geologi mempengaruhi aliran air tanah, arah tekanan dan gradiennya dalam suatu lereng. Adanya air mempengaruhi kekuatan material dengan memberikan perubahan kimiawi dan larutan, gaya-gaya kapiler, peningkatan tekanan air pori yang berdampak langsung terhadap kuat geser dan mekanisme pelembekan pada tanah lempung teguh yang memiliki rekahan.

d. Kegempaan Beberapa longsoran terjadi karena peristiwa gempa. Gaya gempa meningkatkan besarnya tegangan geser dan pada tanah pasiran memberi pengaruh pada peningkatan tekanan air pori. Likuifaksi dari lensa pasir dan lanau dapat menjadi penyebab longsoran secara progresif.

e. Tegangan awal dalam tanah Gerakan suatu daerah memberikan pengaruh kepada besarnya tegangan awal dilapangan sebagai akibat berat sendiri material, aktifitas tektonik, erosi dan proses geologi yang lain.

f. Pelapukan Menurut Blith dan Freitas (1974), perubahan kimiawi akibat pelapukan dapat terjadi dalam waktu singkat (hanya beberapa hari saja). Kecepatan dari proses ini tergantung pada jenis material, iklim, karakterisitik aliran, dan lain-lain.

g. Aktivitas longsoran yang terdahulu Geologi lokal suatu daerah amat berguna untuk mengerti aktivitas longsoran terdahulu dan pada saat sekarang ini. Pencirian dari suatu daerah dimana pernah terjadi longsoran terdahulu merupakan pertimbangan yang penting dalam studi mengenai longsoran.

2.3 Jenis Dan Mekanisme Gerakan Tanah dan Longsoran

2.3.1 Jenis-jenis Gerakan Tanah dan Longsoran Gerakan tanah dan longsoran dapat diklasifikasi dalam banyak cara dan

masing-masing memiliki kegunaanya dalam menekankan pentingnya kepada cara pengenalan, cara penanggulangan, kontrol dan keperluan klasifikasi yang lain. Diantara atribut yang diguanakan untuk kriteria identifikasi dan klasifikasi adalah : Jenis material longsoran, kecepatan gerakan, geometri, penyebab longsoran/gerakan tanah, dan kondisi aktivitasnya. Berdasarkan jenis gerakannya, lereng dapat dibagi sebagai berikut :

 Runtuhan (falls) Gerakan massa jatuh melalui udara. Umumnya massa jatuh ini terlepas dari lereng yang curam dan tidak ditahan oleh suatu geseran dengan material yang berbatasan. Pada jenis runtuhan batuan umumnya terjadi dengan cepat dan ada kemungkinan tidak didahului dengan gerakan awal. Runtuhan dapat terjadi seketika pada saat gempa.

(Sumber : Cruden and Varnes, 1992)

Gambar 2.1 Jenis longsoran : Runtuhan (fall), pengelupasan (topple), longsoran (slide), rayapan (spread), aliran tanah (flow)

 Pengelupasan (Topples)

Gerakan ini berupa rotasi keluar dari suatu unit massa yang berputar terhadap suatu titik akibat gaya gravitasi atau gaya-gaya lain seperti adanya air dalam rekahan. Penjelasan terinci diberikan oleh de Freitas dan Watters (1973)

 Aliran tanah (Earth flow/Debris flow)

Jenis gerakan tanah ini dimasukan kedalam kategori diatas karena merupakan fenomena yang berbeda. Pada umumnya jenis gerakan tanah ini terjadi pada kondisi tanah yang amat sensitif atau sebagai akibat dari gaya gempa. Bidang gelincir terjadi karena gangguan mendadak dan gerakan tanah yang terjadi umumnya bersifat cepat tetapi juga lambat misalnya pada rayapan/creep.

 Longsoran (slides) Dalam longsoran yang sebenarnya, gerakan ini terdiri dari peregangan secara geser dan peralihan sepanjang suatu bidang gelincir yang dapat nampak secara visual. Gerakan ini dapat bersifat progresif yang berarti bahwa keruntuhan geser tidak terjadi seketika pada seluruh bidang gelincir melainkan merambat dari suatu titik. Massa yang bergerak menggelincir diatas lapisan batuan/tanah asli dan terjadi pemisahan. (separasi) dari kedudukan semula.sifat gerakaan biasanya lambat hingga amat lambat. Longsoran dapat berupa atau translasi.

Berdasarkan bidang gelincirnya longsoran dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Longsoran rotasi Longsoran rotasi adalah yang paling sering dijumpai oleh para rekayasawan sipil. Longsoran jenis dapat terjadi pada batuan maupun pada tanah. Pada kondisi tanah homogen, longsoran rotasi ini dapat berupa busur lingkaran, tetpi dalam kenyataan sering di pengaruhi oleh adanya diskontinuitas oleh adanya sesar, lapisan lembek, dan lain-lain. Analisis kestabilan lereng yang mengasumsi bidang longsoran berupa busur lingkaran dapat menyimpang bila mana tidak di memperhatikan.

(Sumber : Vernes, 1958)

Gambar 2.2 longsoran rotasi

(Sumber : Vernes, 1958)

Gambar 2.3 Jenis longsoran Rotasi : a) base circle, b) slope circle, c) toe circle

2. Longsoran translasi Dalam longsoran translasi suatu massa bergerak sepanjang bidang gelincir berbentuk bidang rata. Pembedaan terhadap longsoran rotasi dan translasi merupakan kunci penting dalam penanggulangannya.

(Sumber : Vernes, 1958)

Gambar 2.4 Longsoran translasi

2.4 Penyebab Gerakan Tanah dan Longsor

Penyebab gerakan tanah dan longsoran terdiri dari suatu seri kejadian yang dapat berasal dari alam maupun manusia. Dalam banyak kasus, penyebab tersebut sering tidak dapat dihindarkan. Penyebab yang paling umum adalah unsur geologi, topografi, dan iklim. Jarang sekali penyebab gerakan ini bersifat tunggal, pada umumnya merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Penyebab gerakan tanah dan longsoran ini harus lebih dahulu dimengerti sebelum suatu tindakan pencegahan atau tindakan remedial dilakukan.

Semua longsoran pada tanah terjadi oleh tegangan geser, oleh sebab itu tinjauan yang dapat dilakukan adalah faktor yang menyebabkan peningkatan Semua longsoran pada tanah terjadi oleh tegangan geser, oleh sebab itu tinjauan yang dapat dilakukan adalah faktor yang menyebabkan peningkatan

a. Kehilangan dukungan (lateral dan vertikal) Misalnya karena erosi oleh sungai, proses pelapukan, penggalian permukaan oleh manusia, dan kegiatan penambangan.

b. Beban permukaan dan beban lain Misalnya pelaksanaan timbunan, adanya beban bangunan dan konstruksi sipil yang lain, vegetasi, akumulasi talus, air hujan yang merembes kedalam tanah atau rekahan, serta tekanan rembesan.

Beberapa faktor yang dapat menurunkan kuat geser antara lain karena perubahan kadar air, pelembekan pada fissured clay, disintegrasi fisis dari batuan.

2.5 Analisis Kestabilan Lereng

Dalam praktek, analisis kestabilan lereng didasarkan pada konsep keseimbangan batas plastis (limit plastic equilibrium). Adapun maksud dari analisis stabilitas adalah untuk mendapatkan faktor keamanan dari bidang yang potensial. Dalam analisis stabilitas lereng, beberapa asumsi yang digunakan yaitu:

a. Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat dianggap sebagai masalah bidang dua dimensi.

b. Massa tanah yang longsor dianggap sebagai benda massif.

c. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak tergantung dari orientasi permukaan longsor, atau dengan kata lain kuat geser tanah dianggap isotropis.

d. Faktor keamanan didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang bidang longsor potensial, dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran. Jadi, kuat geser tanah mungkin terlampaui di titik-titik tertentu pada bidang longsornya, padahal faktor keamanan hasil perhitungan nilainya > 1.

Dibutuhkan pemahaman terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan keruntuhan lereng, seperti analisis lereng dan metode perkuatan lereng yang dirasa cukup efektif untuk menambah nilai faktor keamanan.

2.5.1 Teori Dasar Kekuatan Geser Tanah Kestabilan suatu lereng sangat bergantung pada kekuatan geser dari bahan

pembentuknya. Keruntuhan geser pada tanah merupakan akibat adanya gerakan relatif antara butir-butir tanah, bukan karena butir sendirinya yang hancur. Oleh karena itu, kekuatan geser tanah tergantung dari gaya-gaya yang bekerja antar butirnya. Kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen, yaitu:

a. Bagian yang bersifat kohesi, tergantung dari macam tanah dan kepadatan butirnya

b. Bagian yang mempunyai sifat gesekan yang sebanding dengan tegangan normal yang bekerja pada bidang geseran.

Berdasarkan konsep dasar Terzaghi, tegangan geser pada suatu tanah hanya dapat ditahan oleh tegangan partikel-partikel padatnya. Kekuatan geser tanah yang dapat dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan normal efektif. Dengan demikian, keruntuhan akan terjadi pada titik yang mengalami keadaan kritis yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser dan tegangan normal efektifnya. rmal ditambah dengan tegangan air pori.

2.5.2 Konsep Faktor Keamanan Pemahaman terhadap faktor keamanan merupakan hal yang penting dalam merencanakan lereng. Faktor keamanan yang diambil sebanding dengan banyaknya ketidakpastian yang terdapat dalam perencanaan lereng, seperti parameter kekuatan tanah, distribusi tekanan air pori dan lapisan tanah. Secara umum, semakin kecil kualitas dari investigasi lapangan, maka semakin tinggi angka keamanan yang harus diberikan, terutama bila seorang perencana memiliki pengalaman yang terbatas.

Tujuan utama dalam analisis kestabilan lereng ini adalah untuk memperoleh angka keamanan minimum dan perkiraan letak bidang gelincir yang paling kritis, kekuatan geser yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan batas Tujuan utama dalam analisis kestabilan lereng ini adalah untuk memperoleh angka keamanan minimum dan perkiraan letak bidang gelincir yang paling kritis, kekuatan geser yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan batas

Tabel 2.1 Faktor Keamanan minimum untuk berbagai resiko

FK

Kondisi Daerah

Derah tidak stabil

Daerah kritis longsor

1,00 < FK <1,10 Rawan longsor bila di pacu curah hujan tinggi dan teknik pemotongan lereng yang salah

1,10 < FK <1,25 Aman terhadap longsoran dengan FK minimum pada resiko rendah 1,25 < FK <1,50

Aman terhadap longsoran dengan FK minimum pada resiko menengah 1,50 < FK <1,80

Aman terhadap longsoran dengan FK minimum pada resiko tinggi (Sumber : SNI 1962 – 1989F)

2.6 Metode Analisis Kestabilan Lereng

Cara menghitung analisis kestabilan lereng dengan menggunakan prinsip keseimbangan batas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Prosedur massa (mass procedure) Pada metode ini, tanah yang membentuk lereng dianggap homogen dan massa tanah yang berada di atas bidang gelincir diambil sebagai satu kesatuan.

b. Metode irisan (slice method) Metode ini lebih teliti karena dapat menghitung lapisan tanah yang tidak homogen dan memasukkan tekanan air pori di dalam perhitungannya. Tanah yang berada di atas bidang gelincir dibagi menjadi beberapa irisan paralel tegak.

2.7 Metode Konstruksi

Metode konstruksi yang digunakan pada daerah CIP (Common Infrastructure Project) adalah bottom-up. Bottom-up adalah metode konstruksi yang dilakukan dengan cara melakukan timbunan dari bawah ke atas.

2.8 Metode Bishop

Bishop (1955) memperkenalkan metode yang memodifikasi Metode Fellenius yang hanya memperhitungkan keseimbangan total dari momen dan tidak memperhatikan keseimbangan dari masing-masing potongan. Bishop memeperkenalkan metode dengan penyelesaian yang lebih teliti karena memperhitungkan pengaruh gaya-gaya pada tiap sisi tepi irisan. Sistem gaya-gaya yang bekerja pada metode bishop ditunjukan pada gambar 2.5

(sumber : Jurnal sipil statik vol.2 & 3)

Gambar 2.5 Gaya-gaya yang bekerja pada segmen dengan metode bishop

Keterangan gambar : W

= Berat total pada irisan EL, ER

= Gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang kiri dan kanan XL, XR

= Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri dan kanan

P = Gaya normal total pada irisan T = Gaya geser pada dasar irisan

b = Lebar dari irisan l =

Panjang dari irisan = Sudut Kemiringan lereng

Formula umum metode bishop adalah :

c 2 = kohesi tanah pada bidang gelincir (ton/m ) ϕ = sudut geser dalam (derajat)

b = lebar horisontal segmen (m) w

= berat segmen tanah (ton) u

= tegangan air pori = 𝛾 w Z w 𝛾 3

= berat isi air (1 +/m ) 𝑍 𝑤 = tinggi muka air diukur dari bidang gelincir

𝑎 = sudut yang dibentuk antara W dan titik pusat gelincir O pada bidang gelincir.

𝑎 diambil positif pada kuadran yang sama dengan lereng atau searah dengan gaya penahan. 𝑀 𝑖(𝑎) = harga ini ditinjau pada masing-masing segmen dan dapat di peroleh

dengan dua cara :

a. Dihitung manual dengan persamaan berikut :

𝑡𝑎𝑛 𝑎 𝑖 𝑀 tan ∅ 𝑖(𝑎) = cos 𝑎 𝑖 (1 +

) 𝐹𝐾

b. Menggunakan kurva hubungan 𝑎 dengan 𝑀 𝑖(𝑎) dengan variasi (tan ϕ/FK). Hal ini ditunjukan pada Gambar.2.6

( sumber : NAVFAC DM 7.1)

Gambar 2.6 Penentuan harga 𝑴 𝒊(𝒂)

Untuk metode bishop apabila harga 𝑀 𝑖(𝑎) dimasukan kedalam persamaan FK maka akan terdapat dua buah nilai FK yaitu di kiri dan di kanan persamaan. Oleh karena itu, dalam metode Bishop ini perlu dilakukan cara coba-coba (trial and error). Whitman & Bailey (1967) menyarankan apabila harga 𝑀 𝑖(𝑎) < 0.2 umumnya akan terdapat masalah pada analisis kestabilan lereng, dan dianjurkan untuk menggunakan metode lain yang lebih baik, sehingga metode bishop dapat dikatakan cukup akurat untuk kepentingan praktek dan tidak direkomendasikan digunakan apabila 𝑀 𝑖(𝑎) < 0.2. Untuk kasus sudut geser dalam, ϕ = 0 maka formula bishop menjadi sama persis dengan metode Fellenius. Hal ini diakibatkan karena komponen 𝑀 𝑖(𝑎) sama dengan cos 𝑎 dimana l = b/cos 𝑎 sehingga dalam penentuan FK tidak perlu dilakukan cara coba-coba.

2.8.2 Langkah-langkah Perhitungan Metode Bishop

a. Gambar kondisi lereng dengan skala

b. Tentukan letak titik pusat bidang gelincir dengan cara coba-coba dan gambarkan bidang gelincir coba-coba

c. Gambarkan permukaan air (phreatic surface) bila ada

d. Untuk tanah lempung, tentukan kedalaman tension crak dan gambarkan letaknya pada bagian atas lereng

e. Bagi tanah diatas bidang gelincir menjadi beberapa segmen

f. Untuk setiap segmen :

i. Tentukan lebar b (bishop)

ii. Tentukan berat W (berat total tanah + beban luar). Sebagai contoh pada gambar 2.8 untuk segmen 2, berat segmen W 2 =b 2 (qb 2 +Z z 𝛾 2 + Zb 𝛾 sat2 +z

c 𝛾 sat1 )

iii. Ukur sudut 𝑎 untuk masing-masing segmen. Harga 𝑎 dapat negatif dan positif. Pada gambar untuk segmen 7 adalah negatif sedangkan untuk segmen 2 adalah positif

iv. Gambarkan garis ekipotensial dimulai dari perpotongan bidang gelincir dengan garis vertikal hingga permukaan air. Proyeksi tinggi terhadap garis vertikal adalah Z w

g. Hitung FK dan gambarkan grid FK pada titik pusat bidang gelincir

h. Hitung langkah b sampai g, dan berhenti apabila FK minimum tercapai.

(sumber : Budhu, 2000)

Gambar 2.7 Konsep Metode Kestabilan Lereng Analitik dengan pembagian

segmen

2.9 Pengaruh Air Tanah dan Rembesan

Gaya –gaya yang bekerja pada elemen tanah akibat rembesan air dapat diselesaikan dengan 2 cara dengan usulan dari Taylor (1948) sebagai berikut :  Menjumlahkan vektor dari berat efektif tanah dan rembesan  Menjumlahkan vektor dari berat total tanah dan resultan gaya air.

(Singh, 1992)

Gambar 2.8 Muka Air Tanah Pada Lereng Gambar diatas menunjukan lereng yang terendam sebagian dan terdapat rembesan. Pada bagian muka lereng terdapat genangan air yang merupakan momen tahan tambahan. Bila seluruh bagian air yang dibatasi oleh segmen BCFB ditinjau, maka bagian tersebut akan simetris terhadap garis vertikal melalui O karena BF horisontal dan oleh karenanya tidak akan memberikan momen terhadap titik O sehingga tidak berpengaruh terhadap perhitungan keseimbangan. Untuk selanjutnya, pengaruh air pada bagian BCFB tidak ditinjau dengan cara memperhitungkan berat efektif tanah pada bagian BCDEB. Pengaruh tekanan air pori U2 dibaikan dan hanya bagian U1 yang diperhitungkan. Analisis dilakukan dengan cara yang sama dengan bagian terdahulu dimana W diganti menjadi

(W 1 +W 2 ), dimana W 1 adalah berat total bagian diatas muka air luar dan W 2 adalah berat efektif dibawahnya. Untuk analisis dengan tegangan total, lingkaran gelincir diteruskan melalui air luar lereng yang diperhitungkan sebagai material yang (W 1 +W 2 ), dimana W 1 adalah berat total bagian diatas muka air luar dan W 2 adalah berat efektif dibawahnya. Untuk analisis dengan tegangan total, lingkaran gelincir diteruskan melalui air luar lereng yang diperhitungkan sebagai material yang

BAB III

3 METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Penelitian

Tabel 3.1 Rencana Penelitian

No Kegiatan

Keterangan

Hasil

1 Persiapan  Mencari mengumpulan pustaka dan  Proposal

melakukan studi literatur

 Surat bukti

 Konsultasi dan ujian proposal

bimbingan

penelitian

 Surat ijin

 Konsultasi sebelum melakukan

penelitian

penelitian  Surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas yang ditujukan kepada instansi lokasi penelitian

 Meminta ijin kepada instansi setempat dan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang – orang yang nanti akan dihubungi ketika melakukan penelitian dengan membawa surat dari fakultas

2 Studi

 Membaca menelaah dan meneliti

 Buku, copy dan soft

kepustakaan

hasil penelitian terdahulu, kemudian

copy, referensi

dirumuskan dalam sedemikian rupa

terkait penelitian

sebagai landasan berpikir bahwa penelitian yang akan dilakukan menjadi sangat penting

 Membaca menelaah dan meneliti buku- buku kepusatakaan dalam yang berisi teori – teori pendapat  Membaca menelaah dan meneliti buku- buku kepusatakaan dalam yang berisi teori – teori pendapat

 Membaca dan meneliti data/

dokumen, seperti yang terdapat pada reverensi yang sudah dikumpulkan terkait judul yang akan diteliti. Tujuanya adalah untuk pengembangan penelitian dan memperkaya data penelitian.

3 Metode

Observasi : pengamatan langsung

penelitian

Memahami, metode

yang digunakan  Interview : melakukan wawancara

dilapangan

kepada pihak – pihak terkait  Dokumentasi : mengumpulakan dokumen – dokumen terkait dengan penelitian dan mengambil atau memotret gambar lokasi penelitian

4 Data yang  Data sekunder : adalah data yang Memahami data yang

diteliti diperoleh dari perusahan dan diteliti berbagai buku atau referensi pustaka yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

 5 Penelitian

Menghubungi pihak – pihak yang Data dilapangan

berwenang dengan menunjukan - Data tanah asli CIP surat ijin penelitian

area  Mengumpulkan data sesuai dengan - Data timbunan CIP

permasalahan penelitian

area

 Mencatat hasil wawancara

- Profil/sejarah

 Mencatat pengumpulan data

Perusahaan

dokumen.

- Geologi regional dan stratigrafi daerah sekitarnya

6 Pengolahan

Hasil Perhitungan data

 Menghitung dan menganalisis data

dari perusahan menggunakan metode bishop & program slope/w

7 Penyusunan

Laporan tugas akhir laporan

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan dan manfaat 1.4 Keadaan lingkungan 1.5 Sistematika penulisan

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjauan umum tentang lereng 2.2 Aspek geologi pada kestabilan lereng 2.3 Jenis dan mekanisme gerakan tanah dan longsoran 2.4 Penyebab gerakan tanah dan longsor 2.5 Analisis kestabilan lereng 2.6 Metode analisis kestabilan lereng 2.7 Metode konstruksi 2.8 Metode Bishop

Bab III Metodelogi Penelitian 3.1 Rencana penelitian 3.2 Tahapan, metode dan teknik penelitian Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil 4.2 Pembahasan

Bab V Penutup 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

8 Pelaksanaan

Nilai dan Ujian

 Pembimbingan

 Seminar Hasil

pengesahaan tugas

 Ujian Sidang

akhir

3.2 Tahapan Metode dan Teknik Penelitian

3.2.1 Persiapan Mengurus administrasi dan perijinan untuk dapat melakukan penelitian,

antara lain :

1. Surat bukti bimbingan skripsi yang dikeluarkan oleh pengelolah program studi.

2. Surat ijin penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas yang ditujukan kepada instansi lokasi penelitian

3. meminta ijin kepada instansi setempat dan menjalin hubungan yang harmonis dengan orang – orang yang nanti akan dihubungi ketika melakukan penelitian dengan membawa surat dari fakultas.

3.2.2 Study Kepustakaan

1. Membaca menelaah dan meneliti hasil penelitian terdahulu, kemudian dirumuskan sedemikian rupa sebagai landasan berfikir bahwa penelitian yang akan dilakukan menjadi sangat penting.

2. Membaca menelaah dan meneliti buku – buku kepustakaan yang berisi teori – teori, pendapat dari penulis buku yang akan dijadikan referensi sebagai landasan teori yang merupakan alat analisis hasil penelitian.

3. Membaca, menelaah dan meneliti data atau dokumen, seperti yang terdapat dimajalah, surat kabar dan jurnal ilmiah. Tujuanya untuk pengembangan penelitian dan memperkaya data penelitian.

3.2.3 Pelaksanaan Penelitian Dilapangan

1. Merumuskan dan mempersiapkan instrument penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data dilapangan, terlebih dahulu merumuskan dan mempersiapkan instrument atau alat pengumpulan data.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Menghubungi pihak – pihak yang berwenang dengan menunjukan surat ijin penelitian.

b. Mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan penelitian.

c. Mencatat hasil wawancara.

d. Mencatat pengumpulan data dan dokumen.

3.2.4 Pengumpulan Data

1. Jenis data yang diambil Terkait penelitian ini jenis data yang diambil dilapangan berupa data sekunder. Data sekunder adalah data pendukung dari berbagai buku dan dokumen atau referensi pustaka baik yang didapat dari perusahaan maupun studi literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti adapun data syang diambil adalah :

a. Data tanah timbunan daerah CIP

b. Geologi regional dan Statigrafi daerah sekitarnya

2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan) Mengadakan pengamatan langsung ke obyek penelitian yakni pada daerah CIP Mile Point 72 PT. Freeport Indonesia

b. Interview (wawancara) Untuk mendapatkan informasi, penullis melakukan wawancara lisan secara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dengan daerah tempat penulis mengambil data. Metode wawancara ini akan membantu penulis dalam menanyakan data apa yang akan diperlukan.

3.2.5 Penyajian Data Hasil analisis data disajikan secara gabungan antara informal dan formal,

yaitu penguraian dalam perhitungan menggunakan rumus, software dan deskripsi kata – kata (naratif). Kemudian juga disajikan data formal berupa tabel dan gambar, pembuatan tabel tersebut dilakukan dengan cara tabulasi langsung karena data langsung dipindahkan dari data ke kerangka tabel yang telah disiapkan tanpa proses perantara lainya.

3.2.6 Diagram Alir

PERSIAPAN

1. Pemilihan Judul

2. Pelajari Daerah Penelitian 3. Pemilihan literatur & Pustaka

PENGAMBILAN DATA

DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

- 1. Profil Perusahan

Parameter Tanah Timbunan CIP berupa (c = daya lekat, 𝛾=

2. Geologi Regional dan Statigrafi

berat jenis, ϕ = sudut geser dalam) Daerah peelitian

PENGOLAHAN DATA

Software Slope/w 2004

Metode Bishop

Menggunakan

(FK dan juga Pengaruh muka air Microsoft Excel (N = Segmen, b =

tanah pada timbunan CIP) Lebar, h = Tinggi, w = berat)

HASIL

Untuk mengetahui :

1. Kestabilan lereng pada daerah CIP 2. Perbandingan hasil Faktor Keamanan perhitungan analisis stabilitas lereng

dengan menggunakan perhitungan manual (Bishop) dan software Slope/w 2004

3. Pengaruh kenaikan muka air tanah

FK > 1,

Jika TIDAK

Maka Kondisi lereng dinyatakan Stabil

KESIMPULAN

Gambar 3.1 Diagram Alir

BAB IV

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Studi Area Common Infrastructure Project atau biasa dikenal dengan sebutan CIP

merupakan salah satu proyek yang direncanakan dan dikerjakan mulai dari tahun 2008 sampai dengan saat ini yang berlokasi di MP 72 PT. Freeport Indonesia. Daerah CIP ini dibentuk oleh material sisa tambang bawah tanah (waste rock). Pada daerah CIP ini akan dijadikan sebagai infrastructure area khusus Underground, penyimpanan material untuk ekspansi Underground dan juga sebagai akses ke Camp David (Pos anggota/keamanan).

(Sumber : Dept. Civil Geotech, PT.FI 2015)

Gambar 4.1 Perkembangan proyek pembangunan pada daerah CIP

4.1.1 Jenis Tanah Jenis tanah yang ada pada daerah CIP dibagi dalam dua jenis yaitu tanah asli

dan juga tanah timbunan. Material yang digunakan dalam penimbunan pada daerah CIP merupakan material sisa tambang bawah tanah DMLZ (Deep Mill Level Zone) & GBC (Grasberg Block Cave)

(sumber : Dept. Civil Geotech, PT.FI 2015)

Gambar 4.2 Profil daerah CIP

Adapun parameter dan tipe material yang digunakan untuk menghitung stabilitas timbunan pada daerah CIP.

Tabel 4.1 Parameter Tanah pada daerah CIP

E Tipe Material

(degree) (kN/m²) Tanah Asli

(kN/m ᶟ)

(kN/m²)

50 45 100.000 Tanah Timbunan

(sumber : Dept. Civil Geotech, PT.FI 2015)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perhitungan Faktor Keamanan dengan menggunakan metode Bishop

1. Bidang Longsor Pertama

 Bagian Utara

Gambar 4.3 Bidang longsor pertama bagian utara

a. Perhitungan lebar Segmen (b) Jumlah N (segmen) dalam bidang gelincir ini dibagi menjadi empat bagian :

N1 = 17,33 m N2 = 25,49 m N3 = 9,06 m N4 = 26,36 m

b. Perhitungan Tinggi (h)

Perhitungan tinggi (h) ini menggunakan rumus sebagai berikut :

17,33 m = 7,57 𝑚² 304,36 𝑚ᶟ

Dimana :

b = lebar segmen

h = Tinggi 𝑤1 = 20 𝑥 17,33 𝑥 7,57 = 2622,6 𝑘𝑁

Berat total = W1+W2+W3+W4 = 1405,6 Kn

d. Perhitungan Faktor Keamanan Dengan menggunakan Persamaan (3.8) :

FK Kiri = FK Kanan Setelah dilakukan trial and error maka bidang longsor pertama bagian utara dinyatakan aman terhadap longsoran dengan FK minimum pada resiko tinggi dengan nilai yang diperoleh adalah FK = 1,75

Tabel 4.2 Perhitungan FK Bidang Longsor pertama pada Bagian Utara

(w-

FK (trial1) 1,74 FK (trial2) 1,75 Segmen

b h w α W sin α u

ub

c'b ub)tan ᶲ

Mi A Mi A m

ϒ bh

c'b + (w-ub) tan ᶲ cos α tan α tan ф

m ² ◦ kN kN/m2 kN kN

kN

kN/m kN kN

FK KIRI 1,75 FK KANAN 1,75

 Bagian selatan

Gambar 4.4 Bidang longsor pertama bagian selatan

a. Perhitungan lebar Segmen (b) Jumlah N (segmen) dalam bidang gelincir ini dibagi menjadi tujuh bagian: N1 = 10,79 m N2 = 11,0 m N3 = 13,15 m N4 = 4,28 m N5 = 6,89 m N6 = 3,33 m N7 = 4,11 m a. Perhitungan lebar Segmen (b) Jumlah N (segmen) dalam bidang gelincir ini dibagi menjadi tujuh bagian: N1 = 10,79 m N2 = 11,0 m N3 = 13,15 m N4 = 4,28 m N5 = 6,89 m N6 = 3,33 m N7 = 4,11 m

Perhitungan tinggi (h) ini menggunakan rumus sebagai berikut :

c. Perhitungan berat segmen tanah Perhitungan berat segmen tanah menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

b = lebar segmen

h = Tinggi 𝑤1 = 20 𝑥 11 𝑥 7,10 = 1561𝑘𝑁

𝑤7 = 20 𝑥 4 𝑥 2,09 = 167,4 𝑘𝑁 Berat total = W1+W2+W3+W4+W5+W6+W7 = 11131,8 Kn

d. Perhitungan Faktor Keamanan Dengan menggunakan Persamaan (3.8) :

FK Kiri = FK Kanan Setelah dilakukan trial and error maka bidang longsor pertama pada bagian selatan dinyatakan aman terhadap longsoran dengan FK minimum pada resiko tinggi dengan nilai yang diperoleh adalah FK = 1,78